bab i sd iii

Upload: ayub-angel-of-death

Post on 10-Jul-2015

163 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah firman Allah SWT. yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran adalah bacaan yang mulia. Maha Pemurah Allah SWT. yang mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia. Dia mengajarkan kepadanya berbicara. Sebagaimana Allah swt berfirman :

(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran, Dia menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara . (Q.S. Ar-Rahman : 1-5)1 Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantara Malaikat Jibril yang dibaca, dipahami, diamalkan dan dijadikan pedoman hidup bagi seluruh umat Islam untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.2 Isi Al-Quran mencakup segala pokok syariat yang telah ada dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Quran merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia karena di dalamnya terkandung ajaran agama Islam yang mengantar segala aspekDeparteman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Karya Utama, 6 Nopember 2002), Edisi Tahun 2002, h. 7731

M. Hasbi As-Siddiqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Taftir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1945), h. 22

2

kehidupan, dan keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam swt An-Nahl ayat 89, yang berbunyi:3

(dan ingatlah) akan han (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dan mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia dan Kami turunkan kepada kamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-Nahl : 89). 4 Karena begitu pentingnya Al-Quran dalam membimbing dan mengarahkan perilaku manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari, memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu hal yang tidak kalah penting adalah mengajarkan kembali kepada orang lain seperti keluarga, tetangga, teman-teman dan lain sebagainya. Pengajaran Al-Quran hendaklah dilakukan mulai sejak masa dini atau masa anak-anak karena masa kanak-kanak adalah masa awal perkembangan kepribadian manusia, apabila kita mengajarkan sesuatu yang baik maka akan3

Depag RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta: Gema Risalah Press Bandung, Oktober 1986), h. 415 4 Ibid, Edisi Tahun 2002, h. 377

3

memperoleh hasil yang baik.5 Begitu juga mengajarkan Al-Quran pada masa dini maka akan mudah diserap oleh mereka. Dengan pengajaran Al-Quran pada masa usia dini akan berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Dalam pengajaran ini dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi didalam keluarga, teman sebaya, dan dan hubungan

kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.6 M. Arifin dalam buku Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa AlQuran sebagai sumber pedoman bagi umat Islam mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi pendidikan bagi umat manusia khususnya dikalangan umat Islam.7 Berdasarkan hal tersebut sudah kewajibkan kita yang mempunyai wawasan luas dan terarah untuk mengajarkan Al-Qur'an pada anak-anak merupakan salah satu diantara pilarpilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka, sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai oleh kemaksiatan dan kesesatan.

5

Mahmud Al-Khalawi, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Sukoharjo: Insan Kamil, 2007), Anwar, Pendidikan Anak Dini Usia, (Bandung; PT Afabeta, 2004), h. 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 33

h. 1476 7

4

Adapun tujuan membaca Al-Quran telah dijelaskan dalam buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan Baca Tulis al-Quran dinyatakan bahwa tujuan baca tulis Al-Quran adalah menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muslim yang Qurani, yaitu generasi yang mencintai AlQuran, menjadikan Al-Quran sebagai bacaan, dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari.8 Sebagaimana firman Allah SWT:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darab, Bacalab, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq: 1-5)9 Belajar membaca huruf adalah salah satu pelajaran awal yang harus diajarkan pada anak kecil, sebab masa anak-anak merupakan masa-masa yang paling intensif untuk mengenal pengetahuan yang baru tetapi masa tersebut rawan bagi mereka yang pada umumnya suka meniru apa yang dilihat disekelilingnya. Anak akan merekam setiap kejadian disekitarnya dan ia akan

8 Asad Humam, Cara Cepat Belajar Al-Quran, (Yogyakarta: Balai Penelitihan dan Pengembangan Sistem PengajaranBaca Tulis Al-Quran, 2000) h.V 9 Ibid, Edisi Tahun 2002, h. 904

