bab i-iii

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 40,6 persen penduduk mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka Kecukupan Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai 24,4 persen Balita, 41,2 persen anak usia sekolah, 54,5 persen remaja, 40.2 persen Dewasa, serta 44,2 persen ibu hamil mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal. Prevalensi balita kurang gizi (balita yang mempunyai berat badan kurang) secara nasional adalah sebesar 17,9 persen diantaranya 4,9 persen yang gizi buruk. Prevalensi balita gizi kurang menurut provinsi yang tertinggi adalah Provinsi NTB (30,5%), dan terendah adalah Provinsi Sulut (10,6%). Sementara itu prevalensi balita pendek (stunting) secara nasional adalah sebesar 35,6 persen, dengan rentang 22,5 persen (DI Yogyakarta) sampai 58,4 persen (NTT). Prevalensi balita kurus (wasting) secara nasional adalah sebesar 13,3 persen, dengan prevalensi tertinggi adalah Provinsi Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 1

Upload: sdamn

Post on 04-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 40,6 persen penduduk

mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari

Angka Kecukupan Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan

kelompok umur dijumpai 24,4 persen Balita, 41,2 persen anak usia sekolah,

54,5 persen remaja, 40.2 persen Dewasa, serta 44,2 persen ibu hamil

mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal.

Prevalensi balita kurang gizi (balita yang mempunyai berat badan

kurang) secara nasional adalah sebesar 17,9 persen diantaranya 4,9 persen

yang gizi buruk. Prevalensi balita gizi kurang menurut provinsi yang

tertinggi adalah Provinsi NTB (30,5%), dan terendah adalah Provinsi Sulut

(10,6%). Sementara itu prevalensi balita pendek (stunting) secara nasional

adalah sebesar 35,6 persen, dengan rentang 22,5 persen (DI Yogyakarta)

sampai 58,4 persen (NTT). Prevalensi balita kurus (wasting) secara nasional

adalah sebesar 13,3 persen, dengan prevalensi tertinggi adalah Provinsi

Jambi (20%), dan terendah adalah Bangka Belitung (7,6%).

Seperti halnya pada Riskesdas 2007, status gizi balita dinilai

berdasarkan parameter antropometri yang terdiri dari berat badan dan

panjang/tinggi badan. Indikator status gizi yang digunakan adalah: Berat

Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi

balita digunakan Standar Antropometri yang dikeluarkan oleh WHO pada

tahun 2005 atau yang disebut dengan “Standar WHO 2005”. Dalam

Millenium Development Goal (MDGs), indikator status gizi yang dipakai

adalah BB/U dan angka prevalensi status “underweight” (gizi kurang dan

buruk atau disingkat “Gizi Burkur”) dijadikan dasar untuk menilai

pencapaian MDGs. Gizi Burkur disebut juga Kurang Energi Protein.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 1

Page 2: BAB I-III

Secara nasional prevalensi balita “gizi burkur” menurun sebanyak 0,5

persen yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada

tahun 2010. Demikian pula halnya dengan prevalensi balita pendek yang

menurun sebanyak 1,2 persen yaitu dari 36,8 persen pada tahun 2007

menjadi 35,6 persen pada tahun 2010, dan prevalensi balita kurus menurun

sebanyak 0,3 persen yaitu dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 13,3

persen pada tahun 2010.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk terdiri dari

2 faktor, faktor langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung

yaitu faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Timbulnya gizi buruk

tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit.

Faktor tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan,

Faktor ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan (Depkes RI, 2007). Faktor – faktor yang mempengaruhi status

gizi balita adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang gizi dalam

memilih dan memberikan makanan (Waryono, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) pada balita oleh

Masni Nurrahmadini (2003) dan Henry Tri Purwati (2003) dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor umur dan jenis kelamin

balita, faktor keluarga terutama pendapatan orang tua, faktor tingkat pendidikan

ibu, dan faktor status kesehatan balita dengan kejadian Kurang Energi Protein

(KEP).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Tentang Gizi

Seimbang Terhadap Status Gizi Balita Di Pusat Teknologi Terapan

Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 2

Page 3: BAB I-III

1.2. Perumusan Masalah

a. Aspek Community of Research Program (CRP)

- Bagaimanakah penatalaksanaan KEP di PTTKEK Bogor (Ruang

Rekam Medis, Ruang Pemeriksaan Antropometri, Ruang

Pemeriksaan Klinis, Ruang Penyuluhan, Ruang Obat dan

Makanan) ?

