bab i fraktur

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab. Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, maupun kecelakaan rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat mengakibatkan fraktur atau patah tulang, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan sebagainya. Ditambah dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan semakin banyaknya tingkat kecelakaan trauma di bidang transportasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah Sakit Pusat Kepolisisan Raden Said Sukanto Jakarta, pada bulan Januari 2009 sampai dengan desember 2009 jumlah klien yang menderita fraktur sbanyak 382 orang, sedangkan klien yang menderita fraktur femur sebanyak 82 orang (22%). Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang memegang peranan penting dalam memenuhi Askep Fraktur Page 1

Upload: erma-sugihartini

Post on 28-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah

satu sebab. Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga,

maupun kecelakaan rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat

mengakibatkan fraktur atau patah tulang, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan

sebagainya. Ditambah dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang mengakibatkan semakin banyaknya tingkat kecelakaan trauma di

bidang transportasi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah Sakit Pusat

Kepolisisan Raden Said Sukanto Jakarta, pada bulan Januari 2009 sampai dengan

desember 2009 jumlah klien yang menderita fraktur sbanyak 382 orang, sedangkan

klien yang menderita fraktur femur sebanyak 82 orang (22%).

Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar

imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat

menyebabkan nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat

menyebabkan terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler.

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan keluarga secara

biopsikososiospiritual dan kultural. Perawat berperan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada fraktur femur sinistra diantaranya dengan usaha promotif yaitu

memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga keamanan dan

keselamatan diri. Usaha preventif, perawat menjelaskan cara pencegahan infeksi

lanjut yang ditimbulkan oleh tindakan pembedahan. Sedangkan upaya kuratif adalah

perawat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan

pembedahan. Upaya rehabilitatif, perawat menganjurkan kepada pasien untuk

sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap. Menganjurkan kepada pasien

untuk sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap, setelah

penatalaksanaan medis.

Askep Fraktur Page 1

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat

masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur

femur?

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

1. Apa itu fraktur femur?

2. Apa penyebab dari fraktur femur?

3. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang fraktur femur

2. Untuk mengetahui penyebab fraktur femur

3. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan fraktur femur

Askep Fraktur Page 2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

(Smeltzer dan Bare, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan

epifisis atau tulang rawan sendi. (Soebroto Sapardan, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah)

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000:347). Fraktur adalah

pemisahan atau patahnya tulang. (Marylin E. Doengoes. 2000). Fraktur terbuka adalah

fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi

(Sjamsuhidajat, 2000 : 1138).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat

trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak

dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang

cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 2005:543)

2.2 Etiologi

1. Cedera traumatic

a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah

secara spontan

b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,

misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c)  Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2. Fraktur patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma minor

dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :

a) Tumor tulang (jinak atau ganas)

b) Infeksi seperti osteomielitis

c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain.

3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada

penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

Askep Fraktur Page 3

2.3 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang

lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995).

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,

dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan

tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi

terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,

dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al,

1993).

2.4 Manifestasi Klinik

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda  functio

laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau

angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah

femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi

panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan

arteri dorsalis pedis.

a. Deformitas.

b. Bengkak atau penumpukan cairan/daerah karena kerusakan pembuluh darah.

c. Echimiosis.

d. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.

e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang meningkat karena

penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, di mana saraf ini

dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.

g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau

spasme otot.

h. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).

i. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

j. Hasil foto rontgen yang abnormal.

Askep Fraktur Page 4

k. Shock yang dapat disebabkan karena kehilangan darah dan rasa nyeri yang hebat.

2.4 Komplikasi

Menurut Sylvia and Price 2001, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain :

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT

menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi

pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini

disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan

pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan

yang terlalu kuat.

3) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada

kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan

bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen

dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,

hypertensi, tachypnea, demam.

4) Infeksi 

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini

biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan

bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

5) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang.

6) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas

kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada

fraktur.

Askep Fraktur Page 5

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu

yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan

supai darah ke tulang.

2) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai

dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi

palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. 

3) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat

kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

2.6 Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak

seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuhtanpa jaringan parut.

Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai

terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadaisampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen

tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor  biologis yang juga

merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Pada sisi fungsi

kaki yang cedar kebanyakan pasien kmbali ke performa semula. Namun hal ini tergantung

pada gambaran frakturnya , macam terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap

pengobatan.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :

a. Recognisi/pengenalan.

Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.

b. Reduksi/manipulasi.

Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali seperti

letak asalnya.

Askep Fraktur Page 6

c. Retensi/memperhatikan reduksi.

Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen

d. Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada

penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan

sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri,

perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda

gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan keti¬daknyamanan dikontrol

dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan

nyeri, termasuk analgetika).

e. Traksi

Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan memakai

katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.

Daya penarikan langsung mengena pada tulang maka penarikannya kuat. Paku kawat

baja (Qirsuk wire) dipakai dalam cara ini. Karena daya penarikannya kuat, dilakukan

pada patah tulang orang dewasa yang pergeserannya besar dan patah tulang yang

sudah lama.

f. Gips

Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu

dengan mempergunakan alat tertentu.

g. Operation/pembedahan

Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode

ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut,

maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan

menggunakan orthopedi yang sesuai

2.8 Pemeriksaan penunjang

1. X.Ray

2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

Askep Fraktur Page 7

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Tn.

D dengan diagnosa Fraktur Femur Dextra di Ruang Ortho Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung. Study kasus ini diambil 3 hari mulai dari tanggal 25 Mei 2014 sampai dengan

tanggal 27 Mei 2014.

Berikut adalah Asuhan Keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan tahap-tahap

proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaaan

keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

I. Identitas

A. Identitas klien

a) Nama : Tn. D

b) No. RM : 2003090072

c) Umur : 25 Tahun

d) Status perkawinan : M

e) Pekerjaan : Wiraswasta

f) Agama : Islam

g) Pendidikan terakhir : SMA

h) Suku : Sunda

i) Alamat : Suka Miskin

j) Sumber Biaya : Kakak Kandung

k) Tanggal masuk RS : 25 April 2014

l) Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra

B. Identitas Penanggung jawab

1. Nama : Tn G

2. Umur : 30 Tahun

3. Hubungan dengan klien : Saudara/ Kakak Kandung

4. Pendidikan terakhir : SMA

5. Alamat : Suka Miskin

Askep Fraktur Page 8

II. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan saat Pengkajian /Keluhan utama :

Klien mengeluh nyeri pada daerah femur sebelah kanannya karena klien jatuh dari

motor dan mengakibatkan fraktur pada femur sebelah kanannya. Klien mengatakan

mengalami nyeri hebat yang hilang timbul dan semakin bertambah nyeri pada saat di

gerakkan. . Pada saat di gambarkan tingkatan nyeri dari skala 1-10, klien mengatakan

berada di tingkatan 9.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Penyakit Yang Pernah Dialami

Riwayat penyakit berat : Tidak ada

Riwayat Kecelakaan : Tidak ada

Riwayat perawatan RS : Tidak ada

Riwayat operasi : Tidak ada

Riwayat pengobatan : Tidak ada

Riwayat alergi : Tidak ada

c. Riwayat Kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi

I

II

86 82 60 56 45 50

36 31 29 25 24 19 16

III

Symbol genogram:

Askep Fraktur Page 9

:laki-laki

:perempuan

X :meninggal dunia

:klien

:cerai

Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien tidak

mempunyai riwayat penyakit yang dapat menjadi factor resiko terjadinya fraktur femur

dextra.

d. Riwayat Psikososial dan spiritual

1. Pola koping

Klien mengatakan pada saat femurnya mengalami fraktur ia tetap berusaha menahan

rasa nyeri yang dirasakan.

2. Harapan klien terhadap keadaan penyakitnya

Klien berharap agar kaki kanan(femur) yang mengalami fraktur dapat dirawat sebaik

mungkin dan bisa cepat sembuh dalam jangka waktu yang singkat.

3. Factor stressor

lien merasa takut jika femur kanannya yang mengalami fraktur tidak mendapatkan

perawatan yang optimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses

penyembuhan penyakitnya.

4. Konsep diri

Klien mengatakan konsep dirinya sangat terganggu dengan adanya fraktur femur kaki

kanan yang sedang di deritanya.

5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya

Klien merasa dan sangat yakin jika femur kanannya yang mengalami fraktur

mendapatkan pelayanan yang baik akan dapat mempercepat proses penyembuhan

kakinya.

6. Adaptasi

Setelah klien mengalami fraktur pada tungkai kanannya (femur) ia tidak dapat

melakukan aktivitas dan sangat mengharapakan bantuan perawat atau keluarganya

dalam melakukan aktivitas.