5

selalu mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya baik itu kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan Dalam mendidik anak yang paling bertanggung jawab adalah dan pihak keluarga. Seperti halnya pepatah mengatakan Mendidik Anak Bagaikan Mengukir Diatas Batu. Meskipun mendidik anak begitu penuh tantangan, tetapi ketika seorang anak telah mampu memahami satu kata saja dan pendidiknya, ia akan tetap mengingatnya hingga dewasa kelak. Hal ini berhubungan dengan masyarakat, walaupun dan masyarakat itu sendiri banyak yang sudah mengerti tentang Al-Qur an, akan tetapi masih banyak yang belum bisa membaca dan memahami Al-Quran dengan benar dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya hal tersebut berhubungan erat dengan faktor yang mempengaruhi terhadap tujuan pengajaran yakni metode yang digunakan. Metode merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar mengajar, meskipun metode tidak akan berarti apa-apa, bila dipandang terpisah dan faktor - faktor yang lain dengan pengertian bahwa metode baru dianggap penting dalam hubungannya dengan semua faktor pendidikan lainnya, misalnya tujuan, materi, evaluasi dan lain sebagainya. Adapun metode yang digunakan dalam pengajaran Al-Quran sering kali tidak relevan walaupun sebenarnya dalam suatu lembaga itu sudah ada ketentuan dalam penggunaan metode pengajaran Al-Quran tetapi kebanyakan dan pihak pendidik masih belum menerapkan atau menggunakan metode

6

tersebut.

Berdasarkan

hal

itu

seorang

pendidik

seharusnya

dapat

mengefektifkan metode pengajaran yang telah ada menjadi sebuah metode baru yang dapat meningkatkan pembelajaran Al-Quran agar anak didik dapat belajar dengan cepat untuk mempelajari Al-Quran dan tidak terjadi kebosanan pada diri anak didik itu sendiri. Pengajaran Al-Quran ini sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, karena pengajaran Al-Quran merupakan wahana untuk

meningkatkan dan membangun kualitas sumberdaya manusia dalam beragama. Begitu juga dalam pengajaran Al-Quran yang disertai dengan pembelajaran baca tulis Al-Quran, anak-anak dapat membaca serta menulis Al-Quran dengan benar. Al-Quran merupakan pedoman yang sangat diperlukan manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia dan di akhirat yang isinya mencakup semua segala pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya, serta dan segala ajaran Islam yang menjadi kebutuhan semua aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang muslim wajib mempercayai dan mengamalkan Al-Quran. Sehingga dalam proses pengajaran para pendidik (ustadz-ustadzah) harus menentukan metode pengajaran Al-Quran dengan tepat. Penentuan metode pengajaran Al-Quran ini dipandang sangat penting sekali sehingga peneliti memilih tempat penelitian di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten yang mana TKQ dan TPQ ini menggunakan metode

7

IQRO. Adapun tujuan dan penggunaan metode IQRO ini diharapkan dapat mempermudah sekaligus mempercepat cara belajar baca Al-Quran pada anak-anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam mengajar metode IQRO ini tidak sembarang orang yang dapat mengajar, karena sebelum praktek mengajar para pendidik (ustadz - ustadzah) harus di tashih terlebih dahulu sehingga para pendidik dapat mengajar dengan baik dan anak-anak dapat menerima pelajar dengan baik dan benar. TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten merupakan taman pendidlkan AlQuran yang berada di Bandulu Anyer - Serang, TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten merupakan salah satu TKQ dan TPQ yang menggunakan metode cepat dan tepat dalam membaca Al-Quran yakni metode IQRO. Berawal dan temuan tersebut, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana penggunaan metode pengajaran IQRO dalam meningkatkan pembalajaran penelitian. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti ingin mengangkat permasalahan tersebut, penulis ingin meneliti tentang bagaimana penggunaan metode pengajaran IQRO dalam meningkatkan baca tulis Al-Quran. Oleh karena itu penulis mengambil judul Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Iqro di TKQ dan TPQ Khusnayain Cirunten Bandulu Anyer Kabupaten Serang. Dengan alasan sebagai berikut: di tempat

8

1.

