analisis resiko usahatani tanaman pangan lahan kering

23

Click here to load reader

Upload: anon131113583

Post on 04-Aug-2015

510 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

ANALISIS RESIKO USAHATANI TANAMAN PANGAN LAHAN KERING DIKECAMATAN SEMANU

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

A. Pendahuluana. Latar Belakang

Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan

pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak

krisis pangan. Tanaman pangan yang banyak diusahakan di Indonesia berupa

padi, singkong, kedelai, kacang tanah, ubi-ubian dan lainnya. Sebagian wilayah

Indonesia sangat cocok untuk ditanami tanaman pangan dan tanaman hortikultura

akan tetapi sebagian tidak cocok untuk ditanami tanaman hortikultura tetapi cocok

untuk tanaman pangan. Hal ini tergantung jenis tanah yang di daerah masing-

masing pertanian sehingga tanaman yang akan ditanampun berbeda.

Pada pertanian lahan kering tidak banyak jenis tanaman yang tumbuh pada

lingkungan ini karena minimnya air dan unsure hara yang dimiliki tanah. Menurut

Notohadiprawiro (2006), lahan kering atau upland mempunyai cirri-ciri

produktivitas yang rendah dengan resiko yang tinggi. Resiko tersebut berupa

iklim, bencana kekeringan, hama dan lainnya nanti yang mengakibatkan gagal

panen atau panen kurang optimal. Hal tersebut dapat menimbulkan resiko dalam

berusahatani.

Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga oetani umumnya mempunyai

dua tujuan yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk keamanan

dengan cara miminimalkan resiko termasuk keinginan untuk memiliki persediaan

pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya dijual,

Soedjana, Tjeppy (2007).

Pada kabupaten Gunungkidul termasuk dalam pertanian lahan kering

dimana ketersediaan air tergantung pada hujan dan pompa pada sungan yang

terdekat, dan apabila lahan pertanian tersebut jauh dari sumber air maka lahan

tersebut tidak dapat diolah sehingga petani pada saat musim kemarau akan

mempunyai resiko yang tinggi untuk gagal panen karena kekeringan. Pada

pertanian Kabupaten Gunungkidul ini lebih dominan adalah tanaman pangan

dimana padi saat musim hujan, palawija saat musim kemarai1 dan musim

kemarau 2. Dengan kondisi Kabupaten gunungkidul dengan pertanian lahan

Page 2: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

kering ini maka petani akan menghadapi resiko saat musim kemarau tiba. Dimana

resiko tersebut berpengaruh pada biaya usahatani, dan hasil yang diperoleh

tersebut berpengaruh pada pendapatan. Diketahuinya biaya usahatani yang

dikeluarkan, penerimaan dan pendapatn yang diterima petani akan diketahui besar

resiko yang dihadapi petani untuk usahatani tanaman pangan lahan kering.

b. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui biaya, penerimaan dan

pendapatan usahatani tanaman pangan pada lahan kering serta mengetahui tingkat

resiko usahatani pada lahan kering.

c. Kegunaan Penelitian

1. Bagi petani diharapkan dengan diketahui tingkat resiko maka petani dapat

meminimalkan resiko.

2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk penelitian.

3. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan bagi petani.

B. Kerangka Pendekatan Teori

a. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Lahan Kering

Lahan atau tanah merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai

peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah

diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan

pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya.

(Hasnudin dan Enzia, 2004). Lahan kering uang digunakan Kelompok Penelitian

Agroekosistem (KEPAS,1986) dalam (Notohadiprawiro, 2006) sebagai padanan

dry land.

Ciri-ciri usahatani lahan kering adalah sebagai berikut (i) Produktifitas yang

sangat rendah; (ii) tanaman yang ditanam adalah jagung, padi lading, ubi-ubian

dan kacang-kacangan (umumnya jagung merupakan tanaman utama); (iii) Mixed

Page 3: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

cropping sebagai strategi antisipasi gagal panen; (iv) teknologi berasaskan low

input; (v) budidaya yang tradisional (manual); (vi) penguasaan lahan yang terbatas

karena kendala tenaga kerja; serta (vii) cenderung menerapkan lading berpindah

yang berotasi sebagai upaya penyembuhan lahan secara tradisional (Basuki, 2005

dan Notohadiprawiro, 1989) dalam penelitian Beny (2009).

