karakteristik kimia tanah pada areal usahatani lahan

12
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia) 1 Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat (Indonesia) *Sufardi 1 , Darusman 1 , Zaitun 2 , Sabaruddin Zakaria 2 , and T. Fadrial Karmil 3 1 Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 2 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 3 Fakultas Kedoteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; *Corresponding Author: [email protected]; Hp 081269594111; ABSTRAK Salah satu faktor yang sering menjadi kendala pada lahan kering adalah redahnya kualitas kimia tanah. Oleh karena itu, assessment terhadap kualitas tanah sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kendala tanah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kendala kimia tanah yang membatasi pertumbuhan tanaman pada lahan kering di Kabupaten Aceh Barat, Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif melalui observasi lapangan dan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil pada lapisan tanah atas (0-20 cm) dan lapisan bawah (20-40 cm) pada 36 titik pengamatan di beberapa areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Barat. Sifat-sifat kimia tanah yang dievaluasi meliputi keasaman tanah, kandungan C dan N total, jumlah kation basa, status P, dan kapasitas tukar kation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas kimia tanah pada areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Barat rendah. Kendala utama yang membatasi pertumbuhan tanaman di lahan kering Kabupaten Aceh Barat adalah keasaman tanah, C dan N total rendah, K2O Total rendah, dan kejenuhan basa yang rendah. Peluang untuk meningkatkan kualitas tanah di lahan kering dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik, kapur, dan pupuk. Katakunci: lahan kering, sistem usahatani, kedala kimia tanah 1. PENDAHULUAN Lahan kering merupakan salah satu areal yang menjadi sasaran utama untuk perluasan areal pertanian, baik untuk tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Pengembangan inovasi dan teknologi yang tepat menjadi kata kunci dalam mengoptimalkan fungsi lahan sehingga lebih produktif. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau

Upload: others

Post on 05-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

1

Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan Kering

di Kabupaten Aceh Barat (Indonesia)

*Sufardi1, Darusman1, Zaitun2, Sabaruddin Zakaria2, and T. Fadrial Karmil3

1Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111;

2Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 3Fakultas Kedoteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111;

*Corresponding Author: [email protected]; Hp 081269594111;

ABSTRAK

Salah satu faktor yang sering menjadi kendala pada lahan kering adalah redahnya kualitas

kimia tanah. Oleh karena itu, assessment terhadap kualitas tanah sangat perlu dilakukan untuk

mengetahui kendala tanah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kendala kimia tanah yang

membatasi pertumbuhan tanaman pada lahan kering di Kabupaten Aceh Barat, Indonesia.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif melalui observasi lapangan

dan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil pada lapisan tanah atas (0-20 cm) dan lapisan

bawah (20-40 cm) pada 36 titik pengamatan di beberapa areal usahatani lahan kering di

Kabupaten Aceh Barat. Sifat-sifat kimia tanah yang dievaluasi meliputi keasaman tanah,

kandungan C dan N total, jumlah kation basa, status P, dan kapasitas tukar kation. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas kimia tanah pada areal usahatani lahan

kering di Kabupaten Aceh Barat rendah. Kendala utama yang membatasi pertumbuhan tanaman

di lahan kering Kabupaten Aceh Barat adalah keasaman tanah, C dan N total rendah, K2O Total

rendah, dan kejenuhan basa yang rendah. Peluang untuk meningkatkan kualitas tanah di lahan

kering dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik, kapur, dan pupuk.

Katakunci: lahan kering, sistem usahatani, kedala kimia tanah

1. PENDAHULUAN

Lahan kering merupakan salah satu areal yang menjadi sasaran utama untuk perluasan

areal pertanian, baik untuk tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Pengembangan

inovasi dan teknologi yang tepat menjadi kata kunci dalam mengoptimalkan fungsi lahan

sehingga lebih produktif. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau

Page 2: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

2

digenangi air pada sebagian waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Sukarman et al., 2012).

Permasalahan yang terdapat pada usatani di lahan kering sangat beragam dan tergantung kepada

tipologi lahan dan jenis tanah (Sufardi et al., 2017a).. Tipologi lahan kering dapat dibedakan atas

dua macam, yaitu lahan kering yang terdapat iklim kering, dan lahan kering yang terdapat di

iklim tropika basah. Pada areal lahan kering di iklim sedang atau iklim kering umum nya dibatasi

oleh rendahnya curah hujan, sedangkan di kawasan iklim tropika basah, permasalahannya

terletak pada ketersediaan air. Oleh karena itu, penanganan kedua lahan kering tersebut berbeda.

