case besar katarak will

42
BAB I PENDAHULUAN Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. 6 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. 1 Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara. 1 Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak memiliki

Upload: christian-william

Post on 29-Jun-2015

372 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: case besar katarak will

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup

air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang

dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi

akibat kedua-duanya.6

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit

mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.

Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya. Biasanya kekeruhan

mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan

dalam waktu yang lama.1

Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir

setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia

dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia

Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4

orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.1 Katarak juga merupakan penyebab utama

hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan

dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.2

Page 2: case besar katarak will

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Lensa

Lensa mata adalah suatu struktur bikonveks, tidak mengandung pembuluh

darah, tembus pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 4 mm. Lensa terdiri

dari kapsul, korteks dam nukleus. Ke depan, lensa berhubungan dengan cairan bilik

mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung

pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii (ligamentum suspensorium lentis), yang

melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan korpus siliare.3

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa didalam

kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga akan

mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk

nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu

dibentuk atau serat lensa yang tertua didalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus ini

terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut segai korteks lensa. Nukleus lensa

mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda.4

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan

anterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di sebelah posteriornya

korpus vitreus. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran

semipermeabel, yang memperbolehkan air dan elektrtolit masuk. Di bagian anterior

terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator.2

Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini

berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel,

termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.3

Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel

panjang yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai

dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga

lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks

terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Tiap serat mengandung inti, yang

2

Page 3: case besar katarak will

pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan

epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior. Garis-garis

persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung

berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan

terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).3

Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein

(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di

lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Pada lensa tidak ada serat nyeri,

pembuluh darah atau saraf di lensa.3

2.      Fungsi lensa

3

Page 4: case besar katarak will

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal

ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang

datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal

ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.2

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai

ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga

berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya

biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan

pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.3

Pada orang dewasa lensa lebih padat dan bagian posterior lebih konveks.

Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus

berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah

cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua

lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan

tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal

salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya

akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia

dimulai pada umur 40 tahun.2

3. Katarak

3.1 Definisi

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)

lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.4

3.2 Etiologi

4

Page 5: case besar katarak will

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata (penyakit

sistemik) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor,

seperti fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan,

Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin dan usia.4

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat primer ataupun sekunder.

Primer terjadi berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.

Adapun Sekunder, merupakan komplikasi penyakit lokal atau umum ataupun akibat

tindakan pembedahan lensa.5

3.3 Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. katarak kongenital, pada usia di bawah 1 tahun.

2. katarak juvenile, terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. katarak senilis, setelah usia 50 tahun. 4

3.4 Katarak Senilis

Semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.

Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus

katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat

penyakit keluarga perlu di tanyakan.6

3.5 Epidemiologi

5

Page 6: case besar katarak will

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45

juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang

seperti Indonesia, India dan lainnya. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus

kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang

mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.

Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari

seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan. Katarak dapat disebabkan oleh

berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.1,5 Sampai saat ini katarak

senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan, sampai 90% dari

seluruh kasus katarak.6

3.6 Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya

dipahami. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti : 5,6

Konsep penuaan :

- Teori putaran biologik (“A biologic clock”)

- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati

- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang

mengakibatkan kerusakan sel

- Teori mutasi spontan

- Teori “A free radical”

o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat

o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi

o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E

- Teori “A Cross-link”

o Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan

molekul protein sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul

o Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

o Mulai presbiopia

o Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

o Terlihat bahan granular

6

Page 7: case besar katarak will

2. Epitel – makin tipis

o Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa :

o Lebih ireguler

o Pada korteks jelas kerusakan serat sel

o Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna

cokelat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding

normal.

o Korteks tidak berwarna karena :

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

3.7 Klasifikasi Menurut Lokasi

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi 3, yaitu nuklear

sklerosis, kortikal dan posterior subkapsular. Nuklear sklerosis merupakan perubahan

lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan

jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan

pandangan baca dapat menjadi lebih baik. 7

Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau

terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk

jeruji menuju korteks anterior dan posterior. 5,7

Posterior subkapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa.

Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta

pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan

trauma.5,7

7

Page 8: case besar katarak will

3.8 Stadium

Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu katarak insipen, katarak imatur,

katarak matur dan katarak hipermatur. 4

Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju

korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,

kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara

serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak

insipien. 4

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang

belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya

tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan

dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.4

Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa

terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan,

maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi

kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada

8

Page 9: case besar katarak will

katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak

terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4

Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi lembek dan mencair pada bagian korteks. Massa

lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,

berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat

lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan

kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks

akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang

terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan

katarak morgagni.4

3.9 Gejala klinis

Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita katarak antara lain:

(1) penglihatan kabur dan berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari, (3)

penglihatan ganda, (4) sukar melihat benda yang menyilaukan, (5) sukar mengerjakan

pekerjaan sehari-hari, (6) penglihatan di tempat yang redup lebih baik, (7) sukar

9

Page 10: case besar katarak will

mengendarai kendaraan dimalam hari, (8) sering berganti kaca mata, dan (8) untuk

sementara jelas melihat dekat yang terutama terjadi pada katarak imatur. 3,5

3.10 Pemeriksaan klinis

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai

menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun

pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui

pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Dengan

penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa de ngan

mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila terdapat

bayangan berarti kataraknya imatur, sedangkan pada katarak matur tidak terdapat

bayangan. Katarak hipermatur, lensa akan mengeriput.3

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar

celah (slitlamp), funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah

lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat

menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum

pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat

apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada

katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak

sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan retina

dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak

memuaskan.3,4

3.11 Penatalaksanaan

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Indikasi Pasien dapat

dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk memperbaiki tajam

penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya datang bila sudah

terjadi gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan untuk melakukan

operasi harus didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya.

Secara umum, indikasi operasi katarak bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan

lapangan pandang perifer dan gejala anisomethrophia. Indikasi medikal dilakukannya

operasi termasuk pencegahan komplikasi seperti glaukoma fakolitik, glakukoma

10

Page 11: case besar katarak will

fakomorfik, uveitis facoantigenik dan dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi

tambahannya adalah untuk diagnosis atau penatalaksanaan penyakit okuler lainnya,

seperti retinopati diabetik atau glaukoma.3,8

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya

dengan lensa buatan. Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk

mengangkat lensa yaitu ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK dan

ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK.4

1. ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK

Pada ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK , lensa diangkat

dengan meninggalkan kapsulnya. Indikasi ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur

utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan

alat, kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan

pengeluaran nukleus dan korteks lensa melalui kapsula anterior, meninggalkan

kapsula posterior. Prosedur ini memiliki beberapa keuntungan dibanding ICCE karena

dilakukan dengan insisi yang lebih kecil, maka trauma endothelium kornea lebih

sedikit, astigmatisma berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman. Kapsula posterior

yang intak akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi fiksasi IOL

lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema makular, kerusakan

retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi dengan

pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya barrier restriksi perpindahan

molekul aquous dan vitreous, mengurangi akses bakteri terhadap cavitas vitreous

untuk endophtalmitis dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan pendek yang

berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat insisi.3,4,9

Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus

dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan

prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.8

Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan prosedur ekstrakapsular dengan

mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan gelombang ultrasonik (40.000 MHz)

11

Page 12: case besar katarak will

kemudian diaspirasi. Komplikasi yang berkaitan dengan jahitan lebih rendah karena

insisinya kecil dan rehabilitasi visualnya lebih cepat.4,8

2. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK

Merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa

beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami

degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. 4

Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan prosedur ini, yaitu

menghancurkan semua lensa tanpa meninggalkan kapsul yang keruh ataupun sisanya,

dapat dilakukan dengan peralatan yang tidak terlalu canggih, merehabilitasi visual

dengan cepat menggunakan spestacle +10,00 Dioptri. Namun juga terdapat kerugian

karena insisi yang terlalu lebar, 160°-180° sehingga penyembuhan akan lama,

begitupun rehabilitasi visualnya, dapat menginduksi astigmatisma, inkaserasi iris, dan

inkaserasi vitreous serta adanya infiltrasi di tempat jahitan. Edema kornea, trauma

endotel kornea dan edema makula lebih sering terjadi dibandingkan dengan prosedur

ECCE.4,9

12

Page 13: case besar katarak will

3.12 Komplikasi

Tindakan operatif merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak, tapi

prosedur operasi itu sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada penderitanya.

