bab i fix

79
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang sangat menakutkan kaum wanita disamping kanker mulut rahim. Masalah etiologi yang belum diketahui; masalah usaha- usaha pencegahan yang sukar untuk dilaksanakan serta perjalanan penyakit yang sukar diduga dan apabila sudah dalam keadaan lanjut penderita akan masuk dalam era penderitaan nyeri hebat menjelang akhir stadium penyakitnya 1 . Kanker payudara merupakan kanker paling umum terdapat pada wanita diseluruh dunia, mencakup 16% dari semua kanker wanita. Diperkirakan bahwa 219.000 wanita meninggal paada tahun 2004 karena kanker payudara 2 . Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, di Indonesia, prevalensi kanker adalah 4,3 per 1.000 penduduk 13 . Menurut data yang didapat dari Sistem Infromasi Rumah Sakit, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS Indonesia, disusul kanker leher rahim. Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan anka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 perempuan per 100.000 perempuan 3 . 1

Upload: drekka-hanibal-putra

Post on 02-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kti

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan kanker yang sangat menakutkan kaum wanita

disamping kanker mulut rahim. Masalah etiologi yang belum diketahui; masalah

usaha-usaha pencegahan yang sukar untuk dilaksanakan serta perjalanan penyakit

yang sukar diduga dan apabila sudah dalam keadaan lanjut penderita akan masuk

dalam era penderitaan nyeri hebat menjelang akhir stadium penyakitnya1.

Kanker payudara merupakan kanker paling umum terdapat pada wanita

diseluruh dunia, mencakup 16% dari semua kanker wanita. Diperkirakan bahwa

219.000 wanita meninggal paada tahun 2004 karena kanker payudara2.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, di

Indonesia, prevalensi kanker adalah 4,3 per 1.000 penduduk13. Menurut data yang

didapat dari Sistem Infromasi Rumah Sakit, kanker payudara menempati urutan

pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS Indonesia, disusul kanker leher

rahim. Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara

dengan anka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim

dengan 16 perempuan per 100.000 perempuan3.

Namun demikian usaha-usaha untuk penemuan dini dapat dilakukan

dengan baik dengan usaha peningkatan pengetahuan masyarakat melalui

penyuluhan-penyuluhan. Apabila ditemukan dalam stadium dini dan dapat terapi

yang tepat dan adekuat maka bukan tidak mungkin kanker payudara tersebut dapat

disembuhkan. Kemajuan-kemajuan dalam penemuan dini yang dilengkapi dengan

kemajuan terapi akhir-akhir ini baik tekhnik operasi, radiasi, hormonal terapi dan

kemoterapi serta imunoterapi atau pun pelaksanaan kombinasi terapi dari

modalitas terapi diatas; yang didasarkan pada ketepatan penentuan staging dan

pengenalan sifat-sifat biologis kanker yang baik; semakin membawa harapan baru

untuk para penderita kanker payudara1.

1

SMK Negeri 10 Medan adalah sekolah SMK NEGERI yang terletak di

Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.. Lokasi terletak pada Jl. Teuku Cik Ditiro

No. 57 Medan Polonia. Sekolah menengah kejuruan ini merupakan salah satu

sekolah dengan mayoritas wanita muda terbanyak. Penyakit kanker payudara

paling sering ditemukan pada wanita. Usia kanker payudara saat ini cenderung

menurun tidak lagi hanya pada wanita usia 35 tahun. Namun kini sudah

merambah ke remaja putri, dalam rangka upaya pencegahan terhadap kanker

payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) penting didapatkan

informasi mengenai tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap kanker

payudara. Berdasarkan fakta diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti

gambaran perilaku remaja mengenai pencegahan kanker payudara di SMK Negeri

10 Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan sebagai suatu

rumusan masalah adalah belum diketahui gambaran perilaku siswi mengenai

kanker payudara dan pencegahannya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku siswi SMK Negeri 10 Medan

mengenai kanker payudara dan pencegahannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi SMK Negeri 10 Medan

mengenai kanker payudara dan pencegahannya.

b. Untuk mengetahui sikap siswi SMK Negeri 10 Medan mengenai kanker

payudara dan pencegahannya.

2

c. Untuk mengetahui tindakan siswi SMK Negeri 10 Medan mengenai

kanker payudara dan pencegahannya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

pencegahan kanker payudara, serta menjadi satu kesempatan yang

berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah

diperoleh selama masa kuliah dan untuk meningkatkan pengetahuan serta

pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian

1.1.1 Bagi Siswi SMK

Hasil penelitian digunakan sebagai masukan untuk pencegahan kanker

payudara.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker payudara

2.1.1 Definisi kanker payudara

Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan

payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif

dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relative

cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya

berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas

tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras6.

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara

yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk

benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk

pertumbuhan sel pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah

satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah

tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi

faktor lain maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi

tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi

permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu

saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang

mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun5.

4

2.1.2 Anatomi payudara

Gambar 2.1 Anatomi payudara normal

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat

memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus

anterior. Sedikit dibawah pusat payudara dewasa terdapat papilla mamaria

(putting), tonjolan berigmen yang dikelilingi oleh areola. Putting mempunyai

perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu aperture duktus

laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada

permukaan areola. Jaringan kelenjar membentuk 15 hingga 25 lobus yang

tersusun radier disekitar putting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang

bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) diantara lobus-

5

lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak

menyerang lobus lain1.

Gambar 2.2 sistem limfatik payudara

Payudara memiliki system limfatik yang didalamnya terdapat pembuluh

getah bening dan kelenjar-kelenjar getah bening. Pembuluh getah bening itu

sendiri, terdiri dari pembuluh getah bening aksila, pembuluh getah bening

mamaria interna dan pembuluh getah bening tepi medial kuadran medial bawah

payudara. Sementara itu kelenjar-kelenjar getah bening payudara, terdiri dari:

Kelenjar getah bening aksila

Terdapat lagi grup-grup dari kelenjar getah bening aksila, yaitu:

6

1) Kelenjar getah mammaria eksterna, untaiannya terletak dibawah tepi lateral

m. Pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila

2) Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan

torakodorsalis, mulai dari percabangan v. Aksilaris menjadi v. Subskapularis,

sampai ke tempat masuknya v. Torako-dorsalis ke dalam Latissimus dorsi

3) Kelenjar getah bening sentral (Central Nodes), terletak di dalam jaringan

lemak di pusat ketiak

4) Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes), terletak di antara m.

Pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.Thorako-akromialis

satu sampai empat

5) Kelenjar getah bening v.Aksilaris, kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang

v.Aksilaris

6) Kelenjar getah bening subklavikula. Semua getah bening yang berasal dari

kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk kedalam jaringan ini. Seluruh

kelenjar getah bening aksila ini terletak dibawah fasia kostokorakoid

7) Kelenjar getah bening prepektoral, merupakan kelenjar tunggal yang

terkadang terletak di bawah kulit atau didalam jaringan payudara kuadran

lateral atas, di atas fasia pektoralis

8) Kelenjar getah bening mammaria interna, kelenjar-kelenjar ini tersebar

sepanjang trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira tiga sentimeter dari

pinggir sternum. Terletak di dalam lemak di atas fasia endotorasika, pada sela

iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah2.

7

2.1.3 Etiologi & faktor resiko kanker payudara

Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat

beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan

genetik. Faktor lain yang berkaitan dan memiliki resiko tinggi antara lain:

a. Usia : Usia 30-50 tahun meningkat tajam

b. Lokasi geografis : Eropa Barat dan Amerika utara lebih dari 6-10 kali

c. Ras : Keturunan Amerika, terkena sebelum usia 40

tahun

d. Status sosioekonomi : Kelompok menengah keatas

e. Status perkawinan : Wanita tidak menikah resiko terkena meningkat

50%

f. Paritas : Nulipara ; Primigravida pada usia diatas 30 tahun

g. Riwayat menstruasi : Menarche usia dini ; menopause lambat (setelah

usia 50 tahun)

h. Riwayat keluarga : Famili perempuan maternal atau paternal terkena

kanker payudara

i. Bentuk tubuh : Obesitas

j. Penyakit payudara : Hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia

beresiko 8 kali

k. Terpajan radiasi : Peningkatan resiko untuk radiasi pada wanita muda

dan anak-anak

l. Kanker primer kedua : Kanker ovarium primer; kanker endometrium

primer7

Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang

tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun. Secara epidmiologik

tendensi penyakit ini familial atau genetic dimana seorang wanita dengan ibu

penderita kanker payudara akan berkemungkinan lebih besar terkena kanker

payudara disbanding dengan wanita dengan ibu tanpa riwayat kanker payudara.

8

Juga pada wanita infertile lebih tinggi resiko terkena dibandingkan wanita fertile

karena saat hamil tidak ada ovulasi yang dikaitkan dengan munculnya kanker

payudara3.

Dapat dicatat bahwa faktor etiologinya sampai saat ini belum diketahui

pasti, namun dapat disimpulkan bahwa penyebabnya multifaktoral yang

mempengaruhi satu sama lain, antara lain:

a) Konstitusi genetika, berdasarkan:

i) Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker

payudara daripada keluarga lain

ii) Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa

iii) Pada kembar monozygote; terdapat kanker yang sama

iv) Terdapat persamaan lateralitas kanker payudara pada keluarga dekat

dari penderita

b) Pengaruh hormone, berdasarkan:\

i) Umunya terjadi pada wanita, insidens pada pria lebih rendah

ii) Pada usia diatas 35 tahun insidensnya lebih tinggi

iii) Pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker

payudara

c) Virogen

d) Makanan, terutama makanan yang mengandung lemak dan zat karsinogen

e) Radiasi pada daerah dada, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen1.

2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Geajala utama:

a. Benjolan

Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan.

Benjolan padat dan keras dengan atau tanpa rasa sakit dan bentuknya

tidak beraturan.

9

b. Perubahan kulit pada payudara

- Kulit tertarik (skin dimpling)

- Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)

- Gambaran kulit jeruk (peu d’orange)

- Eritema

- Ulkus

c. Kelainan pada puting

- Puting tertarik (nipple retraction)

- Eksema

- Cairan pada puting (nipple discharge)

Gejala tambahan, yang muncul sebagai tanda metastasis jauh ataupun

komplikasi dari kanker payudara, meliputi:

a. Benjolan di aksila atau leher

b. Nyeri pinggang / punggung atau tulang belakang, lemah atau

kelumpuhan

c. Sesak napas atau batuk – batuk

d. Rasa penuh, mual, perut gembung, mata kuning

e. Nyeri kepala yang hebat, muntah proyektil, kesadaran menurun9.

2.1.5 Klasifikasi Kanker Payudara

1. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus

lactiferous dan kanker dari lobules.

2. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara.

10

Tabel 2.2: Histologi Kanker Payudara

1. Non-invasif a. Karsinoma duktus in situ

b. Karsinoma lobulus in situ

2. Invasif a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan

kompenen intraduktal yang predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary

f. Karsinoma papillary

g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic

i. Karsinoma sekretori (juvenille)

j. Karsinoma apocrine

k. Karsinoma dengan metaplasia :

Tipe squamous

Tipe spindle-cell

Tipe cartilaginous dan osseous

Mixed type

Lain-lain

3. Paget’s desease of the nipple7

11

3. Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan yang telah dirancang oleh

American Joint Comittee on Cancer Staging dan Internasional Union Against

Cancer sebagai berikut :

a. Stadium 0 : Karsinoma duktus in situ (DCIS) termasuk penyakit Paget pada

puting payudara dan karsinoma lobulus in situ (LCIS).

b. Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta

kelenjar getah bening negatif.

c. Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai

metastasis ke kelenjar – kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih

dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif.

d. Stadium IIB : Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm,

tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar – kelenjar getah bening positif atau

karsinoma invasif beukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar –

kelenjar getah bening.

e. Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah

bening terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar

getah bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma

berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah

bening nonfiksasi.

f. Stadium IIIB : karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding

dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit

satelit atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar – kelenjar getah

bening mamaria interna ipsilateral.

g. Stadium IV : Metastasis ke tempat jauh7

4. Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan American Joint Comittee on

Cancer Staging Manual, 6th Edition.

