bab i-iii

67
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA: SEBUAH STUDI EMPIRIS Dosen Pembimbing: Ibrahim Fatwa Wijaya, SE., M.Sc Disusun Oleh: Aan Sulistyo 08.010007 STIE SWASTAMANDIRI SURAKARTA 2012 0

Upload: asna

Post on 26-Jul-2015

141 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-III

PENERAPAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA:

SEBUAH STUDI EMPIRIS

Dosen Pembimbing:

Ibrahim Fatwa Wijaya, SE., M.Sc

Disusun Oleh:

Aan Sulistyo

08.010007

STIE SWASTAMANDIRI SURAKARTA

2012

0

Page 2: BAB I-III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang menduduki peringkat atas

dalam hal pelanggaran dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Menurut survey

Corruption Perception Index (CPI) 2011, Indonesia berada pada peringkat atas dalam

pelanggaran tipikor (tindak pidana korupsi) dimana indeks persepsi korupsi indonesia

berada pada 2,8 yang artinya termasuk Negara terkorup. CPI memiliki indeks dengan

rentang 0-10, angka 10 menunjukkan Negara bebas korupsi (Republika, 2012). Hal ini

tidak lepas dari regulasi pemerintah yang mudah diakali dan mudah untuk dibeli. Bahkan

banyak mafia hukum yang leluasa membebaskan para pelaku tipikor. Dengan demikian,

akuntabilitas, transparansi, dan profesionalitas dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintah bisa dikatakan masih sangat minim. Lebih parah lagi tipikor tidak hanya

terjadi di kalangan pejabat teras, tapi sampai pada perangkat pemerintahan tingkat

bawah (provinsi, dan kabupaten/ kota) pun juga tidak lepas dari pelanggaran ini.

Banyaknya kasus skandal suap, korupsi dan penggelapan uang rakyat yang

terjadi di Indonesia menunjukkan gagalnya implementasi demokrasi di Indonesia,

dimana seharusnya rakyat memiliki kekuasaan tertinggi, namun malah rakyat yang

paling banyak dibohongi oleh wakil-wakil mereka.

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),

muncullah inovasi-inovasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Penerapan TIK dalam

dunia pemerintahan telah banyak dipraktikkan oleh Negara-negara maju, (West, 2005

dalam Nasi dan Frosini, 2010) menyatakan bahwa TIK bisa digunakan sebagai sarana

1

Page 3: BAB I-III

untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan masyarakat terhadap pelayanan

pemerintah, dan juga meningkatkan fungsionalitas sektor publik.

Dalam jangka panjang peningkatan kenyamanan masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan pemerintah ini bisa mempererat hubungan antara masyarakat

dan pemerintah, dengan demikian kepercayaan (trust) masyarakat terhadap kinerja dan

kebijakan pemerintah, juga akan mengalami peningkatan (West, 2005 dalam Nasi dan

Frosini, 2010). Hal serupa juga diungkapkan oleh (La Porte et al., 2002; and Demchak et

al., 2000 dalam Pina et al., 2010) dimana saat ini pemerintahan di seluruh dunia

mengklaim bahwa TIK adalah sarana jitu untuk meningkatkan keterikatan (engagement)

warga Negara dalam pembuatan keputusan, dan sebagai sarana untuk meningkatkan

kepercayaan warga Negara terhadap pemerintah.

Penerapan TIK dalam praktek pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk e-

government (tehnologi berbasis web) berupa situs pemerintahan menurut (OECD,

1997), merupakan cara untuk meningkatkan kontrol dan transparansi serta untuk

menghubungkan masyarakat, organisasi, kelompok dan ilmu pengetahuan. Sehingga

diharapkan bisa memberikan kotribusi dalam mewujudkan keterbukaan, transparansi

dan akuntabilitas administrasi public dan meningkatkan ketertarikan dan keterlibatan

masyarakat dalam politik dan membawa mereka lebih dekat dengan pemerintah.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang penerapan e-

government di Indonesia. Penulis berharap penelitian ini bisa memberikan kontribusi

dalam memperbaiki pelaksanaan tata kelola pemerintahan di Indonesia, ke arah

keterbukaan, transparansi, akuntabilitas dan profesionalitas sehingga bisa meminimalisir

jumlah pelanggaran tindak pidana korupsi (tipikor).

2

Page 4: BAB I-III

B. Rumusan Masalah

Beberapa pertanyaan yang akan dicoba dijawab dalam penelitian ini yaitu:

1. Sejauh manakah perkembangan penerapan e-government di Indonesia?

2. Item apa sajakah yang sudah ditampilkan website pemkab/ pemkot di

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan penerapan e-government di

Indonesia bila ditinjau dari lima tahap penerapan e-government berdasarkan

penelitian Hiller dan Belanger (2001).

2. Untuk mengetahui item-item yang sudah ditampilkan dalam website

pemkab/pemkot di Indonesia, berdasarkan tabel 1 dan 2 pada penelitian Pina

et al., (2010).

D. Batasan

Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer dari wawancara maupun kuisioner tidak bisa didapatkan karena

keterbatasan waktu dan biaya.

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel website pemkot/pemkab di

Indonesia sehingga tidak bisa digeneralisasi dengan Negara lain.

3. Keterbatasan informasi dari website pemkab/pemkot, karena hanya informasi

online saat ini saja yang bisa dilihat, adapun kondisi website beberapa tahun

sebelumnya tidak bisa diketahui.

3

Page 5: BAB I-III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. New Public Management (NPM)

a. Teori NPM

Konsep New Public Management (NPM) adalah paradigma baru dalam

pengelolaan (manajemen) sektor publik, paradigma ini pertamakali dikenalkan oleh

Hood (1991). NPM mengusung paradigma yang menjadikan kinerja pemerintah lebih

efektif dan efisien dengan memusatkan perhatian pada output pemerintah yaitu

kepuasan pengguna (masyarakat), sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan

lebih mengedepankan profesionalisme, memangkas birokrasi yang terlalu panjang, dan

mengedepankan persaingan sehat di sektor publik, adanya pembagian unit-unit kerja

dan penerapan disiplin dan penghematan sumberdaya untuk mendapatkan kepercayaan

dan kepuasan masyarakat (Hood, 1991 dan Hood, 1995).

Hood (1991), menyatakan bahwa dalam NPM ini terdapat tujuh karakter yaitu:

1. Hands – On professional management, yaitu manajemen pemerintahan

diserahkan kepada manajer profesional yang akuntabel.

2. Explicit standards and measures of performance, yaitu adanya standar dan

ukuran kinerja yang jelas.

3. Greater emphasis on output controls, yaitu adanya penekanan kuat pada

pengendalian output (luaran). Ini berarti lebih fokus pada hasil daripada

prosedur yang berbelit-belit.

4. Shift to disaggregation of units in the public sector, yaitu adanya pembagian

tugas pada unit-unit sektor publik.

4

Page 6: BAB I-III

5. Shift to greater competition in public sector, yaitu digalakkannya persaingan

dalam jajaran sektor publik.

6. Stress on private sector styles of management practice, yaitu adanya

penekanan pada penerapan gaya manajemen sektor swasta.

7. Stress on greater discipline and parsimony in resource use, yaitu adanya

penekanan pada disiplin tinggi dan menghindari pemborosan dalam

menggunakan sumber daya (resource). Sektor publik perlu menerapkan

prinsip bekerja lebih keras dengan sumber daya yang sedikit dan terbatas.

Yamamoto (2003), menyatakan bahwa NPM ini biasanya dilawankan dengan

OPM (Old Public Management), yang menggambarkan reformasi sektor publik di UK dan

New Zealand. Konsep NPM menekankan pengendalian pada output dari kebijakan

pemerintah dan adanya desentralisasi otoritas manajemen, pemecahan birokrasi dan

pengenalan mekanisme pasar, serta pelayanan yang berorientasi pelanggan

(masyarakat). Namun dari beberapa konsep tersebut hanya dua hal yang diterapkan di

Jepang yaitu evaluasi kebijakan dan pembentukan agen-agen pemerintah sebagai wujud

desentralisasi.

Namun konsep NPM yang menjanjikan efisiensi dan efektifitas, pengendalian

output, dan desentralisasi ini telah jatuh dan bahkan mengalami kemunduran, ketika era

digital telah merambah ke ranah pemerintah. NPM di Negara-negara maju telah

ditinggalkan karena NPM meningkatkan kompleksitas kelembagaan dan kebijakan, serta

tidak mampu menyelesaikan problem sosial yang dihadapi oleh Negara. Masalah yang

dihadapi oleh Negara pada era digital seperti masalah kepercayaan (trust) terhadap

kinerja pemerintahan tidak bisa diselesaikan oleh NPM di Negara-negara maju (Dunleavy

et al., 2005).

5

Page 7: BAB I-III

b. Penerapan NPM

Penerapan NPM juga mencapai Negara berkembang seperti Indonesia, Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah salah satu contoh lembaga pemerintah yang telah

menerapkan beberapa prinsip NPM, seperti manajemen profesional dengan pembagian

tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, pengendalian output dengan

performance budgeting, pemecahan unit kerja dengan adanya unit kerja eselon 1,

persaingan sektor publik dengan adanya tender kompetitif dan mekanisme kontrak yang

diatur dalam keppres 80 tahun 2003, disiplin pegawai dengan adanya absensi finger

print (Anindita, 2009).

