case report katarak dr.yunita (kunto)

Upload: davit-ari-junaedi

Post on 09-Jul-2015

565 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

CASE REPORT

KATARAK SENILIS MATURE ODS

Oleh: M.Mochtar Kuntoadi NPM. 0318011052

Preceptor: dr. Junita Shara, Sp. M

SMF PENYAKIT MATA RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2008

STATUS PASIENI. IDENTITAS a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin d. Pekerjaan e. Alamat : Tn. M : 63 tahun : Laki - laki : Buruh : T.Agung, Bandar Lampung

f. Masuk RSAM : 22 Desember 2008 II. ANAMNESA (Tanggal 23 Desember 2008) Keluhan Utama Keluhan Tambahan : penglihatan kedua mata kabur : seperti melihat asap, sering merasa silau terutama pada siang hari. a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSAM dengan keluhan penglihatan kedua matanya kabur, keluhan dirasakan lebih berat pada mata kiri. Keluhan ini timbul tidak bersamaan pada kedua matanya. Penglihatan mata kiri mulai kabur sejak 1 tahun lalu sedangkan mata kanan 1 bulan kemudian. Keluhan ini dirasakan makin lama makin bertambah. Awalnya pasien masih dapat melihat jauh, namun lama kelamaan pasien hanya dapat melihat pada jarak yang dekat. Penglihatan pada kedua mata mulai dirasakan makin berat sejak 2 bulan lalu. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pasien mengaku penglihatan kedua matanya seperti melihat asap, seperti melihat pelangi bila melihat lampu serta sering merasa silau pada siang hari. Pasien mengaku baru kali ini berobat atas keluhan penglihatannya yang kabur. b. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit kencing manis disangkal. 2

c. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada dalam keluarganya yang mengalami keluhan serupa seperti pasien. III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 23 Desember, pukul 13.45 WIB) a. Status Present Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu : Tampak sakit sedang : Composmentis : 130/70 mmHg : 72 x/menit : 20 x/menit : 36,3 oC

b. Status Generalis Kepala o Bentuk o Mata o Hidung o Telinga o Mulut Thoraks o Jantung o Paru Abdomen : tidak teraba : tidak teraba : tidak ada kelainan : dalam batas normal : dalam batas normal : Normocephalic : Status Oftalmologis : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

o Hepar o Lien Ekstremitas

3

c. Status Oftalmologis

DEXTRA 1/300 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Ortoforia, kedudukan normal Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tenang Tenang Tenang Putih, anikterik Jernih, arcus senilis (+) Sedang Gambaran kripta baik Bulat, refleks cahaya (+) Keruh, Shadow test (-) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal (palpasi) Normal Visus Koreksi Siaskopi Sensus coloris Bulbus oculi Supersilia Parese Palpebra superior Palpebra inferior Conjungtiva palpebra Conjungtiva fornices Conjungtiva bulbi Sclera Cornea Camera oculi anterior Iris Pupil Lensa Fundus refleks Corpus vitreum Tensio oculi

SINISTRA 1/ Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Ortoforia, kedudukan normal Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tenang Tenang Tenang Putih,anikterik Jernih, arcus senilis (+) Sedang Gambaran kripta baik Bulat, refleks cahaya (+) Keruh, Shadow test (-) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal (palpasi)

Sistem canalis lakrimalis Normal

4

d. Pemeriksaan Gerakan Otot Ekstra Okuler

OD IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Darah rutin b. Homeostasis c. Kimia Darah V. RESUME SGOT SGPT Ureum Creatinin GDS : 17 u/l : 19 u/l CT BT : 2 menit : 8 menit Hb LED Leukosit : 15,2 gr/dL : 15 mm/jam : 8.500 ul

OS

Diff. Count : 0/0/0/63/30/7 Trombosit : 300.000 ul

: 26 mg/dl : 0,8 mg/dl : 89 mg/dl

Pasien Tn.M, laki laki , 63 tahun, mengeluh penglihatan kedua mata kabur yang makin bertambah, terutama pada mata kiri. Keluhan timbul tidak bersamaan. Penglihatan kabur mata kiri sejak 1 tahun lalu dan mata 5

kanan sejak 11 bulan lalu. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pasien mengaku penglihatan kedua matanya seperti melihat asap, seperti melihat pelangi bila melihat lampu dan sering merasa silau. Pasien mengaku baru kali ini berobat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Status generalis : Dalam batas normal Status oftalmologis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan: OCCULI DEXTRA 1/300 Jernih, arcus senilis (+) Visus Cornea OCCULI SINISTRA 1/ Jernih, arcus senilis (+) Keruh, Shadow test (-)

Keruh, Shadow test (-) Lensa Keadaan lain dalam batas normal. VI. DIAGNOSA KERJA - Katarak senilis mature ODS VII. DIAGNOSA BANDING Katarak senilis imature ODS

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN - Slit lamp - Tonometri IX. PENATALAKSANAAN a. Umum Pre-operatif b. Operatif EKEK + Intra Occular Lens (IOL) OD 6 Diet nasi biasa Rontgent Thorax Konsul pre-operatif

c. Umum Post-operatif Menjaga kebersihan mata kanan, yaitu dengan menutup dengan kasa steril yang diganti setiap harinya. Mengikuti instruksi perawatan mata post-op katarak selama satu bulan (mata tidak basah, terbentur/diucek, menunduk berlebihan, miring ke mata sakit, mengedan, mengangkat beban >5 kg). d. Medikamentosa (Post operatif) X. PROGNOSA - Quo ad vitam : ad bonam - Quo ad fungtionam : dubia ad bonam Ciprofloxacin 2 x 500 mg Asam mefenamat 3 x (500) mg Gentamisin 0,3% ED gtt 1 / jam OD Opisixtrol ED gtt 1/jam OD Dexametason 0,5 mg

7

FOLLOW UP23 Desember 2008 - Penglihatan kedua mata kabur - Seperti melihat asap & pelangi, sering silau KU : tampak sakit sedang Kes : composmentis TD : 130/70 mmHg N : 72 x/menit RR : 20 x/mnt T : 36,3 oC Dextra Sinistra 1/300 visus 1/ Jernih, arcus Cornea Jernih, arcus senilis (+) senilis (+) Keruh, Lensa Keruh, Shadow test (-) Shadow test (-) Katarak senilis mature ODS - Konsul pre-operasi - R/ EKEK + IOL OD Post op: - Bed rest - Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg - Asam mefenamat tab 3 x (500 mg) - Dexametason 0,5 mg - Gentamicin 0,3 % ED gtt 1/jam OD - Opisixtrol ED gtt 1/jam OD

S O

Oft

Dx A

8

LAPORAN OPERASI

Nama Pasien Umur Operator Tanggal Operasi Mata TIO pra-bedah Obat anestesi Flap konjungtiva Insisi Alat Alat Side port Ekpresi nukleus Cairan irigasi IOL Fiksasi Cairan viskoelastik Benang Komplikasi

: Tn. M : 63 tahun : dr. Helmi, Sp. M : 23 Desember 2008 : Kanan : 17,3 20,6 mmHg : Lidocain 2% : basis forniks : 7 cm, sklera, linier, three plane, 1 jahitan : Pisau berlian : keratome, cresent knife : one port : EKEK : RL : in the bag, diputar, vertikal, c-loop : tidak : HPMC : Dexon 8-0 : tidak ada

Tunnel (deseksi lameler) : sklerokornea

9

FOLLOW UP (POST OPERATIF) 24 Desember 2008 Penglihatan mata kiri kabur

S O

-

Oft

KU : tampak sakit sedang Kes : composmentis TD : 130/70 mmHg N : 80 x/menit RR : 24 x/mnt T : 36,5 oC Dextra >3/60 visus Jernih, arcus Cornea senilis (+) Sedang COA Pseudophakia Lensa

Dx A

Sinistra 1/ Jernih, arcus senilis (+) Sedang Keruh,shadow test (-) Post EKEK OD hari 1 + Katarak senilis mature OS

- Bed rest - Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg - Asam mefenamat tab 3 x (500 mg) - Dexametason 0,5 mg - Gentamicin 0,3 % ED gtt 1/jam OD - Opisixtrol ED gtt 1/jam OD

10

FOLLOW UP (POST OPERATIF) 25 Desember 2008 Penglihatan mata kiri kabur

S O

-

Oft

KU : tampak sakit sedang Kes : composmentis TD : 130/70 mmHg N : 76 mmHg RR : 20 x/mnt T : 36,8 oC Dextra > 3/60 visus Jernih, arcus Cornea senilis (+) Sedang COA Pseudophakia Lensa

Dx A

Sinistra 1/ Jernih, arcus senilis (+) Sedang Keruh, Shadow test (-) Post EKEK OD hari 2 + Katarak senilis mature OS - Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg - Asam mefenamat tab 3 x (500 mg) - Dexametason 0,5 mg - Gentamicin 0,3 % ED gtt 1/jam OD - Opisixtrol ED gtt 1/jam OD Pasien diizinkan pulang

11

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK

I.

PENGERTIAN adalah proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya

Katarak

metabolisme lensa. Pada katarak terjadi perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau karena kedua-duanya. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas dan dapat menimbulkan kebutaan. Pada penderita katarak, cahaya sulit mencapai retina sehingga bayangan pada retina menjadi tidak jelas atau kabur. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata yang dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoa, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya.

12

II.

PENYEBAB KATARAK

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Sayangnya, Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 3 5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis. Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.

III.

JENIS JENIS KATARAK

Menurut terjadinya, katarak dapat di klasifikasikan menjadi beberapa, yaitu: 1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak bayi lahir dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Jenis katarak ini sangat jarang terjadi. 2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan 13

pada mata. 3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum. 4. Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis yang paling umum. Secara klinik, katarak senil dibedakan menjadi empat stadium, yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur. 1. Katarak Insipien Merupakan stadium dini yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda (kuneiform) pada korteks anterior, sedangkan aksis masih relatif jernih. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat dikorteks, yang terlihat bila dipupil dilebarkan disebut spokes of wheel . 2. Katarak Intumessen Kekeruhan lensa pada stadium ini disebabkan karena terjadi pembengkakan lensa, dimana lensa degeneratif tersebut menyerap air. Lensa yang membengkak dan besar menyebabkan terdorongnya iris, sehingga bilik mata akan lebih dangkal dibandingkan yang normal. Stadium ini tidak selalu terjadi pada proses katarak. 3. Katarak Imatur Pada stadium ini kekeruhan hanya terjadi pada bagian lensa, belum mengenai seluruh lapisan lensa.Volume lensa juga dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif, sehingga pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil dan dapat menimbulkan glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa, disebut shadow test positif. 4. Katarak Matur 14

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imaturtidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 5. Katarak Hipermatur Katarak hipermatur merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.

IV.

GEJALA KATARAK

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat dobel pada satu mata. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :

Faktor keturunan. 15

Cacat bawaan sejak lahir. Masalah kesehatan, misalnya diabetes. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu lama. Operasi mata sebelumnya. Trauma (kecelakaan) pada mata. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

V.

PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pascabedah dan fisik umum. Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunya tajam penglihatan.

VI.

DIAGNOSA BANDING

Katarak merupakan penyakit pada mata yang dapat menyebabkan penglihatan menjadi turun tanpa disertai mata merah, oleh karena itu diagnosa banding yang dapat ditegakkan adalah: 1. Glaukoma Yang membedakan dengan katarak adalah pada kelainan ini terdapat peningkatan tekananan bola mata, dan atrofi papil saraf optik. 2. Retinopati Yang membedakan dengan katarak adalah pada kelainan terdapat pada 16

retina yang tidak disebabkan radang.

VII.

PENGOBATAN KATARAK

Penyakit katarak tidak dapat diobati dengan tetes atau obat minum. Sampai saat ini penanganan yang terbaik adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan yang jernih. Pelaksanaan operasi disesuaikan dengan kebutuhan penderita, sampai dengan batas sangat terganggunya penglihatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Pada sebagian besar penderita, operasi katarak berhasil dengan baik, dan penderita akan mendapat perbaikan tajam penglihatan. Penderita katarak setelah dilakukan tindakan operasi disarankan untuk kemakai kacamata afakia, lensa kontak atau pemakaian lensa tanam. VIII. BEBERAPA TEKNIK OPERASI KATARAK 1. Fakoemulsifikasi Merupakan teknik modern yang hanya melakukan sayatan sangat kecil (sekitar 3 mm) di sisi kornea. Lensa dihancurkan menjadi kepingan halus dengan getaran ultrasonic kemudian disedot keluar. Kemudian lensa akan diganti dengan lensa intra-okuler yang dapat dilipat dan dimasukkan melalui sayatan kecil tadi. Sayatan ini dapat pulih sendiri tanpa memerlukan jahitan. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk proses operasi dengan teknik Fakoemulsifikasi. 2. Ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK). Ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK) adalah teknik lama dan memerlukan sayatan yang lebih besar untuk mengeluarkan dan 17

mengganti lensa mata katarak dengan lensa intraokuler yang tidak dapat dilipat. Sayatan kemudian dijahit dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih kembali. Pembedahan katarak telah berkembang dengan signifikan, dimulai dengan mulai ditinggalkannya teknik operasi intrakapsular, dan dilanjutkan dengan adanya lensa intraokular, dan dilanjutkan dengan variasi pengangkatan lensa ekstrakapsular. Pembedahan katarak extracapsular cataract membutuhkan insisi 10 mm pada limbus dan memerlukan penutupan luka dengan penjahitan dengan pertimbangan teknik "fall back" yang lebih mudah dilakukan tetapi memiliku keterbatasan. Phacoemulsification digunakan oleh sebagian besar ahli bedah pada negara berkembang dan memungkinkan hasil pembedahan yang anggun namun dengan biaya yang besar. Teknik ketiga, manual small incision cataract surgery (MSICS), memiliki hampir semua keuntungan dari " Phacoemulsification " tetapi dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dan lebih mudah diaplikasikan dalam banyak program. Tujuan dari pembedahan katarak modern:

Mobilisasi pasien cepat Minimal induced astigmatism Rehabilitasi visus dini

Berikut ini adalah perbandingan antara "Phaco" dan MSICS: 1. Phacoemulsification Keuntungan:

Insisi 2.8-3.5 mm tanpa jahitan Dapat memasang lensa yang dapat ditekuk Dapat dilakukan dengan cepat (10 minutes)

Kerugian: 18

Sulit dilakukan dengan nukleus yang kaku Sulit dilakukan pada katarak hipermatur Mahal, membutuhkan peralatan dan perawatan yang mahal Memerlukan bahan habis pakai yang mahal Banyak negara yang tidak menggunakan lensa yang dapat ditekuk bahkan dengan phaco; cenderung melakukan pembedahan yang sia-sia karena melakukan pembedahan 3 mm lalu dilebarkan menjadi 6 mm

2. Manual small incision cataract surgery Keuntungan

Insisi kecil 5.5 mm tanpa jahitan Dapat menggunakan lensa implan yang kaku shingga lebih murah Dapat dilakukan degan cepat (6 menit) Peralatan dan bahan habis pakai yang lebih murah Sukses pada lebih dari 99% kasus Insisi yang lebih besar dari phaco Harus menggunakan lensa yang kaku

Kerugian

19

PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosa yang ditegakkan sudah tepat? Dari anamnesa didapatkan keluhan penglihatan kedua mata kabur yang makin bertambah, terutama pada mata kiri. Penglihatan kabur berjalan lambat namun progresif. Keluhan timbul tidak bersamaan. Pasien juga mengeluh penglihatan kedua matanya seperti melihat asap, sering silau, dan seperti melihat pelangi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada kedua mata, yaitu: Mata kanan (OD) : visus 1/300 (bs); cornea jernih dengan arcus senilis, lensa keruh dengan shadow test (-). Mata kiri (OS) : visus 1/ (bs); cornea jernih dengan arcus senilis; lensa keruh dengan shadow test (-). Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan menunjukkan adanya gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan pada lensa, yaitu kekeruhan pada lensa. Kedua mata mengalami kelainan yang sama. Tampak pada pemeriksaan fisik visus OD lebih baik dari OS. Dan pada mata kanan maupun kiri, shadow test (-) hal ini menandakan bahwa kelainan lensa merupakan katarak stadium mature. Maka diagnosa yang ditegakkan adalah Katarak senilis mature ODS

2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat? Pasien dengan kelainan katarak tidak dapat diatasi dengan pemberian obat 20

tetes mata maupun peroral. Sampai saat ini penanganan katarak yang terbaik adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan (IOL) yang jernih. Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi penyakit kataraknya adalah dengan dilakukan operasi. Tindakan operasi yang dilakukan adalah Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE), atau disebut juga Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK).

3. Bagaimana konseling yang diberikan pada pasien? Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit kekeruhan lensa yang mengenai kedua matanya akibat proses ketuaan. Oleh karena itu pasien harus memperhatikan gejala gejala pada penyakit ini, yaitu penurunan penglihatan, tampak seperti melihat asap, seperti melihat pelangi dan terkadang sedikit silau. Pada mata kanannya yang telah menjalani operasi disarankan untuk mengikuti intruksi post operatif katarak selama sekitar satu bulan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mata tidak boleh basah. Jika mandi hanya dari leher kebawah, dan usahakan berwudhu dengan tayamum. Mata tidak boleh terbentur atau diucek-ucek. Tidak boleh menunduk secara berlebihan. Diperhatikan pada posisi sembehyang duduk atau tidur. Tidak boleh miring pada mata yang sakit. Tidak boleh mengedan. Tidak boleh memangku atau mengangkat beban > 5 kg. banyak makan buah dan sayur.

Pada mata kirinya perlu dijelaskan juga bahwa pada mata ini mengalami tanda penyakit yang sama dengan mata kanannya. Oleh karena itu, pasien harus jeli memperhatikan gejala-gejala penyakitnya dengan cermat. Selain itu, pasien 21

juga harus dengan teratur memeriksakan mata kanannya ini untuk selanjutnya juga akan direncanakan dioperasi.

22

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas. S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI Anna. 2007. Mengenal Penyakit Katarak. Dalam http://www.obi.co.id/index2.php. Diakses 25 September 2008.

23

LEMBAR PENILAIAN

PresentanNama (Npm) M.Mochtar Kuntoadi (0318011052)

Nilai

Participa n1.Nama (Npm) 2.Nama (Npm) Rudi Kurniawan P (1102000228) Banondari MP (1102004044)

Nilai

24