12

Tabel 2.3 Stadium Kanker Payudara

TUMOR PRIMER (T)

TX Ukuran tumor primer tidak dapat di perkirakan

T0 Tidak di temukan adanya tumor primer

Tis Karsinoma insitu

Tis (DCIS) Ductal Carsinoma Insitu

Tis (LCIS) Labular Carsinoma Insitu

Tis (paget) Penyakit paget di nipple tanpa di temukan tumor

T1 Ukuran tumor < 2 cm

T1mic Mikroinvasif < 0,1 cm

T1a Tumor > 0,1 - < 0,5 cm

T1b Tumor > 0,5 cm - < 1 cm

T1c Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya

perlengketan pada dinding thoraks atau kulit

T4a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk musculus

pectoralis major

T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit,

atau adanya nodul satelit pada payudara.

T4c Gabungan antara T4a dan T4b

T4d Inflamatory carcinoma

13

KELENJAR LIMFE REGIONAL (N)

NX Kelenjar limfe regional tidak di dapatkan

N0 Tidak ada metastase ke kelenjar limfe

N1 Metastasis pada kelenjar limfe aksila

N2 Ada metastasis nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlengketan satu sama lain atau ke jaringan

sekitarnya

N2a Ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlekatan antara satu nodul dengan nodul lainnya

N2b Ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlekatan nodul ke jaringan disekitarnya

N3 Ada metastase ke kelenjar limfe infra dan supraklavikular

dengan atau tanpa disertai metastase ke kelenjar limfe

aksila ataupun mammary internal

N3a Metastase ke kelenjar limfe infraklavikular

N3b Metastase ke kelejar limfe aksila dan mammary internal

N3c Metastase ke kelenjar limfe supraklavikular

METASTASE JAUH (M)

Mx Metastasis jauh tidak didapatkan

M0 Tidak ada bukti adanya metastasis

M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

2.1.6 Diagnosis kanker payudara

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan11.

A. Anamnesis

14

Anamnesis bertujuan untyk mengidentifikasi identitas penderita, faktor

resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan

dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Keluhan utama yang sering umumnya

adalah benjolan di payudara. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan

yang sering tapi tidak selalu pertanda kanker, kelainan jinak seperti fibrocystic

disease dan papiloma intraductal juga bisa bergejala seperti ini. Malaise, nyeri

tulang, dispnea, benjolan diaksila atau leher, sesak napas atau batuk-batuk dan

kehilangan berat badan adalah keluhan yang jarang tapi merupakan indikasi

adanya metastasis jauh.

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik ditujukan untuk menentukan karakter dan lokasi lesi.

Pemeriksaan ini dilakukan sistematik dengan inspeksi dan palpasi dengan teknik

pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ).

Pemeriksaan ini ( Anamnesis dan pemeriksaan fisik ) mempunyai akurasi

untuk membedakan ganas atau jinak sekitar 60-80% oleh karenanya memerlukan

pemeriksaaan tambahan seperti :

1. Ultrasonografi (USG)

2. Mammografi

3. Biopsi aspirasi jarum halus (bajah)

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

2.1.7 Deteksi Dini Kanker Payudara

A. Pemeriksaan Fisik

SADARI

Periksa Payudara Sendiri

15

Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah

suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan

pada payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan

sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali.

Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika

ditemukan benjolan pada payudara . Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang

wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI

dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan1.

1. Melihat payudara

Berdirilah di depan cermin dengan

posisi seperti pada gambar. Kedua

lengan tergantung lemas di sisi tubuh.

Lihat:

Apakah kedua payudara simetris?

Adakah penonjolan/ lekukan/ tarikan

pada kulit?

Adakah perubahan warna kulit?

Apakah puting payudara tertarik masuk

Gambar 2.2.6.1

Angkat kedua tangan anda ke atas

kepala, kemudian turunkan perlahan.

Lihat:

Apakah kedua payudara bergerak

16

bersama dengan tarikan lengan?

Atau salah satu payudara tampak tertinggal?

Gambar 2.2.6.2

Bertolak pinggang dan tekan kedua

tangan pada pinggul untuk

mengencangkan otot dada.

Lihat:

Adakah perubahan bentuk?

Adakah penonjolan/ penarikan/

lekukan pada kulit?

Gambar 2.2.6

2. Palpasi Payudara

Berbaringlah dengan beralas bantal

tipis pada bahu pada sisi payudara

yang akan diperiksa dan letakkan

lengan di belakang kepala

17

Gambar 2.2.6. 4

Gunakan sisi datar jari-jari tangan

yang berlawanan dengan sisi

payudara yang akan diperiksa dan

tekanlah dengan lembut, usahakan

agar seluruh area payudara terperiksa

Gambar 2.2.6.5

Akhirnya turunkan lengan anda

sejajar tubuh dan rasakan kekenyalan

payudara yang terletak di lipatan

ketiak.

Ulangi pemeriksaan pada sisi yang

lainnya.

Gambar 2.2.6.6

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Clinical Breast Examination (CBE)

Adalah pemeriksaan klinis oleh tenaga medis terlatih, dipakai untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk

mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini. Untuk wanita dengan

18

usia rata-rata di bawah 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini

lebih efektif menggunakan CBE (Rasjidi et al, 2009).

2. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)

Apabila pada pmeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan

pemeriksaan lanjutan dengan USG ataupun mammografi. USG

dilakukan terutama untuk membutikan adanya massa kistik dan

solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan

dibawah usia 40 tahun (Rasjidi et al, 2009).

3. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan sinar-X pada payudara. Skrining

mammografi digunakan untuk mencari penyakit atau kelainan pada

payudara perempuan yang tidak memiliki gejala-gejala (asimtomatik).

Mammografi dapat mendeteksi tumor radius 0,5 cm yang masih belum

dapat teraba dengan tangan dan mamografi sangat bermanfaat dalam

menemukan lesi berukuran sangat kecil, sampai 2 mm, yang tidak

teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran dibawah 1cm).

Dengan program skrining diharapkan dilakukan pemerikasaan dasar

mamografi setiap 2-3 tahun sekali pada perempuan berusia di atas 35-

50 tahun, dan setiap satu tahun atau dua tahun pada wanita berusia

diatas 50 tahun. Pemerikasaan dasar ini akan memberikan data awal

jaringan payudara wanita (Bustan, 2007).

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala setiap tahun

pada perempuan diatas 40 tahun dan dilakukan pada perempuan yang

bergejala dan pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistic

screening dan organized screening)(Rasjidi et al, 2009).