Penerapan NPM di Indonesia mengalami kendala terutama di tingkat

Kabupaten, karena birokrasi yang bersifat top-down masih mengakar kuat dalam jajaran

pemerintah di tingkat kabupaten, selain itu DPRD kabupaten masih belum mampu

merumuskan standar kualitas dan produk setiap instansi (Samudra, 2002).

Dengan demikian diperlukan adanya sistem yang mampu menjaga

transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah, namun tidak

mengabaikan kepuasan dan kepercayaan (trust) masyarakat terhadap pemerintahnya.

B. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau biasa disebut Information and

Communication Technologies (ICT) merupakan istilah umum yang terdiri dari dua bentuk

teknologi yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi informasi

meliputi penggunaan teknologi sebagai alat bantu, pemrosesan, manipulasi dan

pengolahaan informasi. Sedangkan Teknologi Komunikasi penggunaan alat bantu untuk

memproses dan memindahkan data antar perangkat (Kemdiknas).

Deeson (1991) mendefinisikan ICT sebagai penanganan informasi dengan

media elektronik. Penanganan di sini meliputi, proses, transfer, penyimpanan dan akses

6

Page 8: BAB I-III

terhadap informasi yang bisa memberikan manfaat (keuntungan) individu maupun

masyarakat pada umumnya.

Dari uraian di atas TIK dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang

meliputi pemrosesan, manipulasi, dan pemindahan (transfer) informasi antar media

untuk memberikan kemudahan dan manfaat pada individu dan masyarakat secara

umum. Perkembangan pesat TIK tersebut merambah semua sektor kehidupan, baik

sosial, ekonomi maupun politik, budaya dan bahkan pemerintahan. Pemerintah dewasa

ini kian gencar memanfaatkan kemajuan TIK sebagai sarana penyampaian informasi, dan

juga pelayanan kepada masyarakatnya.

C. Electronic Commerce (e-Commerce)

Isu e-government berkaitan erat dengan e-commerce. Dua kata ini memiliki

keterkaitan tersendiri. Menurut McLeod dan Schell (2007) e-commerce adalah segala

bentuk transaksi bisnis (baik dengan pihak internal maupun eksternal) yang

menggunakan akses jaringan (internet), system berbasis komputer dan antarmuka web

browser. Sehingga apabila pemerintah mengadopsi model e-commerce ke dalam aplikasi

e-govenrment, maka akan didapati beberapa keuntungan diantaranya yaitu

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, sebelum, selama dan sesudah

ditetukannya suatu kebijakan pemerintah; meningkatkan hubungan antara pemerintah

dengan konstituennya, meningkatkan efisiensi dan efiktifitas anggaran pemerintah

(McLeod dan Schell, 2007).

Sesuai dengan pernyataan yang tercantum di (American Society for Quality,

2008) perkembangan pesat e-commerce dan evolusi yang diproyeksikan dalam waktu

dekat telah mendorong warga Negara untuk mendapatkan pelayanan yang disesuaikan

dengan kebutuhan mereka. Pada sektor swasta pelanggan mendapatkan tingkat

kepuasan tinggi dari vendor yang menerapkan e-commerce. Sehingga warga Negara

7

Page 9: BAB I-III

yang merupakan pengguna e-commerce mulai menuntut respon dan pelayanan yang

sepadan dari pemerintah sebagaimana yang mereka dapatkan dari sektor swasta

(Horner, 1999 dan Edmistion, 2003). Sehingga pemerintah dituntut untuk dapat

berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada warga Negara, agar kepuasan mereka

terhadap pelayanan publik dapat terjaga yang akhirnya kepercayaan warga Negara

kepada pemerintah juga dapat terpelihara.

Penerapan dan pengembangan e-government di Indonesia sesuai dengan

Inpres no. 3 tahun (2003) menuntut adanya perubahan paradigma dalam menjalankan

pemerintahan. Dimana dengan penerapan e-government aspek orientasi birokratis akan

diubah dari efisiensi biaya produksi menjadi fleksibel dengan pengawasan dan

pemantauan kepuasan pengguna (warga Negara), aspek proses organisasi birokratis

yang semula memiliki paradigma rasionalisasi peran, pembagian tugas dan kewenangan

dengan hierarki vertical diubah menjadi hierarki horizontal, jaringan organisasi dan tukar

informasi, aspek cara penyampaian pelayanan birokratis yang semula melalui dokumen

dan interaksi antar personal diubah menjadi pertukaran data elektronik dan interaksi

non face to-face.

Paradigma birokratis yang terkesan lamban dalam pelayanan, prosedur yang

berbelit tanpa kepastian, dan rentan korupsi, akan diganti dengan paradigma e-

government yang mengedepankan transparansi, fleksibilitas dan akuntabilitas dengan

tujuan akhir adalah kepuasan pengguna pelayanan publik (warga Negara), dan

terwujudnya tata pemerintahan yang baik (Wiranarada, 2012).

Penerapan e-government oleh Negara maju seperti Amerika, menghadapi

kendala dalam hal Privasi dan keamanan data (Hiller dan Belanger, 2001). Hal ini wajar

karena semua data menjadi mudah untuk diakses oleh semua orang melalui internet,

dan banyaknya cyber crime yang mampu meretas data apapun di internet. Sehingga

8

Page 10: BAB I-III

pemerintah harus menjamin privasi dan keamanan data agar kerahasiaan data personal

warga Negara dan pemerintah dapat terjaga. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah demi suksesnya program e-government

ini.

D. Definisi Electronic Government (e-Government)

Penggunaan TIK dalam ranah pemerintahan inilah yang sekarang dikenal

dengan istilah Electronic Government atau biasa disebut e-government. Berdasarkan

Instruksi Presiden (Inpres) nomor 3 tahun 2003 e-government adalah pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan. Dalam Inpres no. 3

tahun 2003 ini juga disebutkan bahwa penerapan e-government akan meningkatkan

efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Selain itu penerapan pengembangan e-government ini dapat mewujudkan

terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) dan peningkatan

pelayanan publik secara efektif dan efisien.

Pemerintah Federal Amerika mendefinisikan e-government sebagai

penyampaian informasi dan pelayanan pemerintah secara online melalui internet dan

sarana digital yang lain (Indrajit, 2002). Sedangkan menurut (UN/ASPA, 2002) e-

government adalah penggunaan internet untuk menyampaikan informasi dan pelayanan

pemerintah kepada warga Negara. Secara singkatnya definisi e-government adalah

“Bring the government services to the web” (Wiranarada, 2012).

Sedangkan menurut Gartner Group (2000), e-government didefinisikan

sebagai optimasi terus menerus dari pelayanan publik, partisipasi konstituen, dan

pemerintahan dengan mengubah hubungan internal dan eksternal melalui teknologi,

Internet, dan media baru.

9

Page 11: BAB I-III

E. Model Kegiatan E-government

Menurut Nasi dan Frosini (2010), E-government ini memiliki batas model dan

kegiatan dalam penerapannya yaitu:

Government-to-citizen (G2C) : Yaitu pemerintah-ke-warga Negara.

Dalam model ini informasi pelayanan pemerintah non komersial,

ditayangkan ke publik melalui portal web seperti situs pemerintah

kabupaten. Sehingga informasi dan pelayanan publik bisa diakses oleh

semua warga tanpa batasan waktu dan tempat.

Government-to-business (G2B) : yaitu pemerintah-ke-pelaku bisnis.

Model ini menampilkan informasi online yang merupakan interaksi

antara pemerintah dengan pusat bisnis komersial dan sektor swasta

milik individu. Sebagai contoh http://www.dti.gov.uk adalah situs

pemerintah untuk perusahaan yang memuat informasi dan saran

mengenai praktek terbaik e-bisnis yang tidak melanggar hukum dan

hak-hak publik.

Government-to-government (G2G) : yaitu interaksi antara pemerintah

dengan pemerintah, departemen, dan wewenang pemerintah serta

organisasi lainnya. Digunakan untuk berkoordinasi antar instansi

pemerintah.

Government-to-employees (G2E) : yaitu interaksi antara pemerintah

dengan karyawan (pegawai pemerintah) dalam menyediakan informasi

dan pelayanan untuk pemberdayaan karyawan agar dapat melayani

publik dengan lebih baik, cepat dan mampu memberikan kepuasan

kepada warga masyarakat.