Karena pembelajara IQRO merupakan dasar tentang tata

cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. 2. Karena Pembelajaran IQRO di TKQ dan TPQ Khusnayain

Cirunten Bandulu Anyer Kabupaten Serang, masih kurang maksimal atau belum tercapai sesuai target yang telah dicanangkan sebelumnya. 3. Karena kualitas pendidikan yang dihasilkan belum mencapai target kurikulum. 4. Karena penulis merupakan pengajar di TKQ dan TPQ Khusnayain Cirunten Bandulu Anyer Kabupaten Serang, tempat untuk penelitian. B. Identifikasi Masalah Untuk memperjelas arah pembahasan tersebut perlu adanya identifikasi masalah pembahasan agar lebih jelas dan lebih terarah tujuannya. Adapun identifikasi masalah pembahasan dalam penulisan ini sebagai berikut: 1. Pembelajaran Iqro terhadap siswa di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten Bandulu Anyer. 2. Metode pembelajaran Iqro yang diterapkan guru terhadap siswa di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten Bandulu Anyer. 3. Latar belakang keluarga siswa di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten Bandulu Anyer.

9

4. Lingkungan social siswa di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten Bandulu Anyer.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembahasan penelitian tidak lepas dari ruang lingkup pembahasan. Hal ini untuk menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran dalam pembahasan serta untuk mempermudah penelitian. Maka perlu diberikan batasan-batasan yang akan dibahas pada penelitian. Adapun pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada metode pengajaran dan upaya yang dilakukan para pendidik dalam meningkatkan pembelajaran Iqro di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten Bandulu Anyer. 2. Perumusan Masalah Untuk mempertegas permasalahan guna menghindari kesalahan pemahaman judul skripsi yang penulis susun, maka perlu penulis tegaskan untuk membatasi istilah yang penulis pergunakan untuk skripsi ini. Adapun penegasan tersebut adalah sebagai berikut a. ? Apa saja yang dilakukan guru Taman Kanak- Kanak Al-

Quran dan Taman Pendidikan Al-Quran Khusnayin Cirunten

10

dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro pada anak didiknya? b. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh guru dalam

meningkatkan pembelajaran Iqro di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten? c. Apa saja solusi yang dilakukan guru dalam upaya

meningkatkan pembelajaran Iqro pada anak didiknya di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten? d. Bagaimana hasil yang dicapai oleh TKQ dan TPQ

Khusnayain Cirunten dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro D. Tujuan dan Signifikansi Masalah 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro b. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi guru TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro.

11

c. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan guru TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro. d. Untuk mengetahui hasil yang dicapai guru TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dalam upaya meningkatkan pembelajaran Iqro. 2. Signifikasi Masalah Sedangkan signifikasi masalah ini ada manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya baik teoritis maupun praktis. a. Manfaat Teoritis 1) Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi ilmu pendidikan umumnya dan ilmu

perkembangan

pendidikan Islam khususnya. 2) Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai data untuk kegiatan penelitian berikutnya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi :

12

1)

Guru, sebagai bahan informasi dan bahan masukan

dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Quran. 2) Stakeholder yang terlibat dalam upaya

pengembangan lembaga pendidikan Islam. E. Sistematika Pembahasan Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penulisan ini penulis mensistematikan pembahasan dalam beberapa bab. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut: Bab I berisi Pendahuluan. Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan signifikasi masalah , dan sistematika penyusunan. Ban II Berisi Landasan teori penelitian yang terdiri dari : pengertian guru, fungsi dan peranannya, arti Iqro dan manfaatnya, kerangka berpikir serta hipotesis. Bab III Berisi membahas tentang Metodologi yang meliputi metode penelitian, tempat penelitian, instrument penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis. Bab IV berisi membahas tentang deskripsi institusi, penyajian dan analisis data, dan interprestasi hasil penelitian.

13

Bab V berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Serta terakhir terdiri dari Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Upaya Guru a. Pengertian Upaya Secara harafiah, kata upaya dapat diartikan usaha atau ikhtiar (Suatu rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan)10. Bila kata Upaya diberi awalan ber menjadi berupaya artinya: mencari upaya (akal); berusaha; berikhtiar: ia harus ~ meningkatkan prestasinya;. Ditambah dengan awalan meng ~ Mengupayakan kata upaya dapat definisikan : mengusahakan; mengikhtiarkan; melakukan sesuatu untuk mencari akal (jalan keluar dsb). Selanjutnya berdasarkan pertimbangan arti-arti tersebut di atas,10

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h.

