bab 4 hasil penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/ecolls/doc/bab4/2012-2-01136-mc...
TRANSCRIPT
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini peneliti akan memaparkan atau menguraikan data serta hasil
penelitian dari permasalahan yang telah dirumuskan di ruang lingkup pada BAB 1
yang nantinya akan berkaitan dengan teori-teori di BAB 2, yaitu tentang analisa
strategi produksi program radio untuk meningkatkan jumlah pendengar radio tersebut
dengan objek penelitiannya adalah program ‘Farhan Asri In The Morning’ di Delta
FM. Hasil penelitian ini didapatkan melalui penelitian yang mendalam secara
kualitatif, yaitu melalui riset langsung ke lapangan dan wawancara kepada tiga orang
narasumber yang memang memiliki peran yang sangat berpengaruh baik di program
‘Farhan Asri In The Morning’ ini maupun di Delta FM.
4.1 Deskripsi Penelitian
4.1.1 Sejarah
Delta FM adalah sebuah stasiun radio yang merupakan bagian dari Group
Masima Contents & Channel, perusahaan pengelola radio dari berbagai segmen
pendengar beberapa diantaranya Radio Prambors dan Radio FeMale. Ketiga radio
ini memiliki target pendengar yang berbeda yaitu Prambors untuk anak muda usia
15-29 tahun dengan kelas sosial A hingga C+, dan FeMale untuk wanita dewasa
usia 25-39 tahun dengan kelas sosial A hingga B, sedangkan Delta FM untuk pria
dan wanita dewasa usia 30-39 tahun dengan kelas sosial A hingga C+.
54
Prambors mengudara di 7 kota yaitu pada frekuensi 102.2 FM Jakarta,
98.4 FM Bandung, 95.8 FM Yogyakarta, 97.5 FM Medan, 102 FM Semarang,
99.2 FM Solo, dan 89.3 FM Surabaya. FeMale mengudara di 5 kota yaitu 97.9
FM Jakarta, 96.4 FM Bandung, 96.1 FM Semarang, 103.7 FM Yogyakarta, dan
90.0 FM Palembang. Sedangkan Delta FM mengudara di 8 kota dengan frekuensi
99.1 FM Jakarta, 99.4 FM Bandung, 99.2 FM Makassar, 99.3 FM Manado, 105.8
FM Medan, 100.5 FM Surabaya, 96.1 FM Semarang, dan 103.7 FM Yogyakarta.
Untuk mempermudah target kelas yang akan dituju, ada yang namanya
Status Ekonomi Sosial (SES). SES sebenarnya adalah cara untuk
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan kemampuan ekonomi ataupun status
sosialnya. Di Indonesia, yang mengadakan pengukuran SES ini salah satunya
adalah Nielsen. Mereka melalui beberapa pertimbangan, menggunakan monthly
household expenses untuk mengukur SES ini. Pengambilan data untuk SES ini
dilakukan di 10 kota besar, dan hasil definisi SES 2010 adalah sebagai berikut :
(Nur, 2010)
1. SES A : > Rp. 3.000.000,00
2. SES B : Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00
3. SES C1 : Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000,00
4. SES C3 : Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00
5. SES D : Rp. 700.000,00 – Rp. 1.000.000,00
6. SES E : < Rp. 700.000,00
Sejak tahun 1991, format Delta FM sangat kaku dan sangat tersegmen bagi
kelas A dan B+. Seperti prinsip piramida, mereka yang berkelas A dan B+ hanya
sedikit atau dengan kata lain tidak sebanyak masyarakat kelas C dan D. Isi siaran
55
mereka pada tahun tersebut mayoritas mengangkat topik tentang bisnis, politik,
hukum, dan hard news lainnya.
Delta FM dulu terlalu tersegmentasi, tidak terlalu banyak pendengarnya,
dan bahkan kian hari peminat mereka berkurang karena sekarang masyarakat
lebih memilih banyak hiburan serta berita yang dikemas dengan ringan daripada
berita yang terlalu serius, sehingga Delta FM lama kelamaan merasa kurang cocok
memiliki format seperti itu. Tim Delta FM mulai terpentok masalah ekonomi
karena memang realitanya semua bisnis apapun itu, termasuk media, pasti ingin
mendapatkan laba yang menguntungkan bagi perusahaan sehingga bisa
mensejahterakan karyawannya pula.
Akhirnya Delta FM pun memutuskan untuk mengganti format mereka
menjadi lebih santai dan merombak isi program siaran mereka. Untuk
mewujudkan konsep radio baru ini tentunya Delta FM membutuhkan bimbingan
dari konsultan dengan harapan Delta FM akan menjadi radio terbaik di Indonesia
yang menginspirasi pendengarnya dan mengikuti aturan yang baik bagaimana
caranya gagasan edukatif tapi santai ini dapat terwujud. Maka dari itu, Delta FM
bekerja sama dengan tim konsultan dari Australia sejak tahun 2010. Perlahan
namun pasti, Delta FM melakukan revitalisasi dan selalu memperbaharui diri
dengan bimbingan konsultan tersebut.
Sejak Desember 2011 Delta FM membuat suatu perubahan dan
penyempurnaan besar dengan mengusung konsep siaran baru dengan memutarkan
lagu-lagu terbaik dan paling enak di kuping target market usia 30 – 39 tahun.
Delta FM mengajak pendengarnya untuk lebih menikmati hidup, karena hidup itu
enak apabila dimaknai secara positif, begitu juga dengan layanan lagu-lagu enak
yang diberikan sepanjang hari (24 jam) oleh Delta FM yang saat ini megusung
56
format Adult Contemporary Hits Radio, memutar lagu easy listening dari era
90an dan awal 2000 dan dikemas menjadi sebuah tagline baru, yakni “100% Lagu
Enak”.
Semua dari kita menginginkan hidup yang enak, semua orang tanpa
terkecuali.Namun tidak semua bisa mendapatkannya.Sebenarnya, konsep hidup
enak terletak di hati dan pikiran kita masing-masing. Apabila kita menjalani hari
dengan sikap hidup dan pikiran positif, maka semuanya akan terasa ringan
dijalani.
Musik adalah salah satu hal yang membuat hidup lebih
enak.Mendengarkan lagu enak, bisa menjadi hiburan tersendiri supaya lebih
rileks, membangun mood positif, membangkitkan semangat dan suasana hati yang
damai.
Melalui perubahan ini, Delta FM berkeinginan untuk membangun visi
bersama dengan Sobat Delta FM untuk dapat menikmati hidup yang bernilai
dengan tanpa menghilangkan rasa bersyukur, ‘Live Your Best Life’.Diharapkan
visi tersebut dapat terwujud melalui sajian 100% lagu enak dan asupan informasi
bernilai. Dan bagi mitra Delta FM, The New Delta FM memberikan solusi dan
layanan yang telah terintegrasi untuk memperkenalkan produk, brand maupun
aktivasi yang diinginkan.
Ada dua jenis pembagian waktu di radio, yaitu prime time dan regular
time. Prime time adalah waktu terbanyak pendengar yang berisi acara khusus dan
unggulan. Sedangkan regular time adalah waktu biasa yang pendengarnya tidak
sebanyak prime time dan acaranya reguler. (Masduki, 2005: 49)
Salah satu gebrakan untuk merombak konsep mereka menjadi The All New
Delta FM adalah membuat program siaran pagi ‘Farhan Asri In The Morning’.
57
Mengingat radio prime time adalah ketika orang-orang berkendara, dengan alasan
kebanyakan orang mendengarkan radio di dalam mobil ketika mereka sedang
dalam perjalanan walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa era modern kini banyak
orang mendengarkan siaran radio melalui streaming yang bisa didengarkan kapan
pun dan dimana pun. Mayoritas orang-orang berkendara ketika mereka berangkat
dan pulang dari aktivitas sehari-hari seperti sekolah, kuliah, atau kerja. Kisaran
jam berangkat adalah pukul 06.00-10.00 dan jam pulang yaitu 16.00-20.00. Delta
FM pun membuat program siaran pagi ‘Farhan Asri In The Morning’ tersebut
sebagai langkah awal perubahan konsep Delta FM.
Program ini disiarkan secara relay di 8 kota jaringan Delta FM yakni
Jakarta, Semarang, Jogja, Makassar, Manado, Bandung, Medan dan Surabaya.
Kali ini perubahan terletak pada format siaran yang menjadi duo dan konten acara
yang lebih interaktif. Sekarang Farhan ditemani oleh Asri Welas dengan konten
yang akan membuat orang tersenyum, terinspirasi dan sekaligus terhibur dengan
susunan lagu-lagu enaknya.
Pada umumnya, radio memiliki dua periode puncak utama yaitu waktu
berkendara pada pagi hari (saat orang-orang berangkat kerja) dan waktu
berkendara sore hari (saat orang-orang pulang kerja). Dua periode puncak ini
adalah waktu siar yang paling mahal karena memiliki jumlah pendengar yang
terbanyak. (Griffiths, 2006: 89)
Program ‘Farhan Asri In The Morning’ ini memiliki beberapa segmen
acara di dalamnya, yaitu Selepon (Selebriti on the Phone), Infus (Informasi
Bagus), Beritahu, dan Delta Flash. Selepon adalah segmen dimana Farhan & Asri
menelepon selebritis tertentu dan berbincang-bincang dengan seleb tersebut
mengenai topik yang diangkat pada hari itu. Banyak selebriti yang sudah pernah
58
ditelepon oleh Farhan & Asri, diantaranya seperti Rianti Cartwright, Tina Toon,
Ello, dan sederet selebriti lainnya. Dengan adanya segmen ini diharapkan
pendengar semakin tertarik untuk mendengarkan isi topik dan terpancing untuk
ikut berbagi pengalaman atau ikut memberikan komentar baik via telepon, sms,
maupun twitter.
Infus adalah tayangan yang berinsi informasi-informasi seru yang
dibacakan dengan unik serta ditambahkan suara-suara efek yang menarik. Infus
ini berdurasi satu hingga satu setengah menit yang ditayangkan satu sampai tiga
kali. Selain itu terdapat pula segmen ‘beritahu’, yaitu stand up comedy a la radio
yang dibawakan oleh Lingga Wastoo dan J Sagala. Segmen unik ini dikemas
dengan cara tapping terlebih dahulu kemudian disiarkan pada jam 7.10 WIB.
Segmen ini diberi sentuhan produksi khusus yang menarik dengan disertai efek
suara serta short radio play. Topik yang dibahas di beritahu ini sesuai dengan
tema harian yang diangkat di ‘Farhan Asri In The Morning’.