10

Page 12: BAB I-III

F. Tahapan E-Government

Gartner Research (2000); UN/ ASPA (2001); Layne dan Lee (2001); World Bank

(2002); dan IBM Business Consulting Services (2003); Deloitte Research 2000; Watson

(2001); Finger dan Pecoud (2003); Marchionini et al., (2003); Clark (2003); Tan & Pan

(2003); West (2004); Shackleton et al., (2004); Ke dan Wei (2004); Vriens et al., (2004),

menyatakan bahwa penerapan e-government memiliki empat tahap berikut ini:

a. Tahap Akses (Informasi), pemerintah menyediakan informasi yang dapat

diakses namun belum ada komunikasi dua arah.

b. Tahap Interaksi, komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat

telah terjalin melalui e-mail, atau formulir yang bisa didownload.

c. Tahap Transaksi, pemerintah dan masyarakat bisa bertransaksi secara

langsung melalui portal e-government, seperti pemilu online, mengisi

formulir dan membayar pajak online, memperpanjang SIM, membuat akte

kelahiran, membuat surat nikah, dan membuat paspor.

d. Tahap Integrasi, tahap tertinggi dalam penerapan e-government dimana

semua jasa pelayanan dari berbagai lembaga pemerintah telah terpadu dan

bisa diakses dari satu portal e-government.

Namun menurut Hiller dan Belanger (2001) penerapan e-government terdiri

dari lima tahap sebagai berikut:

1. Information (Billboard Stage), diseminasi (penyebaran) informasi adalah

bentuk paling dasar dari e-government, dimana pemerintah hanya

menampilkan informasi di website untuk para konstituen. Sebagai contoh

adalah website informasi dari White House (http://www.whitehouse.gov/)

dan Departemen Transportasi Amerika (http://www.dot.gov/).

11

Page 13: BAB I-III

2. Two Way Communication, pada tahap ini, website pemerintah mengijinkan

para konstituen untuk berkomunikasi dengan pemerintah dan membuat

permohonan dan perubahan sederhana melalui email atau form komentar.

Contoh dari situs jenis ini adalah (http://www.ssa.gov).

3. Transaction, pada tahap ini, pemerintah memiliki website yang tersedia

untuk transaksi sebenarnya dengan para konstituen. Individu berinteraksi

dengan pemerintah dan melakukan transaksi sepenuhnya online, dengan

berbasis web self-services. Contohnya termasuk perpanjangan ijin,

pembayaran denda dan pendaftaran bantuan finansial seperti

(http://www.irs.ustreas.gov/elec_svs/efile-ind.html).

4. Integration, pada tahap integrasi, semua layanan pemerintah sudah

terpadu. Contohnya yaitu dua portal integrasi e-government termasuk

Victoria yang merupakan Negara Bagian Australia (maxi) dan eCitizen

Centre milik Singapura, dan juga (http://firstgov.gov/).

5. Participation, Pada tahap ini sudah ada website pemerintah yang

menyediakan voting secara online, registrasi online, atau posting komentar

online dan pengisian formulir pembayaran pajak online. Sebagai contoh

yaitu (http://www.electioncenter.org/voting/voting_report.htm). Pemilu

(voting) online akan membutuhkan teknologi untuk menjamin privasi

setiap pemilih ketika penghitungan dan proses validasi keaslian identitas.

G. Kerangka Pengembangan dan Road Map e-Government Indonesia

Melalui Inpres no. 3 tahun 2003 presiden telah menginstruksikan agar seluruh

pemerintah kota, kabupaten dan provinsi menerapkan e-government. Pemerintah dalam

hal ini memberikan pedoman, kerangka dan roadmap untuk pengembangan e-12

Page 14: BAB I-III

government di Indonesia. Tujuan dari pemberian kerangka dan roadmap e-government

ini adalah untuk menjamin keterpaduan system pengelolaan dan pengolahan dokumen

dan informasi elektronik, untuk mengembangkan pelayanan publik yang transparan.

Berikut ini adalah gambar kerangka pengembangan e-government di Indonesia

berdasarkan Inpres No. 3 tahun 2003:

Kerangka arsitektur e-government di atas memiliki empat lapis struktur yaitu:

1. Akses, maksudnya adalah jaringan internet, jaringan telekomunikasi dan

media komunikasi lainnya yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk

mengakses website e-government (portal pelayanan publik).

2. Portal Pelayanan Publik, yaitu website pemerintah yang mengelola dan

mengolah data pelayanan publik dari instansi-instansi terkait, seperti

pendidikan, kesehatan, perpajakan dan lain-lain secara terintegrasi.

13

Sumber: Diambil dari Instruksi Presiden no. 3. (2003). “KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT,” Basis Data Peraturan dan Perundang-Undangan, Januari 2006, hal. 11.

Page 15: BAB I-III

3. Organisasi Pengelolaan dan pengolahan informasi, yaitu organisasi

pendukung (back office) yang menyediakan, mengelola dan mengolah

transaksi data elektronik dari warga Negara.

4. Infrastruktur, yaitu semua sarana prasarana baik perangkat keras (hardware)

maupun perangkat lunak (software), yang mampu mendukung

pengelolaan,pengolahan dan transfer informasi antar backoffice antar portal

pelayanan publik dengan back office dengan jaringan internet yang

terpercaya aman, cepat dan handal.

Penerapan e-government di Indonesia berdasarkan Inpres no. 3 tahun 2003

juga memiliki rencana yang berbentuk roadmap seperti gambar di atas. Seperti yang

tampak pada gambar di atas, roadmap e-government memiliki lima fase:

1. Fase 1 Preparation, yaitu penerangan arti penting dari e-government kepada

seluruh jajaran pemerintah di Indonesia, dilanjutkan dengan pembangunan

kesadaran akan pentingnya e-government, kemudian diikuti dengan

14

Sumber: Diambil dari Harijadi, A. D., & Satriya, E. (2000). “Indonesia ’ S Road Map To E-Government : Opportunities and Challenges,” Government of Indonesia, 2-5 Juli 2000, hal. 6.

Page 16: BAB I-III

pembentukan cyber laws undang-undang yang melindungi data warga

Negara dan informasi penting pemerintah yang tersedia di system e-

government Indonesia.

2. Fase 2 Presence, yaitu kesiapan portal website e-government untuk bisa

diakses semua warga Negara, berikut dengan dukungan dari stakeholder

dan juga pengembangan secara berkesinambungan terhadap portal e-

government saat ini pemerintah Indonesia telah memasuki fase ini (Harijadi

dan Satriya, 2000).

3. Fase 3 Action, yaitu infrastruktur ICT (TIK) dibangun dan dikembangkan,

standard pelayanan e-government dibentuk, penerapan e-leadership yaitu

badan e-government tingkat tinggi yang memfasilitasi dan mengkoordinasi

aktivitas e-government pada semua jajaran pemerintah (Harijadi dan Satriya,

2000).

4. Fase 4 Participation, adanya partisipasi antara pemerintah dengan warga

Negara (G2C), antara Negara dan Pelaku bisnis (G2B), dan adanya kemitraan

antar pemerintah (G2G), melalui portal e-government. Selain itu juga

transaksi bisnis bisa dilaksanakan melalui e-government. Pada fase ini pula

aktifitas e-government dikoordinasi.

5. Fase 5 Transformation, pada fase ini kinerja pemerintah telah bisa dinilai

melalui e-government, hal ini tercermin dari akuntabilitas yang bisa diukur

dengan data yang terhimpun melalui e-government. Pada fase ini juga mulai

direview kebijakan terkait dengan pelaksanaan e-government.

Harijadi dan Satriya (2000), menyatakan bahwa Indonesia berada pada Fase 2

dari roadmap e-government di atas. Untuk mewujudkan keberhasilan dalam 15

Page 17: BAB I-III

mengembangkan e-government di Indonesia, pemerintah fokus pada lima langkah

penting berikut ini:

1. Menciptakan e-leadership, yaitu meresmikan badan e-government tingkat

tinggi untuk memfasilitasi dan mengkoordinir aktifitas e-government pada

setiap jajaran pemerintahan.

2. Mengondisikan lingkungan, yaitu mengembangkan Dewan Legislatif e-

government yang sesuai dan Undang-undang Cyber (Cyber Laws).

3. Membangun Infrastruktur ICT, memperluas penggunaan dan alokasi efisien

kapasitas ICT yang ada dan mengembangkan Infrastruktur kunci ICT yang

akan memiliki efek cross cut di seluruh pemerintahan.

4. Proyek Percontohan, mengembangkan daftar prioritas proyek percontohan

dan garis besar strategi implementasi bertahap.

Mengubah Manajemen dan BPR, memasukkan perubahan praktek manajemen

sebagai sebuah rencana integral dari penyebaran masing-masing program e-government

(Harijadi dan Satriya, 2000).

H. Trust

Trust (kepercayaan) masyarakat kepada kinerja pemerintah telah mengalami

penurunan lebih dari tiga dekade, (Tolbert dan Mossberger, 2006). Sehingga muncullah

ide untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat ini, yang salah satunya adalah

melalui penerapan e-government ini. Norris (2001) percaya bahwa penurunan

kepercayaan ini bisa diatasi dengan meningkatkan kererbukaan, transparansi dan

efisiensi dalam pelayanan jasa pemerintah kepada masyarakat. Lebih lanjut penelitian

Tolbert dan Mossberger (2006) dan World Bank (2007) menemukan bahwa dalam

16

Page 18: BAB I-III

mengatasi masalah trust ini pemerintah harus meningkatkan interaksi dengan

masyarakat melalui website e-government, hasil penelitian mereka juga menunjukkan

bahwa interaksi pemerintah pada tingkat lokal (kota/ kabupaten) melalui penyediaan

informasi dalam website e-government kepada masyarakat akan lebih meningkatkan

kepercayaan, karena pemerintah pada tingkat itu lebih mengetahui kebutuhan sehari-

hari masyarakatnya.

