bab i ii & iii seminar arimbi

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dari 18,1 juta pada tahun 2010 menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan 36 juta pada tahun 2025. Distribusi penduduk lansia di Indonesia terbanyak di pulau Jawa, yaitu sekitar 66,84 % dari seluruh penduduk lansia. Dilihat dari proporsi penduduk lansia dimasing-masing provinsi di Indonesia, proporsi terbesar berturut-turut adalah mereka yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu sebesar 12,58 % dan 9,46 %, lansia di kota Semarang mencapai 165,375 lansia, jumlah tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 tahun) sebanyak 48,055 orang, lansia sebanyak 42,787 orang, sedangkan proporsi terkecil adalah penduduk lansia yang tinggal di Irian Jaya sebesar 1,65% (Depkes. RI., 2012). 1

Upload: khozali-anwar

Post on 21-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gerontik

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i II & III Seminar Arimbi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas (Azizah, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini

termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di

dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi

Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan  akan meningkat dari

18,1 juta pada tahun 2010 menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan 36 juta pada tahun 2025.

Distribusi penduduk lansia di Indonesia terbanyak di pulau Jawa, yaitu sekitar 66,84 % dari

seluruh penduduk lansia. Dilihat dari proporsi penduduk lansia dimasing-masing provinsi di

Indonesia, proporsi terbesar berturut-turut adalah mereka yang tinggal di Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu sebesar 12,58 % dan 9,46 %, lansia di kota Semarang

mencapai 165,375 lansia, jumlah tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 tahun) sebanyak

48,055 orang, lansia sebanyak 42,787 orang, sedangkan proporsi terkecil adalah penduduk

lansia yang tinggal di Irian Jaya sebesar 1,65% (Depkes. RI., 2012).

Dilihat dari populasi lansia tersebut, pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita telah meningkat secara bermakna,

tetapi disisi lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi

masyarakat karena populasi lanjut usia (lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko

dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini bukan hanya

fenomena di Indonesia saja, tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007)

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-

menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan

tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001 dalam Maryam 2008)

Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat

memperparah kondisi tersebut (Ulliya, dkk, 2009). Penurunan kemampuan muskuloskeletal

dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi lansia

1

Page 2: Bab i II & III Seminar Arimbi

dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL) (Ulliya

dkk., 2009). Memelihara kesehatan untuk hidup yang tidak bergantung dengan orang lain

besar kemungkinan harus memprioritaskan kekuatan otot (Broman dkk., 2006).

Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-

lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

terjadi. Keadaan ini menyebabkan munculnya penyakit degeneratif yang merupakan

penumpukan distorsi metabolik dan struktural (Darmojo dan Martono, 2009).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak tahan terhadap jejas, termasuk infeksi. Pada orang lanjut usia,

terdapat kemunduran organ tubuh seperti otot, tulang, jantung, dan pembuluh darah, serta

sistem saraf yang mengakibatkan orang tua mengalami penurunan keseimbangan. Senam

lansia dan senam otak merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut karena Senam lansia akan menambah penguatan otot,

daya tahan tubuh, kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang

menurun dapat diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran

jantung dan paru (Herawati dan Wahyuni, 2004)

Berdassarkan hasil pengkajian yang dilakukan di wisma Arimbi Unit Rehabilitasi

Sosial Wening Wardoyo Ungaran didapatkan hasil lansia tau penerima manfaat dengan

mobilisasi aktif sebanyak 2 orang dengan bantuan alat/ wolker 2 orang, dan dengan

mobilisasi pasif terdiri dari 4 orang dari seluruh lansia/penerima manfaat yang berada di

wisma Arimbi pada tahun 2014.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan klien dapat

memahami dan mengetahui serta mampu melakukan senam lansia

2

Page 3: Bab i II & III Seminar Arimbi

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 25 menit diharapkan sasaran dapat :

a. Menyebutkan manfaat olahraga bagi lansia dengan benar

b. Menyebutkan prinsip olahraga bagi lansia dengan benar

c. Menyebutkan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan benar dan

Mendemonstrasikan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan benar

3

Page 4: Bab i II & III Seminar Arimbi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian Lansia

Definisi usia tua beragam tergantung pada kerangka pandang individu. Orang tua

yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan muda bagi orang tuanya.

Orang sehat aktif berusia 65 tahun sebagai awal usia tua. Para gerontologis telah

mencoba memberikan perbedaan individual dengan menggunakan klasifikasi young old

untuk usia 65-75 tahun dan old-old untuk usia 75 tahun atau lebih (Smeltzer & Bare,

2001). Lansia adalah masa seseorang menghadapi perubahan-perubahan dimulai setelah

pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia atau lansia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas

yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara (Kinsella & Taeuber, 1994 dalam Darmojo, 2011).

