bab i halusinasi

21
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara- suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak- gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang- kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori : Halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan. Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tuan H di ruangan Pusuk Buhit RSJ Medan, karena kasus pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam proses perawatan yang cukup mendukung perawat. Selain masalah halusinasi 1

Upload: aan-sii-diadems

Post on 15-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Halusinasi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling

sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.

Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang

dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara

halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara

keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak- gerak.

Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar

tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran,

ancaman dan lain-lain.

Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori :

Halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan

penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang

membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan. Terkait dengan hal tersebut di

atas penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tuan H di ruangan

Pusuk Buhit RSJ Medan, karena kasus pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi

pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam

proses perawatan yang cukup mendukung perawat. Selain masalah halusinasi klien juga

mengalami permasalahan kejiwaan, seperti : menarik diri, harga diri rendah kronis dan

resiko tinggi perilaku kekerasan. Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama lebih

kurang 3 bulan yang lalu.

2. Rumusan Masalah

- Mengetahui Definisi dan Klasifikasi Halusinasi

- Mengetahui Etiologi, Psikopatologi, dan Fase Halusinasi

- Mengetahui Tanda serta gejala Halusinasi

- Mengetahui Penatalaksanaan Halusinasi

1

Page 2: BAB I Halusinasi

3. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

- Untuk mengetahui tinjauan media dari Halusinasi agar dapat dimengerti oleh pembaca

agar lebih mengerti.

b. Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu untuk mengetahui tinjauan Media dari Halusinasi

- Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui tinjauan Halusinasi

- Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Halusinasi

2

Page 3: BAB I Halusinasi

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

1.1. Persepsi

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari

dandimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi

adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari

sumber internal seperti pikiran, perasaan,sensasi somatik dengan impuls dan stimulus

eksternal.Dengan maksudbahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam

membandingkan danmengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.Manusia

yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antarafantasi dan kenyataaan.

Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis, membedakan dengan pengalaman dan

dapat memvalidasikan sertamengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa

kecemasan yangberat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat

terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus

eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akanperasaan

seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian

emosional akan objek yang dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses

sensoris dari pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan

ini dapatbersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)

1.2. Halusinasi

Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa

adanya rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan

oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini

dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak

sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari

fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia

merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap

objek yang sama. Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana

indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan

makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya

kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika.

3

Page 4: BAB I Halusinasi

2. Klasifikasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik

tertentu, diantaranya :

a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama

suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam

bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama

yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau

yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau

harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak

tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,

benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,

amis dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti

darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

3. Etiologi

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan

gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi

yang berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat

juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik.

Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan

yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obat-

obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat

diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat

Faktor – faktor penyebab halusinasi

a. Faktor predisposisi

1. BIOLOGIS

4

Page 5: BAB I Halusinasi

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat

menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan

dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.

2. PSIKOLOGIS

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons

psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang

hidup klien.

3. SOSIOBUDAYA

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa

dan tidak berdaya

4. Psikopatologi

Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan

yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang

mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran

stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan

menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan

atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,

maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam

bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya

keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya

kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar

dalam bentuk stimulus eksterna.

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling

sering berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya

kalimat tadi membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada

pasien itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa

pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicarasendiri atau bibirnya

5

Page 6: BAB I Halusinasi

bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak

teoriyang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,fisiologik dan

lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjagayang normal otak

dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang daridalam tubuh ataupun dari luar

tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsiyang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila

input ini dilemahkan atautidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan

normal ataupatologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau

preconsciousbisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.Pendapat lain mengatakan bahwa

halusinasi dimulai dengan adanyakeinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian

karena sudah retaknyakepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi

diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

5. Fase Halusinasi

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN

Tahap I

- Memberi rasa nyaman

tingkat ansietas sedang

secara umum, halusinasi

merupakan suatu

kesenangan.

- Mengalami ansietas,

kesepian, rasa bersalah dan

ketakutan.

- Mencoba berfokus pada

pikiran yang dapat

menghilangkan ansietas

- Fikiran dan pengalaman

sensori masih ada dalam

kontol kesadaran,

nonpsikotik.

- Tersenyum, tertawa

sendiri

- Menggerakkan bibir

tanpa suara

- Pergerakkan mata yang

cepat

- Respon verbal yang

lambat

- Diam dan berkonsentrasi

Tahap II

- Menyalahkan

- Tingkat kecemasan berat

secara umum halusinasi

menyebabkan perasaan

antipati

- Pengalaman sensori

menakutkan

- Merasa dilecehkan oleh

pengalaman sensori tersebut

- Mulai merasa kehilangan

kontrol

- Menarik diri dari orang

- Terjadi peningkatan

denyut jantung, pernafasan

dan tekanan darah

- Perhatian dengan

lingkungan berkurang

- Konsentrasi terhadap

pengalaman sensori kerja

6

Page 7: BAB I Halusinasi

lain non psikotik - Kehilangan kemampuan

membedakan halusinasi

dengan realitas

Tahap III

- Mengontrol

- Tingkat kecemasan berat

- Pengalaman halusinasi

tidak dapat ditolak lagi

- Klien menyerah dan

menerima pengalaman

sensori (halusinasi)

- Isi halusinasi menjadi

atraktif

- Kesepian bila pengalaman

sensori berakhir psikotik

- Perintah halusinasi ditaati

- Sulit berhubungan

dengan orang lain

- Perhatian terhadap

lingkungan berkurang

hanya beberapa detik

- Tidak mampu mengikuti

perintah dari perawat,

tremor dan berkeringat

Tahap IV

- Klien sudah dikuasai oleh

halusinasi

- Klien panik

Pengalaman sensori

mungkin menakutkan jika

individu tidak mengikuti

perintah halusinasi, bisa

berlangsung dalam beberapa

jam atau hari apabila tidak

ada intervensi terapeutik.

