bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung
jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri,
memiliki kewajiban untuk meyelenggarakan pemerintah yang baik (Good
Governance) dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, pengayom, dan
pelayan masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum.1
Tugas Kepolisian dalam rangka menjaga keamanan, ketertiban dan
kenyamanan dalam masyarakat dari waktu ke waktu selalu dinamis dan
berkembang mengikuti perubahan yang ada di dalam masyarakat.2
Fungsi kepolisian yang menyelengarakan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat. Hukum ditujukan kepada pemeliharaan dan menjaga
tetap berlakunnya dan ditaatinya norma-norma yang ada di masyarakat
tersebut, sehingga kehidupan di masyarakat menjadi aman, tentram, tertib,
damai dan sejahtera.
1 Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme Dalam Reformasi Polisi). Laksbang
Mediatama, Surabaya, 2007. Hal.6.
2 Dapat dilihat pada http://irwanmarine87.blogspot.com/2012/12/polmas.html.Diunduh
pada tanggal 07-12-2012 pukul 16.25 WIB.
2
Apabila dicermati, bahwa tugas Kepolisian di negara manapun
penyelenggaraannya tertuju pada kepentingan negara atau pemerintah dan
masyarakat, sehingga negara atau pemerintah yang memiliki tanggung jawab
atas terjaganya, terbinanya dan terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat.3
Watak sipil menghendaki Polisi dekat dengan rakyat atau masyarakat yang
dilayaninya. Polisi yang berwatak sipil harus banyak berdialog dengan
lingkungannya. Salah satu cara untuk mendekatkan polisi kepada masyarakat
yang menjadi lingkungannya adalah dengan membuatnya bertanggung jawab
kepada masyarakat tempat dia bertugas.4
Untuk sahnya segala tindakan yang dilakukan Polisi maka harus
memenuhi syarat :
1. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Tindakan dilakukan untuk memelihara ketertiban, ketentraman
dan keamanan umum.
3. Tindakan dilakukan untuk melindungi hak-hak seseorang.
4. Bersikap adil, tidak memihak, jujur dan objektif serta memiliki
kemampuan legal reasoning yang tinggi.
3 Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good Governance, LaksBang
Yogyakarta, Yogyakarta, 2005, h. 232.
4 Satjipto Raharjo, Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2002,h. 66.
3
5. Harus berpegang pada asas-asas umum pemerintahan yang baik
(the general principle of good governance).5
Program Perpoloisian Masyarakat membangun dan membina rasa
saling percaya dalam membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi
mengakui pentingnya makna kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat
serta keuntungan yang bisa diraih dari kerja sama tersebut. Sementara itu,
masyarakat juga mengakui perlunya menciptakan kemitraan yang kuat
dengan kepolisian untuk menciptakan wilayah yang aman, tertib, serta dari
gangguan keamanan.
Konsep didalam program Polmas pada hakekatnya adalah
bagaimana masyarakat dan polisi dapat menyelesaikan dan memecahkan
permasalahan Kamtibmas yang ada atau terjadi di wilayahnya. Untuk
menyeragamkan persepsi itu, maka dikeluarkanlah kebijakan Kapolri
melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol.Skep/737/ X / 2005 tanggal 13
Oktober 2005, yang kemudian disempurnakan melalui Peraturan Kapolri
No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi
Polmas dalam Penyelenggaran Tugas Polri.
Hal yang menarik untuk diangkat dalam persoalan Perpolisian Masyarakat
ini adalah keterkaitan antara Polisi dengan masyarakat untuk bersama-sama
untuk melakukan pencegahan kejahatan pada suatu wilayah.
5 Sadjijono, seri : Hukum Kepolisian, Polri dalam Perkembangan Hukum di Indonesia :
Berbagai Pemikiran tentang Paradigma Polri yang Bermoral, Profesional, Modern, dan Mandiri, LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2008, h. 195.