2. Batasan Lansia

World Health Organization atau (WHO) menggolongkan lanjut usia berdasarkan

usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)

ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah umur antara 60

sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah umur antara 75 sampai 90 tahun. Usia sangat

tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun (Bandiyah, 2009).

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai lanjut

usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Azizah, 2011).

3. Teori Proses Menua

Menurut Azizah (2011), teori penuaan secara umum dibedakan mejadi dua yaitu

teori penuaan secara biologi dan teori penuaan secara psikososial.

a. Teori Biologi

4

Page 5: Bab i II & III Seminar Arimbi

1) Teori Seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan

kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk mebelah 50 kali. Jika sebuah sel

pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan dari laboratorium, lalu di observasi

dan jumlah sel-sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Hal ini akan

memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan

menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.

Pada beberapa sistem seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan

jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem tersebut tidak dapat diganti jika

sel tersebut dibuang karena rusak atau mati, oleh karena itu, sistem tersebut

beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit

atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.

2) Teori “Genetic Clock”

Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Dalam nuclei (inti sel) pada setiap spesies mempunyai satu jam

genetik yang telah diputar menurut tertentu, jam ini akan menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam

kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan

lingkungan atau penyakit akhir.

3) Teori Sistem Imun

Kemampuan sistem imun mengalami keunduran pada masa penuaan, walaupun

demikian kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan

khususnya sel darah putih yang merupakan faktor yang berkontribusi dalam

proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi

dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali

dirinya sendiri (self recogniton). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya

kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan

sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai

sel asing dan mengahancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar

terjadinya peristiwa autoimun.

5

Page 6: Bab i II & III Seminar Arimbi

b. Teori Psikologis

1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

Teori ini menyebabkan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah orang yang

aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial, mempertahankan hubungan antara

sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Identity atau kepribadian pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam

memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah

dimasyarakat, keluarga dan hubungan interpesonal. Teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pad seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimilikinya.

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini munyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan

tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini megakibatkan interaksi lanjut usia menurun,

baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda

yaitu kehilangan peran, kehilangan kontak sosial, berkurangnya komitmen.

4. Proses Menua dan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita, dengan begitu manusia secara progresif akan

kehlangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi

metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (Darmojo, 2011).

Menurut Azizah (2011), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah:

a. Perubahan Fisik

Perubahan pada lansia yang terjadi secara fisik yaitu terjadi penurunan pada

sistem indera seperti pengelihatan karena lensa mata yang kehilangan elastisitasnya

dan kaku, sistem pendengaran mengalami gangguan karena hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga dalam, sistem integumen mengalami atrofi, kendur dan

tidak elastis, kering dan berkerut, perubahan pada sistem muskuloskeletal yaitu

6

Page 7: Bab i II & III Seminar Arimbi

berkurangnya kepadatan tulang karena penurunan jumlah dan ukuran serabut otot

mengakibatkan penurunan kekuatan dan sendi mengalami penurunan elastisitas.

Sistem kardiovaskuler juga mengalami penurunan yaitu masa jantung

menurun, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung

berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan

klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi

oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun.

Penurunan pada sistem kardiovaskuler juga dapat berupa arteri kehilangan

elastisitasnya yang dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah.

Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada paru, kapasitas

total tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan

ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,

kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan

perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks

menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi dinding toraks selama

respirasi berlangsung. Di dalam sistem pernapasan, terjadi pendistribusian ulang

kalsium pada tulang kosta yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, kartilago

kosta berlimpah kalsium. Hal ini berhubungan dengan perubahan postural yang

menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.

Penurunan pada sistem pencernaan dan metabolisme yang terjadi yaitu

penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata, kehilangan gigi yang

disebabkan oleh peridental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indera

pengecap menurun yaitu hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama

rasa asin asam dan pahit, pada lambung terjadi penurunan rasa lapar dan produksi

asam lambung berkurang, waktu pengososngan lambung menurun, peristaltik lemah

dan biasanya timbul konstipasi. Penurunan pada sistem perkemihan yaitu

kemunduran laju filtrasi ekskresi dan reabsorbsi oleh ginjal yang berefek pada

pemberian obat pada lansia karena terjadi kehilangan kemampuan untuk

mengekskresi obat atau produk metabolisme obat.

7

Page 8: Bab i II & III Seminar Arimbi

Sistem saraf mengalami penurunan seperti perubahan anatomi sistem saraf

dan atrofi yang progresif pada serabut saraf, sehingga terjadi penurunan persepsi

sensori, respon motorik pada susunan saraf pusat, koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari. Perubahan sistem reproduksi ditandai dengan

menciutnya ovarium dan uterus, selaput lendir vagina menurun serta atrofi payudara.

