bab 47 · web viewpada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah daerah istimewa yogyakarta meliputi...

93
BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 12. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Upload: others

Post on 27-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

BAB 47PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 12. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Page 2: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi
Page 3: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

12. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7°30' - 8°15' lintang selatan dan 110°00' - 110°52' bujur timur, merupa-kan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara dengan Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur dengan Propinsi Jawa Tengah, di sebelah selatan dengan Samudra Indonesia, dan di sebelah barat dengan Propinsi Jawa Tengah.

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup areal seluas 3.186,10 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi kayu-kayuan (hutan rakyat) seluas 118 kilometer persegi atau 3,7 persen, areal pemukiman/perumahan seluas 848 kilometer persegi atau 26,6 persen, areal sawah seluas 624 kilometer persegi atau 19,6 persen, areal tegalan dan kebun seluas 1.160 kilometer persegi atau 36,4 persen, areal rawa, tambak, dan kolam seluas 3 kilometer persegi atau 0,01 persen, areal lahan kering yang

575

Page 4: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

sementara tidak diusahakan seluas 38 kilometer persegi atau 1,2 persen, dan areal budidaya lainnya 236,1 kilometer persegi atau 7,4 persen dari seluruh luas wilayah.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah daratan dengan topografi berbukit dan bergunung, yang berada pada ketinggian antara 0 - 2.910 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki perairan umum yang berupa sungai dan telaga. Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk tropis basah dengan curah hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya antara 1.660 - 2.500 milimeter. Suhu udara beragam antara 26,5° Celsius - 28,8° Celsius. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana, seperti gempa bumi, letusan gunung api, erosi tanah, banjir, dan kekeringan.

Lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya pertambangan/penggalian yang potensial untuk dikembangkan, yang dewasa ini belum di-manfaatkan secara optimal.

Pada tahun 1990 penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 2.915.200 jiwa dengan kepadatan penduduk 915 jiwa per kilometer persegi. Daerah tingkat II yang terpadat penduduk-nya adalah Kotamadya Yogyakarta dengan kepadatan 12.570 jiwa per kilometer persegi, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan kepadatan 438 jiwa per kilometer persegi. Penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan berjumlah 1.294.253 jiwa atau 44,4 persen dari jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan rata-rata laju pertumbuhan antara tahun 1971 dan 1990 sebesar 6,5 persen per tahun.

Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di propinsi ini berjumlah 2.367.999 orang (81,23 persen). Dari jumlah tersebut, yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak

576

Page 5: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

1.535.884 orang, dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah 1.502.690 orang. Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja terse-but, sebagian besar terserap di sektor pertanian (45,98 persen). Sisanya terserap di berbagai sektor lain, yaitu sektor industri (19,62 persen) dan jasa (34,4 persen).

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, dan kesenian. Penduduk propinsi ini sebagian besar beragama Islam (90 persen), selebihnya beragama Kristen (5 persen), dan lainnya (5 persen).

Secara administratif Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas empat kabupaten daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, dan Bantul, dan satu kotamadya daerah tingkat II, yaitu Kotamadya Yogyakarta sebagai ibukota propinsi. Dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 73 wilayah kecamatan, serta 438 desa dan kelurahan.

II. PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM PJP I

Perkembangan kependudukan di Daerah rstimewa Yogyakarta selama Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I menunjukkan makin menurunnya laju pertumbuhan penduduk dari 1,10 persen per tahun dalam periode 1971-1980 menjadi 0,57 persen per tahun dalam periode 1980-1990. Dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Jawa Bali dan di tingkat nasional yang masing-masing sebesar 1,65 persen per tahun dan 1,97 persen per tahun dalam periode 1980-1990, laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk cukup rendah.

Dalam PJP I pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta telah meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk domestik regional bruto (PDRB) nonmigas Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan tahun 1983 adalah sebesar Rp1.081.175 juta.

577

Page 6: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

Jika dilihat dari pangsa sumbangan sektoral terhadap pembentukan PDRB nonmigas, sektor pertanian memberikan sumbangan terting-gi, (27,2 persen), diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan res -toran (20,5 persen), dan sektor perumahan (13,8 persen).

Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas tercatat sebesar 5,10 persen per tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor listrik, gas, dan air minum (16,0 persen), sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (8,8 persen), serta sektor pertambangan (8,6 persen).

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun 1983 mencapai Rp371 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang besarnya Rp269 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,4 persen per tahun.

Laju pertumbuhan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta yang cukup pesat tersebut didukung oleh laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata sebesar 19,23 persen per tahun antara tahun 1987 dan 1992 dengan komoditas andalan tekstil, kulit, kayu, rotan, dan barang kerajinan.

Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial telah menghasil-kan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf meningkat dari 54,51 persen pada tahun 1971 menjadi 79,88 persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup turun dari 93 pada tahun 1971 menjadi 39 pada tahun 1990. Demikian pula, usia harapan hidup penduduk meningkat dari 57,4 tahun pada tahun 1971 menjadi 67,3 tahun pada tahun 1990.

Peningkatan kesejahteraan tersebut didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jang-kauannya. Pada tahun 1990 telah ada 18 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur 3.225 buah, dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 345 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 9,2 kilometer persegi578

Page 7: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

dengan penduduk yang dilayani sebanyak 8.442 orang per puskes-mas termasuk puskesmas pembantu. Keadaan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1972, dengan jumlah puskesmas baru mencapai 52 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 61,3 kilometer persegi dan penduduk yang dila-yani sebanyak 48.401 orang per puskesmas.

Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta telah menunjukkan kemajuan yang berarti, seperti diperlihatkan oleh angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD), yang pada tahun 1992 telah mencapai 112,2 persen, dibandingkan tahun 1972 yang baru mencapai.86,0 persen. Angka partisipasi tahun 1992 tersebut lebih tinggi daripada tingkat nasional, yaitu sebesar rata-rata 107,5 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang makin meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 2.336 unit SD yang berarti telah meningkat dibandingkan dengan tahun 1972 yang baru berjumlah 1.434 unit. Peningkatan jumlah SD dan murid didukung oleh jumlah guru yang makin meningkat. Pada tahun 1992 tercatat 22.458 orang guru SD dan setiap guru SD melayani 17 murid.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990, penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 437.210 orang atau kurang lebih 15,5 persen dari seluruh pendu-duk. Pada tahun 1984, penduduk miskin masih berjumlah 845.980 orang atau kurang lebih 30,1 persen dari jumlah penduduk.

Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat meliputi jalan kereta api dan jaringan jalan yang mencapai 4.164 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan telah makin baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan yang mencapai rata-rata 3.198,8

579

Page 8: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

kilometer per 1.000 kilometer persegi. Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah seperti prasarana transportasi udara juga telah meningkat. Daerah Istime-wa Yogyakarta memiliki satu bandar udara (bandara), yaitu Bandar Udara Adi Sucipto di Maguwo sebagai bandar udara utama yang berfungsi sebagai pintu gerbang Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, prasarana transportasi antar-wilayah yang telah dikem-bangkan selama PJP I, antara lain jalan lintas propinsi dan jalur kereta api, telah meningkatkan keterkaitan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan propinsi lain di Jawa.

Di bidang pengairan, telah ada peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah seluas kurang lebih 67.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian sampai mencapai swasembada beras.

Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara sistem interkoneksi dengan propinsi se-Jawa-Bali, yang sampai tahun 1991, bersama dengan Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, telah menghasilkan daya terpasang sebesar 1.316,4 megawatt.

Investasi yang dilakukan oleh pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan dana sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV dan V masing-masing berjumlah Rp281,1 miliar dan Rpl.108,7 miliar.

Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, dengan rata-rata pertumbuhan selama Repelita V kurang lebih 11,5 persen per tahun. Dalam masa itu, PAD

580

Page 9: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

Daerah Istimewa Yogyakarta telah meningkat dari Rp 11,4 miliar pada tahun 1989/90 menjadi Rp17,6 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan yang cukup berarti dari PAD dan bantuan pembangunan daerah dari tahun ke tahun mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun pertama Repelita V belanja pembangunan daerah berjumlah Rp22,3 miliar dan pada tahun terakhir Repelita V telah meningkat menjadi Rp25,4 miliar. Bagian terbesar dari belanja pembangunan digunakan untuk sektor perhubungan dan pariwisata.

Investasi swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup besar dan menunjukkan peningkatan. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek baru penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 54 proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan nilai Rp638,4 miliar dan 8 proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$110,8 juta.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan RTRW kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang berupa rencana umum tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun, dan telah ditetapkan sebagai peraturan daerah.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta selama PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didu-kung oleh meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana pem-bangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupi-nya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan

581

Page 10: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah yang dihadapi.

Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Istime-wa Yogyakarta selama PJP I, dalam PJP II akan dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu dite-mukenali berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi serta peluang yang dapat dimanfaatkan.

1. Tantangan

Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain taraf kesejahteraan sosial masya-rakat yang relatif cukup tinggi yang ditunjukkan oleh angka kema-tian bayi yang lebih rendah dan usia harapan hidup yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nasional. Meskipun demikian, baik PDRB nonmigas per kapita maupun laju pertumbuhannya di propinsi ini masih lebih rendah dari rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan Daerah Istimewa Yogya-karta adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mening-katkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas, dan perluasan lapangan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi ketenagakerjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradi-sional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi daerah, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga582

Page 11: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan usaha.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Daerah Istimewa Yogyakarta harus mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di daerah ini. Dengan demikian, Daerah Istimewa Yogyakarta diha-dapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang mena-rik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, tan-tangannya adalah mengembangkan kawasan pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.

Kegiatan ekonomi dan sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta terkonsentrasi di wilayah bagian tengah dengan pusatnya di kota-madya Yogyakarta. Khusus Kabupaten Gunung Kidul, dan Kulon Progo, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antarwilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatkan pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertum-buhannya agar kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antarwilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta, makin berkurang.

Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi,

583

Page 12: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

tenaga listrik, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar di daerah Yogyakarta belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk daerah yang kondisi geografisnya seperti Yogyakarta, diperlukan sistem transportasi perkotaan dan sistem transportasi perdesaan yang dapat meningkatkan keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi darat dan udara yang memadai. Di pihak lain, ada keterbatasan kemampuan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan ketersediaan dan kualitas, serta memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya air bersih dan tenaga listrik agar investasi sektor pariwisata dapat berkembang, serta sistem transportasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan mengikutsertakan dunia usaha.

Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menunjukkan kemajuan dan berada di atas tingkat kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antargolongan masyarakat dan antardaerah, terutama karena adanya kesenjangan jangkauan dan mute pelayanan sosial. Kondisi di atas menghadapkan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tantangan untuk meningkatkan, memeratakan dan memperluas jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.

Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih sebanyak 437 ribu orang atau sekitar 15,0 persen dari jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, pada tahun 1993 jumlah desa tertinggal di propinsi ini masih cukup banyak,

584

Page 13: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

yaitu 111 desa atau sekitar 25,3 persen dari seluruh desa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masalah kemiskinan yang memer-lukan penanganan secara khusus dan menyeluruh ini merupakan tantangan pula bagi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam PJP II, khususnya dalam Repelita VI.

Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di wilayah perko-taan dan kondisi ekonomi yang cukup baik menyebabkan cepatnya pembangunan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan ini menimbulkan kurang terkendalinya pembangunan dan pengem-bangan di beberapa kawasan yang berakibat menurunnya mutu pelayanan kota dan citra kota, khususnya di wilayah perkotaan Yogyakarta. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah mengendalikan laju pertambahan penduduk, terutama penduduk perkotaan, sekaligus mengendalikan pembangunan dan pengem-bangan kota agar mutu pelayanan kota makin baik dan efisien, serta terciptanya citra kota yang baik, lingkungan yang sehat, rapi, aman, dan nyaman.

Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin mening-kat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas dan rehabilitasi pengelolaan sumber daya alam sehingga menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Belum mantapnya kemampuan aparatur di daerah serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.

585

Page 14: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

2. Kendala

Upaya pembangunan daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dihadapkan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, terbatasnya sumber daya alam, terutama lahan dan air, serta terbatasnya kemampuan untuk memobilisasi dana bagi pembangunan. Selain itu, adanya beberapa kawasan bencana juga menjadi kendala bagi pengembangan ke-giatan produktif dan pembangunan prasarana dan sarana dasar.

3. Peluang

Hasil pembangunan yang telah dicapai Daerah Istimewa Yogyakarta selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pembangunan yang berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pembangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi sumber daya alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi pembangunan yang telah dimanfaatkan, tetapi belum optimal dikembangkan, antara lain di bidang sumber daya manusia, pariwisata, industri, pertanian, serta pertambangan dan penggalian.

Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta terutama diukur dari tingkat pendidikan dan kesehatan yang relatif baik merupakan potensi tenaga kerja yang cukup besar untuk berbagai kegiatan. Dengan banyaknya lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian yang memadai, maka Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai potensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pengembangan industri ataupun pengembangan di bidang lain.

