bab i case katarak pterygium

13
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pterygium Pterigium adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. 4 Di Amerika Serikat, kasus pterigium sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, Prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk daerah di atas 40 o lintang utara sampai 5-15% untuk daerah garis lintang 28-36 o . Sebuah hubungan terdapat antara peningkatan prevalensi dan daerah yang terkena paparan ultraviolet lebih tinggi di bawah garis lintang. Sehingga dapat disimpulkan penurunan angka kejadian di lintang atas dan peningkatan relatif angka kejadian di lintang bawah. 5 Pterygium bisa menyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi visual atau penglihatan pada kasus yang kronis. Mata bisa menjadi inflamasi sehingga menyebabkan iritasi okuler dan mata merah. Berdasarkan beberapa faktor diantaranya; 1. Jenis Kelamin, Pterygium dilaporkan bisa terjadi pada golongan laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan wanita; 2. Umur, Jarang sekali orang menderita pterygium umurnya di bawah 20 tahun. Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun mempunyai prevalensi yang tertinggi, sedangkan pasien yang berumur 20-40 tahun dilaporkan mempunyai insidensi pterygium yang paling tinggi. 5 1 | Page

Upload: puspalia-pristiyanti

Post on 21-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

tytyyhjghgj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Case Katarak Pterygium

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pterygium Pterigium adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk

segitiga, mirip daging yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang

bersifat degeneratif dan invasif.4

Di Amerika Serikat, kasus pterigium sangat bervariasi tergantung pada lokasi

geografisnya. Di daratan Amerika serikat, Prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk

daerah di atas 40o lintang utara sampai 5-15% untuk daerah garis lintang 28-36o. Sebuah

hubungan terdapat antara peningkatan prevalensi dan daerah yang terkena paparan ultraviolet

lebih tinggi di bawah garis lintang. Sehingga dapat disimpulkan penurunan angka kejadian di

lintang atas dan peningkatan relatif angka kejadian di lintang bawah.5

Pterygium bisa menyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi visual atau

penglihatan pada kasus yang kronis. Mata bisa menjadi inflamasi sehingga menyebabkan

iritasi okuler dan mata merah. Berdasarkan beberapa faktor diantaranya; 1. Jenis Kelamin,

Pterygium dilaporkan bisa terjadi pada golongan laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan

wanita; 2. Umur, Jarang sekali orang menderita pterygium umurnya di bawah 20 tahun.

Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun mempunyai prevalensi yang tertinggi, sedangkan

pasien yang berumur 20-40 tahun dilaporkan mempunyai insidensi pterygium yang paling

tinggi.5

Pengobatan pterigium tidak diperlukan karena sering berisfat

rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium

meradang dapat diberikan steroid atau sesuatau tetes mata dekongestan

dan bila perlu diberikan antibiotik. Pembedahan dilakukan bila terjadi

gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau

pterigium yang telah menutupi media penglihatan.4

1 | P a g e

Page 2: BAB I Case Katarak Pterygium

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. N Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 52 tahun Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kampung Baru Sukarahayu Taambelang

Tanggal masuk RS : 28 November 2013

Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2013

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis (pasien)

Tanggal : 28 November 2013

Keluhan Utama: Penglihatan buram sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Poli mata KAB. Bekasi dengan penglihatan buram sejak 1 tahun

yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan pasien pada mata kanan dan mata

kirinya. Keluhan juga dirasakan bersamaan dan dirasakan memberat sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan dirasakan disertai dengan pandangan seperti terasa berkabut, silau ketika pasien

terkena sinar matahari. Pasien juga mengatakan bahwa terdapat selaput berwarna putih pada

kedua bola mata kanan dan kirinya yang mejalar sampai ke bola mata warna hitam sejak 1

tahun yang lalu. Awalnya selaput tersebut hanya berada dibagian warna putih akan tetapi 1

bulan terakhir ini menjalar sampai ke bola mata warna hitam. Pasien juga mengatakan kadang

kedua matanya suka merah, gatal dan berair akan tetapi tidak nyeri pada mata. Pasien juga

2 | P a g e

Page 3: BAB I Case Katarak Pterygium

tidak mengeluh adanya nyeri atau sakit pada kepala. Pasien sempat mengobatinya dengan

Insto tetapi tidak juga membaik.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien menyangkal memiliki penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung,

paru, ginjal, alergi terhadap makanan maupun obat disangkal.

Riwayat penyakit keluarga:

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala penyakit yang

sama. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal maupun

alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

o Keadaan Umum : Baik

o Kesadaran : Compos mentis

o GCS : E4 V5 M6 , jumlah 15

Status Oftalmologi

OD PEMERIKSAAN OS

20/80 Visus 20/80

20/40 Koreksi Pinhole 20/60

Gerak bola mata normal.

