bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu usaha dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalu pendidikan. Dengan pendidikan dapat diharapkan meningkatnya
kualitas SDM dalam kehidupan warga negaranya. Peningkatan kualitas kehidupan
ini maksudnya dari segi, kemamapuan menyerap informasi, kemampuan
menerapkan pengetahuan yang berguna, dan kemampuan untuk belajar hal-hal
baru. Namun sayang sekali tidak semua warga negara memiliki akses ke jalur
pendidikan formal, entah karena keterpencilan geografis, ataupun karena alasan
ekonomi yang memaksa mereka untuk berhenti bersekolah saat pendidikan
mereka belum tamat.
Kondisi ketidak merataan pendidikan ini berimplikasi pula pada ketidak
merataan kesejahteraan. Karena, sedikit banyak, tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap kemampuan untuk meraih pekerjaan yang layak dengan penghasilan
yang layak pula. Kondisi inilah yang mendorong perlunya penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah bagi warga negara yang membutuhkan. Namun
konsumen yang disasar oleh program pendidikan luar sekolah ini, ada yang
bersifat khusus, seperti dewasa secara usia, telah menikah, memiliki tanggungan
keluarga, dan memeliki kebutuhan ekonomi yang mendesak. Kekhususan ini
menyebabkan diperlukan program pendidikan luar sekolah yang berbasis pada
pendidikan keterampilan, yang diharapkan dapat berdaya guna bagi mereka yang
mempelajarinya. Singkatnya dengan menempuh pendidikan luar sekolah jenis ini,
peserta didik bukan hanya belajar baca tulis saja, namun juga belajar keterampilan
yang berguna bagi peningkatan kualiatas sosial mereka.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengubah dan
membentuk kehidupan masyarakat. Pemberdayaan akan meningkatkan
kemampuan anggota masyarakatnya agar dapat mengarahkan, mengendalikan,
membentuk dan mengelola hidupnya. Pemberdayaan masyarakat juga akan
meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat mengelola hidupnya secara
mandiri sebagai indikator pemberdayaan meliputi kemampuan: i) Memahami
2
masalah, ii) Menilai tujuan hidupnya,iii) Membentuk strategi, iii) Mengelola
sumber daya, iv) Bertindak dan berbuat. Selanjutnya pembangunan masyarakat
merupakan suatu proses yang berkelanjutan dengan pendekatan holistik atau
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kemudian menerapkan
pemberdayaan yang berpengaruh, melibatkan, dan mendidik; menjamin
keseimbangan lingkungan; memastikan keberlanjutan/kebertahanan, dan
menggunakan kemitraan untuk membuka akses untuk sumber daya dan dana.
Kecamatan Kubu kabupaten Karangasem memiliki masyarakat buta huruf
yang sangat besar. Berdasarkan data yang tercatat di kantor kecataman kubu 60%
dari penduduk produktif (umur 20 tahun ketas) buta aksara. Kehidupan ini sangat
mngganggu kehidupan sosial masyarakat secara menyeluruh. Secara umum
masyarakat desa sangat cerdas dan kaya keterampilan yang perlu dikembangkan.
Namun, sayang sekali, selama ini keaksaraan usaha mandiri hanya dipandang
sebelah mata oleh masyarakat desa. Kondisi ini menyebabkan tingkat
perkembangan masyarakat menjadi sangat rendah. Ini tentu saja menyebabkan
pendapatan yang juga rendah di kalangan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan pengabdian di
kecamatan kubu. Salah satu desa yang bisa dijadikan tempat pengabdian adalah
desa Tianyar. Karena desa Tianyar memiliki potensi alam tempurung kelapa yang
melimpah. sampai saat ini tempurung Kelapa belum dimanfaatkan secara
maksimal padahal tempurung Kelapa dapat dijadikanbahan kerajinan seperi
kerajinan tempurung kelapa/sarana persembahyangan.
1.2 Analisis Situasi
Desa Tianyar sebenarnya memiliki potensi yang besar yang bisa
dikembangkan dalam bidang kerajinan karena desa Tianyar memiliki bahan baku
tempurung kelapa yang sangat melimpah. Desa Tianyar berjarak 30 km dari kota
Amlapura-Kabupaten Karangasem-Bali, merupakan daerah kering yang banyak
ditumbuhi tanaman kelapa yang sering dicari janurnya digunakan sebagai sarana
upacara, buahnya dijual dan kadang-kadang dijadikan minyak. Buah kepala yang
dijual adalah isinya, tempurungnya biasanya hanya digunakan sebagai arang atau
bahkan dibuang begitu saja. Sampai saat ini desa Tianyar hanya mampu bergerak
3
aktif dalam penghasil bahan baku dari tanaman Kelapa bukan akif sebagai
pengolah bahan baku tanaman Kelapa. Padahal di Desa Tianyar jumlah penduduk
miskin dan dan Buta Aksara cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010
menunjukkan bahwa desa Tianyar memiliki penduduk yang buta aksara 845 orang
dari 1717 penduduk yang tercatat.
Sebenarnya, di Desa Tianyar ada beberapa kumpulan keluarga dan
kelompok tani yang dibentuk dengan tujuan membentuk usaha tani, yakni
kelompok Sri Amerta Sari dan kelompok Karya Santhi. Kelompok ini sudah lama
dibentuk oleh masyarakat, namun dari sejak berdirinya tahun 1995 sampai
sekarang (2014) perkembangannya bisa dikatakan stagnan. Hal ini dapat dilihat
dari produk pertani (buah-buahan, kelapa, kacang-kacangan, dan lontar) yang
dihasilkan masih minim nilai jual. Sampai saat ini hasil produksinya tidak mampu
bersaing di pasaran, bahkan di pasaran domestik saja masih belum berkategori
layak jual. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kemampuan seni
dan jiwa wirausaha masyarakat masih rendah, sehingga hasil produksinya tidak
memiliki nilai jual yang tinggi. Dampaknya, pertanian, usaha dan usaha kerajinan
tempurung Kelapa ini belum mampu mendongkrak perekonomian komunitas
masyarakat desa Tianyar secara signifikan. Sampai saat ini belum banyak upaya-
upaya yang dilakukan masyarakat Tianyar untuk memperbaiki kualitas dan
kuantitas produksi . Desa Tianyar sebagai lumbung Kelapa yang menjadi penciri
keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk kerajinan
seni, sehingga potensi desa tidak dapat berkebang dengan baik.
Gambar 1. Kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya Santhi saat
Mendapatkan Pembelajaran Keaksaraan
4
Kerajinan tempurung kelapa merupakan salah satu hasil kerajinan yang
mimiliki nilai seni tinggi. Kerajinan tempurung kelapa bisa digunakan sebagai
tempat minum, tempat makan, model main-mainan. Bali sebagai daerah
pariwisata tidak sulit untuk memasarkan kerajinan tempurung kelapa di Bali.
