assyifa case - katarak brunesen

34
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : Juni 2015 SMF ILMU PENYAKIT MATA Rumah Sakit Mata Dr Yap Yogyakarta Tanda Tangan Nama : Assyifa Azizah Fernendes NIM : 11.2014.184 ............................. Dr. Pembimbing : dr. Rinanto Prabowo, Sp. M ............................. STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : Ny.NL Umur : 67 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam 1

Upload: aghniajolanda

Post on 11-Jan-2016

80 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

koas mata

TRANSCRIPT

Page 1: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : Juni 2015

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit Mata Dr Yap Yogyakarta

Tanda Tangan

Nama : Assyifa Azizah Fernendes

NIM : 11.2014.184 .............................

Dr. Pembimbing : dr. Rinanto Prabowo, Sp. M .............................

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny.NL

Umur : 67 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Karangwaru Lor TR II/208, Yogyakarta

Tanggal Pemeriksaan : 19 Juni 2015

II. ANAMNESIS - autoanamnesis

Keluhan Utama :

Pasien merasa penglihatan kabur sejak dua bulan yang lalu pada mata kiri

1

Page 2: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Keluhan tambahan :

Penglihatan seperti ditutupi kabut

Riwayat Penyakit Sekarang:

Dua bulan yang lalu pasien datang ke poli RS Mata DR Yap dengan keluhan

penglihatan kabur pada mata kiri dan kanan disertai adanya penglihatan seperti ditutupi

kabut. Pada mata tidak terdapat secret, rasa gatal, mata berair, dan rasa ada yang

mengganjal. Pasien tidak merasakan pusing, mual, maupun muntah.

Pada mata kanan pasien sudah dilakukan operasi katarak sejak 2 bulan yang lalu,

berdasarkan keterangan dokter, dikarenakan pada mata kanan tidak disertai perdarahan

retina maka mata kanan dioperasi terlebih dahulu baru kemudian mata kiri pasien.

Pada tanggal 18 Juni pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata

kiri dengan maksud ingin melakukan operasi pada mata kiri tersebut.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum

- Asthma : tidak ada

- Alergi : tidak ada

- DM : ada

- Hipertensi : ada

- Dislipidemia : tidak ada

b. Mata

1. Riwayat sakit mata sebelumnya : pernah

2. Riwayat penggunaan kaca mata : pernah

3. Riwayat operasi mata : pernah

4. Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak pernah

2

Page 3: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Riwayat Penyakit Keluarga:

Penyakit mata serupa : tidak ada

Penyakit mata lainnya : tidak ada

Asthma : tidak ada

Alergi : tidak ada

DM : ada

Hipertensi : ada

Dislipidemia : tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : afebril

Kepala/leher : Pembesaran KGB tidak ada

Thorax, Jantung : tidak dilakukan

Paru : tidak dilakukan

Abdomen : tidak dilakukan

Ekstremitas : tidak dilakukan

B. STATUS OPTHALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS

VISUS

Visus 6/12 (pinhole 6/12) 1/300 (pinhole 1/300)

Koreksi +3 +3

Addisi - -

3

Page 4: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Distansia pupil - -

Kacamata Lama - -

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Strabismus Tidak ada Tidak ada

Nistagmus Tidak ada Tidak ada

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Skuama Tidak ada Tidak ada

Krusta Tidak ada Tidak ada

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Erosi Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ptosis Tidak ada Tidak ada

4

Page 5: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

Hematoma Tidak ada Tidak ada

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Pendarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak Ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

8. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 11mm 11mm

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5

Page 6: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Abrasi Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus Senilis Ada Ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndal Tidak ada Tidak ada

10. IRIS

Warna Coklat Coklat

Kripte Jelas Jelas

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

11. PUPIL

Letak Ditengah Ditengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 3 mm 3 mm

Refleks Cahaya Langsung Positif Positif

6

Page 7: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Refleks Cahaya Tak Langsung Positif Positif

12. LENSA

Kejernihan Jernih Keruh

Letak Di tengah Di tengah

Shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

13. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

14. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rasio Arteri :Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflex Makula Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. PALPASI