Enopthalmus (-)

Exopthalmus (-)

Strabismus (-)

Bulbus Oculi

Gerak bola mata normal.

Enopthalmus (-)

Exopthalmus (-)

Strabismus (-)

Nyeri tekan (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Hordeolum (-)

Kalazion (-)

Ektropin (-)

Palpebra

Nyeri tekan (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Hordeolum (-)

Kalazion (-)

Ektropin (-)

3 | P a g e

Page 4: BAB I Case Katarak Pterygium

Entropion (-) Entropion (-)

Edem (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

papil (-)

Kemosis (-)

Sekret serous (-)

Pterigium (+) lebih dari

2mm dari kornea tapi

tidak melewati pinggir

pupil mata

Conjuctiva

Edem (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

papil (-)

Kemosis (-)

Sekret serous (-)

2 Pterigium (+) lebih

dari 2mm dari kornea

tapi tidak melewati

pinggir pupil mata, ada

di limbus kornea

Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih

Bulat, jernih

Edem (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Kornea

Bulat, jernih

Edem (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Camera Oculi Anterior

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Kripta (+)

Warna hitam

Edema (-)

Sinekia (-)

Iris

Kripta (+)

Warna hitam

Edema (-)

Sinekia (-)

Reguler

Letak sentral, bulat

Refleks pupil L/TL :

(+/+)

Pupil

Reguler

Letak sentral, bulat

Refleks pupil L/TL :

(+/+)

Keruh

shadow test (+)

Lensa Keruh

shadow test (+)

Tidak dapat dinilai Vitreus Tidak dapat dinilai

+ Fundus Refleks +

4 | P a g e

Page 5: BAB I Case Katarak Pterygium

Baik Proyeksi sinar Baik

Tidak dapat dinilai Retina Tidak dapat dinilai

Normal per palpasi Tekanan Intra Okuler Normal per palpasi

Tidak dinilai Sistem Lakrimasi Tidak dinilai

IV. Resume

Pasien datang ke Poli mata RSUD KAB. Bekasi dengan penglihatan kabur sejak 1

tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit yang memberat dari 1 minggu yang lalu.

Keluhan disertai dengan pandangan seperti terasa berkabut, silau ketika pasien terkena

sinar matahari. Pasien tidak merasakan nyeri. Pasien sempat mengobatinya dengan Insto

tetapi tidak juga membaik.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, tajam penglihatan OD 1/60 dan OS 1/60, terdapat

pterigium pada OS , lensa terlihat keruh pada OS dan OD shadow test +.

V. Diagnosa Klinis

OD : Katarak Senilis Imatur

OS : katarak Senilis Imatur + pterigium derajat II

VI. Differential Diagnosis

Psudopterigium

VII.Rencana Pemeriksaan

Cek Analisa Gas Darah

Foto Thoraks.

EKG

Test sonde

VIII. Rencana Penatalaksanaan

a. ECCE + IOL OS

b. Steroid tetes

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanasionam : dubia ad bonam

5 | P a g e

Page 6: BAB I Case Katarak Pterygium

BAB III

ANALISA KASUS

Diagnosis katarak senilis imatur ODS dan pterigium derajat II OS

pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologi.

Seorang perempuan berusia 87 tahun datang dengan keluhan

penglihatan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu. Dari segi usia

dapat dipikirkan gangguan penyakit-penyakit mata yang berkaitan

dengan peningkatan usia seperti kelainan degeneratif yang terjadi di

dalam lensa, vaskuler ataupun gangguan metabolik. Penurunan

penglihatan ini tidak disertai dengan keluhan mata merah, gatal dan

berair. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kedua mata

terdapat penurunan visus dengan mata tenang. Sehingga kita dapat

memikirkan kemungkinan penyakit yang terjadi seperti katarak, glaukoma

kronik, retinopati. Seperti yang dijalaskan di kepustakaan bahwa

pembagian penglihatan turun perlahan tanpa mata merah yaitu Katarak,

glaukoma kronik dan retinopati. Jika pasien mengalami katarak, dari usia

pasien kita bisa menduga jenis katarak yang dialami pasien berupa

katarak senil. Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat

pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun.1

Dari anamnesis juga didapatkan adanya keluhan berupa pandangan

terlihat seperti terdapat kabut dan akan lebih silau jika terpapar cahaya

sinar matahari. Dari anamnesis tersebut ditemukaan tanda-tanda adanya

suatu penyakit katarak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pasien dengan

