pendahuluan latar belakang...

29
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pasal 1 menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak serta kewajiban tersebut, sedangkan pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelolan keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat terkait dengan pengelolaan keuangan negara tersebut, maka diperlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional agar tercipta pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme. Lembaga pemeriksa tersebut adalah auditor. Auditor sebagai ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan semestinya didukung dengan sikap independensi dan kompetensi dalam pemeriksaan. Profesi auditor senantiasa mendapatkan kepercayaan dari klien (Lastanti, 2005). Untuk mempertahankan kepercayaan dari klien tersebut, auditor harus memperhatikan kualitas auditnya, karena dengan kualitas audit yang baik, maka auditor akan mampu menyajikan temuan dan melaporkan kondisi keuangan klien dengan sesungguhnya. Pada umumnya, audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau swasta (Bastian, 2007: 43). Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan kekayaan negara. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba (Bastian, 2007: 43). Dalam penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada audit pada sektor publik. Salah satu unit yang melakukan audit terhadap sektor publik atau pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan

Upload: vuongquynh

Post on 08-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan

mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan

bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun

2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pasal 1 menyebutkan bahwa

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang

dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak serta

kewajiban tersebut, sedangkan pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan

kegiatan pejabat pengelolan keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan

kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pertanggungjawaban. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat terkait dengan pengelolaan keuangan negara tersebut, maka

diperlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional agar

tercipta pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme.

Lembaga pemeriksa tersebut adalah auditor. Auditor sebagai ujung tombak dari

pelaksanaan kegiatan pemeriksaan semestinya didukung dengan sikap

independensi dan kompetensi dalam pemeriksaan. Profesi auditor senantiasa

mendapatkan kepercayaan dari klien (Lastanti, 2005). Untuk mempertahankan

kepercayaan dari klien tersebut, auditor harus memperhatikan kualitas auditnya,

karena dengan kualitas audit yang baik, maka auditor akan mampu menyajikan

temuan dan melaporkan kondisi keuangan klien dengan sesungguhnya.

Pada umumnya, audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor

bisnis atau swasta (Bastian, 2007: 43). Audit sektor publik dilakukan pada

organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah

(pemda), BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan kekayaan

negara. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta

yang bersifat mencari laba (Bastian, 2007: 43). Dalam penelitian ini akan lebih

menitikberatkan pada audit pada sektor publik. Salah satu unit yang melakukan

audit terhadap sektor publik atau pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

2

(BPK). Menjadi lembaga pemeriksa keuangan yang kredibel dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata

kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan merupakan visi dari BPK.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 15 Tahun 2006, bab III,

pasal 6 menyebutkan bahwa tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha

Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga

atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Auditor yang tergabung dalam

BPK tersebut lebih dikenal dengan istilah pemeriksa.

Audit harus dilaksanakan oleh auditor yang memiliki sikap independensi.

Selain sikap independensi tersebut, seorang auditor juga harus memiliki sikap

kompetensi. Kompetensi memerlukan pengetahuan dan keahlian yang diperoleh

melalui pendidikan formal, pengalaman dan pelatihan teknis (SPAP Seksi 210).

Pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut mengenai teknik audit yang sesuai

dengan standar yang berlaku umum. Sikap independensi dan kompetensi auditor

menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan. Jika auditor

memiliki sikap independensi dan kompetensi, maka ia mampu menghasilkan

laporan audit yang berkualitas. Semakin meningkatnya peran auditor yang

independen, maka akan sangat penting untuk meningkatkan kualitas jasa yang

diberikan seorang auditor.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Castellani (2008) mengenai

kualitas audit yang dilakukan oleh auditor pada kantor Akuntan Publik di Jakarta

menyebutkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Sedangkan pada penelitian ini, akan mencoba mengkaji

mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit

pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengsh. Penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah adalah untuk

melengkapi penelitian yang sebelumnya. Peneliti terdahulu lebih tertarik

melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik. Selain itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui kualitas audit yang dihasilkan oleh para auditor yang

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

3

melakukan tugas pemeriksaan terhadap sektor publik. Penelitian ini dilakukan

pada satu divisi, yaitu BPK sehingga dapat menghilangkan bias jawaban

responden dalam mengisi kuesioner.