Nyeri Tekan Negatif Negatif

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli N/palpasi N/palpasi

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

7

Page 8: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

16. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Baik ke semua arah Baik ke semua arah

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan tonometri, didapatkan tekanan intraocular pada mata kanan :19

dan mata kiri :17

V. RESUME

Perempuan, 67 tahun datang ke RS Mata Dr Yap dengan keluhan dua bulan yang lalu

penglihatan kabur pada mata kiri dan kanan disertai adanya penglihatan seperti ditutupi

kabut. Pada mata kanan pasien sudah dilakukan operasi katarak 2 bulan yang lalu,operasi

pada mata kiri tidak dilakukan besamaan dengan mata kanan dikarenakan adanya

perdarahan retina pada mata kiri.

Sehari-hari pasien menggunakan kacamata +1D pada kedua mata sejak pasien berusia

42tahun dan meningkat hingga kini menjadi +3D pada kedua mata. Pasien memiliki

riwayat hipertensi sejak satu tahun yang lalu dan diabetes mellitus sejak 10 tahun yang

lalu yang terkontrol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

tekanan darah :140/70mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 18x/menit. Pada pemeriksaan

oftalmologi didapatkan visus pada mata kanan 6/12 dan mata kiri 1/300 tidak maju

dengan pinhole, lensa pada mata kiri didapatkan adanya kekeruhan berwarna coklat pada

seluruh lensa.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Katarak brunesen OS

IX. PENATALAKSANAAN

Operasi katarak

VII. PROGNOSIS

8

Page 9: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)

Ad Vitam : Bonam Bonam

Ad Fungsionam : Bonam Bonam

Ad Sanationam : Bonam Bonam

PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi Lensa

a. Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh Zonula Zinnii yang

menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humos aquos dan

disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeable yang

dapat dilewati air dan elektrolit. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus

lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar

subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastis.1

b. Fisiologi Lensa

- Transparansi lensa

Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan

kejernihannya,kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai penyedia

nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang

terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur

komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction

antar sel.1,2

- Akomodasi lensa

Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubahfokus

dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan bayanganyang terbentuk

tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa olehbadan silluar terhadap serat

zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akanmengalami relaksasi sehingga lensa

9

Page 10: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

menjadi lebih cembung dan mengakibatkan dayaakomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi

dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan

berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukleus.2

Lensa berfungsi sebagai media refrakta (alat dioptri). Media refrakta yang lain adalah

kornea, humor akuos dan badan kaca. Kekuatan dioptri lensa kira-kira +20 D. tetapi kalau lensa

ini diambil (misalnya pada ekstraksi katarak), kemudia diberikann kacamata, maka penggantian

kaca mata ini tidak +20 D, tetapi hanya +10 D karena adanya perubahan letak atau jarak lensa ke

retina. Pada anak dan orang muda, lensa dapat merubah kekuatan dioptrinya saat melihat dekat

agar bayangan jatuh diretina. Makin tinggi umur seseorang, maka makin berkurang kekuatan

penambahan dioptrinya, dan penambahan kekuatan dioptri ini akan hilang setelah umur 60 tahun.

Kemampuan lensa untuk menambah kekuatan refraksinya (kekuatan positifnya) disebut

akomodasi.2

Pada orang yang masih mempunyai akomodasi dan tidak miopi tinggi, maka pada saat

melihat dekat terjadi 3 peristiwa yaitu: akomodasi, miosis dan konvergensi. Yang ketiganya

disebut trias melihat dekat. Trias ini hanya terjadi pada orang normal yang masih mempunyai

akomodasi. Pada orang umur lanjut yang akomodasinya lumpuh, otot siliar tetap dapat

berkontraksi saat berusaha melihat dekat, tetapi tidak terjadi akomodasi karena lensa telah kaku,

sehingga tidak dapat menambah kecembungan.2

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 1. Perbedaan mata relaksasi dan mata akomodasi3