Media radio, yang pada awal pertumbuhannya hanya berperan sebagai
hiburan, mendadak sontak berubah peran sebagai penyampai informasi (berfungsi
media massa). (Wibowo, 2003: 102) Dengan menganut fungsi ini pula ‘Farhan
Asri In The Morning’ memiliki segmen Delta Flash, yaitu update berita terbaru
serta informasi lalu lintas sehari-hari dari sumber terpercaya yang dibawakan
dengan gaya bertutur serta back sound yang menarik. Delta Flash berdurasi dua
menit dan ditayangkan setiap menit ke-30 dan 00 setiap jamnya.
Dari kelima segmen ini, ‘Farhan Asri In The Morning’ perlahan berhasil
merangkak meraup target pendengar radio. Seperti yang kita ketahui bahwa
banyak sekali stasiun radio yang ada di Indonesia. Persaingan pun semakin ketat
untuk memperebutkan target pendengar mereka.
59
Hingga akhir tahun 2005 jumlah stasiun radio di Indonesia tercatat 1184
buah, terdiri atas 59 RRI dan 1125 radio swasta (terdiri atas 695 FM dan 430
AM). Jumlah tersebut pada akhir 2007 bertambah lagi 57 menjadi 1241.
Tambahan 57 radio tersebut terdiri atas 48 radio swasta, delapan radio komunitas
dan satu radio publik lokal. Sementara itu, penggunaan teknologi media internet
yang bersifat interaktif juga sudah meluas. (Sendjaja, 2008: 460-461)
Bisa Anda bayangkan bahwa berapa banyak stasiun radio yang kini
berebut pendengar. Belum lagi di tahun 2013 ini diperkirakan jumlah stasiun radio
bertambah, mengingat adanya siaran streaming dengan bebas biaya penyiaran
yang biasa dipakai oleh para anak-anak muda kreatif dalam menyalurkan idenya.
Salah satu situs yang menyediakan layanan ini adalah www.listen2myradio.com.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata konsep seperti inilah yang lebih
banyak peminatnya dibandingkan konsep terdahulu. Walaupun nyatanya masih
ada beberapa orang yang merindukan format lama Delta FM. Tapi kembali
kepada masalah ekonomi, seiring berjalannya waktu semua harus berganti. Seperti
sebuah kutipan time’s flies, life’s change. Mereka yang statis, berjalan di tempat,
dan terus kolot atau kukuh dengan pemikirannya justru tidak akan pernah maju.
Hal ini bisa dibuktikan dengan kenaikan angka pendengar Delta FM.
Bahkan sekarang banyak anak muda, yang tadinya menjadi target pendengar
sekunder Delta FM, tertarik mendengarkan Delta FM. Tidak sedikit pula tweet
yang masuk dari pendengar kebanyakan anak-anak muda seusia 15-20 tahun. Hal
ini jelas menjadi bukti bahwa Delta FM kini semakin banyak didengarkan
masyarakat dan mampu meraup target pendengar yang lebih luas.
Kesuksesan yang kini diperoleh Delta FM jelas membutuhkan strategi jitu
khususnya untuk program siaran pagi yang menjadi pemancing pendengar Delta
60
FM. Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana strategi
yang dilakukan Delta FM untuk meningkatkan pendengarnya melalui program
siaran ‘Farhan Asri In The Morning’.
4.1.2 Logo
Gambar 4.1 Logo Delta FM
a. Dominasi warna biru merupakan manifestasi perdamaian dan harmoni
Delta FM.
b. Pada bentuk segitiga, semua tiga warna bersamaan. Manifestasi dari
brand positioning Delta FM sebagai sahabat untuk pria dan wanita
(30-39 tahun, SES: A, B, C +) yang ingin menikmati hidup mereka
lebih bijaksana, persektifnya lebih luas, dan menghargai nilai-nilai
hidup yang menginspirasi kehidupan mereka sekarang dan masa
depan.
c. Logo segitiga menghadap ke sisi kanan yang menggambarkan atau
melambangkan tombol tekan. Tekan dan mainkan DeltaFM maka
Anda akan mendapatkan mendengarkan musik yang bagus dan terbaik
dengan mudah.
61
d. Bentuk huruf 'Delta FM' memberi kesan lebih santai dan menarik
4.1.3 Struktur Organisasi Masima Contents & Channel
Tabel 4.1 Struktur Masima
62
4.1.4 Struktur Organisasi Delta FM
Tabel 4.2 Struktur Delta FM
63
4.1.5 Struktur Operasional Siaran Delta FM
Tabel 4.3 Struktur Operasional Siaran Delta FM
4.1.6 Call Letters
Delta FM menyapa pendengarnya dengan sebutan ‘Sobat Delta’.
Menggunakan panggilan demikian karena Delta FM ingin akrab dengan para
pendengarnya serta menjadi teman atau sobat dalam keseharian pendengarnya
baik melalui topik perbincangan maupun lagu-lagu yang diputar oleh Delta FM.
64
4.1.7 Segmen Program
Program Senin sampai Jumat jam 6 hingga 10 pagi adalah ‘Farhan Asri In
The Morning’. Ada saja topik obrolan yang segar serta komentarnya yang lucu
dan nakal. Ini yang bikin Sobat Delta semangat di pagi hari.
Mereka juga akan menelepon selebriti-selebriti dalam negeri untuk ikut
berbincang-bincang sesuai tema atau topik yang diangkat pada hari tersebut dalam
segmen ‘SELEPON’ (SELEBRITI ON THE PHONE). Segmen ini pula lah yang
menjadi alasan mengapa tagline ‘Farhan Asri In The Morning’ adalah “The Show
With Stars”.
Di dalamnya juga ada segmen stand up comedy ala radio yang unik yaitu
‘BERITAHU’ yang dikemas secara recorded atau tapping dengan sentuhan
produksi khusus yang menarik, disertai sound effect serta short radio play.
Segmen ini dibawakan oleh Lingga dan J Sagala dan berdurasi 1,5 menit.
4.2 Penyajian Data Penelitian
4.2.1 Informan
4.2.1.1 Karakteristik Informan
Persyaratan karakteristik infoman ada empat hal, yakni : infoman
cukup familiar dengan budaya setempat dan merupakan saksi mata pada
peristiwa yang dijadikan obyek penulisan, informan adalah seorang yang
turut terlibat dalam peristiwa yang hendak diteliti, informan memiliki waktu
bagi penulis untuk menggali lebih dalam tentang peristiwa yang terjadi, dan
sedapat mungkin informan adalah non analytic individual. (Neuman, 2003:
394-395)
65
Merujuk pada karakteristik yang telah dipaparkan di atas, peneliti
membagi dua kategori informan. Kategori pertama yaitu informan utama atau
key person yang mengetahui secara keseluruhan bagaimana proses produksi
program ‘Farhan Asri In The Morning’ dari awal hingga akhir. Informan
utama tersebut adalah produser program ‘Farhan Asri In The Morning’.
Sedangkan kategori yang kedua adalah informan tambahan atau
informan lainnya yang ikut terlibat dalam proses produksi ‘Farhan Asri In
The Morning’. Informan ini akan memberikan informasi tambahan karena
turut mengerti dan menjalankan proses produksi ‘Farhan Asri In The
Morning’.
4.2.1.2 Profil Informan
4.2.1.2.1 Informan Utama (Key Person)
Peneliti memilih produser program ‘Farhan Asri In The Morning’,
Budi Utomo (BU), sebagai informan utama karena dialah yang memahami
benar serta bertanggung jawab atas proses produksi ‘Farhan Asri In The
Morning’ dari awal hingga akhir siaran berlangsung mulai dari tahap
perencanaan atau pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Sebelum menapaki karirnya di Delta FM, Alumni Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik jurusan Komunikasi Massa Universitas Indonesia
ini juga sempat beberapa kali berpindah tempat kerja seperti di koran
harian Republika, News Weekly Magazine, dan juga Bahana FM Jakarta
hingga akhirnya pada tahun 2006 Budi Utomo bergabung dengan tim
Delta FM.
66
Saat bergabung dengan keluarga besar Delta FM, beliau sudah
menjadi staff program dan diangkat menjadi News Director. Pria yang
sudah bergelut di Delta FM selama 7 tahun ini adalah produser program
‘Farhan Asri In The Morning’ juga merangkap jabatan sebagai asisten
Program Director Delta FM Jakarta. Selain mengetahui seluk beluk proses
produksi program ‘Farhan Asri In The Morning’, beliau juga mengetahui
benar bagaimana perubahan yang terjadi di Delta FM serta mengetahui
naik turunnya jumlah angka pendengar Delta FM.
4.2.1.2.2 Informan Pendukung
1. Leli Kamal (LK) - Program Director Delta FM
Wanita sarjana ekonomi akuntansi ini tidak pernah bekerja di
bidang akuntansi sama sekali karena menyadari bahwa itu bukan
jurusan yang diminatinya. Setelah berkarir di bank, asuransi, trading
company, mengajar di insitusi bahasa asing di Indonesia, sampai
pernah juga menjalani bisnis sendiri di bidang kreatif (fashion,
interior design, wedding organizer).
Namun akhirnya beliau mendapatkan kesempatan menjadi
penyiar di sebuah radio lokal di Tangerang yaitu radio Star. Dari
situlah, dalam waktu singkat ia mendapatkan kepercayaan untuk
menjadi Program Director di radio Star tersebut. Beberapa tahun
kemudian ditawari untuk menjadi Station Manager di Radio A
dengan program unggulan relay dari X2 Club selama 4 hari berturut-
turut selama 5 jam. Disana beliau tidak hanya membawahi program
67
saja, namun juga promosi, penjualan, dan bertanggung jawab
terhadap revenue.
Pengalaman tersebut menarik perhatian Masima Group yang
memang sedang merencanakan perubahan untuk Delta FM.
Akhirnya semenjak tahun 2010, Leli Kamal menerima tongkat
estafet sebagai Program Director Delta FM dengan formatnya yang
baru. Tugasnya adalah mengatur seluruh isi program yang ada di
Delta FM, terutama Delta FM Jakarta.
2. Muhammad Farhan (MF) - Penyiar Program ‘Farhan Asri In The
Morning’ di Delta FM
Presenter kondang ini adalah partner siaran Asri Welas di
program ‘Farhan Asri In The Morning’ Delta FM. Nama Farhan
yang cukup besar dan terkenal membuatnya dipandang sebagai
pembawa acara kawakan. Kemampuannya dalam public speaking
membuat program-program yang dibawakannya cukup sukses.
Beberapa program tersebut adalah seperti ‘Lepas Malam’ di Trans
TV, ‘Pesta’ di Indosiar, ‘Om Farhan’ di ANTV, dan masih banyak
program lainnya.