586

Page 15: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

Pariwisata juga merupakan sektor yang berpeluang untuk dikembangkan. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah. Wisata alam meliputi antara lain panorama Kaliurang, rekreasi pantai Parangtritis. Wisata budaya meliputi antara lain Candi Kalasan, Ratu Boko, dan Prambanan. Wisata sejarah meliputi antara lain kawasan keraton Yogyakarta.

Industri yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah industri kecil dan industri rumah tangga seperti industri batik; dan barang kerajinan dari kulit, perak, logam, tanah liat, bambu; serta komoditas pakaian jadi, makanan, cerutu, dan minuman.

Sumber daya pertanian tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan komoditas potensial seperti padi, palawija dan hortikultura. Sementara itu, perkebunan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya merupakan perkebunan rakyat dan perkebunan milik badan usaha milik negara (BUMN) dengan komoditas andalannya kopi, kelapa, tembakau, jambu mete, kapuk randu, lada, kakao dan cengkeh. Potensi perikanan yang berupa perikanan darat yang didukung oleh kegiatan intensifikasi pada lahan yang tersedia, budidaya perikanan air tawar, memiliki poten-si untuk dikembangkan lebih lanjut, demikian pula pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Di bidang pertambangan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi berbagai bahan galian seperti batu kapur, kalsit, andesit, pasir koral, dan gips. Khususnya bahan tambang kaolin di Kabupaten Gunung Kidul, dan pasir kwarsa di Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo dapat dikembangkan lebih lanjut, demikian pula pemanfaatan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari Propinsi Jawa Tengah, terutama dalam kaitannya dengan bidang pariwisata, budaya, perdagangan, dan pendidikan. Propinsi ini juga cukup strategis, karena terletak di tengah-tengah pusat

587

Page 16: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

kegiatan ekonomi Jawa, yaitu antara pusat pengembangan kawasan Jawa bagian barat dan kawasan Jawa bagian timur melalui jalur selatan. Hal ini membawa kemungkinan peluang bagi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperluas jaringan pariwisata, pemasaran dan perdagangan antardaerah.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat, serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, pembangunan daerah dan kawasan yang kurang berkembang, seperti di daerah terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwujudan Wawasan Nusantara.

Dengan mengacu kepada arahan GBHN 1993 tersebut, pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pelibatan masyarakat setempat secara penuh; peningkatan peran serta masya-rakat dan dunia usaha; peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga kerja setempat dan perbaikan kualitas angkatan kerja melalui pendidikan dan pelatihan, peningkatan produktivitas perekonomian daerah; penganekaragaman kegiatan perekonomian daerah; pening-katan pertumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan jumlah dan kualitas investasi swasta; pengendalian pertumbuhan penduduk; peningkatan kesejahteraan sosial dan percepatan penanggulangan kemiskinan; pengembangan sistem transportasi terpadu yang akan

588

Page 17: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

meningkatkan aksesibilitas daerah terisolasi; penguatan kelemba-gaan dan aparatur pemerintah di daerah dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya alam yang memiliki potensi dan keunggulan komparatif dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan; dan pengembangan kawasan andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah sekitarnya.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam PJP II sesuai dengan GBHN 1993 adalah mantapnya otonomi yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta makin mera-tanya pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju per-tumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 6,9 persen per tahun. Sasaran lainnya adalah meningkatnya keterse-diaan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar ekonomi, terutama terciptanya sistem transportasi perkotaan-perdesaan yang mampu meningkatkan efektivitas transportasi antardaerah, baik untuk menunjang kegiatan industri, pariwisata maupun kegiatan ekonomi yang lain; meningkatnya peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan sehingga dapat mendukung pen-ciptaan lapangan kerja serta meningkatnya sumbangan daerah kepada ekonomi nasional.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang diukur, antara lain dari dua indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan hidup menjadi 71,2 tahun dan menurunnya angka kematian bayi menjadi 25 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertum-

589

Page 18: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

buhan penduduk; dan telah mantapnya pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; serta terselesaikannya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam PJP II masalah kemiskinan di Daerah Istimewa Yogya-karta, berdasarkan kriteria yang sekarang digunakan, diupayakan dapat terselesaikan.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di daerah, termasuk dalam mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana yang dibangun di daerah, seiring dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah untuk menggali dan mengerahkan sumber keuangan daerah, serta meningkatnya efisiensi belanja daerah.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju per-tumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 5,3 persen per tahun, dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu pertani-an rata-rata sekitar 1 persen; industri nonmigas sekitar 8,3 persen; bangunan sekitar 7,5 persen; perdagangan dan pengangkutan seki-tar 6,7 persen; jasa-jasa sekitar 6,5 persen; serta lainnya (men-cakup pemerintahan, energi, dan pertambangan) sekitar 5,5 persen. Sedangkan sasaran laju pertumbuhan ekspor nonmigas untuk Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata adalah 14,1 persen per tahun. Sasaran laju pertumbuhan kesempatan kerja rata-rata adalah 1,4 persen per tahun agar tercipta tambahan kesempatan kerja baru bagi 110 ribu orang.

Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya ketersediaan prasa-rana dan sarana ekonomi, terutama berkembangnya sistem trans-

590

Page 19: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

portasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan efisien; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat, terutama di sektor pertanian, industri dan jasa; dan meningkatnya PAD termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 68,5 tahun, serta penurunan angka kematian bayi menjadi 34 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional; makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), termasuk madrasah tsanawiyah (MTs), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), termasuk madrasah aliyah (MA), masing-masing menjadi sekitar 100,5 persen, dan sekitar 71,5 persen, serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan; dan berkurangnya jumlah desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional, serta meningkatnya daya dukung sumber daya alam dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup, termasuk menurunnya luas lahan kritis.

3. Kebijaksanaan

Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan mewujudkan berbagai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelaksanaan otonomi di daerah yang seiring dengan peningkatan peran serta masyarakat; pengembangan

591

Page 20: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

sektor unggulan; pengembangan usaha nasional; pengembangan sumber daya manusia; kependudukan; peningkatan pemerataan pembangunan; penanggulangan kemiskinan; pengembangan prasa-rana dan sarana ekonomi; pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta pengembangan kawasan andalan.

Kebijaksanaan tersebut telah dilaksanakan dengan memperhati-kan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang berbatasan dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan antardaerah melalui peningkatan kerja sama antardaerah.

a. Pelaksanaan Otonomi di Daerah

Dalam rangka memperkukuh negara kesatuan serta memper-lancar penyelenggaraan pembangunan nasional, kemampuan pelak-sanaan pemerintahan di daerah tingkat I dan daerah tingkat II Daerah Istimewa Yogyakarta terutama dalam penyelenggaraan tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan ditingkatkan agar makin mewujudkan otonomi yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan otonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta diting-katkan dengan peningkatan kemampuan aparatur melalui penguatan manajemen dan kelembagaan; peningkatan kualitas sumber daya manusia, termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); peningkatan kemampuan memobilisasi berbagai sumber keuangan daerah, serta peningkatan kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat, dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.