214

14

maka arti upaya dapat definisikan sejumlah langkah atau usaha yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan kata upaya dikaitkan dengan pendidikan menurut kamus Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).11 Pengertian menurut Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak bangsa, dan Negara. b. Pengertian Guru Dalam Kamus Besar Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Tapi sesederhana inikah arti guru? Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut muallim dan dalam bahasa Inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yyakni A person whose occupation

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2007), Cet.13 h. 10

11

15

is teaching others (McLeod, 1989), Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.12 Bermacam pengertian yang tersebut di atas masih bersifat umum dengan demikian dapat mengundang bermacam-macam interprestasi dan bahkan juga konotasi. Pertama, kata seseorang (a person) bisa diartikan kepada siapa saja asalkan mengandung kata pekerjaan sehari-harinya (profesinya) mengajar. Dengan demikian hal ini berarti bukan hanya dia (seseorang) yang sehari-harinya mengajar disekolah yang disebut guru. Kedua, kata mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya: 1). Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif). 2). Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotor. 3). Menanamkan nilai dan kenyakinan kepada orang lain (bersifat afektif). Terlepas dari aneka ragam interpretasi tadi, guru yang dimaksud dalam pembahasa ini ialah pendidikan professional yang wajib memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebab, dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsip12

Ibid, h. 220

16

berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilaku. 2. Pembelajaran Iqro a. Pengertian Pembelajaran Iqro Menurut Setiasih, pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar, pembelajaran dapat pula diartikan sebagai segala usaha seorang guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktifitas guru dan aktifitas anak belajar.13 Terdapat beberapa jenis pembelajaran yang dapat

dipertimbangkan oleh guru TKQ/TPQ khususnya pembelajaran Iqro di TKA dan TPQ Khusnayain Cirunten. Pemilihan strategi pembelajaran dan metode ini akan memfasilitasi anak belajar baik secara individual, maupun berkelompok. Perlu diperhatikan seorang guru dalam pemilihan strategi pembelajaran, adalah: 1) 2) 3)13

Karakteristik tujuan Pembelajaran Karakteristik anak dan cara belajarnya Tempat berlangsungnya kegiatan

Masitho, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 63

17

4) 5)

Tema pembelajaran Pola kegiatan.

b. Pembelajaran Iqro Pembelajaran Iqro diterapkan kepada anak-anak yang usia dini dan orang-orang yang belum mampu/memahami membaca Al-Quran dengan benar. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : Sebaik-baiknya kamu adalah yang belajar Al-Quran dan

mengajarkan: (HR. Al-Bukhari)14 Taman Kanak-Kanak Al-Qur`an dan Taman Pendidikan AlQuran sebagai modal yang bertujuan memberikan modal dasar anakanak agar menjadi generasi yang cinta dan memahami Al-Quran meliputi : 1) benar 2) Anak hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan Anak dapat membaca Al-Quran dengan lancer dan

dan, doa-doa pilihan 3) Anak dapat menulis huruf Al-Quran, dapat

melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang Islami. Buku Iqro yang terdiri dari 6 jilid dapat menekankan langsung pada latihan membaca. Dimulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap, sampai pada sampai tingkat sempurna. Buku Iqro bisaHusni Rahim, Metode-Metode Membaca Al-Quran Di Sekolah Umum , (Jakarta. Departemen Agama RI, 2001), h. 6314