Persoalan Penelitian

Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Persoalan yang diteliti

dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian:

1. Apakah sikap independensi seorang auditor akan berpengaruh terhadap

kualitas audit?

2. Apakah sikap kompetensi seorang auditor akan mempengaruhi kualitas audit?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh sikap independensi auditor terhadap kualitas audit serta untuk

mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Oleh karena itu,

penelitian ini mencoba untuk mengkaji mengenai “Pengaruh Independensi dan

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil

penelitian dan dapat menambah referensi serta mendorong untuk dilakukannya

penelitian pada akutansi sektor publik.

2. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), penelitian ini dapat memberikan

saran untuk meningkatkan sikap independensi dan kompetensi auditor dalam

upaya untuk meningkatkan kualitas audit

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

4

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kualitas Audit

Penelitian tentang adanya tuntutan atas kualitas audit telah digambarkan

dengan menggunakan literature agency dan contacting. Argumennya bahwa

semakin tinggi kos agensi (kos konflik) maka akan semakin besar tuntutan

terhadap kualitas audit yang lebih tinggi, baik itu oleh manajer maupun oleh

pemegang saham (Watts dan Zimmermamn, 1986).

De Angelo (1981) dalam Castellani (2008) menyatakan kualitas audit

merupakan probalilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan

pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal,

yaitu kompetensi dan independensi (SFAC, 2000), sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Sutton (1993) dalam Castellani (2008:124) mengenai pengukuran

kualitas audit menyebutkan bahwa pengukuran kualitas audit memerlukan

kombinasi antara proses dan hasil. Kualitas proses audit dimulai dari tahap

perencaan penugasan, tahap pelaksanaan dan tahap administrasi akhir.

Independensi Auditor

Independensi berarti sikap mental yang tidak dikendalikan dan tidak

bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

serta tidak memihak (Noviyanti dan Intiyas, 2004:26).

Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah: “Dalam semua hal

yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan

pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,

ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan

pernyataan standar umum kedua tersebut, organisasi pemeriksa dan para

pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya

sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi

dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tudak

memihak oleh pihak manapun. Menurut SPKN, pemeriksa perlu

mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu gangguan

pribadi, ekstern, dan/atau organisasi.

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

5

Gangguan pribadi dari pemeriksa meliputi;

a. Memiliki hubungan pertalian darah dengan pejabat atau pegawai entitas yang

dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap entitas yang diperiksa

b. Memiliki kepentingan keuangan pada entitas atau program yang diperiksa

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang

diperiksa

d. Terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti asistensi, jasa konsultasi,

pengembangan sistem, dan menyusun laporan keuangan

e. Adanya kecenderungan untuk memihak pada pejabat atau pegawai entitas

f. Mencari pekerjaan ada entitas yang dipeiriksa selama pelaksanaan

pemeriksaan.

Gangguan ektern dari pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau

mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Independensi dan obyektivitas suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi apabila

terdapat:

a. Campur tangan pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup

pemeriksaan.

b. Pembatasan waktu pemeriksaan yang tidak wajar untuk menyelesaikan

pemeriksaan.

c. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa,

yang berdampak negatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan.

d. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidak setujuan dengan isi

laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksaan, atau penerapan kriteria

lainnya.

e. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai,

berhubungan dengan kecakapan pemeriksa.

Selain itu, independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh

kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan,

organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi. Pemeriksa dapat

dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila

melakukan pemeriksaan di luar entitas tempatnya bekerja.

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

6

Kompetensi Auditor

Dalam standar pengauditan, khususnya standar umum, disebutkan bahwa

audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor serta dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran proffesionalnya

dengan cermat dan seksama (Kusharyanti, 2003:26).

Pernyataan standar umum pertama dalam SKPN adalah: “Pemeriksa secara

kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk

melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini

semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap

pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki

pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan

tugas tersebut.