Penataan kembali batas wilayah dan daerah dalam rangka pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimungkinkan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan administrasi pemerintahan di daerah.

592

Page 21: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

b. Pengembangan Sektor Unggulan

Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Daerah Isti-mewa Yogyakarta. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor produktif lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk mengha-silkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Pembangunan industri di Daerah Istimewa Yogyakarta diarah-kan terutama untuk mengembangkan industri yang berorientasi ekspor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pembangunan industri di Daerah Istimewa Yogyakarta dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan pertanian sehingga meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur ekonomi daerah. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri pengolahan, termasuk agroindustri dan aneka industri, ditingkatkan dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah tingkat II, diupayakan sesuai dengan potensi masing-masing dan dengan rencana tata ruang daerah agar tertata dengan baik dan mendorong pemerataan. Untuk mendukung pengembangan industri diupayakan peningkatan prasarana, peningkatan usaha pemasaran, serta pelatihan tenaga kerja. Untuk meningkatkan ketersediaan prasarana penunjang, sehingga tercipta kondisi yang menarik bagi pengembangan kegiatan industri, diperlukan investasi yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah sepenuhnya. Oleh karena itu, dunia usaha didorong untuk ikut serta membangun prasarana dan sarana yang dibutuhkan.

Pembangunan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta menganekaragamkan produksi basil pertanian, antara lain tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan. Upaya tersebut dilaksanakan

593

Page 22: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

secara terpadu, didukung oleh pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan.

Pembangunan kepariwisataan di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai potensi yang luas dan prospek yang cerah. Untuk itu, pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan pendapat-an daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesem-patan usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pelestarian dan pengembangan budaya daerah dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan alam bahari, keanekaragaman seni budaya, serta peninggalan seja-rah di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan marta-bat bangsa.

Pembangunan pertambangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ditingkatkan melalui pengembangan sumber daya galian sekaligus mendorong proses pengolahan lanjutannya untuk meningkatkan nilai tambah, terutama pasir besi, kaolin, gamping, dan pasir gunung api.

c. Pengembangan Usaha Nasional

Pengembangan usaha nasional yang meliputi usaha menengah dan kecil, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD), serta usaha swasta diarahkan agar mampu tumbuh menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi daerah, serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja menuju terwujudnya perekonomian daerah yang tangguh dan mandiri yang dapat menopang pembangunan dan perekonomian nasional.

Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha tradisional dan informal, di Daerah Istimewa Yogyakarta594

Page 23: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

ditingkatkan melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha disertai dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung. Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta lapisan usaha kecil yang kukuh dan saling menyangga dengan lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan usaha besar.

Kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekonomi rakyat dilakukan pula melalui peningkatan pemberian kemudahan di bidang perkreditan, investasi, perpajakan, asuransi, akses terha-dap pasar dan informasi, serta dalam memperoleh pendidikan, pelatihan keterampilan, bimbingan manajemen, dan alih teknologi. Dengan demikian, ekonomi rakyat dapat berkembang secara mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian nasional. Dalam rangka itu, dikembangkan bidang kegiatan ekonomi yang diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu koperasi dan usaha kecil termasuk usaha informal dan tradisional, dan jika perlu dite-tapkan wilayah usaha yang menyangkut perekonomian rakyat, terutama yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi dan usaha kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya. Kebijaksanaan pemberian prioritas, dapat pula diberikan kepada usaha ekonomi rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam pengadaan barang dan jasa yang dibiayai oleh Pemerintah, disertai upaya penyediaan tempat usaha yang terjamin, khususnya bagi koperasi dan usaha kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat, antara lain dalam pemilikan saham perusahaan besar melalui koperasi.

Pembangunan koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta pelak-sanaannya dilakukan melalui peningkatan akses dan pangsa pasar; perluasan akses terhadap sumber permodalan, pengukuhan struktur permodalan, dan peningkatan kemampuan memanfaatkan modal; peningkatan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi; peningkatan akses terhadap teknologi dan peningkatan kemampuan memanfaatkannya; serta pengembangan kemitraan usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok tertinggal,

595

Page 24: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

seperti nelayan pada umumnya, petani kecil, dan mereka yang berada di kantung-kantung kemiskinan.

Pembangunan perdagangan di Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlan-car distribusi sehingga mampu mendukung upaya pemerataan dan pengembangan kemampuan usaha, dan peningkatan ekspor nonmi-gas dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi, baik nasional, regional maupun global.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk mewujudkan manusia ber-akhlak, beriman, dan bertaqwa terhadap Than Yang Maha Esa dengan menanamkan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, serta pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembang-an sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan, melalui peningkatan kualitas baik pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan agama, serta pelayanan kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan ketersediaan dan ketersebaran prasarana dan sarana dasar secara makin berkualitas dan merata.

Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas, nilai tambah, daya saing, kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui kegiatan pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan efektif, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam peman-faatan, pengembangan dan penguasaan iptek, serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas tenaga kerja di propinsi ini di arahkan pada sektor industri yang memanfaatkan sumber daya alam yakni perikanan, kehutanan, pertambangan, perkebunan, peternakan dan pariwisata. Demikian pula industri

596

Page 25: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

yang berkadar sumber daya manusia dengan keterampilan dan pemanfatan iptek yang tinggi, seperti industri rekayasa rancang bangun dan berbagai industri peranti lunak, termasuk jasa konsul-tansi dan jasa konstruksi.

e. Kependudukan

Kebijaksanaan bidang kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan pendu-duk di daerah yang mempunyai kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta mengarahkan persebaran penduduk yang lebih merata, terutama ke daerah jarang penduduk, dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk dikendalikan, antara lain dengan upaya peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan itu, upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam pem-bangunan Daerah Istimewa Yogyakarta telah meningkat pesat, diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan pembinaannya.

Untuk mengurangi tekanan penduduk yang tinggi, persebaran penduduk dan tenaga kerja dilaksanakan antara lain melalui transmi-grasi, terutama transmigrasi umum dan transmigrasi swakarsa mandiri, serta peningkatan mobilitas ketenagakerjaan.

f. Peningkatan Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pertumbuhan antarsektor ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta diupayakan dengan menyerasikan secara bertahap peranan dan sumbangan setiap sektor ekonomi, dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga

597

Page 26: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan perenca-naan dan pelaksanaan program antarsektor dan program regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan, antara lain dengan penerapan tek-nologi yang tepat serta pendekatan baru dalam produksi dan pemasaran hasil. Untuk meningkatkan nilai tukar komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan, ditingkatkan keter-kaitan antarsektor, terutama antara sektor pertanian dengan industri dan jasa.