Meskipun potensi lahan kering masih relatif luas, namun optimalisasi lahan kering untuk

pengembangan tanaman pangan masih rendah. Produksi pertanian pada sistem lahan kering

umumnya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan usaha pertanian lahan basah, karena pada

sistem pertanian lahan kering ditemukan banyak kendala yang membatasi produksi tanaman.

Selain itu, sistem usahatani yang diterapkan oleh masyarakat pada lahan kering kurang intensif

sehingga hasil yang diperoleh masih rendah. Abdurrahman et al. (2008) menyatakan bahwa

tingkat kesuburan tanah pada lahan kering umumnya rendah, karena rendah kadar bahan organik

yang rendah. Di samping itu, secara alami kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat

menurun karena terjadi kehilangan yang terus-menerus akibat mineraliasi bahan organik (FAO,

2005). Dalam waktu 10 tahun laju penurunan bahan organik pada lahan kering bisa mencapai

30-60% (Suriadikarta et al. 2002). Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang

ditemukan pada lahan kering antara lain dengan menerapkan teknologi konservasi, penggunaan

tanaman yang tahan kekeringan dan dengan melakukan perbaikan kualitas dan tingkat kesuburan

tanah (Sanchez, 2010).

Informasi tentang karakteristik tanah dan status kesuburan menjadi dasar dalam menyusun

perencanaan pengelolaan lahan kering. Hal ini sangat penting karena kondisi lahan kering

biasanya sangat beragam tergantung pada zona agroklimat. Salah satu yang menentukan

disparitas kualitas tanah pada lahan kering adalah adanya keragaman jenis tanah yang terdapat di

lahan kering (Karlen et al., 1997; Sufardi et al., 2017a), sehingga karakateritik tanah juga akan

terlihat berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lain (Sufardi et al., 2017b). Oleh sebab

itu, informasi tentang kakarkteritik tanah di suatu wilayah lahan kering sangat penting diketahui

agar penanganan dalam pengelolaan tanah lebih tepat.

Page 3: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

3

Di Kabupaten Aceh Barat informasi tentang karakteristik lahan dan tanah masih sangat

terbatas. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran yang tepat terhadap potensi dan kendala

pada lahan kering diperlukan kajian langsung melalui survai lapangan dan analisis tanah di

laboratorium untuk mengetahui kualitas kimia tanah dan status kesuburannya.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik kimia tanah dan kendala kesuburan

anah yang menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman pada beberapa areal ushatani

lahan kering di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.

2. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh yang berlangsung

pada Juni sampai November 2015. Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif yaitu

melalui kegiatan survai tanah di lapangan dan analisis sampel tanah di laboratorium. Kegiatan

survai lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum kondisi biofisik wilayah dan

mendapatkan sampel-sampel tanah dari berbagai titik pengamatan untuk peperluan analisis kimia

tanah di laboratorium. Titik pengamatan lapangan dan pengambilan sampel tanah ditetapkan

dengan menggunakan metode purpossive sampling yaitu lokasi yang telah ditentukan pada areal

usahatani lahan kering terpilih yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat. Kriteria yang menjadi

target pengambilan sampel tanah adalah lahan yang dimanfaatkan oleh petani untuk usahatani

lahan kering yang meliputi 36 titik pengamatan pada 13 lokasi/desa yang terdapat di tujuh

kecamatan dalam wilayah Aceh Barat, yaitu Kecamatan Samatiga, Kecamatan Bubon,

Kecamatan Woyla, Kecamatan Meureubo, Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Pantee Cermen,

dan Kecamatan Woyla Barat.

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada lapisan tanah atas (0-20 cm)

dan tanah bawah (20-40 cm). Karakteristik kimia setiap sampel tanah yang dianalisis adalah pH

(H20 dan KCl), C organik (metode Walkley & Black), N total (metode Kjeldahl), kandungan

P2O5 dan K2O (ekstraksi HCl 25%), P tersedia (metode Bray 1), kation Ca, Mg, K, dan Na

tertukar (ekstraksi 1N NH4OAc pH 7), Al dan H dapat ditukar (ekstrak 1M HCl), dan kapasitas

tukar kation (KTK) (metode 1N NH4OAc pH 7), serta perhitungan persentase kejenuhan basa

(KB). Interpretasi sifat-sifat kimia tanah didasarkan pada kriteria penilaian sifat kimia tanah