Hal serupa juga ditemukan sebelumnya oleh OECD (2003), bahwa e-

government mampu membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Karena dengan adanya ICT dalam penerapan e-government akan memungkinkan adanya

keterlibatan masyarakat dalam proses politik pemerintah, dan mendukung terciptanya

pemerintah yang terbuka akuntabel dan juga mampu membantu mencegah adanya

korupsi. Sebagaimana yang diungkap oleh Iqbal dan Seo (2008) dan Beinarovica (2007)

bahwa adanya e-government akan mampu menanggulangi korupsi, karena melalui e-

government masyarakat akan berhubungan langsung dengan pemerintah tanpa ada

oknum perantara (middle man) yang terkadang menyebabkan suap terjadi, pemerintah

lebih transparan karena informasi tentang pemerintah tersedia selama 24 jam setiap

harinya, dan masyarakat bisa komplain apabila ada praktek korupsi secara langsung

melalui website. Selain itu masyarakat akan mendapatkan perlakuan yang sama dari

pemerintah karena tanpa harus ada tatap muka langsung dengan pejabat pemerintah.

Selain itu dengan e-government juga masyarakat bisa berpartisipasi dalam pembuatan

kebijakan pemerintah.

Avgerou et al., (2006) menemukan bahwa dalam meningkatkan trust

(kepercayaan) masyarakat terhadap kinerja pemerintah, pemerintah harus membangun

infrastruktur ICT termasuk kemudahan akses internet, mensosialisasikan dan

mengadakan penyuluhan tentang manfaat dan pentingnya ICT dalam penerapan e-

17

Page 19: BAB I-III

government, menyediakan tenaga IT profesional serta menetapkan kebijakan ICT, agar

masyarakat percaya bahwa keamanan dan privasi mereka tetap terjaga selama

mengakses dan mendapatkan pelayanan dari pemerintah melalui portal e-governmnent.

I. Penelitian Terdahulu

Hiller dan Belanger (2001), menyebutkan dalam penelitiannya bahwa praktek

e-government tidaklah lepas dari pengumpulan data pribadi dari setiap warga Negara.

Kemajuan teknologi informasi yang diwujudkan dengan adanya internet, menjadikan

pengumpulan informasi yang bersifat pribadi dari setiap warga Negara menjadi sangat

mudah dan sangat cepat. Hal ini menjadi sebuah keuntungan dan kerugian sekaligus. Di

satu sisi pemerintah akan mendapatkan kemudahan dalam menentukan kebijakan

dengan partisipasi para warga, namun di sisi lain pemerintah juga harus memperhatikan

keamanan data pribadi warganya agar tidak merugikan warga. Isu tentang kemananan

data pribadi (isu privasi) ini harus benar-benar diperhatikan oleh negara, agar

kepercayaan masyarakat terhadap Negara bisa tetap terjaga.

Pemerintah harus belajar dari sektor swasta yang telah berhasil menerapkan

kebijakan privasi mereka sendiri untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data

personal para pelanggan. Penerapan e-government melalui website pemerintah

kabupaten/ kota, ini harus mengadopsi keberhasilan sektor swasta dalam teknologi e-

commerce nya. Sektor swasta telah mampu menjalin kerjasama dengan semua pihak

terkait bisnisnya melalui e-commerce ini. Selain itu kerahasiaan dan keamanan data

pelanggan juga terpeliraha dengan baik melalui adanya CPA/WebTrust, dan Truste. Dua

hal ini adalah bentuk segel online yang menyatakan bahwa data pelanggan yang

dikumpulkan ketika mereka bertransaksi melalui web (e-commerce), akan dijaga

kerahasiaannya dan tidak akan digunakan untuk tujuan yang merugikan pelanggan. Isu

18

Page 20: BAB I-III

masalah privasi data inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah, dalam

menerapkan e-government (Hiller dan Belanger, 2001).

Pina et al., (2010) menyatakan bahwa penerapan e-government dengan

mengaplikasikan ICT dalam praktek pemerintahan akan mampu meningkatkan

akuntabilitas, dan transparansi. Namun berdasarkan penelitian mereka, akuntabilitas

dan transparansi dalam praktek pemerintahan ini belum bisa dicapai dalam jangka

pendek. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa memang Negara-negara di Eropa

pada tahun 2006-2007 memiliki respon positif terhadap transformasi manajemen publik

ke arah e-government. Namun dalam kenyataanya rakyat belum mampu sepenuhnya

berpartisipasi terhadap pengambilan kebijakan oleh pemerintah, dikarenakan website

pemerintah lokal (kabupaten/ kota) baru sampai pada ketersediaan informasi, belum

ada partisipasi langsung oleh warga Negara.

Akuntabilitas Keuangan dan Transparansi merupakan dua isu penting dalam

praktek e-government ini. Adanya kemajuan ICT dan juga Internet dituntut untuk

mampu mewujudkan dua hal di atas dalam praktek pemerintahan yang selama ini belum

bisa tercapai. Akuntabilitas Keuangan dalam e-government yang dimaksud adalah

menjadikan setiap warga Negara selalu bisa mendapatkan informasi mengenai

penggunaan uang mereka dalam pemerintahan, keterjangkauan penyampaian

pelayanan pemerintah, efektifitas dan efisiensi dari tindakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah dalam mewujudkan penyampaian pelayanan kepada warga Negara dan juga

nilai audit keuangan. Apabila warga Negara mengetahui penggunaan uang mereka,

maka kepercayaan mereka terhadap pemerintah juga akan meningkat (Pina et al., 2010).

Transparansi dalam website berarti pemerintah menampilkan informasi

tentang kinerja internal, proses dan prosedur pengambilan keputusan dalam website

pemerintah. Penggunaan internet di sini adalah untuk menjadikan agenda politik

19

Page 21: BAB I-III

pemerintah lebih dekat kepada warga Negara, dan untuk mengimplementasikan

kebijakan bebas bias dalam penyebaran informasi. Dalam penelitian Pina et al., (2010)

ini mereka menggunakan dua tabel yang mengukur akuntabilitas keuangan dan

transparansi website pemerintah lokal. Tabel yang pertama mengukur akuntabilitas

keuangan dari sisi informasi (pengungkapan) keuangan oleh pemerintah yang

ditampilkan di website, sedangkan tabel yang kedua mengukur transparansi website

dengan melihat item-item yang ditampilkan dalam website pemerintah lokal yang

berkaitan dengan interaktifitas, transparansi, penggunaan, dan tingkat kemajuan situs

pemerintah lokal.

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Kudo, 2010) di Jepang, juga menyebutkan

hal yang sama dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Hiller dan Belanger, 2001). Yaitu

berkaitan dengan masalah Kebijakan Privasi dan Perlindungan data warga Negara yang

terhimpun melalui e-government. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kudo, reformasi

pemerintahan termasuk di dalamnya kebijakan e-government dilatarbelakangi oleh

berbagai hal yang bervariasi dalam konteks dan waktu. Kadang disebabkan kekurangan

sumberdaya finansial, kadang disebabkan permintaan warga Negara, perubahan kondisi

politik, atau karena adanya tindak pidana korupsi dan skandal.

Kudo, (2010) mengemukakan bahwa dalam reformasi manajemen sektor

publik pemerintahan agar dapat dicapai akuntabilitas, transparansi, efisiensi dan

pelayanan yang cepat, baik dan memuaskan kepada warga Negara, serta untuk

pencegahan tindak pidana korupsi, perlu adanya penggunaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) dalam pemerintahan.

Penerapan e-government yang telah mengalami kesuksesan mampu

meminimalisir resiko pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan meningkatkan efisiensi

biaya dalam manajemen. Kesuksesan ini seperti yang dikemukakan oleh Kinder, (2010),

20

Page 22: BAB I-III

yaitu ISCJIS (Integration of Scottish Criminal Justice Information Systems). Sistem ini

mampu meminimalkan resiko dalam penanganan tindak kriminalitas di Skotlandia.

Selain itu ISCJIS juga mampu meningkatkan efisensi biaya dalam penanganan tindak

kriminalitas di Negara tersebut. Kinder, (2010) menyatakan bahwa integrasi sistem ini

mampu menghubungkan beberapa agen pemerintah yang rawan terhadap tindak

kriminalitas. Adanya system ini membuat akses data lebih cepat dan penanganan tindak

kriminalitas segera bisa dilaksanakan.

Namun berbeda dengan yang diungkapkan dalam penelitian Coursey dan

Norris, (2008), di Amerika dengan jangka waktu dua tahun. Mereka menemukan hal

yang justru sangat berkebalikan dengan model e-government yang selama ini diterapkan

di Negara-negara maju. Coursey dan Norris menemukan bahwa pemerintah lokal yang

telah menerapkan e-government tidak mengalami perkembangan sebagaimana yang

diharapkan dalam model e-government. Sehingga adanya portal (website) e-government

pun tidak mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, karena website tidak

diakses oleh para warga Negara. Sehingga data yang terhimpun dari warga Negara

sangat minim. Ini merupakan bukti bahwa dalam menerapkan e-government juga harus

mempertimbangkan aspek kebutuhan warga Negara, item apa yang benar-benar

dibutuhkan oleh warga Negara untuk ditampilkan di website e-government. Sehingga e-

government benar-benar berfungsi efektif dalam melayani warga Negara dan mampu

meningkatkan kepercayaan warga Negara terhadap pemerintah.