Sarjana ekonomi Universitas Padjajaran ini sudah sejak tahun
2008 bersiaran di Delta FM, jauh sebelum Delta FM berubah format
konsep siaran menjadi ‘The All New Delta FM’. Sebetulnya tugas
utama beliau memang untuk perlahan merubah format Delta FM
tersebut. Beliau juga pernah menjadi produser salah satu program
Delta FM beberapa waktu silam. Kontribusinya yang cukup besar
68
bagi Delta FM menjadi salah satu alasan peneliti untuk memilih
Farhan sebagai informan karya ilmiah ini.
4.2.2 Hasil Penelitian
4.2.2.1 Proses Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi Program
‘Farhan Asri In The Morning’ di Delta FM
a. Tahapan Pra Produksi
Nama Delta FM tidak lagi asing di telinga para pecinta siaran
radio. Stasiun radio ini dulunya dikenal kolot dan terlalu ‘tinggi’ baik
dari segi bahasa maupun lagu-lagu yang diputarnya. Namun seiring
perkembangan jaman Delta FM berganti baju menjadi Delta yang lebih
muda dan bersahabat. Pergantian format ini sebenarnya sudah
berangsur-angsur terjadi sejak lama. Budi pun mengenang bahwa dulu
pendengar Delta FM sangat banyak namun dengan seiring
perkembangan jaman, perlahan pendengarnya mulai menurun.
“Delta kan sebetulnya dari awal 90-an yah yang dia pertama di
frekuensi 95,5. Awalnya itu. Dia pakai taglinenya “Oldies Station”.
Jadi emang lagunya Elvis Prasley, Tom Jones, The Beatles, lagu-lagu
era 60, 70, 80 masih diputer. Itu dominan. Nah, saya masuk 2006 itu
sebenarnya sudah ada peralihan. Sebenarnya lagu oldiesnya sudah
mulai berkurang terus fokusnya di 80. Eighties. Terus beberapa segmen
juga sudah mulai dirubah, tapi masih ada renungan, masih ada
macem-macem. Bahkan kalau pagi tuh masih ada kita ‘Kuliah Subuh’
dengan Aa Gym. Itu jam lima sampai jam enam. Itu pendengar tinggi.
Jam lima itu sudah ada pendengar. Itu saya lihat di luar prediksi kita..
69
Itu tinggi sekali. Di Neilsen juga tinggi. Kita nggak ngira karena itu
kan relay dari Bandung ya. Aa Gym memiliki radio sendiri yang kita
relay ke seluruh radio jaringan Delta.” (BU)
Budi pun secara rinci menjelaskan stasiun-stasiun jaringan Delta
FM.
“Awalnya kan hanya Delta Jakarta saja. Lalu kita membuat
Delta-Delta di daerah. Kita punya enam. Jakarta, Bandung, Surabaya,
Medan, Makassar, dan Manado. Lalu terakhir baru kemarin bergabung
lagi Semarang dan Yogyakarta. Tapi kita punya sindikasi 22 radio
lebih di 20 kota lebih. Itu ketika ada segmen ‘Indonesia Siesta’. Itu
direlay di 22 radio di 20 kota, termasuk radio non-Delta. Jadi
kerjasama program namanya. Indonesia Siesta. Siarannya di Delta FM
Jakarta. Masih berada di lantai 19 Ratu Plaza. Itu kita punya program
jam 10 sampai jam 2. Indonesia Siesta, sama Shanaz Haque dan
Gilang. Itu yang me-relay 22 radio selain radio kita itu tadi sampai ke
Cirebon, Sumatera. Itu di Radio Delta dan radio nomer satu di kotanya
yah. Dulu juga yang namanya MH Najib mengisi suara, namanya ada
‘Renungan MH’ dan segala macam. Itu banyak sekali.” (BU)
Muhammad Farhan pun menjadi saksi hidup sekaligus aktor
dalam perubahan ini.
“Jadi dari tahun 2008-2013 sudah 3 kali berganti format.
Format pertama adalah mengganti morning show menjadi sebuah
talkshow selama 4 jam, jadi kita harus banyak mendatangkan
narasumber dan lain-lain. Kemudian kita me-reformat lagu-lagu yang
ditayangkan, dari lagu-lagu nostalgia menjadi lagu current. Itu
70
perubahan yang pertama pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Tahun
2010 mengalami perubahan lagi dimana sampai tahun 2011 itu saya
menjadi penyiar dan produsernya. Sedangkan yang lainnya itu hanya
support aja. Bahkan script pun saya yang menulis. Tapi kemudian
tahun 2011 ada perubahan lagi. Yang biasanya saya siaran sendiri,
menjadi siaran berdua bersama Asri Welas.” (MF)
Delta FM tidak semata-mata mengganti format siaran mereka.
Ada beberapa pertimbangan yang mereka lakukan sampai akhirnya
memutuskan untuk melakukan perombakan format besar-besaran.
Alasan utama yang menyebabkan perubahan ini adalah perubahan
karakteristik pendengar yang berkembang di masyarakat serta
perubahan pasar yang ada. Berikut adalah kutipan jawaban produser
‘Farhan Asri In The Morning’ ketika ditanyakan mengenai apa alasan
perubahan format Delta FM :
“Karakteristik pendengar. Perubahan pasar. Dulu orang masih
mau berlama-lama mendengarkan radio, mendengarkan orang
ngomong karena device belum begitu banyak. Ketika tahun 2000-an itu
orang masih bisa mendengarkan radio 15 menit atau 1 jam masih bisa.
Tapi makin kemari, orang waktunya makin dikit dan device-nya
banyak. Dulu kita talkshow tiap hari loh. Senin itu talkshow politik
(dan) ekonomi, selasa (tentang) keuangan, rabu ngomongin edukasi
entah ngomongin bisnis segalam macem, kamis ngomongin produk,
jumat kita ngomongin kesehatan, itu tiap hari tamunya berbeda.” (BU)
Radio memiliki jangkauan pendengar yang lebih sempit
dibandingkan koran, tapi menawarkan target pasar yang lebih khusus.
71
(Iwantono, 2001: 180) Sebelum membuat suatu program, penting untuk
menentukan target audiens seperti apa yang akan dituju. Setelah
mendeskripsikan target audiensnya baru dapat membentuk program
yang diinginkan. Sehingga dengan lebih mudah mereka merancang
program yang ingin disajikan kepada target audiensnya. Penentuan
target audiens ini juga dapat membuat strategi program lebih fokus
kepada apa yang target audiens mereka butuhkan.
Delta FM pun menyadari hal ini. Maka dengan sedemikian rupa
target audiens ‘The All New Delta FM’ dirubah dan berbeda dengan
target audiens Delta FM yang dulu. Ujung-ujungnya, target audiens ini
pun akan berkaitan dengan pangsa pasar bisnis yang akan dituju oleh
Delta FM.
Oleh karena itu, mereka punya konsep yang jelas terlebih dahulu
dengan menentukan siapa dan seperti apa target audiens mereka.
Berikut adalah penjabaran target audiens yang disampaikan oleh Budi
Utomo :
“Kita sih sekarang main di 29 sampai 39 tahun. Itu core-nya
yah. Kelasnya A, B, C+. Dulu kita main di A dan B+ terus, melayani
golongan A dan B+ terus. Kita main disitu juga segmented yaitu para
CEO (Chief Executive Officer) dan kelas atas. Tapi begitu kita riset,
ternyata peluang pasar di bawah itu banyak sekali. Seperti piramida,
semakin ke atas semakin kecil seperti kue. Nah kembali ke persaingan
bisnis. Kalau kita ke bisnis, maka kita harus mencari peluang yang
banyak di bawah. Maka segmennya kita perluas. Tidak hanya di A dan
B, tapi juga C+. Sehingga pemilihan angle siaran dan pemilihan
72
penyiar juga merepresentasikan bagaimana target yang kita sasar. Jadi
target utama kita adalah 29 sampai 39 tahun yang berkelas A, B, C+.
Tapi umur 20 tahun dan mahasiswa itu juga banyak. Usia 40 tahun ke
atas juga banyak. Itu tetap kita layani, tapi core bisnisnya tetap di
target utama tersebut.” (BU)
Dari hasil observasi langsung dan wawancara tersebut, dapat
dikatakan bahwa target audiens utama Delta FM adalah mereka yang
berusia 29 sampai 39 tahun dengan kelas sosial ekonominya berada di
level A, B, dan C+. Targe audiens Delta FM sama dengan target
audiens program atau segmen sequence yang ada di dalam Delta FM
tersebut, salah satu contohnya adalah program ‘Farhan Asri In The
Morning’. Target audiens ini berubah dari yang pada awalnya untuk
mereka yang kelas sosialnya tinggi. Namun ternyata tidak sedikit pula
mereka yang berusia 20 dan 40 tahun ikut mendengarkan program ini.
Target audiens program seperti ini lah yang akan membuka peluang
bisnis lebih besar bagi Delta FM untuk mengeruk laba yang lebih
melimpah bagi perusahaan.
Hasil dari perubahan format ini pun sangat dirasakan oleh
Farhan. Menurutnya memang perubahan ini berhasil meraup pangsa
pasar dan karakteristik pendengar yang berbeda dengan format yang
sebelumnya.
“Yang paling berasa sih sekarang jumlah dan juga karakteristik
pendengar kita jauh lebih bertambah. Ada kelompok besar dari kelas
sosial ekonomi yang C ke bawah yang semakin besar dan kelompok
73
usia yang memuda dan membesar juga jumlahnya. Nah kontribusi dari
pendengar C, D, E inilah yang membuat kita bisa bangkit.” (MF)
Dulu respon pendengar yang diterima cukup banyak, ada 200
respon lebih setiap harinya namun semakin lama semakin menurun dan
perlahan menghilang. Hal ini yang membuat Masima Group khawatir
dengan jumlah angka pendengar Delta FM.
“Respon sms ada 200-an. Itu baru sms yah. Telepon kita selektif
sekali. Jadi dari sms kita telepon balik yang benar-benar sesuai dengan
segmen kita.” (BU)
Leli Kamal pun menjelaskan tentang kenaikan yang cukup
signifikan dari perubahan format siaran Delta FM yang mengandalkan
program ‘Farhan Asri In The Morning’ ini. Isu mengenai para
pendengar Delta FM yang banyak meninggalkan Delta FM waktu dulu
pun dibenarkan oleh Leli Kamal.
“Memang pelan-pelan turun. Kenapa lalu Delta diputuskan
untuk berubah formatnya, yaitu tadi.. Karena semakin ditinggalkan.
