bab i edit print lagi2 p2sk

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi merupakan bahaya terselubung, karena tidak menunjukkan banyak gejala yang nyata dan keadaan ini dapat berlangsung selama beberapa tahun. Oleh karena itu, hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi ketika telah terjadi gangguan pada beberapa organ tubuh seperti gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke. Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26.4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26.6% pria dan 26.1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29.2% di tahun 2025. Mulai tahun 1995, saat batasan hipertensi berubah, mulai dilakukan penelitian berskala nasional, antara lain Susenas, Surkesnas, dan SKRT. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12.2% dan 1

Upload: asri-indriyani-putri

Post on 01-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis

di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama). Hipertensi merupakan bahaya terselubung, karena tidak menunjukkan

banyak gejala yang nyata dan keadaan ini dapat berlangsung selama beberapa

tahun. Oleh karena itu, hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru menyadari

bahwa dirinya menderita hipertensi ketika telah terjadi gangguan pada beberapa

organ tubuh seperti gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan

fungsi kognitif atau stroke.

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta

orang atau 26.4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan

26.6% pria dan 26.1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi

29.2% di tahun 2025. Mulai tahun 1995, saat batasan hipertensi berubah, mulai

dilakukan penelitian berskala nasional, antara lain Susenas, Surkesnas, dan SKRT.

Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi

pada pria 27% dan wanita 29%. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12.2% dan wanita 15.5%.12 Penyakit

sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995 dan 2001 selalu meduduki

peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16.0%, 18.9%, dan

26.4%. Survei Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular oleh WHO tahun 2008 di

Jakarta menunjukkan prevalensi hipertensi lebih banyak ditemukan pada usia

lebih dari 50 tahun, yaitu berkisar 15-20%.9

Penelitian lain melihat faktor risiko kasus kardiovaskular akibat hipertensi

di beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya sebagai berikut, tekanan darah <120

mmHg akan meningkatkan risiko mortalitas akibat penyakit kardiovaskular

sebanyak 6.1%, 120-139 mmHg meningkatkan risiko hingga 16.3%, 140-159

mmHg sebanyak 22.7%, dan ≥ 160 mmHg bisa menaikkan risiko hingga 8 kali

1

Page 2: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

lipat yakni 49.2%. Proporsi pasien penyakit kardiovaskular yang dirawat di rumah

sakit di Indonesia terus meningkat dari 2.1% di tahun 1990 menjadi 6.8% di tahun

2001.13

Adapun beberapa obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi antara

lain ACE inhibitor, diuretic, beta blocker, calcium antagonist, vasodilator,

centrally-acting anthypertensive agents, penghambat neuron adrenergik, ATII-

receptor blocker. Obat tersebut digunakan mulai dari dosis yang paling rendah.

Selain digunakan untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung, ACE

inhibitor juga mempunyai efek yang lebih penting, yaitu dapat mencegah

terjadinya disfungsi endotel yang merupakan tanda awal terjadinya proses

aterosklerosis. Pemahaman mengenai manfaat ACE inhibitor untuk pengobatan

hipertensi, gagal jantung, dan proteksi terhadap terjadinya disfungsi endotel

didasarkan pada pengetahuan tentang Renin-Angiotensin System (RAS) dan sistem

kinin-kalikrein. Efek vaskuloprotektif ACE inhibitor didapatkan melalui efek

sebagai antiproliferasi dan antimigrasi, perbaikan dan restorasi fungsi endotel,

proteksi ruptur plak, efek anti trombosis dan efek antihipertensi.

Oleh karena belum banyak data yang melaporkan penggunaan ACE

inhibitor sebagai monoterapi atau terapi kombinasi pasien hipertensi dan

banyaknya efek penting dari obat ini, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk

mengetahui penggunaan ACE inhibitor sebagai antihipertensi dikaitkan dengan

distribusi, dosis, frekuensi penggunaan dan kombinasinya dengan antihipertensi

lainnya untuk pengobatan pasien hipertensi di Klinik Mitra Palembang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan ACE inhibitor pada pasien hipertensi di

Klinik Mitra Palembang berdasarkan Data Rekam Medik Periode Januari

2007 -Juni 2009?

