01 gdl restiaayus 530 1 rastiaj i lk fraktur

45
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : RESTIA AYU SEPTIANI NIM. P.10122 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Upload: rahmiati-ds

Post on 20-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN

    POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL

    FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR

    RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG

    KANTHIL RSUD KARANGANYAR

    DISUSUN OLEH :

    RESTIA AYU SEPTIANI

    NIM. P.10122

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2013

  • i

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN

    POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL

    FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR

    RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG

    KANTHIL RSUD KARANGANYAR

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DISUSUN OLEH :

    RESTIA AYU SEPTIANI

    NIM. P.10122

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2013

  • ii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Restia Ayu Septiani

    NIM : P.10122

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN

    REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS

    INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3

    DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG

    ANYAR

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

    hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

    dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Surakarta, 27 April 2013

    Yang Membuat Pernyataan

    Restia Ayu Septiani

    NIM. P. 10087

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Restia Ayu Septiani

    NIM : P.10122

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN

    REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS

    INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3

    DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG

    ANYAR

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

    DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta,

    Hari/ Tanggal : Sabtu, 08 Juni 2013

    Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )

    NIK : 200670020

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Restia Ayu Septiani

    NIM : P.10122

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN

    REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS

    INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3

    DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG

    ANYAR

    Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

    Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta

    Hari/ Tanggal : Jumat, 28 Juni 2013

    DEWAN PENGUJI

    Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 200670020

    Penguji II : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 201186080

    Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 201186076

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi DIII Keperawatan

    STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Setiyawan, S.Kep., Ns

    NIK. 201084050

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL

    FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3

    DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR.

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

    bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

    kepada yang terhormat :

    1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

    telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

    Husada Surakarta.

    2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

    Keperawatan, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

    di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing serta sekaligus sebagai

    penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan saran, kritik,

    serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis dan demi sempurnanya

    studi kasus ini.

    4. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah

    memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian

    berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.

  • vi

    5. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah

    memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian

    berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.

    6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan

    serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.

    7. Pihak Rumah Sakit Karanganyar beserta staf keperawatan, khususnya di

    Ruang Khantil yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk

    pengambilan data guna penyelesaian studi kasus ini.

    8. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan

    dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

    9. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan

    semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.

    10. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

    Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

    persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

    Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas

    bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpahkan rahmat dan

    karunia-Nya kepada kita semua.

    Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    keperawatan dan kesehatan. Amin.

    Surakarta, 27 April 2013

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .

    LEMBAR PERSETUJUAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR .

    DAFTAR ISI

    DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...

    B. Tujuan Penulisan ...

    C. Manfaat Penulisan .

    BAB II LAPORAN KASUS

    A. Identitas Klien ...

    B. Pengkajian .

    C. Perumusan Masalah Keperawatan

    D. Perencanaan Keperawatan

    E. Implementasi Keperawatan ..

    F. Evaluasi Keperawatan ..

    Halaman

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vii

    ix

    1

    5

    6

    7

    9

    15

    15

    16

    19

  • viii

    BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan ..

    B. Simpulan dan Saran ....

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    Daftar Riwayat Hidup

    20

    33

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

    Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

    Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

    Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien

    Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sistem tubuh yang sangat berperan terhadap fungsi pergerakan dan

    mobilitas seseorang adalah tulang. Masalah gangguan pada tulang akan

    mempengaruhi system pergerakan manusia, mulai dari bayi, anak-anak,

    remaja, dewasa, maupun pada lansia. Masalah system tubuh

    (musculoskeletal) yang sering kita temukan disekitar kita adalah fraktur atau

    patah tulang.

    Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari rumah sakit umum

    daerah karanganyar pada akhir bulan April 2013 terdapat sejumlah pasien

    keseluruhan 22.536 pasien, didapatkan 4.608 pasien (20,45%) yang

    mengalami fraktur. Berdasarkan laporan periode bulan Maret sampai bulan

    April 2013, pasien yang dirawat di ruang kanthil RSUD Karanganyar dan

    sebanyak 64 pasien (7,2%) didapatkan 18 pasien atau (3,55%) yang

    mengalami fraktur, diantaranya 4 pasien (0,72%) mengalami Fraktur

    phalanx distal, 5 pasien (0,65%) mengalami fraktur clavicula, dan 9 pasien

    (1,37%) yang mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal, rata-rata berumur

    antara 10 tahun sampai 50 tahun.

    Fraktur menurut Grace dan Borley (2006) adalah terputusnya

    kontinuitas tulang. Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik, atau spiral.

    Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau

  • 2

    tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya

    osteoporosis, jatuh, terpeleset. Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang

    (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi

    (intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi (sjamsuhidajat,

    dkk. 2010: 1039). Menurut Hoppenfeld dan Murthy (2011: 159) menyatakan

    fraktur/ dislokasi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi

    articulatio radioulnaris distalis. Fraktur ini disebut sebagai fraktur

    necessity karena pada cedera ini memerlukan penanganan intervensi bedah

    sebagai akibat hilangnya koreksi dan hilangnya kelengkungan radius. Fraktur

    radius distalis dengan kerusakan articulation radioulnaris distalis

    (fraktur/dislokasi).

    Fraktur dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang tulang, termasuk

    regio sepertiga tengah, sepertiga distal, sepertiga medial. Salah satunya

    fraktur radius sinistra sepertiga distal yang terbagi menjadi beberapa tipe,

    tipe I fraktur galeazzi terjadi pada sepertiga distal radius disertai dislokasi

    sendi radio-ulna distal ,tipe II fraktur colles terjadi pada tulang radius bagian

    distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan

    deformitas keposterior (dorsal), dan tipe III fraktur smith terjadi pada pasien

    yang 20 tahun yang lalu pernah mengalami fraktur colles sebelumnya, tetapi

    pada cedera ini fragmen distal bergeser keanterior (volar) akibat jatuh pada

    punggung tangan. Penanganan pada fraktur radius sinistra 1/3 distal salah

    satunya dengan cara pembedahan atau operasi. Operasi adalah tindakan

    pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau

    menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Prosedur pembedahan yang

  • 3

    dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi iterna

    (Open Reduction and Internal Fixation/ ORIF). (Greenberg, 2007).

    Salah satu gambaran klinis dari fraktur yaitu nyeri. Menurut Corwin

    (2009), nyeri yaitu spasme otot yang terjadi setelah patah tulang. Nyeri

    biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak.

    Apapun yang dialami oleh seseorang dan akan terus dirasakan oleh orang

    tersebut selama orang tersebut masih merasakan nyeri. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan oleh Tanabe, menyebutkan bahwa 78% pasien

    yang masuk UGD mempunyai keluhan utama nyeri. Oleh karena itu,

    penanganan nyeri yang baik dan benar akan mengurangi angka kesakitan dan

    mungkin kematian pasien (Tanabe 1999 dalam Kartikawati, 2011).

    Klasifikasi nyeri ada dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

    adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan

    muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan

    dalam hal sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas

    ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan

    berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah

    pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul

    akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal

    sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

    hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat

    diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari enam bulan (Nanda,

    2009).

  • 4

    Menurut Kartikawati (2011), tingkat nyeri dimulai dari 0-10 adalah

    sebagai berikut: skala angka 0-1: tidak nyeri (tidak merasakan nyeri), 2-3:

    nyeri ringan (terasa senut-senut), 4-6: nyeri sedang (terasa seperti tertusuk

    jarum), 7-8: nyeri berat (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa

    tertahankan), 9-10: nyeri hebat (terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam

    sehingga tidak tertahankan). Sedangkan untuk anak menggunakan skala nyeri

    Faces Wong-Baker yang masing-masing wajah menggambarkan tersendiri.

    Wajah 0: wajah bahagia, tidak merasakan nyeri. Wajah 1: wajah yang

    merasakan sedikit nyeri, sedangkan wajah 2: wajah yang rasa nyerinya

    bertambah. Wajah 3: wajah yang nyerinya semakin bertambah. Wajah 4:

    wajah yang nyerinya bertambah parah dan wajah 5: wajah yang menunjukkan

    nyeri sangat hebat.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

    mengambil studi kasus dengan judul Asuhan Keperawatan nyeri akut pada

    Ny.S: Post Operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Atas

    Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di Ruang Kanthil RSUD

    Karanganyar.

    B. Tujuan Penulisan

    Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi Open

    Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius

    sinistra 1/3 Distal di ruang kanthil RSUD Karanganyar.

  • 5

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post

    operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

    fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S

    dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation

    (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S

    dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation

    (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri

    post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas

    indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post

    operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

    fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S

    dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation

    (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

  • 6

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Penulis

    Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam

    meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam

    bidang penelitian.

    2. Bagi Institusi

    a. Bagi Rumah Sakit

    Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian

    pelayanan kesehatan berkaitan dengan pasien post operasi Open

    Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius

    sinistra 1/3 distal.

    b. Bagi Pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi

    keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam

    penanganan kasus post operasi Open Reduction and Internal Fixation

    (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    3. Bagi Profesi atau Perawat

    Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi profesi

    tentang manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and

    Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.