7. Hubungan dengan anggota keluarga

Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga sangat baik

8. Hubungan dengan masyarakat

Askep Fraktur Page 10

Klien mengatakan hubungan dengan anggota masayrakat baik

9. Perhatian terhadap orang lain & lawan bicara

Klien tampak masih perhatian terhadap orang lain dan lawan bicaranya, terutama pada

petugas pemberi layanan kesehatan.

10. Aktifitas social

a. Orang yang terpenting adalah kedua orang tua.

b. Klien mudah mendapat teman.

c. Jika ada masalah dibicarakan dengan orang tua.

11. Bahasa yang sering di gunakan

Klien mengatakan selalu menggunakan bahasa indonesia jarang mengguanakan

bahasa daerah.

12. Keadaan lingkungan

Klien dan orang tua mengatakan lingkungan di sekitar rumah bersih aman dan dapat

memberikan rasa nyaman.

13. Kegiatan keagamaan /pola ibadah

Klien mengatakan selalu patuh dalam beribadah sebagai orang yang beragama islam.

14. Keyakinan tentang kesehatan

Klien dan orang tua mengatakan bahwa penyakitnya akan sembuh dengan baik

karena dia akan selalu mengikuti setiap program pengobatan.

e. Kebutuhan dasar /pola kebiasaan sehari –hari

1. Makan

Sebelum MRS :

- Pola makan : Nasi, sayur, + lauk-pauk

- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari

- Nafsu makan : Baik

- Makanan pantang : Tidak ada

- Makanan yang disukai : Tidak ada yang menonjol

- Makan pantangan : -

Setelah MRS : Tidak ada perubahan.

2. Minum

Sebelum MRS :

- Frekuensi : Sering

Askep Fraktur Page 11

- Volume : ± 1,5 liter/hari

- Minuman yang disukai : Susu

- Minuman pantangan : Alkohol

Setelah MRS :

- Frekuensi : 3x sehari,

- Volume : lebih banyak dan di berikan minuman yang di sesuaikan.

- Diet Rs :-

3. Tidur

Sebelum MRS :

- Kebiasaan tidur malam : Pukul 23.00

- Kebiasaan tidur siang : Jarang

- Kesulitan tidur : -

Setelah MRS :

- Kebiasaan tidur malam : Tidak menentu

- Kebiasaan tidur siang : Jarang

- Kesulitan tidur : pada saat terjadi nyeri pada femurnya yang

mengalami fraktur

- Cara mengatasi : melakukan tehnik relaksasi

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS :

- Frekuensi : 1 x sehari

- Konsentrasi : Lunak

- Warna : Kuning kecoklatan

Setelah MRS

- Klien mengalami konstipasi

- Kesulitan untuk BAB

- BAB dibantu diatas tempat tidur.

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS :

- Frekuensi/hari : 3 x sehari

- Warna : Warna kuning

- Bau : Pesing

- Jumlah : 1500 cc/hari

Setelah MRS :

Askep Fraktur Page 12

- Klien BAK di tempat tidur dengan menggunakan urinal, dengan frekuensi, warna,

bau dan jumlah yang sama.

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS :

- Klien dapat melakukan semua kebutuhan ADLnya dan klien kadang berolahraga

dengan main sepak bola.

Setelah MRS :

- Aktivitas yang di lakukan klien yaitu berbaring di tempat tidur dan semua

kebutuhan ADLnya dibantu oleh perawat atau keluarga.

7. Personal hygiene

Sebelum MRS :

- Mandi : 3 – 2 x sehari

- Kebersihan rambut : Cuci rambut setiap kali mandi

- Kuku selalu diperhatikan agar selalu pendek dan bersih

- Menyikat gigi bila mandi.

Setelah MRS :

- Klien mengatakan selama sakit mandi dengan waslap di tempat tidur.

- Kulit klien agak tampak kotor.

- Rambut tampak kusut

- Kuku tampak kotor.

III. Pemeriksaan fisik

1. Keaadaan umum

Kehilangan BB : Klien tidak mengalami kehilangan berat badan.

Kelemahan : Tampak klien terbaring dan masih dalam keadaan lemah di

tempat tidurnya

Perubahaan mood : Tampak klien merasa sedih.

Vital sign : Suhu 36,10C, Nadi  72x/Mnt kuat dan teratur, Tekanan darah

120/80 mmHG, respirasi 24x/mnt.      

