case katarak puskesmas alai

25

Click here to load reader

Upload: chandra-ivonne

Post on 06-Aug-2015

87 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Katarak Puskesmas Alai

Case Report Session

KATARAK SENILIS

Oleh:

Ivonne Chandra 07120007

Defriani Zalerti 07120081

Pembimbing :

Dr. Arina Widya Murni, Sp.PD. K.Psi.

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS ALAI

2012

Page 2: Case Katarak Puskesmas Alai

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,

denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan

kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat

mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta

populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang

tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan

jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah

katarak senilis.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak

mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa

diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan

peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post

operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan

di Indonesia dapat diturunkan. 1

1.1. Definisi

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya

menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena

dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang

kabur pada retina. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi

keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.

Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa,

proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada

bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin,

genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada

retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal

Page 3: Case Katarak Puskesmas Alai

bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan

bola mata yang tinggi), dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.

1.2.Etiologi

Etiologi katarak adalah :

a. degeneratif (usia)

b. kongenital

c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)

d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)

e. trauma

f. bahan toksik (kimia & fisik)

g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa

lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia

75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat

diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.

1.3.Gejala

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

• Peka terhadap sinar atau cahaya.

• Dapat melihat dobel pada satu mata.

• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.

2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

1.4.Jenis-jenis katarak

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

• Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif

• Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.

Page 4: Case Katarak Puskesmas Alai

• Katarak komplikata

• Katarak traumatik

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

• Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

• Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di bawah 40 tahun.

• Katarak presenil, katarak sesudah usia30 - 40 tahun

• Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

B.KATARAK SENILIS

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu

usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen,

matur, hipermatur dan morgagni.

1. Katarak insipien.

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan

posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak

subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah

terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)

pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks

refaksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap

untuk waktu yang lama.

2. Katarak intumesen.

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi

bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal

dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan

penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan

cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi

korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang

memberikdn miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai

peregangan jarak lamel serat lensa.

Page 5: Case Katarak Puskesmas Alai

3. Katarak imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh

lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa

mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma

sekunder.

4. Katarak matur.

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan

ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau

intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali

pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal

kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan

iris negatif.

Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak

dengan kandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan

tekanan bola mata meningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan

keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi radang.

Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat

meningkatkan tekanan bola mata (glaucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini

tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding

belakang bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian

sel-sel syaraf tersebut, yang mengakibatkan kebutaan.

5. Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang

berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna

kuning dan kering, Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul

lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula

Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang

tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukieus yang

terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai

katarak Morgagni.

Page 6: Case Katarak Puskesmas Alai

Perbedaan stadium katarak senilis

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air+masa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

C. KATARAK KOMPLIKATA

Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor

fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat

terjadi akibat iridosikiitis, miopia tinggi, ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata

dapat terjadi akibat kelainan sisternik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal

yang akan mengenai satu mata.

Katarak akibat kelainan sistemik

Diabetes melitus, akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan bentuk yang

khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau saiju di dalam bahan lensa. Kekeruhan

lensa dapat berjalan progresif sehingga terjadi gangguan penglihatan yang berat. Katarak

diabetes merupakan katarak yang dapat terjadi pada orang muda akibat terjadinya gangguan

keseimbangan cairan di dalam kaca atau tubuh secara akut.

Patofisiologi. Diabetes Mellitus adalah kelainan yang bersifat khronik, yang oleh

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diikuti oleh komplikasi makro dan

mikrovaskuler. Kelainan metabolik ini erat berkaitan dengan faktor genetik dengan jalan

utama adalah intoleransi glukosa.