- Bagaimanakah rasio penduduk dengan petugas PTTKEK Bogor?

- Bagaimanakah proporsi bayi KEP dengan bayi KEP yang berhasil

ditanggulangi di PTTKEK Bogor?

- Bagaimanakah morbidity rate terkait dengan kejadian KEP di

PTTKEK Bogor ?

- Bagaimanakah mortality rate terkait dengan kejadian KEP di

PTTKEK Bogor?

- Bagaimanakah deskripsi dan analisis demografi, pengetahuan,

sikap dan perilaku responden mengenai Gizi Seimbang di PTTKEK

Bogor?

- Bagaimanakah deskripsi dan analisis status gizi balita di PTTKEK

Bogor?

b. Aspek Community Health Oriented Program (CHOP)

- Bagaimanakah The Epidemiologic Triad of a Disease (masalah gizi

dalam kaitannya dengan penjamu, agent dan lingkungan) di

PTTKEK Bogor?

- Bagaimanakah Concepts of subclinical & clinical stages of disease

(konsep dasar timbulnya penyakit gizi dari status gizi pasien) di

PTTKEK Bogor?

- Bagaimanakah Concepts levels of disease prevention (tingkat

pencegahan penyakit gizi dari hasil data primer status gizi pasien)

di PTTKEK Bogor?

c. Aspek Bioethics Humanity Program (BHP)

- Bagaimanakah empati peneliti terhadap pasien (balita) dan

keluarganya di PTTKEK Bogor?

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 3

Page 4: BAB I-III

- Bagaimanakah kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi,

menelaah dan memahami keadaan pasien dan keluarganya?

- Bagaimanakah kemampuan peneliti mendengarkan dan

menanggapi keluhan pasien dan keluarganya?

- Bagaimanakah kemampuan peneliti untuk memberikan saran dan

alternative penyelesaian masalah (keluhan pasien) dan keluarganya,

sesuai dengan standar pelayanan medis (keilmuan yang dimiliki)

untuk pasien dengan gangguan gizi ?

- Bagaimanakah kemampuan peneliti untuk mengormati dan

menghargai pilihan terapi pasien dan keluarganya?

- Bagaimanakah kemampuan partisipasi aktif peneliti dan

kemampuan kerjasama kelompoknya?

d. Aspek Clinical Skill Program (CSP)

- Bagaimanakah komunikasi antar sesama anggota peneliti dalam

kelompok Field Study ?

- Bagaimanakah komunikasi antar anggota peneliti dengan

pembimbing Field Study?

- Bagaimanakah komunikasi antar anggota peneliti dengan

responden?

- Bagaimanakah komunikasi antar anggota peneliti dengan petugas

lapangan (staff)?

- Bagaimanakah teknik komunikasi peneliti dengan GATHER

sehingga tercapai seluruh informasi yang diinginkan (lakukan

penerapan pertanyaan yang singkat, tertutup, terbuka dan

menyelidik)?

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 4

Page 5: BAB I-III

1.3. Tujuan

1.4.1. Tujuan umum

Mengidentifikasi penatalaksanaan KEP di PTTKEK Bogor.

1.4.2. Tujuan khusus

a. Aspek Community of Research Program (CRP)

- Mengetahui penatalaksanaan KEP di PTTKEK Bogor

(Ruang Rekam Medis, Ruang Pemeriksaan Antropometri,

Ruang Pemeriksaan Klinis, Ruang Penyuluhan, Ruang Obat

dan Makanan).

- Mengetahui rasio penduduk dengan petugas PTTKEK

Bogor.

- Mengetahui proporsi bayi KEP dengan bayi KEP yang

berhasil ditanggulangi di PTTKEK Bogor.

- Mengetahui morbidity rate terkait dengan kejadian KEP di

PTTKEK Bogor .

- Mengetahui mortality rate terkait dengan kejadian KEP di

PTTKEK Bogor.