Tingkat kesadaran : Klien masih dalam keadaan sadar

Cirri-ciri tubuh : badan besar pendek, dan bagian kakinya tampak bengkok.

2. Head to toe

- Kulit/integumen

Tekstur :

Askep Fraktur Page 13

Kelembaban : baik

Warna : sawo matang

Suhu : 36,1®C

Turgor : Baik kecuali pada daerah sekitar yang mengalami fraktur.

Edema : terdapat udema pada daerah sekitar fraktur

Kulit nampak kurang bersih dan terdapat luka di sekitar fraktur.

- Kepala/Rambut

- Bentuk kepala : mesosephal

- Warna rambut : hitam.

- Tidak terdapat rambut pecah-pecah.

- Penyebaran rambut merata.

- Tidak ada benjolan.

- Keadaan kulit kepala bersih tidak ada ketombe.

- Klien tidak ada keluhan di daerah kepala

- Mata /penglihatan

- Tidak ada oedema pada palpebra.

- Tidak nampak peradangan.

- Sclera terjadi icterus.

- Conjungtiva tampak pucat.

- Pergerakan mata normal ke 8 arah.

- Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0

- Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.

- Keadaan pupil isokor.

- Klien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.

- Hidung

- Bentuk hidung : simetris antara kiri dan kanan

- Hidung simetris kiri dan kanan.

- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.

- Tidak nampak adanya polip.

- Tidak nampak adanya sekret/cairan.

- Tidak nampak adanya perdarahan.

- Tidak nampak adanya deviasi septum.

- Telinga

- Bentuk dan posisi simetris antara kiri dan kanan

Askep Fraktur Page 14

- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.

- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.

- Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.

- Fungsi normal, klien dapat mendengar detakan arloji.

- Rongga mulut

1. Gigi

- Keadaan gigi kurang bersih

- Karies

- Tidak memakai gigi palsu.

2. Gusi

Tidak ada kemerahan/tidak ada tanda peradangan.

3. Lidah

- Nampak kotor.

- Tidak ada deviasi lidah

4. Mulut/bibir

- Bibir tidak cyanosis.

- Bibir tidak pucat

- Bibir tidak pecah dan kering.

- Posisi ovula nampak simetris kiri dan kanan.

- Mucosa mulut tidak terjadi perdarahan

- Leher

- Tidak nampak pembesaran kelenjar lympha.

- Tidak nampak pembesaran kelenjar thyroid.

- Tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis.

- Dada

- Pernapasan normal 24x/menit

- Bentuk dada normal chest.

- Pergerakan dada ikut gerak nafas.

- Jenis pernapasan eupnea.

- Irama teratur/reguler.

- Tidak nampak adanya benjolan.

- Abdomen

- Perut nampak datar (tidak membuncit).

- Turgor kulit baik

Askep Fraktur Page 15

- Tidak adanya luka pada abdomen.

- Tidak terdapat udema

- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.

- Peristaltik usus 4 x /menit.

- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.

- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

- Tidak teraba pembesaran hepar.

- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.

- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.

- Suara perkusi thympani.

- Perineum dan genitalia

- Keadaan bersih

- Tidak terdapat adanya peradangan

- Tidak terdapat adanya perdarahan

- Tidak terdapat adanya pembengkakan.

3. (pengkajian sistem)

a. Sistem respiratori

Inspeksi :

- Bentuk dada normal chest.

- Pergerakan dada ikut gerak nafas.

- Jenis pernapasan eupnea.

- Frekuensi 24 x /menit.

- Irama teratur/reguler.

- Tidak nampak adanya benjolan.

Palpasi :

- Vokal fremitus seimbang kiri dan kanan normal bergetar.

- Tidak teraba adanya massa/nyeri.

- Pengembangan dada simetris kiri dan kanan.

Auskultasi :

- Suara pernafasan vesikuler di seluruh lapang paru.

- Suara tambahan tidak ada wheezing, ronchi.

Perkusi :

- Suara perkusi sonor pada semua lapang paru.

- Batas paru dengan hepar pekak pada ICS 2 – 6.

Askep Fraktur Page 16

- Batas paru dengan jantung pekak pada ICS 3 – 5.

Hidung

Inspeksi :

- Hidung simetris kiri dan kanan.

- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.

- Tidak nampak adanya polip.

- Tidak nampak adanya sekret/cairan.

