bab i - antockp82.files.wordpress.com file · web viewpendahuluan. latar belakang . halusinasi...

74
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan 1

Upload: buicong

Post on 30-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi

yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang

agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien

sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar

atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap

dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan

seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap

halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-

kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus

esksternal ,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang

diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang

berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu

pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan

kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi

dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

1

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat

ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium

dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi

lingkungan. (Siti Saidah Nasution S.Kp, 2003)

Hasil penelitian menyatakan 15 persen dari populasi penduduk di

Indonesia terdeteksi mengalami gangguan kesehatan jiwa atau sekitar 34.350.000

jiwa dan persentase itu juga berlaku di semua daerah," kata Gerald, (dalam

symposium dan workshop tentang deteksi dini gangguan jiwa khusus para

dokter, yang digelar di Mataram tahun 2008) Diperkirakan jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2008 berjumlah 229 juta. jiwa. Gangguan jiwa

mengakibatkan bukan saja kerugian ekonomis, material dan tenaga kerja , akan

tetapi juga penderitaan yang sukar dapat digambarkan besarnya bagi

penderitanya, maupun bagi keluarganya dan orang yang dicintainya, yaitu seperti

kegelisahan, kecemasan, keputus-asaan, kekecewaan, kekhawatiran dan

kesedihan yang mendalam. (www.cpddokter.com).

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi

yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang

agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien

sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar

atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap

dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan

2

seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap

halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-

kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Halusinasi dapat terjadi pada salah satu dari 5 modalitas sensori utama

penglihatan, pendengaran, bau, rasa, dan perabaan persepsi terhadap stimulus

eksternal dimana stimulus tersebut sebenarnya tidak ada. (Rowling & Heacock,

1993)

Rumah Sakit jiwa Pusat kendari adalah satu-satunya Rumah Sakit Jiwa

yang ada di kendari. Berdasarkan data pada tahun 2008 jumlah pasien dengan

gangguan jiwa sebanyak 205 orang dengan kriteria laki-laki sebanyak 149 orang

(72,68%) perempuan sebanyak 56(27,31%) orang sedangkan jumlah klien

halusinasi 70 orang dengan kriteria laki-laki 55 (78,57%) perempuan 15 (21,42%)

(sumber buku registrasi ruangan rekam medik).

B. Batasan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti secara empiris, mengenai Karakteristik penderita halusinasi dirumah

sakit jiwa pusat kendari.

C. Rumusan Masalah

Halusinasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada klien dengan

gangguan kejiwaaan, halusinasi timbul melalui keadaan seseorang mengalami

tekanan atau beban mental yang berat, sehingga berdampak mencenderai diri

sendiri dan orang lain berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah

3

dengan pertanyaaan sebagai berikut " bagaimana karakteristik pada penderita

halusinasi pendengaran diruang rawat inap RSJ pusat kendari tahun 2009

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran

diruang rawat inap RSJ pusat kendari periode januari – juni tahun 2009

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi

pendengaran berdasarkan usia

b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi

pendengaran berdasarkan jenis kelamin

c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi

pendengaran berdasarkan pekerjaan

d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi

pendengaran berdasarkan pendidikan

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi kesehatan

Diharapkan dapat menambah informasi pada pihak dirumah sakit dalam

mengambil kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dirumah

sakit jiwa tersebut

4

2. Bagi ilmu pengetahuan

Diharapkan dapat menambah informasi yang ada khususnya bagi

keperawatan jiwa tersebut dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan

dengan halusinasi.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dalam hal ini bagaimana

melaksanakan pelayanan keperawatan terutama dalam menangani klien

dengan gangguan halusinasi pendengaran.

4. Bagi Institusi Akper Pemda Konawe

merupakan bahan masukan bagi institusi pendidikan terutama dalam

mengetahui dan memahami tentang pasien dengan haluisinasi pendengaran

sehingga dapat lebih dipahami.