2

Page 3: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pola penggunaan ACE inhibitor pada pasien hipertensi di

Klinik Mitra Palembang berdasarkan Data Rekam Medik Periode Januari

2007 - Juni 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi yang menggunakan ACE

inhibitor sebagai obat antihipertensi di Klinik Mitra Palembang

berdasarkan Data Rekam Medik Periode Januari 2007 - Juni 2009.

b. Untuk mengetahui distribusi, dosis, frekuensi dan kombinasi obat

golongan ACE inhibitor yang digunakan untuk mengobati hipertensi di

Klinik Mitra Palembang berdasarkan Data Rekam Medik Periode Januari

2007 - Juni 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik :

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis :

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

terapi pasien hipertensi.

 

3

Page 4: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi

Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris “hypertension”. Kata

“hypertension” berasal dari bahasa Latin yaitu “hyper” dan ”tension”. “Hyper”

berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti tekanan atau tegangan. Di

samping itu, dalam bahasa Inggris digunakan istilah ”high blood pressure” yang

berarti tekanan darah tinggi.

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah di dalam arteri1 atau suatu keadaan tekanan darah dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg18 .

B. Klasifikasi Hipertensi

1. Hipertensi berdasarkan tingkatannya

Hipertensi berdasarkan tingkatannya diklasifikasikan menurut The Seventh

Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure, 2003.Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Usia 18 tahun atau Lebih Menurut JNC 711

Kategori Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80Prehipertensi 120-139 80-89Hipertensi

Derajat I Derajat II

140-159≥ 160

90-99≥ 100

2. Hipertensi berdasarkan penyebabnya

4

Page 5: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

a. Hipertensi primer atau esensial

Merupakan jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum diketahui.

Hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada kulit hitam. Hipertensi ini terjadi

sekitar 90% dari seluruh kasus hipertensi. Berbagai faktor seperti bertambahnya

umur, stress psikologis, dan hereditas (keturunan) diduga turut berperan sebagai

penyebab hipertensi esensial.

Hipertensi terjadi hampir dua kali lebih banyak pada pasien dengan satu

atau kedua orang tuanya juga menderita hipertensi dan berbagai penelitian

epidemiologi juga mengemukakan bahwa faktor genetik berperan dalam kejadian

hipertensi pada hampir 30% populasi. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain

yang merupakan patogenesis terjadinya hipertensi esensial4, antara lain :

1) Ekskresi natrium dan air oleh ginjal

2) Kepekaan baroreseptor

3) Respons vaskular

4) Sekresi renin

2. b. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui, antara lain15 :

1) Penyakit ginjal (stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,

tumor ginjal, penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), trauma pada

ginjal (luka yang mengenai ginjal), terapi penyinaran yang mengenai

ginjal).

2) Kelainan hormonal (hiperaldosteronisme, Cushing syndrome,

pheochromositoma)

3) Obat-obatan (pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoietin, kokain,

penyalahgunaan alkohol, kayu manis (dalam jumlah sangat besar)).

4) Penyebab lainnya (coarctasio aorta, preeclampsia, porphyria intermitten

acute, keracunan timbal akut).

C. Gejala Hipertensi

5

Page 6: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan, oleh karena itu pasien

hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna.

Ketika terjadi kenaikan tekanan darah yang berarti atau jika hipertensinya

berat dan tidak diobati, maka gejala yang umumnya timbul seperti sakit kepala,

mengantuk, keletihan, sulit tidur, gemetaran, mimisan, wajah kemerahan,

penglihatan yang kabur (mata berkunang), telinga berdengung, rasa berat

ditengkuk dan mudah marah. Terkadang pasien hipertensi berat mengalami

penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.

Keadaan ini disebut encephalopathy hypertensive, yang memerlukan penanganan

segera.5,8

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan hanya dengan satu kali

pengukuran, tetapi hanya dapat ditegakkan setelah dua kali atau lebih pengukuran

tekanan darah pada kunjungan yang berbeda dalam waktu satu sampai beberapa

minggu, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi sekali disertai beberapa gejala

klinis seperti diatas.

D. Patofisiologi Hipertensi

Di dalam tubuh, terdapat empat sistem yang mengendalikan tekanan darah,

yaitu baroreseptor, pengaruh volume cairan tubuh, sistem renin-angiotensin, dan

autoregulasi pembuluh darah. Menurut persamaan hidrolik, tekanan darah arterial

(BP) adalah berbanding lurus dengan hasil perkalian antara aliran darah (curah

jantung, CO) dan tahanan lewatnya darah melalui arterioli prekapiler (tahanan

vaskular perifer, PVR)2:

BP = CO x PVR

Secara fisiologi, pada orang normal maupun hipertensi, tekanan darah

dipertahankan oleh pengaturan tiap waktu (moment-to-moment regulation)

terhadap curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi, yang dilakukan pada

tiga tempat anatomis yaitu: arterioli, venul pascakapiler, dan jantung. Suatu

6

Page 7: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

tempat kontrol anatomis yang keempat, ginjal, berfungsi untuk mempertahankan

tekanan darah dengan mengatur volume cairan intravaskular.7

Gambar 1. Mekanisme terjadinya hipertensi (Kaplan:1997) 10

E. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi, antara lain :16

1. Obesitas (kegemukan)

Merupakan ciri khas pasien hipertensi. Walaupun belum diketahui secara

jelas hubungan obesitas dan hipertensi, namun terbukti bahwa daya pompa

jantung dan sirkulasi volume darah pasien obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi daripada pasien hipertensi dengan berat badan normal.

2. Stres

Renin-angiotensin excess

Simphatetic nervous over activity

Decreased filtration surface

Renal sodium retention

StressReduced nephron number

Excess Sodium intake

Cell membrane activity

↑ contractibility↑ preload

Functional constriction

Venous constriction

↑ fluid volume Structural

hypertrophy

BLOOD PRESSURE = CARDIAC OUTPUT X PERIPHERAL RESISTANCE Hypertension = Increased CO and / or Increased PR

7

ObesityGenetic alteration

Hyper-insulinemia

Endothelium derived factor

Page 8: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita

beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan

meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

3. Faktor keturunan (genetik)

Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua, maka dugaan

hipertensi esensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar

monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah pasien hipertensi.

4. Jenis kelamin (gender)

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada

wanita.

5. Usia

Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi

juga semakin besar.

6. Asupan garam

Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah

dan menyebabkan daya tahan pembuluh darah meningkat. Juga

memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Semua mekanisme ini

menjelaskan peningkatan tekanan darah.6

7. Gaya hidup yang kurang sehat

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun

kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga

dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

F. Komplikasi Hipertensi

8

Page 9: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

1. Penyakit hipertensi kardiovaskular/ HHD (Hypertension Heart Disease)

Komplikasi pada jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada hipertensi esensial, dan pencegahan terhadap komplikasi

ini merupakan tujuan utama terapi. Bukti EKG berupa hipertrofi ventrikel

kiri ditemukan pada lebih dari 15% hipertensi kronik. Hal ini merupakan

indikasi peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. EKG hipertrofi

ventrikel kiri merupakan prediktor yang kuat untuk prognosis. Hipertrofi

ventrikel kiri mungkin menyebabkan komplikasi hipertensi pada jantung

termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemik miokardial

dan kematian mendadak.3

2. Penyakit hipertensi serebrovaskular dan dementia

Hipertensi merupakan penyebab utama dari stroke terutama perdarahan

intraserebral dan juga infark serebral iskemik. Komplikasi pada

serebrovaskular lebih terkait dengan tekanan darah sistolik daripada

diastolik. Komplikasi ini dikurangi dengan terapi antihipertensi. Hipertensi

yang berkelanjutan terkait dengan lebih banyak insiden dementia, baik itu

tipe vaskular maupun tipe Alzheimer. Pengendalian tekanan darah yang

efektif mungkin memodifikasi risiko atau angka progresivitas dari

disfungsi kognitif.3

3. Penyakit renal hipertensi

Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab insufisiensi

renal. Pengendalian tekanan darah yang agresif dapat memperlambat

proses nefrosklerosis pada pasien dengan hipertensi nefropati, tekanan

darahnya harus 130/80 mmHg atau lebih rendah bila proteinuria muncul.

Penyakit renal sekunder lebih sering muncul pada pasien hipertensi yang

berkulit hitam terutama bila disertai diabetes. Hipertensi juga memainkan

peranan penting dalam mempercepat progresivitas pembentukan penyakit

ginjal lain seperti diabetik nefropati.3

4. Diseksi aorta

Hipertensi dapat menyebabkan diseksi aorta.3

5. Komplikasi aterosklerosis

9

Page 10: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Kebanyakan orang Amerika yang mengalami hipertensi meninggal karena

komplikasi aterosklerosis, tetapi kaitan antara hipertensi dengan penyakit

aterosklerosis kardiovaskular jauh lebih sedikit dibandingkan beberapa

komplikasi diatas. Jadi, terapi antihipertensi yang efektif kurang berhasil

dalam mencegah komplikasi penyakit jantung koroner.3

G. Penatalaksanaan Hipertensi

Dalam mengendalikan tekanan darah pasien hipertensi, dokter dapat

memilih beberapa kemungkinan terapi. Pilihan dokter biasanya ditentukan oleh

keadaan jasmani dan pribadi pasien. Secara garis besar, terapi hipertensi dapat

dibagi menjadi terapi non-farmakologis dan farmakologis.