18

untuk segala umur, Balita sampai Manula atau TK, sampai perguruan tinggi. Dengan kesungguhan kita di dalam mengelolah pengajian anak-anak khususnya pendidikan membaca Al-Quran disertai dengan sistim pengelolah yang teratur rapi. Akan mendukung terwujudnya masa depan generasi yang shalih-shalihah. 3. Bentuk Metode Qiraat/Iqro Yaitu bentuk metode yang menggunakan jenis lagu bacaan AlQuran dengan menempatkan huruf-huruf pada tempatnya, makhraj dalam kedudukannya yang sesuai menurut fungsinya, seperti keras lembutnya, tinggi rendahnya, tipis-tebalnya, terang dan samarnya.15 4. Bentuk dan Tujuan Umum Pendidikan TKQ/ TPQ a. Bentuk pendidikan TKQ adalah: Sebuah lembaga pendidikan yang berpijak pada filosofi sebuah taman, dengan tidak terlalu menonjolkan aspek sekolahnya.16 Umumnya lembaga pendidikan TKQ/TPQ ini belajar pada waktu sore hari dari jam 14.00 Wib sampai dengan jam 16.30 Wib ada juga dimulai dari jam 15.30 sampai dengan jam 17.00 Wib. Dengan batasan umur siswa 4-6 tahun bahkan ada juga yang lebih dari umur 6 tahun. Kurikulum yang diajarkan yaitu kurikulum Departeman Agama R.I.

15 A. Suherman, Materi Penataran Calon Guru dan Pengelola TK/TPA, (Jawa Barat: LPPTKA BKPRMI, 2004) h. 48 16 Asep Zaenal Ausop, Panduan Pembelajaran Kurikulum, (Jawa Barat LPPTKA BKPRMI, 2004) h. 1

19

b. Tujuan Umum TKQ/TPQ adalah sebagai berikut: 1). Muttaqin (insan yang bertakwa), yakni hidup sangat berhati-hati untuk selalu mentaati anjuran Allah SWT serta menghindari dosa sekecil apapun itu. 2). Muhsinin (insan yang sangat baik), yakni senang berkorban untuk kepentingan orang lain serta selalu ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. 3). Muqshitin (sebagai wasit atau penengah), yakni insan yang senantiasa berlaku jujur dan adil dalam setiap perkara. 4). Shabirin (insan yang bersabar), yakni insan yang selalu optimis, tabah dan ulet dalam berikhtiar serta sanggup menanggung resiko. 5). Mutawakkalin (insan yang bertakwa), yakni selalu berusaha optimal sambil berserah diri kepada segala keputusan Allah SWT. 6). Tawwabin (insan yang selalu bertaubat), yakni orang yang senantiasa menyadari kesalahan yang dilakukannya, berjanji tidak akan mengulangi, memohon maaf atas segala kesalahan serta selalu berbuat amal shaleh untuk menambal keburukannya. 7). Mutathahhirin (insan yang bersih), yakni insane yang senantiasa merawat jasmani dan rohaninya agar senantiasa bersih.17 B. Kerangka Berfikir Berdasarkan deskripsi teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan Iqro bagi kelangsungan hidup bermasyarakat. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus bangsa sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Karena

pendidikan Iqro tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mampu membaca Al-Quran dengan benar yang dapat bersosialisasi terhadap lingkungannya sendiri. Sudah menjadi harapan setiap pendidik, agar peserta didiknya dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah17

Ibid, h. 25

20

digariskan dalam proses belajar mengajar disekolah, namun kenyataan yang dihadapi tidak selalu menunjukkan apa-apa yang diharapkan itu dapat tereralisir sepenuhnya. Banyak peserta didik yang meunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan oleh peserta didiknya. Dalam pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada tingkat anak-anak TPA, pendidik dituntut untuk selalu mengedepankan kesabaran dalam metode

pembelajarannya, selain itu pendidikpun dituntut untuk dapat menghasilkan peserta didik yang sebaik-baiknya. Pendidik sering menghadapi dan menemukan kendala dalam pembelajaran Iqro. Hal ini dikarenakan kondisi kemampuan otak anak-anak berbeda-beda, ada peserta didik yang cepat untuk menangkap pelajaran, ada yang biasa-biasa saja (sedang), dan ada yang daya serapnya sangat lambat. Selain kondisi peserta didik, kondisi setiap sekolah berbeda-beda. Hal ini semua sulit dihindarkan, maka sewajarnyalah seorang pendidik berupaya untuk mengatasi kondisi perbedaan tersebut agar setiap peserta didik memperoleh hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Terlihat, bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran AlQuran yang ada sekarang ini, belum mampu mengatasi masalah meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak mampu membaca Al-Quran. Pengajian anak-anak tradisional, yang dulunya berlangsung dengan gegap gempita dikampung-kampung setiap setelah magrib sampai isya, kini terlihat semakin kurang kuantitas dan kualitasnya. Hal ini disamping disebabkan oleh