Barang seperti ini bias dipasarkan di hotel, restoran atau bahkan di tempat pernak
pernik Bali atau souvernir bali. Proses pembuatan kerajinan tempurung kelapa
dari tempurung Kelapa tidak begitu sulit, berdasarkan hasil percobaan sementara,
warga yang diberikan contoh untuk belajar membuat kerajinan tempurung kelapa
hanya memebutuhkan waktu 4 hari yaitu belajar 1 hari tehnik dasar, 2 hari kreasi
dan 1 hari finishing. Hasilnya pun tidak mengecewakan seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2. Contoh hasil percobaan kerajinan tempurung kelapa
Proses pembuatan kerajinan tempurung kelapa di atas masih bersifat
tradisional dan manual, sehingga kualitas kerajinan tempurung Kelapa yang
dihasilkan tidak dapat terjaga dengan baik. agar menghasilkan karya yang lebih
baik diperlukan semacam perabotan dan bahan yang digunakan untuk membuat
dan mengawetkan serta mengemas barang agar lebih menarik. Minimnya
5
teknologi yang dimiliki dan diketahui oleh masyarakat sering menghambat
ketercapaian target produksi dari kesepakatan waktu yang telah disepakati dengan
kostumer. Sehingga terbatasnya teknologi yang digunakan seperti berbagai
macam pemotong dan penghalus yang digunakan dalam membuat kerajinan
tempurung kelapa, akan menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Oleh
sebab itu perlu diberikan pelatihan untuk membuat teknologi pemotong dan
penghalus dari bahan yang ada disekitarnya.
Dari sisi desain dan pewarnaan, agar produk seni kerajinan tempurung
Kelapa yang dihasilkan tidak tampak monoton, perlu dilakukan pelatihan desain
dan pewarnaan seperti pemberian sentuhan warna tempurung kelapa baik yang
diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses
kimia dengan peleburan dan pengawetan. Sehingga hasil an dan kerajinan mampu
menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, nilai
jual produk kerajinan kerajinan tempurung Kelapa pun dapat ditingkatkan.
Agar pemasaran produksi kerajinan tempurung kelapa tidak terbatas pada
pemasaran lokal. Daya jual produksi sebagai karya seni harus diminati oleh pasar
berskala regional, nasional maupun mancanegara. Dengan menjangkau pasar yang
luas masyarakata akan mendapat keuntungan lebih banyak dari hasil produksinya.
Dari hasil perhitungan sementara bersama warga terhadap catatan cash-flow
keuangan kedua kelompok ini dari hasil pertanian , menunjukkan bahwa rata-rata
omzet penjualan produksi pertanian kelompok Karya Santhi dan kelompok Sri
Amerta Sari sebesar Rp.350.000-1.600.000/bulan. Biaya produksi yang
diperlukan rata-rata Rp.50-400 ribu/bulan, sehingga netto keuntungan kotor yang
diperoleh hanya Rp.300.000 – 1.200.000 /bulan. Jumlah anggota masing-masing
kelompok yang bekerja pada setiap usaha kelompok tersebut sebanyak 20 orang,
maka penghasilan buruh setiap bulan rata-rata 200 ribu /bulan. Penghasilan ini
relatif kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin
bambu atau kerajinan yang lain, yang bisa mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk
meningkat generate revenue dan keuntungan dari kelompok tersebut tampaknya
peningkatan pelatihan tentang kualitas produksi dan pemasaran diperlukan
untuksabagai salah satu alternatif pemecahannya.
6
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Kelompok tani yang ada masih mengandalkan usaha dari hasil pertanian,
padahal banyak potensi desa seprti tempurung Kelapa yang dapat
dijadikan sebagai bahan kerajinan.
2. Managemen usaha masih menggunakan managemenn keluarga dengan
sistem pembukuan (administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah
usaha yang professional.
3. Masayarakat belum mengenal penerapan Iptek dalam sistem kerajinan
tempurung Kelapa, pengrajin rumah tangga yang ada masih menggunakan
pemotongan dan pewarnaan manual dan tradisional.
4. Masyarakat belum mengenal ilmu desain dan kreativitas produk kerajinan
tempurung Kelapa, baik dari segi desain bentuk, pewarnaan dan sentuhan
artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang tinggi.
5. Saat ini target pemasaran produksi kerajinan tempurung Kelapa bersandar
pada segmen pasar lokal dan global, yang sangat bergantung pada
pesanan supplier. Mitra belum memiliki media pemasaran melalui
jaringan internet (e-commerce) dan atau panetrasi pasar melalui
artshop/outlet sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang mengglobal
mengakibatkan margin keuntungan yang diperoleh pengrajin tempurung
Kelapa kedua kelompok usaha ini sangat kecil dibandingkan dengan
biaya produksi.
Masalah di atas dapat dipecahkan dengan memberikan solusi berupa pelatihan
kerajinan tempurung kelapa. Dengan demikian dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1) Apakah kegiatan pelatihan Kerajinan tempurung Kelapa dapat
memberikan peluang usaha baru bagi kelompok Sri Amerta Sari dan
Karya Santhi di desa Tianyar?
2) Apakah kegiatan pelatihan Kerajinan tempurung Kelapa dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sistem pembukuan
7
(administrasi) yang profesional bagi kelompok Sri Amerta Sari dan Karya
Santhi di desa Tianyar?
3) Apakah kegiatan pelatihan Kerajinan tempurung Kelapa dengan penerapan
Iptek dapat meningkatkan jumlah produksi bagi kelompok Sri Amerta Sari
dan Karya Santhi di desa Tianyar?
4) Apakah kegiatan pelatihan Kerajinan tempurung Kelapa dengan penerapan
ilmu desain dan kreativitas dapat meningkatkan desain dan kreativitas
hasil kerajinan tempurung kelapa bagi kelompok Sri Amerta Sari dan
Karya Santhi di desa Tianyar?
5) Apakah kegiatan pelatihan Kerajinan tempurung Kelapa dengan bersandar
pada segmen pemasaran on line dapat meningkatkan jumlah permintaan
kerajinan tempurung kelapa bagi kelompok Sri Amerta Sari dan Karya
Santhi di desa Tianyar?
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tempurung Kelapa
Pohon kelapa atau sering disebut pohon nyiur biasanya tumbuh pada
daerah atau kawasan tepi pantai. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut,
tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Buah kelapa
yang sudah tua memiliki bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%)
dan air (25%) (Setyamidjaja, D., 1995). Tempurung kelapa adalah salah satu
bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik dijadikan arang aktif. Bentuk,
ukuran dan kualitas tempurung kelapa merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan arang aktif. Kualitas tempurung kelapa dan proses pembakaran
sangat menentukan rendemen karbon aktif yang dihasilkan.