Pengaruh Indepedensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Informasi dalam laporan keuangan yang telah diaudit akan menjadi acuan

bagi berbagai pihak ynag berkepentingan. Menurut Lastanti (2005:90), untuk

memberikan jaminan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

dapat dipercaya, tidak memihak, dan tidak menyesatkan, maka diperlukan adanya

suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor yang independen.

De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003) mengemukakan bahwa

probabilitas auditor melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien

adalah independensi auditor. Jika auditor tidak bisa menolak tekanan dari klien,

seperti tekanan personal, emosional dan keuangan, maka independensi auditor

telah berkurang dan bisa mempengaruhi kualitas audit. Tanpa adanya tekanan dari

klien, auditor dapat menemukan dan melaporkan salah saji yang terdapat dalam

laporan keuangan klien, sehingga opini yang dihasilkan oleh audior tidak akan

menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, independensi

auditor merupakan salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan audit yang

berkualitas. Jika seorang auditor kehilangan independensinya, maka laporan audit

yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga tidak dapat digunakan

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

7

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Supriyono, 1988). Berdasarkan

uraian di atas, maka dapat dikemukakan pengembangan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Independensi auditor akan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kualitas audit.

Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Bedard (1986) dalam Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi sebagai

seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas

yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dalam melaksanakan audit, seorang

auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing.

Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang akan diperoleh

melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Pendidikan formal

dibutuhkan oleh auditor berkaitan dengan pengetahuan mengenai bagaimana

proses audit berjalan, kode etik, standar audit serta penerapan prosedur dalam

praktek audit. Menurut Tubbs (1992), auditor yang berpengalaman memiliki

keunggulan, diantaranya dalam hal (1) mendeteksi kesalahan, (2) memahami

kesalahan secara akurat, dan (3) mencari penyebab terjadinya kesalahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti

(2003:26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman akan mempunyai

pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas dan dari penelitian yang terdahulu dapat

disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat dibentuk melalui pengetahuan,

pengalaman dan keahlian. Ketiga hal tersebut yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi kualitas audit, sehingga dapat disimpulkan hipotesis sebagai

berikut:

Ha2 : Kompetensi auditor akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

Dari uraian telaah teoritis dan pengembangan hipotesis tersebut, maka

untuk menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

dikemukakan suatu kerangka penelitian, yaitu mengenai pengaruh independensi

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

8

dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit dapat dilihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 1

Gambar Kerangka Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah independensi,

kompetensi dan kualitas audit. Independensi dan kompetensi merupakan variabel

independen dan kualitas audit merupakan variabel dependen. Independensi akan

diukur berdasarkan tiga macam gangguan, yaitu gangguan pribadi, gangguan

ekstern dan/atau organisasi. Kompetensi akan diukur dengan pengetahuan,

pengalaman auditor dan keahlian. Sedangkan kualitas audit akan diukur melalui

proses audit dan hasil audit.

Menurut SPKN dan penelitian yang dilakukan oleh Castellani (2008),

indikator dalam setiap aspek independensi, kompetensi dan kualitas audit dapat

digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Variabel Indikator Empiris

Independensi Auditor

(X1)

1. Gangguan pribadi dan organisasi

2. Gangguan ekstern

Kompetensi Auditor

(X2)

1. Pengetahuan

2. Pengalaman

3. Keahlian

Independensi

Kualitas Audit

Kompetensi

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

9

Kualitas Audit

(Y)

1. Proses (perencanaan, pelaksanaan,

dan administrasi akhir)

2. Hasil (kemampuan menemukan

kesalahan dan keberanian

melaporkan kesalahan)

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah para auditor yang tergabung dalam

BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, yaitu yang melakukan pengujian

terhadap laporan keuangan atas instansi-instansi pemerintah yang menggunakan

jasa auditor tersebut di Provinsi Jawa Tengah. Auditor di BPK RI Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah berjumlah 133 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian

ini adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel yang

dipilih dari populasi dianggap akan mewakili keberadaan populasi. Metode

pemilihan sampel yang digunakan adalah metode simple random sampling,

dimana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan

sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 responden.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung yang bersumber dari jawaban

kuesioner dari responden yang akan dikirim secara langsung kepada auditor di

BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.