5. Bagi Masyarakat

penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat khususnya

mengenai penyakit gangguan jiwa pada masyarakat terutama yang terkait

dengan halusinasi

5

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

rumah sakit jiwa pusat kendari adalah rumah sakit jiwa Type B, berdiri

secara resmi pada tahun 1986. rumah sakit jiwa pusat kendari berdiri diatas tanah

seluas 140.000 M² dengan luas bangunan 5.992 M², dengan status kepemilikan

pemerintah daerah. Lokasi rumah sakit jiwa terletak di jl. Rumah sakit jiwa No.29

kelurahan tobuuha kecamatan mandonga kendari dengan betas –batas wilayah

sebagai berikut :

a. sebelah utara berbatasan dengan kecamatan soropia

b. sebalah barat berbatasdan dengan kecamatan sampara

c. sebelah timur berbatasan dengan laut banda

d. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan ranomeeto

B. Keadaan Demografi

wilayah kerja rumah sakit jiwa pusat kendari meliputi seluruh daerah /kota

se provinsi sulawesi tenggraa dengan jumlah penduduk 1.630.616 jiwa. Jumlah

kunjungan rawat jalan rata-rata perhari adalah 20 sampai dengan 25 orang

pengunjung. Sedangkan rata-rata pasien rawat inap perhari 100 sampai dengan

115 orang. Rumah sakit jiwa pusat kendari merupakan pusat rujukan pelayanan

yang bermutu kepada masyarakat dangan sumber daya yang ada sesuai visi, misi

dan budaya kerja yang telah ditetapkan.

6

C. Sarana Dan Prasarana

1. sarana gedung

a). Kantor 1 unit

b). Auditorium 1 unit

2. jenis pelayanan

a). unit rawat jalan

1. poliklinik umum

2. poliklinik psikiatri

3. poliklinik psikologi

4. poliklinik psioterapi

5. poliklinik gigi

6. unit laboratorium

7. unit instalasi farmasi

8. catatn medik

b). Unit rawat inap

1. kelas VIP

2. kelas I

3. kelas II

4. kelas I,II,dan III

c). UGD Psikiatri

d). Unit rehabilitasi

e). Unit rehabilitasi pasien narkoba.

7

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Halusinasi

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi

pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra

yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi

sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan),

sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan

penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang

dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran

individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat

klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain

klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan

oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa

adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental

Health Nursing, 1987).

8

2. Etiologi

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada

klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan

delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan

alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi,

kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat

dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti

depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan

halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian

obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal

yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti

kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada

pembicaraan.

Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui

namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis ,

psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan ,

biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

3. Psikopatologi

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan

persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau

mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam

bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan

9

mengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,

akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa

pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau

bibirnya bergerak-gerak.

Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori

yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,

fisiologik dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga

yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari

dalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi

yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak

ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau

patologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscius

bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.

Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya

keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah

retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi

diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

4. Manifestasi Klinik

Tahap I

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

Gerakan mata yang cepat

10

Respon verbal yang lambat

Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Tahap II

Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

Penyempitan kemampuan konsenstrasi

Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas

Tahap III

Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

dari pada menolaknya

Kesulitan berhubungan dengan orang lain

Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

Tahap IV

Prilaku menyerang teror seperti panik

Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,

agitasi,menarik diri atau katatonik

Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang (www.rafani.co.cc)

11

5. Klasifikasi halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan

karakteristik tertentu, diantaranya :

a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,

teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang

yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan

dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /

atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan

atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk,

amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang –

kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,

kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau

tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu

yang busuk, amis dan menjijikkan.

12

f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi

tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna

atau pembentukan urine.(Yosep Iyus, 2007)

6. Proses terjadinya halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari

gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi

paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang

mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons

tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang

membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi

tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak

bicara atau pada benda mati.

Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan

schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi,

psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.©2004 Digitized by USU

digital library 3

7. Faktor – faktor penyebab halusinasi

a. Faktor predisposisi

13

1. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf –

syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang

mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat

dan muncul perilaku menarik diri.

2. Psikologis

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan

tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Tahap-tahap tampilan klien perilaku yang diperlihatkan adalah :

Tahap I

14

- Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum,

halusinasi merupakan suatu kesenangan.

- Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

- Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan

ansietas

- Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol

kesadaran, nonpsikotik.

