case katarak matur

46
Laporan Kasus KATARAK MATUR ODS Oleh : Vera Amalia Johan Christian Silaen Albert Juniawan Ika Erna Ully Zakiyah Meliya Nita Sari Dosen Pembimbing dr. Hj. Ani, SpM

Upload: aynasofi

Post on 24-Jul-2015

412 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Katarak Matur

Laporan Kasus

KATARAK MATUR ODS

Oleh :

Vera Amalia

Johan Christian Silaen

Albert Juniawan

Ika Erna Ully

Zakiyah

Meliya Nita Sari

Dosen Pembimbing

dr. Hj. Ani, SpM

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

RSMH PALEMBANG

2009

Page 2: Case Katarak Matur

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi Kasus Berjudul : Katarak Matur ODS

Disusun Oleh : Vera Amalia

Johan Christian Silaen

Albert Juniawan

Ika Erna Ully

Zakiyah

Meliya Nita Sari

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan

Klinik Senior Periode 3 Agustus sampai dengan 7 September 2009 dibagian SMF

Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/ Rumah Sakit dr.

Muhammad Hoesin Palembang.

Palembang, Agustus 2009

Pembimbing

dr. Hj. Ani, SpM

Page 3: Case Katarak Matur

BAB I

PENDAHULUAN

Lensa mata merupakan struktur globuler yang transparan, terletak di

belakang iris, di depan badan kaca. Lensa berbentuk bikonveks, avaskuler, dengan

tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Komponennya terdiri dari 65% air dan 30% protein.

Lensa diliputi oleh kapsula lentis yang bekerja sebagai membran semi permeabel

yang melarutkan air dan elektrolit untuk makanannya. Substansi lensa terdiri dari

nukleus dan korteks yang terdiri dari lamel-lamel yang panjang dan konsentris.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal dan lentur karena

memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, dan

kejernihannya diperlukan sebagai media penglihatan yang berfungsi memfokuskan

berkas cahaya ke retina.

Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan pada lensa yang disebut

katarak, yang dapat terjadi akibat hidrasi (penimbunan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa atau akibat keduanya. Pada mata akan tampak kekeruhan pada lensa

dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat serta pada berbagai lokasi di lensa

seperti di korteks dan nukleus. Akibat dari kekeruhan ini, cahaya yang masuk ke

retina akan terhalang. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap

dan tajam penglihatan menurun secara progresif.

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya

usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik

menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak.

Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat

katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama

kebutaan di dunia.

Page 4: Case Katarak Matur

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. IDENTIFIKASI

Nama : Tn. A

Umur : 71 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Talang Ratu Lorong Damar no 820

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Pendidikan : SMU

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

II.2. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Penglihatan kedua mata semakin kabur ± sejak 3 bulan yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 2 tahun yang lalu penderita mengeluh pandangannya mulai kabur.

Pandangan kabur dimulai pada mata sebelah kanan tetapi masih dapat

bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari, pandangan seperti berasap (+),

penglihatan terasa silau pada siang hari (+) tetapi tidak begitu silau,

penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari daripada siang hari, mata

merah (-), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi (-), sakit kepala (-), mual

muntah (-), penglihatan yang turun mendadak seperti tertutup tirai disangkal.

Penderita pergi berobat ke dokter umum dan hanya diberi obat tetes tetapi

lupa nama obatnya. Penderita merasa tidak ada perubahan.

Page 5: Case Katarak Matur

+ Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan kedua mata

menjadi semakin kabur, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari,

pandangan penderita semakin berkabut, penglihatan lebih terang pada pagi

atau malam hari daripada siang hari. Penderita juga mengeluh sulit melihat

jauh dan lebih nyaman membaca tanpa kacamata. Mata merah (-), nyeri (-),

sakit kepala (-), kelopak mata bengkak (-). Kemudian penderita pergi

berobat ke poliklinik mata RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat memakai kacamata penglihatan jauh (+)

Riwayat minum obat steroid jangka panjang disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat trauma disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

Status Gizi

Habitus : Athleticus

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 160 cm

RBW : 92,6% (normoweight)

Status Ekonomi

Cukup

Page 6: Case Katarak Matur

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : baik

Sens : Compos mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respiratory rate : 20 x/menit