Ada fakta itu. Dulu katanya pernah menyentuh angka 800-an lalu turun
perlahan-lahan. Ketika berubah itu pasti akan turun dulu karena kan
pendengarnya beda. Saat revitalisasi itu sempet di angka 72 sampai
kemudian naik lagi menjadi 90, kemudian ke 150, lalu naik lagi ke 300-
an, kemudian naik lagi jadi 500 langsung, dan dari 500 itu sekarang
sudah naik menjadi 700. Jadi kenaikan 200 lalu 200 lagi lalu 200 lagi
itu gede banget.” (LK)
74
Produser ‘Farhan Asri In The Morning’ ini menambahkan
bahwa perkembangan jaman membuat respon yang diterima banyak
berubah, mulai dari angka maupun media penerimaan respon.
“Begitu ada device lain, kita punya social media facebook, ada
twitter, dan lain-lain maka sms semakin berkurang, makin tergeser
popiularitasnya. Sehingga orang mendengar radio pun tidak hanya
lewat radio tuner, tapi lewat device.. Lewat laptop, lewat macem-
macem.” (BU)
Hasil penelitian mengenai latar belakang bagaimana
terbentuknya program ‘Farhan Asri In The Morning’ yang didapatkan
dari wawancara terhadap key person dan informan tambahan, peneliti
berpendapat bahwa program ini terbentuk sebagai perubahan format
Delta FM menjadi ‘The All New Delta FM’. Program ini juga
diibaratkan sebagai etalase atau pajangan utama sehingga pendengar
mau mendengarkan Delta FM dari pagi hingga malam setiap harinya.
Ketika program pada prime time pagi tersebut bagus maka otomatis
akan banyak pendengarnya. Banyaknya pendengar pada pagi hari
otomatis juga akan menaikan jumlah angka pendengar Delta FM.
‘Farhan Asri In The Morning’ adalah program yang baru
setahun belakangan ini muncul. Ada beberapa hal yang mengilhami
sehingga akhirnya terbentuklah program ini. Program ini pun dibuat
seiring pergantian format atau konsep siaran Delta FM menjadi ‘The
All New Delta FM’ yang mengincar target pendengar kelas A sampai
C+. Dengan berubahnya format Delta FM, maka perlu program
penggebrak yang dapat memancing pendengarnya. ‘Farhan Asri In The
75
Morning’ ini lah yang diandalkan menjadi program pemancing tersebut
sehingga diharapkan lama kelamaan akan menaikan jumlah angka
pendengar Delta FM seperti yang diungkapkan oleh Leli Kamal ketika
ditanya apa program yang paling diandalkan oleh Delta FM.
“Yang paling diandalkan adalah morning show. Karena
morning show di Indonesia memang menjadi andalan. Prime time-nya
adalah di situ. Jadi nggak bisa dibalik kenapa kok program lain nggak
diandalkan. Karena yaaa memang dia menjadi jam andalan.” (LK)
Morning show yang dimaksud adalah siaran yang disiarkan pada
prime time pagi yaitu ‘Farhan Asri In The Morning’. Hal ini senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Budi Utomo selaku produser
program ‘Farhan Asri In The Morning’.
“Kalau kita buka program radio itu sama saja seperti membuka
toko. Artinya kita harus punya etalase yang terbaik, yang eye catching
yang kita pajang sehingga setiap orang lewat bisa tertarik. Kalau di
radio, ear catching. Jadi ketika orang mendengar, mereka akan berkata
‘oh ini dia!’ atau ‘dia punya icon seperti ini toh’. Radio memiliki dua
prime time yaitu pagi dan sore. Jam 6 sampai 10 adalah prime time
pagi dan 16 sampai 20 adalah prime time sore. Nah tapi prioritas
bagaimana seseorang bisa masuk ke gerbang dalam mall kita, yang
namanya radio, adalah dengan cara kita punya etalase pagi yaitu
morning show. Dimana-mana morning show adalah andalan radio.
Maka di saat ini Delta punya ‘Farhan Asri In The Morning’. Farhan
mewakili bagaimana A dan B+ nya, dan Asri mewakili golongan B dan
C+ nya. Kita compare disitu. Maka ‘Farhan Asri In The Morning’
76
adalah etalase orang untuk masuk ke segmen-segmen berikutnya atau
ke gerai-gerai ‘mall’ berikutnya sampai malam.” (BU)
‘Etalase’ yang dibuka oleh Delta FM ternyata mampu
memancing para pendengarnya untuk terus mendengarkan Delta FM
sepanjang hari.
“… begitu orang enjoy, dia nyaman dengan etalase ini, dia
akan stay disitu. Maka ketika setelah Farhan, mereka pun akan ikut ke
program-program yang lain. Dan besoknya, oh begitu gue pulang kerja
pun ada lagi yang bisa menemani. Jadi pengaitnya itu Farhan dan Asri,
tapi begitu dateng dia tau bahwa ada Zona Gila, ada Sore-Sore Seru,
ada Cerita Lagu Cinta.. Jadi itu didapatkan semua. Bahkan yang
tengah malam kita pasang musik saja pun mereka menikmati sembari
lembur, kerja sampai subuh.. Kan kita 24 jam sekarang. Jadi tetap
mereka bisa menikmati dengan daya tarik morning show itu.” (BU)
Selanjutnya, Leli Kamal pun menjelaskan proses naik turunnya
jumlah angka pendengar Delta FM dengan diawali dua fase perubahan
Delta FM.
“Jadi gini, Delta itu mengalami perubahan 2 fase. Fase
pertama, Delta tuh nggak bisa dibilang berubah drastis juga. Karena
dia itu berubahnya perlahan. Jadi mulai dari oldies, kemudian
company memiliki kesadaran bahwa Delta harus berubah nih.
Sehingga terus turun berubah jadi lebih muda dan lebih muda. Itu
setiap tahun terus memudakan diri. Mulai dari yang oldies banget kira-
kira tahun 2000-an sampai pertengahan 2000 itu udah yang agak
muda. Kemudian baru tahun 2010, dia memutuskan untuk muda sekali.
77
Muda sekali itu maksudnya jika dibandingkan dengan Delta yang lama,
yang untuk 50 tahun. Target usia pendengarnya itu mulai ditetapkan
untuk umur 30-45 itu di awal tahun 2010. Tapi tahun 2010 itu lagu-
lagu yang diputarkan sudah mulai banyak yang current. Artinya gini,
kebijaksanaannya saat itu adalah kita memutuskan jadi muda tetapi
yang tua masih diurusin, masih diservice. Servicenya dimana?
Servicenya di program acara, di daypart. Jadi daypart malam dia men-
service si yang usia tua tadi. Sehingga muncullah acara-acara kita di
malam hari yaitu acara-acara komunitas. Ada jazz, ada rock, classic
rock, classic, Indonesian 80’s di 2010 itu. Itu di malam hari, di atas
jam 8. Jadi dulu night show kita itu. Karena kita maunya mereka
(target usia 45 tahun ke atas itu) nggak pergi. Sedangkan di bawah jam
8 kita memutarkan lagu-lagu current-nya agak banyak dan recurrent-
nya itu agak ditarik ke tahun yang agak kesini. But it doesn’t work dari
sisi cum. Dari Nielsen-nya sendiri tidak menunjukan pergerakan yang
signifikan. Akhirnya management memutuskan untuk mengundang
consultant. Sebenarnya consultant ini kalau mau bicara masalah politik
di perusahaan lebih ke arah menengahi banyak pendapat dari banyak
kepentingan dari owner yang ingin Delta menjadi begini begitu.
Sehingga si consultant ini kan berada di tengah dan lebih akurat
karena melalui riset. Yang mana riset ini sebenarnya bukannya kita
nggak pernah lakuin. Dari tahun ke tahun Delta selalu melakukan riset,
baik untuk musik maupun konten. Tetapi dengan cara yang setahunya
kita. Sementara dari riset yang tahun 2011 saat kita berubah, kita
mengadakan riset itu dengan yang kita input dari si consultant.
78
Sehingga beda hasilnya. Tahun 2011 kita mulai memutuskan lagi untuk
berubah, itu awal aku join. 2011 itu kita belum berubah dengan
consultant, tapi kita sudah berubah sejauh kita ngerti. Jadi masih ada
komunitas-komunitas itu tadi. Jadi pada saat aku di-hire itu posisinya
memang untuk disiapkan PD (Program Director) yang merubah. Jadi
itu salah satu keputusan yang management buat pada saat management
memutuskan untuk switching ke arah yang memang drastis banget,
mereka tahu bahwa tidak mungkin menggunakan orang internal atau
orang lama. Karena men-switch orang lama itu pasti lebih berat
daripada ngedatengin orang baru yang bisa direfresh, yang langsung
didoktrin dengan new things. Sehingga aku ini menjadi PD pertama
dan satu-satunya yang direkrut bukan dari internal selama seumur
Masima ini berdiri.” (LK)
Diperjelas juga oleh Leli Kamal bahwa dalam sejarah
perusahaan Masima Group, Program Director yang diangkat adalah
orang-orang internal atau ada jenjang karirnya. Baru beliau yang
menjadi Program Director yang diambil dari luar lingkaran Masima
Group.
“PD itu selalu jenjang karir. Entah dari unit, entah dari
produser, entah itu penyiar, tapi selalu dari dalem. Karena kepengen
Delta yang baru banget. Supaya si PD ini juga tidak mudah
dipengaruhi dengan lingkungan yang lama. Jadi biar bener-bener
bersih. Salah satu syarat pemilihannya adalah mereka ingin calon PD
ini bukan berasal dari radio yang mirip. Memang pengennya dari radio
yang jauh berbeda formatnya dengan Delta yang lama. Radio tempatku
79
dulu kan radio dugem, yaitu radio A. Radio A itu sangat mirip seperti
Indika jaman dulu. Jadi 4 hari kita itu relay dari X2 Club karena yang
punyanya kan yang punya X2 juga. Jadi gue kalau masuk club itu free,
mereka liat muka gue aja langsung boleh masuk kan.. Hahaha.. Gak
kena check up security.. Anyway, diambil lah aku dari radio itu karena
memang Delta itu yang asalnya dari PT. DI, maka Delta yang lama itu
sangat alim.” (LK)
Delta FM yang memang adalah radio swasta dan
mengedepankan bisnis, tidak lagi membara mengedepankan idealisme
mereka untuk membuat orang cerdas saja. Berikut adalah kutipan
jawaban Budi Utomo mengenai sisi negatif perubahan format Delta FM
ini :
“Dulu kita menganggap orang bisa cerdas dengan radio.
Hingga banyak wisdom-wisdom yang kita berikan kepada masyarakat.