- Tersenyum, tertawa sendiri

- Menggerakkan bibir tanpa suara

- Pergerakkan mata yang cepat

- Respon verbal yang lambat

- Diam dan berkonsentrasi

Tahap II

- Menyalahkan

- Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan

perasaan antipati

- Pengalaman sensori menakutkan

- Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

- Mulai merasa kehilangan kontrol

- Menarik diri dari orang lain non psikotik

- Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

15

- Perhatian dengan lingkungan berkurang

- Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja

- Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas

Tahap III

- Mengontrol

- Tingkat kecemasan berat

- Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi

- Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi)

- Isi halusinasi menjadi atraktif

- Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik

- Perintah halusinasi ditaati

- Sulit berhubungan dengan orang lain

- Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik

- Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan

berkeringat

Tahap IV

- Klien sudah dikuasai oleh halusinasi

- Klien panik

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak

mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam

atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.

16

- Perilaku panik

- Resiko tinggi mencederai

- Agitasi atau kataton

- Tidak mampu berespon terhadap lingkungan

Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi

Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia,

suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif.

Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang

telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan

perilaku yang dapat diamati

Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini

peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan

di BPK RSJ Propinsi Bali dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga

keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal

merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan

sebagai pengawas minum obat (Maramis,2004)

8. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga

sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien

17

dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang

sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan

keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

(Maramis,2004)

1. Farmakoterapi

a. Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita

skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai

diberi dalam dua tahun penyakit.

b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada

penderita dengan psikomotorik yang meningkat.

2. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan

kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik

melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi

kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan

dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik

4-5 joule/detik.

3. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat

membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud

18

mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja

sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien

lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak

mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang

baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,

seperti therapy modalitas yang terdiri dari :

a. Therapy aktivitas

1. Therapy musik

Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.

Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.

2. Therapy seni

Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai

pekerjaan seni.

3. Therapy menari

Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh

4. Therapy relaksasi

Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok

Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif,

meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam

kehidupan.

b. Therapy sosial

Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain

19

c. Therapy kelompok

Group therapy (therapy kelompok)

1. Therapy group (kelompok terapiutik)

2. Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas

kelompok)

d. Therapy lingkungan

Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga

(home like atmosphere) (www.blogskripsiperawat.com)

B. Tinjauan umum tentang karaketristik penderita halusinasi

1. Usia

Usia disini dimaksud adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat

mendukung terjadinya gangguan jiwa antara lain :

a. usia bayi

Yang dimaksud masa adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar

perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan

pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu :

- cara mengasuh bayi

cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat aman/ bagi

bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat,

terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak

acuh bahkan menolak dan dikemudian hari akan berkembang

20

kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap

lingkungan.

- Cara memberi makanan

Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa

aman dan dilindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan

tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.

b. Usia prasekolah ( antara 2-7 tahun)

Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh displin dan

otoritas, hal-hal yang penting pada fase ini adalah :

- hubungan orang tua- anak

penolakan orang orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan,

akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara

penyerahan penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik

diri atau malah menentang dan memberontak.

- Perlindungan yang berlebihan

Menunukkan anak atau memaksakan kehendak/mengatur dalam segala

hal, mengakibatkan kepribadian si anak tidak berkembang secara

wajar ketika dewasa memiliki kepribadian yang mantap, cenderung

mementingkan diri sendiri dan akibatnya kurang berhasil sebagai

orangtua.

- Perkawinan tidak harmonis dan kehancuran rumah tangga.

21

Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati displin

tidak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan

menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. Hal tersebut

merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan

gangguan kepribadian pada anak dikemudian.

- Otoritas dan disiplin

Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan

anak, diberikan dengan cara yang baik, tegas, dan konsisten, sehingga

anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang diluar

kemampuan sianak , dipaksakan dengan cara yang keras kaku,

menyebabkan anak akan melawan memberontak atau menuntut

berlebihan. Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan

keras, akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian

hari mungkin menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin

kesempurnaan (perfeksionios).

- Perkembangan seksual

Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara

jelas, terus terang wajar dan obyektif terhadap masalah seksual pada

anak akan mengembangkan sikap positif. Reaksi orang tua yang

menyebabkan anak menganggap seks adalah tabu, menjijikan,

22

memalukan dan sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual

dikemudian hari.

- Agresi dan permusuhan

Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan pola-

pola yang berguna. Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak

akan mengekang, sehingga timbul tingkah laku mengganggu. Agresi

dan permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan sikap defend

dan mau menang sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan

menyebabkan anak menjadi nakal dan terbiasa dengan perbuatan-

perbuatan yang mengganggu ketertiban.