Definisi

10

Page 11: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Katarak dapat disebabkan

terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, serta dapat pula disebabkan

denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan

berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1,4

Epidemiologi

Penelitian terbaru tahun 2004 dari Institut The Wilmer Eye mengatakan sekitar 20, juta

(17,2%) penduduk Amerika berusia lebih dari 40 tahun memiliki katarak pada salah satu mata

dan 6,1 juta merupakan pseudofakia/afakia. Jumlah ini diduga akan meningkat hingga 30,1 juta

kasus katarak, dan 9,5 juta kasus pseudofakia/afakia pada tahun 2020.3

Katarak senilis terus menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di

dunia. Pada penelitian terbaru yang dilakukan di China, Kanada, Jepang, Denmark, Argentina,

dan India, katarak diidentifikasi sebagai penyebab utama dari gangguan penglihatan dan

kebutaan, dengan statistik berkisar antara 33,3% (Denmark) hingga setinggi 82,6% (india). Data

yang didapatkan mengestimasi bahwa 1,2% dari seluruh populasi Afrika merupakan buta,

dengan katarak menyebabkan 36% kebutaan ini.3

Etiologi

Katarak dapat disebabkan atau memiliki faktor resiko sebagai berikut:2

- Fisik, misalnya bahan toksis khusus

- Kimia, misalnya keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topical),

merokok, radiasi sinar UV-B, kekurangan antioksidan (vitamin E, riboflavin), peminum

alkohol, paparan ionizing radiation (X-ray, terapi radiasi kanker)

- Penyakit predisposisi, misalnya diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, peningkatan asam urat

serum, miopi tinggi, glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa

- Genetik dan gangguan perkembangan

- Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

- Usia, merupakan suatu penyakit degenerasi

- Riwayat inflamasi atau trauma mata

- Riwayat pembedahan mata

11

Page 12: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Klasifikasi

Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, seperti usia, saat kemunculan dan

lokasi terjadinya. Klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.2,4

- Berdasarkan usia:

1. Katarak developmental

a. Katarak kongenital

Merupakan katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun. Faktafakta penting

menyangkut keadaan ini adalah bahawa 33% kasusnya idiopatik dan bisa unilateral atau

bilateral. 33% diwariskan dan keadaan ini biasanya bilateral. Sedangkan 33% lagi dikaitkan

dengan penyakit sistemik dan biasanya dalam kondisi ini kejadian katarak bersifat bilateral.

Separuh dari keseluruhan katarak kongenital disertai anomaly mata lainnya berupa PHPV

(Primary Hyperplastic Posterior Vitreus), aniridia, koloboma, mikroftalmus, dan buftalmus

(pada glaukoma infantile). Pada neonatus yang sehat, katarak kongenital timbul karena

pewarisan. Namun kadang tidak diketahui sebabnya.

Pada neonatus yang tidak sehat, katarak kongenital timbul karena infeksi intrauteri atau

gangguan metabolik. Infeksi intrauteri disebabkan Rubella (terbanyak), toksoplasmosis, infeksi

sitomegalovirus, dan varisela. Ciri-ciri neonatus yang terinfeksi Rubella adalah badannya kecil

(small baby) akibat absorpsi usus tidak sempurna, katarak, dan adanya penyakit jantung

kongenital. Sedangkan gangguan metabolik yang dapat menyebabkan katarak kongenital adalah

galaktosemia, hipoglikemia, dan hipokalsemia.

b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi di bawah usia 9 tahun.

2. Katarak presenilis, yakni katarak yang terjadi di usia lebih dari 9 tahun.

3. Katarak senilis, katarak setelah usia 40 tahun. Katarak senilis diklasifikasikan berdasarkan

lokasi kekeruhan lensa dan maturitas lensa.

- Berdasarkan lokasi kekeruhan lensa, katarak dibagi menjadi:

12

Page 13: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

1. Katarak subkapsuler

Insidennya 20 % dari keseluruhan kasus katarak senilis. Katarak ini bisa terjadi di

subkapsuler anterior dan posterior. Pada subkapsularis anterior, biasanya terdapat pada glaukoma

sudut tertutup kut, toksisitas amiodaron, dan miotik. Sedangkan pada subkapsularis posterior,

biasanya terdapat pada pasien dengan diabetes mellitus dan penggunaan steroid. Pasien merasa

sangat terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo di malam hari.