Komplikasi ini dapat terjadi selama dan setelah operasi : 3,6,9

Komplikasi Intraoperasi yaitu kerusakan endotel kornea, ruptur

kapsula posterior , prolaps vitreus, hifema, expulsive haemorrhage ,

dislokasi nukleus lensa ke dalam vitreus.

Komplikasi pascabedah dini yaitu edema kornea, kebocoran luka,

prolaps iris, Camera Oculi Anterior (COA) dangkal atau flat, hifema,

glaukoma sekunder , dislokasi IOL, endoftalmitis.

Komplikasi pascabedah lanjut yaitu Posterior Capsular Opacification

(PCO), Cystoid Macular Edema (CME), bullous keratopathy,

glaukoma sekunder.

13

Page 14: case besar katarak will

BAB III

STATUS OFTALMOLOGI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Usia : 65 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Pondok Pucung, Tangerang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Masuk Poli Mata : 16 Desember 2010

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 16 Desember 2010

Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan keluhan

penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan buram dirasakan

pasien seperti ada kabut/asap putih yang menghalangi, dan terkadang pasien merasa

silau saat melihat cahaya. Sebelumnya pasien mengenakan kacamata namun tidak

mengetahui ukurannya, akan tetapi sejak 1 tahun yang belakangan ini kacamatanya

dirasa tidak lagi nyaman dan sampai saat ini pasien tidak pernah mengganti kacamata.

Pasien merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup dari pada terang.

Mata pasien sebelah kanan juga dahulu merasakan keluhan yang sama namun

pada tanggal 25 oktober 2010 telah dioperasi di RSUP Fatmawati. Sekarang

penglihatan mata sebelah kanan pasien dirasa mengalami banyak kemajuan

dibandingkan sebelum operasi. Penglihatan ganda dengan satu mata dan penglihatan

seperti ada pelangi saat melihat cahaya disangkal pasien. Pasien menyangkal matanya

merah, berair, terasa sakit, ataupun pegal. Pasien menyangkal adanya sakit kepala

14

Page 15: case besar katarak will

disertai mual dan muntah. Pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan

tertentu dalam jangka panjang. Riwayat trauma pada mata (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Diabetes (-) , Hipertensi (-), alergi (-), sakit mata (-), operasi (+).

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), penyakit jantung (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tidak tampak sakit

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah :130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : Afebris

Pernafasan : 20x/menit

Kepala : Normocephali

Mata : lihat status oftalmologi

THT

Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen +/+

Hidung : Deviasi septum (-), sekret -/-

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis

Mulut : Lidah kotor (-) , tonsil tidak hiperemis T1-T1

M M M5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 M M 8

M M 6 5 43 2 1 1 2 3 4 5 M 7 M

Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar,

trakea lurus ditengah

Thoraks

Jantung : S1S2 reguler, murmur(-), gallop (-)

Paru-paru : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+)

15

Page 16: case besar katarak will

Ekstremitas

Atas : akral hangat (+), edema (-)

Bawah : akral hangat (+), edema (-)

Status oftalmologi

AVOD : sc 5/50

AVOS : sc 4/60

Pemeriksaan kamar terang

OD OS

Visus 5/50 s + 0.50 c-4 5/10 Ph (-) 4/60 s - 1.50 5/50 Ph (-)

