bab ii - halusinasi

22

Click here to load reader

Upload: dery-martin-arang

Post on 25-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Keperawatan

TRANSCRIPT

SKRIPSI IREN

620

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Halusinasi1. Pengertian HalusinasiHalusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan external (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2010).Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari luar yang terjadi pada semua sistem penginderaan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Dalami, 2009)

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimana tidak terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud penginderaan kelima indera yang keliru, tetapi yang paling sering adalah halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi pengelihatan (visual) seperti merasa mendengar suara-suara yang mengajaknya bicara padahal tidak ada atau melihat sesuatu yang pada kenyataan tidak ada (Arif, 2006).Halusinasi merupakan gejala utama dari skizofrenia. Menurut Yosep (2009), skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan- lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Penderita skizofrenia biasanya juga mengalami halusinasi atau gangguan persepsi panca indera, sehingga seolah-olah penderita merasa seperti mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium bau tertentu, atau merasa seperti ada sesuatu yang mengganggu tubuhnya. Beberapa klien akan mengalami kekhawatiran, ketakutan, atau kecemasan yang sangat menggangu padahal sebenarnya sumber kekhawatiran, ketakutan, atau kecemasan tersebut tidak beralasan dan tidak bisa dibuktikan.Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gejala dari skizofrenia, yang merupakan gangguan persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.2. Klasifikasi HalusinasiMenurut Erlinafsiah (2010) pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya, halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penghidung, halusinasi pengecap, halusinasi sinestetik, dan halusinasi peraba. Halusinasi pendengaran ditandai dengan mendengar suara, terutama suara- suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Halusinasi penglihatan ditandai dengan adanya stimulus pengelihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometric, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks. Pengelihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

Halusinasi penghidung ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia. Halusinasi peraba ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. Halusinasi pengecap ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. Halusinasi sinestetik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukkan urine. 1. Tahapan HalusinasiTahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 tahap dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda (Dalami, 2009), yaitu tahap 1, klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Tahap 2, pengalaman sensori menakutkan. Klien mulai kehilangan kontrol dan menarik diri dari orang lain. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), konsentrasi dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk me mbedakan halusinasi dengan realita.Tahap 3, klien menyerah dan menerima pengalaman halusinasinya (sensori) tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. Tahap 4, pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku panik, tidak mampu berespon terhadap lingkungan, potensial untuk bunuh diri, tindak kekerasan, agitasi atau katanoni.2. Faktor-faktor Penyebab HalusinasiAdapun faktor faktor yang menyebabkan halusinasi, yaitu :

a. Faktor PresdiposisiFaktor presdiposisi halusinasi meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis berhubungan dengan gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gangguan yang mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri. Faktor psikologis meliputi keluarga pengasuh yang tidak mendukung (broken home, overprotektif, dictator dan lainnya) serta lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah: penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang kehidupan klien. Faktor sosial budaya merupakan kondisi sosial budaya yang mempengaruhi gangguan orientasi realita, dimana terjadi kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan terisolasi yang disertai stress.

b. Faktor presipitasiSikap persepsi: merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Dari data - data tersebut faktor presipitasi dikelompokkan sebagai berikut:1) Stressor biologisYaitu yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi. 2) Stressor LingkunganSecara biologis menetapkan ambang toleransi stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. (Erlinafsiah, 2010)B. Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Klien HalusinasiKognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. (Stuart dan Laraia, 2005). Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi biologis dan sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat memerlukan nutrisi untuk dapat berfungsi dan setiap adanya gangguan pengiriman nutrisi dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi ini.

Respon kognitif maladaptif meliputi ketidakmampuan untuk membuat keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respon tersebut dapat terjadi secara episodik atau terjadi terus-menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai dengan penurunan fungsi secara progresif tergantung stressor.

Psikomotor merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan bertindak atau melakukan sesuatu setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu ( Yosep, 2009 ). Kemampuan psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil kemampuan kognitif (memahami sesuatu). C. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan HalusinasiKeperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, komunitas).

Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan ( intervensi ), implementasi dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain.Pengkajian pada dasarnya adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Pengkajian dimulai dari klien masuk ke rumah sakit dan diteruskan sampai klien pulang. (Deswani, 2009).Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan (Deswani, 2009). Umumnya dalam diagnosa pada klien halusinasi yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi dan resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri atau orang lain.Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilaksanakan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009). Tujuan asuhan keperawatan klien halusinasi adalah klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami oleh klien. Implementasi adalah melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan. Melakukan intervensi keperawatan berarti mempersiapkan dan melakukan intervensi, memonitor respon, dan membuat perubahan-perubahan penting. Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan (Deswani, 2009).Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Pelaksaan tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan halusinasi yaitu :1. Membantu klien mengenali halusinasiPerawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.2. Melatih klien mengontrol halusinasiUntuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut meliputi:

a. Menghardik HalusinasiMenghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi. klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasinya atau tidak memperdulikan halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi, menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik halusinasi, meminta klien memperagakan ulang, dan memantau penerapan ini, menguatkan perilaku klien.b. Melatih bercakap-cakap dengan orang lainUntuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.c. Melatih klien beraktivitas secara terjadwalLibatkan klien dalam terapi modalitas, untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan membimbing klien membuat jadwal teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Klien beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan tindakan meliputi, menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih klien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari- hari sesuai dengan aktivitas yang sudah dilatih, dan memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan pada klien yang positif.d. Melatih pasien menggunakan obat secara teraturAgar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering kali mengalami putus obat sehingga klien mengalami kekambuhan. Tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat :1) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa2) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program3) Jelaskan akibat putus obat4) Jelaskan cara berobat5) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, benar dokumentasi )3. Pemberian psikofarmakologiGejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya diatasi dengan obat-obatan anti psikotik antara lain: golongan butirofenon: haloperidol, haldol, serenace, ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya diberi obat per oral 3 x 1,5 mg atau 3 x 5 mg. Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/ largactile/ promactile. Biasanya diberi per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100 mg pada malam hari saja.4. Melibatkan keluarga dalam tindakanKeluarga adalah lingkungan terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan atuh mengikuti program pengobatan. Salah satu tugas perawat adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah. Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi, pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat pasien halusinasi, cara berkomunikasi, pengaruh pengobatan dan tata cara pemberian obat, pemberian aktivitas kepada pasien, sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau, pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan klien (Yosep, 2009).

D. Strategi Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien HalusinasiMenurut Yosep ( 2009 ), strategi pelaksanaan dari intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi terdiri dari 4 pertemuan meliputi :Pertemuan I : Menghardik halusinasi1. terhadap halusinasi Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi6. Mengidentifikasi respons pasien7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harianPertemuan II : Berinteraksi dengan orang lain1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianPertemuan III : Beraktivitas secara teratur dengan menyusun jadwal kegiatan aktifitas sehari- hari (AKS)1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan klien di rumah)3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianPertemuan IV : Menggunakan obat1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianE. Gambaran Klien dengan Halusinasi

1. Usia

Usia merupakan lama waktu hidup atau ada ( sejak dilahirkan atau sejak diadakan ). Menurut Budiman ( 2008 ), usia dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau tidak langsung bersamaan dengan variabel lain sehingga menyebabkan perbedaan di antara angka kesakitan dan kematian masyarakat atau kelompok masyarakat.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kata yang sering digunakan untuk membedakan seks seorang laki laki atau perempuan ( Mubarak, 2011 ). Secara umum, penyakit dapat menyerang manusia baik laki laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis ( Budiman, 2008 )3. Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menyulitkan seseorang untuk memahami masalah yang terjadi dan sulit menerima ilmu yang didapat ( Notoatmojo, 2005 ). Pengetahuan dan intelegensia merupakan sumber koping yang membantu seseorang untuk melihat cara lain mengatasi stress. ( Stuart dan Laraia, 2005 ).4. Pekerjaan

Menurut Budiharto ( 2008 ) mengtakan berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh terhadap frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan ditempat pekerjaannya dengan berbagai suasana lingkungan yang berbeda.F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan ( Notoadmodjo, 2010 )

Variabel Bebas ( Independen )

Variabel Terikat ( Dependen)

G. Definisi OperasionalTabel 2. 1 Definisi Operasional

VariabelDefinisi OperasionalAlat UkurSkala

Variabel Independen

Implementasi Asuhan Keperawatan Jiwa : Halusinasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa : halusinasi yang dilakukan perawat kepada klien halusinasi,.Kuesioner dan ObservasiNominal

1. Ya

2. Tidak

UsiaUmur responden ( klien halusinasi ) yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan sekarang yang dinyatakan dalam tahunKuesionerRasio

Jenis Kelamin Jenis klien yang dilihat berdasarkan biologis dan fisik. Perempuan dan laki lakiKuesionerNominal

1. Ya

2. Tidak

PendidikanIjazah pendidikan terakhir yang dimiliki klienKuesionerOrdinal

1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. PT

PekerjaanSebagian besar waktu yang digunakan klienKuesionerNominal

1. Tidak Bekerja

2. Swasta

3. Wirausaha

4. Pelajar/Mahasiswa

Varibel Dependen

Kemampuan Kognitif Kemampuan pengetahuan yang dimiliki klien.Kuesioner dan wawancaraInterval

1. Ya

2. Tidak

Kemampuan PsikomotorRespon yang ditampilkan klien untuk mempraktekkannya apa yang sudah dipelajari Kuesioner dan observasiInterval

1. Ya

2. Tidak

Kemampuan Kognitif Mengontrol Halusinasi

Mengenal halusinasi

Mengenal cara menghardik halusinasi

Kemampuan Psikomotor Mengontrol Halusinasi

Menghardik

Bercakap cakap dengan orang lain

Melakukan aktivitas terjadwal

Patuh obat

Karakteristik Klien

Usia

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Implementasi Asuhan Keperawatan Jiwa : Halusinasi

Pertemuan 1: Mengenal halusinasi

Pertemuan 2: Mengontrol halusinasi

Pertemuan 3: bercakap cakap

Pertemuan 4: :Patuh obat

6