Pemerataan pembangunan antardaerah di Daerah Istimewa Yogyakarta diupayakan dengan lebih menyerasikan pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan antar-daerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui koordinasi dan keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggunaan tanah, ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum pemilikan tanah, serta pencegahan penelantaran tanah termasuk upaya mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan kepen-tingan rakyat.

Dalam rangka pemerataan pembangunan antardaerah di Daerah Istimewa Yogyakarta ditempuh pula berbagai upaya, antara lain meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah yang dikembangkan berdasarkan pendekatan wilayah atau kelom-pok wilayah dalam satu propinsi dengan menciptakan keterkaitan fungsional antardaerah, antarwilayah, antardesa, antarkota, dan antara desa dan kota. Selanjutnya, penyerasian pertumbuhan antardaerah diupayakan pula dengan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah

598

Page 27: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang makin baik.

Untuk mengatasi kesenjangan antargolongan ekonomi dilaku-kan penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan ekonomi rakyat banyak, seperti kepemilikan hak atas tanah, peri-zinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan mekanisme pasar di daerah, serta pemberian fasilitas dan kemudahan berusaha bagi pengusaha kecil, termasuk ikut dalam melaksanakan proyek-proyek Pemerintah di daerah, sehingga masyarakat golongan ekonomi yang lemah mendapat kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan peranannya dalam pembangunan dan dengan demi-kian meningkatkan kesejahteraannya.

g. Penanggulangan Kemiskinan

Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan salah satu kebijaksanaan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk dapat mening-katkan taraf hidupnya. IDT diarahkan pada pengembangan ke-giatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa atau kelurahan tertinggal, dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan produksi dan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya itu, ditingkatkan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan serta disediakan dana sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam kerangka itu, program IDT diupayakan pula untuk meman-tapkan segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat perdesaan termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf hidup dapat berlangsung secara berkelanjutan. Kebijaksanaan ini dilaksanakan

699

Page 28: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

khususnya di 111 desa tertinggal menurut pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.

h. Pengembangan Prasarana dan Sarana Ekonomi

Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi, khususnya transportasi, di Daerah Istimewa Yogyakarta ditingkatkan dan diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan, efisiensi pemanfaatan, kualitas pelayanan, keterjangkauan pelayanan dan efektivitas operasi dan pemeliharaan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut. Dalam Repelita VI sistem transportasi dikembangkan secara lebih luas dan terpadu terutama dengan mengembangkan sistem transportasi antarmoda yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah terisolasi dan terbelakang.

Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya pembangunan prasarana dan sarana ekonomi lainnya, seperti tenaga listrik dan pelayanan jasa telekomunikasi serta prasarana pengairan, akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Untuk mempercepat pembangunan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut, didorong dan ditingkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.

i. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam diting-katkan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu, ditingkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembalian fungsi hidroorologis kawasan kritis diupayakan melalui pengembangan tanaman tahunan dan teknik konservasi tanah dan air. Upaya pelestarian fungsi

600

Page 29: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

hutan dan lingkungan pesisir; upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis; konservasi sungai, hutan lindung; pelestarian flora dan fauna langka; serta pengembangan fungsi daerah aliran sungai (DAS); ditingkatkan.

j. Pengembangan Kawasan Andalan

Kawasan andalan dikembangkan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana tata ruang daerah, keterkaitan kota dengan daerah penyangganya, pertumbuhan penduduk, pengelolaan dan pembangunan lingkungan permukiman, lingkungan usaha, dan lingkungan kerja.

Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan yang mengalami pertumbuhan pesat, di tingkatkan penyediaan dan perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan, termasuk peningkatan pengelolaannya.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam upaya mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Repelita VI dilaksanakan melalui beberapa program yang meliputi program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah; peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah; peningkatan prasarana dan sarana daerah; pengembangan usaha nasional; peningkatan produktivitas dan kualitas tenaga kerja; penataan ruang daerah; pengembangan kawasan andalan dan sektor unggulan; peningkatan kualitas lingkungan hidup; peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan peran serta masyarakat; percepatan penanggulangan kemiskinan; dan pengelolaan pembangunan perkotaan; dengan didukung berbagai program penunjang.

601

Page 30: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

1. Program Pokok

a. Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan kemampuan, disiplin dan wawasan aparatur pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur kelembagaan pemerintah daerah, terutama aparatur pemerintah daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;

2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah yang meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga pemerintah pusat dan daerah;

3) menyempurnakan dan melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan daerah;

4) mengembangkan sistem informasi manajemen pembangunan daerah; dan

5) meninjau kembali status dan Batas daerah otonom dan wilayah administratif daerah tertentu.

b. Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya :

1) meningkatkan PAD dengan mengintensifkan sumber pendapat-an yang ada, baik pajak, retribusi, maupun labs perusahaan daerah, serta menggali sumber pendapatan yang baru;

602

Page 31: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan rekening pembangunan daerah;

3) meningkatkan keikutsertaan dunia usaha dalam pembangunan daerah;

4) memantapkan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan penggunaan keuangan daerah; dan

5) meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMD.

c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan prasarana transportasi darat, dan udara, yang meliputi kegiatan:

a) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan, yang antara lain meliputi ruas-ruas Tempel-Sleman-Yogyakarta-Sentolo, Wates-Toyan-Karang Nongko, Wonosari-Gledag-Playen-Paliyan, Semin-Blimbing, Wonosari-Tepus, Mulo-Ke-miri-Baron, Yogyakarta-Sleman, Yogyakarta-Prambanan, Yogyakarta-Sentolo-Milir-Wates, dan Yogyakarta-Piyun-gan-Gading-Gledag, serta peningkatan jalan dan peng-gantian jembatan pada ruas Sentolo-Klangon, Wonosari-Janti, Galur-Sentolo, Kemiri-Temenggung, Telaga Su-ling-Batas Jawa Tengah, Galur-Congot, Yogyakarta-Sleman, Piyungan-Gading, Wonosari-Ngeposari-Semu-luh-Bedoyo-Duwet, Sambipitu-Nglipar-Semin, Baran-Jeruk Wudel-Suli-Tepus-Baron, dan Wates-Godean;

b) pengembangan transportasi darat meliputi kegiatan pengadaan dan pemasangan rambu jalan sebanyak 1.000 buah, pagar pengaman jalan sepanjang 8000 meter,