Gambar 2. Algoritma pengobatan hipertensi berdasarkan JNC 7 . (Chobanian, A.V: 2003) 11

1. Non-farmakologis

10

Page 11: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Pengobatan non-farmakologis sama pentingnya dengan pengobatan

farmakologis, terutama pada pengobatan hipertensi derajat I. Pada hipertensi

derajat I, pengobatan non-farmakologis terkadang dapat mengendalikan tekanan

darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya

dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologis

dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang baik.5

Pengobatan non-farmakologis yang dapat dilakukan oleh pasien hipertensi,

antara lain sebagai berikut : 6

a. Menurunkan berat badan. Berat badan berlebihan (obesitas) menyebabkan

bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila berat

badan dapat diturunkan, tekanan darah (TD) dapat turun kurang lebih

0.7/0.5 mmHg setiap kg penurunan. Dianjurkan BMI antara 18.5-24.9

kg/m2.

b. Mengadopsi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) eating

plan. Pasien hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi buah, sayuran,

asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup, makanan yang

rendah lemak (lemak jenuh dan lemak total rendah). Tekanan darah

sistolik (TDS) dapat menurun 8-14 mmHg.11

c. Mengurangi garam dalam diet. Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah,

maka lebih banyak air, TD akan turun. Pengurangan setiap gram garam

sehari dapat berefek penurunan tekanan darah 1 mmHg. Maka untuk

mencapai penurunan TD yang nyata, konsumsi garam harus dibatasi

sampai < 6 g sehari.

d. Membatasi kolesterol berguna untuk membatasi risiko aterosklerosis,

antara lain dengan mengurangi/menghindari asupan lemak jenuh

(saturated and total fat). Konsumsi serat nabati hendaknya justru

diperbanyak, karena telah terbukti bahwa serat tersebut dalam makanan

dapat membantu menurunkan TD. Diketahui pula bahwa orang vegetarian,

yakni yang pantang daging dan makan banyak sayur dan buah (yang

mengandung banyak serat), rerata memiliki tekanan darah yang lebih

rendah daripada orang dewasa.

11

Page 12: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

e. Berhenti merokok.

f. Membatasi minum kopi sampai maksimal 3 cangkir sehari. Kafein dalam

kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara akut dapat

meningkatkan TD dengan terjadinya gangguan ritme (sementara).

g. Membatasi minum alkohol sampai 2-3 konsumsi (bir, anggur) sehari.

Alkohol memiliki banyak khasiat, antara lain vasodilatasi, peningkatan

HDL-kolesterol, fibrinolitis, dan mengurangi kecenderungan pembekuan

darah. Tetapi minum lebih dari 40 g sehari untuk jangka waktu yang

panjang dapat meningkatkan tekanan darah diastolik sampai 0.5 mmHg

per 10 g alkohol.

h. Cukup istirahat dan tidur adalah penting, karena selama periode itu TD

menurun.

i. Olahraga. Walaupun TD meningkat pada waktu awal mengeluarkan

tenaga, namun olahraga secara teratur dapat menurunkan TD yang tinggi,

karena saraf parasimpatik (dengan antara lain efek vasodilatasinya) akan

menjadi relatif lebih aktif daripada sistem simpatik antara lain kerja

vasokonstriksinya. Telah dibuktikan bahwa jalan (agak cepat) setiap hari

(minimal 3x seminggu) selama sekurangnya ½ jam cukup untuk

memberikan hasil.

2. Farmakologis

Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan

beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan

organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau

faktor risiko lainnya.

Pengobatan pada instansi pertama ditujukan pada penurunan TD, tetapi

tujuan akhir adalah untuk menghindarkan komplikasi lambat, memperbaiki

kualitas dan memperpanjang hidup. Hal ini dapat dicapai dengan jalan prevensi

efek buruk jangka panjang, seperti infark otak (stroke), gangguan aterosklerosis

dan hipertrofi jantung, yang akhirnya dapat menimbulkan aritmia dan

dekompensasi.