Suhu : 36,80C

Status Oftalmologikus

OD OS

Segmen Anterior

Visus 2/60 PH (+) 5/60 1/60 PH (+) 2/60

TIO 15,6 mmHg 13,1 mmHg

KBM orthoforia

GBM

Page 7: Case Katarak Matur

Palpebra Superior Tenang Tenang

Palpebra inferior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsal superior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsal inferior Tenang Tenang

Konjungtiva bulbi Tenang Tenang

Kornea Jernih, Jernih,

COA Sedang, jernih Sedang, jernih

Iris Gambaran baik Gambaran baik

Pupil Bulat, Sentral,

RC (+), Ø 3 mm

Bulat, Sentral,

RC (+), Ø 3 mm

Lensa Keruh, Shadow test (-) Keruh, Shadow test (-)

Segmen Posterior

Refleks fundus (+) (+)

Papil Sulit dinilai Sulit dinilai

Makula Sulit dinilai Sulit dinilai

Retina Sulit dinilai Sulit dinilai

II.4. DIAGNOSIS

Katarak matur ODS

II.5. PENATALAKSANAAN

- MRS

-Informed consent

-Rencana Extraksi Cataract Extra Capsular (ECCE) + Intra Ocular Lens (IOL)

oculi sinistra

Page 8: Case Katarak Matur

-Cek lab darah rutin dan kimia darah

-Rontgen thorax PA

-Konsul penyakit dalam

-Pro keratometri

-Pro biometri

-Pro USG B-Scan

II.6. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Page 9: Case Katarak Matur

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Pengertian Katarak

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan

tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat

dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan

menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

Gambar 1. Lensa yang mengalami katarak

     

Page 10: Case Katarak Matur

 Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.

III.2 Etiologi Katarak

       Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data

statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita

katarak. Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang

akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab

utama kebutaan di dunia.

Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein

lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda,

bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di

masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera

pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar

ultraviolet.

Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol,

dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang tinggi), dapat

meningkatkan risiko terjadinya katarak.

Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air

matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa

menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat

selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata

Page 11: Case Katarak Matur

tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah

sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.

III.3 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan penyebabnya katarak dapat dibagi menjadi :

1. Katarak akibat penuaan (Aging related cataract)

Ada 3 tipe utama katarak yang berhubungan dengan usia adalah nuclear,

kortikal dan katarak subcapsular posterior. Pada banyak pasien, bisa timbul

lebih dari satu tipe.

Katarak Nuklear

Katarak nuclear adalah sclerosis dan penguningan yang berlebihan

pada lensa. Dimana sebenarnya secara fisiologis lensa memang

mengalami sclerosis dan penguningan sesuai dengan pertambahan

umur. Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada fungsi visual.

Apabila sclerosis dan penguningan lensa ini sudah berlebihan maka ia

disebut katarak nuclear. Cara mengevaluasi katarak nuclear adalah

dengan menggunakan slit-lamp biomicroscope dan dengan memeriksa

refleks warna merah dengan dilatasi pupil.

Page 12: Case Katarak Matur

Gambar 2. Katarak Nuklearis

Ciri-ciri katarak nuclear:

Perkembangannya lambat

Biasanya bilateral dan mungkin asimetris

Menyebabkan penurunan penglihatan jauh dibandingkan

penglihatan dekat.

Pada stadium awal, karena proses pengerasan dari nucleus lensa,

seringkali terjadi peningkatan indeks refraksi lensa yang berakibat

terjadi myopic shift pada refraksi (myopia lentikuler). Pada

beberapa kasus, myopc shift dapat membuat orang-orang dengan

presbiopi dapat membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut

juga sebagai second sight (penglihatan sekunder).

Adakalanya, perubahan yang kasar pada indeks refraksi antara

sklerotik nucleus (atau opasiti lensa yang lain) dan lensa korteks

dapat menyebabkan monocular diplopia.

Gangguan penglihatan warna, khususnya warna biru.

Penurunan fungsi photopic retinal.

Pada kasus lanjut, nucleus lensa akan menjadi semakin opaque dan

coklat yang disebut dengan brunescent katarak nuclear.

Katarak Kortikal

Page 13: Case Katarak Matur

Perubahan komposisi ionic dari korteks lensa dan perubahan

subsekuen pada hidrasi dari serat lensa akan mengakibatkan

opasifikasi kortikal.

Gambar 3. Katarak Kortikalis

Ciri-ciri katarak kortikal :

Biasanya bilateral, namun paling sering asimetris.