603

Page 32: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

pembuatan marka jalan sepanjang 150 kilometer, pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan bermotor (PKB) berjalan sebanyak 4 unit, lampu lalu lintas sebanyak 7 unit, pembangunan terminal penumpang/barang di 1 lokasi dan pengadaan bus kota sebanyak 50 unit serta pengembangan perkeretaapian yang berupa rehabilitasi lokomotif diesel sebanyak 5 buah;

c) pengembangan transportasi udara meliputi kegiatan peningkatan fasilitas bandar udara, dan peningkatan fasilitas keselamatan penerbangan Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta;

2) meningkatkan penyediaan tenaga listrik meliputi kegiatan:

a) peningkatan sarana distribusi PLN berupa pembangunan jaringan transmisi sepanjang 74 kms, jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 1.759 kilometer sirkit, ja-ringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 2.329 kilometer-sirkit, pembangunan gardu distribusi sebanyak 873 unit dengan kapasitas 218 megavoltampere dan tambahan pelanggan baru sebanyak 207.000 pelanggan;

b) pengembangan laboratorium pantai serta pengembangan dan pemanfaatan energi gelombang laut untuk pusat tenaga listrik; dan

c) penyediaan tenaga listrik perdesaan antara lain dengan menggunakan minihidro sehingga terdapat penambahan jangkauan pelayanan listrik bagi sekitar 50 desa;

3) meningkatkan jaringan telekomunikasi, yang antara lain meli-puti penambahan telepon sebanyak 47.100 satuan sambungan termasuk sarana penunjangnya, perluasan kapasitas telepon umum, pembangunan warung telekomunikasi (wartel) secara

604

Page 33: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

tersebar, pengadaan perangkat radio komunikasi sebanyak 1 unit, serta pengadaan terminal automatic frequency manage-ment system (AFMS) sebanyak 1 unit;

4) meningkatkan pelayanan jasa pos dan giro yang antara lain meliputi kegiatan peningkatan fasilitas fisik pelayanan di kecamatan dan perdesaan, yang antara lain meliputi pembangunan gedung kantor pos sebanyak 2 unit, sentral pengolahan pos 1 unit, kantor pos pembantu sebanyak 18 unit dan kantor pos tambahan sebanyak 6 unit, pos keliling kota/angkutan sebanyak 10 unit, pos keliling desa/antaran sebanyak 75 unit, dan berbagai sarana penunjang;

5) memantapkan prasarana pengairan dan meningkatkan pendayagunaan sumber daya air yang meliputi kegiatan penyusunan rencana induk Wilayah Sungai Progo-Opak-Oyo, pembangunan Waduk Sermo Yogyakarta; pembangunan salur-an pembawa air baku antara lain untuk daerah Gunung Kidul; meningkatkan pembangunan prasarana pengendalian banjir lahar di kawasan Gunung Merapi; serta pemeliharaan ja-ringan irigasi seluas sekitar 65.000 hektare dengan lokasi tersebar dan perbaikan jaringan irigasi seluas sekitar 9.000 hektare dengan lokasi tersebar antara lain di Donomulyo, Pekik Jamal, dan Clereng;

6) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan dengan kegiatan pembangunan stasiun pemancar radio di Yogyakarta;

7) meningkatkan prasarana pelayanan hukum yang meliputi kegiatan pembangunan prasarana fisik pengadilan tata usaha negara (PTUN) di Yogyakarta dan pembangunan pengadilan agama (PA) di Yogyakarta; dan

8) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai ke daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan per-pustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan

605

Page 34: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyara-kat; dan

9) meningkatkan kemampuan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang menjadi tanggung jawab pemerin-tah daerah.

d. Program Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi upaya:

1) mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain berupa penanaman modal swasta, termasuk PMDN dan PMA, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif daerah;

2) meningkatkan dan mengarahkan investasi, baik PMDN maupun PMA, pada berbagai wilayah, sektor, dan golongan ekonomi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis di perdesaan, serta berbagai sektor jasa pendukung;

3) menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan kegiatan dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika usaha yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis yang menjamin-kepastian dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing dunia usaha di daerah;

4) meningkatkan pengembangan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha informal dan tradisional, melalui hubungan kemitraan usaha; meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar; dan meningkatkan bantuan permodalan dengan memanfaatkan dana lembaga perbankan, seperti kredit usaha kecil (KUK), kredit umum perdesaan (Kupedes), serta dana lembaga keuangan nonbank, seperti modal ventura;

606

Page 35: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

5) meningkatkan pembimbingan, pendidikan, pelatihan, dan magang dalam rangka peningkatan kemampuan teknologi dan manajemen, serta pengembangan usaha baru yang bersifat terobosan;

6) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan dan pendayagunaan dana masyarakat, antara lain dengan mendorong pengembangan bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi bank perkreditan rakyat (KBPR), bank perkreditan rakyat syariat (BPRS), dan lembaga modal ventura;

7) meningkatkan pengembangan koperasi melalui pemantapan kelembagaan koperasi, pendidikan dan penyuluhan koperasi, pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi, peningkatan dan perluasan usaha koperasi, kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha, pembangunan koperasi di daerah tertinggal, serta pengembangan informasi perkoperasian;

8) mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan daerah, melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup tenaga kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam, kelembagaan, permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan potensi pasar; serta meningkatkan kegiatan promosi tentang potensi daerah; dan

9) meningkatkan kegiatan perdagangan antara lain berupa penyelenggaraan pelayanan informasi perdagangan; peningkatan pemasaran komoditas hasil pertanian termasuk pengembangan pasar desa dan pasar lelang; pembinaan pedagang, pengusaha, dan eksportir menengah dan kecil; peningkatan perdagangan perintis; peningkatan dan pengawasan mutu komoditas ekspor; penyusunan identifikasi potensi pasar komoditas ekspor; serta pengembangan dan peningkatan ekspor nonmigas, termasuk produk agroindustri.

607

Page 36: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

e. Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat di daerah meliputi pemasyarakatan produktivitas yang didukung dengan penyebarluasan informasi, penyuluhan, pembinaan media massa, dunia pendidikan, forum masyarakat produktivitas Indonesia, dan organisasi masyarakat lainnya; penetapan standar mutu produktivitas di perusahaan-perusahaan melalui analisis, penelitian, pengembangan, dan pengukuran produk-tivitas, serta pengembangan unit-unit produktivitas;

2) meningkatkan keterampilan dan keahlian serta profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan melalui pelatihan institusional, noninstitusional (mobile training unit) bagi kader-kader pembangunan secara terpadu; dan pema-gangan untuk membentuk tenaga kerja mandiri dan profesi-onal; melalui pendayagunaan tenaga kerja terdidik, yang pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

3) meningkatkan pembinaan hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha, antara lain melalui pembinaan fungsi lembaga ketenagakerjaan dan pendidikan; atau pe-nyuluhan ketenagakerjaan bagi kader-kader serikat pekerja dan organisasi pengusaha, dan pelaksanaan uji coba sistem deteksi dini;

4) meningkatkan perlindungan tenaga kerja, khususnya tenaga wanita di sektor formal maupun sektor informal dan perlindungan anak yang terpaksa bekerja.