Penelitian (Coursey dan Norris, 2008) mungkin hanyalah sebagian kecil dari

awal penerapan e-government yang belum menemui kesuksesan. Berbeda dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh (Hodges dan Grubnic, 2010), menemukan

sebagaimana temuan para peneliti terdahulu dalam kesuksesan penerapan e-

government. Penelitian yang dilakukan oleh mereka berdua mengambil sampel dari LGA

21

Page 23: BAB I-III

(Local Government Authorities) di UK yang saling berkolaborasi dengan system

terintegrasi dan melalui portal (website) e-government. Portal tersebut memungkinkan

seluruh warga dari LGA manapun untuk menyampaikan keluhan terkait pelayanan

pemerintah kepada masyarakat, sehingga permasalahan warga bisa segera ditanggapi

dan ditangani oleh pemerintah setempat.

Beberapa peneliti dari Negara-negara maju telah menemukan bahwa e-

government mampu meningkatkan kinerja manajemen pemerintah, meningkatkan

transparansi, dan akuntabilitas pemerintah. Namun di indonesia masih diadakan

penelitian berkelanjutan terhadap kesiapan pemerintah dalam menerapkan e-

government. Penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2011) menyebutkan, bahwa

walaupun indonesia menduduki peringkat rendah dunia dalam hal kesiapan penerapan

e-government, namun ekspektasi dari masyarakat pengguna internet sangat besar

terhadap diterapkannya e-government. Ini didukung dengan bukti bahwa lebih dari 93

persen responden (sekitar 45 juta masyarakat pengguna internet indonesia)

menghendaki penerapan e-government di Indonesia dan mereka telah siap apabila

pelayanan pemerintah dilakukan secara online melalui portal e-government.

22

Page 24: BAB I-III

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bukti empiris penerapan e-

government di Indonesia yang diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan

pemerintah dalam menetapkan kebijakan kedepan mengenai penerapan e-

government di Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran tentang sejauh mana perkembangan penerapan e-government di

Indonesia.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Negara Indonesia yang memiliki 33

provinsi dengan 398 pemerintah kota dan kabupaten. Adapun sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah semua situs pemerintah kabupaten dan kota

yang di pulau Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, dengan jumlah

total 237 pemerintah kabupaten dan kota.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah semua situs yang online dari

pemerintah kabupaten dan kota di pulau Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Maluku

dan Papua. Sehingga data yang diperoleh adalah data sekunder. Berikut adalah

daftar alamat situs sampel:

23

Page 25: BAB I-III

No Provinsi Nama Kabupaten/ Kota

Alamat Situs

1 NAD Kab. Aceh Selatan http://www.acehselatankab.go.id/ Kab. Aceh Tenggara - Kab. Aceh Timur http://www.acehtimurkab.go.id/ Kab. Aceh Tengah http://www.acehtengahkab.go.id/ Kab. Aceh Barat http://www.acehbaratkab.go.id/ Kab. Aceh Besar http://www.acehbesarkab.go.id/ Kab. Pidie http://www.pidiekab.go.id/ Kab. Aceh Utara http://www.acehutara.go.id/ Kab. Simeulue - Kab. Aceh Singkil http://acehsingkilkab.go.id/ Kab. Bireuen http://www.bireuenkab.go.id/ Kab. Aceh Barat Daya - Kab. Gayo Lues http://www.gayolueskab.go.id/ Kab. Aceh Jaya http://www.acehjayakab.go.id/ Kab. Nagan Raya http://www.naganrayakab.go.id/ Kab. Aceh Tamiang http://www.acehtamiangkab.go.id/ Kab. Bener Meriah http://www.benermeriahkab.go.id Kab. Pidie Jaya http://www.pidiejayakab.go.id/ Kota Banda Aceh http://www.bandaacehkab.go.id Kota Sabang http://sabangkota.go.id/ Kota Lhokseumawe http://www.lhokseumawekota.go.id/ Kota Langsa http://langsakota.go.id/ Kota Subulussalam http://www.kotasubulussalam.com/ Sumatera

UtaraKab. Tapanuli Tengah http://www.tapteng.go.id/v2/

Kab. Tapanuli Utara http://www.taputkab.go.id/ Kab. Nias http://niaskab.go.id Kab. Langkat http://www.langkatkab.go.id/ Kab. Karo http://www.karokab.go.id/i/

Kab. Deli Serdang http://deliserdangkab.go.id/v2/ Kab. Simalungun http://www.simalungunkab.go.id/home Kab. Asahan http://pemkab-asahan.go.id/a/ Kab. Labuhan Batu http://www.labuhanbatukab.go.id/ Kab. Labuhan Batu

Selatanhttp://www.labuhanbatuselatankab.go.id/

Kab. Labuhan Batu Utara

http://www.labuhanbatuutarakab.go.id/

Kab. Dairi http://dairikab.go.id/ Kab. Tapanuli Selatan http://www.tapanuliselatankab.go.id/ Kab. Nias Barat http://niasbaratkab.go.id/

Kab. Nias Utara http://www.niasutarakab.go.id/ Kab. Toba Samosir http://www.tobasamosirkab.go.id/ Kab. Mandailing http://www.madina.go.id/

24

Page 26: BAB I-III

Natal Kab. Nias Selatan http://niasselatankab.go.id/ Kab. Humbang

Hasundutanhttp://www.humbanghasundutankab.go.id/

Kab. Samosir http://www.samosirkab.go.id/ Kab. Serdang Bedagai http://www.serdangbedagaikab.go.id/

indonesia/ Kota Medan http://www.pemkomedan.go.id/ Kota Pematang

Siantarhttp://www.pematangsiantarkota.go.id/

Kota Sibolga http://www.sibolgakota.go.id/ Kota Tanjung Balai http://www.tanjungbalaikota.go.id/ Kota Tebing Tinggi http://pemko-tebingtinggi.com/ Kota Padang

Sidempuan-

Kota Gunung Sitoli - Sumatera

BaratKab. Pesisir Selatan http://www.pesisirselatan.go.id/

Kab. Solok http://www.solokkab.go.id/ Kab. Sw. Lunto/

Sijunjunghttp://www.sijunjung.go.id/

Kab. Tanah Datar http://www.tanahdatar.go.id/

Kab. Padang Pariaman

http://www.padangpariamankab.go.id/

Kab. Agam http://www.agamkab.go.id/ Kab. Lima Puluh Kota http://www.limapuluhkotakab.go.id/ Kab. Pasaman http://www.pasamankab.go.id/ Kab. Solok Selatan http://www.solselkab.go.id/ Kab. Pasaman Barat http://www.pasamanbaratkab.go.id/ Kota Padang http://www.padang.go.id/v2/index.php Kota Solok http://www.solokkota.go.id/ Kota Sawahlunto http://www.sawahlunto.go.id Kota Padang Panjang http://www.padangpanjangkota.go.id/ Kota Bukittinggi http://www.bukittinggikota.go.id/ Kota Payakumbuh http://www.payakumbuhkota.go.id/ Kota Pariaman http://pariamankota.go.id/ Riau Kab. Kampar http://www.kamparkab.go.id Kab. Indragiri Hulu http://www.inhu.go.id Kab. Bengkalis http://www.bengkalis.go.id Kab. Indragiri Hilir http://www.inhilkab.go.id Kab. Pelalawan http://www.pelalawankab.go.id/ Kab. Rokan Hulu http://www.rokanhulu.go.id Kab. Rokan Hilir http://www.rokanhilir.go.id Kab. Siak http://siakkab.go.id Kota Pekanbaru http://www.pekanbaru.go.id/depan/

25

Page 27: BAB I-III

Kab. Kuantan Singingi http://www.kuansing.go.id/ Kota Dumai http://www.dumaikota.go.id Jambi Kab. Kerinci http://www.kerincikab.go.id/ Kab. Maringin http://www.meranginkab.go.id/

index.html Kab. Sorolangun http://www.sarolangunkab.go.id/

pemkab/index.php?r=home Kab. Batang Hari http://www.kpde.batangharikab.go.id/ Kab. Muaro Jambi http://www.muarojambi.go.id/ Kab. Tanjung Jabung

Barathttp://tanjabbarkab.go.id/html/index.php

Kab. Tanjung Jabung Timur

http://www.tanjabtimkab.go.id/v2/

Kab. Bungo http://www.bungokab.go.id/ Kota Jambi http://kotajambi.go.id Kab. Tebo http://tebo.go.id Sumatera