Maka kita punya tagline ‘The Brightside of Indonesia’. Seolah-olah kita
mengambil sisi baik dari penyiarnya, lagunya.. Kita ambil sisi baiknya.
Lama-lama kita berpikir bahwa ini bisnis yah.. Karena kita radio
swasta, maka kita pure bisnis. Tidak lagi (memiliki) idealism yang
membuat orang cerdas, tapi sisi bisnis juga harus kita kejar. Lama-
lama akhirnya kita riset pasar.. Oh pasar berubah.. Dan banyaknya
device, banyaknya social media.. Oh ternyata kita ambil akhirnya
seperti sekarang kita berubah : ‘The All New Delta FM’ dengan tagline
‘100% Lagu Enak’.” (BU)
Perubahan yang terjadi di Delta FM menuai reaksi beragam dari
pendengarnya. Memang wajar apabila ada yang suka da nada yang
80
tidak suka dengan perubahan format ini. Ada beberapa pendengar yang
bertahan, namun banyak pula pendengar baru yang masuk.
“Bukan hanya perubahan Delta atau companies, tapi kita ganti
penyiar pun itu pasti ada rejection. Ada yang menolak, ada yang
mendukung. Tapi kita punya si A digantikan si A (orang lain) di jam
yang sama, itu followernya dia pasti akan mereject. Akan banyak
bantahan-bantahan dan juga penolakan. Tapi lama-lama mereka
teredukasi, terbiasa, ikut lagi.. Yang nggak mau ya terpental. Kayak
pendengar Delta yang usianya 40, 50, 70 dengan yang sekarang kan
mereka sudah nggak nerima lagi. Ya sudah, terpental. Kan seleksi alam
berlaku. Jadi bukan hanya Delta berubah. Penyiar kita banyak berubah
pun, banyak perubahan. Yang kita cari setiap hari adalah penyiar baru,
penyiar baru, dan penyiar baru. Ada exist penyiar listener, ada juga
new comer. Itu yang kita cari tiap hari.” (BU)
Sementara menurut Farhan, perubahan besar yang sangat
dirasakan olehnya adalah mengenai durasi yang dulunya bisa ada waktu
bicara lama sekarang dipersingkat dan to the point.
“Perubahan besarnya adalah yang tadinya talkshow menjadi
talk biasa aja. Jadi kembali ke resep lama siaran, yaitu ngomong
singkat tapi langsung ada poinnya dan lagunya mesti enak-enak banget
walaupun ngga ada hubungannya sama topik. Kalau dulu kan kita pilih
lagu sesuai dengan topik obrolan. Kalau sekarang nggak. Mau
topiknya apa, lagunya tetep Afgan, Bunga Citra Lestari, dan lain-lain.
Yang penting lagunya enak, lagu yang benar-benar hits dinyanyiin
sama orang. Kalau ditanya lagu enak itu seperti apa sih? Lagu enak itu
81
yang paling gampang masuk ke memori orang, masuk ke dalam MP3
player orang, dan lagu yang selalu disenandungkan di saat kita ada
kesempatan nyanyi. Itulah yang disebutkan sebagai lagu-lagu enak tuh
seperti itu. Itu hasil survey. Dan yang berikutnya tentu saja obrolan
yang singkat, padat, dan to the point. To the point artinya tidak harus
selalu ada hubungan sama si topik yang kita bahas tetapi juga
menyampaikan pesan, paling tidak merangsang indera-indera
pendengar. Seperti merangsang indera pendengaran, memicu fantasi-
fantasi sendiri, hasilnya terjadilah sebuah theatre of mind yang
imajiner untuk setiap pendengarnya.” (MF)
Perubahan format siaran Delta FM pun ikut merubah gaya siaran
para penyiarnya. Durasi, isi pembicaraan yang tidak membosankan,
serta reaksi penyiar yang berduet adalah kunci utama dari format siaran
‘The All New Delta FM’ ini.
“Perubahan terhadap gaya siaran sih ada banget. Saya yang
biasanya ngomong panjang lebar menjelaskan suatu hal, sekarang
udah nggak bisa. Saya mesti ngomong yang paling penting lebih ke
reaksi apa yang disampaikan oleh Asri dan juga sebaliknya, Asri
bereaksi terhadap apa yang saya sampaikan. Karena pada akhirnya
yang mahal pada saat ini adalah reaksinya, bukan topiknya. Aku bisa
aja lempar topik apapun, tapi kalau reaksi Asri-nya nggak bagus ya
tetep nggak bagus ratingnya. Demikian juga sebaliknya, Asri boleh
ngomong panjang lebar tentang jahitannya (Mbak Asri ini juga
seorang wirausahawan jahit) tapi kalau respon dari aku nggak bagus
maka jeblok juga pendengarnya.” (MF)
82
Perubahan yang ada tidak membuat ketiga informan ini takut
kehilangan sisi edukatif dari Delta FM. Mereka sama-sama setuju
bahwa Delta FM masih sebagai Delta FM yang mencerdaskan
masyarakat, namun kemasan mereka untuk menyampaikan pesan-pesan
itu saja yang berubah.
“Ada sisi idealisme, baik itu dari kita sebagai kru maupun si
penyiar sebagai individu bahwa ada nih sisi dari talent gue yang tidak
tersalurkan, misalnya. Tapi kan dia bisa dalam bentuk lain. Artinya
gini, kita lebih kepada durasi. Kalau dulu orang ngomong bisa 5 menit,
sekarang lo nyampein sesuatu yang bermanfaat dalam waktu 1 menit
misalnya. Sama aja. Cuma kan packaging-nya kan gitu. Dikemas
dalam bentuk hiburan, tidak terlalu menggurui, tidak terlalu serius tapi
tetap formatnya sama, diblend dengan fungsi media itu yang utama
yaitu menghibur lewat lagu itu. Maka disitulah kita masuk. Jadi tidak
berpanjang lebar seperti dulu. Sama formatnya. Cuma lebih sisi
edukasinya dimasukan dalam fun dan yaaa hiburan tadi.” (BU)
Senada dengan Budi, Farhan berpendapat bahwa justru dengan
perubahan format yang sesuai dengan tren yang sedang berkembang di
masyakarat ini, akan lebih mudah bagi Delta FM untuk mengedukasi
pendengarnya.
“Ngapain juga kita kasih konten super pinter ketika
pendengarnya sedikit. Maka kita mesti berpikir sebaliknya. Ya udah
kita kumpulin pendengar sebanyak-banyaknya dengan cara yang
sangat komersil lalu pelan-pelan satu demi satu kita masukan pesan-
pesan itu dalam kemasan yang lebih menarik. Jadi saya pikir ini
83
masalahnya bukan kontennya, tapi masalah kemasannya. Sekarang ini
kita percaya bahwa kemasan yang edukatif adalah kemasan yang
membosankan. Gak bisa ya dibikin kemasan yang seru-seruan? Bikin
donggg! Nah gitu.” (MF)
Leli Kamal pun menambahkan bahwa Delta FM kini lebih santai
dan nakal namun tetap mendidik dan merusak. Ia pun menjelaskan
bahwa perubahan ini dibantu oleh konsultan.
“Deltanya sendiri pun memutuskan tidak mau menjadi radio
yang sangat Islamic lagi begitu. Karena kita pengen ambil kelasnya
yang lebih luas kan. Sehingga akhirnya boleh lah yang sedikit-sedikit
nakal. Naughty tapi yang tetap bisa kita pertanggung jawabkan ya
untuk on-air. Tapi tetap mendidik, yaa tidak merusak. Tapi kita masih
tidak sehedon MRA. Kalau MRA kan hedon banget. Usahanya berat
banget saat itu karena kita sama consultant dan segala macam, baru
direalisasikan perubahan di tahun 2011 which is itu lagunya yang kita
anggap sudah sesuai dengan yang kita maksud, ternyata nggak.
Ternyata ada yang lebih diinginkan oleh pendengar. Kita lihat itu dari
riset consultant itu tadi. Akhirnya disusunlah playlist yang baru.” (LK)
Sang produser pun menambahkan bahwa sebenarnya tidak ada
yang berbeda dari Delta FM. Hanya kemasannya saja yang dirubah. Hal
ini guna meningkatkan rating dan mempertahankan pendengarnya.
“Beda packaging-nya. Radio itu kan paling rentan dengan
switching. Ketika telinga si pendengar sudah mulai annoying, dia
switch ke frekuensi lain maka ketika dia sudah pindah ke frekuensi lain,
jangan harap dia akan kembali ke frekuensi kita. Anggap saja dia
84
sudah hilang. Nah bagaimana kita merekat suatu message yang secara
continue bisa diterima. Walaupun sedikit tapi continue.” (BU)
Menurut Budi Utomo, dia tidak ada masalah dengan adanya
perubahan format Delta FM tersebut. Bahkan menurutnya memang
harus ada perubahan dalam industri kreatif seperti radio Delta FM ini.
“Kita bukan bicara nyaman atau tidak nyaman. Di dunia media
kreatif harus ada perubahan. Perubahan itulah yang membuat kita
nyaman. Kita tidak membandingkan yang lama dengan yang sekarang.
Tapi karena kita berada di bisnis kreatif maka harus ada perubahan.
Kalau tidak berubah, maka orang lain yang berubah. Karena kalau kita
berada di persaingan dan kompetisi, ibaratnya kita menyetir mobil dan
melihat tiga spion, kanan-kiri-atas. Kalau kita nyaman, maka kita
berada di jalan lurus terus. Tapi tiba-tiba dari samping ada yang
nyalip. Kita harus fokus melihat ke depan, namun kita harus curiga
dengan kompetitor lainnya. Itulah industri kreatif, bagaimana ketika
kita bisa mendahului orang lain.” (BU)
Senada dengan Budi, Farhan pun berpendapat bahwa sejauh ini
tidak ada masalah dengan perubahan format ini. Justru masalah datang
dari dirinya sendiri yang merasa sebaiknya dibuatkan siaran jarak jauh
dari rumah.
“Nggak ada yang ngeganjel sih. Aman-aman aja. Cuma
memang masalah traffic yang biasanya setengah 6 belum macet,
sekarang sudah macet. Bikin capeekk.. Secara fisik itu sangat
melelahkan. Jadi aku pikir sih kita mulai memikirkan opsi studio di
rumah. Dengan internet bisa kok studio di rumah.” (BU)
85
b. Tahapan Produksi
Masuk ke tahap proses produksi, ada beberapa hal yang
dilakukan oleh produser serta staff program lainnya untuk
menghasilkan program siaran ‘Farhan Asri In The Morning’. Menurut
produser program ‘Farhan Asri In The Morning’, ada beberapa hal yang
menjadi bagian dari proses pra produksi siaran program tersebut.