12

Page 13: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Pengobatan dengan obat antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis

rendah agar TD jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian

setiap 1-2 minggu dosis berangsur dinaikkan sampai tercapai efek yang

diinginkan (metoda start low go slow). Begitu pula penghentian terapi harus

secara berangsur pula. Pada hakikatnya, obat antihipertensi harus diminum

seumur hidup, tetapi setelah beberapa waktu dosis pemeliharaan pada umumnya

dapat diturunkan.6

Untuk pengobatan hipertensi, rekomendasi WHO menganjurkan lima jenis

obat dengan daya hipotensif dan efektivitas kurang lebih sama, yaitu diuretic

tiazida, beta-blockers, antagonist-Ca, ACE-inhibitors, dan ATII-reseptor

blockers. Efek melindungi dari semua obat ini terletak pada daya kerja penurunan

TD dan tidak pada sifat lain dari obat tersebut. Maka, pilihan jenis obat terutama

tergantung dari penyakit tambahan yang seringkali menyertai hipertensi.6

Beberapa obat yang dapat menjadi pilihan diantaranya adalah :6,7

a. Diuretic

Obat golongan ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan

mengosongkan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretika menurunkan tekanan

darah dengan mengurangi volume darah dan curah jantung; resisten vaskular

perifer mungkin meningkat. Setelah 6-8 minggu, curah jantung kembali ke arah

normal sedangkan resistensi vaskular perifer menurun. Dengan demikian, tekanan

darah akan menurun. Natrium diperkirakan berperan dalam resistensi vaskular

dengan meningkatkan kekakuan pembuluh darah dan reaktivitas saraf,

kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kalsium intraselular.

b. Beta blocker

13

Page 14: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Khasiat utama obat ini adalah anti-adrenergik dengan jalan menempati

secara bersaing reseptor β-adrenergik. Blokade reseptor ini mengakibatkan

peniadaan atau penurunan kuat aktivitas adrenalin dan noradrenalin.

c. Calcium antagonist

Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion Ca

ekstrasel ke dalam sel otot polos arteri dan dengan demikian dapat mengurangi

penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh. Senyawa ini

tidak mempengaruhi kadar Ca di dalam plasma.

d. Angiotensin II receptor blocker

Angiotensin II receptor blocker menghalangi penempelan zat angiotensin

II pada reseptornya sehingga tidak terjadi vasokonstriksi dan tidak terjadi retensi

air dan garam. Contoh obatnya yaitu losartan, valsartan.

e. ACE inhibitor

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan angiotensin

II yang mengakibatkan vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Contoh

obat golongan ini adalah kaptopril, enalapril, benazepril, cilazapril, fosinopril,

lisinopril, perindopril, quinapril, ramipril.6,19

14

Page 15: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Gambar 3. Tempat kerja kaptopril.(Bertram G. Katzung: 1997)7

1) Kaptopril

Farmakodinamik :

Kaptopril menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga mengurangi

kadar AT II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma renin dan

level bradikinin. Reduksi AT II menyebabkan penurunan retensi air dan

natrium. Dengan mekanisme ini, kaptopril menyebabkan efek hipotensi.6

Farmakokinetik :

Absorpsi: 60-75% diabsorpsi dari traktus gastrointestinal (GI) (oral),

konsentrasi plasma puncak setelah 1 jam.

Angiotensinogen

Vasodilatasi

Peningkatan sintesis prostaglandin

Inaktif

Bradikinin

kalikrein

Kininogen

Converting enzyme(kininase II)

Vasokonstriksi

Angiotensin II

Renin

Angiotensin I

Sekresi aldosteron

Penurunan tahanan vaskular perifer

Peningkatan retensi natrium dan air

Peningkatan tahanan vaskular perifer

Penurunan tekanan darah

Peningkatan tekanan darah

15

Page 16: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Distribusi: Protein Pengikatan (PP) 30%, menyeberangi plasenta dan ada

pada Air Susu Ibu (ASI) sekitar 1% dari konsentrasi darah ibu.

Ekskresi: lewat urin (40-50% masih utuh, 50% lagi tidak utuh). Eliminasi

waktu paruh (t1/2)nya 2-3 jam.26

Dosis :

Awal 12.5-25 mg 2x/hari, dapat ditingkatkan menjadi 50 mg 2x/hari bila

perlu. 6

Pemberian obat :

Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah

makan.19

Indikasi :

Hipertensi, gagal jantung, infark miokardium dan nefropati diabetik. Dapat

digunakan sebagai terapi pada pasien dengan fungsi ginjal normal.6

2) Enalapril

Farmakodinamik :

Enalapril di de-esterifikasi menjadi enalapril aktif6 yang menyebabkan

penghambatan ACE yang hebat sehingga mengurangi level AT II dan

sekresi aldosteron. Secara klinis, tekanan darah menurun, retensi air dan

garam diperbaiki, hipertrofi ventrikel dibalikkan. Aliran darah ginjal

meningkat tetapi pada pasien gagal ginjal mungkin terjadi oliguria atau

gagal ginjal akut.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: 60% diabsorpsi dari traktus GI (oral), konsentrasi plasma

puncak setelah 1 jam (enalapril), 3-4 jam (enalaprilat).