4. Biopsi aspirasi jarum halus (bajah)

Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi.

Setelah suntikan anestetik lokal (jika digunakan), jarum yang halus

pada ujung spuit diarahkan ketempat pengambilan sampel. Kemudian

spuit digunakan untuk mengambil jaringan atau cairan. Bahan

19

sitologik ini diusapkan di atas preparat kaca dan dikirim ke

laboratorium untuk dilakukan analisis (Smeltzer, 2001).

Pemeriksaan Bajah dilakukan atas indikasi:

- Untuk diagnosis preoperatif, dugaan maligna yang operable

- Untuk diagnosis konfirmatif

- Untuk kultur mikrobiologik

- Untuk morfologi sel tumor dan hormonal dependen (estrogen

receptor dan progesteron receptor) (Bustan, 2007).

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan instrument yang sensitif untuk deteksi kanker

payudara, karena itu MRI sangat baik untuk deteksi local reccurence

pasca Breast Conserving Treatment (BCT) atau augmentasi payudara

dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan

terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam

skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang

memiliki resiko kanker payudara yang sangat tinggi. Sensitivitas MRI

mencapai 98% tapi spesifitasnya rendah, biaya pemeriksaan mahal

dan waktu pemeriksaan yang lama oleh karena itu MRI belum jadi

prosedur rutin.

 2.1.8 Penatalaksanaan kanker payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain

pengobatan meliputi pembedahaan, radioterpi, hormonal, dan kemoterapi.

Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi

perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman

jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.

1. Pembedahaan

20

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur

pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada

tahapan stadium penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara

umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat

sebagaian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh

payudara (mastectomy). Untuk meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya

diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormonal, atau kemoterapi.

2. Radioterapi

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif

dengan mempertahankan payudara, dan sebagai terapi tambahan atau terapi

paliatif.

Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi.

Akan tetapi, penyulitnya adalah pemekakan lengan karena limfudem akibat

rusaknya kelenjar aksila suprakalvikula. Jadi, radiasi harus dipertimbangkan pada

kanker payudara.

3. Terapi Hormonal

Indikasi pemberian terpi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik

akibat metastasisi jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif

sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya

kurang, tetapi tidak semua kanker payudara peka terhadap terapi hormonal. Terapi

hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pramenopause dengan cara

ovarektomi bilateral atau dengan pemeberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau

aminoglutetimid.

4. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran

sistemik, dan sebagai terapi tambahan. Kemoterapi tambahan diberikan kepada

pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan

21

metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah menghancurkan

mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya

sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah kombinasi

siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama enam bulan pada

perempuan usia pramenopause, sedangkan kepada yang pasca menopause

diberikan terapi tambahan hormonal berupa pil antiestrogen11.

2.2 Pengertian Perilaku

Menurut Skiner (1993), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa peilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses :

Stimulus Respon, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S – O – R” tersebut,

maka perilaku manusia dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain secara jelas. Respon seseorang masih tebatas dalam

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus

yang bersangkutan. Bentuk “covert behavior” yang dapat diukur adalah

pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu betapa pentingnya periksa

hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu

tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat

(sikap).

b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati dari luar atau “observable

behavior”. Contoh : Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke

22

puskesmas atau kebidan praktik, seorang penederita TB paru minum obat anti

TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi setelah makan, dan

sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah terbentuk nyata, dalam bentuk

kegiatan atau dalam bentuk praktik.

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup dan terbuka seperti

yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang

terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah

keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil

bersama antara faktor internal dan external.

Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan

yang luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan,

membedakan adanya 3 area wilayah, ranah atau dominan perilaku ini, yaitu

kognitif (cognitif), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian

oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta

(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor).

Dalam pengembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh

Bloom ini, dikembangkan menjadi tiga tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowladge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat

pengetahuan, yaitu :

23

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalaah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan

yang dimiliki.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu.

24

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulasi atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan

sebagainya). Menurut Campbell (1950), sikap adalah suatu kumpulan gejala

dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perhatian, dan gejala kejiwaan.

3. Tindakan (Practice)

Seperti yang telah ditunjukkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan

untuk bertindak, Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu fasilitas atau sarana dan

prasarana.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

25

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan, maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 KerangkaKonsep

3.2.Definisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan adalah pemahaman siswi mengenai kanker payudara dan

pencegahannya

3.2.2. Sikap adalah tanggapan siswi mengenai kanker payudara dan

pencegahannya

3.3.3. Tindakan adalah usaha yang dilakukan siswi untuk mencegah kanker

payudara

No Nama

Variabel

Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Ukur

Hasil ukur/

kategori

Skala

ukur

26

Perilaku siswi:

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Pencegahan Kanker Payudara

1 Pengetahuan Pemahaman

siswi

mengenai

kanker

payudara

dan

pencegahan

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

Kurang

Ordinal

2 Sikap Tanggapan

siswi

tentang

kanker

payudara

dan

pencegahan

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

Kurang

Ordinal

3 Tindakan Usaha yang

dilakukan

siswi untuk

mencegah

kanker

payudara

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

Kurang

Ordinal

BAB IV

METODE PENELITIAN

27

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk

mengetahui gambaran perilaku wanita remaja di sekolah menengah kejuruan

negeri 10 medan mengenai kanker payudara dan pencegahannya.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 JL. Teuku

Cikditiro no.56 Medan Polonia.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai tanggal 6 juli 2015 sampai 21 agustus 2015

dalam pelaksanaannya pengumpulan data dilakukan secara bertahap.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswi

kelas XII di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Medan sebanyak 347

siswi.

4.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh siswi kelas XII

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Medan dengan alasan karena Sekolah

Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenis sekolah dengan mayoritas wanita

muda terbanyak.

Pada penelitian ini yang diambil adalah siswi kelas XII dengan alas

insiden terjadinya kanker payudara paling banyak terjadi pada wanita dan saat ini

28

usia kanker payudara cenderung menurun tidak lagi hanya pada wanita usia diatas

35 tahun. Namun kini sudah merambah ke remaja putri, dalam rangka upaya

pencegahan terhadap kanker payudara penting didapatkan informasi mengenai

tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap kanker payudara.

Siswi kelas XII terbagi atas 8 kelas. Dari populasi tersebut diambil 15 %

dari jumlah sampel sehingga jumlah sampelnya adalah 15% x 347 siswi = 52

siswi.

NO. KELAS JUMLAH SISWA PERSENTASE JUMLAH

1 Multimedia I 50 15% 8

2 Multimedia II 51 15% 8

3 Tata Boga I 43 15% 6

4 Tata Boga II 42 15% 6

5 Tata Busana I 43 15% 6

6 Tata Busana II 43 15% 6

7 Kecantikan I 37 15% 6

8 Kecantikan II 38 15% 6

JUMLAH 347 52

4.4. MetodePengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

29

Data Primer

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner

dan wawancara.

Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari

kantor administrasi SMK Negeri 10 medan berupa nama dan jumlah siswi.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah berupa kuesioner yang terdiri dari 15

pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka sebagai berikut :

a. 5 (lima) Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan siswi mengenai kanker

payudara

b. 5 (lima) Pertanyaan untuk mengetahui sikap siswi mengenai kanker

payudara

c. 5 (lima) Pertanyaan untuk mengetahui tindakan siswi dalam mencegah

kanker payudara

Tekhnik penilaian gambaran perilaku siswi kelas XII di SMK Negeri 10 medan

bersadarkan Teori Hadi Pratomo, yaitu :

a. Baik : Jika jawaban benar >75% dari skor maksimum

b. Sedang : Jika jawaban benar 40-75% dari skor maksimum

c. Kurang : Jika jawaban benar <40 dari skor maksimum

1. Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat diukur dengan metode skoring terhadap

kuesioner yang telah dinilai untuk pertanyaan pengetahuan :

a. Untuk jawaban benar : 2

30

b. Untuk jawaban kurang tepat : 1

c. Untuk jawaban salah : 0

d. Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat pengetahuan responden, maka dapat

dikategorikan pengetahuan responden berdasarkan tiga kategori :

a. Untuk pengetahuan yang baik apabila nilai yang diperolehkan

responden >75% dari maksimum skor (≥8-10)

b. Untuk pengetahuan yang sedang apabila nilai yang diperoleh

responden 40-75% dari maksimum skor(4-7)

c. Untuk pengetahuan yang kurang apabila nilai yang diperoleh

responden <40% dari maksimum skor (<4)

2. Sikap

Sikap ini dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner

yang telah dinilai untuk pertanyaan sikap :

a. Untuk jawaban benar : 2

b. Untuk jawaban kurang tepat : 1

c. Untuk jawaban salah : 0

d. Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat sikap responden maka, dapat dikategorikan

pengetahuan responden berdasarkan tiga kategori :

a. Untuk sikap yang baik apabila nilai yang diperolehkan

responden >75% dari maksimum skor (≥8-10)

a. Untuk sikap yang sedang apabila nilai yang diperoleh

responden 40-75% dari maksimum skor(4-7)

b. Untuk sikap yang kurang apabila nilai yang diperoleh

responden <40% dari maksimum skor (<4)

3. Tindakan

Tindakan ini dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner

yang telah dinilai untuk pertanyaan tindakan :

a. Untuk jawaban benar : 2

31

b. Untuk jawaban kurang tepat : 1

c. Untuk jawaban salah : 0

d. Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat tindakan responden, maka dapat dikategorikan

pengetahuan responden berdasarkan tiga kategori :

a. Untuk tindakan yang baik apabila nilai yang diperolehkan

responden >75% dari maksimum skor (≥8-10)

b. Untuk tindakan yang sedang apabila nilai yang diperoleh

responden 40-75% dari maksimum skor(4-7)

c. Untuk tindakan yang kurang apabila nilai yang diperoleh

responden <40% dari maksimum skor (<4)

4.6. Pengelolaan Data

4.6.1. Pengelolaan Data

Data primer yang telah dikumpul selanjutnya diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Pengeditan, yaitu mengecek kelengkapan data, kesinambungan

data sehingga validitas data dapat terjamin

b. Pengkodean, yaitu memberi kode tertentu untuk mempermudah

dalam mengklasifikasikan data

c. Tabulasi, yaitu mengelolah data serta pengambilan kesimpulan

yang akan dimasukkan dalam bentuk table.

4.6.2 Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dengan secara deskriptif yaitu data

ditampilkan dalam bentuk tabel univariat, kemudian dicari besarnya

32

persentase untuk masing-masing distribusi frekuensi tersebut. Kemudian

dibuat dalam kalimat narasi yang relevan sehingga dapat diambil suatu

kesimpulan.

BAB V

HASIL PENELITIAN

33

5.1 Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Medan merupakan Sekolah

Menengah Kejuruan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, kota Medan yang

didirikan pada tahun 1952 dan telah dibuka 4 program kejuruan yaitu tata boga,

kecantikan, tata busana dan multimedia.

Lokasi terletak pada Jl. Teuku Cik Ditiro No. 57 Medan Polonia. Lokasi

ini juga sangat memungkinkan sebagai tempat melakukan penelitian karena

letaknya sangat strategis dan sering dilalui.

Luas: ± 11.040 m2

Batas-batas Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Medan :

Sebelah Utara : Pemukiman penduduk

Sebelah Timur : Gereja Cik Ditiro

Sebelah Selatan : Pemukiman penduduk

Sebelah Barat : Permukiman penduduk

5.2 Hasil Penelitian

34

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan

tindakan Santri Putra Tsanawiyah pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan

penyakit tinea kruris dan pencegahannya. Hasil penelitian ini diperoleh dari 67

responden yang berada di pesantren tersebut.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi uji tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

Santri PutraTsanawiyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah terhadap

penyakit tinea kruris dan pencegahannya

Perilaku

Baik Sedang Kurang Jumlah

F % F % f %

Pengetahuan 12 23 19 36,5 21 40,4 52

Sikap 29 55,7 15 28,8 8 15,4 52

Tindakan 10 19,2 17 32,7 25 48 52

BAB VI

35

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasadan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dantelinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat pentingdalam membentuk tindakan seseorang17

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dilihat dari aspek

pengetahuan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang kurang baik tentang penyakit penyakit kanker payudara yaitu

sebanyak 12 siswi (23%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan sedang

sebanyak 19 siswi (36,5%) dan pengetahuan kurang sebanyak 21 siswi (40,4%).

Pengetahuan siswi yang sebagian besar adalah berpengetahuan kurang hal ini

didapatkan bahwa responden sebagian besar belum mengetahui gambaran,

penyebab, dan pencegahannya.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulasi atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan

sebagainya). Menurut Campbell (1950), sikap adalah suatu kumpulan gejala

dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perhatian, dan gejala kejiwaan.

36

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dilihat dari aspek sikap

responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang

baik tentang penyakit kanker payudara yaitu sebanyak 29 siswi (55,7%),

sedangkan siswi yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 siswi (28,8%) dan

sikap kurang sebanyak 8 siswi (15.4%). Sikap siswi yang kurang didapat karena

siswi kurang memperhatikan asupan makanan mereka dan hal-hal yang beresiko

untuk memunculkan kanker payudara.

Seperti yang telah ditunjukkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan

untuk bertindak, Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dilihat dari aspek tindakan

siswi menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki tindakan yang baik

tentang pencegahan penyakit kanker payudara yaitu sebanyak 10 siswi (19,2%),

sedangkan siswi yang memiliki tindakan sedang sebanyak 17 siswi (32,7%) dan

tindakan kurang sebanyak 25 siswi (48%). Tindakan siswi yang sebagian besar

adalah tindakan yang kurang baik. Hal ini didapatkan dari tidak adanya usaha

siswi untuk mencegah dan melakukan deteksi dini terhadap payudara sendiri.

37

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan siswi menunjukkan bahwa sebagian besar siswi

memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit kanker payudara yaitu

sebanyak 12 siswi (23%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan

sedang sebanyak 19 siswi (36,5%) dan pengetahuan kurang sebanyak 21

siswi (40,4%) .

2. Tingkat sikap siswi menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki

sikap yang baik tentang penyakit kanker payudara yaitu sebanyak 29 siswi

(55,7%), sedangkan siswi yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 siswi

(28,8%) dan sikap kurang sebanyak 8 siswi (15.4%).

3. Tingkat tindakan siswi menunjukkan bahwa sebagian besar santri bahwa

dilihat dari aspek tindakan siswi menunjukkan bahwa penyakit kanker

payudara yaitu sebanyak 10 siswi (19,2%), sedangkan siswi yang memiliki

tindakan sedang sebanyak 17 siswi (32,7%) dan tindakan kurang

sebanyak 25 siswi (48%).

38

7.2 Saran

7.2.1. Bagi Pengurus Sekolah

a. Perlu diadakannya kegiatan sosialisasi tentang penyakit-penyakit yang rentan

mengenai usia sekolah menengah atas. Dalam hal ini kanker kanker payudara.

b. Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan kesungguhan

c. Perlu adanya sanksi atau penghargaan kepada guru – guru yang memiliki

kemampuan lebih mengajarkan tentang sosialisasi tersebut.

7.2.2 Bagi Siswi

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara.

b. Memberikan gambaran perilaku hidup sehat dan perilaku yang harus dijauhi

guna mencegah kanker payudara.

c. Melaksanakan dan membiasakan perilaku hidup sehat.

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses

penyakit. Edisi keenam. Volume 2. Jakarta: EGC. 2006.

2. WHO, 2004. Breast Cancer: Prevention and Control. Available at:

http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html

[Accessed July 13, 2015].

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sitem Informasi Rumah

Sakit (SIRS), 2007. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia

menderita kanker. Diunduh dari :

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-

dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html . ( diakses

13 juli 2015 ).

4. Staff Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Edisi pertama. Jakarta:

Binarupa Aksara. 2010.

5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2009.

6. Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy. Fifth edition. USA:

Elesevier. 2011.

7. Kasdu. D. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara .

2005.

8. Ramli, Pencegahan kanker payudara. Diunduh dari: http:// www.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/chapter%20II.pdf (diakses

pada 22 juli 2015)

9. Robbins, L., S., Kumar, V., Cotron, S., R.. Buku Ajar Patologi Edisi 7.

Jakarta: Buku kedokteran ECG. 2007.

10. Snell, R., S., Anatomi Klinik. Jakarta: Buku kedokteran ECG. 2006.

40

11. Suyatno., Pasaribu., Emir, T., Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi.

Jakarta: Sagung Seto. 2010

12. Sjamsuhidajat, R., Dejong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:

ECG. 2005.

13. American Science Society, 2013. Deteksi dini kanker

payudara.Diunduh dari: http://www.rsonkologi.com/registrasi/profil-

layanan/deteksi-dini-kanker-payudara/ (diakses 14 Juli 2015) .

14. RISKESDAS, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional

2007.Diunduh dari:

http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskes

das%202007.pdf ( diakses 13 juli 2015).

15. Notoatmodjo S . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

RinekaCipta. 2010

16. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. 2006.

17. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. 2010

18. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku. Jakarta :

RinekaCipta. 2010.

41

LAMPIRAN

1. NAMA-NAMA RESPONDEN

Multimedia

NO. NAMA SISWI KELAS

1 Vika Islamidina Lubis XII A

2 Putri Azura XII A

3 Anindita Seroja XII A

4 Maysarah XII A

5 Marzia Afriliani XII A

6 Rizka Audiya Hasibuan XII A

7 Ranti Pratiwi XII A

8 Rahmatun Nisa XII A

9 Mina Ainun Harahap XII B

10 Emi Nurhaini XII B

11 Ghazira Rizqina XII B

12 Audy Andini Lubis XII B

13 Zuhra Khalida XII B

42

14 Ghina Sa'Adah Hasibuan XII B

15 Muthia Ayu Siregar XII B

16 Fadlatun Thoyyibah XII B

Tata Boga

NO NAMA SISWI KELAS

17 Kana Rizky Ramadhani XII A

18 Meiliyana Putri XII A

19 Liza Laina Tussyifa XII A

20 Syakinah Afny XII A

21 Suci Iriani XII A

22 Ika Ramdhaningsih XII A

23 Fiha Nur Shabrina XII B

24 Salmiah Nasution XII B

25 Oryza Sativa Lubis XII B

26 Habibah Lufiah XII B

43

27 Zalshabila Izas Dewana XII B

28 Latifah Linuri XII B

Tata Busana

NO NAMA SISWI KELAS

29 Eva Sahnita Lubis XII A

30 Siti Fatimah Br Sembiring XII A

31 Mutiara Hasanah Nindi XII A

32 Nashiroh Dini Amaliya XII A

33 Dea Adinda Salsabila XII A

34 Zikri Auliana XII A

35 Nuri Syahputri XII B

44

36 Nadiah Putri Halim XII B

37 Shofyani Salasa XII B

38 Tri Febri Wardani XII B

39 Fadila Khofifa Tambunan XII B

40 Raudhatul Fauziah XII B

Tata Kecantikan

NO NAMA SISWI KELAS

41 Fathiyah Nabila XII A

42 Hairani Salila R XII A

45

43 Namira Az-Zahra XII A

44 Nur Anjelina Siregar XII A

45 Risky Dea Novita XII A

46 Najmi Wahida XII A

47 Endah Dwi Ningsih XII B

48 Alifa Taqiyya XII B

49 Lisa Marwah XII B

50 Farha Kania Radhani XII B

51 Khoiriyah Silvi Azzahra XII B

52 Ratasya Maharani XII B

46

47

48

49

MASTER DATA

GAMBARAN PERILAKU SISWI SMK NEGERI 10 MENGENAI KANKER

PAYUDARA DAN PENCEGAHANNYA

MEDAN

TAHUN 2015

PENGETAHUAN

NO. NAMA RESPONDEN NO.URUT PERTANYAAN HASIL

1 2 3 4 5

1 Vika Islamidina Lubis 2 2 2 1 2 Baik

2 Putri Azura 2 1 1 2 1 Sedang

3 Anindita Seroja 1 0 1 1 0 Kurang

4 Maysarah 2 1 0 1 0 Kurang

5 Marzia Afriliani 1 0 0 1 1 Kurang

6 Rizka Audiya Hasibuan 1 1 1 1 1 Sedang

7 Ranti Pratiwi 1 1 1 0 0 Kurang

8 Rahmatun Nisa 2 2 0 1 1 Sedang

9 Mina Ainun Harahap 2 2 2 2 1 Baik

10 Emi Nurhaini 2 1 2 1 1 Sedang

11 Ghazira Rizqina 0 0 0 1 1 Kurang

12 Audy Andini Lubis 2 2 2 2 1 Baik

13 Zuhra Khalida 2 1 1 1 1 Sedang

50

14 Ghina Sa'Adah Hasibuan 1 1 0 0 0 Kurang

15 Muthia Ayu Siregar 1 1 0 0 1 Kurang

16 Fadlatun Thoyyibah 1 1 1 1 1 Sedang

17 Kana Rizky Ramadhani 1 1 0 1 0 Kurang

18 Meiliyana Putri 1 0 1 0 1 Kurang

19 Liza Laina Tussyifa 2 2 2 1 2 Baik

20 Syakinah Afny 2 2 1 1 1 Sedang

21 Suci Iriani 2 1 1 1 1 Sedang

22 Ika Ramdhaningsih 1 1 0 1 0 Kurang

23 Fiha Nur Shabrina 1 2 1 1 1 Sedang

24 Salmiah Nasution 1 1 1 0 0 Kurang

25 Oryza Sativa Lubis 1 0 1 0 1 Kurang

26 Habibah Lufiah 2 2 2 1 2 Baik

27 Latifah Linuri 1 0 1 1 0 Kurang

28 Zalshabila Izas Dewana 2 2 2 1 2 Baik

29 Eva Sahnita Lubis 1 1 1 0 2 Sedang

30 Siti Fatimah Br Sembiring 2 2 2 2 2 Baik

31 Mutiara Hasanah Nindi 2 2 1 2 2 Baik

32 Nashiroh Dini Amaliya 1 0 0 1 1 Kurang

33 Dea Adinda Salsabila 1 2 0 1 1 Sedang

34 Zikri Auliana 1 1 0 0 1 Kurang

51

35 Nuri Syahputri 2 2 2 2 2 Baik

36 Nadiah Putri Halim 2 2 1 2 2 Baik

37 Shofyani Salasa 1 1 0 0 1 Kurang

38 Tri Febri Wardani 2 1 1 1 1 Sedang

39 Fadila Khofifa Tambunan 2 2 2 2 2 Baik

40 Raudhatul Fauziah 1 1 2 1 1 Sedang

41 Fathiyah Nabila 1 2 1 1 1 Sedang

42 Hairani Salila R 1 1 0 1 0 Kurang

43 Namira Az-Zahra 1 1 1 0 0 Kurang

44 Nur Anjelina Siregar 2 2 1 1 1 Sedang

45 Risky Dea Novita 1 2 1 1 1 Sedang

46 Najmi Wahida 2 1 0 0 0 Kurang

47 Endah Dwi Ningsih 1 1 1 2 1 Sedang

48 Alifa Taqiyya 1 1 0 0 0 Kurang

49 Lisa Marwah 1 1 2 1 1 Sedang

50 Farha Kania Radhani 2 2 2 2 1 Baik

51 Khoiriyah Silvi Azzahra 2 0 0 0 1 Kurang

52 Ratasya Maharani 2 1 1 1 1 Sedang

52

SIKAP

NO. NAMA RESPONDEN NO.URUT PERTANYAAN HASIL

1 2 3 4 5

1 Vika Islamidina Lubis 2 2 2 1 2 Baik

2 Putri Azura 2 2 2 2 1 Baik