SelatanKab. Ogan Komering Ulu

http://www.okukab.go.id/

Kab. Ogan Komering Ilir

http://go.kaboki.go.id/

Kab. Muara Enim http://www.muaraenimkab.go.id/ Kab. Lahat http://www.lahatkab.go.id/lahat/ Kab. Musi Rawas http://www.musi-rawas.go.id/

musirawas/ Kab. Musi Banyuasin http://www.muba.go.id/ Kab. Oku Timur http://www.okutimurkab.go.id/ Kab. Oku Selatan http://www.okuselatankab.go.id/ Kab. Ogan Ilir http://www.oganilirkab.go.id/ Kab. Empat Lawang http://www.empatlawangkab.go.id/ Kota Palembang http://www.palembang.go.id/ kota Pagar Alam http://www.pagaralam.go.id/v1/ Kota Lubuk Linggau http://www.lubuklinggau.go.id/ Kota Prabumulih http://www.kotaprabumulih.go.id/ Bengkulu Kab. Bengkulu

Selatanhttp://bengkuluselatankab.go.id/

Kab. Bengkulu Tengah

http://www.bengkulutengahkab.go.id/

Kab. Rejang Lebong http://www.rejanglebongkab.go.id/ Kab. Bengkulu Utara http://www.bengkuluutarakab.go.id Kab. Kaur http://www.kaurkab.go.id Kab. Seluma - Kab. Muko Muko http://www.mukomukokab.go.id/ Kab. Lebong http://www.lebongkab.go.id/ Kab. Kepahiang http://www.kotakepahiang.com/ Kota Bengkulu http://www.bengkulukota.go.id/v2/ Lampung Kab. Lampung

Selatanhttp://www.lampungselatankab.go.id/

26

Page 28: BAB I-III

Kab. Lampung Tengah

http://lampungtengahkab.go.id/

Kab. Lampung Utara http://www.lampungutara.go.id/ Kab. Lampung Barat http://www.lampungbarat.go.id/ Kab. Tulang Bawang http://tulangbawangkab.go.id/ Kab. Tanggamus http://www.tanggamus.go.id/ Kab. Lampung Timur http://www.lampungtimurkab.go.id/ Kab. Way Kanan http://waykanankab.go.id/ Kab. Pesawaran http://www.pesawarankab.go.id/ Kab. Mesuji http://mesujikab.go.id Kab. Pringsewu - Kab. Tulang Bawang

Barathttp://tulangbawangbaratkab.go.id/

Kota Bandar Lampung

http://bandarlampungkota.go.id

Kota Metro http://www.metrokota.go.id/ Kep.

Bangka Belitung

Kab. Bangka http://www.bangka.go.id/

Kab. Belitung http://www.belitungkab.go.id/ Kab. Bangka Selatan http://bangkaselatankab.go.id/basel/ Kab. Bangka Tengah http://www.bangkatengahkab.go.id Kab. Bangka Barat http://www.bangkabaratkab.go.id/ Kab. Bangka Belitung - Kota Pangkal Pinang http://www.pangkalpinangkota.go.id/ Kep. Riau Kab. Bintan http://bintankab.go.id Kab. Karimun http://www.kab-karimun.go.id/ Kab. Natuna http://www.natunakab.go.id/ Kab. Lingga http://linggakab.go.id/home/ Kab. Kepulauan

Anambashttp://www.anambaskab.go.id/home.php

Kota Batam http://batamkota.go.id/ Kota Tanjung Pinang http://tanjungpinangkota.go.id/2 Bali Kab. Jembrana http://jembranakab.go.id/ Kab. Tabanan http://tabanankab.go.id/ Kab. Badung http://badungkab.go.id/ Kab. Gianyar http://www.gianyarkab.go.id/ Kab. Klungkung http://klungkungkab.go.id/ Kab. Bangli http://banglikab.go.id/ Kab. Karangasem http://karangasemkab.go.id/ Kab. Buleleng http://bulelengkab.go.id/v1/ Kota Denpasar http://denpasarkota.go.id/3 NTB Kab. Lombok Barat http://lombokbaratkab.go.id/ Kab. Lombok Tengah http://lomboktengahkab.go.id/ Kab. Lombok Timur http://lomboktimurkab.go.id/ Kab. Lombok Utara http://www.lombokutarakab.go.id/

27

Page 29: BAB I-III

Kab. Sumbawa http://sumbawakab.go.id/ Kab. Dompu http://dompukab.go.id/

Kab. Bima http://bimakab.go.id/ Kab. Sumbawa Barat http://www.sumbawabaratkab.go.id/

ksbfitrah/ Kota Mataram http://mataramkota.go.id/home Kota Bima http://bimakota.go.id NTT Kab. Kupang http://www.kab-kupang.go.id/ Kab. Timor Tengah

Selatanhttp://www.ttskab.go.id/webtts2011/

Kab. Timor Tengah Utara

http://www.ttukab.go.id/

Kab. Belu http://www.atambua-ntt.go.id/utama.htm

Kab. Alor http://www.alorkab.go.id/ Kab. Flores Timur http://www.florestimurkab.go.id/

florestimur/ Kab. Sikka http://www.sikkakab.go.id/ Kab. Ende http://portal.endekab.go.id/ Kab. Ngada http://www.ngadakab.go.id Kab. Manggarai http://www.manggarai.go.id/ Kab. Sumba Timur http://www.sumbatimurkab.go.id/ Kab. Sumba Barat http://www.sumbabaratkab.go.id/ Kab. Lembata http://www.lembatakab.go.id/ Kab. Rote Ndao http://www.rotendaokab.go.id Kab. Manggarai Barat http://www.manggaraibaratkab.go.id/ Kab. Nagekeo - Kab. Sumba Tengah http://www.sumbatengahkab.go.id/ Kab. Sumba Barat

Daya-

Kab. Manggarai Timur

-

Kab. Sabu Raijua - Kota Kupang http://kupangkota.go.id/webkota/4 Maluku Kab. Maluku Tengah http://www.malteng.go.id Kab. Maluku

Tenggarahttp://www.malukutenggarakab.go.id/

Kab. Buru http://www.burukab.go.id/ Kab. Seram Bagian

Timurhttp://www.serambagiantimurkab.go.id/

Kab. Seram Bagian Barat

-

Kab. Kepulauan Aru - Kab. Buru Selatan - Kab. Maluku Barat

Daya-

Kota Ambon -

28

Page 30: BAB I-III

Kota Tual - Maluku

UtaraKab. Halmahera Barat

http://www.halbarkab.go.id

Kab. Halmahera Tengah

http://www.haltengkab.go.id

Kab. Halmahera Utara

http://www.halutkab.go.id

Kab. Halmahera Selatan

http://www.halselkab.go.id

Kab. Kepulauan Sula - Kab. Halmahera

Timurhttp://haltimkab.go.id

Kab. Kepulauan Morotai

-

Kota Ternate http://www.ternatekota.go.id Kota Tidore

Kepulauanhttp://tidorekota.go.id/

5 Papua Kab. Merauke http://merauke.go.id/1/index.php Kab. Jayawijaya http://jayawijayakab.go.id/ Kab. Jayapura http://jayapurakab.go.id/ Kab. Nabire - Kab. Yapen Waropen http://www.yapenwaropen.go.id/

menu_files_id/index_id.html Kab. Biak Numfor http://www.biakkab.go.id/default.php Kab. Paniai http://paniaikab.go.id/ Kab. Mimika http://mimikakab.go.id/ Kab. Sarmi http://sarmikab.go.id Kab. Keerom http://keeromkab.go.id/ Kab. Pegunungan

Bintanghttp://www.pegbintangkab.go.id/detail.php?page=1&dkat=49

Kab. Yahukimo http://yahukimokab.go.id/ Kab. Boven Digoel http://www.bovendigoelkab.go.id/ Kab. Mappi - Kab. Mamberamo

Rayahttp://www.mamberamorayakab.go.id/

Kab. Yalimo http://yalimokab.go.id/ Kab. Puncak http://puncakkab.go.id/ Kab. Asmat http://www.asmatkab.go.id Kab. Supiori - Kab. Deiyai http://www.deiyaikab.go.id Kab. Dogiyai http://www.dogiyaikab.go.id Kab. Intan Jaya - Kab. Lanny Jaya - Kab. Mamberamo

Tengah-

Kab. Nduga - Kota Jayapura http://www.jayapurakota.go.id

29

Page 31: BAB I-III

Papua Barat

Kab. Sorong http://www.sorongkab.go.id/

Kab. Manokwari http://www.manokwarikab.go.id/ Kab. Fak Fak http://www.fakfakkab.go.id Kab. Sorong Selatan http://www.sorongselatankab.go.id/ Kab. Raja Ampat http://www.rajaampatkab.go.id Kab. Kaimana http://www.kaimanakab.go.id Kab. Teluk Bintuni http://www.bintunikab.go.id Kab. Teluk Wondama - Kab. Tembrauw http://tambrauwkab.go.id/ Kota Sorong http://www.sorongkota.go.id/ Kab. Maybrat -

D. Analisis Data

Penelitian ini mengadopsi tabel 1 dan tabel dua pada penelitian Pina et

al., (2010) sebagai berikut:

Tabel 1

Economic & Financial Information % Performance, Social and Environmental %

Consolidated financial

statements

Statistics

Audit report Activity Indicators

General Concepts Efficiency/ productivity/

performance indicators

Departures from accounting

Principle

Effectiveness performance

indicators

Comparative figures for the

previous period

Economic performance

indicators

Changes in accounting

policies

Environtmental

performance indicators

Consequences of changes in

prior periods

Financial ratios available

Reasons for changes Management

report/analysis

Financial Statements-Balance Sheet Employee/social/safety or

30

Page 32: BAB I-III

helath report

Balance Sheet Corporate responsibility

report

Information on non-

financial fixed assetsQualitative Characteristics

Information on financial

fixed assets

Understandability

Long term liabilities Glossary

Variation in the public

borrowing

Additional ratios.