Distribusi: PP 50-60% (enalaprilat).

Metabolisme: di hati, dihidrolisis menjadi enalaprilat.

Ekskresi: lewat urin (60% sebagai enalaprilat dan bentuk utuh). Lewat

empedu (sisa dosisnya). Eliminasi t1/2-nya 11 jam.26

Dosis :

Oral 1-2 dd 5-10 mg (maleat) a.c./p.c., pemeliharaan 20-40 mg sehari.6

Indikasi :

16

Page 17: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Hipertensi, dekompensasi6

3) Lisinopril

Farmakodinamik :

Lisinopril menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga mengurangi

kadar AT II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma renin dan

level bradikinin. Reduksi AT II menyebabkan penurunan retensi air dan

natrium. Dengan mekanisme ini, lisinopril menyebabkan efek hipotensi.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: absorpsi secara lambat dan tidak lengkap dari traktus GI (oral),

konsentrasi plasma puncak setelah 7 jam.

Distribusi: PP ikatan tidak signifikan (25%).

Ekskresi: lewat urin (sebagai bentuk utuh). Eliminasi t1/2-nya 12 jam.26

Dosis :

Oral 1 dd 10 mg, maksimal 80 mg. 6

Indikasi :

Hipertensi, gagal jantung kongestif 6

4) Fosinopril

Farmakodinamik :

Fosinopril menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga

mengurangi kadar AT II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma

renin dan level bradikinin. Reduksi AT II menyebabkan penurunan retensi

air dan natrium. Dengan mekanisme ini, fosinopril menyebabkan efek

hipotensi.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: 36% diabsorpsi dari traktus GI (oral), konsentrasi plasma

puncak setelah 3 jam (fosinoprilat).

Distribusi: PP >95% (fosinoprilat).

Metabolisme: secara cepat dan lengkap dihidrolisis menjadi fosinoprilat

(metabolit aktif) di mukosa GI dan hati.

Ekskresi: lewat urin dan feses. Eliminasi t1/2-nya 11.5 jam (pasien

hipertensi), 14 jam (pasien dengan gagal jantung).26

17

Page 18: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Dosis :

Awal 1 dd 10 mg, sesudah 4 minggu bila perlu dinaikkan sampai 20-40

mg.6

Pemberian obat :

Paling baik diberikan 1 jam sebelum makan. Dapat diberikan bersama

makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.19

Indikasi :

Hipertensi. Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan diuretic

tiazid.6

5) Perindopril

Farmakodinamik :

Perindopril menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga

mengurangi kadar AT II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma

renin dan level bradikinin. Reduksi AT II menyebabkan penurunan retensi

air dan natrium. Dengan mekanisme ini, perindopril menyebabkan efek

hipotensi.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: secara cepat diabsorpsi dari traktus GI, konsentrasi plasma

puncak perindoprilat 3 jam setelah mengkonsumsi perindopril secara oral.

Distribusi: PP 60%. Perindoprilat 10-20%.

Metabolisme: utamanya di hati, dimetabolisme menjadi perindoprilat

(aktif metabolit) dan metabolit inaktif.

Ekskresi: utamanya lewat urin (sebagai bentuk utuh, bentuk metabolit).

Eliminasi t1/2 perindoprilat ≥ 25-30 jam.26

Dosis :

Oral 1 dd 4 mg, maksimal 8 mg. Pada lanjut usia, terapi awal 2 mg. Pada

insufisiensi ginjal, dosis disesuaikan dengan kreatinin klirens.6

Pemberian obat :

Berikan sebelum makan19

Indikasi:

Hipertensi esensial, gagal jantung kongestif 6

18

Page 19: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

6) Quinapril

Farmakodinamik :

Quinapril menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga mengurangi

kadar AT II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma renin dan

level bradikinin.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: 60% diabsorpsi dari traktus GI.

Distribusi: 97% berikatan dengan protein plasma. Juga terdistribusi di

ASI.

Metabolisme: dimetabolisme di hati menjadi quinaprilat6 dan metabolit

inaktif.

Ekskresi: lewat urin dan feses.26

Dosis :

Oral 1 dd 10 mg, maksimal 80 mg. 6

Pemberian obat :

Berikan sebelum makan pada jam yang sama setiap hari19

Indikasi :

Hipertensi esensial sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan diuretic.

Terapi gagal jantung kongestif dikombinasi dengan diuretic &/atau

glikosida.

t1/2 nya 2.5 jam6

7) Ramipril

Farmakodinamik :

Ramipril dimetabolisme menjadi metabolit aktif, ramiprilat.6 Ramipril

menghambat konversi AT I menjadi AT II sehingga mengurangi kadar AT

II, sekresi aldosteron, peningkatan aktivitas plasma renin dan level

bradikinin. Reduksi AT II menyebabkan penurunan retensi air dan

natrium. Dengan mekanisme ini, ramipril menyebabkan efek hipotensi.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: 50-60% diabsorpsi dari traktus GI (oral). Konsentrasi plasma

puncak setelah 2-4 jam (ramiprilat).

19

Page 20: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Distribusi: PP 56%.

Metabolisme: dimetabolisme di hati menjadi ramiprilat.

Ekskresi: lewat urin (60%), lewat feses (sisanya). Eliminasi t1/2-nya 13-17

jam.26

Dosis :

Awal 1 dd 2.5 mg, maksimal 10 mg. Pemeliharaan 2.5-5 mg/hari. Pasien

dengan terapi diuretic agar pemberian diuretic, bila mungkin, dihentikan

2-3 hari sebelum mulai terapi. Awal 1.25 mg 1x/hari. 6

Indikasi :

Hipertensi, gagal jantung kongestif. Pasien yang menunjukkan tanda klinis

gagal jantung kongestif beberapa hari pertama sesudah infark miokard

akut. Untuk mengurangi risiko infark miokard, stroke, kematian

kardiovaskular atau kebutuhan akan prosedur revaskularisasi pada pasien

≥ 55 tahun dengan bukti klinis PJK, stroke atau penyakit vaskular perifer.

Pasien DM ≥ 55 tahun dengan satu atau lebih faktor risiko : hipertensi,

kolesterol total tinggi, perokok, diketahui mikroalbuminuria, adanya

penyakit vaskular sebelumnya.6

8) Benazepril

Farmakodinamik :

Benazepril dan metabolitnya, benazeprilat menghambat ACE

mengkonversi AT I menjadi AT II sehingga mengurangi sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal dan menurunkan aktivitas vasopressor.26

Farmakokinetik :

Absorpsi: 37% diabsorpsi dari traktus GI (oral), konsentrasi plasma

puncak setelah 1-2 jam (saat puasa), 2-4 jam (saat tidak puasa).

Distribusi: PP 95%. Ada pada ASI.

Metabolisme: di hati, dikonversi menjadi metabolit aktif (benazeprilat)11.

Ekskresi: utamanya lewat urin. Lewat empedu 11-12%. Eliminasi t1/2 nya

10-11 jam. 26

Dosis :

Oral 1x sehari 10 mg, maksimal 1-2 x 20 mg. 6

20

Page 21: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

Indikasi :

Hipertensi dan gagal jantung kongestif 6

9) Cilazapril

Farmakodinamik

Cilazapril adalah prodrug dari cilazaprilat (metabolit aktif)6 menyebabkan

vasodilatasi dan penurunan resistensi perifer. Cilazapril mengurangi

pembentukan AT II, degradasi bradikinin, baik preload dan afterload, left

ventricular remodelling.26

Farmakokinetik

Absorpsi: setelah absorpsi, secara cepat dimetabolisme di hati menjadi

cilazaprilat. Bioavailability cilazaprilat 60%.

Ekskresi: cilazaprilat dalam bentuk utuh di urin. Plasma t1/2 – nya 9 jam

setelah dosis 1 kali sehari.26

Dosis :

1 dd 1.25 mg selama 2 hari, lalu 1 dd 2.5-5 mg6

Indikasi :

Hipertensi6

Semua ACE inhibitor, kecuali fosinopril, dieliminasikan terutama oleh ginjal.

Dosis obat harus dikurangi pada pasien yang mengalami insufisiensi ginjal.