Pertanian lahan kering atau lahan tadah hujan adalah pertanian yang

diusahakan tanpa penggenangan lahan garapan. Maka padi sawah dan perikanan

kolam (air tawar dan tambak) tidak termasuk, akan tetapi padi gogo, palawija,

perumputan pakan, perkebunan dan pekarangan termasuk pertanian lahan kering.

(Notohadiprawiro, 2006)

2. Usahatani

Usahatani merupakan organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja dan modal

yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut

ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau

sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus,2008)

Biaya

Menurut Soekartawi (1995) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua

yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) sehingga dapat

ditulis dengan rumus :

TC = FC+VC

Dimana TC = Total Cost,

FC = Fixed cost dan

VC=Variabel cost.

Menurut Sugiarto (2007) biaya dari input diarahkan sebagai balas jasa dari

input tersebut pada pemakaian terbaiknya. Biaya ini tercermin dari biaya korbanan

(opportunity cost) yang terdiri dari biaya eksplisit (TEC) dan biaya implicit (TIC)

sehingga dapat ditulis dengan rumus :

TC = TEC+TIC

Penerimaan

Page 4: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

Penerimaan merupakansejumlah uang yang diterima petani dari penjualan

hasil produksi kegiatan usahatani. Dapat dihitung dengan jumlah output yang

dihasilkan (Y) dengan harga jual (Py). Dimana besarnya penerimaan tergantung

pada jumlah output yang diproduksi (Y) semakin besar Y maka semakin besar

penerimaannya. Dapat ditulis dengan rumus

TR=Y.Py

Pendapatan dan keuntungan

Pendapatan usahatani (NR) merupakan selisih antara penerimaan dengan

total biaya eksplisit, sedangkan keuntungan (π) adalah selisih antara penerimaan

total (TR) dengan biaya total (TC) dimana biaya yang dikeluarkan adalah biaya

yang dikeluarkan baik eksplisit maupun implicit dalam proses produksi. Dapat

ditulis dengan rumus NR = TR-TEC dan Π= TR-TC.

3. Resiko

Menurut kamus Webster’s Third News International Dictionary (1963)

dala Soekartawi, dkk (1993), istilah resiko atau risk dimaksudkan kepada

“terjadinya kemungkinan merugi” atau possibility of loss, jadi peluang akan

terjadinya diketahui terlebih dahulu. Dalam pertanian misalnya adanya musim

kemarau yang melanda daerah tersebut atau gagal panen.

Setiap aktivitas manusia selalu mengandung resiko karena ada

keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan dating.

Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya resiko) tidak

dapat dikontrol dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan

resiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk

menanggulanginya artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar

akibat yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dihilangkan (Soemarno,

2007)

Menurut Soenaryo (2007) salah satu ukuran resiko adalah simpangan

baku. Ukuran resiko yang lazim adalah simpangan baku (standart deviasi).

Standart deviasi adalah akar dari varian (variance).

Page 5: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

σ x=√∑i=1

n

( X i−X )2

n

Dimana σ x = simpangan baku

X i = nilai pengamatan ke i

X = nilai rata-rata

n = jumlah sampel

Menurut Darmawi, Herman (2004), belum ada alat ukur yang disarankan

untuk mengukur resiko, tetapi hubungan terhadap probabilitas telah diketahui.

Secara tehnik statistic, variasi nilai-harapan dapat diukur selain menggunakan

standar deviasi juga dapat dihitung dengan menggunakan koefisien variasi.

Formula dari koefisien variasi adalah membagi standar deviasi dengan rata-rata.

koefisien variasi= standar deviasirata−rata

Besar resiko yang akan dihadapi dapat dilihat dengan membandingkan

koefisien variasi dari dua usahatani. Semakin besar koefisien variasi dari

usahatani maka semakin besar pula resiko yang akan dihadapi petani dan

sebaliknya.

4. Hasil Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian Pramudiyanthi (2006) menganalisis resiko tiap kegiatan

produktih petni lahan tadah hujan di kabupaten Klatem. Hasil penelitiaanya

menyatakan pada pendapatan off farm mempunyai resiko yang paling besar yang

harus ditanggung oleh petani dibanding resiko pada kegiatan on farm.

Berdasarkan studi kasus yang diklakukan Irianto (2007) menyatakan lahan

kering Gunungkidul merupakan areal pertanian yang kurang produktif sehingga

pertaniannya didominasi tegalan berupa ubi kayu, kacang tanah, kedelai, dan

sebagian padi pada musim hujan. Resiko gagal panen yang tinggi akibat

kekeringan karena ketersediaan air yang terbatas terutama musim kemarau.

