bab i - bab iii

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran, hadits mempunyai fungsi sebagai penguat atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al- Quran dan penjelas atas ayat-ayat yang bersifat mujmal. Hadits mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia sebagai pedoman dan petunjuk hidup di samping berpedoman pada Al-Quran. Pada makalah ini akan dibahas tentang tingkah laku tercela antara lain buruk sangka, ghibah dan larangan berbuat boros. Selain membahas tingkah laku tercela, juga akan dibahas mengenai ajakan berbuat pada kebaikan dan menjauhi yang bersifat kemunkaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini meliputi: 1. Apa saja yang termasuk dalam tingkah laku tercela? 1

Upload: satria-wijaya

Post on 03-Jul-2015

1.468 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran,

hadits mempunyai fungsi sebagai penguat atas dalil-dalil yang terdapat dalam

Al-Quran dan penjelas atas ayat-ayat yang bersifat mujmal. Hadits

mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia sebagai

pedoman dan petunjuk hidup di samping berpedoman pada Al-Quran.

Pada makalah ini akan dibahas tentang tingkah laku tercela antara lain

buruk sangka, ghibah dan larangan berbuat boros. Selain membahas tingkah

laku tercela, juga akan dibahas mengenai ajakan berbuat pada kebaikan dan

menjauhi yang bersifat kemunkaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

makalah ini meliputi:

1. Apa saja yang termasuk dalam tingkah laku tercela?

2. Menyebutkan hadits tentang ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi

yang munkar?

3. Apa keutamaan mengajak kepada kebaikan?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada makalah ini adalah:

1

1. Macam-macam tingkah laku tercela

2. Hadits tentang ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar.

3. Keutamaan mengajak kepada kebaikan.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui macam-macam tingkah laku tercela.

2. Mengetahui hadits tentang ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang

munkar.

3. Mengetahui keutamaan mengajak kepada kebaikan.

E. Kegunaan Penulisan

Kegunaan penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hadits”..

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca pada

umumnya.

3. Sebagai perbendaharaan bahan kajian mata kuliah “Hadits”.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tingkah Laku Tercela

1. Buruk Sangka (Suuzhan)

Buruk sangka adalah merupakan suatu perbuatan yang timbulnya

dari lidah, tidak ada buruk sangka terhadap seseorang, jika lidah tidak

bicara atau mengata-ngatai.

Prasangka dihasilkan dari perbuatan dan perkataan seseorang atau

gerak-gerik orang yang mendapat tuduhan tertentu dari orang lain.

Biasanya prasangka timbul bila seseorang berada dalam situasi yang sulit.

Secara psikologis prasangka dapat melahirkan kecenderungan hati untuk

menuduh orang lain yang menganggap jelek diri kita.

�ب�ى ع�ن� ة� ا ر� ي��� ي� ه ر� ض��� ه الل��ه ر� �ن� ع�ن��� أو�ل� س �ه� الله ص�ل�ى الله� ر� �ي �م� ع�ل ل ، و�س� ق�ال� م� �اك �ي �ن� والظ�ن� ا �ذ�ب الظ�ن� ف�إ �ك �ث� ا الح�د�ي

عليه( )متفق

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,

jauhilah berburuk sangka, karena sebagian buruk sangka itu bicara hati

yang paling dusta.” (H.R. Muttafaqun ‘alaih).

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwasannya Rasulullah SAW

melarang untuk tidak berburuk sangka kepada orang lain agar dapat

3

terhindar dari perasaan saling mencurigai yang menyelimuti di dalam diri

kita.

Adapun yang dinamakan dengan “Azh-Zhonna” ialah ma la

yutsaqu yang artinya: apa yang tidak dapat dipercaya akan kebenarannya,

tetapi kadang-kadang dapat berubah menjadi meyakinkan apabila

prasangka kita itu benar adanya. Oleh karena itu, janganlah mudah percaya

begitu saja akan suatu berita dan juga jangan menolaknya, tetapi

hendaklah terlebih dahulu kita mencari bukti-buktinya. Dan bahwasannya

prasangka yang berdosa itu adalah menyangka orang yang baik dengan

sangkaan yang jahat.

Kita dapat mengambil pelajaran dari hadits di atas, bahwasannya

kita dilarang berburuk sangka terhadap orang lain. Kita dianjurkan untuk

berbaik sangka walaupun itu salah, artinya prasangka kita itu salah maka

kita tidak akan berdosa karena kita menyangka yang baik, sedangkan jika

kita menyangka akan yang jahat maka kita akan mendapat dosa.