Metode Pengumpulan Data

Variabel dependen dan independen akan diukur oleh instrument penelitian

dalam bentuk kuesioner yang bersifat tertutup Kuesioner tersebut akan diisi atau

dijawab oleh responden auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.

Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi sejumlah

pertanyaan yang bersifat umum. Bagian kedua, berisi sejumlah pertanyaan yang

berhubungan dengan independensi, kompetensi dan kualitas audit dari auditor

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

10

tersebut. Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden. Responden

diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut, kemudian memintanya untuk

mengembalikannya melalui peneliti yang secara langsung akan mengambil

kuesioner yang telah diisi tersebut pada BPK yang bersangkutan. Kuesioner yang

telah diisi oleh responden kemudian diseleksi terlebih dahulu agar kuesioner yang

tidak lengkap pengisiannya tidak diikutsertakan dalam analisis. Kuesioner-

kuesioner tersebut akan memenuhi persyaratan dengan skala Likert. Untuk setiap

pilihan jawaban diberi skor, dan skor yang diperoleh mempunyai tingkat

pengukuran ordinal.

Kategori penilaiannya adalah :

Skor 1 : Tidak Pernah

Skor 2 : Hampir Tidak Pernah

Skor 3 : Pernah

Skor 4 : Sering

Skor 5 : Sangat Sering

Model dan Teknik Analisis Data

1. Pengujian Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Pengujian validitas dapat dilakukan

dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator

dengan total skor konstruk (Ghozali, 2011:54). Setelah dilakukan

pengukuran dengan menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat

signifikansi untuk semua pertanyaan. Jika koefisien relasi (r) bernilai

positif dan lebih besar dari rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua

indikator sah atau valid. Begitu pula sebaliknya, jika bernilai positif atau

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

11

negatif, namun lebih kecil dari rtabel, maka butir pertanyaan dinyatakan

invalid dan harus dihapus.

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011:47). Jika jawaban terhadap

setiap pertanyaan tersebut acak, maka dapat dikatakan bahwa tidak

reliabel. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah One Shot, artinya

satu kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS

memberikan fasilitas untuk mengukur reabilitas dengan uji statistik

Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Nunnally dalam Ghozali, 2011:48).

2. Analisis Data

a. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi

berganda terlebih dahulu digunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji

normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011:160). Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik

dan analisis statistik.

Analisis grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal (Ghozali, 2011:161). Distrbusi normal akan

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

12

membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi normal, maka

garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

Analisis statistik dapat dilakukan dengan menggunakan uji

statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Untuk uji K-S,

yaitu jika nilai hasil uji K-S lebih besar dibandingkan dengan taraf

signifikansi 0,05, maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva

normalnya, maka itu disebut uji normalitas.

2) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dengan

menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance.

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai

VIF ≥ 10.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas

(Ghozali, 2011:139). Pengujian ada atau tidaknya heteroskedasititas

dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat grafik plot antara nilai

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

13

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID.

Disamping menggunakan metode grafik, uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan metode statistik berupa uji glejser. Jika probabilitas

signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya

Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:143).

b. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness

(kemencengan distribusi). Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti

untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian

yang utama dan data demografi responden.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi

berganda yang bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresinya

adalah :

Y = a + β0 + βX1 + βX2 + e

Y = kualitas audit

β0 = intersep

β1, β2, β3 = koefisien regresi

X1 = kompetensi

X2 = independensi

a = konstanta

e = eror

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

14

Sementara itu, langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel

independen, yaitu kompetensi dan independensi dilakukan dengan uji simultan

dan uji parsial.

a. Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha

diterima, jika p value > 0,05 maka Ha ditolak.

Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan

Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data

yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1 dan

X2) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika Fhitung < Ftabel, maka

Ha ditolak. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan

bahwa semua variabel independen (X1 dan X2) tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen (Y).