Pada penelitian yang dilakukan Istiyanti (1999) menyatakan bahwa

koefisien variasi pendapatan dan probabilitas memperoleh pendapatan dibawah

Page 6: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

harapan minimum sehingga resiko usahatani bawang merah lebih besar dari pada

usahatani cabai merah dan semangka.

b. Kerangka Pemikiran

Petani dalam pemenuhan keutuhan sehari-hari dituntut untuk melakukan

kegiatan ushatani yakni dengan mengelola sumber daya sebagai input menjadi

hasil produksi sebagai output. Usahatani tanaman pangan lahan kering pada saat

musim kemarau 1 desa Ngeposari tidak banyak tanaman pangan yang hidup disaat

musim ini, hanya tanaman kacang tanah dan kedelai yang mampu masih

diusahakan. Dalam melakukan usahatani, petani membutuhkan input yakni benih,

pupuk, dan tenaga kerja yang dibebankan dengan harga tertentu oleh petani yang

akan menjadikan Total Cost. Dengan proses input tersebut petani akan

mendapatkan output dan dengan adanya harga yang berlaku dipasar maka petani

akan mendapatkan penerimaan dimana bila penerimaan tersebut dikurang dengan

Total Cost maka akan mejadikan pendapatan bagi petani. Biaya total dan

pendapatan mengadung resiko karena dalam meminimalkan resiko gagal panen

karena kekeringan pada saat musim tersebut maka petani akan memerlukan biaya

yang lebih dibanding musim-musim sebelumnya. Dengan besarnya biaya total

yang diterima petani akan berdampak pada besar pendapatan yang akan diterima

petani. Selain total biaya dan pendapatan, penerimaan juga mengandung resiko

karena perbedaan harga yang berlaku dipetani dan tergantung pula pada jumlah

panenan yang dihasilkan petani.

C. Metode Penelitian

a. Tehnik pengambilan Sampel dan pengumpulan data

Jenis penelitian adalah penelitian survey dengan metode diskriptif analisis

yang dilaksanakan di Dusun Kalang Bangi Lor B, Desan Ngeposari, Kabupaten

Gunung Kidul. Tempat dipilih secara purposive karena Kalang Bangi Lor B

sering dijadikan tempat untuk percobaan dan pelatihan pertanian dan Desa

Ngeposari mempunyai produksi tanaman pangan tertinggi pertama adalah kedelai

dan kacang tanah tertinggi kedua di Gunungkidul. Sampel yang diambil dengan

menggunakan metode sensus yakni dengan mengambil seluruh populasi yang

Page 7: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

berjumlah 56 petani Dusun Kalang Bangi Lor B yang tergabung dalam kelompok

tani Buga Kisma. Data yang diambil adalah data primer yang diambil dari hasil

wawancara dengan petani dan observasi objek penelitian serta data sekunder yang

didapat dari lembaga-lembaga yang terkait dengan tujuan penelitian.

b. Asumsi dan Pembatasan Masalah

Asumsi

1. Harga factor produksi dan hasil produksi merupakan harga pada saat peneltian.

2. Tingkat teknologi petani dianggap sama selama penelitian

3. Biaya penyusutan alat-alat yang sama pada kegiatan usahatani dianggap sama.

Pembatasan masalah

Penelitian dilakukan pada usahatani tanaman kedelai dan kacang tanah pada saat

musim kemarau pertama pada tahun 2009.

c. Definisi Operasional

1. Lahan kering adalah pertanian yang tidak mempunyai system pengairan dan

ketersediaan air tergantung dari curah hujan dalam luasan hektar (ha).

2. Usahatani adalah suatu usaha mengolah tanah untuk ditanami kemudian

hasilnya dijual atau dikonsumsi.

3. Petani adalah pelaku dalam kegiatan usahatani.

4. Tanaman pangan adalah tanaman yang dimana hasilnya dapat dikonsumsi

manusia, kacang tanah dan kedelai dihitung dalam satuan kg.

5. Faktor produksi adalah bahan atau alat yang digunakan dalam proses

produksi.

6. Benih adalah biji yang telah dipilih yang akan digunakan dalam proses

kegiatan usahatani (kg/musim)

7. Pupuk adalah bahan kimia atau organism yang meyediakan unsure hara bagi

kebutuhan tanaman.

8. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dalam kegiatan usahatani dalam

satuan hko.

Page 8: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

9. Harga output adalah harga penjualan produksi yang diterima oleh petani

dalam satu kali tanam dalam satuan rupiah (Rp/kg)

10. Biaya Total adal biaya yang dikeluarjkan petani

11. Produksi adalah hasil dari usahatani yang ditanam petani diukur dalam (kg)

12. Penerimaan (TR) adalah hasil kali dari hasil yang diperoleh dari pertanian

dengan harga produk (Rp)

13. Pendapatan (NR) adalah total penerimaan yang dikurangi dengan biaya total

(Rp)

14. Resiko adala suatu kondisi tidak pasti dengan peluang kejadian tertentu yang

menimbulkan konsekuensi yang tidak menguntungkan.

d. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis usahatani dan analisis resiko.

1. Usahatani

Biaya, penerimaan dan pendapatan

Total biaya (TC) dinyatakan dalam rumus sebagai berikut

TC = TIC+TEC

Penerimaan dapat dihitung dengan

TR=Y.Py

Dalam perhitungan pendapatan yang telah dicapai petani dapat dihitung dengan

rumus :

NR = TR-TEC

2. Resiko

Untuk mengukur resiko digunakan koefisien variasi. Formula dari koefisien

variasi adalah dengan membagi standar deviasi denga rata-rata.

koefisien variasi= standar deviasirata−rata

Standar deviasi adalah akan dari varian (variance).

Page 9: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

σ x=√∑i=1

n

( X i−X )2

n

Besarnya resiko dapat dilihat dari koefisien variasi dari usahatani. Bila

koefisien variasi dari usahatani semakin besar maka semakin besar pula resiko

yang akan dihadapi petani dan sebaliknya.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Profil Petani Lahan kering

Sebagian besar petani dari 56 petani pada penelitian sebanyak 66.07 persen

berusia produktif dan sisanya 33.93 persen berusia non produktif sehingga BDR

yang diperoleh 51.35 persen. Arti dari BDR tersebut adalah setiap 100 penduduk

produktif terdapat 51 penduduk nonproduktif sehingga 1 penduduk produktif

terdapat 2 penduduk nonproduktif. Sebagian besar berjenis kelamisn pria

sebanyak 98.21 persen dan lainnya berjenis kelamin perempuan.

Tingkat pendidikan petani didesa Ngeposari 73.21 persen berpendidikan

SD, 17.86 persen berpendidikan SMP dan 8.93 berpendidikan SMA. Pekerjaan

sampingan yang deikerjakan petani sebanyak 58.93 persen mempunyai pekerjaan

sampingan buruh tani dilahan orang lain, 19.64 persen tidak mempunyai

pekerjaan sampingan dan sisanya bekerja sampingan sebagai pengrajin batu,

pedagang, tukang bangunan, makelar tanah.

Pada saat musim kemarau I dari 56 petani sebanyak 29 petani mempunyai 2

lahan yang diatanami 2 komoditas yaitu kacang tanah dan kedelai, 18 petani

hanya menanam kedelai saja dan 9 lainnya menanam kacang tanah. Dengan luas

lahan garapan yang dikelola petani untuk komoditas kedelai sebesar 48.94 persen

petani mengelola luas 0.12-0.21 ha, 40.43 oersen 0.02-0.11 ha dan sisanya

menggarap lahan seluas 0.22 ha. Komoditas kacang tanah 39.47 persen mengelola

lahan 0.19-0.27 ha, 34.21 persen dengan luas 0.1-0.18 ha dan lainnya mengarap

lahan dengan luas 0.28 ha. Dengan kepemilikan lahan sebesar 97.87 persen petani

mempunyai sendiri lahan tersebut dan 21.28 persen bukan kepemilikna sendiri

atau menyewa.

Page 10: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

b. Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

1. Analisis biaya usahatani lahan kering

Biaya usahatani yang dikeluarkan petani meliputi biaya sarana produksi,

biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya lain-lain. Dimana biaya satu

dengan biaya yang lain tidak sama.