- Hubungan kakak – adik

Persaingan yang sehat antara adik-kakak merupakan hal yang wajar

dan menjadi dasar untuk tumbuh dan berkembang secara baik.

Persaingan yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih, menghukum

tanpa meneliti, prasangka, kompensasi berlebihan, dan sebagainya)

akan merupakan dasar terbentuknya sifat-sifat yang merugikan.

- Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan

Kematian, kecelakaan, sakit perut, perceraian, perpindahan yang

mendadak, kekecewaan yang berlarut-larut dan sebagainya, akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian, tapi juga tergantung pada

keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau suasan saat itu) apakah

23

mendukung atau mendorong dan tergantung pada pengalamannya

dalam menghadapi masalah tersebut.

c. Usia anak sekolah

Masa ini tandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat.

Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar

dari batas-batas kelurga

d. Usia remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang

penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan

atau kelaki-lakian) sedang secara kejiwaan, pada masa ini pterjadi

pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai (hak-hak

seperti orang dewasa), sedang dilain pihak belum sanggup dan belum

ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentrik

bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah

sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh

pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia

remaja.

e. Usia dewasa muda

Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia

akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umunya ia

akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya

24

yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila

mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-

gangguan jiwa. Masalah-masalah yang penting pada masa ini adalah :

1. hubungan dengan lawan jenis; masa ini dimulai dari masa pancaran.

Menikah dan menjadi

2. beberapa faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :

o perasaan takut yang bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan

o perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua, ketidak

sanggupan mempunyai anak.

o Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada

penyesuaian baru dalam tingkah laku/berpikir)

o Masalah-masalah keuangan

o Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan.

f. Usia dewasa tua

Sebagai patokan, masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial

seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul :

- menurunnya keadaan jasmaniah

- perubahan susunan keluarga (anak yang mulai berumah tangga atau

bekerja ) maka orang tua sering kesepian.

25

- Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam

bidang pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.

- Penurunan fungsi seksual dan reproduksi

Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan

seperti rendah diri dan pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat

seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat

dan mungkin usaha bunuh diri.

g. Usia tua

Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan masa ini berkurangnya

daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan

jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan

rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orangtua

terhadap orang dilingkungannya. Persaan terasing karena kehilangan

teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan

emosional cukup hebat (Yosep Iyus, 2007)

Didalam mendapatkan laporan umur atau usia pada masyarakat

pedesaan yang masih banyak didapatkan buta huruf. Untuk keperluan

perbandingan maka WHO mengajurkan pembagian pembagian umur

sebagai berikut:

- Menurut tingkat kedewasaan yakni bayi dan anak-anak (0-14 tahun)

- Intervel 5 tahun yakni 1-4 dan 5-9 dan seterusnya.

26

Untuk mempelajari penyakit anak (Budiarto, Eko. 2003).

2. Jenis Kelamin

Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki

maupun perempuan. Tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan

frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan

perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis.

Angka-angka diluar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih

tinggi dikalangan perempuan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada

pria. Sebab-sebab adanya angka kematian yang lebih tinggi dikalangan

wanita. Di Amerika Serikat dihubungankan dengan kemungkinan bahwa

wanita lebih bebas untuk mencari perawatan (Budiarto, Eko. 2003).

Hal tersebut menggambarkan adanya perbedaan tingkat kejadian suatu

penyakit pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan

demikian pula dalam hal penyakit kejiwaan .

3. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang kedua setelah masa

perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah

pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,

mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun kehilangan pekerjaan (PHK), dan

lain sebagainya.

Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasarkan bakat dan minat sendiri,

pemilihan yang semata-semata dipaksa /disuruh/kompensasi atau karena

27

“kesempatan dan kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian

dalam pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul

bermacam keluhan jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam

pekerjaan dan terlihat ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi

pemarah dan mudah tersinggung. (Yosep Iyus, 2007).

Kebanyakan pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah

lagi dengan tuntutan yang harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup

dalam keadaan ketegangan (stress). Suatu penelitian dikalangan karyawan

amerika yang tergolong white collar employees. Menyebutkan bahwa 44%

dari mereka termasuk yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over

load). Mereka menunjukkan berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan

dalam impaiment of behavior atau emotional disturbances. Dalam pada itu

para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besranya ongkos yang dikeluarkan

untuk biaya pengobatan / perawatan dan kehilangan jam kerja. Dalam suatu

penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa kerugian dari sektor

ini saja diperkirakan meliputu jimlah antara 50 hingga sampai 75 miliar dollar

setahunnya. Hal ini berati lebih dari 750 dollar amerika untuk siap rata-rata

karyawan amerika.