Pada laki-laki produksi spermatozoa mengalami penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif

Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif

yang paling awal sering mengalami penurunan. Perubahan kognitif yang terjadi pada

lansia penurunan memori atau daya ingat terutama ingatan jangka pendek.

Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analitis,

linear, sekuensial) dan perkataan verbal, tetapi mengalami penurunan pada persepsi

daya membayangkan (fantasi), mengingat daftar., memori bentuk geometri,

kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, kecepatan berespon, dan

perhatian yang cepat beralih. Penurunan IQ (Intellegent Quotient) pada lansia

disebabkan oleh kecepatan proses di pusat saraf menurun sesuai dengan pertambahan

usia.

c. Perubahan Spiritual

Pada lansia kehidupan keagamaannya semakin teratur, hal ini dapat dilihat

dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Lansia yang telah mempelajari cara

perubahan hidup melelui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan

akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual

atau religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai

kematian.

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang biasanya dihadapi oleh lansia adalah pensiun

yaitu hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan yang membuat seorang lansia

pensiunan merasakan kekosongan dan secara tiba-tiba dapat merasakan begitu

banyak waktu luang di rumah disertai dengan sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani.

Pada umumnya setelah orang memasuki masa lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian) dan

8

Page 9: Bab i II & III Seminar Arimbi

psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi) yang akan menyebabkan perubahan

aspek keperibadian. Pada lansia juga terjadi perubahan dalam peran sosial di

masyarakat dan perubahan minat.

e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia seringkali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme

(misalnya diabetes mellitus) dan post operasi prostatektomi. Pada wanita erat

kaitannya dengan menopause yaitu penurunan fungsi berupa organ reproduksi yang

sudah tidak produktif. Faktor psikologis yang menyertai aspek seksualitas pada

lansia antara lain rasa tabu atau malu bila memepertahankan kehidupan seksualnya,

adanya kebosanan, pasangan hidup telah meninggal dan disfungsi seksual karena

parubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya seperti cemas, depresi,

demensia dan lain-lain.

f. Perubahan Tidur

Perubahan pola tidur pada usia lanjut banyak disebabkan oleh kemampuan

fisik usia lanjut yang semakin menurun. Kemapuan fisik menurun terkait oleh

kemampuan organ dalam tubuh yang menurun juga, seperti jantung, paru-paru, dan

ginjal. Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan turut

berpengaruh. Pada usia lanjut biasanya insomnia lebih sering menyerang. Hal ini

terjadi sebagai efek samping (sekunder) dari penyakit lain, seperti nyeri sendi,

osteoporosis, payah jantung, parkinson atau depresi (Prasadja, 2009).

B. Senam Lansia

1. Pengertian

Senam lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik

terhadap tingkat  kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar.

Senam atau latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi

aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan

bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah,

dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah menderita. (Depkes

RI, 2003:6)

9

Page 10: Bab i II & III Seminar Arimbi

2. Jenis-Jenis Senam Lansia Yang Biasa Diterapkan, Meliputi :

a. Senam kebugaran lansia

b. Senam otak 

c. Senam osteoporosis

d. Senam hipertensi

e. Senam diabetes melitus

f. Olahraga rekreatif / jalan santai.

3. Tujuan

Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan

meningkatkan kesehatan serta kebugaran, kesegaran jasmani dan rohani.

Tujuan lain adalah:

a. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme.

b. Membangun kekuatan dan daya tahan.

c. Menurunkan lemak.

d. Meningkatkan kondisi otot dan sendi.

(Depkes RI, 1997:2)

4. Manfaat Senam

a. Sebagai pencegahan Untuk mencegah timbulnya suatu penyakit

b. Sebagai pengobatan (kuratif) Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan

senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung,

kelainan insufisiensi, koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan

osteoporosis

c. Sebagai rehabilisasi

Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal – hal sebagai berikut:

1) Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.

2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan.

10

Page 11: Bab i II & III Seminar Arimbi

3) Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya

tuntutan (sakit).

5. Prinsip–Prinsip Olahraga Pada Lansia

a. Komponen kesegaran jasmani yang esensial dilatih adalah:

1) Ketahanan kardio – pulmonal.

2) Kelenturan (fleksibilitas)

3) Kekuatan otot

4) Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan)

b. Selalu mempertahankan keselamatan.

c. Latihan teratur dan tidak terlalu berat.

d. Permainan dalam bentuk ringan sangat diajurkan.

e. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah).

f. Bersifat progresif (bertahap meningkat)

g. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan.

h. Lama latihan berlangsung 15-60 menit.

i. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali

j. Perhatikan kontra indikasi latihan:

1) Adanya penyakit infeksi

2) Hypertensi sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik 120 mmHg.

3) Berpenyakit berat dan dilarang dokter.

6. Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut Diarahkan Pada Beberapa Tujuan Yaitu:

a. Membantu tubuh agar tetap dapat bergerak.

b. Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.

c. Memberi kontak psikologis lebih luas agar tidak terisolir dari rangsang.

d. Mencegah cedera.

Oleh karena itu sesuai perubahan – perubahan fisik yang ada lebih diarahkan pada:

a. Perbaikan kekuatan atot.

b. Perbaikan stamina (aerobic capacity).

c. Perbaikan fleksibilitas.

11

Page 12: Bab i II & III Seminar Arimbi

d. Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan mempertahankan portus

yang baik.

7. Langkah-Langkah

a. Latihan kepala dan leher 

1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada

2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.

3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

12

Page 13: Bab i II & III Seminar Arimbi

b. Latihan bahu dan lengan

1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali

perlahan-lahan

2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurusdengan

bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat

lengan keatas kepala.

3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung

sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanan dan kiri.

13

Page 14: Bab i II & III Seminar Arimbi

4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.

c. Latihan tangan

1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan kemeja.

2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan

untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.

3) Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah

menyentuh tiap jari.

14

Page 15: Bab i II & III Seminar Arimbi

4) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.

d. Latihan punggung

1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.

2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu

kekiridan kekanan.

15

Page 16: Bab i II & III Seminar Arimbi

e. Latihan pernafasan 

1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.

2) Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam

maka terasadada mengambang.

3) Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan

menutup kembali

16

Page 17: Bab i II & III Seminar Arimbi

BAB III

SETRATEGI PELAKSANAAN

A. PELAKSANAAN

Pemberian terapi senam lansia di Wisma Arimbi akan dilaksanakan mulai dari hari

Juma’t tanggal 31 Januari 2014 sampai dengan Rabu 4 Februari 2013 di dalam Wisma

Arimbi, Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo. Senam ini di berikan kepada 8 lansia

penerima manfaat baik lansia dengan mobilitas aktif maupun mobilitas pasif.

B. Alat dan Bahan

1. Laptop

2. Sound

3. Gambar senam lansia

C. Kegiatan

Sebelum dilakukan senam senam lansia, lansia penerima manfaat diberikan pendidikan

kesehatan tentang tujuan dan manfaat senam lansia selama 10 menit dan pengukuran tekanan

darah, kemudian dilanjutkan dengan senam lansia selama 15 menit.

Adapun langkah – langkah senam lansia adalah sebagai berikut:

1. Latihan kepala dan leher 

a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada

b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiric

c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

2. Latihan bahu dan lengan

a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali perlahan-

lahan

b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurusdengan

bahu.Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat

lengan keatas kepala.

c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung

sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanandan kiri.

17

Page 18: Bab i II & III Seminar Arimbi

d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.

3. Latihan tangan

a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan kemeja

b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan

untuk menyentuh jari kelingking, kemudian tarik kembali

c. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah

menyentuh tiap jari, kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari

selurus mungkin.

4. Latihan punggung

a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisiyang lain

b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu

kekiridan kekanan

c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.

5. Latihan pernafasan

a. Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks

b. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka

terasa dada mengambang

c. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup

kembali

D. Evaluasi

Prosedur evaluasi

1. Evaluasi dilakukan selama proses dan pada akhir kegiatan dengan memberikan

pertanyaan secara lisan sebagai berikut :

a. Sebutkan tentang pengertian senam lansia?

b. Sebutkan tujuan senam lansia?

c. Sebutkan manfaat senam lansia?

d. Sebutkan langkah-langkah senam lansia?

e. Demonstrasikan senam lansia tanpa instruktur?

18

Page 19: Bab i II & III Seminar Arimbi

2. Kriteria evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1) Menyiapkan SAP

2) Menyiapkan materi dan media

3) Melakukan kontrak waktu dengan penerima manfaat

4) Menyiapkan alat dan bahan

5) Menyiapkan tempat

6) Menyiapkan pertanyaan

b. Evaluasi proses

1) Penerima manfaat memperhatikan selama diberikan instruksi tentang senam

lansia

2) Penerima manfaat aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui

3) Penerima manfaat menjawab pertanyaan pemberi materi

4) Penerima manfaat tidak meninggalkan tempat saat diberikan instruksi senam

lansia

5) Tanya jawab

c. Evaluasi hasil

1) Kegiatan senam lansia berhasil baik bila penerima manfaat mampu

mendemonstrasikan langkah-langkah senam lansia sendiri sampai 80%.

2) Kegiatan senam lansia dikatakan berhasil atau cukup baik bila penerima manfaat

mengetahui manfaat dan tujuan senam lansia.

3) Kegiatan senam lansia dikatakan kurang berhasil atau tidak baik apabila penerima

manfaat hanya mampu menjawab dan melakukan demonstrasi langkah-langkah

senam kurang dari 50%.

19