Graphics or backup

images

Balance Sheet under full

accrual (includ.

Depreciation)

Commentaries about

the financial

information

Financial Statements-Income Statement Timeliness

Income statement Interim reports

Interperiod allocations are

disclosed

Relevance

Other financial statements Technical reports

disclosed

Notes to the financial

statements

Segregated

information provided

Statement of cash flow Comparability

Budgetary Information Annual financial

information for at

least 3 years

Current year budget Comparative

summaries are

disclosed

Classification of

expenditures by functionFinancial information Section Features

Classification of

expenditures by object class

Financial information at

one click

Statement of budgetary Financial information in

31

Page 33: BAB I-III

execution other languages

Budgetary result Index for all financial and

budgetary reports

Budgetary modifications Ease of management of

the information (xls

format)

Debt Statement Hyperlinks inside the

annual report

Specific e-mail address

Tabel 2

Transparency % Interactivity %

Last Updated Secure section

Postal Address Secure access method for

transactions

Employees’ phone numbers E-mail link to webmaster

Email person responsible for tech.

support

E-mail link to senior official

Email person responsible for content E-mail link to employees

Details for senior officials Suggestion/Comment boxes

Mission Statement/activities Guest book

Organization chart Forum

Issue related addresses Newsletter/alerts

Addresses for non gov. institutions Link to issue related websites

Index for reports, publications, laws.. Link to no gov websites

Publications for free Forms

Link or text to FOIA Online forms

Explanations of requirements Request inf. Or publications

Index for rorms Online registration for a job

Instructions on how to appeal Online payment of utility bills,

32

Sumber: Diambil dari Pina, V., Torres, L., & Royo, S. (2010). “Is E-government Leading to More Accountable and Transparent Local Governments ? An Overall View,” Financial Accountability & Management, 26 Februari 2010, hal. 11.

Page 34: BAB I-III

taxes, fines…

Privacy policy Make an appointment with

officials, staff, etc

Security policy Link to appeal process

Usability % Website Maturity %

Languages: Total translation No broken links

Languages: Partial translation Audio/Video files

Sitemap Life events/ business episodes

A-Z index Credit card payment

FAQ Digital signatures

Search engine live broadcast of speeches/events

Text only or accessible version Citizen consultation

Audio access fot visally impaired

Compliance with accessibility

Standards

WAI or Bobby Approved icon

Main page passes Bobby scan priority 1

Dua tabel di atas akan digabungkan dengan penambahan kolom nomor, dan

nama kabupaten dan kota, sehingga bentuk modifikasi dari dua tabel di atas

adalah sebagai berikut ini:

33

Sumber: Diambil dari Pina, V., Torres, L., & Royo, S. (2010). “Is E-government Leading to More Accountable and Transparent Local Governments ? An Overall View,” Financial Accountability & Management, 26 Februari 2010, hal. 11.

Page 35: BAB I-III

34

Tabel Analisis

Page 36: BAB I-III

Item-item yang ada dalam tabel 1 dan tabel 2 pada penelitian Pina et al.,

(2010) merupakan acuan dalam melakukan analisis data sampel. Adapun item-

item tersebut yaitu:

Economic & Financial Information

E.1. Consolidated financial statements

E.2. Audit report

E.3. Departures from accounting principles

E.4. Comparative figures for the previous period

E.5. Changes in accounting policies

E.6. Consequences of changes in prior periods

E.7. Reasons for changes

E.8. Balance sheet

E.9. Information on non-financial fixed

E.10. Information on financial fixed assets

E.11. Long term liabilities

E.12. Variation in the public borrowing

E.13. Balance sheet under full accrual (includ. depreciation)

E.14. Income statement

E.15. Interperiod allocations are disclosed

E.16. Notes to the financial statements

E.17. Statement of cash flow

E.18. Current year budget

E19. Classification of expenditures by function

35

Page 37: BAB I-III

E.20. Classification of expenditures by object class

E.21. Statement of budgetary execution

E.22. Budgetary result

E.23. Debt statement

Performance, Social and Environmental Information

P.1. Statistics

P.2. Activity Indicators

P.3. Efficiency/ productivity/ performance indicators

P.4. Effectiveness performance indicators

P.5. Economic performance indicators

P.6. Environmental performance indicators

P.7. Financial ratios available

P.8. Management report/analysis

P.9. Employee/social/safety or health report

P.10. Corporate responsibility report

Qualitative Characteristics

Q.1. Glossary

Q.2. Additional ratios. graphics or backup images

Q.3. Commentaries about the financial information

Q.4. Interim reports

Q.5. Technical reports disclosed

Q.6. Segregated information provided

Q.7. Annual financial information for at least 3 years

36

Page 38: BAB I-III

Q.8. Comparative summaries are disclosed

Financial Information Section Features

F.1. Financial information section at one click

F.2. Financial information in other languages

F.3. Index for all financial and budgetary reports

F.4. Ease of management of the information (xls format)

F.5. Hyperlinks inside the annual report

F.6. Specific e-mail address

Transparency

T.1. Last Updated

T.2. Postal Address

T.3. Employees’ phone numbers

T.4. Email person responsible for tech. support

T.5. Email person responsible for content

T.6. Details for senior officials

T.7. Mission Statement/activities

T.8. Organization chart

T.9. Issue related addresses

T.10. Addresses for non gov. institution

T.11. Index for reports, publications, laws

T.12. Publications for free

T.13. Link or text to FOIA

T.14. Explanations of requirements

37

Page 39: BAB I-III

T.15. Index for forms

T.16. Instructions on how to appeal

T.17. Privacy policy

T.18. Security policy

Usability

U.1. Languages: Total translation

U.2. Languages: Partial translation

U.3. Sitemap

U.4. A-Z index

U.5. FAQ (Frequently Asked Questions)

U.6. Search engine

U.7. Text only or accessible version

U.8. Audio access fot visually impaired

U.9. Compliance with accessibility

U.10. WAI or Bobby Approved icon

U.11. Main page passes Bobby scan priority 1

Interactivity

I.1. Secure section

I.2. Secure access method for transactions

I.3. E-mail link to webmaster

I.4. E-mail link to senior official

I.5. E-mail link to employees

I.6. Suggestion/Comment boxes

38

Page 40: BAB I-III

I.7. Guest book

I.8. Forum

I.9. Newsletter/alerts

I.10. Link to issue related websites

I.11. Link to no gov websites

I.12. Online forms

I.13. Request inf. Or publications

I.14. Online registration for a job

I.15. Online payment of utility bills, taxes, fines

I.16. Make an appointment with officials, staff, etc

I.17. Link to appeal process

Website Maturity

W.1. No broken links

W.2. Audio/Video files

W.3. Life events/ business episodes

W.4. Credit card payment

W.5. Digital signatures

W.6. Live broadcast of speeches/events

W.7. Citizen consultation

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistic sederhana, dan

apabila dalam website sampel ditemukan item-item di atas diberi skor 1.

Sebaliknya Apabila tidak ditemukan, maka akan diberi skor 0.

39

Page 41: BAB I-III

Selanjutnya hasil dari pengamatan terhadap semua website sampel

akan dirata-rata dengan menggunakan Microsoft Excel 2010, sehingga akan

ditemukan presentase yang menyatakan tingkat akuntabilitas dan transparansi

website e-government sampel. Hasil dari presentase tiap item selanjutnya akan

dicari modusnya (yang paling sering muncul), sehingga akan didapatkan item

yang paling sering ditampilkan dalam website sampel.

Adapun untuk menentukan sejauh mana perkembangan penerapan e-

government di Indonesia, maka parameternya adalah item-item yang

ditampilkan oleh website sampel. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Information (Billboard Stage) yaitu tahap penyediaan informasi: Tahap ini

ditandai dengan keberadaan item-item pada tabel 1 yang terdiri dari

empat kategori item yaitu:

a. Economic &Financial Information Item E.1-E.23;

b. Performance, Social and Environmental Information Item P.1-

P.10;

c. Qualitative Characteristics Item Q.1-Q.4;

d. Financial Information Section Features Item F.1-F.6;

Selain itu juga ditandai dengan beberapa item pada tabel 2 yang

terdiri dari empat kategori yaitu:

e. Transparency Item T.1-T.3; T.6-T.14; T.17-T.18

f. Usability Item U.1-U.11;

g. Interactivity Item I.1; I.9-I.11;

h. Website Maturity Item W.1-W.3; W.5-W.6

40

Page 42: BAB I-III

2. Two Way Communication (Komunikasi dua arah): Tahap ini ditandai

dengan keberadaan item-item berikut ini:

a. Transparency Item T4.-T.5; T.15-T.16;

b. Interactivity Item I3-I5; I12-I13; I16-I17;

3. Transaction (Transaksi): Tahap ini ditandai dengan keberadaan item-item

berikut ini:

a. Interactivity Item I.2; I.12-I.13; I.15; dengan catatan form yang

diisi dan permohonan informasi yang diajukan secara online,

ditanggapi oleh pemerintah secara langsung (online) juga;

b. Website Maturity Item W.4;

4. Integration (Integrasi/ Keterpaduan): Tahap ini merupakan keterpaduan

pelayanan pemerintah pada satu website. Hal ini berarti dalam website

sampel ditemukan seluruh item yang terdapat pada kedua tabel di atas.