Pengangguran membawa pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress

terpenting bukanlah hakikat kehilangan pekerjaan itu sendiri tetapi lebih

bersifat perubahan-perubahan domesti psikologis yang berjalan secara

28

perlahan-lahan. Hal ini lambat laun mambahayakan kesehatan individu yang

bersangkutan .

4. Pendidikan

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan

diluar faktor dalam diri meliputi semua potensi individu sejak lahir , setiap

manusia mempunyai potensi yang mengembangkan pikiran, perasaan segi

sosial bakat dan minat dalam potensi ini akan tetep terpendam jika tidak

dikembangkan melalui pendidikan, sehingga ditinjau dari potensi pendidikan

mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui

pendidikan diharapkan terbentuk kepribadian seseorang yang boleh dikatakan

hampir semua kelakuan individu dipengaruhi dan pada orang lain (Nasution

1995)

Menurut Tirtaraharja (2000), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam 3

bentuk yaitu :

1. Pendidikan formal ( lingkungan sekolah )

dilingkungan sekolah, peserta didik untuk memeperluas bekal yang telah

diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar lanjutan

(dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat

digunakan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan

tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersaipkan secara formal dan

berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang.

29

2. Pendidikan Informal (lingkungan keluarga)

didalam lingkungan keluarga anak dilatih bertbagai kebiasaan yang baik

(habit information) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan,

kesopanan dan moral. Disamping itu, kepada mereka ditanamkan

keyakinan-keyakinan yang penting utamnya hal-hal yang bersifat religius.

Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum

perkembangannya rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan

dan keyakinan-keyakian penting yang mendarah dading merupakan

landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan

3. pendidikan non formal (lingkungan masyarakat)

dilingkungan masyarakat, peserta didik memperoleh bekal praktis untuk

berbagai jenis pekerjaan khususnya mereka yang tidak sempat

melanjutkan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita

(sebagai masyarakat yang sedang berkembang). Sistem pendidikan non

formal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bertalian erat

dengan semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang

pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif

karena dapat mengkonpensasikan keterbatasan lapangan kerja formal

dilembaga-lembaga pemerintah. Disamping itu juga dapat memperbesar

jumlah angka kerja tingkat dan menengah yang sangat diperlukan untuk

memelihara proporsi yang selaras antara pekerja rendah, menengah dan

30

tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan

kestabilan nasional.

Menurut Unesco yang dikutip oleh lunardi, pendidikan orang

dewasa apapun isi tingkatan serta metodenya baik formal maupun

informal merupakan lanjutan atau pengganti pendidian disekolah ataupun

diluar sekolah hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan atau

adanya perubahan kemampuan , penampilan atau perilaku, selanjutnya

perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan penambahan

pengetahuan, sikap atau keterampilan namun demikian perubahan sikap

dan pengetahuan ini belum tentu merupakan jaminan terjadinya

perubahan perilaku sebab perilaku baru tersebut kadang-kadang

memerlukan dukungan materil misalnya seorang ibu memerlukan uang

untuk dapat mengelola dan memberikan makanan yang bergizi pada anak-

anaknya (Notoatmodjo, 2003)

31

BAB IV

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran Variabel Yang di Teliti

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari

gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling

sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang

mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu

seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa

juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan

mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda

mati.

Usia disini dimaksud adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat

mendukung terjadinya gangguan jiwa

Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki

maupun perempuan. Tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi

antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan

pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang kedua setelah masa

perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah

pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi,

jabatan, kenaikan pangkat, pensiun kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain

32

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan diluar

faktor dalm diri meliputi semua potensi individu sejak lahir , setiap manusia

mempunyai potensi yang mengembangkan pikiran, perasaan segi sosial bakat dan

minat dalam potensi ini akan tetep terpendam jika tidak dikembangkan melalui

pendidikan, sehingga ditinjau dari potensi pendidikan mempunyai tugas untuk

mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk

kepribadian seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu

dipengeruhi dan pada orang lain sebagainya.