- Perilaku panik

- Resiko tinggi mencederai

- Agitasi atau kataton

- Tidak mampu berespon

terhadap lingkungan

Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi Gangguan persepsi yang utama pada

skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya

dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan

harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.

Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya

berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku

pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan

perilaku yang dapat diamati).

6. Rentang Respon Neurobiologis

7

Page 8: BAB I Halusinasi

Respon perilaku dapat diidentifikasi sepanjang rentang respons yang berhubungan

dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya

halusinasi. Gejala psikosis dikelompokkan menjadi 5 kategori utama fungsi otak :

kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi yang saling berhubungan, perilaku yang

berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada semua aspek memori,

perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi piker (waham dan pola

piker primitive). Persepsi mengacu pada identifikasi dan intresprestasi awal dari situasi

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Perilaku berhubungan

dengan magalah – masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart,

2002).

Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara berlebihan

(hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang sesuai. Individu yang

mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang berhubungan dengan hipoekspresi

diantaranya : tidak enak dipandang, membingungkan, sulit diatasi dan sulit dipahami oleh

orang lain.

Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata abnormal,

menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia, dan ekoprasia. Perubahan perilaku

meliputi agresi/agitasi, perilaku strereotip, implusif dan afolisi. Perilaku yang

berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik diri, harga diri rendah, tidak tertarik

dengan aktifitas rekreasi dan perubahan kualitas hidup (Stuart, 2002)

7. Manifestasi Klinis

Menurut Townsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukkan klien dalam

kondisi halusinasi ialah :

- Data Subjektif.

Klien mendengar suara atau suara tanpa stimulus nyata, melihat gambit tanpa stimulus

yang nyata, mencium bau tanpa stimulus yang nyata, merasa makan sesuatu, merasa

ada sesuatu pada kulitnya, takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin

memukul atau melempar barang.

- Data Objektif

Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak

masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, menarik diri dan

menghindar dari orang lain, disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian dan

konsentrasi menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi muka tegang,

8

Page 9: BAB I Halusinasi

muka merah dan pucat, tidak dapat melakukan aktifitas mandiri dan kurang bisa

mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

8. Tanda dan Gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku

dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-

tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang

menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di

alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999)

dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan  dengan halusinasi adalah

sebagai berikut:

1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;

2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal

yang lambat.;

3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;

4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;

5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;

6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;

7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya), dan takut;

8. Sulit berhubungan dengan orang lain;

9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;

10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;

11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;

9. Penatalaksanaan

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan,

kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan

pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,

kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara

fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,

bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya

pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

9

Page 10: BAB I Halusinasi

b. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan

mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,

gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

c. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat yang di

berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan

sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang

di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

d. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah

pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi

masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga

pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

e. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk

melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan

kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal

kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

f. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien

dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan

pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari

percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar

laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak

terdengar jelas.

g. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan

diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di

beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien

sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat – obatan dan tindakan

lain, yaitu :

a. Psikofarmakologis

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang

merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti psikosis.

Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

10

Page 11: BAB I Halusinasi

KELAS KIMIA NAMA GENERIK

(DAGANG)

DOSIS HARIAN

Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)

Klorpromazin (Thorazine)

Flufenazine (Prolixine,

Permitil)

Mesoridazin (Serentil)

Perfenazin (Trilafon)

Proklorperazin

(Compazine)

Promazin (Sparine)

Tioridazin (Mellaril)

Trifluoperazin (Stelazine)

Trifluopromazin (Vesprin)

60-120 mg

30-800 mg

1-40 mg

30-400 mg

12-64 mg

15-150 mg

40-1200 mg

150-800mg

2-40 mg

60-150 mg

Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg

8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)

c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

10. Akibat Terjadinya Masalah

Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan

yaitu klien dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita kemudian akan timbul

suatu rangsangan terhadap prikologi klien untuk melakukan perilaku maladaptive.

11. Mekasnisme Koping

Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.

1. Retensi berhubungan dengan masalah informasi dan upaya untuk menanggulangi

ansietas. Hanya mampu sedikit energy yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari –

hari sehingga klien menjadi malas beraktivitas.

11

Page 12: BAB I Halusinasi

2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung

jawab pada orang lain atau suatu benda.

3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

12

Page 13: BAB I Halusinasi

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling

sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.

Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang

dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara

halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara

keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.

Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar

tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran,

ancaman dan lain-lain.

2. Saran

Mahasiswa diharapkan mengetahui tinjaun medis Halusinasi. Mengerti tentang pasien

Halusinasi yang mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yaitu klien

dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita kemudian akan timbul suatu

rangsangan terhadap prikologi klien untuk melakukan perilaku maladaptive.

13

Page 14: BAB I Halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-attinining-5120-2-bab2.pdf

http://coja.mhs.unimus.ac.id/files/2011/11/Askep-halusinasi.pdf

http://wikipedia.org/wiki/halusinasi

Buku ajar Keperawatan jiwa/Sheila L. Videbeck ; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina

Hany ; Editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni, - Jakarta : EGC, 2008

Bunga Rampai asuhan keperawatan jiwa / Achir Yani S. Hamid ; editor, Monica Ester,

Onny Anastasia Tampubolon, - Jakarta : EGC, 2008

Konsep dasar keperawatan / Asmadi ; editor, Eka Annisa Mardella, - Jakarta : EGC, 2008

14