Patogenesa terjadi katarak pada Diabetes Mellitus sesuai dengan uji coba pada

binatang dapat diterangkan sebagai berikut:

Masuknya glukosa ke dalam lensa mata tidak memerlukan adanya insulin. Dalam

keadaan normal glukosa ini direduksi menjadi sorbitol dalam jumlah terbatas dan oleh enzim

sorbitol dehidrogenase dirubah menjadi fruktosa. Pada Diabetes Mellitus dimana terjadi

hiperglikemia yang diikuti kadar glukosa dalam lensa tinggi sehingga pembentukan sorbitol

Page 7: Case Katarak Puskesmas Alai

meningkat yang akan berubah menjadi fruktosa yang relatif lambat. Sorbitol akan menaikan

tekanan osmose intraseluler dengan akibat penarikan air ke dalam lensa. Disamping itu

terjadi pula metabolisme mioinositol dimana kedua peristiwa ini menyebabkan katarak.

D. TERAPI

1. Medikamentosa

Sampai saat ini belum ditemukan obat-obatan untuk mengobati katarak. Tapi pada

katarak yang terletak pada nukleus dapat diberikan tetes mata untuk melebarkan pupil.

2. Pembedahan

Bedah katarak senilis dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan ekstraksi

tensa ekstrakapsular.

a. Ekstraksi lensa intrakapsular

Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak

senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula

Zinnyang telah pula mengalami degenerasi.

Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut:

1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12

2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau

3. Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat

4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah

5. Dibuat jahitankorneosklera

6. Lensa dikeluarkan dengan krio

7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah

8. Flep konjungtiva dijahit.

Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah :

1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.

Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul

posterior akan tertinggal

2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.

Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi

rendah karena :

1. Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu

penglihatan

2. Teknik dengan ongkos rendah.

Page 8: Case Katarak Puskesmas Alai

b.Ekstraksi lensa ekstrakapsular

Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut:

1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam

2. 10 sampai jam 2

3. Dibuat pungsi bilik mata depan

4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior

5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2

6. Nukieus lensa dikeluarkan

7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja

8. uka komea dijahit

9. Flep konjungtiva dijahit

Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat katarak

sekunder.

c. Fakoemulsifikasi

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan

kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari

lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran

ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian

dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan

katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.

d. Intraokular Lens (IOL)

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan

kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa

lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari

bahan plastik, silikon maupun akrilik.

Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat

ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.

Page 9: Case Katarak Puskesmas Alai

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. E / Wanita/ 73 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga

c. Alamat : Siteba

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Anak : 5 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, tinggal bersama anak sulungnya seorang

pegawai swasta dengan penghasilan ± Rp 3.000.000,00/ bulan. Menantu pasien

bekerja sebagai seorang guru dengan penghasilan sekitar Rp. 2.000.000,- per

bulan. Anak pasien yang lainnya sudah bekerja dan tinggal di rumah masing-

masing.

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 12 m x 18 m

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Ventilasi dan pencahayaan cukup

- Sampah di angkut petugas

- Jumlah penghuni 5 orang, pasien, anak sulung pasien, menantu pasien dan 2

orang cucu pasien.

- Kesan : higine dan sanitasi baik.

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

3. Aspek Psikologis di Keluarga

- Pasien tinggal bersama anak sulungnya dan menantunya serta 2 orang cucu

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga (-)

Page 10: Case Katarak Puskesmas Alai

4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada.

Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.

Riwayat trauma pada mata sebelumnya tidak ada.

Riwayat Diabetes mellitus tidak ada.

Riwayat pemakaian kortikosteroid jangka panjang tidak ada.

Riwayat menderita katarak di keluarga tidak ada.

5. Keluhan Utama

Penglihatan kedua mata makin kabur sejak ± 1 bulan yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Penglihatannya kedua mata makin kabur sejak ± 1 bulan yang lalu.

Penglihatan kabur / tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien

merasa silau saat melihat cahaya. Awalnya mulai dirasakan sejak ± 5 tahun

yang lalu makin lama makin kabur sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Mata peka terhadap cahaya terutama sejak 6 bulan terakhir

Penurunan ketajaman penglihatan secara beransur-ansur sehingga pasien

kurang jelas melihat jauh dan dekat dengan kedua mata, sampai timbul

gangguan dalam aktivitas sehari-hari.