“Ada planning atau perencanaan. Perencanaan itu ada yang
sifatnya tahunan, ada bulanan, dan juga mingguan. Tema-temanya kita
lihat juga. Apa ada tema khusus setahun tersebut, apa ada program
khusus setahun itu. Kita sudah mengkolektifkan tema-tema khusus
tersebut. Misalnya 17 Agustus jatuhnya hari apa, ada event-event
nasional kapan saja, Jakarta ulang tahunnya kapan.. Itu semua udah
kita list. Dari list tersebut mau kita buat dalam bentuk apa. Apa kita
bikin big program sebulan itu. Kayak Februari kan kita mengangkat
temanya tentang cinta. Tapi minggu-minggu valentine-nya itu kita buat
tema khususnya apa. Jadi kita sudah lihat kalender tahunan, bulanan,
mingguan sampai harian. Sehingga pada saat produksinya sudah well
prepared. Jadi ketika ada kendala, sudah bisa kita tangani.” (BU)
Hal yang pertama adalah mencari topik perbincangan atau
mencari ide apa yang akan dibahas pada hari tersebut.
“Topik harus berangkat dari keseharian orang-orang. Artinya
setiap orang punya masalah seperti itu. Yang penting adalah
bagaimana kita merogoh emosi orang agar dia mau sharing atau
membagi pengalamannya kepada orang lain, sehingga orang lain
mendapatkan inspirasi dari sharing dia. Kita tidak semata-mata
86
melemparkan topik, tapi kita pikirkan matang-matang apakah benar
topik ini diperlukan oleh orang, apa benar topik ini datang dari
masyarakat, kejadian sehari-hari yang bisa kita lihat di TV-majalah-
koran kita angkat menjadi topik yang kira-kira ada hasilnya nih. Kalau
hasilnya tidak ada dan jelek, kita bisa buang topik itu. Jadi pemilihan
tema, topik, sampai judul itu adalah sangat penting. Maka, plan A dan
B-nya itu harus kita buat. Kalau kita plan A-nya begini tapi plan B-nya
berkata baik, kita harus ambil plan B. Khawatir plan A ini tidak jalan.
Misalnya kita sudah bikin plan A yang lucu-lucu dan kocak, ternyata
pada hari mau eksekusi ada peristiwa lain misalnya gempa bumi,
banjir, atau ada peristiwa yang lain-lain kan itu harus naik.
Bagaimana kita cepat merubah hal itu. Kalau kita bertahan di plan A,
saya yakin itu akan sangat kurang responnya.” (BU)
Ditambahkannya pula bahwa topik yang diangkat pun terkadang
menjadi kendala dalam proses pra produksi tersebut apabila topik yang
bersangkutan adalah mengenai event atau perayaan besar dan jatuh di
hari libur yang mana tidak ada siaran ‘Farhan Asri In The Morning’.
“Kalau eventnya tersebut ternyata jatuhnya di hari libur,
dimana kita tidak siaran, yaitu kita yang biasanya siaran Senin sampai
Jumat maka bagaimana kita menyiasatinya. Akhirnya siasat temanya
adalah ‘menjelang’. Misalnya hari kartini jatuhnya adalah hari Sabtu,
maka Jumatnya kita buat tentang kartini. Maka tetap kita tema
perempuannya ditaruh di hari Jumat. Kalau big event-nya jatuh di hari
Minggu, maka kita bahasnya di hari Senin. Itu masih hangat. Pasti kan
media-media yang lain mengangkatnya seperti itu.” (BU)
87
Sedangkan pada proses produksi, disamping eksekusi perlu juga
membuat daftar-daftar audio yang dibutuhkan serta menghubungi
narasumber-narasumber yang bersangkutan.
“Kita buat list apa kita butuh audio kah, butuh sound effect kah,
butuh yang lain-lain, butuh narasumber, itu semuanya kita siapkan.
Contohnya kemarin ketika temanya ‘santai’, maka kita siapkan
narasumber yang mau kita telepon. Ada artis yang pernah bawain lagu
‘santai’ yaitu Sania. Kita telepon dan kita janjikan. Tapi ternyata kita
baru tahu kalau dia baru meluncurkan album. Dia nitip bisa nggak
lagunya diputer. Oh belum bisa.. Karena belum kita survey kan
lagunya.. Belum bisa kita puter gitu aja lagunya. Maka kita jadikan
backsound yang akan kita produksi. Sania-nya nyanyi, kita rekam
sebelum on air. Sehingga nanti hasil ngobrol-ngobrolnya dimixing
dengan lagu yang dia nyanyikan.” (BU)
Menurut informan, dalam proses produksi tersebut ada beberapa
kendala yang cukup sering terjadi. Kendala ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu kendala teknis dan kendala non-teknis.
“Kendalanya bisa dari teknis, seperti listrik padam tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, bisa internetnya down karena nyawa
kita salah satunya dari situ, bisa telepon yang bermasalah, bisa juga
pemancar yang mati. Itu kita harus cepat menghubungi teknisi untuk
memperbaikinya. Kendala lain adalah kendala non-teknis, misalnya
penyiar terlambat. Itu kita harus buat plan B-nya, apa kita perlu back
up dan semacamnya. Kendala non-teknis lainnya adalah narasumber.
88
Misalnya narasumber yang sudah kita siapkan sebelumnya mendadak
tidak bisa dihubungi. Itu juga harus ada back up-nya.” (BU)
Namun menurut Farhan, kendala produksi tersebut justru datang
dari diri sendiri.
“Kendala terbesar datang dari diri sendiri, resistensi, tidak
percaya pada perubahan, tidak mau ambil resiko.. Yaaa begitu itu
lah..” (MF)
Dalam beberapa waktu biasanya terjadi hal dimana penyiar tidak
dapat datang karena adanya masalah tertentu. Menurut Budi Utomo,
tidak ada kendala yang berarti jika memang penyiarnya berdua jadi
siaran tetap dapat berlanjut.
“Kalau penyiar couple itu sangat mudah sekali. Pengalaman
saya ketika memiliki satu-satunya penyiar dan dia tidak bisa masuk.
Itu yang sangat fatal.” (BU)
Farhan pun menambahkan bahwa pendengar jangan sampai tahu
bahwa penyiarnya tidak hadir. Namun ke depannya, pendengar harus
tahu bahwa penyiarnya tidak ada, harus diumumkan terlebih dahulu
bahwa penyiarnya ini akan tidak bersiaran. Hal ini dilakukan agar
pendengar tidak lupa akan keberadaan penyiar tersebut.
“Yang paling penting adalah jangan sampai penonton atau
pendengar tau bahwa Asri atau saya tidak ada. Kita mesti desain
sedemikian rupa sehingga orang tidak berasa salah satu diantara kita
pergi. Namun di atas 2 tahun yaaa pendekatannya sudah lain, orang
sudah mulai berasa.. Jadi kalaupun harus tidak hadir salah satu, harus
bilang. Sehari sebelumnya atau seminggu sebelumnya kita kasih tau
89
bahwa misalnya ‘Ada tugas keluar negeri nih, gue harus pergi dulu’.
Sehari sebelumnya ada pengumuman ‘Besok saya akan pergi dan akan
digantikan sementara oleh si ini’. Kemudian selama
ketidakberadaannya itu, maka harus juga diupdate ngapain aja lo di
sana. Sehingga orang tidak akan pernah lupa dengan keberadaan si
partnernya ini.” (MF)
Kendala produksi lainnya pun menurut Budi Utomo adalah dari
narasumber yang ada.
“Kendalanya kalau ketika mereka kita hubungi ternyata tidak
bisa. Maka harus ada plan B yang seperti tadi aku bilang. Plan B-nya
harus bermain.” (BU)
Kesulitan-kesulitan untuk memproduksi program ini pun
dirasakan oleh sang produser. Menurutnya, ia harus turun gunung
terlebih dahulu untuk mengerjakan proyek besar ini.
“Saya harus beradaptasi lagi menjadi seorang produser.
Dikarenakan program ini adalah proyek besar, banyaknya perubahan
ini membuat saya harus turun langsung. Saya sudah tidak lama
menjadi seorang produser karena saya dulu pernah menjadi seorang
produser juga. Dulu saya masuk pertama di morning show tahun 2006-
2007an. Jadi minimal saya sudah tahu harus berbuat apa. Kesulitan
hampir tidak ada kecuali hal-hal teknis tadi. Tapi kan itu menjadi
tanggung jawab orang-orang teknis yah. Sementara untuk eksekusi
misalnya ketika penelepon harusnya sudah naik, sinyalnya tiba-tiba
buruk atau durasi yang semestinya dua menit menjadi dua setengah
menit sehingga harus menggeser yang lain. Misalnya iklan yang
90
seharusnya tayang jam 6 tidak boleh tayang di jam 7. Jadi semua
harus dirangkai dengan rapih. Kita harus ketat mengatur durasi.” (BU)
c. Tahapan Pasca Produksi
Semua hal pasti ada sisi baik dan sisi buruknya. Tidak ada yang
seratus persen baik dan begitu pula tidak ada yang seratus persen buruk.
Perubahan format Delta FM memberikan warna baru ke kehidupan
masyarakat. Nyatanya strategi yang dilancarkan Delta FM melalui
program ‘Farhan Asri In The Morning’ berdampak positif terhadap
kenaikan jumlah angka pendengar Delta FM.
“Terhadap cum? Banyak banget. Cum itu singkatan dari
cumulative.. Angka kumulatif jumlah pendengar yang telah diriset oleh
Nielsen.” (LK)
Tidak puas sampai disitu saja, untuk terus meningkatkan mutu
dan mempertahankan eksistensinya maka harus ada evaluasi atau
koreksi-koreksi yang dilakukan setelah proses produksi berlangsung
atau selama proses pasca produksi. Namun lagi-lagi pasca produksi ini
berkaitan erat pengaruhnya terhadap bisnis atau untuk klien.
“Ada evaluasi. Ketika produksinya sudah berjalan, itu kita
jadikan sebagai promo. Maka ada base cut yang ada itu jangan
dibuang. Potongan-potongan terbaik itulah buat siang dan sore
sebagai promo juga. Itu kita puter juga di jaringan-jaringan Delta
lainnya. Jadi ada evaluasi, ada best cut-nya juga.” (BU)
91
Kendala pasca produksi dirasakan hampir tidak ada oleh
produser morning show ini. Hanya saja jika terjadi kendala teknis
seperti bukti siar yang tidak terekam.