Efeknya pada fungsi visual sangat bervariasi tergantung lokasi

opasifikasi relative pada axis visual.

Gejala umum dari katarak kortikal adalah silau terhadap

sumber cahaya fokal, missal lampu mobil.

Diplopia mononuclear.

Progresivitas katarak kortikal sangat bervariasi. Dapat sangat

lambat atau malah begitu cepat.

Pemeriksaan katarak kortikal adalah dengan slit-lamp. Dimana

awalnya terdapat gambaran vakuola dan celah air pada korteks

anterior dan posterior.

Katarak hipermartur terjadi ketika material degeneratif kortikal

bocor melewati kapsul lensa, dan meninggalkan kapsul

menjadi mengerut.

Page 14: Case Katarak Matur

Katarak morgagni terjadi ketika likuefaksi lanjut dari korteks

menyebabkan pergerakan bebas dari nucleus di dalam kantong

kapsular.

Katarak Subkapsularis Posterior

Katarak subcapsular posterior sering terjadi pada pasien dengan usia

yang lebih muda dari katarak kortikal dan nuclear. Lokasinya di

lapisan kortikal posterior dan biasanya axial. Pasien sering mengeluh

silau dan penglihatan yang jelek pada kondisi cahaya tertutup. Tajam

penglihatan dekat menurun lebih banyak dibandingkan tajam

penglihatan jauh. Monocular diplopia. Pemeriksaan terbaik katarak

subkapsular posterior adalah dengan menggunakan slit-lamp dalam

kondisi pupil dilatasi.

Gambar 4. Katarak Subkapsularis Posterior

2. Katarak Traumatika

Dapat mengenai sebagian atau seluruh lensa, rosette katarak dapat

mengenai seluruh lensa, rosette katarak dapat mengenai seluruh lensa.

Bentukan opasifikasi stellata atau rosete.

Page 15: Case Katarak Matur

Lokasi biasanya di axial dan melibatkan bagian posterior lensa.

Kadang, trauma tumpul dapat menyebabkan dislokasi dan pembentukan

katarak.

3. Katarak Metabolik

Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti :

o Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kekeruhan lensa, indeks

refraktifnya, dan amplitudo akomodasinya. Saat tingkat gula darah

meningkat, kandungan glukosa di cairan aqueous juga meningkat. Karena

glukosa dari aqueous memasuki lensa dengan difusi, kandungan glukosa

pada lensa akan meningkat juga. Sebagian glukosa diubah oleh enzim

aldosereductase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolism tetapi tetap

dalam lensa.

Secara subsekuen, tekanan osmotik menyebabkan peningkatan air ke

dalam lensa yang mengarah ke pembengkakan dari fiber lensa. Keadaan

hidrasi lenticular dapat mempengaruhi kekuatan refraksi lensa. Pasien

dengan diabetes dapat menunjukkan perubahan refraksi transient yang

diakibatkan perubahan gula darah. Pergeseran myopic akut dapat

mengindikasikan diabetes belum terdiagnosa atau yang tidak terkontrol.

Orang dengan diabetes memiliki penurunan amplitude akomodasi

dibandingkan dengan control orang yang seumur, dan presbiopi dapat

muncul pada usia yang lebih muda pada pasien diabetes daripada yang

tidak menderita diabetes.

Katarak adalah penyebab umum dari kelainan visual pada pasien dengan

diabetes. Meskipun 2 tipe dari katarak secara klasik ditemukan pada

pasien ini, pola lain juga dapat ditemukan.

Page 16: Case Katarak Matur

1. True diabetic cataract atau snowflake cataract : terjadi bilateral,

perubahan lensa subkapsular yang luas, dan progresifitas yang akut,

dan biasa terjadi pada orang usia muda dengan DM tidak terkontrol.

Opasitas subkapsular superficial korteks lensa anterior dan posterior.

Vakuola muncul di kapsul lensa dan terbentuklah celah yang

mendasari korteks di bawahnya. Intumesensi dan maturitas dari

katarak kortikal mengikuti secara cepat sesudahnya. Peneliti percaya

bahwa perubahan metabolic dihubungkan dengan true cataract diabetic

pada manusia dipadukan pada penelitian katarak sorbitol pada hewan

percobaan. Meskipun true diabetic cataract jarang ditemukan pada

praktek sehari-hari, setiap katarak kortikal bilateral yang matang

secara cepat pada anak-anak atau dewasa muda harus mengingatkan

klinisi pada kemungkinan DM.