Penggunaan biaya dan sarana produksi

Tabel 1 Biaya Sarana Produksi kegiatan usahatani tanaman pangan Musim Kemarau 1 per 0.2 ha

komponen Kedelai Kacang TanahJumlah Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp)

Benih (Kg)Phonska (Kg)

8,0329,57

45.36351.753

15,9219,79

97.45734.631

97.116 132.088Sumber : Data Primer 2009

Dalam usahatani benih yang dipakai petani dalam 0,2 ha sebanyak 8.03 kg

dan kacang tanah sebanyak 15,92 kg. untuk pemakaian pupuk phonska dalam

sekali musim tanam sebanyak 29,57 untuk usaha tani kedelai dan 19,79 kg untuk

usahatani kacang tanah.

Tenaga kerja usahatani tanaman pangan lahan keringTabel 2 Penggunaan tenaga kerja kegiatan usahatani tanaman pangan musim

kemarau 1 per 0.2 haKomponen Kedelai Kacang Tanah

DK LK Biaya (Rp) DK LK Biaya (Rp)TanamPenyianganPemupukanPanenPasca Panen

3,196,871,492,914,03

1,772,44

02,651,71

35.48736.630

079.46125.688

413,871,542,086,66

4,050,37

04,051,87

81.0535.526

0121.57928.026

Jumlah 18,50 8,58 177.267 28,14 10,34 236.184Sumber : Data Primer 2009

Pada usahatani dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu tenaga kerja

dalam keluarga (DK) dan tenaga kerja luar keluarga (LK) tenaga kerja luar

keluarga akan dibebankan sebagai biaya yang harus dikeluarkan petani dimana

termasuk dalam biaya explicit petani. Perbedaan perlakuan dalam tiap usahatani

mengakibatkan perbedaan dalam pemakaian tenaga kerja.

Page 11: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

.Biaya lain-lainTabel 3 Biaya lain-lain Usahatani Musim Kemarau 1 usahatani per 0.2 ha.

Komponen Kedelai Kacang TanahBiaya Depresiasi

CangkulBajakGAruAritGathulLengisHandprayerTeserTotal

Biaya Sewa tanah

1.0381.277

01.5341.434

46778

1.2777.106

58.173

1.019351

3.5091.7011.480

48448

7899.382

29.47465.279 38.856

Sumber : Data Primer 2009Pada biaya lain-lain ini terdiri dari dua variable utama yaitu biaya

depresiasi yang berasal dari alat-alat digunakan dalam kegiatan usahatani dan

biaya sewa tanah. Dari table 3 dapat dilihat biaya lain-lain pada kedelai sebesar

Rp 65.279 dan kacang tanah sebesar Rp 38.856.

Biaya totalTable 4 Biaya total kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I

komponen Kedelai (Rp) Kacang Tanah (Rp)Sarana produksiTenaga Kerja HKOBiaya lain-lain

97.166177.26765.279

132.088236.18438.856

Total 339.662 407.128Sumber : Data Primer 2009

Total biaya dari biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani diperoleh Rp 339.662 untuk kedelai dan Rp 407.128 untuk kacang tanah.

2. Produksi dan penerimaan usahatani tanaman pangan lahan keringTable 5 penerimaan kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I

komponen Kedelai Kacang TanahJumlah (kg) Nilai (Rp) Jumlah (Kg) Nilai(Rp)

Produk Limbah

148,10172,05

923.552126.942

200,00325,29

1.353.355160.666

1.050.494 1.514.021Sumber : Data Primer 2009

Page 12: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

Output yang diterima petani berupa hasil dari produk dan limbah dari

usahatani tersebut. Dari penerimaan tersebut diperoleh sebesar Rp 1.050.494

untuk kedelai dan kacang tanah sebesar Rp 1.514.021.

3. Pendapatan usahatani tanaman pangan lahan keringTable 6 Pendapatan kegiatan usahatani tanaman pangan musim kemarau I

komponen Kedelai (Rp) Kacang Tanah (Rp)PenerimaanBiaya Total

1.050.494339.662

1.514.021407.128

Pendapatan 710.832 1.106.893Sumber : Data Primer 2009

Dari penerimaan hasil yang dijual petani dan biaya total yang dikeluarkan

petani maka diperoleh pendapatan sebesar Rp 710.832 untuk kedelai dan Rp

1.106.893 untuk kacang tanah.

c. Analisis ResikoTabel 7 koefisien variasi biaya total, penerimaan dan pendapatan petani kedelai

dan kacang tanah lahan kering di Desa Ngeposari tahun 2009 (per 0,2 ha)Uraian Kedelai Kacang Tanah

Rata-rata (Rp)