Secara fisologis, bagian tempurung merupakan bagian yang paling keras
dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut. Berat
dan tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat
tempurung kelapa ini sekitar (15 – 19) % dari berat keseluruhan buah kelapa,
sedangkan tebalnya sekitar (3 – 5) mm.
Dari segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat untuk
dijadikan bahan arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh
dan dalam keadaan kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar
berkualitas, tempurung kelapa harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan
untuk mengetahui kualitas yang baik dari arang tempurung kelapa,
pembakarannya menghasilkan arang yang tampak hitam, mengkilap, utuh, keras
dan mudah dipatahkan (Sumber : Mecoho, 2009).
Arang tempurung kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau
diolah menjadi arang aktif yang dapat digunakan oleh berbagai industri
pengolahan. Arang aktif dari tempurung kelapa ini memiliki daya saing yang kuat
karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Dengan
demikian, tempurung kelapa merupakan limbah perkebunan yang memiliki
potensi yang besar dan dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arang aktif.
9
Menurut Woodroof, bila tempurung kelapa dipanaskan pada temperatur
yang cukup tinggi tanpa berhubungan dengan udara, akan terjadi rangkaian
penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang merupakan komponen utama
tempurung. Dan dihasilkan tiga bentuk zat, yaitu: padat, cair dan gas.
2.2 Tinjauan Kreativitas dan desain Produk
Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-
hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya
tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide yang
menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinil dalam berpikir (Munandar,
1999). Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki
kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang
mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari
empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja
dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun
(Munandar, 1999). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang
luar biasa, upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai
aspek kehidupannya dan menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh
komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Sedangkan Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang
terintegrasi dengan segala bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa.
Memadukan unsur khayal dan orientasi penemuan solusi untuk berbagai masalah
yang dihadapi manusia dengan menjembatani estetika serta teknologi yang
masing-masingnya dinamis dan memiliki pola tertentu dalam perkembangannya.
Lingkup desain produk dapat dikatakan hampir tidak terbatas, melingkupi semua
aspek yang memungkinkan untuk dipecahkan oleh profesi/ kompetensi ini.
Namun demikian jika mengacu pada perkembangan internasional, terdapat
wilayah profesi yang tegas terdiri atas desain produk, desain grafis, dan desain
interior. Wilayah desain yang disebutkan ini wilayah desain yang diletakkan pada
bidang seni rupa. Berdasarkan pembagian wilayah desain tersebut, desain produk
merupakan salah satu dari wilayah desain yang ada.
10
Dalam perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi atas beberapa
kelompok kompetensi (mungkin juga dapat berkembang sejalan dengan
perkembangan jaman), yaitu: (1) Desain produk peralatan, (2) Desain perkakas
lingkungan, (3) Desain alat transportasi, dan (4) Desain produk kerajinan (Kriya)
Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk
menembus pasar sebagai basic bargain marketing, mendesain sebuah produk
berarti membaca sebuah pasar, kemauan mereka, kemampuan mereka, pola pikir
mereka serta banyak aspek lain yang akhirnya mesti diterjemahkan dan di-
aplikasikan dalam perancangan sebuah produk. Kemampuan sebuah produk
bertahan dalam siklus sebuah pasar ditentukan oleh bagaimana sebuah desain
mampu beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk apapun yang terjadi
dalam pasar yang dimasuki produk tersebut, sehingga kemampuan tersebut
menjadi nilai keberhasilan bagi produk itu sendiri dikemudian hari.
2.3 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Pemahaman pelaku usaha kecil
terhadap pentingnya administrasi sangat terbatas. Padahal apabila kegiatan
administrasi dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan manfaatnya sangat
besar. Administrasi yang dikelola secara tepa akan merupakan bank data dan
informasi untuk tujuan perencanaan, pengambilan keputusan dan pengendalian.
Lebih lagi administrasi keuangan yangmerupakan sumberdaya yang sangat
penting bukan hanya untuk kepentingan telksananya kegiatan operasional tetapi
juga untuk perencanaan pembiayaan investasi jangka panjang.
Untuk mengefektifkan berbagai fungsi dalam pengelolaan keuangan
maka tugas administrasi yang perlu dilaksanakan. Manajmen tidak dapat
menyiapkan perencanaan tanpa adanya data yang akurat . Kegiatan adaministarasi
yang perlu dilaksanakan perusahaana. (1) Administrasi piutang, (2) Administrasi
Hutang, (3) Administrasi persediaan, (4) Administrasi asset tetap, (5)
Administrasi Kas, (7) Administrasi penggajian, (8) Administrasi lainnya,
administrasi surat masuk, surat keluar, pencatatan tentang berbagai kebijakan
11
perusahaan, administrasi sewa-menyewa asset, kerjasama serta kegiatan langsung
yang dilakukan oleh perusahaan.
Laporan keuangan yang harus dibuat oleh pemilik usaha kecil antara
lain:
1. Laporan laba/Rugi atau income statement yaitu suatu bentuk laporan
keuangan yang berisi informasi mengenai pendapatan yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan yang dicatat dalam suatu periode tertentu
2. Neraca (balance sheet) merupakan bentuk laporan keuangan yang berisi
informasi mengenai asset atau aktiva lancer, aktiva tetap serta kewajiban dan
ekuitas (harta) pemilik perusahaan yang dibuat dalam periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Modal merupakan bentuk laporan keuangan yang
meniformasikan keadaan modal awal perusaaan dengan laba/rugi yang
diperoleh serta adanya pengambilan (prive)
4. Laporan arus kas (cash-flow statement), merupakan laporan keuangan yang
isinya menggambarkan tentang perubahan posisi kas dalam satu periode
tertentu.
2.4 Strategi Pemasaran
Strategi pemasarann merupakan suatu manajemen yang disusun untuk
mempercepat pemecahan persolalan pemasaran dan membuat keputusan-
keputusan yang bersifat strategis. Setiap fungsi manajemen memberikan
kontribusi tertentu pada saat penyusunan strategi pada level yang
berbeda.Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan
lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan
penting dalam pengembangan strategi.
Dalam dunia bisnis tentunya sangat dibutuhkan sebuah strategi dalam
proses produksi sampai proses pemasaran, agar usaha yang dijalani dapat
berkembang seperti yang di inginkan. Selain itu teknik pemasaran bisa dikatakan
sebagai kunci keberhasilan dari penjualan produk. Teknik pemasaran yang baik
didukung oleh strategi pemasaran yang efektif. Dengan strategi tersebut, proses
marketing dapat dipertahankan, bahkan cara baru dalam memasarkan produk juga
12
bisa kita temukan dan membuat pelanggan semakin loyal. Berikut ini berikan
beberapa tips secara untuk memasarkan barang dengan lebih mudah Kotler,2004:
(1) Kenali pelanggan Anda, (2) Lakukanlah promosi, (3) pilih lokasi yang
strategis, (4) Coba gunakan internet marketing, (5) Jalin hubungan dengan
pelanggan, dan (6) The Power of Focus
13
BAB III
TUJUAN, MANFAAT DAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
3.1 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut
1) Untuk memberikan peluang usaha baru bagi kelompok Sri Amerta Sari
dan Karya Santhi di desa Tianyar.
2) Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sistem
pembukuan (administrasi) yang profesional bagi kelompok Sri Amerta
Sari dan Karya Santhi di desa Tianyar.
3) Untuk meningkatkan jumlah produksi bagi kelompok Sri Amerta Sari dan
Karya Santhi di desa Tianyar.
4) Untuk meningkatkan desain dan kreativitas hasil kerajinan tempurung
kelapa bagi kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa Tianyar.
5) Untuk meningkatkan jumlah permintaan kerajinan tempurung kelapa bagi
kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa Tianyar.
3.2 Manfaat
Manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1) Masyarakat khususnya kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa
Tianyar memiliki peluang usaha baru yaitu usaha kerajinan kerajinan
tempurung kelapa dari tempurung Kelapa yang harapannya berimbas bagi
masyarakat disekitarnya.
2) Masyarakat khususnya kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa
Tianyar mengetahui dan memahami sistem pembukuan (administrasi) yang
profesional.
3) Masyarakat khususnya kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa
Tianyar mampu menerapkan IPTEKS dalam meningkatkan jumlah produksi
kerajinan tempurung kelapa dari tempurung Kelapa.
4) Masyarakat khususnya kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa
Tianyar mengetahui dan memahami desain dan kreativitas hasil kerajinan
tempurung kelapa dari dau tempurung Kelapa.
14
5) Masyarakat khususnya kelompok Sri Amerta Sari dan Karya Santhi di desa
Tianyar memiliki pengetahuan tentang tehnik pemasaran melalui sistem
online.
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah melakukan transfusi
IPTEK ke dalam kelompok Karya Santhi dan Sri Amerta Sari, sekaligus
melakukan pemberdayaan terhadap semua anggota pada kedua kelompok usaha
tersebut tersebut, sehingga dapat melakukan pengelolaan usaha kerajinan
tempurung Kelapa secara profesional. Produk teknologi sebagai bentuk solusi
yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan kelompok Karya Santhi dan Sri
Amerta Sari adalah (1) perancangan dan pembuatan teknologi pemotong
tempurung Kelapa dengan berbagai macam ukuran, penghalus tempurung Kelapa
agar keajegan dan keindahan tempurung Kelapa terjaga dan teknologi pewarna
sehingga warna yang dihasilkan bisa bervariasi; (2) Pemberdayaan pengelola
kelompok usaha tersebut melalui pelatihan /pendampingan dalam pembuatan
kerajinan tempurung Kelapa inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel
dengan aksesori lukisan unik gaya lukisan desa Tianyar; dan 3) perancangan dan
pembuatan Web (e-commerce) pemasaran on line kerajinan tempurung Kelapa
bagi kedua kelompok usaha tersebut.
Proses transfusi IPTEK (IbM) secara sistemik dilakukan dengan model
pemberdayaan menggunakan pendekatan PALS (Participatory Action Learning
System). Prinsip dasar dari model PALS adalah pelibatan komunitas pengrajin
tempurung Kelapa dalam proses pembelajaran aktif partisipan dalam program aksi
proses produksi dan pemasaran kerajinan tempurung Kelapa sehingga membentuk
suatu sistem interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara
personal maupun komunal dalam usaha kerajinan tempurung Kelapa. Secara
schematik, metode pelaksanaan IbM usaha pengrajin tempurung Kelapa di desa
Tianyar dapat ditunjukkan pada gambar 3.
15
Gambar 3. Metode Participatory Action Learning Systems
Difusi teknologi dan bahan baku tempurung Kelapa dilakukan dengan
memodifikasi pemotong, penghalus, dan pewarna yang sudah ada. Dengan
demikian produk kerajinan tempurung Kelapa yang dihasilkan kedua kelomopok
tersebut dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui:
(1) proses pelelehan zat pewarna (melting-coloring process); dan (2) proses
melukis tempurung Kelapa secara manual dengan zat pewarna. Cara melting-
coloring process merupakan cara sederhana untuk mendapatkan efek color dari
kerajinan tempurung Kelapa dengan mencampur bahan baku dari warna yang
berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi
pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi
dari warna dasar bahan baku dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara
mekanik saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat
memunculkan gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat
memunculkan tampilan gambar, maka produk kerajinan tempurung Kelapa yang
sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia terntentu, sehingga warna lukisan dapat
menyatu dengan warna bahan dasar.
Potensi UKM Kerajinan
Tempurung Kelapa
Pemberdayaan Kelompok Tani
Program Aksi: (1)Pembuatan konsep inovatif
(2)Pembuatan prototyep
(3)Pembuatan Web pemasaran produk
(e-commerce)
Terapan IPTEKS
(1) Pemotong (2) Penghalus (3) Pewarna (4) Teknologi Pemasaran berbasis Web (e-commerce)
UKM Kerajinan
Tempurung Kelapa
(1) Peningkatan kualitas produksi
(2) Peningkatan kualitas pemasaran
(3) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan
16
Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk kerajinan
tempurung Kelapa dapat dilakukan dengan melukis langsung kerajinan tempurung
Kelapa dengan zat kimia pewarna tanpa perlu proses lain.
Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem informasi penjualan
yang pembuatan pernyataan penjualan, kegiatan jual-beli dijelaskan melalui
prosedur-prosedur yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari
pembeli, pengecekan barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman
barang yang disertai dengan pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas
penjualan yang berlaku melalui internet(Niswonger, 1999). E-Commerce adalah
konsep baru yang menggambarkan proses pembelian dan penjualan atau
pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan komputer termasuk
internet (Turban, Efraim,2000). E-Commerce dapat diartikan secara dekat. Itu
dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan
pelanggan dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet,
mengingat tidak ada alternatif lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik
yang menyokong proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan
elektronik, dan transaksi elektronik (McLeod, Raymond,1998). Program aplikasi
web untuk mendukung pemasaran berbasis web(e-commerce) dapat dibuat
dengnan menggunakan PHP dan MySQL dengan menggunakan algoritma
pemrograman yang disesuikan dengan karakteristik tampilan dan bentuk interaksi
yang akan difasilitasi dalam transaksi.
3.4 Khalayak dan Sasaran
Program pelatihan ini akan dilaksanakan di desa Tianyar dengan
menyasar kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya Santhi. Tiap kelompok
akan diberikan pelatihan sebanyak 20 orang. Sehingga jumlah sassarannya
keseluruhan adalah 40 orang. Pelaksanaan P2M ini difokuskan pada pelatihan
kerajinan kerajinan tempurung kelapa dari tempurung Kelapa dengan materi
pelatihan dasar, pelatihan teknologi, pelatihan desain, pelatihan manajemen, dan
pelatihan pelamasaran.
17
3.5 Keterkaitan
Program pelatihan ini hanya melibatkan 2 kelompok yang ada di Desa
Tianyar, jadi secara organisasi pelatihan ini akan berkoordinasi dengan kepala
Desa Tianyar saja. Namun dalam pelatihan ini akan mengundang ahli desain dan
ahli kreasi tempurung Kelapa dari Gianyar.
18
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan. Tahapan-
tahapan pelatihannya dapat diuraikan sebagai berikut.
(a) Persiapan
(1) Melakukan kordinasi dengan pihak desa, dan kelompok Sri Amerta Sari dan
Karya Santhi.
(2) Melakukan rekrutmen peserta. Rekrutmen peserta kami lakukan dengan
menjalin komunikasi yang baik dengan kedua kelompok. Rekrutmrn peserta
tidak memeperhatikan jenis kelamin, artinya kami tidak menentukan
proporsi yang pasti untuk jenis kelamin. Baik pria maupun wanita, asal
memenuhi kriteria, berpenghasilan rendah, dipandang mau dan mampu
mengikuti pelatihan, dan dipandang bersedia untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh pada pelatihan, akan diikutkan pada pelatihan ini.
(3) Penyaringan awal dilakukan oleh kami bersama dengan perangkat desa.
Namun kami juga menerapkan syarat tambahan, tidak boleh ada peserta
yang suami istri. Ini kami lakukan untuk memberikan kesempatan pada
keluarga yang lainnya. Anak-anak kami perkenankan untuk mengikuti
kegiatan ini bersama-sama, dengan pertimbangan anak-anak masih sangat
produktif mengembangkan dirinya.
(b) Pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan dengan model pelatihan ketrampilan
berkelanjutan. Pelatihan keterampilan dilakukan sebagai motivasi masyarakat
untuk belajar membaca dan menulis. Lebih lengkapnya pelaksanan program ini
dilakukan sebagai berikut.
(1) Proses Pembelajaran
Pembelajaran akan dilakukan seminggu 2 kali. Waktu yang agak
senggang itu kami terapkan dengan maksud memberikan kesempatan kepada
peserta pelatihan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di rumah masing-
masing. Karena peserta pelatihan sebagain besar telah diberikan keterampilan
yang berguna untuk dirinya masing-masing.
19
(2) Proses Evaluasi
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses
pelatihan dilakukan. Penilaian dilakukan dengan memberikan tes
keterampilan kepada warga belajar. Penilaian diberikan dalam bentuk angka
oleh masing-masing tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan
praktek untuk masing-masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata
dari semua tutor. Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP,
dengan format sebagai berikut. Sertifikat itu diberikan oleh pemerintah
provinsi Bali yang bekerja sama dengan pemerintah daerah kabuapten
karangasem.
(3) Proses Pemandirian
Mengingat program ini terbatas waktu selama 114 jam pelajaran,
maka untuk meningkatkan kemampaun warga belajar tentang teknologi,
desain, manajemen, dan pemasaran maka proses kemandirian dan
pendampingan. Pendampingan akan dilakukan selama 1 bulan dengan
memberikan umpan balik-umpan balik.
I. Rancangan Evaluasi
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses
pelatihan dilakukan. Penilaian diberikan dalam bentuk angka oleh masing-masing
tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan praktek untuk masing-
masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari semua tutor. Lembar
nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP, dengan format sebagaiberikut.
Nilai diberikan dalam rentang 50 s/d 100. Peserta berstatus lulus jika memperoleh
nilai lebih dari 80.
Dari 40 peserta pelatihan yang mengikuti program ini, pelatihan dianggap
berhasil jika 95 % peserta dapat menyelesaikan seluruh program pelatihan.
Namun harapan penyelenggara, seluruh peserta pelatihan (100%) agar dapat
menyelesaikan program ini.
20
Evaluasi proses keberhasilan pembelajaran dinilai dari jumlah tagihan dan
penilaian yang diberikan tutor diserap oleh pembelajar. Pembelajar dianggap
berhasil bila sudah menyerap 80% materi dalam penyelesaian tugas-tugas belajar
dan mampu memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan
kualitas keterampilan kerajinan tempurung kelapa yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kehidupan perekonomian mereka. Pelatihan ini tidak metargetkan
jumlah lulusan yang disalurkan bekerja di perusahaan keterampilan. Ini karena
mengingat di sekitar lokasi tidak terdapat lokasi perusahaan keterampilan keset
tersebut. Selain itu menimbang para lulusan akan memiliki kemampuan
permodalan, teknis, dan pemasaran yang memadai untuk berusaha mandiri, maka
lulusan pelatihan lebih diarahkan untuk membuka usaha sendiri.
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor. Penilaian diberikan
dalam bentuk angka, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan praktek untuk
masing-masing kompetensi. Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang
STTP, dengan format sebagai berikut.
Nama Peserta : ............................
No peserta : ………………..
Kompetensi Nilai
Praktek Teori Status
Peserta pelatihan mampu membuat
kerajinan tempurung kelapa sendiri
Peserta pelatihan mampu mengkreasi
desain kerajinan sendiri
Peserta pelatihan mampu membuat
pembukuan dengan profesional
Peserta pelatihan mampu
memasarkan sendiri
Peserta pelatihan mampu
menerapkan teknologi dengan baik
Nilai diberikan dalam rentang 50 s/d 100. Peserta berstatus lulus jika
memperoleh nilai lebih dari 75.
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Yang Dicapai
1) Gambaran Umum
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan
pada bulan Juni – September 2015 yang telah dilaksanakan dengan penggunaan
dana 70% program yaitu: pendidikan dan pelatihan tempurung kelapa. Diklat
pengelolaan kawasan, dan pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan. Hal
yang masih berlangsung sampai saat ini adalah pendampingan kelompok dalam
pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP) dengan karakteristik usaha bersama
kelompok (UBK).
Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa
perancangan, sosialisasi dan koordinasi dengan peserta. Perancangan disain dan
kegiatan diklat dilaksanakan bersama tim pengusul didasari oleh analisi situasi
yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok Sri Amerta
Sari dan Kelompok Karya Santhi. Perancangan ini dilaksanakan pada akhir bulan
Juni dan pertengahan Agustus 2015 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta
program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program
yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan
aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program.
Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk
mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra,
sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan
instruktur ini meliputi: sistem pembukuan (administrasi) yang profesional, desain
dan kreativitas hasil kerajinan tempurung kelapa, dan pelatihan manajemen
produksi dan kewirausahaan, serta pengurusan SIUP untuk usaha baru. Persiapan
yang dilaksanakan berikutnya berupa persiapan alat dan bahan yang dilaksanakan
dengan pembelian: peralatan pelatihan alat penunjang usaha produksi, bahan
kelengkapan pelatihan kerajinan tempurung kelapa, pelatihan manajemen
produksi dan kewirausahaan, dan bahan pelatihan SIUP yang dijadwalkan pada
akhir program.
22
Dalam rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok
Karya Santhi, maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan
peserta. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam
pelaksanaan program, sangat disyukuri peserta kegiatan sangat antusias dalam
menerima sosialisasi program sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
2) Pendidikan dan Pelatihan Perancangan Alat Usaha
Pada dasarnya pendidikan dan perancangan alat penunjang usaha kerajinan
tempurung kelapa dan penataan los diberikan oleh instruktur tamu yang berprofesi
sebagai undagi di Tianyar yakni I Made Suastawa kepada kelompok Sri Amerta
Sari dan Kelompok Karya Santhi bersifat sharing informasi dan teknologi karena
apa yang sudah dilaksanakan beliau selama ini sudah sangat bagus tetapi
terkadang masih menggunakan peralatan manual. Semangat dan kreatifitas dari
Bapak Made membuahkan banyak ide-ide inovatif baru dalam pelatihan ini,
sehingga diharapkan di masa mendatang usaha kerajinan tempurung kelapa yang
akan dikelola beliau oleh kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya Santhi
semakin berkembang.
Pendidikan dan pelatihan produksi peralatan usaha kerajinan tempurung
kelapa yag dilaksanakan pada saat ini masih menitik beratkan pada produksi
bahan untuk menunjang perkakas usaha kerajinan tempurung kelapa yang akan
dibuka, dalam artian bahan-bahan kelengkapan peralatan diolah dan dikerjakan
sendiri sebagai bentuk kreatifitas pemberdayaan kelompok. Meskipun dalam
perjalanan program dicoba dilakukan pengolahan bahan peralatan perkakas usaha
kerajinan tempurung kelapa ke depannya diharapkan dapat lebih efesien kalau
anggota kelompok dapat diberdayakan dalam pengerjaannya.
Pendidikan dan pelatihan perancangan alat perkakas usaha kerajinan
tempurung kelapa ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai dengan 7 Agustus
2015, bertempat di kediaman koordinator Kelompok Sri Amerta Sari dan
Kelompok Karya Santhi, Banjar Dinas Tunassari, Desa Tianyar, Kecamatan
Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan
23
melalui metode praktek langsung pengolahan bahan baku tempurung kelapa, dan
sebagainya sehingga siap menjadi bahan dasar produk kreatif yang selanjutnya
digunakan pada usaha kelompok.
Dalam pelaksanaan diklat ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena
respon yang sangat bagus dari kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya
Santhi dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
Sosialisasi dan persiapan diklat Pemilihan tempurung kelapa
Melubangi dan menguir tempurung kelapa Pelatihan Kerajinan sendok besar
Pelatihan Kerajinan gelas dan tekok Hasil kerajinan tempurung kelapa
24
3) Diklat Manajemen Produksi dan Kewirausahaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 Agustus oleh instruktur tamu
dari pengusaha pasar oleh-oleh Bali di Kuta yaitu bapak Komang Sukayasa Yang
melakukan pendampingan tentang manajemen usaha dengan pengelolaan usaha
kreatif mandiri secara berkelompok oleh kelompok Sri Amerta Sari dan
Kelompok Karya Santhi sekaligus membuka peluang baru berupa usaha kerajinan
tempurung kelapa yang merupakan bentuk UBK rintisan. Respon masyarakat
sangat positif sekali mengingat selain materi penekanan pada usaha tempurng
kelapa yang digalakkan juga terdapat pendampingan manajemen pembukuan
sederhana untuk menunjang administrasi kelompok.
4) Rancangan Pengurusan SIUP UBK
Sesuai hasil kesepakatan dengan anggota kelompok pendampingan
selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh instruktur pendamping Dr. Desak Putu
Parmiti, MS adalah pengurusan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang dalam
hal ini akan digunakan nama kelompok yang sudah disepakati sebelumnya yaitu
Usaha kerajinan tempurung kelapa kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok
Karya Santhi, supaya dapat berkekuatan hukum akan diurus pendaftarannya
secara administratif setelah usaha kerajinan tempurung kelapa berjalan dan
sekaligus menjadi identitas bagi kelompok. Hal ini dilakukan untuk melindungi
produk-produk kreatif yang akan dihasilkan oleh kelompok dikemudian hari.
Kemudian tahap selanjutnya adalah pemandirian dan pendampingan selama
Pelatihan manajemen dan administrasi kelompok
25
masyarakat membuka usaha mandiri. Pemandirian dilakukan dengan memberikan
materi motivasi dan menjalin kerjasama untuk mencari modal kerja.
B. Pembahasan
Setelah diberikan pelatihan oleh tim pelaksana dari Undiksha Singaraja,
masyarakat Desa Tianyar Kecamatan Kubu dapat memahami dengan jelas materi
pelatihan kerajinan tempurung kelapa yang semula kurang terampil menjadi lebh
terampil dan dapat dipraktekannya menjadi beragam jenis kerajinan dengan desain
yang unik dan menarik. Sehingga tujuan dari pengabdian ini dapat tercapai
dengan dengan baik yaitu mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang pengolahan tempurung kelapa menjadi kerajinan yang
memiliki nilai jual tinggi.
Keunggulan yang dapat dilihat dali pelaksanaan program, bahwa
berdasarkan hasil evaluasi tidak lanjut juga terekam, beberapa manfaat praktis
yang diperoleh oleh masyarakat, yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang
jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan
dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang
sifatnya inovatif dari kerajinan tempurung kelapa; (2) masyarakat yang menjadi
peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah
pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas lokal; (3) peserta
pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil
komoditi lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai finansial.
C. Kendala dan Tindak Lanjut yang harus Dilakukan
Kendala pelaksanaan program adalah sulitnya meminid waktu untuk
pencapaian kesepakatan pelaksanaan kegiatan, karena umumnya peserta latihan
terbentur dengan rutinitas pekerjaan harian yang menunjang perekonomian
keluarga, maupun pelaksanaan kegiatan ritual adat-istiadat yang lumayan padat di
Desa Tianyar Kecamatan Kubu dalam kaitannya dengan paruman desa adat untuk
penyelenggaraan ritual keagamaan sebagaimana layaknya masyarakat Hindu Bali
pada umumnya. Jadi, untuk bisa mengkoordinir warga perlu koordinasi intensif
26
dengan pihak msyarakat. Berkaitan dengan pengkondisian peserta program,
walaupun dijumpai kendala masalah waktu selama tim pelaksana program mampu
mengatasinya dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan Kepala Desa
Tianyar dan masyarakat yang ikut peatihan. Program ini masih berlangsung dan
masih banyak terdapat kekuarangan-kekurangan yang ada dalam pengabdian ini.
27
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian
kepada masyarakat ini adalah:
1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada
masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program,
terlihat dari kehadiran peserta yang tanpa ijin, dan dukungan dari kepala
desa.
2. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa dari 30 orang yang ikut pelatihan 25
orang (83,33%) masuk dalam kategori sangat mengetahui dan terampil
dalam pembuatan kerajinan tempurung kelapa, 2 orang (2,66) termasuk
dalam kategori kategori mengetahui dan terampil dalam pembuatan
kerajinan tempurung kelapa, dan 5 orang (16,66) termasuk dalam kategori
cukup mengetahui dan terampil pembuatan kerajinan tempurung kelapa
3. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa dari 30 orang yang ikut pelatihan 20
orang (66,67%) masuk dalam kategori sangat mengetahui dan terampil
dalam mengkreasikan kerajinan tempurung kelapa, 5 (16,66) orang
termasuk dalam kategori kategori mengetahui dan terampil dalam
mengkreasikan kerajinan tempurung kelapa, dan 5 orang (16,66) termasuk
dalam kategori cukup mengetahui dan terampil dalam kerajinan
tempurung kelapa.
4. Kendala pelaksanaan program adalah sulitnya meminid waktu untuk
pencapaian kesepakatan pelaksanaan kegiatan, karena umumnya peserta
latihan terbentur dengan rutinitas pekerjaan harian yang menunjang
perekonomian keluarga, maupun pelaksanaan kegiatan ritual adat-istiadat
yang lumayan padat di banjar tunassari desa Tianyar dalam kaitannya
dengan paruman desa adat untuk penyelenggaraan ritual keagamaan
sebagaimana layaknya masyarakat Hindu Bali pada umumnya.
28
6.2. Saran
Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Pemerintah Desa Tianyar, diharapkan
dapat memberikan dukungan kemudahan kebijakan dan berbagi pengalaman dari
segi wawasan pengetahuan yang ditransfer ke masyarakat guna menyukseskan
rintisan program usaha industri rumah tangga yang telah digagas secara kolektif
tersebut.
Tingginya kreatifitas kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya Santhi
dalam mengolah hasil tangkapan ikan menjadi hasil olahan kuliner bahari kreatif
diharapkan mendapatkan perhatian khusus, sehingga menjadi keberlanjutan
program dari kegiatan “IbM Kelompok Sri Amerta Sari dan Kelompok Karya
Santhi” yang saat ini masih dirintis pendirian dan keberlanjutan
perkembangannya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dasman, Raymon. 1980. Prinsip Ekologi Untuk Pembangunan, Terjemahan Idjah
Soemarwoto. Jakarta: Gramedia.
Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Unesco.
Karama dan Abdurrachman. 1995. Kebijakan Nasional dalam Penanganan Lahan
Kritis di Indonesia. Yogyakarta: BPTP Prosiding Seminar Rekayasa
Teknologi Konservasi.
Kurana. 2008. Sukses Mengembangkan Wirausaha. Jakarta: Grsindo.
Kurniasih Dian. 2006. Pengaruh Daya Dukung Lahan dan Faktor Sosial Ekonomi
terhadap Perilaku Petani dalam Konservasi Lahan Pertanian di
Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta: Program Studi Ekonomi
Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian, UGM.
Muhadjir, N. 1993. Kepemimpinan Adopsi Inovasi untuk Pengembangan
Masyarakat. Yogyakarta: Rake Press.
Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Lembaran Negara Nomor 33, TLN RI Nomor 3817.
Pemerintah Kabupaten Karangasem. Data Statistik Desa Tianyar Tahun 2011.
Karangasem: Tianyar.
Suhardjo. 1988. Peranan Kelembagaan dalam Hubungannya dengan
Komersialisasi Usahatani dan Distribusi Pendapatan Wilayah Kabupaten
Banjar Negara Jawa Tengah. Disertasi (tidak dipublikasikan).
Yogyakarta: UGM.
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.
Jakarta: Penerbit Djambatan.
Susanto, P.Astrid. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Bina
Cipta.
30
Lapiran 1 Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana
BIODATA PENELITI
Nama : Dra. Desak Putu Parmiti, M.S
NIP : 19601231 198601 2 001
Jabatan : Pembantu Dekan III FIP Undiksha
Tempat/ Tanggal Lahir : Gianyar, 31 Desember 1960
Institusi : Universitas Pendidikan Ganesha
Alamat Rumah : Jl. Bisma, Singaraja
Mata Kuliah yang Diampu : Teknologi Pendidikan
Riwayat Pendidikan :
Jenjang
Pendidikan
Tempat Tahun
Tamat
Ijazah/ Gelar Spesialisasi
SD Gianyar 1972 Ijazah SD -
SMP Gianyar 1975 Ijazah SMP
SPGN Gianyar 1979 Ijazah SPG IPA
PT FKIP UNUD
UGM
1984
1990
Sarjana (Dra)
Pasca Sarjana
(MS)
PLS
Kependudukan
Pengalaman dalam Manajemen Kegiatan Siswa
1. Sebagai dosen pendamping kemahasiswaan (1991-1995)
2. Sebagai pembimbuing kemahasiswaan berturut-turut mulai tahun 1995-
2005
3. Sebagai pembimbing mahasiswa berprestasi tahun 2003
4. Sebagai pembimbing PKM tahun 2003/2004 – tahun 2005/2006
5. Sebagai pembimbing LKTM tagun 2004/2005
6. Sebagai Pembantu Dekan III FIP UNDIKSHA (Bid. Kemahasiswaan)
tahun 2006-sekarang
Pengalaman Lain yang Mendukung
a. Pengalaman penelitian (dalam lima tahun terakhir)
1. Karakteristik Anak Pria dan Wanita yang Lock Out dan Drop Out
Wajar 9 Tahun pada Desa-Desa Tertinggal di Provinsi Bali, tahun
2000
2. Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan dan Fasilitas Perpustakaan
STKIP Singaraja, tahun 2000
3. Identifikasi Kegiatan Sosial Ekonomi wanita di Desa Tertinggal
(Kasus Desa Bulian,Kecamatan Kubutambahan , Buleleng Tahun
2000)
4. Keterkaitan Sosio Cultural dan Profesi Orang Tua dalam Hubunganya
dengan Pemilikan Pengetahuan dan Keterampilan Beberapa Jenis
Banten pada Para Remaja Putri Hindu di Bali,tahun 2001
31
5. Studi Pemanfaatan Bahan Pustaka Sebagai sumber Informasi dalam
Menunjang Kegiatan Akademik Mahasiswa pada Perpustakaan IKIP
Negeri Singaraja, tahun 2003
6. Penomena PenyewaanAnak dan Issu Gender di Kalangan Gepeng(
Gelandangan dan pengemis). Suatu Studi Terhadap Pelanggaran Hak
Anak-Anak di Bali, tahun 2003
7. Studi Kelayakan Pengembangan Institusi/ Jurusan Pendidikan dan
Pelatihan Non Formal (PPNF), tahun 2003
8. Profil Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Buleleng
9. Penerapan Pembelajaran Kooperatif yang Berorientasi Konstruktivistik
dalam Peningkatan Aktivitas dan Hsil Belajar Mahasiswa Semester I
Jurusan TP dalam Mata Kuliah Pengantar TP, tahun 2004
10. Studi kelayakan Pembukaan dan Penyelenggaraan Program Pendidikan
Strata I (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Penyetaraan
pada Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri Singaraja,tahun 2005
11. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Problem yang
Berorientasi Konstruktivistik dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Mahasiswa Semester III Jurusan TP pada Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Tahun Akademik 2005/2006,
tahun 2005
12. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan
Aktifitas dan Daya Nalar Mahasiswa TP Semester IV pada Mata
Kuliah Sosiologi Pendidikan tahun 2005
b. Pengalaman Pengabdian Masyarakat ( dalam lima tahun terakhir)
1. Sosialisasi Penerapan Pembelajaran Terpadu bagi Guru-Guru dan
Kepala- Kepala SD se-Kecamatan Buleleng, tahun 2002
2. Pelatihan Penerapan Program Pengembangan Pribadi untuk
Meningkatkan Pemahaman Diri dan Kemampuan Berperilaku Social
Remaja bagi Guru-Guru Pembimbing SMP Negeri dan SMA Negeri di
Kota Singaraja,tahun 2004
3. Pelatihan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran yang Berorientasi
KBK bagi Guru-Guru SD di Desa Bulian Kecamatan Kubutambahan,
tahun 2005
4. Kerja Bakti dan Penyuluhan Penyakit Masyarakat Melalui Media
Bondres di Desa Bulian Kecamatan Kubutambahan Kabupaten
Buleleng, tahun 2005
5. Latihan Dasar Teknik Pengusul programan Karya Ilmiah Bagi Guru-
Guru Dan Kepala SD se-Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng
Singaraja, 14 Februari 2013
Dra. Desak Putu Parmiti, M.S.
NIP. 1960 1231 198601 2 001
32
Biodata Anggota Pelaksana
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap I Wayan Widiana, S.Pd., M.Pd.
2 Jabatan Fungsional Penata TK I/IIIb
3 NIP 198507052010121007
4 Jenis Kelamin Laki-laki
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tunas Sari, 5 Juli 1985
6 Alamat Rumah Banjar Tunassari, Desa Tianyar, Kecamatan
Kubu, Kabupaten Karangasem
7 No. HP 081805516513
8 Alamat e-mail [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
1. Program S1 S2 S3
2. Nama PT Universitas Pendidikan
Ganesha
Universitas Pendidikan
Ganesha -
3. Bidang Ilmu Pendidikan Fisika PEP -
4. TahunMasuk 2003 2007 -
5. Tahun Lulus 2008 2010 -
6. Judul Skripsi
Tesis/Diser-tasi
Pengaruh model
pembelajaran kooperatif
dengan strategi pemecahan
masalah terhadap
kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas x SMA
Negeri 4 Singaraja
tahun ajaran 2007/2008
Pengaruh model
pembelajaran kooperatif
dan gaya kognitif terhadap
pemahaman konsep fisika
dan kemampuan berpikir
kreatif pada siswa kelas
VIII SMPN 1 Denpasar
-
7. Nama
Pembimbing
/Promotor
Pembimbing 1:
Drs. Putu Yasa, M.Si.
Pembimbing 2:
Drs. Erwan Sutarno, M.Pd.
Pembimbing 1:
Prof. Dr. Nyoman Dantes
Pembimbing 2:
Prof. Dr. I Wayan Koyan,
M.Pd .
-
3. Pengalaman Penelitian/Melakukan Kegiatan (Lima Tahun Terakhir)
No Tahun Judul Penelitian/Kegiatan
Pendanaan
Jangka
waktu
Sumber Jml
(Juta Rp)
1 2009 Menumbuhkan karakter belajar
sambil bermain di sanggar belajar
sambil bermain di Yayasan
Gemah Ripah Buleleng
3 Minggu - -
2 2010 Mengembangkan kebudayaan
daerah melalui pentas seni dan
budaya yang hampir punah dan
4 Minggu Yayasan
Widya Santhi
Mandiri
5
33
hilang
3 2010 Pelatihan pendidikan berbasis
nilai bagi guru-guru SD di
kecamatan Kubu
1 Minggu Disdikpora
Bali
3
4 2010 Mendirikan Taman Bacaan bagi
masyarakat di kecamatan Kubu
3 Tahun Disdikpora
Bali
20
5 2010 Pengentasan Buta Aksara di Desa
Tianyar Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem
6 Bulan Disdikpora
Bali
54
6 2011 Pengentasan Buta Aksara di Desa
Tianyar Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem
6 bulan Disdikpora
Bali
196
7 2011 Pelatihan kerajinan tempurung
Kelapa bagi masyarakat di desa
Tianyar kecamatan kubu melalui
program vokasional yayasan
widya santhi
3 bulan Disdikpora
Bali
75
8 2011 Pelatihan keriwausahaan bagi
masyarakat miskin di desa
Tianyar dan Bunutan
1 Bulan Yayasan
Widya Santhi
Mandiri
3
9 2011 Pengembangan pesraman untuk
anak-anak miskin
6 bulan Yayasan
Widya Santhi
Mandiri
3
10 2012 Menigkatkan Keterampilan
Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar
IPA Melalui Pendekatan
Pembelajaran Multiple
Intelligence Berbantuan Peta
Pikiran Siswa Kelas V SD No. 8
Tianyar Barat, Kubu, Karangasem
6 bulan DIPA
Undiksha
7
11 2012 Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah
Bagi Guru-Guru SD Gugus VII
Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng
6 bulan DIPA
Undiksha
7
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resiko.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi
persyaratan dalam pengajuan proposal kegiatan ini.
Bersama ini saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan IbM ini hingga selesai,
apabila usulan ini layak untuk dibiayai.
Singaraja, 11 Februari 2014
Pengusul,
I Wayan Widiana, S.Pd., M.Pd.
NIP. 198507052010121007
34
Lampiran 3 Peta Lokasi Wilayah Mitra
PETA LOKASI IbM
Kampus Undiskha Desa Tianyar
UNDIKSHA
Lokasi IbM
Ke Negara Ke Amplapura
Ke
Den
pasar
Lokasi Desa Tianyar:
Kelompok Usaha Widya Sari dan Labda Karya
90 km