2. Senescent cataract adalah tipe kedua yang sering ditemukan pada

pasien diabetes. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada pasien ini

mempunyai peningkatan resiko dari perubahan lensa yang

berhubungan dengan perubahan usia yang tidak dapat dibedakan dari

katarak non-diabetic yang berhubungan dengan usia, dan bahwa

perubahan lensa mengarah pada usia lebih muda daripada pasien yang

tidak menderita DM. Resiko tinggi dari katarak yang berhubungan

dengan usia pada pasien dengan diabetes mungkin merupakan hasil

dari akumulasi sorbitol pada lensa, perubahan hidrasi subsekuen, dan

peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik.

o Galaktosemia

Galaktosemia adalah ketidakmampuan merubah galaktose menjadi

glukosa yang diturunkan secara autosomal resesif. Sebagai

konsekuensi dari ketidakmampuan ini , akumulasi galaktose berlebihan

Page 17: Case Katarak Matur

di jaringan tubuh, dengan konversi metabolic yang lebih lanjut dari

galaktose menjadi galaktitol (ducitol), gula alcohol dari galaktose.

Galaktosemia dapat merupakan hasil dari kelainan pada satu dari tiga

enzim yang berperan pada metabolisme dari galaktose : Galaktose-1

phospat uridyl transferase, galactokinase, atau UDP-galactoce-4-

epimerase. Bentuk yang paling umum dan paling parah diketahui

sebagai galaktosemia klasik, disebabkan dari kelainan enzim

transferase.

Pada galaktosemia klasik, symptom dari malnutrisi, hepatomegali,

kuning dan defisiensi mental timbul pada beberapa minggu pertama

kehidupan. Penyakit ini fatal atau berbahaya jika tidak terdiagnosa atau

tidak diobati. Diagnosis dari galaktosemia klasik dapat dikonfirmasi

dengan adanya substansi non glukosa reducing galaktosa di urin.

Pada pasien dengan galaktosemia klasik, 75 % akan menjadi katarak,

biasanya pada beberapa minggu setelah lahir. Akumulasi dari

galaktose dan galaksitol pada sel lensa mengarah ke peningkatan

tekanan osmotic intaselular dan peningkatan cairan ke dalam lensa.

Secara tipikal, nucleus dan korteks terdalam menjadi bertambah opak,

menyebabkan penampakan “oil droplet” pada retroiluminasi.Jika

penyakit dibiarkan tidak diobati, katarak meningkat menjadi opasitas

menyeluruh dari lensa. Pengobatan galaktosemia termasuk

menghilangkan susu dan produk susu dari diet. Pada beberapa kasus,

bentukan katarak awal dapat dicegah dengan diagnosis yang cepat dan

intervensi diet.

Defisiensi dari dua enzim lain, galaktokinase dan epimerase, dapat

juga menyebabkan galaktosemia. Defisiensi ini jarang, bagaimanapun

dapat menyebabkan kelainan yang tidak parah. Katarak yang

disebabkan defisiensi enzim dapat terlihat, tetapi mengarah ke

Page 18: Case Katarak Matur

kehidupan yang lebih lanjut daripada yang terlihat pada galaktosemia

klasik.

o Hipokalsemia (Katarak Tetanic)

Katarak dapat muncul diasosiasikan dengan kondisi apapun yang

berakibat hipokalsemia. Hypokalsemia dapat idiopatik, atau dapat

muncul sebagai hasil dari destruksi yang tidak diharapkan dari kelenjar

parathyroid selama pembedahan tyroid, biasanya bilateral, katarak

hipokalsemi mempunyai opasitas punctat yang berwarna-warni pada

korteks anterior dan posterior yang berada antara kapsul lensa dan

biasanya terpisah dari itu oleh daerah lensa yang jelas. Opasitas yang

terpisah ini dapat stabil atau matang menjadi katarak kortikal komplit.

o Wilson Disease (Degenerasi Hepatolenticular)

Wilson Disease merupakan kelainan metabolisme tembaga yang

diturunkan secara autosomal resesif. Karakteristik manifestasi okuler

dari Wilson Disease adalah Kayser-Fleischer Ring, perubahan warna

coklat emas dari membrane descement sekitar pinggir kornea. Sebagai

tambahan dapat juga muncul katarak Sunflower. Pigmen coklat

kemerahan disimpan pada kapsul lensa anterior dan korteks

subkapsular pada bentukan stellata yang menyerupai bunga matahari.