- Tidak nampak adanya perdarahan.

- Tidak nampak adanya deviasi septum.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada sinus-sinus paranasalis.

b. Sistim Kardiovaskuler

Inspeksi :

- Ictus cordis nampak berdenyut pada ICS 5.

Palpasi :

- Ictus cordis teraba pada ICS 5

Perkusi :

- Batas jantung pada ICS 3, 4, 5. normal tidak ada pembesaran jantung.

Auskultasi :

- BJ I :Penutupan katup mitral dan trikuspidalis pada ICS 4 dan 5 bunyi lub,

irama reguler.

- BJ II :Penutupan katup aorta dan pulmo pada ICS kanan dan kiri (ICS 2)

bunyi

dub, irama reguler.

- Tidak ada bunyi tambahan murmur dan gallop.

b. Sistim gastrointestinal

Inspeksi :

- Rongga mulut

Gigi

- Keadaan gigi kurang bersih

- Karies

- Tidak memakai gigi palsu.

Gusi

- Tidak ada kemerahan/tidak ada tanda peradangan.

Askep Fraktur Page 17

Lidah

- Terlihat nampak kotor.

- Tidak ada deviasi lidah

Mulut/bibir

- Bibir tidak cyanosis.

- Bibir tidak pucat

- Bibir tidak pecah dan kering.

- Posisi ovula nampak simetris kiri dan kanan.

- Mucosa mulut tidak terjadi perdarahan

Leher

- Tidak nampak pembesaran kelenjar lympha.

- Tidak nampak pembesaran kelenjar thyroid.

- Tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis.

Abdomen

- Perut nampak datar (tidak membuncit).

- Turgor kulit baik

- Tidak adanya luka pada abdomen.

- Tidak terdapat udema

- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.

Auskultasi

- Peristaltik usus 4x /menit.

- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.

Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

- Tidak teraba pembesaran hepar.

- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.

- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.

Perkusi

- Suara perkusi thympani.

- Pada daerah hati terdengar suara pekak

c. Sistim muskuloskeletal

Ekstremitas

1. Ekstremitas atas

Askep Fraktur Page 18

a. Motorik

Inspeksi :

Pergerakan kanan/kiri : dapat bergerak dengan mengikuti 9 gerakan.

Fleksi, Ekstensi, Endorotasi, Eksorotasi, Supinasi, Pronasi, Abduksi,

Adduksi dan Sirkumduksi.

- Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5

- Tidak terdapat pergerakan abnormal.

- Koordinasi gerak : baik.

b. Refleks : Biceps ka/ki : +/+

Triceps ka/ki : +/+

2. Sensori

- Dapat merasakan nyeri bila dicubit.

- Dapat merasakan rangsang raba.

2. Ekstremitas bawah

a. Motorik

- Klien tidak dapat berjalan karena terdapat fraktur pada femur kanan.

- Kekuatan kakan/kiri : -/5

- Tonus otot kanan/kiri : -/5

b. Sensori

- Nyeri : dapat merasakan nyeri.

- Rangsang raba dapat merasakan perabaan.

Data lain :

- Nampak oedema pada daerah fraktur bagian femur.

- Nampak meringis bila daerah fraktur digerakkan.

- Nampak luka lecet daerah sekitar fraktur.

- Nyeri tekan pada daerah fraktur.

d. Sistim neurologi

Pada pemeriksaan sistem neurologi didapatkan GCS klien sebagai berikut

Respon mata 3

Respon verbal 4

Respon motorik 3

e. Sistem penglihatan

Askep Fraktur Page 19

Inspeksi

- Tidak ada oedema pada palpebra.

- Tidak nampak peradangan.

- Sclera nampak terjadi icterus.

- Conjungtiva tampak pucat.

- Pergerakan mata normal ke 8 arah.

- Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0

- Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.

- Keadaan pupil isokor.

- mKlien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan.

f. Sistim pendengaran

Inspeksi :

- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.

B. Telinga nampak simetris kiri dan kanan.

C. Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.

D. Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.

E. Peradangan normal : klien dapat mendengar detakan arloji.

Palpasi :

F. Tidak ada nyeri tekan pada tragus.

g. Sistem reproduksi

Inspeksi

- Keadaan bersih

- Tidak terdapat adanya perdarahan

- Tidak terdapat adanya peradangan

- Tidak terdapat adanya pembengkakan.

Palpasi

- Tidak terdapat adanya nyeri tekan

VI. Pemeriksaan diagnostik

Data penunjang

a.) Pemeriksaan diagnostik.

- Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur.

Askep Fraktur Page 20

- Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

- Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

b.) Pemeriksaan laboratorium.

- Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal

setelah trauma.

Hb bila kurang dari 10 mg % menandakan anemia dan jumlah leukosit bila

lebih dari 10.000/mm3 menandakan adanya infeksi.

- Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

multipel, atau cedera hati.

V. Penatalaksanaan medis

Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :

a. Recognisi/pengenalan.

Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.

b. Reduksi/manipulasi.

Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali

seperti letak asalnya.

c. Retensi/memperhatikan reduksi.

Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen

d. Traksi

Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan

memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.

e. Gips

Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu

dengan mempergunakan alat tertentu.

f. Operation/pembedahan

Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan.

Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi

tersebut, maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi

dengan menggunakan orthopedi yang sesuai

Askep Fraktur Page 21

VI. Analisa data

No. Data Penyebab Masalah

1 DS :

- Klien mengeluh nyeri

pada daerah fraktur.

DO :

- Nampak oedema

pada daerah fraktur

bagian femur.

- Nampak meringis

bila daerah fraktur

digerak-kan.

- Nampak luka lecet di

daerah sekitar fraktur.

- Nyeri tekan pada

daerah fraktur

Terputusnya kontinuitas jaringan

tulang

Kerusakan peritoneum dan

pembuluh darah di cortex sum-

sum tulang dan jaringan

sekitarnya

Merangsang pengeluaran zat

bradikinin, prostaglandin dan

histamin

Rangsangan diterima oleh

nociceptor

Sphinotalamik lateral

Pons, medula, mesencephalon

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri.

2. DS :

- Klien mengatakan

selu-ruh aktivitasnya

dibantu di tempat

Nyeri bila menggerakan daerah

fraktur

Gangguan mobilitas

fisik.

Askep Fraktur Page 22

tidur.

DO :

- Nampak meringis

bila daerah fraktur

digerak-kan.

- Nyeri tekan pada

daerah fraktur.

Immobilisasi

Keterbatasan gerak

Gangguan mobilitas fisik

3. DS : -

DO :

- Nampak luka lecet

pada daerah fraktur.

- Nampak oedema

pada daerah fraktur

bagian femur.

- Nyeri tekan pada

daerah fraktur.

Luka sekitar daerah fraktur

Resiko invasi kuman

Mikroorganisme berkembang

biak

Infeksi

Resiko infeksi.

4. DS :

- Klien mengeluh sulit

tidur akibat adanya

nyeri.

DO :

- Konjungtiva anemis.

Adanya fraktur

Stuimulus nyeri

Klien mengeluh sulit tidur.

Gangguan istrahat

tidur

5. DS :

- Klien berharap lekas

sembuh.

DO :

- Ekspresi wajah cemas.

Adanya cedra pada jaringan

Perubahan status kesehatan

Lamanya proses penyembuhan

cemas

Askep Fraktur Page 23

cemas

6. DS :

- Keluarga klien

mengata-kan selama

sakit di mandi dengan

meng-gunakan

waslap di tempat

tidur.

DO :

Keadaan kulit nampak

kurang bersih.

Adanya cedra pada jaringan

Perubahan status kesehatan

Lamanya proses penyembuhan

cemas

Fraktur

Immobilisasi

Keterbatasan gerak

Gangguan ADL

(personal hygiene)

Gangguan peme-

nuhan kebutuhan

ADL tidak ter-penuhi

; personal hygiene.

VII. Diagnosa Keperawatan Sesuai dengan prioritas

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan keter-batasan gerak,

3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kurangnya

kemampuan klien dalam merawat diri

4. Gangguan pemenuhan istira-hat tidur berhubungan dengan stimulus nyeri

5. Cemas berhubungan dengan adanya cedera pada jaringan

6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jaringan yang mengalami trauma.

Askep Fraktur Page 24

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat

trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak

Askep Fraktur Page 25

dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang

cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.

Tanda Dan Gejala :

1. Deformitas

Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya

perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang

2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan

yang berdekatan dengan fraktur

3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5. Tenderness/keempukan

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=lp+fraktur+femur&source

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I,

EGC: Jakarta.

Askep Fraktur Page 26

Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume

2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:

Jakarta

Askep Fraktur Page 27