Kedudukan Bola Mata

Posisi Ortoposisi Ortoposisi

Eksoftalmus - -

Enoftalmus - -

Supersilia

Alopesia - -

Palpebra Superior

Edema - -

Spasme - -

Hiperemis - -

Benjolan - -

Ulkus - -

Fistel - -

Hordeolum - -

Khalazion - -

Ptosis - -

16

Page 17: case besar katarak will

Palpebra Inferior

Edema - -

Hiperemis - -

Benjolan - -

Ulkus - -

Fistel - -

Hordeolum - -

Khalazion - -

Margo Palpebra Superior et Silia

Edema - -

Hiperemis - -

Ektropion - -

Entropion - -

Sekret - -

Benjolan - -

Trikiasis - -

Madarosis - -

Ulkus - -

Fistel - -

Margo Palpebra Inferior et Silia

Edema - -

Hiperemis - -

Ektropion - -

Entropion - -

Sekret - -

Benjolan - -

Trikiasis - -

Madarosis - -

Ulkus - -

Fistel - -

17

Page 18: case besar katarak will

Area Kelenjar Lakrimalis

Edema - -

Hiperemis - -

Fistel - -

Benjolan - -

Punctum Lakrimalis

Edema - -

Hiperemis - -

Sekret - -

Epikantus - -

Konjungtiva Tarsalis Superior

Kemosis - -

Hiperemis - -

Anemis - -

Folikel - -

Papil - -

Lithiasis - -

Simblefaron - -

Konjungtiva Tarsalis Inferior

Kemosis - -

Hiperemis - -

Anemis - -

Folikel - -

Papil - -

Lithiasis - -

Simblefaron - -

Konjungtiva Forniks Superior et Inferior

18

Page 19: case besar katarak will

Kemosis - -

Hiperemis - -

Folikel - -

Simblefaron - -

Konjungtiva Bulbi

Kemosis - -

Pterigium - -

Pinguekula - -

Flikten - -

Simblefaron - -

Injeksi Konjungtiva - -

Injeksi Silier - -

Injeksi Episklera - -

Perdarahan Subkonjungtiva - -

Kornea

Kejernihan + +

Edema _ _

Ulkus - -

Flikten - -

Macula - -

Leukoma - -

Leukoma Adherens - -

Stafiloma - -

Neovaskularisasi - -

Pigmen Iris - -

Bekas Jahitan - -

Tes Fluoresin - -

Tes Sensibilitas - -

Tes Placido Tdk dilakukan Tdk dilakukan

Limbus Kornea

19

Page 20: case besar katarak will

Arkus senilis + +

Bekas Jahitan + -

Sklera

Sklera biru - -

Episkleritis - -

Skleritis - -

Pergerakan bola mata

Atas + +

Bawah + +

Temporal + +

Temporal Atas + +

Temporal Bawah + +

Nasal + +

Nasal Atas + +

Nasal Bawah + +

Nistagmus - -

Tekanan Intra Okuler

Palpasi Normal Normal

Tonometer Schiotz 11,5/7,5 = 8,3 9/7,5 = 13,1

Pemeriksaan Kamar Gelap

Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Nebula - -

Keratik Presipitat - -

Imbibisio - -

Infiltrat - -

Pigmen Iris - -

20

Page 21: case besar katarak will

Kamera Okuli Anterior

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan jernih Jernih

Flare - -

Sel - -

Hipopion - -

Hifema - -

Iris

Warna Coklat Coklat

Gambaran Radier + +

Eksudat - -

Atrofi - -

Sinekia Posterior - -

Sinekia Anterior - -

Sinekia Anterior Perifer - -

Iris Bombe - -

Iris Tremulans - -

Pupil

Bentuk irregular Bulat, regular

Besar 3mm 2mm

Regularitas irregular Regular

Isokoria Anisokor

Letak Sentral Sentral

Reflek cahaya langsung + +

Reflek cahaya tidak

langsung

+ +

Seklusi - -

Oklusi - -

Leukokoria - +

Lensa

21

Page 22: case besar katarak will

Kejernihan Jernih Keruh

Shadow Test - +

Refleks kaca + -

Pigmen Iris - -

Luksasi - -

Subluksasi - -

Lensa Intra Okular + -

Corpus Vitreus

Kejernihan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Flare - -

Sel - -

Funduskopi

Refleks fundus + + menurun

Papil :Bentuk Bulat Bulat

Batas Tegas Tegas

Warna Kuning orange Kuning orange

C/D Ratio 0,3 0,3

Arteri/Vena 2:3 2:3

Retina Baik Baik

Refleks Fovea Baik Tidak dapat dinilai

Makula Lutea Baik Tidak dapat dinilai

Lain-lain

Uji Proyeksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Uji Persepsi Warna

(merah – hijau)

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

GAMBAR

22

Page 23: case besar katarak will

OD OS

SHADOW TEST

OD OS

REFLEKS FUNDUS

OD OS

FUNDUSKOPI

23

Leukokoria

cup

disc

AA/VV

Page 24: case besar katarak will

IV. RESUME

Pada anamnesis didapatkan :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan keluhan

penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan buram dirasakan

pasien seperti ada kabut/asap putih yang menghalangi, dan terkadang pasien merasa

silau saat melihat cahaya. Pasien merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup

dari pada terang. Kacamata yang digunakan pasien juga dirasakan menjadi semakin

tidak nyaman belakangan ini.