- Mengetahui deskripsi dan analisis demografi, pengetahuan,

sikap dan perilaku responden mengenai Gizi Seimbang di

PTTKEK Bogor.

- Mengetahui deskripsi dan analisis status gizi balita di

PTTKEK Bogor.

b. Aspek Community Health Oriented Program (CHOP)

- Mengetahui The Epidemiologic Triad of a Disease (masalah

gizi dalam kaitannya dengan penjamu, agent dan

lingkungan) di PTTKEK Bogor.

- Mengetahui Concepts of subclinical & clinical stages of

disease (konsep dasar timbulnya penyakit gizi dari status

gizi pasien) di PTTKEK Bogor.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 5

Page 6: BAB I-III

- Mengetahui Concepts levels of disease prevention (tingkat

pencegahan penyakit gizi dari hasil data primer status gizi

pasien) di PTTKEK Bogor.

c. Aspek Bioethics Humanity Program (BHP)

- Mengetahui empati peneliti terhadap pasien (balita) dan

keluarganya di PTTKEK Bogor.

- Mengetahui kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi,

menelaah dan memahami keadaan pasien dan keluarganya?

- Mengetahui kemampuan peneliti mendengarkan dan

menanggapi keluhan pasien dan keluarganya.

- Mengetahui kemampuan peneliti untuk memberikan saran

dan alternative penyelesaian masalah (keluhan pasien) dan

keluarganya, sesuai dengan standar pelayanan medis

(keilmuan yang dimiliki) untuk pasien dengan gangguan

gizi.

- Mengetahui kemampuan peneliti untuk mengormati dan

menghargai pilihan terapi pasien dan keluarganya.

- Mengetahui kemampuan partisipasi aktif peneliti dan

kemampuan kerjasama kelompoknya.

d. Aspek Clinical Skill Program (CSP)

- Mengetahui komunikasi antar sesama anggota peneliti dalam

kelompok Field Study.

- Mengetahui komunikasi antar anggota peneliti dengan

pembimbing Field Study.

- Mengetahui komunikasi antar anggota peneliti dengan

responden.

- Mengetahui komunikasi antar anggota peneliti dengan

petugas lapangan (staff).

- Mengetahui teknik komunikasi peneliti dengan GATHER

sehingga tercapai seluruh informasi yang diinginkan.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 6

Page 7: BAB I-III

1.4. Manfaat

1.5.1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan aplikasi

keilmuan terhadap masalah-masalah yang ada dilapangan.

1.5.2. Bagi Responden

Memberikan informasi mengenai Gizi Seimbang dan diharapkan

dapat mengerti dan dapat mengaplikasikannya.

1.5.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang

berguna bagi pelayanan serta konseling kesehatan khususnya

pelayanan kepada masyarakat agar lebih mengerti mengenai Gizi

Seimbang.

1.5.4. Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Untuk meningkatkan ilmu kesehatan masyarakan dan sebagai

masukan dari peneliti khususnya tentang topik pengetahuan, sikap

dan perilaku ibu mengenai gizi seimbang terhadap status gizi balita.

1.5.5. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wahana kepustakaan bagi institusi pendidikan dan dapat

menjadi bahan bacaan serta menambah pengetahuan.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 7

Page 8: BAB I-III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi Balita

2.1.1. Definisi

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang

ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain

yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya

diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003) dan dikategorikan

berdasarkan standar baku WHONCHS dengan indeks BB/U, TB/U

dan BB/TB.

2.1.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan

dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi

atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk. (Gizi dan

Kesehatan Mayarakat, 2007).

Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam dua kelompok,

yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara

langsung terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes

laboratorium, metode biofisik dan antropometri. Sedangkan penilaian

status gizi secara tidak langsung berupa survei konsumsi makanan,

statistik vital dan faktor ekologi (Supriasa,2010). Adapun metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengukuran antropometri.

2.1.3. Antropometri

a. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

(Supariasa, 2001 & Waryono, 2010).

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 8

Page 9: BAB I-III

b. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).

c. Keunggulan antropometri

- Alatnya mudah di dapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar

lengan atas, mikrotia.

- Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan

objektif.

- Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus

profesional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

- Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak

memerlukan bahan-bahan lainnya.

- Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas

(cut off points) dan baku rujukan yang pasti.

- Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara

menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status

gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status

gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara

ilmiah.

d. Kelemahan Antropometri

- Tidak sensitif. Tidak dapat membedakan kekurangan zat

gizitertentu.

- Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan

sumber energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas

pengukuran antropometri.

- Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi

presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 9

Page 10: BAB I-III

e.Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan dan tinggi

badan (Supariasa, 2001).

f. Indeks Antropometri

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang

penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya

jumlah makanan-makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2001).

Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal

(Supariasa, 2001). Berdasarkan karakteristik berat badan ini,

maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah

satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat

badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2001).

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan

nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2001).

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 10

Page 11: BAB I-III

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan

tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk

menilai status gizi saat ini (Supariasa, 2001).

2.1.4. Status Gizi Menurut Indeks Antropometri

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 11

Page 12: BAB I-III

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia: indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba, sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.[4]

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kongnitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima “tahu“, merupakan tingkatan

yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan untuk

mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi riil (sebenarnya) dan mengunakan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syhthesis)

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 12

Page 13: BAB I-III

Menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan kata lain sintesis itu dalah suatu kemampuam

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau objek.[4]

2.2.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas.

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55% [4]

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian Sikap

Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud

dengan sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan yang lain bila

dibandingkan dengan ahli yang lainnya. Untuk memberikan

gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang

diajukan oleh beberapa ahli, antara lain :

a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tindakan

afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam

hubungannya dengan objek-objek psikologis sepeBrti : simbul,

prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.

b. Howard kenle mengemukakan, bahwa sikap merupakan

kecendrungan (tendensy ) untuk mendekati approach) atau

menjauhi (avoid) atau melakukan sesuatu baik secara positif

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 13

Page 14: BAB I-III

maupun negatifterhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan

atau konsep.

c. Paul massen, dkk,dan david krech. Berpendapat sikap itu

merupakan suatu system dari tiga komponn yang saling

berhubungan, yaitu kongnisi (pengenalan) feeling (perasaan),

dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek

atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif,

netral atau negative, mengangkat aspek-aspek kongnisi, afeksi dan

kecendrungan untuk bertindak.[4]

2.3.2. Komponen Sikap

Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat

yang banyak diikuti adalah bahwa sikap itu mengandung tiga

komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan,

yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi

orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan

kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

Seringkali komponen kongnitif disamakan dengan pandangan

(opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem

controversial.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen

yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupaka hal yang positif,

sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.

Komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif dan negatif.

Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan

menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasa

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 14

Page 15: BAB I-III

nya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pegaruh yang

mungkin akan mengubah sikap seseoarang. Komponen afeksi

disamakan dengan perasaan yang dimilikiterhadap sesuatu.

c. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action componen),

yaitu komponen yang berhubungan dengan kecendrungan

bertindak terhadap objek sikap. komponen ini menunjukan

intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecendrungan

bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

Merupakan aspek kecendrungan berprilaku sesuai dengan sikap

yang dimiliki seseoarang. Berisi tendensi untuk bertindak atau

bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan

berkaitan dengan objek yang dihadapi. Adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam

bentuk tendensi perilaku terhadap objek (triadic scheme).[4]

2.3.3. Berbagai Kategori Sikap

a. Menurut Heri Purwanto, Sikap terdiri dari :

- Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

- Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

b. Menurut Azwar, sikap terdiri dari :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 15

Page 16: BAB I-III

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

dari pekerjaan itu benar apa salah adalah berarti orang

tersebut menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat

tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain

(tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi

menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan

tentang gizi adalah bukti bahwa ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,

meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang

tuanya sendiri

5) Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara,

yakni :

a) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa

yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama kelamaan

secara bertahap kedalam diri individu dan

mempengaruhi terbentuknya sikap.

b) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi,

bertambahnya pengalaman, sejalan dengan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya

diangap sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas

dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut dapat

terbentuk sikap tersendiri pula.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 16

Page 17: BAB I-III

c) Intelegensi, tadinya secara betahap dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu

hal tertentu.

d) Trauma, pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang

bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis

dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.[4]

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya sikap

a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri

orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap

seluruh rangsang dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita

harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita teliti

dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-

motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.

b. Faktor ekstern yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu

1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.