Page 4: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

4

menurut Pusat Penelitian Tanah, 1983, sedangkan status kesuburan tanah dinilai dengan

menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh P3MT Bogor (1983) yaitu dengan menggunakan

5 parameter kesuburan yaitu : KTK, KB, P2O5 total, K2O total, dan C organik tanah. Identifikasi

jenis tanah dilakukan di lapangan dengan menggunakan panduan yang dikeluarkan oleh Balai

Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor tahun 2014. Penamaan jenis

tanah dilakukan pada tingkat subgroup menurut Sistem Taksonomi USDA (2014).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Jenis Tanah di Lokasi Survai

Hasil identifikasi lapangan pada tiga belas lokasi usahatani lahan kering Kabupaten Aceh

Barat memiliki jenis tanah yang berbeda. Tabel 1 dapat dilihat bahwa di lokasi studi ditemukan

ada delapan jenis tanah menurut Sistem Klasifikasi Nasional Indonesia (SN, 2014), yaitu

Regosol Gleik (Typic Psammaquents), Regosol Humik (Typic Udipsamments), Regosol Distrik

(Typic Udipsamments), Kambisol Distrik (Typic Dystrudepts), Aluvial Distrik (Typic

Udifluvents), Aluvial Eutrik (Typic Udifluvents), Gleisol Humik (Histic Humaquepts), dan

Podzolic Haplik (Typic Hapludults). Jika didasarkan kepada Soil Taxonomy USDA (2014),

maka di lokasi studi terdapat tiga ordo tanah yaitu Entisols, Inceptisols, dan Ultisols.

Tabel 1. Deskrpsi Lokasi Survai dan Jenis tanah di Lokasi Lahan Kering Aceh Barat

No Kecamatan Lokasi/desa Klasifikasi Tanah Jumlah Titik

Sampel SN (2014) USDA (2014)

1 Samatiga Suak Timah1 Regosol Gleik Typic Psammaquents 1

2 Samatiga Suak Timah2 Regosol Humik Typic Udipsamments 3

3 Samatiga Cot Darat Regosol Distrik Typic Udipsamments 4

4 Bubon Kota Padang Layuk Kambisol Distrik Typic Dystrudepts 4

5 Bubon Gunong Panah Aluvial Distrik Typic Udifluvents 3

6 Woyla Glee Sibleh Kambisol Distrik Typic Dystrudepts 4

7 Woyla Barat Napai Gleisol Humik Histic Humaquepts 1

8 Meureubo Ujung Tanjung Aluvial Distrik Typic Udifluvents 5

9 Meureubo Pasie Aceh Tunong Aluvial Distrik Typic Udifluvents 1

10 Kawai XVI Meunasah Ara Aluvial Eutrik Typic Udifluvents 2

11 Kawai XVI Kampung Mesjid Aluvial Eutrik Typic Udifluvents 2

12 Pantee Cermen Sawang Rambot Kambisol Distrik Typic Dystrudepts 2

13 Pantee Cermen Manuang Cemara Podsolik Haplik Typic Hapludults 4

Jumlah 36 SN = Sistem Klasifiksasi Tanah Nasional (Indonesia)

Page 5: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

5

3.2. Karakteristik Kimia Tanah

Data hasil analisis sifat-sifat kimia tanah tanah lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan bawah

(20-40 cm) di setiap areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Besar disajikan dalam

bentuk grafik pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Kemasaman Tanah

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai pH H2O tanah pada beberapa areal usahatani lahan

kering di Kabupaten Aceh Barat sedikit bervariasi antar lokasi akan tetapi sebagian besar (70%)

areal usahatani lahan kering yang diteliti ternyata memiliki pH tanah berada di atas pH 5.50. Hal

ini menunjukkan bahwa secara aktual, reaksi tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Barat relatif

tidak bermasalah dengan kemasaman, kecuali pada jenis tanah tertentu yaitu pada jenis tanah

Podsolik Haplik, Gleysol Humik, dan Kambisol Distrik. Pada gambar tersebut juga sangat jelas

dapat dilihat bahwa kemasaman tanah sangat berhubungan dengan kandungan Al-dd tanah. Pada

tanah ordo Ultisol dengan pH di bawah 5.5, ditemukan kadar Al-dd yang sangat tinggi yaitu

mencapai lebih 20 cmol kg-1 sedangkan pada tanah dengan pH di atas 5.5, kadar Al-dd tidak

sangat rendah bahkah tidak terukur. Hal ini menunjukkan bahwa potensi keasaman yang

disebabkan oleh aluminium ternyata cukup tinggi dan hal ini ditemukan juga tanah Gleysol

Humik, dan Kambisol Distrik, namun tidak ditemukan pada jenis tanah yang lainnya.