Pada kebanyakan kasus katarak sunflower tidak menyebabkan

kelainan visual yang serius.

o Distrofi Miotonik

Page 19: Case Katarak Matur

Dystrofi miotonik adalah kondisi yang diturunkan autosomal dominant

dengan ciri-ciri: penundaan relaksasi otot yang berkontraksi, ptosis,

kelemahan otot wajah, defek konduksi jantung, dan pada pasien pria

dapat terjadi kebotakan di bagian frontal yang prominen. Pasien

dengan gangguan ini secara khas berkembang suatu kristal iridesensi

polikromatik pada korteks lensanya dengan secara sekuen adanya

katarak subkapsular posterior untuk menyempurnakan opasifikasi

kortikal. Secara struktur ultra, kristal ini melingkar membentuk ulir

dari plasmalemma dari serta lensa. Secara subsekuen, ada bentuk

katarak subkapsulat posterior dan opasifikasi dari korteks lensa.

4. Katarak akibat defisiensi nutrisi

Walaupun defisiensi nutrisi telah terbukti menyebabkan katarak pada

percobaan binatang, etiologi ini sulit dibuktikan pada manusia. Epidemiologi

melaporkan lebih dari dekade yang lalu memiliki konflik informasi pada

subjek ini. Beberapa penelitian menyarankan bahwa multivitamin, vitamin

A,vitamin C, vitamin E, miasin, tiamin, riboflavin, beta karotene, dan banyak

protein mungkin memiliki efek protektif, pada perkembangan katarak.

Penelitian lain telah menemukan bahwa Vitamin C dan E memiliki efek yang

sangat sedikit atau tidak sama sekali pada perkembangan katarak. Baru-baru

ini Age-Related Eye Disease Study (AREDS) menunjukkan bahwa lebih dari

7 tahun,intake yang tinggi dari vitamin C dan E, dan beta karotene tidak

mengurangi perkembangan atau progresivitas dari katarak. Bagaimanapun

juga, penggunaan vitamin dosis tinggi membawa resiko. Perokok yang

menggunakan dosis tinggi vitamin A dan beta karotene memperlihatkan

peningkatan dari resioko kanker paru, kematian dari kanker paru dan kematian

dari penyakit kardiovaskular.

Page 20: Case Katarak Matur

Lutein dan zeaxanthin merupakan karotenoid yang ditemukan pada lensa

manusia dan penelitian baru-baru ini menunjukkan penurunan pada resiko

katarak dengan peningkatan frekuensi intake makanan kaya lutein

(bayam,sayur hijau,brokoli). Makan bayam yang dimasak, lebih dari dua kali

seminggu dapat menurunkan resiko katarak. Penurunan resiko ini tidak

berhubungan dengan gaya hidup sehat. Sebaliknya, pada efek-efek seperti

diet suplemen, diare yang berat, dihubungkan dengan dehidrasi yang berat

dapat mengarah pada peningkatan resiko katarak. Suatu studi prospektif pada

laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan

resiko terjadinya katarak subkapsular posterior dan sclerosis nuklear pada

keduanya.

5. Katarak Komplikata

Merupakan katarak yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit yang ada di

dalam mata tersebut seperti uveitis. Perubahan lensa sering timbul menjadi

uveitis kronik dan/ atau berhubungan dengan terapi kortikosteroid. Biasanya

katarak subkapsular posterior muncul, perubahan lensa anterior juga muncul.

Susunan dari synechiae posterior sering terjadi pada uveitis, sering dengan

robeknya lensa anterior, dimana mungkin berkaitan dengan membrane

popullary fibrous. Perubahan lensa pada katarak sekunder menjadi uveitis

mungkin berkembang menjadi katarak matur. Deposit Kalsium mungkin

didapatkan di kapsul anterior atau di dalam substansi lensa.

Susunan katarak kortikal terjadi lebih dari 70% kasus dari Fuchs

Heterochromic uveitis karena posterior synechiae jarang timbul pada sindrom

ini, susunan dari membrane pupil tidak sama dan terapi kortikosteroid

kroniktidak ada indikasi. Ekstraksi katarak pada pasien dengan Fuchs

Heterochromic uveitis pada umumnya memiliki prognosis lebih baik.

Perdarahan bilik mata depan intraoperative telah dilaporkan 25% kasus.