4
Perpolisian model sipil atau Perpolisian Masyarakat akan berorientasi pada
pencegahan kejahatan dan mengutamakan pencegahan kejahatan dan
mengutamakan kemitraan dengan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam
mengontrol, memberikan masukan, serta memberikan masukan kepada polisi,
menandakan adanya hubungan baik dan komunikasi secara teratur dan terus-
menerus dengan masyarakat. Ini artinya polisi harus bersifat terbuka agar dapat
melibatkan masyarakat.
Dalam penerapan Perpolisian Masyarakat keberhasilan dalam mencegah
kejahatan tidak hanya tergantung oleh satu pihak saja, melainkan kerjasama
atau kemitraan yang dilakukan oleh masyarakat dan polisi. Agar hal tersebut
tercapai maka polisi berperan aktif membantu masyarakat melakukan hal
tersebut.
Kemitraan antara Polisi dan masyarakat dalam program Polmas, memilki
hambatan dan kendala. Dalam penulisan skripsi ini nantinya, mencoba
menelusuri hambatan apa saja yang ada dalam pelaksanaan Program
Perpolisian Masyarakat di wilayah Polres Kota Salatiga, khususnya dalam
penerapan program perpolisian masyarakat.
Berdasarkan penelitian data kejahatan yang meresahkan masyarakat di
kota Salatiga terhitung tinggi, dari tahun 2012 s/d 2013. Pada tahun 2012
sebanyak 179 kasus dan tahun 2013 sebanyak 162 kasus hal ini menunjukkan
potensi terhadap gangguan keamanan dan ketertiban cukup tinggi.6
6 Data Sekunder Sat Reskrim Polres Salatiga tanggal 7 Oktober 2013.
5
Penulisan skripsi ini berfokus pada penerapan program Perpolisian
Masyarakat di wilyah hukum Polres Salatiga. Alasannya adalah masih
tingginya tingkat kejahatan di Polres kota Salatiga yakni tindak kejahatan yang
meresahkan masyarakat.
Adapun alasan di pilihnya Kota Salatiga sebagai tempat penelitian adalah
masih banyak tingkat kejahatan yang meresahkan masyarakat di wilayah
hukum Polres Salatiga, walaupun sudah ada program Perpolisian Masyarakat
dengan sasaran terciptanya situasi kamtibmas yang kondisif , merupakan
masalah yang menarik untuk dikaji.
Dari paparan permasalahan di atas sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang penerepan program Polmas, penulis akan
mengkaji tentang penerapan Polmas di wilayah hukum Polres Salatiga guna
melihat kemitraan antara polisi dan masyarakat dalam Program Polmas,
Khususnya dalam penerapan program Polmas dalam upaya pencegahan tindak
kejahatan.
Tema tentang Perpolisian masyarakat ini pernah dilakukan penelitian
sebelumnya oleh mahasiswa Fakultas Hukum tetapi dengan berbagai
perbedaan, berikut adalah perbandingan skripsi penulis dengan penulis yang
lain :
6
1.1 Tabel perbandingan sekripsi penulis dengan sekripsi penulis yang lain
No. Perbandingan
Sekripsi
Penulis Bernadet Kartika Setiawanti
1. Judul Penerapan Program Perpolisian
Masyarakat dalam Mewujudkan
Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat di Wilayah Polres
Salatiga
Pelaksanaan Program Polmas
dalam upaya Penanggulangan
Kejahatan Perjudian di
Wilayah Polres Boyolali
2. Lokasi Salatiga Boyolali
3. Peraturan
Perundang-
undangan
. UU No. 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
. UU No. 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
4. Objek Analisis Penerapan Polmas
secara umum
Analisis pelaksanaan program
polmas secara khusus
5. Permasalahan Penerapan program polmas Pelaksanaan program polmas
dalam upaya penanggulangan
kejahatan perjudian
6. Unit Amatan Satuan Binmas dalam Proses
penerapan yang dilakukan di
wilayah Polres Salatiga
Satuan Binmas Polres Boyolali
dalam menangulangi perjudian
dengan sample wilayah dengan
tingkat kasus perjudian paling
tinggi / rendah di wilayah
Polres Boyolali
7. Unit Analisis Penerapan program polmas
dalam mewujudkan keamanan
dan ketertiban serta faktor yang
mempengaruhi penerapan
program Polmas di wilyah
Polres Salatiga
Pelaksanaan program Polmas
dalam upaya menanggulangi
perjudian dan hambatannya
diwilayah Polres Boyolali
7
Kepolisian Negara Indonesia (Polri) adalah sebagai suatu lembaga yang
mengemban fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan
kepada masyarakat berlandaskan pada asas legalitas (rechtmatigheid) yang
diatur dalam UUD 1945, Undang-undang No.8 tahun 1981 tentang KUHP,
Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia serta Undang-Undang lain yang mengatur secara khusus.