B. Bagan Variabel yang Diteliti dan tidak diteliti

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Varaibel yang tidak diteliti

33

Usia

Jenis kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

HalusinasiPendengaran

Ekonomi

Lingkungan

C. Definisi operasional dan kriteria obyektif

1. Halusinasi Pendengaran

Halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan

dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik

2. Usia

Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai

kunjungan pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2003)

Kriteria Obyektif :

0-15 tahun

15-24 tahun

25-44 tahun

45-64 tahun

> 65 tahun

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah pengelompokkan jenis kelamin yang dibedakan

atas laki-laki dan perempuan

Kriteria obyektif :

1 = Laki-laki

2 = Perempuan

34

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin dalam

kehidupan sehari-hari (Simonguntong, 2004)

Kriteria Obyektif :

Bekerja : apabila pasien memiliki pekerjaan profesi yang pernah di

tekuni

Tidak bekerja: apabila pasien tidak memiliki pekerjaan

5. Pendidikan

pendidikan adalah suatu ilmu merupakan sumber pengetahuan dari

seseorang yang dicapai secara berjenjang dalam bentuk formal

(Simonguntong, 2004)

Kriteria Obyektif :

Pendidikan Rendah : Tidak Sekolah, SD

Pendidikan menengah : SMP. SMU

Pendidikan Tinggi : Diploma, perguruan tinggi

35

BAB V

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey

yang bertujuan untuk mengetahui kejadian halusinasi berdasarkan Usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai tanggal 16 - 31 Oktober tahun

2009 di RSJ pusat kendari

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien halusinasi periode

Januari-Juni 2009 di RSJ pusat kendari yang berjumlah 60 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah seluruh pasien halusinasi pendengaran di ruang rawat inap

RSJ pusat kendari Periode Januari - Juni Tahun 2009 yang berjumlah 56

Teknik sampel dalam peneltian ini adalah purposive sampling yaitu

teknik pengambilan sampling berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu dari

populasi (azis Alimul H. 2008)

36

D. Jenis data

dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. data primer yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disediakan oleh peneliti

2. data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu data

jumlah penderita halusinasi pendengaran RSJ pusat Kendari

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual yang selanjutnya disajikan

dalam bentuk master tabel:, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

dikelompokkan berdasarkan hasil observasi

F. Analisis Data

Analisis univariat, adalah analisis satu variabel tertentu yang akan

mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan responden dari semua

variabel dengan menggunakan rumus.

fX = x k

N

Keterangan :

f : Jawaban Responden

n : jumlah sampel

k : konstanta (100%)

X : persentase hasil yang dicapai

37

(Candra , 1995 : 53)

G. Penyajian

Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian

dinarasikan.

H. Personalia

Peneliti

Nama peneliti : Asriadi

Nim : 06. 014

Nama pembimbing : Sutarmo S.St

38

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

a. Distribusi Berdasarkan Usia

Tabel 6.1 Distribusi Responden Menurut Usia Yang Mengalami Gangguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari

Usia (tahun) Distribusi Persentase

0-15

16-24

25-44

45-64

65 >

1

13

33

9

0

1,79 %

23, 21%

59 %

16%

0 %

Jumlah 56 100 %

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 6.1 diatas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden

yang paling banyak pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebesar 33

(59%) responden kemudian pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13

(23%), pada kelompok usia 45-64 sebsesar 9 (16%) paling sedikit pada

kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden.

39

b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis

Tabel. 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Mengalami Gangguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari

Jensi kelamin Distribusi Persentase

Laki-laki

perempuan

35

21

62,5 %

37,5 %

Jumlah 56 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 6.2 diatas dari 56 responden lebih besar yang

berjenis kelamin laki-laki yaitu 35orang (62,5 %) dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 21 orang (37,5%).

c. Distribusi Responden berdasarkan pendidikan

Tabel 6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Yang Mengalami Ganguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari

Pendidikan Distribusi Persentase

Rendah

Menengah

Tinggi

29

24

3

51,78 %

42,85 %

5,35 %

Jumlah 56 100 %

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 6.3 diatas dari 56 responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 3 orang (5,35%) dan yang berpendidikan menengah sebanyak

24 (42,85%) serta yang berpendidikan rendah sebanyak 29 (51,78%)