3) Sikap orang / kelompok yang mendukung sikap tersebut.

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan

sikap.

5) Situasi pada saat sikap dibentuk.[4]

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 17

Page 18: BAB I-III

2.4. Kerangka Teori

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 18

Page 19: BAB I-III

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Pengetahuan, Sikap & Perilaku Mengenai Gizi Seimbang

Terhadap Status Gizi Balita di PTTKEK, Bogor

2.6. Hipotesis

H1 : Ada hubungan pengetahuan, sikap, perilaku ibu tentang gizi

seimbang terhadap status gizi balita.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 19

Page 20: BAB I-III

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain statistik univariat dan bivariat.

Desain statistik univariat akan memberikan deskripsi data yang didapat,

yaitu demografi, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang gizi

seimbang serta data status gizi balita,. Desain statistik bivariat untuk

menyangkut pengujian hipotesis mengenai hubungan antara

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang gizi seimbang terhadap

status gizi balita. Desain statistik bivariat ini akan diuji secara statistik

menggunakan aplikasi pengolahan data statistik dengan menggunakan

software SPSS v.17.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik atau sebelumnya disebut juga Pusat Penelitian dan

Pengembangan (Puslitbang), Jl. Dr Sumeru No. 63 Bogor, Jawa Barat.

Pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mempunyai balita yang datang ke klinik Puslitbang, Bogor.

3.3.2. Sampel Penelitian

a. Kriteria Inklusi

- Ibu yang memiliki balita

- Balita yang diantar ibu ke klinik Puslitbang untuk

melakukan pemeriksaan.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 20

Page 21: BAB I-III

b. Kriteria Eksklusi

- Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

3.4. Teknik Sampling

Metode pengambilan sample yang digunakan adalah sample jenuh.

Diambil sebanyak 32 orang secara acak untuk mengisi kuesioner

penelitian.

3.5. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu setiap subjek

penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variable subjek penelitian (Notoatmodjo,

2010 & Saryono, 2008).

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

a. Data Primer

Terdiri atas pengetahuan, sikap, perilaku ibu, dan status gizi

balita yang didapat dari kuesioner melalui responden.

b. Data Sekunder

Terdiri atas data kunjungan balita selama 2 bulan terakhir.

3.6.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara

langsung kepada ibu yang menjadi responden dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang

pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang menjadi responden.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari buku kunjungan

pasein pada ruang rekam medik Klinik Puslitbang.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 21

Page 22: BAB I-III

3.7. Definisi Operasional

VariabelDefinisi

OperasionalAlat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan(Independen 1)

Segala sesuatu yang diketahui responden tentang Gizi Seimbang

Kusioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan berganda.

Nilai awal adalah 100. Untuk jawaban yang benar, dinilai 10.

Untuk jawaban yang salah, dinilai 0.

Nilai 0-50 = pengetahuan kurang

Nilai 60-100= pengetahuan baik

Ordinal

Sikap(Independen 2)

Adalah tanggapan responden berdasarkan hasil penalaran atau pengolahan terhadap informasi tentang Gizi Seimbang serta keyakinan yang ada mengenainya.

Kuisioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan setuju atau tidak setuju.

Pertanyaan positif :- setuju =2- tidak setuju =1

Pertanyaan negatif :- setuju =1- tidak setuju =2

Nilai 10-15= sikap kurang

Nilai 16-20= sikap baik

Ordinal

Perilaku(Independen 3)

Adalah bentuk tindakanibu dari balita terhadappertanyaan yang diberi tentang Gizi Seimbang.

Kuisioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan selalu, kadang-kadang, tidak pernah.

Pertanyaan positif :- selalu =3- kadang =2- tidak pernah =1

Pertanyaan negatif :- selalu =1- kadang =2- tidak pernah =3

Nilai 10-19 = sikap kurang

Nilai 20-30= sikap baik

Ordinal

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 22

Page 23: BAB I-III

Status Gizi(Dependen)

Kondisi kesehatananak sebagaiakibat darikonsumsi,absorbsi, sertapenggunaan zatzatgizi dalamtubuh yang diukur denganmetodeantropometri:- BB/U- TB/U- BB/TB

Kuesioner berisi Usia, Berat badan, dan Tinggi Badan balita.