Fungsi kepolisian terdari dua fungsi, yakni fungsi preventif dan fungsi
represif. Fungsi preventif dijalankan dalam rangka memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dan fungsi represif sebagai
fungsi penegakan hukum. Polisi memiliki kekhasan dalam menjalankan
tugasnya, yakni melakukan penegakan hukum sekaligus melakukan
pengayoman, perlindungan, dan pelayanan terhadap masyarakat. Maka sikap
Polisi dalam masyarakat akan senantiasa dituntut untuk bersikap melindungi,
melayani, dan mengayomi.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman
8
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4 UU No.2
tahun 2002).7
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri (Pasal 5 UU
No.2 tahun 2002).8
Polisi memberikan bimbingan dan memfasilitasi masyarakat agar dapat
terwujud kontribusi yang baik, serta terjalin hubungan kemitraan yang
sederajat dalam situasi yang saling bersinergi dan saling melengkapi antara
Polisi dan masyarakat..
Pemolisian atau Perpolisian Masyarakat adalah penyelenggaraan tugas
kepolisian yang mendasari kepada pemahaman bahwa untuk menciptakan
kondisi aman dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai
subjek dan masyarakat sebagai objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh
Polisi dan masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat melalui
kemitraan Polisi dan warga masyarakat.9
Sebagai suatu program atau strategi, perpolisian masyarakat yang
menekakankan kemitraan yang sejajar antara petugas Polmas dengan
7 Bisa dilihat di Pasal 4 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
8 Bisa dilihat di Pasal 5 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
9 Bisa dilihat pada Perkap. No.7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi
Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polisi.
9
masyarakat lokal dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan
sosial yang mengancam kehidupan masyarakat setempat dengan bertujuan
untuk mengurangi tingkat kejahatan dan rasa ketakutan akan kejahatan serta
meningkatkan kualitas masyarakat setempat.
Menurut Pudi Rahardi, Polri merupakan salah satu institusi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan, dan ketertiban
dalam negeri memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pemerintahan yang
baik (good governance) dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung,
pengayom dan pelayan masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum.10
Pengemban polmas semua anggota Kepolisian dari pangkat terendah
hingga pangkat tertinggi, pelaksanaan program polmas dilakukan Satuan Bina
Masyarakat atau Satbinmas dan pelaksananya dibawahnya seperti unit Polmas
pada tingkat Polsek, dan Bhabinkamtibmas pada tingkat kelurahan.11
Salah satu implementasi Polmas adalah pembentukan Forum Kemitraan
Polisi Masyarakat (FKPM) pada tingkat satuan operasional kewilayahan Polri
sebagai wadah komunikasi, konsultasi, trasparansi, dan akuntabilitas Polri
dengan masyarakat yang dilayaninya. FKPM sebagai lembaga pranata sosial
yang mewakili unsur masyarakat dalam membangun dan menjalankan Polmas
sebagai program dituntut untuk dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan operasionalisasi Polmas.
10 Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, (Profesionalisme dan reformasi Polisi), LaksBang
Mediatama, Surabaya, 2007, h.6. Penulis adalah Seorang Polisi
11 Berdasarkan Data skunder yang di proleh dari Satbinmas Polres Salatiga tanggal 21
oktober 2013
10
FKPM harus mampu mendorong peran serta masyarakat dalam rangka
mengantisipasi dan menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan
dan ketertiban yang terjadi dan/atau bersumber dari dalam kehidupan
masyarakat setempat. Dalam kedudukannya, fungsi dan tugasnya sebagai
perangkat kelembagaan dalam operasionalisasi model Polmas sebagai
program, FKPM diberikan sejumlah kewenangan kepolisian terbatas untuk
mempelancar pelaksanaan tugas dan kegiatannya di tengah-tengah masyarakat.
Kewenangan kepolisian terbatas dimaksud haruslah di bawah pengendalian
dan pengawasan langsung dari petugas Polmas.
Gambaran umum tentang pelaksanaan Polmas di Kota Salatiga, Skep
Kapolres Salatiga No. Pol. : SKEP / 08 / III / 2007 / Res Sltg Tanggal, 06
Maret 2007 Telah dilantik FKPM di Wilayah Hukum Polres Salatiga Sebanyak
22 Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan antara lain; mengadakan pertemuan
antara polisi dengan masyarakat dan FKPM, mengadakan pelayanan
Kamtibmas keliling dan Forum silaturahmi Kamtibmas yang berkoordinasi
dengan instasi lainnya (pemkot kota salatiga, Perangkat Desa, Pemuka Agama
dll). Demi terciptanya kamtibmas yang kondusif.12
Pelaksanaan FKPM sudah berjalan, orang (personal) telah memahami dan
melaksanakan sesuai dengan nafas polmas serta mengetahui tindakan atau
pemahaman hukum mengenai tindak pidana seperti apa yang dapat di tangani
polmas. Program FKPM kota salatiga yang dilakukan antara lain, memberikan
kesadaran hukum kepada masyarakat, menyelesaikan masalah ringan baik
12 Berdasarkan Data Sekunder yang di Proleh dari Satbinmas Polres Salatiga tanggal 21
oktober 2013.
11
tingkat RT/RW seprti perkelahian dibawah umur, buang samapah di sembarang
tempat, mengganggu pejalan kaki, serta para pelaku miras dll, serta
menciptakan stabilitas suasana keamanan dan ketertiban masyarat.13
Penerapan polmas dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat di kota salatiga perlu dikaji untuk mengetahui apakah
pemberdayaan FKPM sudah cukup efektif dalam pencegahan tindak
kejahatan, maka banyak faktor yang bisa dikaji di dalamnya.
Pertama, mengenai pemberdayaan FKPM guna membentuk FKPM yang
aktif sebagai program polmas dalam mencegah tindak kejahatan, faktor apa
saja yang mempengaruhi keaktifan atau pemberdayaan FKPM tersebut.
Kedua, dalam program polmas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mencegah tindak kejahatan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keberhasilan maupun kekurang berhasilan program polmas untuk menjalankan
kemitraan dengan masyarakat guna mencegah tindak kejahatan demi
terciptanya situasi kamtibmas di lingkungan masyarakat khususnya di
wilayah polres salatiga. Hal inilah yang menarik untuk dikaji dalam penulisan
sekripsi ini.
Dalam upanya pelaksanaan program polmas tidak hanya di titik beratkan
kepada peran FKPM saja, namun perlu dikaji juga bagaimana pelaksanaan
program polmas.
13
Hasil wawancara salah seorang Babinkamtibmas Polres Salatiga 11 november 2013.
12
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana penerapan Program Perpolisian Masyarakat dalam
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukum
Polres Salatiga?
b) Apa faktor yang mempengaruhi penerapan Program Perpolisian
Masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat
di wilayah hukum Polres Salatiga?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bentuk kegiatan, peran serta fungsi polmas dalam
kemitraannya dengan masyarakat.
2. Mengetahui upaya yang dilakukuan polmas dalam mewujudkan
keamanan dan ketertiban masyarakat.
3. Mengetahui hambatan yang dialami oleh polmas dalam melaksanakan
program kemitraannya dengan masyarakat.
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan referensi untuk mendapatkan informasi tentang
bagaimana pelaksanaan kebijakan Kapolri dalam menerapkan
program perpolisian masyarakat dengan melibatkan masyarakat
13
dengan tujuan menciptakan situasi keamanan dan ketertiban di
masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
hukum khususnya mengenai penerapan serta kemanfaatan program
perpolisian masyarakat yang melibatkan masyarakat untuk ikut serta
menjaga situasi keamanan dan ketertiban yang di jadikan suatu
kebutuhan.
E. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode socio legal,
Suatu ranah penelitian hukum yang diasosiasikan dengan studi lapangan
untuk mengetahui bagaimana hukum bekerja dan beroperasi dalam
masyarakat yaitu dengan mengkaji interaksi antara hukum dengan
masyarakat atau antara aspek hukum dengan aspek sosial.
Dalam tehnik pengumpulan data, Penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Studi literatur, dan
b. Wawancara
Penelitian ini dalam memilih sample menggunakan tehnik purposive
sampling yaitu tehnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu, yakni
sumber data yang di anggap sesuai dengan yang di harapkan dengan
14
menggunakan tehnik purposive sampling untuk mendapatkan informasi yang
maksimum.
Lokasi penelitian adalah wilayah hukum Polsek Sidorejo. dipilihnya
Polsek Sidorejo karena memiliki tingkat kejahatan yang peling tinggi di
wilayah hukum Polres Salatiga, dengan mengambil sampel wilayah yang
potensi tindak kejahtan yang tinggi dan rendah di tingkat kelurahan wilayah
hukum Polsek Sidorejo, sampel kelurahan yang potensi kejahatan yang paling
tinggi adalah kelurahan sidorejo lor dan kelurahan salatiga, dan sampel paling
rendah terhadap potensi terjadinya gangguan kamtibmas di kelurahan pulutan.
Polmas merupakan program yang diarahkan oleh Kepala Kepolisan
Republik Indonesia yang harus dilaksanakan dimasing-masing jajaran mulai
dari Polres hingga tingkat Polsek. Program ini bertujuan untuk menjalin
kemitraan antara polisi dengan masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan
kantibmas.
Oleh karena itu, metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Socio
Legal digunakan untuk melihat dan mengetahui serta menganalisis korelasi
antara pelaksanaan Program Polmas yang melibatkan unsur Polisi sehubungan
dengan tugas polisi (Sat Binmas serta pelaksanaan dibawahnya) dan unsur
masyarakat dalam aspek-aspek sosial yang ada dan menggunakan tehnik
purposive sampling untuk mendapatkan informasi yang maksimum.
15
Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder dan sumber
data primer.
Sumber data Primer, dilakukan dengan wawancara kepada :
1. Anggota kepolisian bagian Binmas Polres Salatiga.
2. Bhabinkamtibmas Polsek Sidorejo.
3. FKPM di wilayah kelurahan Sidorejo.
4. Tokoh Masyarakat.
Sumber data sekunder yang digunakan adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Peraturan Kapolri No.7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi
dan Implementasi Polmas dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
4. Skep Kapolri No. Pol. Skep/737/X/2005/ tentang Kebijakan dan
Strategi penerapan Model Polmas Dalam Penyelenggaraan Tugas
Polri.
5. Skep Kapolri No. Pol. Skep/433/VII/2006 tentang Panduan
Pembentukan dan Operasional Polmas
6. Buku Pedoman Implementasi Polmas, Biro Pembinaan Kemitraan,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2006.