  • 7

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan

    pada Ny. S dengan post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)

    Atas Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, dilaksanakan pada tanggal 25-27

    April 2013. Asuhan keperawatan ini berdasarkan dari pengkajian, diagnosa

    keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

    A. Identitas Klien

    Hasil pengkajian pada tanggal 25-27 April 2013 jam 08.00 WIB, pada

    kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa,

    mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik,

    menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut

    didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Ny. S, umur 73 tahun,

    agama islam, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl.

    Keprabon RT 02 RW 04 Karang Pandan, Karanganyar. Tanggal masuk

    rumah sakit 24 April 2013 jam 12.08 WIB, dokter yang merawat dr. H, klien

    dirawat diruang Kanthil, dokter mendiagnosa bahwa Ny. S menderita Fraktur

    Radius Sinistra, yang bertanggung jawab Tn. S, umur 44 tahun, pendidikan

    tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Keprabon RT 02 RW 04

    Karang Pandan, Karanganyar, hubungan dengan klien sebagai Saudara.

  • 8

    B. Pengkajian

    1. Riwayat Kesehatan

    Hasil pengkajian, keluhan utama klien mengeluh nyeri di

    pergelangan tangan kiri, pada riwayat kesehatan sekarang sebelum masuk

    Rumah Sakit, pada hari kamis 17 April 2013 klien mengalami kecelakaan

    yaitu jatuh terpeleset saat mengambil beras jatah (raskin) ditempat

    kelurahan Karang Pandan dekat rumahnya. Klien lalu dibawa kerumah dan

    dipanggilkan tukang urut. Klien merasa sudah 6 hari masih merasakan

    nyeri, bengkak pada pergelangan tangan kiri dan merasakan nyeri yang

    hebat. Pada tanggal 24 April 2013 jam 10.00 WIB oleh keluarga klien

    dibawa ke UGD RSUD Karanganyar untuk diperiksa, dokter jaga

    menganjurkan klien dilakukan pemeriksaan rontgen. Klien langsung

    melakukan pemeriksaan rontgen, dari hasil pemeriksaan Rontgen yang

    hasilnya bahwa klien mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter menganjurkan klien untuk

    dirawat inap dan dilakukan operasi, di UGD klien mendapat terapi berupa

    infuse RL 20 tetes per menit, ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/

    12 jam, cefotaxime 1g/ 12 jam. Kemudian dokter menyarankan klien untuk

    dirawat inap, dihari yang sama klien dipindah di bangsal Kanthil agar

    mendapat perawatan lebih lanjut. Pada tanggal 25 April 2013 jam 08.00

    WIB dilakukan operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas

    indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal. Saat dilakukan pengkajian pada

    tanggal 25 April 2013 jam 10.00 WIB post operasi klien mengeluh nyeri

    pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi,

  • 9

    nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat

    digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah dan menahan nyeri, tekanan

    darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per

    menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan atas (tangan kanan) terpasang infus

    RL 20 tetes per menit, ekstremitas kiri atas (tangan kiri) pada pergelangan

    tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban.

    Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu, bahwa klien mengatakan

    belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum pernah di operasi. Klien

    mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan obat. Pada riwayat

    kesehatan keluarga, dalam keluarga klien tidak mempunyai penyakit

    Diabetes Militus, Jantung, Asma dan Hipertensi. Pada riwayat kesehatan

    lingkungan, sekitar rumah klien bersih dan ventilasi udara di dalam rumah

    cukup.

    2. Pola Fungsional Kesehatan

    Pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, Pola

    persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien merupakan pekerja keras dan

    sangat peka terhadap kesehatannya. Bila sakit klien dan keluarga lebih

    sering dibawa kepuskesmas atau rumah sakit.

    Pola Nutrisi dan metabolik, sebelum sakit klien mengatakan makan 3

    kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk, buah, minum teh atau air putih

    7-8 gelas (1750 cc 2000 cc) sehari dan terkadang minum susu. Selama

    sakit klien mengatakan nafsu makan sedikit berkurang tetapi mencoba

    dengan memakan menu diit rumah sakit sedikit demi sedikit sehingga

    dapat menghabiskan 1 porsi diit rumah sakit dengan menu nasi, sayur,

  • 10

    lauk, buah, minum teh atau air putih 5-6 gelas (1250 cc - 1500 cc) sehari

    selama dirumah sakit.

    Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan

    konsistensi lembek berwarna kuning, tidak ada darah dan berbau khas.

    BAK 5-7 kali sehari berwarna kuning jernih dan berbau khas. Selama sakit

    klien mengatakan 2 hari belum BAB dan BAK 5-7 kali sehari dengan

    warna kuning jernih, tidak ada darah dan berbau khas.

    Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang

    lebih 6-8 jam sehari, dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak. Selama

    sakit klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri yang

    dirasakan, tidur kurang lebih 4 jam sehari.