5. Participation (Partisipasi): Tahap ini ditandai dengan keberadaan item

berikut ini:

a. Interactivity Item I.6-I.8; I.14;

b. Website Maturity Item W.7.

Hasil dari penelitian ini akan menemukan pemerintah kabupaten/ kota

dengan tingkat transparansi dan akuntabilitas paling tinggi dalam penerapan e-

government.

41

Page 43: BAB I-III

Daftar Pustaka

Coursey, D., & Norris, D. F. (2008). Models of E-Government: Are They Correct? An

Empirical Assessment. Public Administration Review, (June, 2008).

Dunleavy, P., Margetts, H., Bastow, S., & Tinkler, J. (2005). New Public Management Is

Dead--Long Live Digital-Era Governance. Journal of Public Administration Research

and Theory, 16(3), 467-494. doi:10.1093/jopart/mui057

Hodges, R., & Grubnic, S. (2010). LOCAL AUTHORITY E-GOVERNMENT PARTNERSHIPS IN

ENGLAND : A CASE STUDY. International Public Management Journal, 26(February),

42-64.

Holden, S. H., Norris, D. F., Fletcher, P. D., Holden, S. H., Norris, D. F., & Fletcher, D.

(2011). GOVERNMENT ELECTRONIC Progress to Date and Future Issues. Public

Performance & Management Review, 26(4), 325-344.

doi:10.1177/1530957603252580

Hood, C. (1991). A PUBLIC MANAGEMENT FOR ALL SEASONS ? Public Administration, 69,

3-20.

Hood, C. (1995). THE “ NEW PUBLIC MANAGEMENT ” IN THE 1980s : VARIATIONS ON A

THEME ’. Accounting, Organization and Society, 20, 93-109.

Informasi, K. K. dan. (2003). KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN e-

GOVERNMENT PANDUAN MANAJEMEN SISTEM. Elektronik, (3).

Kinder, T. (2010). E-GOVERNMENT SERVICE INNOVATION IN THE SCOTTISH CRIMINAL

JUSTICE INFORMATION SYSTEM. Financial Accountability & Management,

26(February), 21-41.

Kudo, H. (2010). E-GOVERNANCE AS STRATEGY OF PUBLIC SECTOR REFORM :

PECULIARITY OF JAPANESE IT POLICY AND ITS INSTITUTIONAL ORIGIN. Financial

Accountability & Management, 26(February), 65-84.

42

Page 44: BAB I-III

Lapsley, I., & Miller, P. (2010). Foreword THE E-GOVERNMENT PROJECT. Financial

Accountability & Management, 26(February), 1-2.

Nasi, G., & Frosini, F. (2010). VISION AND PRACTICE OF E-GOVERNMENT : AN EMPIRICAL

STUDY. Financial Accountability & Management, 26(February), 85-101.

Pina, V., Torres, L., & Royo, S. (2010). IS E-GOVERNMENT LEADING TO MORE

ACCOUNTABLE AND TRANSPARENT LOCAL GOVERNMENTS ? AN OVERALL VIEW.

Financial Accountability & Management, 26(February), 3-20.

Soekarno Putri, M. (2004). Instruksi Presiden no. 3 Tahun 2003.

Peringkat korupsi Indonesia tersedia di:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/11/12/01/lviuts-ealah-kpk-

puas-dengan-peringkat-korupsi-indonesia

Diakses 11 Maret 2012 pukul 8.32 pm

Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 tersedia di:

http://www.bappenas.go.id/node/133/2173/inpres-no3-tahun-2003-tentang-

kebijakan-dan-strategi-nasional-pengembangan-e-governmet/

Diakses 11 Maret 2012 pukul 9.28 pm

Harijadi, A. D., & Satriya, E. (2000). INDONESIA ’ S ROAD MAP TO E-GOVERNMENT :

Government of Indonesia, 1-8.

Handayaningsih, S., & Surendro, K. (2010). MANAJEMEN PERUBAHAN PADA

PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT ( STUDI KASUS : DIY ). Seminar Nasional

Aplikasi Teknologi Informasi 2010.

Hiller, J. S., & Belanger, F. (n.d.). Privacy Strategies for Electronic Government. The

PricewaterhouseCoopers Endowment for The Business of Governement, (E-

Government Series).

Penjelasan tentang kerangka arsitektur pengembangan e-government di Indonesia

tersedia di:

http://rimaru.web.id/kerangka-dan-roadmap-pengembangan-e-government-di-

indonesia/

Diakses 5 April 2012

Penjelasan mengenai roadmap pengembangan e-government di Indonesia tersedia di:

43

Page 45: BAB I-III

http://www.unapcict.org/ecohub/resources/indonesias-road-map-to-e-

goverment-opportunities-and-challenges/at_download/attachment1

Diakses 6 April 2012

Deloitte Research. (2000). ‘At the Dawn of E-government’. Global Public Study by

Deloitte Consulting and Deloitte & Touche

Watson R.T. Mundy B. (2001). “A strategic perspective of electronic democracy”.

Communications ofthe ACM.

Finger M Pecoud G. (2003). ‘From e-Government to e-Governance? Towards a model of

e-Governance’. Electronic Journal of e-Government.

Marchionini G. Samet H. Brandt L. (2003). “Digital Government”. Communications of the

ACM.

Clark E. (2003). “Managing the transformation to e-government: An Australian

Perspective” Thunderbird International Business Review.

Tan C.W. Pan S.L. (2003). ‘Managing e-transformation in the public sector; an e-

government study of the Inland Revenue Authority of Singapore’. European

Journal of Information Systems.

West D.M. (2004). “E-government and the transformation of service delivery and citizen

attitudes”. Public Administration Review.

Shackleton P. Fisher J Dawson L. (2004). ‘Internal and external factors impacting on e-

government maturity: a local government case study’. Journal of Information

Technology Cases and Applications.

Ke W. Wei K.K. (2004). ‘Successful e-government in Singapore’. Communications of the

ACM.

Vriens D. Achterbergh J. (2004). “Planning Local E-government”. Information Systems

Management,

Samodra Wibawa. (2002). ‘New Publik Management sebagai Model Administrasi

Kabupaten’. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Yogyakarta.

44

Page 46: BAB I-III

Al-hashmi, A., & Darem, A. B. (2000). Understanding Phases of E-government Project.

Development, 152-157.

Avgerou, C., Ciborra, C., Cordella, A., Kallinikos, J., Smith, M. L., Kallinikos, J., & Smith, M.

L. (2006). Department of Information Systems London School of Economics and

Political Science Working Paper Series, 44(0), 0-38.

Beinarovica, K. (2007). Emerging E-Governments role in combatting corruption in Latvia

By Ph . D . cand . pol . sc . Kristine Beinarovica. Public Administration.

Hood, C. (1991). A PUBLIC MANAGEMENT FOR ALL SEASONS ? Public Administration, 69,

3-20.

Hood, C. (1995). THE “ NEW PUBLIC MANAGEMENT ” IN THE 1980s : VARIATIONS ON A

THEME ’. Public Administration, 20, 93-109.

Iqbal, M. S., & Seo, J.-W. (2008). E-Governance as an Anti Corruption Tool : Korean

Cases. Public Sector, 51-78.

J. Tolbert, C., & Mossberger, K. (2006). Th e Effects of E-Government on Trust and

Confidence in Government. Public Administration Review, (June).

L. Clift, S. (2004). E-Government and Democracy. Public Sector, 1(February 2004), 40.

Larbi, G. A., & Nations, P. (1999). The New Public Management Approach and Crisis

States f or Social Development. Public Management, (112).

Morgeson, F. V., VanAmburg, D., & Mithas, S. (2010). Misplaced Trust? Exploring the

Structure of the E-Government-Citizen Trust Relationship. Journal of Public

Administration Research and Theory, 21(2), 257-283. doi:10.1093/jopart/muq006

Research, D. (2000). At the Dawn of. Public Sector.

Rokhman, A. (2011). E-Government Adoption in Developing Countries ; the Case of

Indonesia. Engineering, 2(5).

45

Page 47: BAB I-III

Tassabehji, R., & Elliman, T. (2006). GENERATING CITIZEN TRUST IN E-GOVERNMENT

USING A TRUST VERIFICATION AGENT : A RESEARCH NOTE. European and

Mediterranean Conference on Information Systems, 1-11.

Yamamoto, H. (2003). New Public Management - Japan ’ s Practice. Public Sector,

(January).

46