Katarak ini termasuk katarak imatur dan pemeriksaannya menggunakan lampu celah (slitlamp).

2. Katarak nuklearis

Insidennya 30 % dari keseluruhan kasus katarak senilis. Katarak nuklearis cenderung

progresif perlahan-lahan, dan secara khas mengakibatkan gangguan penglihatan jauh yang lebih

besar daripada penglihatan dekat. Pada awal terjadinya katarak nuklearis, sering terjadi

miopisasi; pandangan jauh tiba-tiba kabur, dengan koreksi sferis -5/-6 D. Semakin lama semakin

besar koreksi yang diperlukan. Miopisasi ini terjadi karena pada katarak nukelaris, nukleus

mengeras secara progresif sehingga mengakibatkan naiknya indeks refraksi. Pada beberapa

kasus, justru miopisasi mengakibatkan penderita presbiopia mampu membaca dekat tanpa harus

menggunakan kacamata, kondisi ini disebut second sight. Perubahan mendadak indeks refraksi

antara nukleus sklerotik dan korteks lensa dapat mengakibatkan diplopia monokular.

Kekuningan lensa progresif yang dijumpai pada katarak nuklearis mengakibatkan penderita sulit

membedakan corak warna.

3. Katarak kortikal

Lokasinya di anterior dan posterior, dengan insidennya 50 % dari keseluruhan kasus

katarak senilis. Dapat melibatkan korteks anterior, posterior, maupuan ekuatorial. Pada katarak

kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat

pembentuk lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.

Katarak kortikal biasanya terjadi bilateral tetapi dapat terjadi juga secara asimetris dan

berpengaruh terhadap fungsi visual tergantung lokasi kekeruhan pada aksis. Keluhan yang paling

sering dijumpai pada katarak kortikal adalah silau saat melihat ke arah sumber cahaya.

Pemeriksaan lampu celah (slitlamp) biomikroskop berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola

13

Page 14: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa

mengalami elongasi ke anterior. Gambarannya seperti embun.

Berdasarkan maturitas :

14

Page 15: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

1. Insipien

Akan terlihat gambaran katarak kortikal, katarak subkapsular posterior, korteks berisi

jaringan degenerative (benda Morgagni). Kekeruhan dapat menimbulkan poliopia karena indeks

bias tak sama pada semua bagian lensa.

2. Intumesen

Masuknya air ke dalam celah lensa akibat pemecahan protein lensa dapat pembengkakan

lensa sehingga lensa mencembung dan terjadi miopisasi, dan mendorong iris, menyebabkan

COA menyempit sehingga dapat menimbulkan glaukoma fakomorfik. Biasanya terjadi pada

katarak yang prosesnya cepat.

3. Imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa

meningkat dan mencembung, juga dapat menimbulkan glaucoma sekunder.

4. Matur

Seluruh lensa keruh. Cairan lensa bertambah sehingga lensa membesar melebihi ukuran

normal sehingga uji bayangan iris negatif.1 Meskipun visus berkurang hingga light perception,

pasien masih tetap dapat membedakan arah datangnya cahaya (light projection normal), di mana

hal ini penting dilakukan guna memberikan indikasi prognosis visual pasca ekstraksi katarak.

5. Hipermatur

Kapsul anterior mengkerut dan lensa menciut, berwarna kuning dan kering akibat

kebocoran air keluar lensa. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.

Klasifikasi katarak lainnya

15

Page 16: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

1. Katarak dan dermatitis atopik

Dermatitis atopi adalah kelainan kulit kronis yang ditandai oleh rasa gatal, kemerahan, dan

kumat-kumatan, sering disertai dengan kenaikan kadar Imunoglobulin E (IgE) dan riwayat alergi

lain maupun asma. Katarak dapat dijumpai pada 25% pasien dengan dermatitis atopi. Katarak

yang terjadi biasanya bilateral dan terjadi pada usia 20-30an dengan kekeruhan pada subkapsular

anterior di area pupil.

2. Katarak traumatik

Bisa karena rudapaksa misalnya kena tinju, ionisasi radiasi, serangan listrik, sinar, dan

sebagainya.

3. Katarak terinduksi obat (drug induced cataract)

Obat-obat yang bisa menimbulkan katarak antara lain golongan steroid, klorpromazin,

miotikum kerja panjang, amiodaron, busulfan. Terjadinya katarak pada penggunaan steroid

bergantung dari dosis dan jangka waktu. Pemakaian sistemik, topikal, subkonjungtiva, dan

semprot hidung masing-masing dapat berpotensi menimbulkan katarak posterior subkapsular.

4. Katarak komplikata

Dapat disebabkan keratitis berat, iritis, terutama siklitis heterokromik, koroiditis, kelainan

retina termasuk retinitis pigmentosa dan ablasio retina yang telah lanjut, glaukoma kronik, tumor

intraokular serta iskemia ocular.

5. Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nukleus lensa,

juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi. Sering tajam

penglihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia

lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

Patogenesis

16

Page 17: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Patogenesis katarak adalah kompleks dan multifaktorial. Seiring berjalannya waktu,

apoptosis sel epitel akan berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya diferensiasi abnormal dari

serat lensa akibat gangguan homeostasis pembentukan serat lensa, dan menyebabkan hilangnya

transparansi lensa. Selain itu, pada lensa yang tua terjadi pengurangan dari transport air dan

metabolit larut air serta nutrient dan antioksidan ke dalam nukleus lensa melalui epitel dan

korteks. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya stress oksidatif pada lensa. Mekanisme lain

yang ikut terlibat adalah adanya perubahan sitoplasma protein lensa yang tadinya larut air dan

memiliki berat molekul rendah menjadi agregat larut air dengan berat molekul yang lebih besar

(hasil pemecahan jaringan lensa) yang kemudian menjadi tak larut air. Hal ini menyebabkan

fluktuasi mendadak indeks bias, divergensi, dan mengurangi transparansi. Faktor lainnya seperti

peranan nutrisi pada perkembangan katarak meliputi keterlibatan glukosa, mineral, dan vitamin,

di mana semakin banyak glukosa yang diambil lensa maka akan semakin keruh lensa dalam

beberapa jam.2

Manifestasi Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran secara

progresif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis

dari katarak ketika pasien datang. Keluhannya antara lain:2

Penurunan visus

Merupakan keluhan yang tersering.

Silau

Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya

terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam

hari.

Perubahan miopik

Progresivitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan

myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan

penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kacamata baca. Keadaan ini disebut dengan

17

Page 18: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak

subkortikal posterior atau anterior.

Diplopia monokular

Kadang perubahan nuklear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa,

menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran

terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini

menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau

lensa kontak.

Penglihatan seakan-akan berkabut dan lensa mata tampak keputihan

Ukuran kacamata sering berubah

Pemeriksaan Luar

Berdasarkan visus, pasien dikatakan memiliki katarak matur bila visus tidak lebih baik

dari 20/200 dan imatur bila lebih baik dari 20/200. Katarak insipient mungkin terjadi pada pasien

dengan visus 20/20 namun ditemukan opasitas pada lensanya saat dilakukan pemeriksaan

slitlamp. Untuk menentukan penyakit katarak. harus dilakukan pemeriksaan mata secara

lengkap.2,4

Pemeriksaan visus

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam kamar yang gelap. Biasanya penurunan tajam

penglihatan dengan Snellen pada katarak hanya terlihat pada kamar yang terang. Oleh karenanya,

sangat disarankan memeriksa tajam penglihatan baik di kamar yang gelap maupun terang.

Pemeriksaan tajam penglihatan jauh dan dekat juga perlu dilakukan dan koreksi tajam

penglihatan terbaik perlu dilakukan dengan hati-hati.

Pemeriksaan sinar celah (slitlamp)

Dengan menggunakan slitlamp, secara sistematis dilakukan penilaian terhadap konjungtiva,

apakah terdapat kondisi seperti jaringan parut, bleb, simblefaron, kondisi ini mempengaruhi

pendekatan saat bedah katarak. Kemudian diperiksa keadaan kornea, bilik depan, iris, dan lensa.

Presipitat keratitik atau adanya iridosiklitis aktif dapat terdeteksi dengan pemeriksaan ini.

18

Page 19: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Adanya iris yang bergetar menunjukkan suatu subluksasi atau dislokasi lensa. Pada iris

sebaiknya dicari adanya rubeosis yang dapat menunjukkan adanya thrombosis vena sentral yang

tersembunyi karena katarak. Jenis katarak dan kondisi kapsul paling baik diperiksa dengan

slitlamp.

Pemeriksaan lapang pandang

Sebaiknya dilakukan pada pasien dengan riwayat glaukoma, gangguan saraf optik, atau

kelainan retina. Pemeriksaan lapang pandang dapat membantu oftalmologis untuk mengenali

kehilangan penglihatan yang timbul akibat proses dari suatu penyakit yang lain.

Funduskopi pada kedua mata (bila mungkin)

Pemeriksaan fundus biasanya dapat dilakukan bila tidak terdapat katarak matur. Kelainan

kongenital seperti koloboma, perubahan-perubahan karena peradangan, lesi degeneratif, dan

kelainan yang lain harus diperhatikan sehingga prognosis penglihatan pasca bedah dapat

diperkirakan. Pada stadium awal katarak akan tampak suatu gambaran pupil yang putih atau

leukokoria pada pemeriksaan oftalmoskopi direk sehingga lebih berguna untuk menilai

kejernihan media. Pemeriksaan fundus yang lengkap dipergunakan juga untuk melihat makula,

saraf optik, pembuluh retina, dan perifer retina. Opasitas lensa akan terlihat sebagai warna hitam

pada refleks fundus, paling jelas terlihat pada jarak 15 cm.7 Nervus optikus dan retina mungkin

dapat ditemukan sebagai penyebab gangguan penglihatan yang dialami pasien.

Pengukuran Pra Bedah

Sebelum operasi katarak, terdapat beberapa pengukuran yang harus dilakukan, terutama bila

akan dilakukan pemasangan IOL (Intra Ocular Lens). Pemeriksaannya yakni:4

Refraksi

Pemeriksaan refraksi yang teliti pada kedua mata sebelum operasi dilakukan untuk

merencanakan kekuatan IOL. Bila mata yang satunya jernih tetapi memiliki kelainan refraksi

tinggi, maka kekuatan IOL harus disesuaikan agar tidak terjadi anisometropia. Bila mata

sebelahnya emetrop, maka kekuatan IOL ditargetkan agar pasca operasi pasien tersebut emetrop.

19

Page 20: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

Biometri

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kekuatan lensa IOL. Sebelumnya harus

ditentukan terlebih dahulu panjang aksial bola mata serta kekuatan refraksi kornea dengan

keratometri serta topografi kornea.

Pemeriksaan endotel kornea

Jumlah endotel kornea yang kurang dari 500 tidak boleh dilakukan implantasi IOL. Risiko

timbulnya dekompensasi kornea sangat besar.

Penatalaksanaan

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan

kosmetik.5

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,

tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-

harinya.

2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa

matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaucoma

imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada

retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.

3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi

katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil

yang hitam.

Tatalaksana non bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara

waktu. Di samping itu, walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi

penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti mampu

memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada manusia. Beberapa agen yang

mungkin dapat memperlambat pertubuhan katarak adalah penurun kadar sorbitol, pemberian

aspirin, antioksidan vitamin C dan E.5

Perkembangan operasi katarak antara lain dalam hal bentuk dan panjang sayatan,

arsitektur luka, banyaknya jahitan serta teknik operasi. Tujuannya adalah untuk terpenuhinya

20

Page 21: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

prosedur operasi yang aman, mempunyai efektivitas dan prediktabilitas yang tinggi. Parameter

keberhasilannya adalah pemulihan yang cepat, efek samping, dan komplikasi yang minimal,

serta tajam penglihatan setelah operasi optimal dan stabil. Jika parameter di atas telah tercapai

maka satu hal yang tak kalah penting adalah kepuasan pasien, hal ini menjadi motivasi ahli

bedah untuk terus meningkatkan kualitas teknik bedah katarak dan pelayanan pada pasien.5

Indikasi paling penting dari tindakan bedah pada penderita katarak adalah keinginan pasien

untuk memperbaiki fungsi visual, bukan berdasarkan visus penderita.

1. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK)

Operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara keseluruhan, menggunakan

metode operasi katarak paling populer sebelum penyempurnaan operasi katarak ekstrakapsuler.

Operasi EKIK dilakukan di tempat yang tidak dijumpai fasilitas operasi katarak yang lengkap

seperti mikroskop operasi. EKIK juga cenderung dipilih pada kondisi katarak yang tidak stabil,

menggembung, hipermatur, dan terluksasi. Kontraindikasi mutlak untuk EKIK adalah katarak

pada anak-anak dan ruptur kapsul karena trauma. Sedangkan kontraindikasi relatif EKIK adalah

jika pasien merupakan penderita miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan vitreus

masuk ke kamera okuli anterior.4

Beberapa keuntungan EKIK jika dibandingkan dengan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler

(EKEK) adalah pada EKIK tidak diperlukan operasi tambahan karena membuang seluruh lensa

dan kapsul tanpa meninggalkan sisa, memerlukan peralatan yang relatif sederhana daripada

EKEK sehingga lebih mudah dilakukan, dan pemulihan penglihatan segera setelah operasi

dengan menggunakan kacamata +10 Dioptri. Namun demikian EKIK juga memiliki beberapa

kerugian yaitu penyembuhan luka yang lama karena besarnya irisan yang dilakukan, pemulihan

penglihatan yang lama, merupakan pencetus astigmatisma, dan dapat menimbulkan iris dan

vitreus inkarserata.4

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)

EKEK adalah teknik operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa

melalui kapsul anterior. Pada operasi EKEK, kantong kapsul ditinggal sebagai tempat untuk

menempatkan IOL. Teknik ini merupakan suatu gebrakan dalam operasi katarak modern yang

21

Page 22: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

memiliki banyak keuntungan karena dilakukan dengan irisan kecil sehingga menyebabkan

trauma yang lebih kecil pada endotel kornea, menimbulkan astigmatisma lebih kecil disbanding

EKIK, dan menimbulkan luka yang lebih stabil dan aman. EKEK tidak boleh dilakukan bila

kekuatan zonula lemah atau tidak cukup kuat untuk membuang nukleus dankorteks lensa

sehingga harus dipilih teknik operasi katarak yang lain.4

3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Sejak pertama kali dilakukan, teknik operasi katarak ekstrakapsuler berkembang pesat

dalam waktu 30 tahun terakhir, SICS merupakan suatu tehnik operasi katarak yang cukup

populer saat ini. Perbedaan yang nyata dengan EKEK adalah pada irisan operasi dilakukan

dengan irisan yang kecil sehingga terkadang hampir tidak membutuhkan jahitan pada luka insisi.

Di samping itu, SICS juga memungkinkan dilakukan dengan anestesi topikal. Penyembuhan

yang relative lebih cepat dan risiko astigmatisma yang lebih kecil jua merupakan keunggulan

SICS dibanding EKEK. 4

Keuntungan manual SICS dibandingkan dengan fakoemulsifikasi antara lain adalah

kurve pembelajaran lebih pendek, dimungkinkan dengan kapsulotomi can opener , instrumental

lebih sederhana, merupakan alternatif utama bila operasi fakoemulsifikasi gagal, risik komplikasi

lebih rendah, waktu pembedahan lebih singkat, dan secara ekonomis lebih murah. Bagi operator

pemula, indikasi manual SICS apabila dijumpai sclerosis nukleus derajat II dan III, katarak

subkapsularis posterior, awal katarak kortikalis.4

Bagi operator yang berpengalaman, beberapa katarak jenis lain dapat ditangani secara

mudah. Beberapa kriteria ideal untuk dilakukan manual SICS adalah pada kondisi kornea dengan

kejernihan baik, ketebalan normal, endotelium sehat, kedalaman bilik mata depan cukup, dilatasi

pupil yang cukup, zonula yang utuh, tipe katarak kortikal, atau sklerosis nuklear derajat II dan

III.4

Langkah- langkah SICS yaitu: insisim kapsulotomi, hidroseksi, fragmentasi nukleus,

pengambilan korteks atau epinukleus, serta implantasi IOL. Tunnel sklera dibuat dengan groove

sklera ukuran 4mm (variasi dapat 6 mm atau 7 mm), jarak dari limbus 2,5 mm. Parasintesis dapat

dibuat di jam 9 dengan menggunakan blade 15o. Kapsulotomi dapan menggunakan tehnik can

opener maupun continuos curvilinier capsulotomi (CCC), hidroseksi dilakukan dengan

subcortical cleavage, delineasi nukleus serta delaminasi epinukleus dan kortek sehingga dapat

22

Page 23: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

mempermudah tahap selanjutnya. Ada beberapa teknik dalam fragmentasi nukleus dan

pengambilan fragmen, di antaranya yati dengan teknik sandwich, menggunakan Arlt loop dan

spatula Barraquer dengan posisi spatula Barraquer di atas fragmen dan bilik mata depan

dilindungi oleh viskoelastik. Bila nukleus terlalu kecil, maka tidak dibutuhkan forsep dan dapat

teririgasi (hidroexpressed), setelah tahap tersebut selesai, maka tahap selanjutnya adalah

implantasi IOL.4

4. Ekstraksi kapsuler dengan Fakoemulsifikasi

Teknik ini menggunakan suatu alat disebut “tip” yang dikendalikan secara ultrasonic untuk

memecah nukleus dan mengaspirasi lensa, sehingga berbeda dengan EKEK konvensional. Pada

fakoemulsifikasi, luka akibat operasi lebih ringan sehingga penyembuhan luka juga berlangsung

lebih cepat, di samping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Astigmatisma pasca bedah katarak

bias diabaikan. Kerugiannya adalah kurva pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi

saat operasi bisa lebih serius.4

KESIMPULAN

Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Katarak dapat disebabkan

mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, serta dapat pula disebabkan denaturasi

protein lensa atau gabungan keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan

progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia menjadi katarak

developmental (katarak kongenital dan katarak juvenile), katarak presenilis, dan katarak senilis.

Selain itu, katarak juga dapat diklasifikasikan berdasarkan letak kekeruhan lensa, maturitas lensa,

dan jenis katarak lainnya.

Gejala yang sering dikeluhkan pasien antara lain penurunan visus, silau, miopisasi,

diplopia monokular, penglihatan berkabut, dan sering berganti kacamata. Penatalaksanaan

definitif pada katarak adalah tindakan pembedahan. Adapun pilihan tindakan bedah mulai dari

yang paling konvensional yaitu EKIK, EKEK, SICS, dan fakoemulsifikasi.

23

Page 24: ASSYIFA Case - Katarak Brunesen

DAFTAR PUSTAKA

1. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: UKRIDA; 2011. H. 53-4, 60.

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta:Widya Medika;

2000.h.11-20.

3. Ocampo VVD. Cataract, Senile: Overview. 2014. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 20 Juni 2015.

4. Suhardjo SU, Hartono. Lensa Mata dan Katarak. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2012. Hal 65-80.

5. Mayo Clinic Staff. Cataracts. 20 Mei 2010. Diunduh dari:

http://www.mayoclinic.com/health/cataracts/DS00050, 20 Juni 2015.

24