    Pola aktivitas latihan ditemukan data: sebelum sakit klien

    mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien

    mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum,

    mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri.

    Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan

    penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan,

    pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien

    mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post

    operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat

    tangan digerakkan.

    Pola persepsi konsep diri, Gambaran diri: klien mengatakan selalu

    bersyukur dengan keadaan tubuhnya yang dulu dan sekarang, klien tidak

    malu dengan luka bekas operasi. Identitas diri: Klien mengatakan seorang

  • 11

    perempuan yang sudah menikah dan seorang pekerja keras untuk

    mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ideal diri: klien berharap cepat sembuh,

    dapat melakukan aktifitas sehari-hari dan menyadari bahwa apa yang

    menjadi rencana manusia tidak selalu sama dengan rencana Tuhan. Peran:

    klien mengatakan bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya sehari-

    hari. Harga diri: klien berhubungan baik dengan keluarga dan anggota

    keluarga selalu mencintai klien, bila ada masalah klien dapat mengambil

    keputusan secara musyawarah antar anggota keluarga. Pola hubungan dan

    peran, sebelum sakit klien mengatakan dapat bersosialisasi dan

    berkomunikasi dengan orang lain serta lingkungan sektar. Selama sakit

    klien mengatakan tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan seperti

    biasanya.

    Pola seksual dan reproduksi, sebelum dan selama sakit klien

    mengatakan tidak mempunyai kelainan seksual dan sudah menikah.

    Pola mekanisme koping, sebelum dan selama sakit klien mengatakan

    senang dengan kehidupan yang dijalaninya, tidak banyak menerima

    masalah yang membuat stress serta mampu mengendalikan stres.

    Pola nilai dan keyakinan, sebelum dan selama sakit klien

    mengatakan beragama islam dan masih mampu menjalankan sembahyang

    sholat serta dapat dilakukannya secara mandiri tanpa dibantu oleh orang

    lain.

    3. Pemeriksaan Fisik

    Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum

    klien baik, kesadaran compos mentis, penilaian Glasgow Coma Skale

  • 12

    (GCS) adalah E4V5M6 dengan ketentuan mata membuka spontan, verbal

    berorientasi atau dapat berkomunikasi dengan baik, motorik dengan

    perintah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil pengukuran tekanan

    darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per

    menit, suhu: 37oC.

    Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna putih lurus, kulit

    kepala bersih. Mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera

    putih, pupil isokor. Hidung simetris kanan kiri, tidak ada sekret, tidak ada

    polip. Mulut mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang, tidak

    sariawan. Telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen. Leher tidak ada

    pembesaran kelenjar tiroid.

    Pemeriksaan dada (paru-paru), inspeksi : dada simetris, palpasi vocal

    fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor auskultasi vesikuler. Dada

    (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba,

    perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I, II murni tidak ada bising.

    Pemeriksaan abdomen: inspeksi bentuk datar, tidak terdapat bekas

    luka, auskultasi bising usus 4 kali per menit, perkusi thympani, palpasi

    tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati.

    Pada genetalia tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter. Pada kulit

    turgor kulit baik, warna kulit sawo matang. Ekstremitas kanan atas (tangan

    kanan) terpasang infus RL 20 tetes per menit. Ekstremitas kiri atas (tangan

    kiri) pada pergelangan tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang

    elastis perban.

  • 13

    4. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan pada tanggal 23 April

    2013 yaitu hemoglobin 12,7 g/dl (11,7-16,2 g/dl), hematrokit 36,6 % (35-

    45 %), eritrosit 4,42 Juta/mm3 (4,1-5,1 Juta/mm

    3), lekosit 5,100/mm

    3

    (4,400-11,300/mm3), trombosit 218,000 U/L (150,000-450,000 U/L),

    basofil 0,4% (0-2%), eosinofil 3,5% (0-4%), neutrofil 44,7% (55-80%),

    limfosit 42,7% (22-44%), monosit 8,7% (0-7%), MCV 93,7 fL (80-96 fL),

    MCH 31,7 pg (28-33 pg), MCHC 33,8% (32-36%), golongan darah A/ Rh

    (+), masa pendarahan BT 0200 menit (1-3 menit), masa pembekuan

    CT 0330 menit (2-8 menit), HbsAg kualitatif negatif, glukosa darah

    sewaktu 109 mg/dl (70-150 mg/dl),UREA 35,6 mg/dl (10-50 mg/dl),

    creatinine 0,95 mg/dl (0.5-0,9 mg/dl), SGOT 34,8 U/L (0,31 U/L), SGPT

    19,2 U/L (0,32 U/L).

    Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 24 April 2013, jenis

    pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: gambaran fraktur komplit os

    radius sinistra 1/3 distal, tidak tampak dislokasi pergelangan sendi radio

    sinistra. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April 2013, jenis

    pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: foto radius kiri tampak post

    operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur radius

    sinistra 1/3 distal. Program terapi yang didapatkan klien pada tanggal 25

    April 2013, yaitu ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,

    cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam, infuse RL 20 tetes

    per menit.

  • 14

    C. Daftar Perumusan Masalah

    Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan

    agen cedera fisik (post operasi fraktur), ditandai dengan respon subyektif

    klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri

    karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6,

    nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis,

    gelisah, dan menahan nyeri, tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per

    menit, pernafasan: 18 kali per menit, suhu: 370C.

    D. Perencanaan

    Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang

    dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda vital

    dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per

    menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).

    Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu pantau karakteristik

    nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),

    Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala

    nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital, dengan rasional memberikan

    gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang

    nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi

    rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan

    tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

    analgetik, dengan rasional untuk mengurangi nyeri.

  • 15

    E. Implementasi

    Tindakan yang dilakukan tanggal 25 April 2013 jam 10.05 WIB

    mengkaji keluhan utama klien dan didapatkan hasil data subjektif klien

    mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,

    Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan

    tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat

    digerakkan dan respon objektif post operasi klien tampak meringis menahan

    nyeri. Pada jam 10.15 WIB memonitor tanda vital dan keadaan umum,

    dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran

    tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per

    menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C. Pada jam 10.20 WIB

    mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), respon subyektif: klien

    mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon obyektif: klien tampak

    belajar teknik relaksasi. Pada jam 10.30 WIB memberikan posisi yang

    nyaman (tiduran dan menyokong ekstermitas yang berluka), respon subyektif:

    klien mengatakan posisi tiduran sudah nyaman tetapi masih nyeri, respon

    obyektif: pasien terlihat tiduran dan nampak meringis. Pada jam 12.30 WIB

    memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon

    subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk

    dan tidak terjadi alergi.

    Implementasi yang dilakukan tanggal 26 April 2013 jam 07.30 WIB

    memantau karakteristik nyeri Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),

    Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien

    mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,

  • 16

    Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan

    tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 5, Time = hilang timbul saat

    digerakkan , respon objektif post op hari pertama klien tampak menahan

    nyeri, sedikit bertenaga, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang,

    terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari pertama Open

    Reduction and Internal Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor

    tanda vital dan keadaan umum, dengan respon subjektif klien mengatakan

    badan terasa lemah, klien bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, dan

    respon objektif Ny. S post operasi hari pertama, klien tampak hanya tiduran,

    tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali per

    menit, suhu: 360C. Pada jam 08.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi (nafas

    dalam), respon subyektif: klien mengatakan mau diajarkan teknik nafas

    dalam, respon obyektif: klien tampak belajar teknik relaksasi. Pada jam 09.30

    WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon

    subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk

    dan tidak terjadi alergi. Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang

    nyaman pada pasien (posisi supinasi atau tidur terlentang), respon subyektif:

    klien mengatakan posisi sudah nyaman dan nyeri sudah sedikit berkurang,

    respon obyektif: klien tampak lebih nyaman dan rileks.

    Pada tanggal 27 April 2013 jam 07.30 WIB memantau karakteristik

    nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),

    Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien mengatakan nyeri

    berkurang, Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) = nyeri

    yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah

  • 17

    kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat

    digerakkan, respon obyektif: klien tampak lebih bertenaga, sudah tidak

    menahan nyeri, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis

    perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction and Internal

    Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor tanda vital, respon

    subyektif: klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah,

    respon obyektif: tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit,

    pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C. Pada jam 09.30 WIB memberikan

    terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon subyektif: klien

    bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi.

    Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif:

    klien mengatakan nyaman dengan posisi terlentang, respon obyektif: posisi

    klien supine atau tiduran, klien tampak lebih nyaman dan rileks.

    F. Evaluasi

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

    pada hari Kamis, 25 April 2013 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan

    metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P),

    didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri pada

    bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi, Quality = nyeri yang

    dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan tangan sebelah kiri,

    Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat digerakkan dan respon

    objektif post operasi klien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah

    140/90 mmHg, nadi 76 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu

  • 18

    370C, Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan nyeri

    belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum

    klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), Provoking incident (P), Quality

    of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor tanda-tanda

    vital, anjurkan teknik relaksasi dan lanjutkan program terapi sesuai advis

    dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/

    12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).

    Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 jam 14.30

    WIB, yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) =

    nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan

    sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang timbul saat

    digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga, bengkak

    didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post

    operasi hari pertama Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) hari

    pertama. Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan:

    22 kali per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi

    dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk

    melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter

    (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/ 12 jam,

    oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).

    Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 jam 14.00

    WIB yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) =

    nyeri yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan

    sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat

  • 19

    digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak

    menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang,

    terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction

    and Internal Fixation (ORIF). Tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali

    per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C, masalah teratasi

    sebagian, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi

    supinasi, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul,

    lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,

    cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).

  • 20

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan

    tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25-27 April

    2013 di ruang Kanthil RSUD Karanganyar, yang meliputi: pengkajian, diagnosa

    keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Disamping itu, juga akan

    dikemukakan faktor terkait Nyeri Akut maupun hambatan dalam memberikan

    Asuhan Keperawatan pada Ny. S, yang akan diuraikan sesuai dengan tahap proses

    keperawatan.

    A. Pembahasan

    Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara,

    pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan

    kesehatan. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data subyektif dan

    obyektif. Data subyektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan

    yang dialaminya. Data obyektif adalah pengamatan atau pengukuran yang

    dibuat oleh penulis (Potter dan Perry, 2005).

    1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

    keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam

    menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan

  • 21

    keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2008). Hasil pengkajian klien

    mengeluh nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan

    seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi

    wajah meringis, gelisah.

    Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S didapatkan klien mengeluh

    nyeri dan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

    cidera fisik. Hal itu sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada kasus

    fraktur radius sinistra 1/3 distal penanganannya menggunakan Open

    Reduction Internal Fixation (ORIF). Open Reduction Internal Fixation

    (ORIF) adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan

    teknik pembedahan yang mencakup didalamnya pemasangan pen, sekrup

    untuk memobilisasi selama penyembuhan akan menimbulkan problematik

    salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006).

    Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan

    penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan,

    pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien

    mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post

    operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat

    tangan digerakkan, tetapi penulis belum mencantumkan tentang gangguan

    penciuman dan peraba, hal itu dikarenakan tidak terkaji oleh penulis. Pada

    kasus fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur

    dan timbul rasa nyeri akibat fraktur, sedangkan pada indra yang lain dan

    kognitifnya tidak mengalami gangguan (Muttaqin, 2008).

  • 22

    Pada pola aktivitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit

    klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit

    klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan

    minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri.

    Hal itu disebabkan karena adanya nyeri dan gerak yang terbatas, semua

    bentuk aktivitas klien dapat berkurang dan klien butuh bantuan dari orang

    lain (Muttaqin, 2008).

    Hasil pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis hanya

    menuliskan ekstremitas kiri bawah (tangan kiri dibagian pergelangan

    tangan) terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban. Penulis

    tidak menuliskan secara rinci bagaimana kondisi luka, panjang jahitan. Hal

    ini dikarenakan klien post operasi dan belum dilakukan perawatan luka.

    Pada pemeriksaan fisik dada (jantung), saat dipalpasi penulis hanya

    menuliskan ictus cordis teraba, yang seharusnya ictus cordis teraba di SIC

    V. Hal itu merupakan kekurangan penulis dalam pendokumentasian.

    Pemeriksaan penunjang foto Rontgen dilakukan sebelum dan setelah

    operasi. Sebelum operasi dilakukan untuk mengetahui lokasi fraktur dan

    garis fraktur secara langsung serta mengetahui tempat dan tipe fraktur.

    Setelah operasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan yang telah

    dilakukan (Barbara, 2006). Hasil pemeriksaan foto Rontgen tanggal 24

    April 2013: gambaran fraktur komplit os radius sinistra 1/3 distal, tidak

    tampak dislokasi pergelangan sendi radio sinistra dan foto radius kiri

    tampak post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur

    radius sinistra 1/3 distal. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April

  • 23

    2013: foto radius kiri tampak post operasi Open Reduction and Internal

    Fixation (ORIF) fraktur radius sinistra 1/3 distal.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

    respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon

    aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian dan

    catatan medis klien, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian.

    Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk

    mencapai hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

    Diagnosa keperawatan utama yang diangkat penulis yaitu nyeri akut

    berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur). Pengertian

    nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

    menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial

    atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-

    tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

    dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan

    (Nanda, 2009).

    Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

    cedera fisik (post operasi fraktur), karena saat dilakukan pengkajian

    didapatkan data subyektif klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan

    tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti

    tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, respon

    obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, menahan nyeri, dan harus

  • 24

    segera ditangani untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien yang

    merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Penulis hanya

    mengangkat diagnosa nyeri karena merupakan diagnosa prioritas dan

    aktual, hal ini didasarkan pada teori hirarki Maslow. Menurut Maslow

    kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan penanganan

    dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Nursalam,

    2008).