Page 21: Case Katarak Matur

6. Katarak Diinduksi Obat

Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak

subcapsular posterior. Angka kejadiannya bergantung apada dosis dan lama

pemakaian dan penerimaan individu terhadap paparan kortikosteroid. Katarak

terjadi pada pemberian kortikosteroid secara: sistemik, topical,

subkonjungtiva, dan inhalasi. Sebagai contoh, pada pengobatan dermatitis di

kelopak mata secara topical dalam jangka waktu yang lama.

Dalam suatu penelitian terhadap pasien yang diobati dengan prednisolon oral

dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% diobati dengan 10 mg/hari terjadi

katark, seperti sebelumnya 30% menerima 10-15 mg/hari dan 80 % mendapat

15 mg/hari . pada penelitian lain, setengah dari pasien menerima topical

kortikosteroid diikuti keratoplasty menyebabkan katarak setelah menerima

kira-kira 2,4 tetes per hari 0,1 % dexamethason dalam periode 10,5 bulan.

Phenothiazines

Phenothiazine, merupakan grup utama dari pengobatan psycothropic, dapat

menyebabkan deposit pigmentasi di epitel lensa anterior pada suatu

konfigurasi axial. (Gambar5.9) Deposit ini muncul tergantung pada dosis dan

lama pemakaian. Perubahan visual dihubungkan dengan penggunaan

phenothiazineumumnya tidak significan.

Miotic

Antikolinesterase dapat menyebabkan katarak. Insiden kataak meningkat 20%

setelah penggunaan 55 bulan pilokarpine dan 60% pada pasien yang

menggunakan fosfolipin iodine. Biasanya katarak muncul dalam bentuk

vakuola kecil di bagian dalam posterior sampai anterior kapsul dan epitel

lensa. Vakuola ini dapat dilihat dengan retroilluminasi. Katarak ini dapat

berkembang ke kortikal posterior dan inti lensa dan berubah. Katarak ini

Page 22: Case Katarak Matur

terjadi pada pasien yang menggunakan antikolinesterase jangka panjang dan

dosis yang lebih sering. Biasanya terjadi pada pasien usia lanjut dan pada

anak-anak belum dilaporkan.

Amiodarone

Amiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat menyebabkan deposisi

pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga dideposit di epitel kornea dan

jarang menyebabkan neuropati optic.

Statin

Percobaan pada anjing dengan menggunakan 3-hidroksil-3metilglutaril

coenzim A (HMG CoA) reduktase inhibitor dikaitkan dengan timbulnya

katarak dengan menggunakan dosis berlebihan. Namun penggunaan statin

pada manusia tidak menunjukkan peningkatan resiko katarak. Namun

demikian, pnggunaan serempak simvastatin dan eritromisin dapat dikaitkan

dengan peningkatan 2-3 kali lipat resiko katarak

7. Katarak Kongenital

Berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama

terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah

didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali

mengakibatkan keruhnya seluruh lensa Kongenital

Page 23: Case Katarak Matur

Gambar 5. Katarak Kongenital

Berdasarkan densitasnya, katarak dibagi menjadi :

1) Katarak imatur

Katarak imatur merupakan stadium dimana kekeruhan pada lensa belum

mengenai seluruh bagian lensa. Pada katarak imatur tampak lensa yang

mencembung karena mengalami hidrasi.

2) Katarak matur

Pada katarak matur terjadi kekeruhan diseluruh bagian lensa, terjadi

perubahan bentuk lensa kembali seperti semula.

Page 24: Case Katarak Matur

Gambar 6. Katarak Matur

3) Katarak hipermatur

Pada katarak hipermatur, terjadi pengerutan lensa karena korteks lensa telah

mencair sehingga air keluar dari lensa dan membuat bentuk lensa menjadi

keriput.

Berdasarkan umur katarak dapat dibagi menjadi :

1. Katarak Juvenilis ( kurang dari 20 tahun)

2. Katarak Presenilis (20 - 50 tahun)

3. Katarak Senilis (diatas 50 tahun)

III.4 Manifestasi klinis

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

Peka terhadap sinar atau cahaya.

Dapat melihat dobel pada satu mata.

Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

III.5 Pemeriksaan

Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita

terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan

tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh

Page 25: Case Katarak Matur

setelah katarak berkembang sekitar 3—5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya

menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.  