“Kendala pasca produksi itu hampir tidak ada yah.. Kecuali
misalnya bukti siar yang tidak terekam. Misalnya karena mati atau
trouble, itu kendala juga. Lebih kepada teknis sih itu.” (BU)
Dijelaskannya juga bahwa bukti siar adalah hal penting untuk
melakukan evaluasi pada pasca produksi. Fungsi bukti siar ada dua
yaitu untuk eksternal dan internal. Fungsi eksternal adalah untuk
kepentingan klien, sementara fungsi internal adalah untuk bahan
evaluasi internal.
“…kita lebih kepada klien. Yakni bukti penayangan acara
bahwa kita telah melaksanakan siaran sesuai order dari klien atau
pengiklan. Kalau misalnya dia booking ad-lib jam 9 betul gak berjalan
seperti order, kalau talkshow jam 5 betul gak berjalan juga dengan
rapih…selain itu Untuk internal. Artinya untuk bahan evaluasi.
Misalnya ‘lo kemaren ngomong kepanjangan’ ‘mana buktinya?’ ‘ini’.
Harusnya coba begitu sebelum diedit ada 4 menit, setelah kita edit
hanya 1 menit. Berarti ngomong apa 3 menit itu? Jadi ada bukti
sebagai bahan evaluasi. Yang kedua, kalau ada kesalahan atau ada
pihak-pihak yang ingin meminta yah kita provide yaa. Misalnya ada
pihak yang complain atau pihak yang memerlukan karena itu bagus
bahannya, ya kita bisa memberikannya.” (BU)
92
Bukti siar ini akan berkaitan klien yang akan telah memasang
iklan sesuai dengan rate cart, yaitu harga iklan yang dibayarkan oleh
klien. Harga ini pun berbeda-beda.
“Itu adalah harga on air-ing kita untuk klien. Kan ada yang 30
menit, 20 detik, 1 jam untuk talkhsow. Ada spot, ada ad-lib, insert, dan
segala macam itu masing-masing punya rate-nya sendiri. Ada di
regular time, prime time, weekend, jaringan, dan lokal. Itu harganya
beda-beda. Team sales lah yang memegang itu.” (BU)
4.2.2.2 Strategi Produksi Program ‘Farhan Asri In The Morni ng’
Agar Dapat Menarik Target Pendengarnya
a. Membuat Program Sesuai Keinginan Pendengar
Sebagai Program Director, Leli Kamal tahu betul program apa
yang ingin dia buat untuk memancing pangsa pasar yang ada.
Menurutnya haruslah menyajikan program yang diinginkan pendengar,
bukan diinginkan oleh Delta FM itu sendiri. Kedekatan antara penyiar
dengan pendengar pun menjadi modal utama untuk meraup pendengar.
“Berdasarkan hasil riset, kita melihat bahwa target market kita
menginginkan bahwa nomer satu mereka itu mendapatkan perlakuan
yang menyenangkan dari sebuah konten acara. Kedua, yang related
dengan mereka. Ketiga, yang membuat pagi mereka itu menyenangkan.
Nah itu aja strateginya sehingga kita membuat program acara yang
interaktif, related dengan pendengar jadi obrolan itu harus selalu
tentang si pendengar bukan si penyiar. Tapi toh kalau berkaitan
dengan Farhan dan Asri secara pribadi adalah hal-hal yang related
93
dengan pendengar. Jadi pengalaman dia juga pasti pengalaman
pendengarnya juga. Contoh misalnya saat Asri nangis karena kangen
sama neneknya yang baru meninggal. Itu membuat pendengar ikut
merasakan apa yang dirasakan Asri. Karena pendengar itu kan juga
memiliki nenek atau ibu. Kalau dia nggak ada, gue kangen sama dia.
Itu yang kita sebut related. Artinya pengalamannya si Asri juga adalah
pengalaman semua orang. Bagusnya, Asri touchy dan dia adalah
selebriti. Sehingga orang melihat kesitu, melihat sosok selebritisnya,
dan dia keangkat juga nilai positifnya. Tapi orang jadi kebawa dia, jadi
ikut ke-touch juga. Terus orang jadi ikut angkat telepon. Kebayang kan
ketika saat itu juga membuat orang-orang nelepon ibunya untuk say
hello. Jadi, waste time to say hello with your mom.”
b. Pemilihan Penyiar
Di balik program yang sukses ada orang-orang yang hebat.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa yang paling berperan dalam
kesuksesan suatu program adalah orang di depan layar atau yang
membawakan program tersebut, bisa dikatakan adalah presenter-nya.
Ada beberapa pertimbangan mengapa Delta FM mempercayakan duo
Farhan dan Asri Welas untuk menyajikan morning show yang menjadi
sumber kekuatan Delta FM.
“Kalau kita melihat ke Delta FM yang lama, tentunya Asri tidak
masuk ke dalam kriteria kita. Dulu kan ada Farhan, ada Shanaz
Haque, ada Ida Arimurti ketika format lama. Ketika format baru, kita
harus meniadakan ego kita. Ego kita harus kita buang. Kita harus
94
menempatkan ke sisi pendengar. Kalau kita mengambil B-C, siapa yang
bisa mewakili, siapa yang bisa merangkul mereka. Hingga kita survey
siapa kira-kira orang yang banyak follower-nya baik dari twitter,
orang yang banyak programnya, orang yang dikenal secara nasional,
tidak hanya di Jakarta tapi juga di Makasar, Manado, di seluruh kota-
kota Delta. Kita seleksi lagi, dan terus kita seleksi.. Keluarlah nama
Asri.. Dari polling-nya juga bagus. Sehingga jadilah Asri kita lamar
untuk mendampingi Farhan di pagi hari.” (BU)
Sebelumnya Asri tidak punya riwayat sebagai penyiar.
Sedangkan untuk menjadi penyiar radio tidaklah mudah, karena harus
membangun kedekatan emosi dengan pendengar sebagai sahabat
melalui theater of mind. Namun ternyata belum adanya pengalaman
Asri sebagai penyiar ini tidak menghalangi Delta FM untuk memilih
Asri.
“Saya rasa bukan gambling. Kita punya kualifikasi yang tajam
seperti Delta yang lama. Dulu ketika orang melamar ingin menjadi
penyiar radio, maka suaranya adalah suara radio voice, seperti
‘Selamat pagi blablabla’ *mas Budi menirukan suara berat radio
voice*. Namun sekarang makin bergeser. Kita mencari orang yang
berkarakter. Radio itu adalah teman. Jaman sekarang orang punya
device, punya audio player yang menemaninya. Dia punya koleksi lagu
di iPod dan semacamnya, itu lagu koleksi dia sendiri yang bisa
dinikmati kapan saja. Tapi kelemahannya adalah tidak ada yang
menemani. Sebetulnya yang kita butuhkan adalah radio yang dimiliki
oleh semua orang. Dia punya cd, punya kaset, dan lain-lain tapi kita
95
bisa menemani mereka di mobil. Sehingga bisa merequest dan
sebagainya. Nah yang kita cari adalah orang yang berkarakter, bukan
hanya sekedar radio voice. Asri bukan radio voice. Secara suara jauh
sekali. Tapi bagaimana dia memainkan karakter, dia punya karismatik,
dia punya kegilaan, kegokilan yang bisa merangkul orang, itu juga jadi
pertimbangan kita. Dia punya follower banyak, program di TV banyak,
orang bisa tau siapa Asri itu secara visual. Sehingga kita cepat
memperkenalkan program kita ke masyarakat, dan masyarakat
walaupun masyarakat awalnya annoying dengan suara Asri yang
cempreng dan teriak-teriak yang tidak pernah dilakukan oleh Farhan
yang suaranya ada di level bawah, sementara Asri suaranya berada di
level atas.” (BU)
c. Menyocokan Penyiar Dengan Target Audiens
Leli Kamal pun menambahkan bahwa Asri dilamar oleh Delta
FM sebagai peluru untuk menyasar target pendengar kelas C ke bawah
untuk mengimbangi Farhan yang sudah terkenal sangat cerdas.
“Kita gunakan morning show yang baru. Yang lama itu, Farhan
tok sendirian. Kemudian kita tambahkan Asri. Kenapa? Karena Farhan
sudah terkenalnya untuk level A-B, sangat smart, dan sebagainya. Even
Farhan sendiri harus switching dari penyiar yang sangat smart karena
Delta yang lama itu kan smart banget menjadi yang gokil, yang untuk
orang-orang awam.. Kalau lo dulu dengerin topik pembicaraannya
Farhan, anak-anak muda atau orang awam atau ibu-ibu kayak gue
akan siap-siap kamus dan google nyari nih ngomong apa yah dia
96
karena banyak istilah-istilah dia yang sangat teknis, yang kita nggak
tau. Yang tau itu cuma market tertentu itu tadi. Sementara Delta
berubah dan pendengarnya itu awam. Sehingga dia harus dibiasain
untuk ngomong ‘ayo terangin’.. Jadi membuat Farhan membuang
istilah-istilah itu berat. Awal perubahan itu Farhan masih selalu pakai
istilah itu, dan selalu aku bbm ‘please explain.. please explain..’
Karena dia harus menjelaskan dia ngomong apa maksudnya apa.”
(LK)
d. Menggunakan Selebritis Sebagai Narasumber
Sedangkan untuk narasumber-narasumber yang diundang atau
ditelepon dalam program ‘Farhan Asri In The Morning’ ini adalah para
artis, sesuai dengan tagline ‘Farhan Asri In The Morning’ yaitu ‘The
Show With Stars’ yang artinya pertunjukkan dengan bintang. Bisa
diartikan bahwa banyak bintang-bintang atau selebriti yang ada di
setiap pagi hari. Narasumber atau si artis ini yang ditelepon pun bukan
sembarangan selebritis yang dipilih secara acak, melainkan selebritis
yang memiliki kaitan dengan tema tersebut. Strategi memunculkan
seleb-seleb ini diharapkan akan menarik minat pendengar.
“Karena tagline Farhan Asri In The Morning kan ‘The Show
With Stars’. Maka tamu yang diundang adalah selebritis dan
narasumber bukan sembarangan, yang sesuai dengan tema tersebut.
Tema dan narasumber kalau bisa jadi satu. Misalnya temanya kerja,
lalu yang kita telepon siapa. Ternyata ada artis yang memang dia
97
bekerja. Misalnya Abdul yang menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di
Departemen Kesehatan. Jadi cocok..” (BU)
e. Cepat Merubah Topik Siaran Bila Diperlukan
Salah satu strategi utama dalam mempertahankan pendengar
yang ada adalah dengan mengganti tema atau topik yang sesuai bila
memang diperlukan. Menurut sang produser, tidak masalah untuk
pergantian tema secara mendadak. Kalau mereka tetap ngotot dengan
tema yang ada, malah bisa jadi mereka ditinggalkan oleh pendengar
mereka saat itu juga.