40

d. Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 6.4 Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan Responden Yang Mengalami Ganguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari

Pekerjaan Distribusi Persentase

Tidak Bekerja

Bekerja

32

24

57 %

43 %

Jumlah 56 100%

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 6.4 diatas dari 56 responden yang memiliki pekrjaan

sebanyak 24 orang (43%) dan yang tidak bekerja sebanyak 24 (43%)

B. PEMBAHASAN

Pembahasan analissis tentang karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran

di rumah sakit jiwa pusat kendari, berdasarkan hasil penelitian maka dapat

dibahas dengan melihat beberapa variabel penelitian yang meliputi : usia, jenis

kelamin, pekerjaan , pendidikan dapat disajikan sebagai berikut :

a. Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada

pada rentang usia 25- 44 tahun yakni sebanyak 33 (59%) kemudian pada

kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13 (23%), pada kelompok usia 45-64 sb 9

(16%) paling sedikit pada kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden.

Usia responden pada rentang 25-44 tahun merupakan usia produktif ,

sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan rata-rata mereka yang megalami

41

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran berada pada rentang usia

produktif.

Secara teoritis bahwa faktor usia dapat mempengaruhi terjadinya

gangguan jiwa pada seseorang, karena makin bertambahnya usia sesorang

apalagi dalam memasuki usia-usia dewas hingga usia produktif maka semakin

banyak tanggung jawab yang diemban seseorang dalam menjalani hidupnya,

tak ayal jika sesorang yang dalam hidupnya memiliki beban dalam tanggung

jawabnya menghidupi keluarganya sehingga dalam proses menjalani

kehidupannya ia selalu terbebani dan memilki tanggung jawab yang besar.

Hal inilah yang memungkinkan sesorang untuk dapat mengalami gangguan

jiwa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang yang dilakukan oleh

direktorat kesehatan jiwa Depkes RI, yang menyatakan bahwa penderita

gangguan jiwa saat ini cenderung dialami sesorang semenjak sesorang

menginjak usia dewasa hingga usia produktif, penyebab gangguan jiwa yang

dilaporkan antara lain narkoba, mental retardasi, disfungsi mental, dan

didintegrasi mental. Kemudian data Survey the indonesian Psyciatris

epidemiologic network, menyatakan bahwa angka gangguan jiwa orang

dewasa 18,5% dari jumlah penduduk. Berdasarkan survei satu dari lima orang

dewasa mengalami gangguan jiwa atau satu dari anggota keluarga mengalami

gejala-gejala gangguan jiwa.

42

b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran berjenis kelamin laki-laki

yakni sebanyak 35 (62,5%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 21(31,5%).

Berdasarkan pengamatan bahwa sebagian besar penderita gangguan

jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang berjenis kelamin

laki-laki dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan, hal ini karena pada

seseorang yang berjenis kelamin laki-laki lebih memiliki tanggung jawab

yang besar dalam menjalani kehidupan apalagi didalam kehidupan rumah

tangga, seorang laki-laki harus bisa menjadi kepala keluarga yang

bertanggung jawab untuk memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya.

Ketika sesorang tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya maka sesorang

akan merasa terbebani sehingga akibat beban tersebut oarang akan merasa

tertekan yang akhirnya dapat menyebabkan gejala depresi yang nantinya akan

menyebabkan gangguan jiwa pada diri seseorang. Hal inilah yang mungkin

dapat menyebabkan seseorang dapat mengalami gangguan jiwa terutama bagi

laki-laki.

c. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran yang berpendidikan rendah

43

sebanyak 29(51,78%) reponden. Dan yang berpendidikan menengah 24

(42,85%) kemudian yang berpendidikan tinggi sebanyak 3 (5,3%).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebagian besar penderita

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang memiliki

pendidikan yang rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan menegah

dan berpendidikan tinggi, hal ini dikarenakan pada orang yang memilki

pendiidkan yang rendah sangat rentan terhadap resiko untuk mengalami

gangguan.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lunardi

dalam Notoatmodjo,2003 bahwa pendidikan orang dewasa apapun isi

tingkatan serta metodenya baik formal maupun informal merupakan lanjutan

atau pengganti pendidikan disekolah ataupun diluar sekolah hasil pendidikan

orang dewasa adalah perubahan atau adanya perubahan kemampuan,

penampilan atau perilaku, selanjutnya perubahan perilaku didasari oleh

adanya perubahan penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilan

(Notoatmodjo, 2003).