2. Ghibah

�ب�ى و�ع�ن� ة� ا ر� ي��� ي� ه ر� ض��� ه الل��ه ر� �ن� ع�ن��� أو�ل� س �ه� الله ص�ل�ى الله� ر� �ي �م� ع�ل ل : و�س� ق�ال�و�ن� �د�ر �ت �ة ؟ ا �ب �غ�ي و�ا: لل��ه م�ال و� ق�ال س�� و�ر� ه ل��

ك� ر : ذ�ك��� ال� . ق��� �م �ع�ل اك� ا �خ��� ا ا �م��� ه ، ب ر� �ك��� ي�يت� ا ر� �ف����� : ا ل� �ن� ق�ي����� ان� إ �خ�ى ف�ى ك����� ا

؟ �ق و�ل اا �ن� م��� : إ ال� ان� ق��� ه� ك��� �ق و�ل ف�ي��� ات م���

4

�ه �ت �ب �ن� ف�ق�ذ�اغ�ت �م� و�إ ن� ل �ك �ه� ي �ق و�ل ف�ي ف�ق�د� م�ات �ه �ه�ت مسلم( )رواه ب

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah SAW bertanya:

”Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat berkata:

”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. ”Rasulullah SAW bersabda:

”yaitu apabila kamu menceritakan keadaan saudaramu yang membuatnya

tidak suka.” Ada seorang sahabat bertanya: ”Lalu bagaimana apabila

pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya

ungkapkan?” Beliau menjawab: ”Apabila cerita yang kamu ceritakan itu

sesuai dengan kenyataan maka engkau telah mengghibahnya. Dan apabila

ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah

berdusta atas namanya.” (H.R. Muslim)

Hadits di atas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan

kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan

suka meskipun hal itu benar, sedangkan menceritakan sesuatu yang tidak

sebenarnya terjadi merupakan suatu kebohongan.

Ghibah dan kebohongan merupakan perbuatan yang dilarang

dalam Islam dan pelakunya akan di azab oleh Allah SWT. Selain itu,

ghibah memicu permusuhan dan pertengkaran di antara sesama muslim.

Orang yang melakukannya bagaikan memakan daging bangkai

saudaranya.

5

Sebagai mana firman Allah SWT:

Artinya:

“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang

suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu

merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Hujuraat:

12)

Oleh karena itu, hendaklah bagi umat Islam untuk menjaga

perkataannya agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang

lain sehingga tidak terjerumus ke dalam perbuatan ghibah. Seorang yang

telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain,

sesungguhnya ia telah berbuat dosa

Selain itu, apabila orang yang diceritakan tersebut mendengar

bahwa kejelekannya diceritakan, tentu ia akan marah dan akan

menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap orang Islam harus

berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih baik

diam, karena diam itu akan lebih menyelamatkannya baik di dunia

maupun di akhirat.

Sebagai mana dikatakan dalam hadits di bawah ini:

6

�ب�ى ع�ن� ة� ا ر� ي��� ي� ه ر� ض��� ه الل��ه ر� ع�ن� ع�ن���

�ى� �ب �ه� الله ص�ل�ى الن �ي �م� ع�ل ل : م�ن� و�س��� ال� ق���ان� ؤ�م�ن ك��� � ي�� �و�م �ي الله�و�ال ر� ب��� �خ��� ل� ��ال �ق�� �ي ف�ل

م ت� �س������� �ي و�ل� اأ Kر� ي و البخ������ارى )رواه خ�

مسلم(

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda: ”Barang siapa

beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia selalu berkata

baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila mendengar seseorang melakukan ghibah atau

membicarakan hal-hal kotor lainnya tentang seseorang, hendaklah

menghindari orang tersebut agar terhindar dari perbuatan tercela. Dan

kalau mampu, tegurlah orang tersebut agar ia tidak membicarakan

kejelekan orang lain.

Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Dan apabila mereka mendengar Perkataan yang tidak bermanfaat,

mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi Kami amal-

amal Kami dan bagimu amal-amalmu, Kesejahteraan atas dirimu, Kami

tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (Q.S. Al-Qashash: 55)

7

Sebenarnya, tidak semua ghibah itu dilarang. Ada beberapa ghibah

yang dibolehkan kalau bertujuan untuk kemaslahatan atau karena terpaksa

mengutarakannya, antara lain sebagai berikut:

a. Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim

b. Meminta bantuan orang demi mengubah kemunkaran dan

mengembalikan pelaku maksiat agar kembali kepada kebenaran

c. Menyebutkan kejelekan pelaku maksiat yang terang-terangan dalam

melakukan dosa

d. Menasehati agar orang lain jangan tertipu oleh orang yang jahat itu.