    3. Intervensi

    Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis

    rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

    sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori

    intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan

    NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome

    Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien

    dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan

    dengan Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable

    (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu). Selanjutnya akan

    diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (Nursalam,

    2008).

    Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang

    dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda

  • 25

    vital dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali

    per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).

    Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

    dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), penulis merencanakan

    tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien yaitu: pantau

    karakteristik nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),

    Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk

    mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital

    (Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu), dengan rasional memberikan

    gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang

    nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan

    mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan

    rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan

    dokter untuk pemberian analgetik, dengan rasional untuk mengurangi

    nyeri.

    4. Implementasi

    Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu

    kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

    mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

    yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana

    asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses

    keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

  • 26

    Dalam melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari penulis

    tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat

    dilaksanakan. Pada tindakan keperawatan diagnosa nyeri akut, tindakan

    yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 yaitu memantau

    karakteristik nyeri untuk mengidentifikasi nyeri dan ketidaknyamanan.

    Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode

    (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),

    Severity of Pain (S), Time (T). Provoking incident yaitu apakah ada

    peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri. Quality of Pain yaitu

    seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, misalnya:

    apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau

    menusuk. Region yaitu dimana lokasi nyeri yang harus ditunjukkan dengan

    tepat oleh pasien. Severity of Pain yaitu seberapa jauh nyeri yang

    dirasakan pasien, pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri

    deskriptif. Misalnya: tidak nyeri= 0-1 (tidak merasakan nyeri), nyeri

    ringan= 2-3 (terasa senut-senut), nyeri sedang= 4-6 (terasa seperti tertusuk

    jarum), nyeri berat= 7-8 (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa

    tertahankan), nyeri tak tertahankan= 9-10 (terasa seperti tertusuk-tusuk

    benda tajam sehingga tidak tertahankan). Kemudian perawat membantu

    pasien untuk memilih secara subyektif tingkat skala nyeri yang dirasakan

    pasien. Time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada

    waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Kartikawati, 2011).

    Memonitor tanda vital untuk memberikan gambaran lengkap

    mengenai kardiovaskuler. Memonitor tanda vital yaitu suatu cara untuk

  • 27

    mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan digunakan untuk

    memantau perkembangan pasien. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut

    nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah (Hidayat, 2005).

    Memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Posisi yang nyaman

    diberikan kepada klien untuk meningkatkan rasa nyaman, mengurangi

    nyeri, mengurangi stress spikis dan mempersingkat masa pemulihan

    kondisi setelah pembedahan. Posisi nyaman untuk klien yaitu posisi

    terlentang atau supine (Majid, 2011)

    Mengajarkan teknik relaksasi untuk melepaskan tegangan emosional

    dan otot. Teknik relaksasi memberikan kontrol diri kepada individu ketika

    terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Potter, 2006). Menurut Majid (2011),

    teknik relaksasi sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi

    lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan

    perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dalam

    menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi hirup, dua,

    tiga dan ekshalasi hembuskan, dua, tiga.

    Memberikan terapi injeksi analgetik ketoprofen 50 mg/ 8 jam, untuk

    mengurangi nyeri. Menurut Muttaqin (2005), Analgetik memblok lintasan

    nyeri sehingga nyeri berkurang.

    5. Evaluasi

    Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

    tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan

    (Potter dan Perry, 2005). Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau

  • 28

    respon klien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam

    diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada

    yaitu sesuai SOAP (Subyektif (S), Obyektif (O), Assesment (A), Planning

    (P)).

    Pada diagnosa nyeri akut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan,

    hasil evaluasi dilakukan pada hari tanggal 25 April 2013 masalah

    keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, didukung data

    klien dengan menggunakan metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O),

    Assessment (A), Planning (P), didapatkan hasil evaluasi dengan data

    subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate (P) =

    nyeri akibat post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)

    atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang

    dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah

    kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 6, Time (T) = hilang timbul saat

    digerakkan dan respon objektif post operasi hari pertama klien tampak

    meringis menahan sakit, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per

    menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C, untuk menindaklanjuti hal

    tersebut, telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi yaitu,

    monitor tanda-tanda vital, pantau karakteristik nyeri, anjurkan teknik

    relaksasi, dan lanjutkan program terapi sesuai advis dokter (ketoprofen 50

    mg).

    Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 masalah

    keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, yang hasilnya:

    Provocate (P) = nyeri akibat post operasi Open Reduction and Internal

  • 29

    Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q)

    = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan

    tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang

    timbul saat digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga,

    bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada

    daerah post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF).

    Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali

    per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi

    dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk

    melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter

    (ketoprofen 50 mg).

    Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 masalah

    keperawatan teratasi sebagian, didukung dengan data klien mengatakan

    nyeri berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi

    Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius

    sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut,

    Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah

    3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak

    lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak

    didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah

    post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Tekanan

    darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 20 kali per

    menit, suhu: 360C, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan:

    pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan

  • 30

    teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50

    mg).

    B. Simpulan dan Saran

    1. Simpulan

    Berdasarkan hasil study kasus pada Ny. S dalam perawatan hari

    pertama sejak tanggal 25 April 2013. Penulis mengambil prioritas masalah

    yaitu :

    a. Pengkajian

    Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

    keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam

    menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan

    keperawatan yang tepat. Pengkajian pada Ny. S didapatkan data

    dengan keluhan nyeri pada luka jahitan dibagian pergelangan tangan

    sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan seperti

    tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi

    wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali

    per menit, pernafasan: 18 kali per menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan

    atas terpasang infus RL 20 tetes per menit.

    b. Masalah keperawatan

    Masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang

    muncul yaitu nyeri akut berhubungan Agen cedera fisik (post operasi

    Open Reduction and Internal Fixation/ORIF atas indikasi radius

    sinistra 1/3 distal). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik

  • 31

    dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan

    jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan

    sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas

    ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi

    dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009).

    c. Intervensi

    Intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri yaitu

    pantau karakteristik nyeri metode PQRST, Provoking incident (P),

    Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor

    tanda-tanda vital, beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi atau

    distraksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

    d. Implementasi

    Implementasi tindakan yang dilakukan yaitu memantau

    karakteristik nyeri PQRST, Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),

    Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), memonitor tanda vital,

    memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan

    terapi injeksi analgetik ketoprofen 50 mg.

    e. Evaluasi

    Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode

    Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning (SOAP), Subyektif (S),

    Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P), pada diagnosa nyeri teratasi

    sebagian, karena klien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3.

  • 32

    f. Analisa kondisi

    Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi fraktur

    radius sinistra 1/3 distal dengan data, klien mengatakan nyeri

    berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi

    Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur

    radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti

    senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) =

    skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi

    wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri

    berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang

    elastis perban pada daerah post operasi Open Reduction and Internal

    Fixation (ORIF).

    2. Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang

    diharapkan bermanfaat antara lain:

    a. Bagi Rumah Sakit

    Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

    mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan

    klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung

    kesembuhan klien.

    b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

    Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang

    lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang

  • 33

    terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuhan

    keperawatan.

    c. Bagi Penulis

    Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya

    pada pasien dengan pemenuhan rasa nyaman khususnya pada pasien

    post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi

    Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal.

    d. Bagi Profesi atau Perawat

    Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi profesi tentang

    manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and Internal

    Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, (2009-2011), Nanda Internasional; Diagnosa keperawatan: Definisi dan

    Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

    Grace Pierce A., Neil R. Borley, (2006), At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3,

    Penerbit Erlangga.

    Gruendemann Barbara J., Billie Fernsebner, (2006), Buku Ajar Keperawatan

    Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 288-300.

    Hartati, T, 2008, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada

    Anak Usia Sekolah, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses pada tanggal 27

    April 2013 jam 17.30 WIB.

    Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah, (2005), Buku Saku Praktikum;

    Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

    Hoppenfeld Stanley, Vasantha L. Murthy, (2011), Terapi dan Rehabilitasi

    Fraktur, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

    Kusmarjathi, N.K, 2009, Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi ORIF Dalam Jurnal

    Ilmiah Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/210972 76.pdf.

    Diakses pada tanggal 25 April 2013 jam 19.30 WIB.

    Majid Abdul, Mohammad Judha, (2011), Keperawatan Perioperatif, Penerbit

    Gosyen Publising, Yogyakarta.

    Muttaqin Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

    Muskuloskeletal, Jakarta, EGC, hal 69-97.

    Muttaqin Arif, Kumala Sari, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep,

    Proses dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 73.

    N. Kartikawati Dewi, (2011), Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat

    Darurat, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

    Nursalam, (2008), Proses dan Dokumentasi keperawatan, Edisi 2, Penerbit

    Salemba Medika, Jakarta.

  • Novayelinda, Erwin, Prawani (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi

    pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas,

    http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 25

    April 2013 jam 18.45 WIB.

    Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatn Konsep, Proses dan

    Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

    Potter Patricia A, (2006), Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses

    dan Praktik, vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal

    1502.

    Sjamsuhidajat R., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Buku

    Kedokteran, EGC, Jakarta.

    Wilkinson. M Judith, (2006), Buku Saku; Diagnosa Keperawatan dengan

    Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

    Jakarta.