608

Page 37: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

f. Program Penataan Ruang Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) menyempurnakan dan menjabarkan RTRW propinsi daerah tingkat I dan tingkat II, terutama tata ruang kawasan andalan ke dalam rencana rinci dan program pembangunan daerah;

2) menyiapkan penatagunaan tanah bagi kawasan perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta-Jawa Tengah;

g. Program Pengembangan Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan

Program ini meliputi upaya :

1) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri dengan menititikberatkan pada kegiatan pengembangan industri yang berdaya saing kuat, memperluas kesempatan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah; mengembangkan industri di Daerah Istimewa Yogyakarta bertumpu baik pada pengembangan industri padat sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang maju, dan industri padat karya yang makin padat keterampilan, maupun industri yang memanfaatkan sumber daya manusia yang sarat teknologi dan keterampilan, yang meliputi kegiatan:

a) pengembangan industri kecil dan menengah, termasuk industri kerajinan dan rumah tangga, dilaksanakan melalui (1) pola kemitraan usaha antara industri kecil, menengah dan besar; (2) penumbuhan dan pengembangan wirausaha industri kecil; (3) penumbuhan dan pengembangan industri perdesaan termasuk desa tertinggal; (4) pengembangan industri kecil melalui pembinaan sekitar 235 sentra industri kecil;

609

Page 38: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

b) peningkatan kemampuan teknologi di perusahaan-per-usahaan industri melalui diseminasi teknologi, pengem-bangan dan pelayanan teknologi industri, penerapan standar serta pengujian mutu produk; mendorong kemi-traan litbang terapan antara dunia usaha, perguruan tinggi dan Pemerintah, dan meningkatkan kemampuan sarana litbang industri, termasuk milik Pemerintah;

c) pendalaman dan penguatan struktur industri melalui pengembangan agroindustri, industri pengolahan hasil tambang dan industri yang berorientasi ekspor melalui pengembangan dan pemanfaatan keunggulan komparatif daerah antara lain industri kerajinan batik, perak, kulit, dan cinderamata budaya khas lainnya dan industri yang memanfaatkan sumber daya manusia yang berkadar tek-nologi dan keterampilan tinggi;

d) peningkatan promosi investasi industri dan mendorong berkembangnya keterkaitan antarindustri dan aglomerasi industri di kawasan andalan khususnya di zona industri D.I Jogyakarta-Surakarta;

2) meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian sektor unggulan pertanian di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui pengembangan usaha pertanian terpadu yang men-cakup tanaman pangan, peternakan, dan perkebunan yang antara lain meliputi kegiatan:

a) peningkatan areal usaha pertanian konservasi seperti usaha perkebunan teh dan jambu mete;

b) peningkatan usaha pertanian pekarangan, antara lain berupa tanaman hias dan ikan hias;

c) peningkatan produktivitas lahan kering di Wonogiri dan Wonosari melalui pemanfaatan sumber daya air tanah dan pengembangan usaha tani lahan kering;

610

Page 39: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

3) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata melalui pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata, peninggalan sejarah, dan budaya; antara lain pengembangan wisata alam di kawasan kaki Merapi, dataran rendah Yogya-karta-Bantul, kawasan Gelang Manten (Magelang-Sleman-Klaten), kawasan Pawonsari (Pacitan-Wonogiri-Wonosari), dan kawasan Projo Gelang (Kulon Progo-Purworejo-Mage-lang), melalui pengembangan objek dan daya tarik wisata peninggalan sejarah dan budaya, seperti Keraton Yogyakarta; serta peningkatan dan pengembangan produk wisata konvensi dan pelayanannya; pengembangan taman rekreasi dan hiburan serta pembangunan sarana akomodasi di berbagai lokasi, dengan dukungan sebagian besar dari swasta;

4) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan inven-tarisasi pertambangan rakyat tambang kaolin; di samping itu dilaksanakan kegiatan pemetaan geologi dan geofisika, eksplorasi air tanah, mitigasi bencana alam geologis, serta kegiatan khusus pengamatan gunung api; peningkatan peran serta masyarakat dalam usaha pertambangan skala kecil mela-lui wadah koperasi; serta peningkatan produksi dan peng-anekaragaman hasil tambang termasuk upaya pengolahan komoditas tambang andalan seperti batu kapur, gamping dan pasir gunung api; dan di seluruh daerah tingkat II dilaksanakan bimbingan usaha pertambangan golongan C.

h. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Program ini meliputi upaya:

1) menyelamatkan hutan, tanah, air melalui kegiatan perbaikan, pemeliharaan, pengamanan dan pengembangan wilayah sungai untuk DAS Opak-Oyo-Progo;

611

Page 40: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

2) membina dan mengelola lingkungan hidup meliputi kegiatan:

a) pengembangan pusat studi lingkungan hidup di perguruan tinggi di Yogyakarta;

b) pengembangan program pasca sarjana ilmu lingkungan di perguruan tinggi Yogyakarta;

3) mengendalikan pencemaran lingkungan hidup meliputi kegiatan:

a) peningkatan mutu dan fungsi Sungai Oyo Progo; dan

b) pengembangan unit pengolah limbah industri;

4) membina daerah pantai yang meliputi kegiatan rehabilitasi pantai yang rusak melalui penanaman hutan bakau rakyat sekitar 5.000 hektare;

5) merehabilitasi lahan kritis yang meliputi kegiatan rehabilitasi lahan kritis di areal pertanian tanah kering di DAS Opak-Oyo-Progo melalui bantuan pemerintah, swadaya masyarakat dan dunia usaha.

i. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Program ini meliputi upaya :

1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan terutama dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi penyediaan prasarana dan sarana pendidikan serta peningkatan kualitas dan jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan kebutuhan; penyelenggaraan kelompok belajar Paket A, Paket B, magang dan kelompok belajar usaha; perluasan atau

612

Page 41: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

peningkatan sekolah menengah kejuruan dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan tuntutan pembangunan daerah; pengembangan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sehingga lebih terkait dengan kebutuhan daerah. Selain itu akan dikembangkan pula politeknik keteknikan (engineering);

