bab i fix.docx

Upload: lincer-projected

Post on 09-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangSejalan dengan tren back to nature yang berkembang pada masyarakat saat ini, penggunaan berbagai tumbuhan serta bahan alam lainnya sebagai obat terus berkembang semakin besar, baik untuk pengobatan suatu penyakit maupun pemeliharaan kesehatan.1 Gejala ini memunculkan ide-ide kreatif dalam upaya pemanfaatan tanaman menjadi bahan pengobatan alternatif selain obat-obatan farmasi.2 Berdasarkan penilaian dari World Health Organization (WHO), sekitar 80% dari populasi penduduk dunia sangat tergantung pada tanaman obat untuk kebutuhan perawatan kesehatan mereka, dan lebih dari 30% sediaan farmasi didapatkan dari tanaman. Kemampuan suatu tanaman sebagai obat disebabkan oleh kandungan senyawa kimia atau senyawa aktif yang memiliki daya kerja pengobatan.3 Beberapa bahan kimia yang bersifat antimikroba yang didapatkan dari tanaman adalah Phenol, Quinone, Flavonoid, Tannin, Coumarin,Terpenoid, Minyak Atsiri, Lectin, Polypeptida, Alkaloid,Polyamine, isothiocyanate, Thiosulfinate, Glucoside,dan Polyacetylene.4

Salah satu tanaman obat yang telah digunakan di berbagai negara selama ribuan tahun adalah Glycyrrhiza glabraLinn atau yang dikenal di Indonesia dengan nama akar manis. Organisasi obat dan makanan Amerika (FDA) juga mencatat akar manis dalam daftar bahan yang secara umum dianggap aman sebagai bumbu makanan dan pemanis.5 Di Indonesia, akar manis merupakan komposisi utama untuk pembuatan obat batuk hitam (OBH) dan juga merupakan bahan dasar yang digunakan pada permen pelega tenggorokan (Fornas, 1978).6 Sudah lebih dari 4000 tahun akar manis ini digunakan untuk pengobatan. Di jepang, telah digunakan ekstrak akar manis selama lebih dari 60 tahun untuk mengobati hepatitis kronis, dan juga memiliki manfaat terapeutik terhadap virus lainnya, yaitu human immunodeficiency virus (HIV), cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplex.7 Selain itu, dari beberapa hasil studi dilaporkan bahwa penggunaan ekstrak akar manis juga dapat digunakan untuk terapi perawatan penyakit gigi dan mulut seperti karies gigi, periodontitis, candidiasis, serta stomatitis aftosa rekuren.8,9Penyakit sariawan berulang atau penyakit yang dalam istilah kedokteran bernama Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). SAR juga ditemukan dalam literatur-literatur dengan istilah aphtae, canker sores, dyspeptic ulser, habitual ulser ulser mukosa, mikulicz ulcer, ulser nekrotium mukosa uris, dan ulser neurotikum mukosa oris. SAR merupakan ulser pada mukosa mulut yang rekuren, terasa sakit dan tidak diketahui penyebabnya. Mungkin terjadi berkelompok, sebagai gabungan heterogenus dari keadaan lesi klinis.10Prevalensi SAR pada populasi dunia bervariasi antara 5% sampai 66% dengan rata-rata 20%. Prevalensi tertinggi terjadi pada pelajar di Amerika Utara, sebagian besar saat ujian, dan pada kelompok sosial ekonomi ke atas. Stomatitis Aftosa Rekuren jarang ditemukan di Bedouin Arab.11Insidensi terjadi pada 25 persen populasi, terutama bukan perokok. Timbul biasanya, ketika anak-anak atau remaja, pada orang dewasa menunjukan kurangnya faktor haematinik atau AIDS.12 Wanita biasanya lebih sering terkena penyakit ini dibandingkan pria.13,14,15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santosh dkk (2014) terhadap 705 pasien SAR di India, diketahui bahwa jumlah pasien wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pasien pria yaitu sebanyak 56,3 % dari total keseluruhan subjek penelitian. Selain itu juga diketahui bahwa pasien pada usia 30 tahun hingga 40 tahun adalah yang paling sering terkena SAR.16Terdapat berbagai hipotesis mengenai etiologi SAR namun hingga kini kebenaran hipotesis-hipotesis tersebut masih diperdebatkan oleh para ahli. Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab SAR antara lain stres, trauma fisik atau kimia, sensitivitas makanan, dan predisposisi genetik. Etiologi yang masih belum jelas mengakibatkan perawatan SAR sebagian besar bersifat empiris dan ditujukan untuk mengurangi gejala.17 Pada umumnya pasien SAR tidak memerlukan terapi karena sifat penyakitnya yang ringan. Beberapa orang melakukan perawatan dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menggunakan pasta gigi tanpa sodium lauryl sulfate yang bersifat iritatif, mencegah trauma lokal serta terapipaliatif untuk mengatasi rasa sakit..18 Tujuan terapi termasuk mengendalikan derajat nyeri, mengurangi frekuensi rekurensi atau menghindari adanya lesi baru. Pengobatan topikal seperti obat anti bakteri, anti inflamasi, analgesi, anestesi lokal dan kortikosteroid merupakan pengobatan yang sering digunakan untuk SAR. Sebagian besar dari pengobatan tersebut dihubungkan dengan efek samping dan timbulnya reaksi yang tidak diinginkan.19Berdasarkan penjelasan diatas, dalam skripsi ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai efektifitas dari akar manis sebagai terapi alternatif terhadap Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).

I.2. Masalah1. Bagaimanakandungan senyawa dan aspek farmakologis dari akar manis ?2. Bagaimana manifestasi klinis dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) ?3. Bagaimana efektifitas akar manis terhadap Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) ?I.3. Tujuan Penulisan1. Untuk memahami kandungan senyawa dan aspek farmakologis dari akar manis. 2. Untuk memahami manifestasi klinis dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).3. Untuk memahami efektifitas akar manis terhadap Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

2