Penggunaan obat golongan ACE inhibitor ini juga memiliki beberapa efek

samping, antara lain batuk, peningkatan kadar kalium darah, tekanan darah

rendah, pusing, sakit kepala, lemas, hilang rasa.17

ACE inhibitor memiliki manfaat khusus pada pasien diabetes melitus,

mengurangi proteinuria dan memantapkan fungsi ginjal (meskipun tanpa

penurunan tekanan darah). Keuntungan ini mungkin hasil dari hemodinamik

intrarenal yang membaik, dengan menurunnya resistensi arterioli eferen glomeruli

dan hasil penurunan tekanan kapiler intraglomeruli. ACE inhibitor telah terbukti

sangat berguna dalam pengobatan gagal jantung kongestif. 7

Hipotensi berat dapat terjadi setelah pemberian dosis permulaan dari

beberapa ACE inhibitor pada pasien yang hipovolemik karena diuretic,

pembatasan garam, atau kehilangan cairan gastrointestinal. Efek tak diinginkan

21

Page 22: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

lainnya dari semua ACE inhibitor yang sering terjadi adalah gagal ginjal akut

(terutama pada pasien dengan stenosis arteri ginjal yang soliter), hiperkalemia,

angioedema, dan batuk kering, terkadang disertai oleh mengi.

Penggunaan ACE inhibitor adalah kontraindikasi pada kehamilan trimester

kedua dan ketiga karena hipotensi janin, anuria, dan kegagalan ginjal, kadang

disertai malformasi atau kematian janin7,20. Kaptopril, terutama jika diberikan

dalam dosis tinggi pada pasien insufisiensi ginjal, dapat menyebabkan netropenia

atau proteinuria. Efek toksik ringan yang khas meliputi perubahan rasa

pengecapan, ruam kulit alergi, dan demam obat, yang bisa terjadi paling banyak

10% pada pasien. Insidens dari efek tak diinginkan ini mungkin lebih rendah

dengan enalapril dan lisinopril.

Terapi kombinasi kini dianggap penting dan ternyata sangat efektif, karena

dengan dosis masing-masing obat yang lebih rendah juga efek sampingnya

berkurang. Lagi pula kesetiaan terapi ditingkatkan bila suatu sediaan mengandung

kombinasi dari dua atau tiga obat yang hanya harus diminum satu kali sehari.

Dianjurkan untuk langsung dimulai dengan kombinasi dua obat pada pasien

dengan TD lebih tinggi dari nilai/tujuan 140/90 mmHg.6

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei penggunaan obat ACE

inhibitor secara retrospektif.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Klinik Mitra Palembang pada tanggal 19

Desember - 26 Desember 2009.

22

Page 23: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil adalah semua data rekam medik pasien yang

didiagnosis menderita hipertensi di Klinik Mitra Palembang periode Januari 2007-

Juni 2009.

Sampel penelitian adalah semua data rekam medik pasien yang didiagnosis

menderita hipertensi derajat I dan derajat II di Klinik Mitra Palembang periode

Januari 2007 - Juni 2009 yang mendapatkan terapi obat antihipertensi golongan

ACE inhibitor.

D. Variabel-variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari :

1. Hipertensi

2. Karakteristik pasien hipertensi

3. Distribusi penggunaan obat

4. Dosis penggunaan obat

5. Frekuensi pemberian obat

6. Kombinasi obat

E. Definisi Operasional

1. Hipertensi adalah kondisi medis dimana tekanan darah sistolik >140

mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. (JNC 7)

Hipertensi derajat I adalah pasien yang tekanan darahnya 140/90

mmHg – 160/100 mmHg. (JNC 7)

Hipertensi derajat II adalah pasien dengan tekanan darah lebih dari

160/100 mmHg. (JNC 7)

2. Karakteristik pasien hipertensi adalah identitas yang menyangkut jenis

kelamin, umur pasien, dan tekanan darah.

23

Page 24: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

3. Distribusi penggunaan obat adalah jenis obat yang digunakan oleh seorang

pasien dalam kurun waktu tertentu.

4. Frekuensi penggunaan obat adalah jumlah obat antihipertensi per hari

yang diberikan kepada pasien dengan selang waktu tertentu.

5. Dosis penggunaan obat adalah jumlah obat antihipertensi dalam 1 kali

pemberian per satuan waktu yang digunakan untuk mencapai efek terapi.

6. Kombinasi obat adalah penggunaan obat bersama dengan obat

antihipertensi lainnya.

F. Metode Pengumpulan Data Penelitian

Data penelitian yang diambil merupakan data sekunder yang didapatkan

dari catatan rekam medik pasien yang didiagnosis menderita hipertensi derajat I

dan derajat II di Klinik Mitra Palembang pada periode Januari 2007 - Juni 2009.

G. Penyajian dan Analisis Data

Semua data penelitian yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam

bentuk tabel disertai penjelasan secara deskriptif.

24

Page 25: BAB I Edit Print Lagi2 P2SK

25