Pada tanggal 25 Oktober 2010, pasien sudah menjalani operasi katarak pada

mata kanannya. Menurut pasien, pandangan matanya sudah mengalami banyak

kemajuan. Penglihatan ganda dengan satu mata dan penglihatan seperti ada pelangi

saat melihat cahaya disangkal pasien. Pasien menyangkal matanya merah, berair,

terasa sakit, ataupun pegal. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu

dalam jangka panjang. Riwayat trauma pada mata (-)

24

Page 25: case besar katarak will

Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan:

Visus: AVOD : sc 5/50 s + 0.50 c-4 5/10 Ph (-), AVOS : 4/60 s - 1.50 5/50 Ph (-)

TIO shiotz: AVOD : 11,5/7.5= 8,3, AVOS : 9/7.5= 13,1

COA: dalam/dalam, pupil AVOS: leukokoria, lensa: jernih/keruh, shadow test -/+,

refleks kaca +/-, Funduskopi AVOS: reflek fundus + menurun, refleks makula dan

fovea tidak bisa dinilai.

V. DIAGNOSA KERJA

- OD : Pseudofakia

- OS : Katarak senilis imatur OS

VI. DIAGNOSA BANDING

-

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Retinometri

VIII. PENATALAKSANAAN

OD : Medikamentosa : LFX ED 6x gtt 1

Tobroson ED 6x gtt 1

Protagenta

Non-Medikamentosa :

- Motivasi untuk memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Jangan menggosok mata

- Jangan melakukan pekerjaan yang berat

- Rencana koreksi kacamata setelah 2-3 bulan post op

OS : Catarlent ED 15 ml 3 x 1

25

Page 26: case besar katarak will

IX. PROGNOSIS

OS : Ad vitam : bonam

Ad visam : dubia ad bonam

OD : Ad vitam : bonam

Ad visam : dubia ad bonam

26

Page 27: case besar katarak will

BAB IV

DISKUSI KASUS

Pasien wanita 65 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan

keluhan utama penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu, mata tidak merah

dan tidak nyeri. Hal ini mengarahkan kepada kelainan mata tenang visus turun

perlahan. Dari keluhan utama pasien dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding,

yaitu; katarak, galukoma kronis, retinopati diabetik, dan retinopati hipertensi. Pasien

mengatakan penglihatan mata kirinya buram seperti ada kabut/asap putih yang

menghalangi, dan terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Pada umumnya,

pasien katarak mengeluh penglihatannya seperti tertutup kabut yang merupakan

akibat dari kekeruhan lensa yang menghalangi media refraksi pasien. Dan keluhan

silau biasanya terjadi pada pasien katarak apabila kekeruhan belum homogen. Pasien

merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup dari pada terang. Hal ini

disebabkan karena pada tempat yang redup pupil akan midriasis sehingga daerah

lensa yang bebas dari katarak semakin luas sehingga cahaya dapat sampai lebih

banyak ke retina. Sebelumnya penglihatan mata sebelah kanan juga merasakan gejala

yang sama namun pada tanggal 25 Oktober 2010 telah dilakukan operasi. Menurut

pasien, penglihatan mata sebelah kanan mengalami kemajuan.

Pada katarak senilis, umumnya terjadi di kedua mata. Penglihatan ganda

dengan satu mata disangkal pasien. Biasanya pada pasien katarak terdapat keluhan

penglihatan ganda dengan satu mata. Pada pasien penglihatan halo (-), mata nyeri

ataupun pegal (-), sakit kepala (-),mual dan muntah (-). Hal tersebut dapat

menyingkirkan diagnosis banding yaitu glaukoma kronik. Saat ini, pasien tidak

sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Hal ini perlu

ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya katarak. Riwayat trauma pada

mata (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal pasien. Pernyataan ini dapat

menyingkirkan diagnosis banding yaitu retinopati diabetik dan retinopati hipertensi.

Untuk memastikan beberapa dugaan diagnosa kerja dari anamnesis maka

dilakukan pemeriksaan oftamologi didapatkan hasil yang menguatkan diagnosis

katarak senilis imatur OS dan pseudofakia OD yaitu Visus: AVOD : sc 5/50 s + 0.50

c-4 5/10 Ph (-), AVOS : 4/60 s - 1.50 5/50 Ph (-). TIO shiotz: AVOD : 11,5/7.5= 8,3,

AVOS : 9/7.5= 13,1. COA: dalam/dalam, pupil AVOS: leukokoria, lensa:

27

Page 28: case besar katarak will

jernih/keruh, shadow test -/+, refleks kaca +/-, Funduskopi AVOS: reflek fundus +

menurun, refleks makula dan fovea tidak bisa dinilai.