Adapun cara taubat bagi orang yang melakukan ghibah, yakni

berkata bohong atau memfitnah seseorang adalah sebagai berikut:

a. Menarik kembali kabar bohong yang ia sampaikan dahulu

b. Meminta maaf atau meminta untuk dihalalkan kepada yang difitnah.

3. Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)

�ب�ى ع�ن� ة� ا �ر� ي ي� ه ر� ض��� ه الل��ه ر� ع�ن��� : ال� ق��� و�ل س �ه� الله ص�ل�ى الله� ر� �ي �ن� ع�ل : إ �م� ل و�س���

�ع�الN الله ى �ت ض�� �ر� م� ي �ك ا ل �K�ث� �ال ر�ه ث ك�� �ك م و�ي لض�ى �ر� �Kاف�ي �ث �ال م� ث �ك �ن� ل د و�ه أ �ع�ب و�ا ت ر�ك ش��� �ت و�ال

�ه� �K ب �أ ي �ن� ش� �ع�ص�م و�ا و�أ �ل� ت ب �ح� � ج�م�عKا الله� ب و�الو�ا ق���� �ف�ر� ر�ه ت N����ك �ك م و�ي ل� ل ال� ق�ي����� و�ق�����

ؤ�ال� W��الس ة ر� �ش� �ض� و�ك �م�ال� و�ا ة ال )رواه ع���مسلم(

8

Artinya:

“Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“sesungguhnya Allah SWT menyukai tiga macam yaitu, kalau kamu

menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu

apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan Allah, dan

janganlah bercerai-berai. Dan Dia membenci bila kamu banyak bertanya

dan memboroskan harta.”

Hadits di atas mengandung enam hal yakni, tiga hal yang disukai

Allah, dan tiga hal yang dibenci Allah, yaitu:

a. Allah menyukai apabila hamba-Nya menyembah kepada-Nya dan

tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun;

b. Allah menyukai apabila hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan

Allah;

c. Allah menyukai apabila hamba-Nya tidak bercerai-berai;

d. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu yang tidak

berguna;

e. Allah membenci hamba-Nya yang memboroskan harta.

Selain mencela sifat kikir, Islam juga mencela orang yang suka

memboroskan uangnya terhadap hal-hal yang tidak berguna, Islam

menghendaki agar umatnya mempunyai sifat hemat dan sederhana tetapi

tidak jatuh pada derajat kikir yang tidak mau mengeluarkan hartanya untuk

kepentingan dirinya maupun orang lain. Begitu juga sifat pemurah tidak

boleh berlebihan sehingga menelantarkan dirinya dan keluarganya.

9

Pengeluaran uang terhadap hal-hal yang tidak perlu dinamakan

pemborosan sehingga merugikan dirinya dan keluarganya. Memang benar

kalau ada yang mengatakan bahwa sifat manusia adalah memiliki banyak

keinginan walaupun belum tentu apakah ia membutuhkannya.

Perbuatan boros sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh orang-

orang yang mempunyai kelebihan uang, tetapi juga pada mereka yang

hidupnya pas-pasan. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang memboroskan

uangnya untuk hal-hal yang diharamkan oleh agama seperti membeli obat-

obatan terlarang dan minuman keras atau mengadakan pesta-pesta lainnya

uang jauh dari tuntutan Islam. Padahal, alangkah lebih baik uang itu

diberikan kepada fakir miskin yang betul-betul membutuhkannya.

Sebagaimana hadits Nabi SAW:

�ن� ع�ن� ب �ب�Y ع م�ر� ع�ي ه� ع�ن� ش�� �ي��� �ب د]ه� ع�ن� ا ج���ض�ي� �ه م� الله ر� : ق�ال� ع�ن و�ل ق�ال� س الل��ه� ر�ل�ى ه� الل��ه ص��� �ي��� �م� ع�ل ل ل� و�س��� ب� ك�� ر� و�اش����س� �ب د�ق و�ال �س� �ة�Y ف�ى و�ت �ل ي �ر�م�ح� )اخرج��ه غ�يواحمد( ابودود

Artinya:

“Dari Amr Putra Syuaib, dari ayahnya, dari kakaknya, ia berkata:

bersabda Rasulullah SAW, makan, minum dan berpakaianlah,

bersedekahlah dengan tidak berlebihan dan bukan tujuan sombong.”