BB/U- Gizi Buruk Z < -3.0 - Gizi Kurang -3.0 < Z < -2.0- Gizi Baik -2.0 < Z < +2.0- Gizi Lebih Z > +2.0

TB/U- Sangat Pendek Z < -3.0- Pendek -3.0 < Z < -2.0- Normal Z > -2.0

BB/TB- Sangat Kurus Z < -3.0 - Kurus -3.0 < Z < -2.0- Normal -2.0 < Z < +2.0- Gemuk Z > +2.0

Ordinal

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.8. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari empat

bagian :

a. Kuesioner data demografi responden

Kuesioner data demografi responden meliputi nama orang tua, usia

orang tua, jumlah anak, urutan anak, nomor telpon, pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan total keluarga, pernah

mendengar informasi dan sumber informasi Gizi Seimbang.

b. Kuesioner pengetahuan responden

Kuesioner pengetahuan mengenai segala sesuatu yang diketahui

responden tentang Gizi Seimbang.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 23

Page 24: BAB I-III

c. Kuesioner sikap responden

Kuesioner sikap responden terhadap Gizi Seimbang. Berupa

pertanyaan dengan nilai 1-2. Jawaban yang paling buruk bernilai 1.

Jawaban yang paling baik bernilai 2.

d. Kuesioner perilaku responden

Kuesioner sikap responden terhadap Gizi Seimbang. Berupa

pertanyaan dengan nilai 1-3. Jawaban yang paling buruk bernilai 1.

Jawaban yang paling baik bernilai 3.

e. Status Gizi Balita

Kuesioner yang meliputi nama, usia, berat badan, dan tinggi badan

balita.

3.9. Prosedur Pengumpulan Data

Pengisian kuesioner dilakukan pada saat ibu dan balita berkunjung ke

Klinik Puslitbang sebelum atau sesudah pemeriksaan.

3.10. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data secara

komputerisasi dengan langkah-langkah berikut :

a. Editing

Melakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila

terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengolahan data,

diperiksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap

responden

b. Coding

Coding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap

jawaban yang diberikan responden.

c. Selecting

Memilih dan menyortir dengan cara mengelompokkan data

(mengklasifikasi data) dari jawaban yang diberikan responden

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 24

Page 25: BAB I-III

d. Entry data

Memasukkan data melalui komputerisasi/manual dari jawaban

yang diberikan responden.

e. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada

kesalahan atau tidak.

3.11. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang di berikan kepada responden harus dilakukan

pengujian, dimana peneliti melakukan uji validitas untuk mengetahui

pertanyaan - pertanyaan dalam kuesioner telah sesuai atau tepat untuk

mengukur suatu data. Pertanyaan dan pernyataan dinyatakan valid jika r

hasil > r tabel,maka pertanyaan tersebut valid (Hastono, 2007).

Setelah pertanyaan dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan

uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan

alat ukur yang sama. Untuk mengetahui reliabilitasnya caranya, reliabel

jika nilai Cronbach Alpha’s > 0,6, maka pertanyaan tersebut reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner penelitian dapat dilihat

pada lampiran (Hartono, 2007)

3.12. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel. Data hasil penelitian dideskripsikan

dalam bentuk tabel, grafik dan narasi untuk megevaluasi besarnya

proporsi masing-masing faktor yang meningkatkan yang ditemukan

pada sampel untuk masingmasing variabel yang diteliti. Analisis

univariat bermanfaat untuk melihat apakah data sudah layak untuk

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 25

Page 26: BAB I-III

dilakukan analisis, melihat gambaran data yang dikumpulkan dan

apakah data optimal untuk analisis lebih lanjut.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan

membuktikan hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini

digunakan uji statistik alternatif Chi-Square 2 x K yaitu

Kolmogorov-Smirnov. Karena tidak terpenuhinya syarat uji Chi-

Square, yaitu :

- Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E)

kurang dari 5.

- Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E)

kurang dari 5, lebih dari 20 % jumlah sel.

Laporan FS Blok GUS-GIS 2012 Kelompok A9 |Halaman 26