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value >

0,05, maka Ha ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 70 kuesioner secara

langsung kepada 70 auditor yang berada di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa

Tengah. Penelitian berlangsung kurang lebih selama 2 bulan dari sejak tanggal

pengiriman sampai dengan pengumpulan data. Dari data yang disebar sebanyak

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

15

70 kuesioner, kuesioner yang kembali adalah sebanyak 61 kuesioner dan kembali

tetapi tidak lengkap pengisiannya adalah 2 kuesioner. Secara terperinci dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1

Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah

- Kuesioner yang disebarkan

- Kuesioner tidak kembali

- Kuesioner kembali tetapi data tidak lengkap

- Kuesioner yang digunakan

- Respon rate

70 kuesioner

9 kuesioner

2 kuesioner

59 kuesioner

84,27 %

Sumber : data primer yang diolah

Deskripsi identitas dari 59 responden terdiri dari jenis kelamin,

pendidikan. Identitas responden dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang

dari responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2

Jenis Kelamin Responden

jenis kelamin

23 39,0 39,0 39,0

36 61,0 61,0 100,0

59 100,0 100,0

laki-laki

perempuan

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah reponden

laki-laki sebanyak 23 atau 39% dan responden perempuan sebanyak 36 atau 61%.

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

16

Tabel 3

Jenjang Pendidikan

pendidikan

4 6,8 6,8 6,8

32 54,2 54,2 61,0

12 20,3 20,3 81,4

11 18,6 18,6 100,0

59 100,0 100,0

D3

S1

S2

S3

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Jenjang pendidikan paling banyak adalah S-1, yaitu sebanyak 32

responden atau 54,2 %, jenjang pendidikan D3 sebanyak 4 responden atau 6,8 %,

dan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 12 responden atau 20,3 % dan jenjang

pendidikan S-3 sebanyak 11 responden atau 18,6 %.

Tabel 4

Pengalaman Kerja

Masa kerja

30 50,8 50,8 50,8

23 39,0 39,0 89,8

4 6,8 6,8 96,6

1 1,7 1,7 98,3

1 1,7 1,7 100,0

59 100,0 100,0

1-6 tahun

7-12 tahun

13-18 tahun

19-23 tahun

24-29 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah

responden dengan pengalaman 1-6 tahun sebanyak 30 responden atau 50,80 %,

responden dengan pengalaman 7-12 tahun sebanyak 23 responden atau 39 %,

responden dengan pengalaman 13-18 tahun sebanyak 4 responden atau 6,8 %,

dan pengalaman 19-23 tahun sebanyak 1 responden atau 1,7 %, dan pengalaman

24-29 tahun sebanyak 1 responden atau 1,7 %.

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

17

Tabel 5

Pelatihan Teknis

Pelatihan

27 45,8 45,8 45,8

9 15,3 15,3 61,0

19 32,2 32,2 93,2

3 5,1 5,1 98,3

1 1,7 1,7 100,0

59 100,0 100,0

1-5 kali

6-9 kali

10-12 kali

13-16 kali

17-20 kali

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang

pernah mengikuti pelatihan 1-5 kali adalah 27 orang atau 45,8%, responden yang

mengikuti pelatihan 6-9 kali adalah 9 orang atau 15,3%, responden yang

mengikuti pelatihan 10-12 kali adalah 19 orang atau 32,2%, responden yang

mengikuti pelatihan 13-16 kali adalah 3 orang atau 5,1% dan responden yang

mengikuti pelatihan 17-20 kali adalah 1 orang atau 1,7%.

Analisis Deskriptif

Penelitian menggunakan variabel independen, yaitu independensi dan

kompetensi dan variabel dependen, yaitu kualitas audit. Ringkasan data

mengenai statistik deskriptif dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

Tabel 6

Analisis Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Mean Standar

Deviasi

Kisaran

teoritis

Kisaran

aktual

Independensi 27 59 49,69 5,344 12-60 27-59

Kompetensi 6 25 21,56 4,431 5-25 6-25

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

18

Kualitas

Audit

32 70 55,05 5,946 16-80 32-70

Sumber : data primer yang diolah

Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 27 sampai

dengan 59 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 49,69 dan standar deviasi 5,344,

menunjukan tidak ada kesenjangan yang cukup besar pada karakteristik personal

responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk

independensi (49,69) di atas nilai median kisaran teoritis (3x12 = 36), sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki

independensi yang tinggi.