21

factor guru ngaji yang semakin langka, dana yang terbatas, sistem penyelenggaraan apa adanya. Suatu persoalan yang menjadi problem khususnya umat Islam yang cukup mendasar dengan melihat prosentase generasi muda Islam yang tidak mampu membaca Al-Quran, menunjukkan indikasi meningkat. Generasi muda nampak semakin menjauhi Al-Quran, sedangkan Al-Quran selain sebagai pedoman hidup, juga merupakan modal dasar bagi upaya pemahaman dan pengalaman Al-Quran itu sendiri. C. Hipotesis Menganggap benar untuk alasan atau usulan pendapat, walaupun akurasi tingkat kebenarannya harus dibuktikan dengan melakukan beberapa pengujian yang sesuai dengan tujuan inilah yang disebut dengan Hipotesis. Kesimpulannya bahwa Hipotesis hanya bersifat sementara kebenaranya

melalui penelitian. Dari uraian tersebut , maka Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga atau perkiraan, upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran Iqro TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten. Adalah sama dengan 75% dari criteria nilai ideal yang ditetapkan.

22

BAB III KERANGKA METODOLIGIS A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode survai dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis, dimana penulis ingin memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya mengenai obyek penelitian, penulis juga menganalisa dan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek tersebut untuk mendapatkan data perkembangan anak didik di tempat tersebut. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian.18 Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan ditelit.19 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi TKQ kelas 1 dan siswa-siswi TPQ kelas 1 yang berjumlah 25 siswa.18 19

Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.364 Ibid, h. 418

23

2. Teknik Penarikan Sampel Mengingat populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang, maka penulis menggunakan sampel total atau keseluruhan populasi, sehingga tidak diperlukan adanya teknik penarikan sampel.

C. Instrumentasi Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : Data tentang upaya kepala sekolah dan guru TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dalam mengembangkan pembelajaran Iqro pada anak didik. Yang menjadi pedoman instrument penelitian dalam pengumpulan data siswa siswi TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten dengan menggunakan penilaian dalam bentuk Laporan Perkembangan Siswa dan pertanyaan serta jawaban responden yang berbentuk wawancara. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan dan pencatatan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan terhadap

24

letak geografis, fasilitas dan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten. 2. Wawancara Teknik wawancara adalah cara pengumpulan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini penulis mewawancara dengan bapak kepala sekolah dan guru pengajar, metode interview ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum dan pelaksanaan proses belajar baca tulis Al Quran di TKQ dan TPQ Khusnayin Cirunten 3. Studi Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, dan tempat. Metode dokumentasi diperoleh dari staf pengajar dan TU yang dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh berbagai data atau informasi yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, berupa letak geografis, struktur pengurus, keadaan sekolah, buku harian, surat kabar, majalah, dan dokumentasi lainnya yang telah terjamin keakuratannya. Data -data tersebut tentunya yang relevansinya dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

25

Dalam penelitian ini sasaran atau objek penelitian dibatasi agar data-data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta dalam penelitian ini tidak dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian. Analisis data merupakan usaha untuk mengetahui tafsiran data yang terkumpul dari hasil penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisis. Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan cara diskriptif kualitatif. Kemudian dianalisis dengan teknik berpikir induktif yaitu berpikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik pada pengetahuan umum itu, apabila hendak menilai suatu kejadian yang khusus sedangkan data hasil wawancara dianalisis dengan cara berpikir deduktif yaitu metode berpikir dari fakta-fakta yang khusus kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum, selanjutnya diprosentasikan dengan rumus sebagai berikut: F P= N Keterangan : P F N = Angka Proses = Frekuensi yang dicari = Jumlah Objek Sampel X 100%