Bohn et al. (2007) menyatakan bahwa Al-dd merupakan kation larut yang sangat reaktif di

dalam tanah. Jika kation ini terhidrolisis, maka akan meningkatkan konsentrasi H+ sehingga

tanah menjadi masam. Meskipun potensi keracunan Al tidak ada, namun distribusi pH H2O tanah

umumnya berada pada kategori agak masam, maka dampak kemasaman tanah pada tanaman

budidaya tetap terpengaruh, karena sebagian besar tanaman toleran pada pH disekitar netral

(Sufardi, 2012). Hasil analisis juga terlihat bahwa pH tanah pada lapisan bawah juga lebih tinggi

dari pada tanah lapisan atas. Hal ini terjadi karena akibat pencucian basa dari lapisan atas ke

bawah.

Kandungan C dan N total

Gambar 1 juga memperlihatkan bahwa kadar C organik tanah pada lapisan atas (0-20 cm)

dan lapisan bawah (20-40 cm) ternyata hampir seluruh areal usahatani lahan kering di Kabupaten

Aceh Barat berada di bawah 2,0 persen. Tanah yang memiliki C organik di atas 2% hanya

Page 6: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

6

ditemukan pada tujuh lokasi saja yaitu di Suak Timah, Cot Darat, dan Glee Sibleh atau hanya

sekitar 15 % dari areal yang disurvai. Pada lokasi tersebut ternyata terdapat lahan kering dengan

jenis tanah Regosol yang relatif mengandung C organik sedang hingga tinggi. Bahan organik

merupakan komponen tanah yang sangat penting sehingga jika tanah rendah C organik maka

kualitas tanah kurang baik juga. Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa kandungan N total tanah pada

areal usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat umumnya juga rendah dan hanya beberapa

lokasi saja yang mempunyai N total sedang yaitu di Suak Timah, Glee Sibleh, dan Manuang

Cemara. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa secara umum lahan kering Kabupaten Aceh Barat

memiliki kendala rendahnya kandungan C organik dan N total tanah. Karbon merupakan unsur

yang sangat penting di dalam tanah, karena selain berfungsi sebagai sumber energi bagi jasad

hidup juga dapat menjagi keseimbangan sikulus C di alam (West and Marland, 2002). Karbon

juga sangat penting untuk mempertahankan perubahan iklim (Sperow et al., 2003).

Jumlah Kation Basa, KTK, dan Kejenuhan Basa

Gambar 2 memperlihatkan bahwa jumlah kation basa tanah (sum of cations) pada lahan

kering Aceh Barat sangat bervariasi dan hamper seluruh areal uasahatni lahan kering memiliki

jumlah kation basa yang rendah atau kurang dari 10 cmol kg-1. Selanjutnya Gambar 2 juga dapat

dilihat bahwa walaupun sebagian besar tanah mempunyai jumlah kation basa rendah, tetapi nilai

KTK tanah (CEC) ternyata sedang hingga tinggi dan hanya sebagian kecil tanah saja yang

mempunyai KTK rendah. Tingginya KTK ternyata tidak berkorelasi dengan persentase

kejenuhan basa (base saturation), karena sebagian besar tanah di lahan kering Aceh Barat

ternyata mempunyai kejenuhan basa rendah, walaupun ada beberapa tanah yang mempunyai

KTK sedang hingga tinggi.

P2O5 total, P tersedia, dan K2O Total,

Sebaran kandungan P2O5 total, K2O total dan P tersedia tanah pada lahan kering di

Kabupaten Aceh Barat disajikan pada Gambar 2 yang menunjukkan bahwa kandungan P2O5

total pada lahan kering di Kabupaten Aceh Barat ternyata sangat bervariasi pada setiap lokasi.