Penurunan kemampuan melihat dirasakan terutama malam hari sehingga

pasien membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca atau

melakukan aktivitas lain.

Mata merah, berair, serta gatal tidak ada

Nyeri pada kedua mata tidak ada

Penglihatan ganda tidak ada.

Pasien pernah memakai kaca mata +3 sebelumnya dengan resep dokter.

Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini

Riwayat minum obat-obatan rutin dan jamu tidak ada.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Nadi : 78x/ menit

Nafas : 20x/menit

TD : 130/70 mmHg

Page 11: Case Katarak Puskesmas Alai

Suhu : 36,8 0C

BB : 60 Kg

TB : 167 cm

Mata : Status Oftalmologi

Kulit : Turgor kulit baik

Dada

Paru

Inspeksi : simetris ki=ka

Palpasi : fremitus ki=ka

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Page 12: Case Katarak Puskesmas Alai

STATUS OFTALMOLOGI

SO OD OS

Visus tanpa koreksi

Visus dengan koreksi

2/60

Tidak dilakukan

3/60

Tidak dilakukan

Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Silia/supersilia madarosis (-), trkikhiasis (-) madarosis (-), trkikhiasis (-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

edema (-)

edema (-)

edema (-)

edema (-)

Margo palpebra Hordeolum (-), khalazion (-) Hordeolum (-), khalazion (-)

Aparat lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva fornicis

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)

Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)

Sklera Putih Putih

Kornea Jernih Jernih

Kamera Okuli Anterior

Cukup dalam Cukup dalam

Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)

Pupil Bulat, RP (+) Bulat, RP (+)

Lensa Keruh pada inti + subkapsular posterior

Keruh pada inti + subkapsular posterior

Korpus Vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus

Papila N. Optikus

Retina

Makula

aa/vv Retina

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 13: Case Katarak Puskesmas Alai

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli ortho ortho

Pin Hole : dengan pinhole penglihatan tidak bertambah jelas.

8. Laboratorium : tidak dilakukan

9. Pemeriksaan anjuran :

Pemeriksaan slitlamp

Pemeriksaan visus dengan koreksi

Pemeriksaan oftalmoskop

10. Diagnosis Kerja

Katarak Senilis stadium imatur ODS

11. Diagnosis Banding : -

12. Manajemen

a. Preventif

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama sayur hijau (bayam,

kangkung,brokoli) yang kaya akan anti oxidant.

- Menghindari faktor resiko yang dapat memicu progresifitas penyakit dan

segera mencari penatalaksanaan atas faktor resiko seperti penyakit mata,

trauma mata, pemakaian obat DM.

b. Promotif :

- Edukasi pasien tentang penyakit katarak, faktor resiko, upaya pencegahan

perburukan penyakit.

- Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul seiring dengan

peningkatan usia.Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit katarak senilis

tidak dapat disembuhkan, kecuali melalui operasi namun dapat memperlambat

timbul gejala –gejala penyakit ini melalui diet kaya anti oxidant.

c. Kuratif :

Page 14: Case Katarak Puskesmas Alai

Dianjurkan untuk di rujuk ke Bagian Mata RSUP Dr.M. Djamil, Padang.

d. Rehabilitatif :

Kontrol teratur 1 kali/bulan untuk menilai perkembangan atau perjalanan

penyakit.

Resep

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Alai

Dokter : A

Tanggal : 10 November 2012

-

Pro : Ny E

Umur : 73 tahun

Alamat : Siteba

Page 15: Case Katarak Puskesmas Alai

DISKUSI

Pasien wanita 73 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan keluhan utama penglihatan

kedua mata makin kabur sejak +1 bulan yang lalu, mata tidak sakit, tidak merah, tidak gatal,

dan tidak pedih. Hal ini mengarahkan kepada kelainan mata tenang dengan visus

turun perlahan. Dari keluhan utama pasien dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding,

yaitu; katarak, glaukoma kronis, retinopati diabetik, dan retinopati hipertensi.