3 Anindita Seroja 2 2 1 2 2 Baik

4 Maysarah 2 1 2 1 2 Baik

5 Marzia Afriliani 2 2 2 1 2 Baik

6 Rizka Audiya Hasibuan 2 1 2 2 2 Baik

7 Ranti Pratiwi 1 2 1 2 0 Sedang

8 Rahmatun Nisa 2 1 1 1 1 Sedang

9 Mina Ainun Harahap 2 1 0 0 0 Kurang

10 Emi Nurhaini 2 1 2 2 2 Baik

11 Ghazira Rizqina 1 0 0 1 1 Buruk

12 Audy Andini Lubis 0 0 2 1 1 Sedang

13 Zuhra Khalida 2 2 1 2 2 Baik

14 Ghina Sa'Adah Hasibuan 2 1 2 2 2 Baik

15 Muthia Ayu Siregar 1 1 0 0 1 Kurang

16 Fadlatun Thoyyibah 2 2 2 1 1 Baik

17 Kana Rizky Ramadhani 2 1 1 1 1 Sedang

18 Meiliyana Putri 1 0 1 0 1 Kurang

53

19 Liza Laina Tussyifa 2 2 2 1 2 Baik

20 Syakinah Afny 2 2 1 2 2 Baik

21 Suci Iriani 2 2 1 2 2 Baik

22 Ika Ramdhaningsih 1 1 0 1 0 Kurang

23 Fiha Nur Shabrina 2 2 1 2 2 Baik

24 Salmiah Nasution 1 1 1 0 1 Kurang

25 Oryza Sativa Lubis 1 0 1 0 1 Kurang

26 Habibah Lufiah 2 2 2 1 2 Baik

27 Latifah Linuri 1 0 1 1 1 Sedang

28 Zalshabila Izas Dewana 2 2 2 1 2 Baik

29 Eva Sahnita Lubis 1 1 1 0 0 Kurang

30 Siti Fatimah Br Sembiring 2 2 2 2 2 Baik

31 Mutiara Hasanah Nindi 2 2 1 2 2 Baik

32 Nashiroh Dini Amaliya 1 0 1 1 1 Sedang

33 Dea Adinda Salsabila 2 2 2 1 2 Baik

34 Zikri Auliana 1 2 2 2 2 Baik

35 Nuri Syahputri 2 2 2 2 2 Baik

36 Nadiah Putri Halim 2 2 1 2 2 Baik

37 Shofyani Salasa 1 1 1 1 1 Sedang

54

38 Tri Febri Wardani 2 1 2 2 1 Sedang

39 Fadila Khofifa Tambunan 2 2 2 2 2 Baik

40 Raudhatul Fauziah 1 1 2 1 1 Sedang

41 Fathiyah Nabila 2 2 1 2 2 Baik

42 Hairani Salila R 1 1 0 1 2 Sedang

43 Namira Az-Zahra 1 1 1 0 1 Sedang

44 Nur Anjelina Siregar 2 2 1 2 2 Baik

45 Risky Dea Novita 2 2 1 1 1 Sedang

46 Najmi Wahida 2 1 0 0 1 Sedang

47 Endah Dwi Ningsih 2 2 2 2 1 Baik

48 Alifa Taqiyya 1 1 1 1 1 Sedang

49 Lisa Marwah 2 1 2 2 2 Baik

50 Farha Kania Radhani 2 2 2 2 1 Baik

51 Khoiriyah Silvi Azzahra 2 2 2 2 1 Baik

52 Ratasya Maharani 2 1 1 1 1 Sedang

55

TINDAKAN

NO. NAMA RESPONDEN NO.URUT PERTANYAAN HASIL

1 2 3 4 5

1 Vika Islamidina Lubis 2 1 1 1 2 Sedang

2 Putri Azura 2 2 2 2 1 Baik

3 Anindita Seroja 2 2 1 2 0 Sedang

4 Maysarah 2 1 2 1 1 Sedang

5 Marzia Afriliani 2 2 1 1 1 Sedang

6 Rizka Audiya Hasibuan 2 1 2 2 2 Baik

7 Ranti Pratiwi 1 2 1 1 1 Sedang

8 Rahmatun Nisa 1 2 2 1 1 Sedang

9 Mina Ainun Harahap 1 1 2 1 1 Sedang

10 Emi Nurhaini 2 1 2 2 2 Baik

11 Ghazira Rizqina 1 1 2 1 1 Sedang

12 Audy Andini Lubis 1 2 2 1 1 Sedang

13 Zuhra Khalida 1 1 1 2 1 Sedang

14 Ghina Sa'Adah Hasibuan 0 1 0 0 1 Kurang

15 Muthia Ayu Siregar 1 1 0 0 1 Kurang

16 Fadlatun Thoyyibah 2 1 2 1 1 Sedang

17 Kana Rizky Ramadhani 2 1 1 1 1 Sedang

18 Meiliyana Putri 1 0 1 0 1 Kurang

56

19 Liza Laina Tussyifa 2 2 2 1 2 Baik

20 Syakinah Afny 0 0 1 0 0 Kurang

21 Suci Iriani 2 1 0 0 0 Kurang

22 Ika Ramdhaningsih 1 1 0 1 0 Kurang

23 Fiha Nur Shabrina 0 0 0 1 1 Kurang

24 Salmiah Nasution 1 1 1 0 0 Kurang

25 Oryza Sativa Lubis 1 0 1 0 1 Kurang

26 Habibah Lufiah 2 2 2 1 2 Baik

27 Latifah Linuri 1 0 1 1 0 Kurang

28 Zalshabila Izas Dewana 2 2 2 1 2 Baik

29 Eva Sahnita Lubis 1 1 1 0 1 Sedang

30 Siti Fatimah Br Sembiring 2 2 2 2 2 Baik

31 Mutiara Hasanah Nindi 2 2 1 2 2 Baik

32 Nashiroh Dini Amaliya 1 0 0 1 1 Kurang

33 Dea Adinda Salsabila 1 1 1 1 1 Sedang

34 Zikri Auliana 1 1 0 0 1 Kurang

35 Nuri Syahputri 2 2 2 2 2 Baik

36 Nadiah Putri Halim 2 1 1 1 1 Sedang

37 Shofyani Salasa 1 1 0 0 1 Kurang

57

38 Tri Febri Wardani 0 1 1 0 1 Kurang

39 Fadila Khofifa Tambunan 1 1 1 1 1 Sedang

40 Raudhatul Fauziah 1 1 0 0 1 Kurang

41 Fathiyah Nabila 0 0 0 0 1 Kurang

42 Hairani Salila R 1 1 0 1 0 Kurang

43 Namira Az-Zahra 0 1 1 0 1 Kurang

44 Nur Anjelina Siregar 0 0 1 1 1 Kurang

45 Risky Dea Novita 1 2 1 1 1 Sedang

46 Najmi Wahida 0 1 0 0 1 Kurang

47 Endah Dwi Ningsih 0 0 0 2 1 Kurang

48 Alifa Taqiyya 1 1 0 0 0 Kurang

49 Lisa Marwah 0 1 1 0 0 Kurang

50 Farha Kania Radhani 2 2 2 2 1 Baik

51 Khoiriyah Silvi Azzahra 0 0 0 2 1 Kurang

52 Ratasya Maharani 0 1 1 0 0 Kurang

58