Selanjutnya kandungan P tersedia (P Bray 1) juga sangat bervariasi dari sangat rendah hingga

sangat tinggi. Perbandingan rata-rata P2O5 total dan P tersedia lebih jelas dapat dilihat pada

Gambar 2. Tingginya kandungan P2O5 total dan P tersedia pada beberapa tanah karena tanah

Page 7: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

7

tersebut merupakan tanah yang belum berkembang dan berbahan induk endapan aluvial laut

yang diperkirakan mengandung mineral fosfat tinggi. Pada tanah yang mengandung fosfat

rendah umumnya dijumpai pada tanah-tanah yang telah berkembang terutama pada jenis

Podsolik Haplik (Typic Hapludults) dan sebagian dari tanah Kambisol Disrik (Typic

Dystrudepts). Tanah-tanah ini berkembang dari bahan induk masam yang relatif rendah

komposisi kation basa, sehingga kurang potensi kesuburan tanah juga rendah (Vu et al., 2010)

Hasil analisis tanah memperlihatkan bahwa kandungan K2O total pada tanah di areal

usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat ternyata secara umum rendah, sehingga menjadi

salah satu faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman (Havlin et al., 2012). Rendahnya K total

ini disebabkan karena sebagian besar lahan kering di Kabupaten Aceh Barat terbentuk dari bahan

induk pasir yang miskin kalium.

3.3. Status Kesuburan Tanah dan Kendalanya

Hasil penilaian status kesuburan tanah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat

kesuburan tanah pada seluruh lokasi lahan kering di Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam

kriteria rendah karena terdapat beberapa faktor pembatas. Faktor pembatas yang ditemukan pada

setiap lokasi berbeda-beda, akan tetapi setiap lokasi paling tidak ditemukan ada 2 atau 3

parameter kesuburan tanah yang termasuk kategori rendah atau sedang.

Tabel 2. Penilaian status kesuburan tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Barat

No Lokasi/site KTK KB P2O5 K2O C-organik Status Kesuburan

1. Suak Timah1 R R S R S Rendah 2. Suak Timah2 S R T R T Rendah

3. Cot Darat R R T R S Rendah

4. Kota Padang Layuk T R T R R Rendah

5. Gunong Panah R R R R R Rendah

6. Glee Sibleh R R R R R Rendah

7. Napai R R T R R Rendah

8. Ujung Tanjung R R T R R Rendah

9. Pasie Aceh Tunong R R T R R Rendah

10. Meunasah Ara T S T R R Rendah

11. Kampung Mesjid T R T R R Rendah

12. Sawang Rambot T R T R R Rendah

13. Manuang Cemara T R S R R Rendah

Sumber : Data diolah (2016); Keterangan : R/S/T = rendah/sedang/tinggi

Page 8: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

8

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ternyata faktor pembatas utama yang ditemukan pada lahan

kering di Kabupaten Aceh Barat adalah rendahnya bahan organic tanah yang ditunjukkan oleh

rendahnya C organik. Dengan rendahnya bahan organik, maka kemampuan tanah mengikat

kation hara menjadi rendah sehingga kualitas tanah kurang baik (Arifin, 2011). Kurang baiknya

kualitas tanah dicirikan dengan reaksi tanah yang agak masam hingga masam, kadar kation basa

dan KB yang rendah, serta P tersedia yang rendah. Kandungan C organik sangat berpengaruh

terhadap kemampuan tanah dalam mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah melalui

aktivitas mikroorganisme tanah. Bohn et al. (2007) menyatakan bahan organik sangat menjadi

sumber energi bagi jasad mikro. Stevenson (2008) menambahkan bahwa bahan organik

berpengaruh terhadap kapasitas pertukaran kation, penyediaan unsur hara dan menjadi

penyangga terhadap perubahan pH dan penyediaan hara tanaman. Oleh sebab itu maka perlu

adanya penambahan bahan organik untuk memperbaki kualitas tanah dan meningkatkan status

kesuburan tanah (Sufardi, 2012; Havlin et al., 2012; Tolaka, 2013;). Bahan organik memberikan

konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah sekitar 20–70% kapasitas pertukaran tanah (Sposito,

2008). Berdasarkan pernyataan ini, maka tingkat kesuburan tanah pada lahan kering Kabupaten

Aceh Barat termasuk ke dalam tanah yang tidak subur.

4. KESIMPULAN

(1) Karakteristik kimia tanah di areal usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat bervariasi

antar lokasi dan jenis tanah. Nilai pH tanah umumya agak masam hingga netral, KTK tanah

sedang hingga tinggi, sedangkan C dan N total umumnya rendah. Kandungan K2O total dan

kejenuhan basa umumnya rendah.

(2) Status kesuburan tanah pada lahan kering Kabupaten Aceh Barat pada setiap jenis tanah

adalah rendah karena paling tidak ditemukan 3 faktor pembatas seperti C organik, kejenuhan

basa, dan cadangan K2O yang rendah.