Variabel kompetensi mempunyai bobot jawaban antara 6 sampai dengan

25 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 21,56 dan standar deviasi 4,431,

menunjukan tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal

responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk

kompetensi (21,56) di atas nilai median kisaran teoritis (3x5 = 15), sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki

kompetensi yang tinggi.

Variabel kualitas audit mempunyai bobot jawaban antara 32 sampai

dengan 70 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 55,05 dan standar deviasi 5,946,

menunjukan tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal

responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk

kualitas audit (55,05) di atas nilai median kisaran teoritis (3x16 = 48), sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki

kualitas audit yang tinggi.

Hasil Pengujian Kualitas Data

1. Uji Validitas

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini akan diuji validitasnya

dengan menggunakan program SPSS. Dari tampilan output SPSS terlihat

bahwa korelasi antara masing-masing indikator (IP1 sampai IP12) terhadap

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

19

total konstruk (Independensi) menunjukkan hasil yang signifikan. Tampilan

output SPSS terlihat bahwa antara masing-masing indikator (KP1 sampai

KP5) terhadap total konstruk (Kompetensi) menunjukkan hasil yang

signifikan. Dan dari tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antara

masing-masing indikator (KA1 sampai KA16) terhadap total konstruk

(Kualitas Audit) menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa masing-masing indikator pertanyaan dari ketiga variabel tersebut

adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Kuesioner pada penelitian ini juga akan diuji reliabilitasnya dengan

program SPSS. Dapat dilihat bahwa hasil tampilan output SPSS

menunjukkan bahwa variabel dependen (Y) dalam hal ini adalah kualitas

audit memberikan nilai Alpha sebesar 0,875. Dapat dilihat bahwa hasil

tampilan output SPSS menunjukkan variabel independen (X1) dalam hal ini

adalah independensi memberikan nilai Alpha sebesar 0,849. Dan dapat dilihat

bahwa hasil tampilan output SPSS menunjukkan variabel independen (X2)

dalam hal ini adalah kompetensi memberikan nilai Alpha sebesar 0,942. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut reliabel

karena > 0,70.

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

1. Normalitas

Dari hasil tampilan output SPSS, dapat diketahui bahwa penyebaran

plot berada di sepanjang garis 45 o, sedangkan besarnya nilai Kolmogorov-

Smirnov adalah 0,827 dan signifikansi pada 0,501, maka dapat disimpulkan

bahwa data residual terdistribusi normal karena garis yang menggambarkan

data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya dan nilai signifikansinya

lebih dari 0,05.

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

20

2. Uji Multikolinearitas

Dari hasil tampilan output SPSS, diperoleh hasil nilai Tolerance

sebesar 0,927 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,079. Dari

sini dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan

hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model

regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil tampilan ouput SPSS menunjukkan bahwa titik-titik

menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar

baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi, sehingga

model regresi layak dipakai untuk memprediksi kualitas audit dengan

variabel independen independensi dan kompetensi auditor (Ghozali,

2011:141).

Hasil Analisis Regresi

1. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah independensi dan

kompetensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil

pengujian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

21

Tabel 9

Hasil Uji F

ANOVAb

701,154 2 350,577 14,546 ,000a

1349,693 56 24,102

2050,847 58

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kompetensi, Independensia.

Dependent Variable: Kualitas Auditb.

Sumber : Data primer yang diolah

Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan

semua variabel independensi, dan kompetensi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kualitas audit.

2. Koefisien Determinasi (R2 )

Persentase variabel dependen (kualitas audit) dapat dijelaskan oleh

variabel independen (independensi dan kompetensi) dalam model penelitian

ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi. Koefisien Determinasi ini

menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel

dependent atau bebas yang dinyatakan dalam persen (%).