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan

mata meliputi segmen anterior mata yang berupa palpebra, konjungtiva, kornea bilik

mata depan, iris, pupil, dan lensa. Pemeriksaan lensa pada katarak yaitu shadow test

(tes bayangan iris). Tes bayangan iris ini dilakukan untuk mengetahui derajat

kekeruhan pada lensa. Jika lensa belum keruh sepenuhnya pada katarak immatur akan

didapat pantulan bayangan iris pada lensa karena cahaya yang mengenai iris

dipantulkan oleh bagian lensa yang keruh. Sedangkan pada katarak matur dimana

kekeruhan telah mengenai seluruh lensa maka tidak ada bayangan yang dibentuk

karena semua cahaya langsung dipantulkan dianggap tes bayangannya negatif.

Sebelum operasi juga dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :

Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah ada yang

menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk menghindari kebuntuan

aliran air mata yang akan mempermudah berkembangbiaknya kuman yang dapat

mengakibatkan infeksi paska operasi sehingga hasil operasi tidak optimal.

Penilaian segmen posterior mata dengan USG dan funduskopi, untuk menilai

prognosis setelah operasi.

Keratometri, merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkungan kornea

sehingga bisa memperkirakan kekuatan lensa intra okular yang akan dipasang.

Biometri, untuk mengetahui panjang aksis visual dan berapa kekuatan lensa yang

diperlukan untuk ditanam.

III.6 Operasi Pada Katarak

Indikasi operasi katarak :

Page 26: Case Katarak Matur

1. Mengganggu pekerjaan/ aktivitas

2. Rehabilitasi visus (terapetik)

3. Diagnostik segmen posterior

4. Mencegah komplikasi

5. Kosmetik

Macam-macam operasi katarak antara lain :

Intracapsular Cataract Extraction (ICCE )

ICCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan

kapsul-kapsulnya.

Indikasinya : pada peralatan yang terbatas, pada katarak yang tidak stabil,

intumesen, hipermatur, dan luksasi.

Kontraindikasi absolut : katarak pada anak-anak dan dewasa muda, kasus-kasus

ruptur kapsul karena trauma.

Kontraindikasi relatif : high myopia, sindrom Marfan, katarak Morgagnian, dan

keluarnya vitreus ke dalam bilik mata depan.

Keuntungan : tidak terjadi katarak sekunder, tidak memerlukan peralatan yang

canggih.

Kerugian : penyembuhan luka yang lebih lambat karena luka insisi yang lebar,

rehabilitasi visus yang tertunda, resiko astigmatisme yang besar karena tarikan

akibat jahitan lebih banyak, resiko inkarserasi iris lebih besar, dan resiko

terjadinya prolaps vitreus.

Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)

Page 27: Case Katarak Matur

ECCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan

meninggalkan kapsul posterior sebagai cangkang untuk pemasangan IOL ( Lensa

Intra Okular).

Kontraindikasi : bila zonula zinni tidak memungkinkan untuk mendukung

dilakukannya ECCE dan pemasangan IOL

Keuntungan : resiko prolaps iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat

dibanding ICCE, resiko prolaps vitreus lebih kecil.

Kerugian : membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih mahal dari ICCE

Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Operasi katarak yang merupakan pengembangan dari ECCE dengan melakukan

insisi 2 mm dari limbus sehingga tidak mengenai kornea.

Keuntungan : resiko astigmatisme lebih kecil dibandingkan ECCE, resiko prolaps

iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat.

Kerugian : butuh pengalaman yang cukup untuk melakukan operasi.

Fakoemulsifikasi

Operasi katarak terbaru yang menggunakan getaran suara untuk mengemulsi isi

lensa sehingga lebih mudah dikeluarkan dan tidak memerlukan insisi yang luas.

Keuntungan : lebih cepat dan tidak menimbulkan luka operasi yang lebar

sehingga penyembuhan operasi sangat cepat.

Kerugian : alat yang mahal dan diperlukan tenaga profesional untuk

melaksanakan operasi ini.

Lensa Intraokular

Terbuat dari bahan polimetilmetakrilat

Mempunyai optik

Mempunyai kaki (haptik) agar lensa tetap pada tempatnya

Page 28: Case Katarak Matur

Gambar 7. IOL

Indikasi penanaman lensa intraokular :

1. Katarak monokular

2. Usia muda (produktif)

Kontraindikasi :

1. Katarak kongenital

2. Uveitis berulang

3. Glaukoma berat

4. Distrofi endotel kornea

5. Afakia pada fellow eye

II.7 Pencegahan

Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan

katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak :

Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari

bisa Mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.

Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.

Page 29: Case Katarak Matur

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu

normal pada penderita diabetes mellitus.

Makanan-makanan sumber riboflavin di antaranya susu, daging, sayur, telur

sayuran hijau seperti kol, brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals).

Page 30: Case Katarak Matur

BAB IVANALISA KASUS

Penderita adalah seorang laki-laki berusia 71 tahun, datang dengan keluhan

utama penglihatan kedua mata terasa kabur. Dari anamnesis didapatkan bahwa tajam

penglihatan menurun perlahan tanpa disertai keluhan mata merah dan nyeri. Dari

keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa dignosis

banding penyakit mata yang ditandai dengan penurunan visus perlahan mata tenang,

diantaranya yaitu katarak, kelainan refraksi, glaukoma kronis, ambliopia,

retinoblastoma dan retinopati. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menyingkirkan

diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

Kemungkinan ambliopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari

identifikasi dimana penderita berusia sudah berusia 71 tahun. Ambliopia adalah

berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya perkembangan

visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun. Pada

penderita ini penurunan visus mulai terjadi sejak dua tahun terakhir sedangkan

sebelumnya penglihatan normal. Retinoblastoma merupakan kelainan kongenital

yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1-2 tahun. Pada pasien retinoblastoma,

penurunan visus secara perlahan biasanya disertai dengan perubahan gerak bola mata

menjadi strabismus, pelebaran pupil dengan refleks warna kuning mengkilat

(amourotic cat’s eye), dan meningkatnya tekanan intraokuler.

Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis dimana

penderita tidak mengeluhkan gambaran pelangi di sekitar lampu (halo) maupun

merasakan sakit kepala yang hilang timbul. Dari pemerikan tonometri dengan

tonometri Schiotz tidak terdapat peningkatan tekanan intraokuler (TIOD = 15,6

mmHg, TIOS = 13,1 mmHg).

Page 31: Case Katarak Matur

Kemungkinan retinopati tidak dapat ditegakkan, karena pemeriksaan

opthalmologis pada segmen posterior mata kanan untuk menilai ada tidaknya

degenerasi atau kelainan dari retina sulit dilakukan karena adanya kekeruhan lensa,

pada funduskopi hanya didapatkan refeleks fundus yang samar-samar. Retinopati

biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya penyakit kardiovaskuler,

penyakit darah, gangguan metabolisme dan endokrin. Dari anamnesis pada penderita

ini tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat menyebabkan retinopati misalnya

penyakit darah, hipertensi ataupun penyakit diabetes mellitus.

Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan terhadap penderita, didapatkan visus

mata kanan 2/60 dan visus mata kiri 1/60. Pada pemeriksaan segmen anterior mata

kanan ditemukan kekeruhan pada lensa disertai shadow test (-) yang menunjukkan

tanda katarak matur.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini didiagnosis

dengan katarak matur subkapsularis posterior ODS.

Pada pasien ini telah direncanakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)

dan penanaman intra okuler lensa (IOL). Pertimbangan pemilihan ECCE adalah

karena ukuran insisi yang diperlukan lebih kecil sehingga timbulnya trauma pada

pada endotel kornea lebih sedikit. Kapsul posterior yang intak dapat menempatkan

IOL pada posisi anatomis yang lebih baik, mengurangi mobilitas iris dan vitreus,

serta mengurangi insiden cystoid macular edema, ablasi retina dan edema kornea,

Kapsul posterior yang intak juga mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme,

yang mungkin terdapat pada bilik mata depan saat operasi, ke dalam badan vitreus

dan menyebabkan endopthalmitis. Pemasangan IOL dilakukan karena dianggap lebih

praktis jika dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata afakia yang suatu saat

harus diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh pasien. Selain itu,

pemasangan IOL tidak ada kontraindikasi kecuali orang yang menderita uveitis.

Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam

kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali

Page 32: Case Katarak Matur

normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada

penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.

Page 33: Case Katarak Matur

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI, hlm : 128-136

2. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Widya Medika. 1995

3. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar – Tehnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit

Mata. Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

4. James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :

Erlangga. Hlm : 76-79.

5. http://www.erfins.multiply.com.journalitem43 - 19k . Sumber : American

Academy of Ophthalmology.

6. http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html

7. Young RW. Age-Related Cataract. New York : Oxford University Press;

1991.