(3) Untuk meningkatkan kualitas lahan kering pada beberapa areal usahatani di Kabupaten Aceh

Barat, diperlukan penambahan bahan organik, kapur, dan pemupukan nitrogen dan kalium.

Page 9: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan penghargaan kepada Universitas Syiah Kuala dan Proyek ACIAR

(Improving Soil and Water Management and Crop Productivity of Dryland Agriculture Systems

of Aceh and New South Wales, The ACIAR Project No. SMCN/2012/103) yang telah

mendukung terlaksananya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. A, A. Dariah, dan A. Mulyani, 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Arifin, Z., 2011. Analisis Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Pengguanaan Tanah yang berbeda. Jurnal Agroteksos Vol. 21 No.1, April 2011

Benyamin, L. dan N. Gofar. 2013. Kebijakan inovasi teknologi untuk pengelolaan lahan suboptimal berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Itensifikasi Pengelolaaan Lahan Sub Optimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional. Palembang 20-

21 September 2013.

Bohn, H. L., B.L. McNeal, and G.A. O’conner. 2007. Soil Chemistry. John Wiley and Sons,

New York.

Chemical Characteristics and Status of Soil Fertility on Some Dryland Areas of Aceh Besar Districts (Indonesia). International proceeding of ICoSA, Jogyakarta.

FAO. 2005. The roles of soil organic matter. Food and Agriculture Organisation.Rome.

Havlin, J.L., S.L. Tisdale, W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 2012. Soil Fertility and Fertilizers.(8th

edition). Prentice-Hall of India. Prt Ltd. New Delhi.

Karlen, D. L., M. J. Mausbach, J. W. Doran, R. G. Cline, R. F. Harris, And G. E. Schuman. 1997. Soil Quality: A Concept, Definition, And Framework For Evaluation. Soil

Science of America Journal. 61: 4 – 10.

Notohadiparwiro, T. 2006. Pertanian lahan kering di Indonesia : Potensi, prospek, kendala dan

pengembanganya. Lakakarya Evaluasi Pelaksanaan Proyek Pengembangan Palawija. USAID. Bogor.

PPT. 1983. Term of reference survai kapabilitas tanah. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang

Transmigrasi (P3MT), Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Page 10: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

10

Smith P, Milne R, Powlson DS et al. 2000. Revised estimates of the carbon mitigation potential

of UK agricultural land. Soil Use and Management 16: 293–295.

Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. USDA, Washington DC. USA.

Sposito, G. 2008. Chemistry of the Soils. Oxford University Press Inc., New York.

Stevenson, F.A. 2008. Humus Chemistry. Genesis, Classification, and Composition. John Wiley and Sons., New York.

Sufardi, Darusman, Zaitun, S. Zakaria, and T.F. Karmil. 2017a. Chemical Characteristics and Status of Soil Fertility on Some Dryland Areas of Aceh Besar Districts (Indonesia). International proceeding of ICoSA, Jogyakarta.

Sufardi, Lukman Martunis, dan Muyassir. 2017b. Pertukaran Kation pada Beberapa Jenis Tanah di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia). Prosiding Seminar

Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 12, 2017, Banda Aceh, Indonesia

Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Bina Nanggroe. Banda Aceh.

Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini dan W. Hartatiek. 2002. Teknologi Pengololaan

Bahan Organik Tanah. p 339 – 358. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Tolaka. W. 2013. Sifat fisik tanah pada hutan primer, agroforestri dan kebun Kakao di Subdas Wera Saluopa. Desa Leboni. Kecamatan Pamina, Peselemba Kabupaten Poso. Warta

Rimba Vol. 1(1) : 34-42.

Vu DT, Tang C, Armstrong RD. 2010. Transformations and availability of phosphorus in three

contrasting soil types from native and farming systems: A study using fractionation and isotopic labelling techniques. Journal of Soils and Sediments 10, 18–29.

West,TO and Marland G. 2002. A synthesis of carbon sequestration, carbon emissions, and net

carbon flux in agriculture: comparing tillage practices in the United States. Agriculture, Ecosystems and Environment 91:217–232.

Page 11: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

11

Gambar 1. Nlai pH H2O, Al-dd, C-organik dan N total Tanah pada Beberapa Areal Usahatani

Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat

Page 12: Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan

Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)

12

Gambar 2. Jumlah Kation Basa, KTK, Kejenuhan Basa, serta P2O5 dan K2O total dan P tersedia

Tanah pada Beberapa Lokasi Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat