Download - Bab i Fraktur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah
satu sebab. Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga,
maupun kecelakaan rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat
mengakibatkan fraktur atau patah tulang, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan
sebagainya. Ditambah dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengakibatkan semakin banyaknya tingkat kecelakaan trauma di
bidang transportasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah Sakit Pusat
Kepolisisan Raden Said Sukanto Jakarta, pada bulan Januari 2009 sampai dengan
desember 2009 jumlah klien yang menderita fraktur sbanyak 382 orang, sedangkan
klien yang menderita fraktur femur sebanyak 82 orang (22%).
Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar
imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat
menyebabkan nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler.
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan keluarga secara
biopsikososiospiritual dan kultural. Perawat berperan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada fraktur femur sinistra diantaranya dengan usaha promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga keamanan dan
keselamatan diri. Usaha preventif, perawat menjelaskan cara pencegahan infeksi
lanjut yang ditimbulkan oleh tindakan pembedahan. Sedangkan upaya kuratif adalah
perawat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan
pembedahan. Upaya rehabilitatif, perawat menganjurkan kepada pasien untuk
sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap. Menganjurkan kepada pasien
untuk sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap, setelah
penatalaksanaan medis.
Askep Fraktur Page 1
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur
femur?
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa itu fraktur femur?
2. Apa penyebab dari fraktur femur?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang fraktur femur
2. Untuk mengetahui penyebab fraktur femur
3. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan fraktur femur
Askep Fraktur Page 2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Smeltzer dan Bare, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan
epifisis atau tulang rawan sendi. (Soebroto Sapardan, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000:347). Fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang. (Marylin E. Doengoes. 2000). Fraktur terbuka adalah
fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
(Sjamsuhidajat, 2000 : 1138).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 2005:543)
2.2 Etiologi
1. Cedera traumatic
a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah
secara spontan
b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,
misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
Askep Fraktur Page 3
2.3 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al,
1993).
2.4 Manifestasi Klinik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio
laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau
angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah
femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan
arteri dorsalis pedis.
a. Deformitas.
b. Bengkak atau penumpukan cairan/daerah karena kerusakan pembuluh darah.
c. Echimiosis.
d. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.
e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang meningkat karena
penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, di mana saraf ini
dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau
spasme otot.
h. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).
i. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.
j. Hasil foto rontgen yang abnormal.
Askep Fraktur Page 4
k. Shock yang dapat disebabkan karena kehilangan darah dan rasa nyeri yang hebat.
2.4 Komplikasi
Menurut Sylvia and Price 2001, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain :
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
Askep Fraktur Page 5
b. Komplikasi Dalam Waktu Lama
1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
supai darah ke tulang.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
2.6 Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak
seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuhtanpa jaringan parut.
Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai
terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadaisampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen
tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga
merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Pada sisi fungsi
kaki yang cedar kebanyakan pasien kmbali ke performa semula. Namun hal ini tergantung
pada gambaran frakturnya , macam terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap
pengobatan.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
a. Recognisi/pengenalan.
Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi.
Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali seperti
letak asalnya.
Askep Fraktur Page 6
c. Retensi/memperhatikan reduksi.
Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan
sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda
gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan keti¬daknyamanan dikontrol
dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan
nyeri, termasuk analgetika).
e. Traksi
Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan memakai
katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.
Daya penarikan langsung mengena pada tulang maka penarikannya kuat. Paku kawat
baja (Qirsuk wire) dipakai dalam cara ini. Karena daya penarikannya kuat, dilakukan
pada patah tulang orang dewasa yang pergeserannya besar dan patah tulang yang
sudah lama.
f. Gips
Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu
dengan mempergunakan alat tertentu.
g. Operation/pembedahan
Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode
ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut,
maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan
menggunakan orthopedi yang sesuai
2.8 Pemeriksaan penunjang
1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
Askep Fraktur Page 7
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Tn.
D dengan diagnosa Fraktur Femur Dextra di Ruang Ortho Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung. Study kasus ini diambil 3 hari mulai dari tanggal 25 Mei 2014 sampai dengan
tanggal 27 Mei 2014.
Berikut adalah Asuhan Keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan tahap-tahap
proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaaan
keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
I. Identitas
A. Identitas klien
a) Nama : Tn. D
b) No. RM : 2003090072
c) Umur : 25 Tahun
d) Status perkawinan : M
e) Pekerjaan : Wiraswasta
f) Agama : Islam
g) Pendidikan terakhir : SMA
h) Suku : Sunda
i) Alamat : Suka Miskin
j) Sumber Biaya : Kakak Kandung
k) Tanggal masuk RS : 25 April 2014
l) Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra
B. Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Tn G
2. Umur : 30 Tahun
3. Hubungan dengan klien : Saudara/ Kakak Kandung
4. Pendidikan terakhir : SMA
5. Alamat : Suka Miskin
Askep Fraktur Page 8
II. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan saat Pengkajian /Keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri pada daerah femur sebelah kanannya karena klien jatuh dari
motor dan mengakibatkan fraktur pada femur sebelah kanannya. Klien mengatakan
mengalami nyeri hebat yang hilang timbul dan semakin bertambah nyeri pada saat di
gerakkan. . Pada saat di gambarkan tingkatan nyeri dari skala 1-10, klien mengatakan
berada di tingkatan 9.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit Yang Pernah Dialami
Riwayat penyakit berat : Tidak ada
Riwayat Kecelakaan : Tidak ada
Riwayat perawatan RS : Tidak ada
Riwayat operasi : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
I
II
86 82 60 56 45 50
36 31 29 25 24 19 16
III
Symbol genogram:
Askep Fraktur Page 9
:laki-laki
:perempuan
X :meninggal dunia
:klien
:cerai
Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien tidak
mempunyai riwayat penyakit yang dapat menjadi factor resiko terjadinya fraktur femur
dextra.
d. Riwayat Psikososial dan spiritual
1. Pola koping
Klien mengatakan pada saat femurnya mengalami fraktur ia tetap berusaha menahan
rasa nyeri yang dirasakan.
2. Harapan klien terhadap keadaan penyakitnya
Klien berharap agar kaki kanan(femur) yang mengalami fraktur dapat dirawat sebaik
mungkin dan bisa cepat sembuh dalam jangka waktu yang singkat.
3. Factor stressor
lien merasa takut jika femur kanannya yang mengalami fraktur tidak mendapatkan
perawatan yang optimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses
penyembuhan penyakitnya.
4. Konsep diri
Klien mengatakan konsep dirinya sangat terganggu dengan adanya fraktur femur kaki
kanan yang sedang di deritanya.
5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Klien merasa dan sangat yakin jika femur kanannya yang mengalami fraktur
mendapatkan pelayanan yang baik akan dapat mempercepat proses penyembuhan
kakinya.
6. Adaptasi
Setelah klien mengalami fraktur pada tungkai kanannya (femur) ia tidak dapat
melakukan aktivitas dan sangat mengharapakan bantuan perawat atau keluarganya
dalam melakukan aktivitas.
7. Hubungan dengan anggota keluarga
Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga sangat baik
8. Hubungan dengan masyarakat
Askep Fraktur Page 10
Klien mengatakan hubungan dengan anggota masayrakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain & lawan bicara
Klien tampak masih perhatian terhadap orang lain dan lawan bicaranya, terutama pada
petugas pemberi layanan kesehatan.
10. Aktifitas social
a. Orang yang terpenting adalah kedua orang tua.
b. Klien mudah mendapat teman.
c. Jika ada masalah dibicarakan dengan orang tua.
11. Bahasa yang sering di gunakan
Klien mengatakan selalu menggunakan bahasa indonesia jarang mengguanakan
bahasa daerah.
12. Keadaan lingkungan
Klien dan orang tua mengatakan lingkungan di sekitar rumah bersih aman dan dapat
memberikan rasa nyaman.
13. Kegiatan keagamaan /pola ibadah
Klien mengatakan selalu patuh dalam beribadah sebagai orang yang beragama islam.
14. Keyakinan tentang kesehatan
Klien dan orang tua mengatakan bahwa penyakitnya akan sembuh dengan baik
karena dia akan selalu mengikuti setiap program pengobatan.
e. Kebutuhan dasar /pola kebiasaan sehari –hari
1. Makan
Sebelum MRS :
- Pola makan : Nasi, sayur, + lauk-pauk
- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari
- Nafsu makan : Baik
- Makanan pantang : Tidak ada
- Makanan yang disukai : Tidak ada yang menonjol
- Makan pantangan : -
Setelah MRS : Tidak ada perubahan.
2. Minum
Sebelum MRS :
- Frekuensi : Sering
Askep Fraktur Page 11
- Volume : ± 1,5 liter/hari
- Minuman yang disukai : Susu
- Minuman pantangan : Alkohol
Setelah MRS :
- Frekuensi : 3x sehari,
- Volume : lebih banyak dan di berikan minuman yang di sesuaikan.
- Diet Rs :-
3. Tidur
Sebelum MRS :
- Kebiasaan tidur malam : Pukul 23.00
- Kebiasaan tidur siang : Jarang
- Kesulitan tidur : -
Setelah MRS :
- Kebiasaan tidur malam : Tidak menentu
- Kebiasaan tidur siang : Jarang
- Kesulitan tidur : pada saat terjadi nyeri pada femurnya yang
mengalami fraktur
- Cara mengatasi : melakukan tehnik relaksasi
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS :
- Frekuensi : 1 x sehari
- Konsentrasi : Lunak
- Warna : Kuning kecoklatan
Setelah MRS
- Klien mengalami konstipasi
- Kesulitan untuk BAB
- BAB dibantu diatas tempat tidur.
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS :
- Frekuensi/hari : 3 x sehari
- Warna : Warna kuning
- Bau : Pesing
- Jumlah : 1500 cc/hari
Setelah MRS :
Askep Fraktur Page 12
- Klien BAK di tempat tidur dengan menggunakan urinal, dengan frekuensi, warna,
bau dan jumlah yang sama.
6. Aktifitas dan latihan
Sebelum MRS :
- Klien dapat melakukan semua kebutuhan ADLnya dan klien kadang berolahraga
dengan main sepak bola.
Setelah MRS :
- Aktivitas yang di lakukan klien yaitu berbaring di tempat tidur dan semua
kebutuhan ADLnya dibantu oleh perawat atau keluarga.
7. Personal hygiene
Sebelum MRS :
- Mandi : 3 – 2 x sehari
- Kebersihan rambut : Cuci rambut setiap kali mandi
- Kuku selalu diperhatikan agar selalu pendek dan bersih
- Menyikat gigi bila mandi.
Setelah MRS :
- Klien mengatakan selama sakit mandi dengan waslap di tempat tidur.
- Kulit klien agak tampak kotor.
- Rambut tampak kusut
- Kuku tampak kotor.
III. Pemeriksaan fisik
1. Keaadaan umum
Kehilangan BB : Klien tidak mengalami kehilangan berat badan.
Kelemahan : Tampak klien terbaring dan masih dalam keadaan lemah di
tempat tidurnya
Perubahaan mood : Tampak klien merasa sedih.
Vital sign : Suhu 36,10C, Nadi 72x/Mnt kuat dan teratur, Tekanan darah
120/80 mmHG, respirasi 24x/mnt.
Tingkat kesadaran : Klien masih dalam keadaan sadar
Cirri-ciri tubuh : badan besar pendek, dan bagian kakinya tampak bengkok.
2. Head to toe
- Kulit/integumen
Tekstur :
Askep Fraktur Page 13
Kelembaban : baik
Warna : sawo matang
Suhu : 36,1®C
Turgor : Baik kecuali pada daerah sekitar yang mengalami fraktur.
Edema : terdapat udema pada daerah sekitar fraktur
Kulit nampak kurang bersih dan terdapat luka di sekitar fraktur.
- Kepala/Rambut
- Bentuk kepala : mesosephal
- Warna rambut : hitam.
- Tidak terdapat rambut pecah-pecah.
- Penyebaran rambut merata.
- Tidak ada benjolan.
- Keadaan kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
- Klien tidak ada keluhan di daerah kepala
- Mata /penglihatan
- Tidak ada oedema pada palpebra.
- Tidak nampak peradangan.
- Sclera terjadi icterus.
- Conjungtiva tampak pucat.
- Pergerakan mata normal ke 8 arah.
- Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0
- Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.
- Keadaan pupil isokor.
- Klien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.
- Hidung
- Bentuk hidung : simetris antara kiri dan kanan
- Hidung simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.
- Tidak nampak adanya polip.
- Tidak nampak adanya sekret/cairan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak nampak adanya deviasi septum.
- Telinga
- Bentuk dan posisi simetris antara kiri dan kanan
Askep Fraktur Page 14
- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.
- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
- Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.
- Fungsi normal, klien dapat mendengar detakan arloji.
- Rongga mulut
1. Gigi
- Keadaan gigi kurang bersih
- Karies
- Tidak memakai gigi palsu.
2. Gusi
Tidak ada kemerahan/tidak ada tanda peradangan.
3. Lidah
- Nampak kotor.
- Tidak ada deviasi lidah
4. Mulut/bibir
- Bibir tidak cyanosis.
- Bibir tidak pucat
- Bibir tidak pecah dan kering.
- Posisi ovula nampak simetris kiri dan kanan.
- Mucosa mulut tidak terjadi perdarahan
- Leher
- Tidak nampak pembesaran kelenjar lympha.
- Tidak nampak pembesaran kelenjar thyroid.
- Tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis.
- Dada
- Pernapasan normal 24x/menit
- Bentuk dada normal chest.
- Pergerakan dada ikut gerak nafas.
- Jenis pernapasan eupnea.
- Irama teratur/reguler.
- Tidak nampak adanya benjolan.
- Abdomen
- Perut nampak datar (tidak membuncit).
- Turgor kulit baik
Askep Fraktur Page 15
- Tidak adanya luka pada abdomen.
- Tidak terdapat udema
- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.
- Peristaltik usus 4 x /menit.
- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
- Tidak teraba pembesaran hepar.
- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.
- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.
- Suara perkusi thympani.
- Perineum dan genitalia
- Keadaan bersih
- Tidak terdapat adanya peradangan
- Tidak terdapat adanya perdarahan
- Tidak terdapat adanya pembengkakan.
3. (pengkajian sistem)
a. Sistem respiratori
Inspeksi :
- Bentuk dada normal chest.
- Pergerakan dada ikut gerak nafas.
- Jenis pernapasan eupnea.
- Frekuensi 24 x /menit.
- Irama teratur/reguler.
- Tidak nampak adanya benjolan.
Palpasi :
- Vokal fremitus seimbang kiri dan kanan normal bergetar.
- Tidak teraba adanya massa/nyeri.
- Pengembangan dada simetris kiri dan kanan.
Auskultasi :
- Suara pernafasan vesikuler di seluruh lapang paru.
- Suara tambahan tidak ada wheezing, ronchi.
Perkusi :
- Suara perkusi sonor pada semua lapang paru.
- Batas paru dengan hepar pekak pada ICS 2 – 6.
Askep Fraktur Page 16
- Batas paru dengan jantung pekak pada ICS 3 – 5.
Hidung
Inspeksi :
- Hidung simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.
- Tidak nampak adanya polip.
- Tidak nampak adanya sekret/cairan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak nampak adanya deviasi septum.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus-sinus paranasalis.
b. Sistim Kardiovaskuler
Inspeksi :
- Ictus cordis nampak berdenyut pada ICS 5.
Palpasi :
- Ictus cordis teraba pada ICS 5
Perkusi :
- Batas jantung pada ICS 3, 4, 5. normal tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi :
- BJ I :Penutupan katup mitral dan trikuspidalis pada ICS 4 dan 5 bunyi lub,
irama reguler.
- BJ II :Penutupan katup aorta dan pulmo pada ICS kanan dan kiri (ICS 2)
bunyi
dub, irama reguler.
- Tidak ada bunyi tambahan murmur dan gallop.
b. Sistim gastrointestinal
Inspeksi :
- Rongga mulut
Gigi
- Keadaan gigi kurang bersih
- Karies
- Tidak memakai gigi palsu.
Gusi
- Tidak ada kemerahan/tidak ada tanda peradangan.
Askep Fraktur Page 17
Lidah
- Terlihat nampak kotor.
- Tidak ada deviasi lidah
Mulut/bibir
- Bibir tidak cyanosis.
- Bibir tidak pucat
- Bibir tidak pecah dan kering.
- Posisi ovula nampak simetris kiri dan kanan.
- Mucosa mulut tidak terjadi perdarahan
Leher
- Tidak nampak pembesaran kelenjar lympha.
- Tidak nampak pembesaran kelenjar thyroid.
- Tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis.
Abdomen
- Perut nampak datar (tidak membuncit).
- Turgor kulit baik
- Tidak adanya luka pada abdomen.
- Tidak terdapat udema
- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.
Auskultasi
- Peristaltik usus 4x /menit.
- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
- Tidak teraba pembesaran hepar.
- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.
- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.
Perkusi
- Suara perkusi thympani.
- Pada daerah hati terdengar suara pekak
c. Sistim muskuloskeletal
Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Askep Fraktur Page 18
a. Motorik
Inspeksi :
Pergerakan kanan/kiri : dapat bergerak dengan mengikuti 9 gerakan.
Fleksi, Ekstensi, Endorotasi, Eksorotasi, Supinasi, Pronasi, Abduksi,
Adduksi dan Sirkumduksi.
- Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5
- Tidak terdapat pergerakan abnormal.
- Koordinasi gerak : baik.
b. Refleks : Biceps ka/ki : +/+
Triceps ka/ki : +/+
2. Sensori
- Dapat merasakan nyeri bila dicubit.
- Dapat merasakan rangsang raba.
2. Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Klien tidak dapat berjalan karena terdapat fraktur pada femur kanan.
- Kekuatan kakan/kiri : -/5
- Tonus otot kanan/kiri : -/5
b. Sensori
- Nyeri : dapat merasakan nyeri.
- Rangsang raba dapat merasakan perabaan.
Data lain :
- Nampak oedema pada daerah fraktur bagian femur.
- Nampak meringis bila daerah fraktur digerakkan.
- Nampak luka lecet daerah sekitar fraktur.
- Nyeri tekan pada daerah fraktur.
d. Sistim neurologi
Pada pemeriksaan sistem neurologi didapatkan GCS klien sebagai berikut
Respon mata 3
Respon verbal 4
Respon motorik 3
e. Sistem penglihatan
Askep Fraktur Page 19
Inspeksi
- Tidak ada oedema pada palpebra.
- Tidak nampak peradangan.
- Sclera nampak terjadi icterus.
- Conjungtiva tampak pucat.
- Pergerakan mata normal ke 8 arah.
- Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0
- Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.
- Keadaan pupil isokor.
- mKlien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
f. Sistim pendengaran
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.
B. Telinga nampak simetris kiri dan kanan.
C. Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
D. Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.
E. Peradangan normal : klien dapat mendengar detakan arloji.
Palpasi :
F. Tidak ada nyeri tekan pada tragus.
g. Sistem reproduksi
Inspeksi
- Keadaan bersih
- Tidak terdapat adanya perdarahan
- Tidak terdapat adanya peradangan
- Tidak terdapat adanya pembengkakan.
Palpasi
- Tidak terdapat adanya nyeri tekan
VI. Pemeriksaan diagnostik
Data penunjang
a.) Pemeriksaan diagnostik.
- Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur.
Askep Fraktur Page 20
- Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
- Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
b.) Pemeriksaan laboratorium.
- Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal
setelah trauma.
Hb bila kurang dari 10 mg % menandakan anemia dan jumlah leukosit bila
lebih dari 10.000/mm3 menandakan adanya infeksi.
- Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cedera hati.
V. Penatalaksanaan medis
Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
a. Recognisi/pengenalan.
Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi.
Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali
seperti letak asalnya.
c. Retensi/memperhatikan reduksi.
Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
d. Traksi
Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan
memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.
e. Gips
Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu
dengan mempergunakan alat tertentu.
f. Operation/pembedahan
Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan.
Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi
tersebut, maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi
dengan menggunakan orthopedi yang sesuai
Askep Fraktur Page 21
VI. Analisa data
No. Data Penyebab Masalah
1 DS :
- Klien mengeluh nyeri
pada daerah fraktur.
DO :
- Nampak oedema
pada daerah fraktur
bagian femur.
- Nampak meringis
bila daerah fraktur
digerak-kan.
- Nampak luka lecet di
daerah sekitar fraktur.
- Nyeri tekan pada
daerah fraktur
Terputusnya kontinuitas jaringan
tulang
Kerusakan peritoneum dan
pembuluh darah di cortex sum-
sum tulang dan jaringan
sekitarnya
Merangsang pengeluaran zat
bradikinin, prostaglandin dan
histamin
Rangsangan diterima oleh
nociceptor
Sphinotalamik lateral
Pons, medula, mesencephalon
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri.
2. DS :
- Klien mengatakan
selu-ruh aktivitasnya
dibantu di tempat
Nyeri bila menggerakan daerah
fraktur
Gangguan mobilitas
fisik.
Askep Fraktur Page 22
tidur.
DO :
- Nampak meringis
bila daerah fraktur
digerak-kan.
- Nyeri tekan pada
daerah fraktur.
Immobilisasi
Keterbatasan gerak
Gangguan mobilitas fisik
3. DS : -
DO :
- Nampak luka lecet
pada daerah fraktur.
- Nampak oedema
pada daerah fraktur
bagian femur.
- Nyeri tekan pada
daerah fraktur.
Luka sekitar daerah fraktur
Resiko invasi kuman
Mikroorganisme berkembang
biak
Infeksi
Resiko infeksi.
4. DS :
- Klien mengeluh sulit
tidur akibat adanya
nyeri.
DO :
- Konjungtiva anemis.
Adanya fraktur
Stuimulus nyeri
Klien mengeluh sulit tidur.
Gangguan istrahat
tidur
5. DS :
- Klien berharap lekas
sembuh.
DO :
- Ekspresi wajah cemas.
Adanya cedra pada jaringan
Perubahan status kesehatan
Lamanya proses penyembuhan
cemas
Askep Fraktur Page 23
cemas
6. DS :
- Keluarga klien
mengata-kan selama
sakit di mandi dengan
meng-gunakan
waslap di tempat
tidur.
DO :
Keadaan kulit nampak
kurang bersih.
Adanya cedra pada jaringan
Perubahan status kesehatan
Lamanya proses penyembuhan
cemas
Fraktur
Immobilisasi
Keterbatasan gerak
Gangguan ADL
(personal hygiene)
Gangguan peme-
nuhan kebutuhan
ADL tidak ter-penuhi
; personal hygiene.
VII. Diagnosa Keperawatan Sesuai dengan prioritas
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan keter-batasan gerak,
3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kurangnya
kemampuan klien dalam merawat diri
4. Gangguan pemenuhan istira-hat tidur berhubungan dengan stimulus nyeri
5. Cemas berhubungan dengan adanya cedera pada jaringan
6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jaringan yang mengalami trauma.
Askep Fraktur Page 24
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
Askep Fraktur Page 25
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.
Tanda Dan Gejala :
1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=lp+fraktur+femur&source
Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I,
EGC: Jakarta.
Askep Fraktur Page 26
Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume
2. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta
Askep Fraktur Page 27