Standar deviasi (Rp)

Koef. variasi

Rata-rata (Rp)

Standar Deviasi(Rp)

Koef. variasi

Biaya TotalPenerimaanPendapatan

339.6621.050.494

710.832

159.797229.740232.270

0.470.220.33

407.1281.514.0211.106.893

229.596623.270463.654

0.560.410.42

Sumber : Data Primer 2009Dari biaya total rata-rata, penerimaan dan pendapatan dapat dihasilkan

standar deviasi dimana standar deviasi tersbut digunakan untuk mendapakan

koefisien variasi. Koefisien variasi terbesar adalah koefisien variasi kacang tanah

baik biaya total, penerimaan dan pendapatan sehingga dapat disimpulkan bahwa

resiko yang ditanggung petani kacang tanah lebih besar dibandingkan petani

kedelai.

E. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

1. Usahatani tanaman pangan lahan kering di desa Ngeposari dengan luas 0.2ha

pada musim kemarau 1 mengeluarkan biaya eksplisit sebesar Rp 407.128 untuk

kacang tanah dan Rp 339.662 untuk kedelai.

Page 13: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

2. Penerimaan terbesar usahatani tanaman pangan lahan kering pada musim

kemarau 1 sebesar Rp 1.514.021 untuk kacang tanah dan Rp 1.050.494 untuk

kedelai.

3. Pendapatan petani tanaman pangan lahan kering sebesar Rp 1.106.893 untuk

kacang tanah dan kedelai sebesar Rp 710.832

4. Koefisien variasi lebih tinggi yaitu usahatani kacang tanah baik koefisien

variasi untuk biaya, koefisien variasi untuk penerimaan maupun koefisien

variasi untuk pendapatan sehingga resiko yang lebih besar yang harus

ditanggung petani adalah usahatani kacang tanah dari pada usahatani kedelai.

b. Saran

1. Masyarakat Kecamatan Semanu agar lebih aktif dalam kelompok tani agar

kegiatan usahatani menjadi lebih terkoordinasi, baik pengadaan sarana

produksi, teknik budidaya maupun pemasaran hasil panen sehingga pertanian

menjadi lebih maju dan terencana dengan baik.

2. Adanya peran pemerintah dalam pengadaan sarana produksi dengan pemberian

subsidi agar terjangkau oleh petani, pemerintah juga berperan dalam

penyebaran informasi harga pasar hasil pertanian kepada petani. Perlunya

peningkatan tehnologi benih dan budidaya agar hasil usahatani meningkat serta

resiko gagal panen dapat dikurangi.

3. Adanya kerjasama BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) dengan petani

guna penyebaran informasi cuaca sehingga petani dapat memperkirakan

tanaman yang akan ditanam untuk mengantisipasi gagal panen akibat

kekeringan.

Page 14: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

Daftar Pustaka

Beny. Ulu Meak. 2009. Penanganan dan Pengolahan Lahan Kering di Desa Dampingan Program Pidra. Timor-Timor

Damanik, MN.2007.Analisis Resiko dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Dengan Pola Tanam Tumpangsari di Desa Sinar Harapan KEcamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan. Kumpulan Abstrack Jurusan social ekonomi pertanian. Universitas Lampung. Lampung

Darmawi, Hermawan.2004. Manajemen Resiko. Bumi Aksara. Jakarta

Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisinis. Bumu Aksara. Jakarta.

Hasnudin dan Ezia.2004. Rencana Pemanfaatan Lahan Kering Untuk Pengembangan Usaha Peternakan Ruminansia Dan Usahatani Terpadu Di Indonesia. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Hernanto,F. 1995. Ilmu Usahatani. PEnebar Swadaya. Jakarta.

Istiyanti, Eni. 1999. Analisis Pendapatan Dan Resiko Usahatani Bawang Merah Dan Tanaman Alternatif. Jurnal Agr-UMY. VII(2):1-5

Notohadiprawiro,T. 2006. Pertanian Lahan Kering Di Indonesia : Poetensi, Prospek, Kendala Dan Pengembangannya. UGM. Yogyakarta

Page 15: Analisis Resiko Usahatani Tanaman Pangan Lahan Kering

RINGKASAN SKRIPSI

ANALISIS RESIKO USAHATANI TANAMAN PANGAN LAHAN KERING DIKECAMATAN SEMANU

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Disusun oleh Kartika Wulandari H451114011

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AGRIBISNISSEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012