2) meningkatkan ketersediaan prasarana dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk perbaikan gizi serta menambah dan menyebarkan tenaga medis spesialis dan paramedis termasuk bidan desa, yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian vitamin A kepada anak balita, khususnya di desa tertinggal, dan peningkatan status gizi murid sekolah melalui pemberian makanan tambahan bagi murid SD dari keluarga miskin, terutama di desa tertinggal; serta pembangunan puskesmas 5 unit, puskesmas pembantu 91 unit, dan pengadaan puskesmas keliling 96 unit; penyelenggaraan pendidikan bidan program A; serta pencegahan dan penanggulangan acquired immuno deficiency syndrome (AIDS);

3) meningkatkan penyediaan dan memperluas jangkauan pelayanan prasarana air bersih serta meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan permukiman, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa sebanyak 60 desa, penyediaan dan pengelolaan air bersih perdesaan untuk 232 desa; serta pengelolaan air limbah per-desaan untuk 42 desa;

4) meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial termasuk fakir miskin, lanjut usia, anak terlantar, di samping pembimbingan dan pembinaan keluarga sejahtera, yang kegiatannya antara lain meliputi:

a) pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin sebanyak 9.000 kepala keluarga;

613

Page 42: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

b) pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat seba-nyak 6.715 orang;

c) pelayanan dan rehabilitasi tuna sosial sebanyak 1.500 orang;

d) pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah bidang kesejahteraan sosial di Yogyakarta,

e) rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti wredha dan panti asuhan masing-masing sebanyak 2 dan 5 unit;

f) pembangunan dan rehabilitasi loka bina karya sebanyak 4 unit;

g) pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling (URSK) dan kelengkapannya sebanyak 2 unit; dan

h) pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah bidang kesejahteraan sosial;

5) mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui kegiatan keluarga berencana yang didukung oleh sektor terkait, antara lain kesehatan, pendidikan, dan agama, serta mengarahkan persebaran penduduk, antara lain melalui program transmigrasi, yang meliputi kegiatan:

a) penerangan dan penyuluhan terhadap calon transmigran umum (TU), transmigran swakarsa berbantuan (TSB), transmigran swakarsa mandiri (TSM) serta melakukan pendaftaran, seleksi, dan menyediakan perlengkapan bagi TU dan TSB; dan

b) pelatihan dasar bagi 11.300 kepala keluarga calon transmigran agar mereka siap dalam mengembangkan

614

Page 43: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

daerah baru, dan menyediakan fasilitas angkutan dan akomodasi bagi TU dan TSB;

6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya dan seni budaya Yogyakarta untuk memperkaya dan melestarikan khazanah budaya serta memelihara peninggalan sejarah setempat, yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran bekas Keraton Ratu Boko dan Candi Barong;

7) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan serta pengamalan ajaran agama untuk memantapkan keimanan dan ketaqwaan umat beragama, yang kegiatannya antara lain meliputi bimbingan dan peningkatan kerukunan hidup umat beragama; penyediaan bantuan untuk pembangunan prasarana dan sarana kehidupan beragama dengan mendorong peran serta masyarakat; penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dasar dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; pembinaan pendidikan agama tingkat menengah dan tingkat tinggi, baik negeri maupun swasta; serta pembinaan kelembagaan seperti pondok pesantren dan tenaga penyuluh keagamaan. Secara khusus akan dilakukan pula pembangunan gedung Pengadilan Tinggi Agama, serta rehabilitasi dan penyediaan fasilitas pendidikan untuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga.

j. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) menumbuhkembangkan peranan swadaya masyarakat agar mampu memecahkan masalah bersama melalui kelompok swadaya di daerah, terutama di desa tertinggal;

2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya membangun keluarga sejahtera serta mengembangkan usaha

615

Page 44: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain melalui pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);

3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang taruna, pramuka, dan organisasi kepemudaan, yang kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 155 karang taruna;

4) membina dan meningkatkan kemampuan dan kualitas lembaga masyarakat atau organisasi nonpemerintah, yang kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 116 organisasi sosial, dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat sebanyak 936 orang; serta

5) meningkatkan pembinaan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara melalui penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan pendahuluan bela negara, pelatihan dan pengorganisasian perlindungan masya-rakat (limas) dalam kegiatan penanggulangan bencana, serta pembinaan masyarakat terhadap ketertiban dan keamanan lingkungan.

k. Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Program ini meliputi upaya :

1) meningkatkan ketersediaan dan persebaran jumlah serta kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar sosial dan ekonomi terutama di 111 desa tertinggal, antara lain meliputi pemugaran perumahan dan permukiman di 106 desa sebanyak 1.521 rumah;

2) meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha masyarakat, khususnya kelompok masyarakat miskin dengan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif yang dikelola melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan;

616

Page 45: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas program khusus seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan program sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.

1. Program Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Program ini meliputi upaya:

1) membangun prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan peru-mahan dan permukiman daerah perkotaan dengan membangun rumah sederhana sebanyak 20.000 unit; perbaikan dan pere-majaan kawasan perumahan dan permukiman kumuh seluas 50 hektare; perbaikan lingkungan permukiman kota/nelayan seluas 1.152 hektare; pengelolaan air limbah untuk 1 kota besar dan 15 kota sedang/kecil; pengelolaan persampahan untuk 1 kota besar dan 5 kota sedang/kecil; penanganan drai-nase untuk 1 kota besar dan 13 kota sedang/kecil; penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaan dengan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 1.000 liter per detik; serta penataan kota dan penataan bangunan;

2) meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan perkota-an, yang kegiatannya antara lain meliputi pemantapan fungsi kota, pembangunan prasarana dan sarana pengembangan ekonomi perkotaan termasuk pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil; pemantapan keuangan perkotaan; peningkat-an peran serta social masyarakat kota; pemantapan kelembagaan pemerintahan kota; penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata ruang kota dengan penyiapan program jangka menengah (PJM) perkotaan untuk 3 kota, penyusunan rencana PJM untuk 2 kawasan andalan, dan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan untuk 2 kawasan; pemantapan luasan ruang terbuka hijau; serta

617

Page 46: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

peningkatan pengelolaan administrasi dan tertib hukum pertanahan di wilayah perkotaan;

3) mendukung dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di daerah perkotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan konservasi kawasan budaya dan bernilai sejarah, serta pemantapan luasan ruang terbuka hijau.

2. Program Penunjang

Program penunjang meliputi seluruh program sektoral dan regional yang dilaksanakan dan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

618

Page 47: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

TABEL 47 – 12WILYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN JUMLAH PENDUDUK

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA1990, 1993, DAN 1998

619

Page 48: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi

620

Page 49: BAB 47 · Web viewPada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi areal hutan negara seluas 159 kilometer persegi atau 5,0 persen, areal yang ditumbuhi