(H.R. Bukhari)

10

B. Ajakan kepada Kebaikan

1. Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar

Artinya:

“Kerjakanlah yang ma’ruf dan jauhi yang munkar dan dengarlah

perkataan yang menarik pendengaranmu yang diucapkan suatu kaum

kepadamu. Jika kamu telah bangkit meninggalkan mereka, lakukanlah

kebaikan itu. Perhatikan pula perkataan yang kau benci yang diucapkan

suatu kaum kepadamu. Dan jika kamu telah bangkit meninggalkan

mereka, jauhilah keburukan itu.” (H.R. Bukhari)

Pekerjaan yang ma’ruf pada hadits ini adalah pekerjaan yang

dibenarkan oleh syara’, seperti shalat, zakat, dan lain-lain. Sedangkan

pekerjaan yang munkar pengertiannya adalah antonim dari pekerjaan yang

ma’ruf. Selanjutnya adalah ajaran untuk mendengarkan sesuatu yang baik

dan memfilter apa-apa yang disampaikan orang lain.

Kalau kita membandingkan dengan fenomena sekarang, dengan

pengalaman hadits tersebut kita harus bisa menghindari tasyabbuh atau

menyerupai sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang non muslim.

Seandainya ditemukan segi-segi positifnya, maka kita gunakan hal

tersebut, tetapi jika sebaliknya, maka janganlah kita mengikutinya.

2. Keutamaan Mengajak kepada Kebaikan

Artinya:“Dari Abi Mas’ud Uqbah bin Amr al-Anshari al-Badri r.a berkata,

Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang menunjukkan (memberikan

11

petunjuk) ke arah kebaikan, maka dia memperoleh pahala seperti pahala

orang yang mengerjakannya.” (H.R. Muslim)2

Demikianlah ganjaran yang akan diperoleh seseorang, apabila

orang tersebut selalu memberikan petunjuk yang baik kepada orang lain.

Dari penerapan hadits ini, maka fungsi syi’ar doktrin Islam akan

berkembang.

Dalam kehidupan juga manusia harus saling menasehati dalam hal

kesabaran, baik sabar dalam menghadapi musibah, mengendalikan emosi

ataupun bermacam-macam bentuk problematika kehidupan yang lainnya,

dan perbuatan yang demikian agar memasukkan kita ke dalam golongan

orang-orang yang rugi, hal ini telah dinyatakan Allah SWT dalam Al-

Quran Surah Al-‘Asr.

12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai hadits yang telah kami kemukakan, maka kami dapat

menyimpulkan bahwasannya ajaran islam mengajarkan kepada kita untuk

tidak berburuk sangka dan menggunjing orang lain serta larangan untuk

berbuat boros. Hendaklah kita berprasangka yang baik terhadap orang lain dan

pergunakanlah harta yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah bagian dari media syi’ar Islam,

dan dua hal yang wajib bagi semua umat Islam. Seorang muslim hendaknya

mengaplikasikan keimanannya dengan mengerjakan semua yang

diperintahkan oleh Allah SWT dan tidak melanggar segala larang-Nya. Setiap

individu muslim mempunyai kewajiban untuk menjalankan syi’ar ajaran Islam

kapan dan dimana saja dia berada, baik berbentuk kongkret atau pun secara

abstrak.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini sangat diharapkan kritik dan saran dari

semua pihak yang sifatnya membangun, karena kita sebagai manusia tidak

luput dari salah dan khilaf.

13

DAFTAR PUSTAKA

- Ad-Damsyiqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi, tth, Asbabul Wurud Jil 1,

Kalam Mulia, Jakarta.

- Al-Hasyim, Sayyid Ahmad, 1993, Syarah al-Hadits,: CV. Sinar Baru,

Bandung.

- Al-Wafi, Mustafa Ahmad, 1993, Syarah Hadits Arbata Imam an-Nawawi,

Pustaka alpKautsar, Jakarta

- Fatah, Abdul, dkk, Ilmu Hadits, makalah

- Sunarto, Ahmad, 1999, Terjemahan Riyadus Shalihin 1, Pustaka Aman,

Jakarta.

14