Pasien mengatakan penglihatan mata kirinya buram seperti ada kabut/asap putih yang

menghalangi, dan terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Pada umumnya, pasien

katarak mengeluh penglihatannya seperti tertutup kabut yang merupakan akibat dari

kekeruhan lensa yang menghalangi media refraksi pasien. Dan keluhan silau biasanya terjadi

pada pasien katarak apabila kekeruhan belum homogen. Pasien merasa lebih nyaman melihat

di tempat yang redup dari pada terang. Hal ini disebabkan karena pada tempat yang redup

pupil akan midriasis sehingga daerah lensa yang bebas dari katarak semakin luas sehingga

cahaya dapat sampai lebih banyak ke retina. Pada katarak senilis, umumnya terjadi di kedua

mata. Penglihatan ganda dengan satu mata disangkal pasien. Biasanya pada pasien katarak

terdapat keluhan penglihatan ganda dengan satu mata.

Pada pasien penglihatan halo (-), mata nyeri atau pun pegal (-), sakit kepala (-),mual

dan muntah (-). Hal tersebut dapat menyingkirkan diagnosis banding yaitu glaukoma kronik.

Saat ini, pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Hal

ini perlu ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya katarak. Riwayat trauma

padamata (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal pasien. Pernyataan ini

dapatmenyingkirkan diagnosis banding yaitu retinopati diabetik dan retinopati hipertensi.

Sehingga semua anamnesis mengarah kepada Katarak Senilis.

Untuk memastikan beberapa dugaan diagnosa kerja dari anamnesis maka dianjurkan

untuk melakukan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan kekeruhan di

lensa subkapsular posterior kedua mata. Dari data-data yang sudah didapatkan baik dari

Page 16: Case Katarak Puskesmas Alai

anamnesis dan pemeriksaanfisik dan oftamologis, dapat ditegakkan diagnosis kerja katarak

senilis imatur ODS yang merupakan penyakit mata yang terkait oleh usia.

Untuk tata laksana yang kita lakukan pada mata pasien adalah memberikan edukasi

pada pasien bahwa penyakitnya dapat diterapi secara bedah. Pengobatan konservatif hanya

mampu memperlambat progresifitas penyakit dan bukan menyembuhkan penyakit. Sehingga

pasien perlu dirujuk ke RS. Kita juga dapat memberikan edukasi pada pasien tentang hal-hal

apa saja yang tidak boleh dilakukan selama masa penyembuhan pasca operasi. Setelah 3

bulan post operasi dapat kita rencanakan koreksi kacamata untuk  pasien. Hal ini dilakukan

karena sebelum 3 bulan post operasi, keadaan refraksi mata masih berubah-ubah disebabkan

luka operasi yang belum tenang. Apabila di masa kedepan, penglihatan mata kiri pasien

dirasakan semakin menurun maka dapat kita rencanakan pembedahan, pembedahan dapat

dilakukan dengan teknik ECCE atau fakoemulsifikasi. Prognosis ad vitam pada kasus ini

adalah ad bonam karena tidak mengancam jiwa.

Page 17: Case Katarak Puskesmas Alai

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology, Cicendo Eye Hospital/Dept of

Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.

2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

3. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science course : lens

and cataract. United State of America. Lifelong Education for The Ophthalmology

(LEO). 2003. p-72-80,187-213.

4. Anonim. Cataracts. Diunduh dari http://www.nortwesteyeclinic.com tanggal 7

November 2012.

5. Anonim. Cataract Surgery. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery

tanggal 7 November 2012.

6. Boyd Benjamin, prof, MD, F.A.C.S. Indication for surgery-preoperative evaluation.

Dalam : The Art and The Science of Cataract Surgery. Colombia. Highlight of

Ophthalmology.2001.p11-33.

7. Ratnaningsih. N., Penatlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu Penyakit Mata

FKUP/RS Mata Cicendo. 2005.