Tabel 10

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

,585a ,342 ,318 4,909

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Kompetensi, Independensia.

Dependent Variable: Kualitas Auditb.

Nilai koefisien determinasi untuk variabel independensi dan kompetensi

dapat menjelaskan kualitas audit yang dimiliki auditor BPK RI Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah sebesar 31,80 % sedangkan sisanya diterangkan oleh

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

22

faktor lain. Beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan bahwa kulaitas audit

juga dipengaruhi oleh faktor risk profile auditor (Sulistiyanti, 2011) serta

tekanan waktu audit dan kompleksitas tugas (Wijaya, 2011).

3. Model Persamaan Regresi

Perhitungan regresi linier berganda antara independensi dan kompetensi

terhadap kualitas audit dengan dibantu program SPSS dalam proses

penghitungannya dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 11

Uji t

Coefficientsa

17,347 7,071 2,453 ,017

,515 ,125 ,463 4,109 ,000

,479 ,212 ,254 2,256 ,028

(Constant)

Independensi

Kompetensi

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kualitas Audita.

Sumber : data primer yang diolah

Y = 0,463X1 + 0,254 X2 + e

Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas memberikan

pengertian bahwa :

a. b1 (nilai koefisien regresi independensi) mempunyai arti apabila

independensi semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil

auditor semakin meningkat.

b. b2 (nilai koefisien regresi kompetensi) mempunyai arti apabila

kompetensi meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor

semakin meningkat.

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

23

4. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Hasil perhitungan tabel di atas, diperoleh nilai signifikasi untuk

independensi adalah = 0,000 < 0,05, maka menunjukkan bahwa

independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, sehingga hipotesis

yang menyatakan dugaan adanya pengaruh independensi berpengaruh

terhadap kualitas audit yang diambil auditor diterima.

b. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Hasil perhitungan tabel di atas, diperoleh nilai signifikasi untuk

akuntabilitas adalah = 0,022 < 0,05, maka menunjukkan bahwa

kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H2 diterima, sehingga

hipotesis yang menyatakan dugaan adanya pengaruh kompetensi

terhadap kualitas audit yang diambil auditor diterima.

Pembahasan

1. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Hal ini

karena independensi auditor bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen. Apabila auditor tersebut tidak

independen terhadap kliennya, maka opininya bisa menyesatkan pemakai

laporan keuangan. Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah:

“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi

pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan

dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi

independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi

pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat

mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat,

simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

24

dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak

manapun. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang

diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan

pemeriksaannya tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat

dalam ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian, laporan hasil

pemeriksaan yang dihasilkan oleh auditor yang independen dapat dipercaya

oleh para pengguna laporan informasi tersebut. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Castellani (2008) yang menyatakan independensi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05.

Kondisi ini terjadi karena kompetensi auditor adalah kualifikasi yang

dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Pernyataan

standar umum pertama dalam SKPN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus

memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas

pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi

pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan

dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki

pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus

memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan,

dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam

mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai.

Auditor yang melaksanakan pemeriksaan harus memelihara kompetensinyta

melalui pendidikan professional berkelanjutan (BPK RI, 2007).

Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu

pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk

memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki

kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

25

menganalisa permasalahan. Hasil ini mendukung penelitian Effendi (2010)

yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai

pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit.

Berdasarkan persepsi auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dan

telah diolah sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan.

Berdasarkan análisis data dan pembahasan sebelumnya disimpulkan

bahwa kedua variabel independen, yaitu kompetensi dan independensi auditor

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Hasil yang pertama, penelitian ini membuktikan bahwa independensi

auditor memberikan hasil yang signifikan terhadap kualitas audit. Independensi

mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh para

auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan

nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Sehingga semakin tinggi independensi

seorang auditor, maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil yang kedua, penelitian membuktikan bahwa kompetensi auditor

memberikan hasil yang signifikan terhadap kualitas audit. Kompetensi

mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh para

auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan

nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Sehingga semakin tinggi kompetensi

seseorang, maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan.