Dari data-data yang sudah didapatkan baik dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik dan oftamologis, pasien menderita katarak senilis imatur OS yang merupakan

penyakit mata yang terkait oleh usia dan pseudofakia OD. Mengingat mata kanan

pasien baru menjalani operasi dan stadium katarak mata kiri masih imatur, maka

untuk tata laksana yang kita lakukan pada mata kiri pasien adalah dengan pemberian

Catarlent ED 15 ml 3x1 tetes. Pemberian obat ini berguna untuk memperlambat

proses kekeruhan pada lensa mata. Sedangkan untuk mata kanan pasien diberi terapi

LFX, Tobroson, Protagenta, Vitanom untuk mengoptimalkan hasil operasi dan

meperkecil kemungkinan pasca operasi. Kita jangan lupa juga untuk memberikan

edukasi pada pasien tentang hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan selama masa

penyembuhan pasca operasi.

Setelah 3 bulan post operasi dapat kita rencanakan koreksi kacamata untuk

pasien. Hal ini dilakukan karena sebelum 3 bulan post operasi, keadaan refraksi mata

masih berubah-ubah disebabkan luka operasi yang belum tenang. Apabila di masa ke

depan, penglihatan mata kiri pasien dirasakan semakin menurun maka dapat kita

rencanakan pembedahan, pembedahan dapat dilakukan dengan teknik ECCE atau

fakoemulsifikasi. Prognosis ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam karena tidak

mengancam jiwa. Prognosis ad visam mata kiri pasien ini dubia ad bonam bila pasien

memiliki kesadaran untuk kontrol ke dokter mata ketika penglihatan mata kirinya

dirasakan semakin menurun. Sehingga apabila diperlukan tindakan operasi, hal

tersebut dapat dilakukan sebelum penyulit muncul. Prognosis ad visam mata kanan

pasien ini dubia ad bonam apabila pasien menjalani terapi yang diberi oleh dokter

secara rutin dan tuntas, sehingga komplikasi bisa terhindarkan dan hasil operasi yang

diinginkan bisa tercapai optimal.

28

Page 29: case besar katarak will

BAB V

KESIMPULAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut,

yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara

pasti. Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak

ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak. Katarak terbagi dalam 4 stadium,

yaitu katarak insipien, katarak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur.

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi nuklear sklerosis, kortikal

dan posterior subkapsular. Gejala klinis yang di alami oleh pasien katarak adalah

penglihatan seperti berasap /berkabut dan tajam penglihatan yang menurun secara

progresif, visus menurun, diplopia monokular yaitu penderita melihat 2 bayangan

yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat

penderita akan menyebabkan silau dan pada stadium permulaan penderita mengeluh

miopi.

Penatalaksanaan katarak adalah dengan tindakan operatif, yaitu pembedahan

katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. Ada

beberapa macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

1. ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK yaitu lensa

diangkat dengan meninggalkan kapsulnya

2. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK yaitu lensa

beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula zinn yang

telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan

intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

3. Fakoemulsifikasi yaitu merupakan cara pembedahan yang paling

mutakhir, dengan menggunakan gelombang ultrasonik.

Penegakan diagnosis sebagai dokter umum meliputi anamnesia yang

komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologi yang menyeluruh. Namun untuk

penatalaksanaan lebih lanjut, pasien dirujuk ke dokter spesialis mata.

29

Page 30: case besar katarak will

DAFTAR PUSTAKA

1. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior Subcapsular

Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta territory. Ophthalmologica

Indonesiana 2005;321:59.

2. Garg, Ashok et al. Instant clinical diagnosis in ophthalmology lens disease. USA:

2009.

3. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2005.

hlm : 128-136.

4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. 200-211

5. Vaughan DG, Asbury T. Oftalmologi Umum; Lensa. Edisi 14. Alih Bahasa

Tambajong J. Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.

6. Wijana,  Nana S.D.  Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit Abadi

Tegal. 1993 : 190-196.

7. http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2, diakses tanggal 27

November 2010

8. Anonim. Learn About Cataract. Available from URL:

http://www.cataract.com/

9. American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association. “Basic and

Clinical Science Course 2003-2004 On CD-ROM. Section 11: Lens and Cataract,

Chapter VIII-IX”

30