katarak biasanya mengeluhkan penglihatan seperti berasap, fotofobia dan

turunnya penglihatan secara progresif.1 Tajam penglihatan menurun

6 | P a g e

Page 7: BAB I Case Katarak Pterygium

disebabkan proses hidrasi dan denaturasi protein yang menghamburkan

berkas cahaya sehingga mengurangi transparansi lensa.6

Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus mata kanan dan

mata kiri sama 1/60 dengan pinhole mata kanan dan kiri (-). Dari

pemeriksaan uji pinhole bisa diambil beberapa kesimpulan bahwa

gangguan penglihatan ini terjadi pada media refraksi bukan dari

refraksinya.1 Pada pemeriksaan slift lamp ditemukan adanya kekeruhan

yang belum sepenuhnya pada lensa mata kanan dan kiri. Didapatkan

juga adanya shadow test + pada kedua mata. Ini dapat disimpulkan

bahwa pasien ini menderita katarak senil imatur. Didapatkan imatur

karena selain dari pemeriksaan slift lamp yang memperlihatkan

kekeruhan lensa belum sepenuhnya juga adanya shadow test (+) dan

didapatkan visus pasien 1/60. Hal ini seperti dijelaskan dalam beberapa

literatur, katarak stadium imatur yaitu sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai

seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat di

bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa,

maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan

berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan

dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai

reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat

bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).1

Didapatkan juga adanya pterygium pada mata kiri pasien.

Pterygium terbatas sampai limbus kornea. Pterygium merupakan suatu

pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang biasanya terbentuk diatas

perilimbal konjungtiva dan meluas ke arah kornea.1,4 Umumnya pterygium

memberikan gejala berupa adanya rasa mengganjal dan rasa tidak

nyaman pada mata. Diagnosis dapat ditegakan dengan melihat keadaan

konjungtiva dengan menggunakan slift lamp. Pterygium dibagi

berdasarkan derajatnya, ini diperlukan untuk tahapan terapi dan

prognosis yang akan terjadi. Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus

kornea, Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm

melewati kornea, Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi

7 | P a g e

Page 8: BAB I Case Katarak Pterygium

pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm), Derajat

4 : Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.7

Pada pasien ini tergolong pterygium derajat I.

Pengobatan pada katarak senilis imatur adalah operasi katarak.

Sesuai teori mengatakan bahwa tata laksana satu – satunya terapi untuk

pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata

(ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.3

Pada pasien ini terapi yang tepat adalah dengan teknik operasi katarak

ECCE. Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa

dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa

intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Indikasi

operasi dengan teknik ECCE ini adalah semua jenis dan stadium katarak,

kecuali dengan komplikasi seperti dislokasi lensa, subluksasi lensa. 8

Tata laksana untuk pterygium pada pasien hanya bersifat sebagai

terapi konservatif tidak untuk mengobati penyakitnya yaitu diberiksan

kortikosteroid untuk mengatasi peradangannya. Jika memungkinkan

adanya infeksi sekunder pada pasien maka perlu diberikan antibiotik.

Sesuai kepustakaan bahwa indikasi dilakukan operasi pada pterygium jika

sudah mencapai derajat 3-4 dan sudah sampai mengganggu penglihatan

pasien. Komplikasi yang memungkinakan pada pasien ini adalah

terjadinya rekurensi (kekambuhan).9

8 | P a g e

Page 9: BAB I Case Katarak Pterygium

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S, et all, 2009, Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Balai Penerbit FKUI ,

Jakarta, pp. 200-211.

2. Shock, J.P, Harper, R.A, 2005, Lensa, dalam: Vaughan, Asbury,

Oftalmologi Umum, edisi 14, penerbit Widya Medika, Jakarta, pp.175-

183.

3. Continuing Profesional Development Dokter Indonesia, 2010, Katarak,

diakses tanggal 5 November 2013,

http://cpddokter.com/home/index.php?option=com.

4. Jerome P Fisher, PTERYGIUM. 2009 http://emedicine.medscape.com/article/1192527-

overview

5. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach; Edisi 6. Philadelphia:

Butterworth Heinemann Elsevier. 2006 :242-244.

9 | P a g e

Page 10: BAB I Case Katarak Pterygium

6. Akmam, S.M. Azhar, Zainal, 1981, Katarak dan Perkembangan

Operasinya, Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia/RSCM, Jakarta.

7. Pterygium diakses pada tanggal 5 november 2013,

www.mdguidelines.com/pterygium

8. Ming, P.Y, 2005, Cataract Surgery Restoring Vision with New

Techniques and Innovations, Singapore National Eye Centre,

Singapura.

9. Ilyas, S, et all, 2009, Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Balai Penerbit FKUI ,

Jakarta, pp. 116-117.

10 | P a g e