Implikasi Hasil

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian terdapat implikasi secara teoritis dari

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa independensi dan kompetensi

auditor mempengaruhi kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Castellani (2008) yang menyebutkan bahwa

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

26

sikap independensi dan kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas

audit. Dengan demikian, peningkatan kualitas audit yang dihasilkan seorang

auditor akan dipengaruhi oleh peningkatan sikap independensi dan kompetensi

auditor tersebut. Setiap auditor harus mempunyai sikap independensi dan

kompetensi agar dapat memberikan opini yang tidak menyesatkan bagi para

pengguna laporan keuangan.

2. Implikasi praktis

Implikasi praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa masukan

bagi BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah untuk dapat meningkatkan

kualitas audit dalam setiap pemeriksaan. Selain itu, penelitian ini juga

membuktikan bahwa auditor yang memiliki sikap independen dan kompeten

akan mampu menghasilkan audit yang berkualitas. Hasil penelitian ini

menjadi masukan bagi para auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa

Tengah agar mampu bersikap obyektif atau tidak memihak dan mampu

meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan tanggungjawabnya

sebagai auditor sehingga opini yang dihasilkan tidak akan menyesatkan dan

kualitas audit dapat tercapai.

Keterbatasan

Pada waktu penyebaran kuesioner, peneliti tidak mendampingi secara

langsung pengisian kuesioner, sehingga peneliti tidak mengetahui apakah

responden telah mengisi dengan seharusnya. Selain itu, membutuhkan waktu yang

lama untuk mendapatkan kembali kuesioner yang telah disebar di BPK RI

Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.

Saran untuk Penelitian Mendatang

Pada penelitian mendatang lebih baik metode pengambilan data yang

dilakukan adalah dengan metode interview atau wawancara, untuk mendapatkan

komunikasi dua arah dengan responden dan mendapatkan kejujuran jawaban

responden. Tetapi apabila tetap menggunakan kuesioner, lebih baik peneliti

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

27

mendampingi secara langsung pada saat responden mengisi kuesioner untuk

menghindari bias informasi atau penelitian dilakukan pada saat auditor tidak

sedang sibuk melakukan pemeriksaan. Selain itu, pertanyaan yang ada dalam

kuesioner sebaiknya diacak saja, sehingga dapat menghindari biasnya jawaban

responden. Pada penelitian mendatang, penelitian tidak hanya meneliti mengenai

dua variabel independen saja, melainkan dapat meneliti variabel-variabel lain

yang terkait dengan kualitas audit, yaitu faktor risk profile auditor, tekanan waktu

audit dan kompleksitas tugas.

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

28

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemerika Keuangan RI. 2006. Undang-Undang Nomor 15, Tahun 2006

tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI. Jakarta.

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada

Kualitas Audit. Jurnal Trikonomika Vol. 7 No. 2 Desember.

Effendi, Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi

terhadap Kualitas Audit Parat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan

Daerah. Universitas Diponegoro Semarang.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Edisi 5. BP UNDIP. Semarang.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan

Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan

Manajemen (Desember).

Noviyanti, Suzy dan Intiyas Utami. 2004. Dasar-dasar Pengauditan. Fakultas

Ekonomi. Salatiga.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta

Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi

Akuntan Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi.

Auditing dan Informasi Vol.5 No. 1 April.

Sulistiyani, Lina. 2011. Pengaruh Independensi, Risk Profile Auditor, dan

Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit. Universitas Kristen Satya

Wacana.

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Independensi Penampilan Akuntan Publik (edisi ke-1). Yogyakarta: BPFE.

Tubbs, R.M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and

Amount of Knowledge. The Accounting Review Vol. 67 No. 4 October.

Watts, R.L & Zimmerman, J.L. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year

Perspective. The Accounting Review Vol. 65 Januari.

Page 29: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2321/2/T1_232008113_Full... · bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif,

29

Wijaya, R.S. 2011. Pengaruh Tekanan Waktu Audit dan Kompleksitas Tugas

terhadap Kualitas Audit. Universitas Kristen Satya Wacana.