Sehingga dari pendapat diatas dapat diuraikan bahwa bagi orang

memiliki pendidikan yang rendah ada kecenderungan untuk bertindak atau

bersikap kurang baik yang akhirnya akan berindikasi pada perilaku yang

negatif misalnya mencoba obat-obat terlarang yang akhirnya akan

meyebabkan gangguan jiwa.

44

d. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran yang tidak memilki

pekerjaan yakni sebanyak 32 (57%) sedangkan yang memiliki pekerjaan

sebanyak 24(43%).

Berdasakan pengamatan yang dilakukan sebagian besar penderita

gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang bekerja

dibandingkan dengan yang tidak memiliki pekerjaan, hal ini dikarenakan

pada orang yang tidak memiliki pekerjaan tingkat stressornya lebih tinggi

akibat merasa tertekan apalagi dalam masa-masa sulit seperti saat ini dimana

orang-orang yang mencari pekerjaan namun tidak mendapatkannya sehingga

pada saat-saat tertentu orang tersebut akan merasa tertekan sehingga dapat

menyebabkan depresi yang akhirnya berindikasi terhadap terjadinya gangguan

jiwa pada orang yang mengalaminya.

Pekerjaan bagi sesorang sangat penting sebab pekerjaan menunjang

sesorang untuk lebih sejahtera dalam menjalani hidup, seeorang yang tidak

memiliki pekerjaan (penangguran) mungkin akan merasa bahwa dirinya tidak

berguna, tidak produktif dan tidak dapat membahagiakan orang-orang yang

dicintainya, sebab dengan adanya pekerjaan sesorang dapat menghasilkan

materi dari apa yang dikerjakannya.

Menurut Iyus Yosep, 2007 Bahwa Pengangguran membawa pengaruh

bagi kesehatan jiwa. Sumber stress terpenting bukanlah hakikat kehilangan

45

pekerjaan itu sendiri tetapi lebih bersifat perubahan-perubahan domestik

psikologis yang berjalan secara perlahan-lahan. Hal ini lambat laun

mambahayakan kesehatan individu yang bersangkutan .

Oleh karena itu pekerjaan sangat penting bagi sesorang sebab dengan

adanya pekerjaan orang akan merasa lebih berguna dan dapat membahagiakan

orang-orang yang dicintainya.

46

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dirumah sakit jiwa pusat kendari dapat

disimpulkan bahwa:

1. Dari 56 responden yang diteliti pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebesar

33 (59%) responden kemudian pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13

(23%), pada kelompok usia 45-64 sebsesar 9 (16%) paling sedikit pada

kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden

2. Dari 56 responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 35 orang

(62,5 %) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (37,5%).

3. Dari 56 responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 24 (43%) dan

memiliki pekerjaan sebanyak 24 orang (43%)

4. Dari 56 responden sebagian besar berpendidikan rendah sebanyak 29

(51,78%) berpendidikan menengah sebanyak 24 (42,85%) dan berpendidikan

tinggi sebanyak 3 orang (5,35%)

B. Saran

Merujuk pada hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini maka dapat

disampaikan beberapa saran berikut :

1. Kepada pihak rumah sakit jiwa pusat kendari provinsi sulawesi tenggara

untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan

angka kesembuhan bagi pasien dan dapat mengurangi angka kesakitan

47

maupun kekambuhan bagi pasien dengan gengguan jiwa khususnya halusinasi

pendengaran.

2. bagi peneliti selanjutnya agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat

lagi tentang karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran khususnya

dirumah sakit jiwa pusat kendari.

3. Kepada pihak institusi Akper Pemda Konawe agar dapat memperbanyak

literatur tentang keperawatan jiwa guna mempermudah jalannya penyusunan

penelitian bagi peneliti selanjutnya, sehingga lebih baik dan dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu keperawatan khusunya pada keperawatan jiwa.

4. kepada masyarakat khususnya bagi para orang tua agar lebih memperhatikan

sejak dini tentang kondisi perkembangan remaja putra dan putrinya dalam

mendidik agar tidak terjadi gangguan jiwa yang dapat berimplikasi pada

penyakit jiwa khususnya halusinasi pendengaran

48