“Gak masalah. Secepatnya kita harus ganti. Karena kalau kita
masih di jalan itu terus yaaa wassalam.. Orang akan tinggalin. Jadi
tetap informasi tentang kebanjiran, nomer telepon yang bisa dihubungi
kalau butuh SAR misalnya.” (BU)
f. Pendengar Sebagai Prioritas Utama
Produser ini pun sampai-sampai berani menolak klien demi
mempertahankan pendengarnya terlebih dahulu karena untuk menaikan
rating terlebih dahulu harus meningkatkan pendengar, lalu baru
pengiklan akan banyak yang masuk.
“Pernah waktu itu ada kasus saat talkshow, tiba-tiba jam 5
dikabarkan Chrisye meninggal. Jam itu saya telepon narasumber untuk
dibatalkan. “Loh kenapa dibatalkan? Saya sudah on the way ini mau
kesana”. “Gak bisa, pak. Kalau Anda mau talkshow, gak ada yang mau
dengerin. Bapak kita ganti ke lain hari ya.” Karena itu akan menjadi
98
hari berkabung nasional, Chrisye kan musisi besar.. Maka hari itu juga
saya bilang ke Music Director, yaitu almarhum Irwin pada saat itu.
“Ijinkan saya untuk seharian muterin lagunya Chrisye.” Jadi seharian
kita puter lagunya Chrisye semua. Jam 5 itu kita siapkan narasumber
yang berhubungan dengan Chrisye. Dokter yang menangani Chrisye
sampai meninggal ada di situ, keluarganya, dan temen-temennya di LA,
sama temen main dia.. Itu kita mapping-nya harus cepat. Sms dan
responnya itu sangat tinggi sekali. Bukan hanya karena hangat, namun
karena itu kebaruan. Semua orang ikut larut, bela sungkawa, dan
apreasiasi dengan ketokohan Chrisye itu, lagunya juga. Yang cerita itu
orang-orang yang kenal Chrisye seperti sahabat-sahabatnya. Kita juga
bacain history-nya Chrisye. Bayangin kalau kita masih talkshow, kita
pasti ditinggal. Jadi secepatnya harus kita ganti.” (BU)
Budi pun menambahkan bahwa ketika hari Senin dan Jumat
jangan sampai membuat topik yang terlalu berat.
“Orang-orang mendambakan hari Senin dan Jumat yang santai.
Senin karena baru terlepas dari weekend dan Jumat menjelang
weekend. Jika temanya itu berat, maka pendengar akan bosan dan
mengganti dengan siaran lain.” (BU)
g. Update Berita Terkini
Sebagai media informasi, di dalam program ‘Farhan Asri In The
Morning’ terdapat segmen ‘Delta Flash’ yaitu update berita terkini dan
informasi lalu lintas setiap 30 menit sekali. Informasi-informasi yang
disajikan pun tidak diambil dari sembarang sumber, namun dari
99
sumber-sumber yang terpercaya karena sekalipun sumber itu adalah
dari internet yang informasinya belum tentu valid.
“Kalau in-depth itu kan koran yaa. Artinya dia sudah dianalisa,
dituangkan hari ini padahal itu berita kemarin. Itu bisa jadi bahan
referensi. Karena berita hari ini bisa jadi ada korelasinya dengan
berita kemarin. Makanya di dalam studio ada banyak koran. Kita baca
setiap hari. Bahkan setelah siaran pun tetap kita baca. Minimal begiu
ada peristiwa, kita punya referensi dulu dan tidak kaget. Ada
background-nya dulu sehingga menjadi modal da nada krosceknya.
Kalau pun kita ambil dari internet, kita lihat sumbernya seperti apa,
pola dia nulisnya seperti apa, karena banyak sekali sekelas kompas aja,
dia terjemahannya letter lux. Yaitu terjemahannya dari media luar, tapi
cara menerjemahkannya itu salah. Itu harus hati-hati. Itu sudah acak-
acakan. Kan ada bahasa seperti ‘be my guest’ yang artinya bukan
‘jadilah tamuku’ tapi adalah ‘silahkan’. Ada kata yang tidak bisa
diterjemahkan, ada yang dipaksakan.. Kita punya filter source mana
berita yang layak, mana yang nggak. Jadi kalau si David Beckham itu
mengundurkan diri, emang kita sudah punya history sebelumnya.
Sehingga ketika ada berita itu kita nggak kaget, kita udah punya
preferensi kayak gitu. Itu kita pilih. Dari 30 menit sekali naik tayang,
itu kan dari puluhan berita yang kita saring.”
h. Mempergunakan Jasa Konsultan
Untuk dapat meraih pasar yang luas, maka haruslah ada arahan
dari orang-orang yang memiliki pengetahuan maupun ilmu yang lebih
100
besar pula, salah satunya adalah konsultan. Salah satu cara Delta FM
mendapatkan pengiklan yang banyak (ekonomi media) tidak terlepas
dari strategi arahan konsultan tersebut. Strategi yang dilaksanakan
sesuai arahan konsultan ini pun membuahkan hasil terutama berhasil
mengalahkan angka pendengar kompetitor Delta FM lalu yaitu Jak FM.
“Kayak Jak FM kan sudah berhasil kita beat menjadi di bawah
Delta. Jauh.. Bedanya 200 lebih. Kita lagi ngejar Gen FM. Walaupun
masih jauh, tapi itu tugas kita.” (LK)
Musik adalah hal yang bisa dikatakan memiliki andil besar
dalam radio selain konten yang diangkat oleh stasiun tersebut. Leli
Kamal pun menjelaskan mengenai riset musik yang akan diputar oleh
Delta FM.
“Kita menggunakan jasa luar, tidak lokal memang. Kalau cuma
riset doang kita selalu lakukan di sini. Setiap tahun kita punya riset
musik sendiri. Tapi kan beda. Biasa.. Gathering orang.. Kumpulin
orang, kasih mereka denger lagu, mereka komentar suka atau nggak.
Sekedar begitu. Sementara kalau riset yang baru ini lebih rumit cara
bekerjanya. Jadi softwarenya itu sudah melalui analisa, nanti di-
grabbing lalu jebret keluar kasilnya.. Bukan sekedar suka nggak suka.
Intinya terus keluarlah playlist baru, kita gunakan yang baru..” (LK)
Ketika ditanya siapa konsultan yang membimbing mereka
hingga sukses seperti saat ini, Leli Kamal tidak mau memberikan
jawaban pasti.
“Pastinya radio consultant. Tapi siapanya, itu nggak bisa
keluar. Itu convidential. Kalau darimananya, dari Australia. Semua
101
orang tahu kok dan sudah jadi rahasia umum. Tapi kalau siapanya
ngga bisa dikasih tau detail. Alasannya kalau nggak salah karena dia
yang membesarkan competitor. Akhirnya kita ambil dia karena kontrak
dia dengan competitor sudah habis. Tapi dia tidak membawa team yang
sama. Jadi dia fair. Team pro-nya aja yang dia ambil, sementara team
lainnya dia ganti. Jadi team yang bikin program disana dengan yang
bikin disini berbeda. Team riset disini dengan team riset disana beda.”
(LK)
Dalam melancarkan strateginya, program ini pun tak luput
dengan SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunities, Threats) atau
bisa dikatakan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Berikut adalah SWOT ‘Farhan Asri In The Morning’ menurut Budi
Utomo :
“Strength-nya itu keterkenalan mereka sebagai selebritis. Dia
dikenal di 8 kota itu sehingga pendengar mudah untuk beradaptasi dan
memiliki daya tarik sendiri. “Gue mau dong pasang di warung lo. Tapi
ada siapa disitu yang nunggu, yang jualan. Karena kan kalo dia ngga
terkenal, gak familiar, gue gak mau spent money di situ. Tapi karena lo
punya sesuatu, ya gue berani lah spent money disitu, booking order,
dan segala macem.” Opportunity-nya itu tiap hari dalam evaluasi
apakah ada new listener. Karena itu adalah target kita. Kita punya
opportunity dengan adanya Farhan Asri, dia ada di TV, dia ada di
majalah, dia ada di off air. Itu setiap orang yang dateng kan ada
opportunity. “Oh lo ada di Delta yaa? Gue mau deh dengerin”. Itu sih
opportunity-nya. Weakness-nya adalah karena kita radio itu kan half
102
listening atau selintas dengar, maka keterbatasan kita adalah disitu.
Yang kedua, mudah sekali orang switch. Khawatir kalau orang sudah
tidak nyaman dengan obrolan kita, diswtich nantinya. Atau weakness-
nya bukan datang dari kita, tapi datang dari narasumber. Oh
obrolannya garing. Seperti itu.. Tema yang boring juga menjadi
masalah. Pernah kita mengganti tema saat itu juga karena tema yang
kita angkat tidak sesuai dengan ekspetasi kita. Mungkin bukan karena
temanya jelek, tapi timingnya tidak cocok. Misalnya saat hujan dan
banjir, kalau kita ngomongin yang hedon dan segala macem yaa nggak
cocok banget.. Orang lagi banjir ya kan.. Maka kita ganti dengan yang
lain. Ancamannya adalah kalau pada saat itu kita rekaman. Sudah
terlanjur.. Misalnya saat itu ada peristiwa yang menarik, eh ternyata
dia rekaman. Itu mau nggak mau jadi resiko. Sehingga paling kita
balas respon orang melalui media sosial. Itulah fungsinya media :
konvergensi lain. Kayak kemarin ketika UJ (Ustadz Jeffry) meninggal,
Farhan kan rekaman. Maka kita tidak layani dengan banyak tentang
UJ pada hari itu. Kita layani hanya lewat news saja di segmen Delta
Flash. Jadi tetap porsinya ada. Setiap jam ada porsinya masalah itu.
Karena itu kan sudah menjadi perhatian nasional yah mau gak mau.
Walaupun tentang selebriti, tetap kita masukkan ke dalam news.” (BU)
Ancaman lain yang dirasakan adalah banyaknya kemiripan pada
stasiun radio lainnya masa kini. Rata-rata formatnya hampir mirip
semua. Namun dibalik ancaman tersebut ada peluang untuk menangkis
hal tersebut, yaitu memiliki konten yang berkarakter.
103
“Saling shading atau kemiripan itu kan ya.. Tapi sekarang
hampir semua station memutarkan lagu yang sama. Itu kan ancaman.
Maka, peluangnya adalah konten. Bagaimana kita punya konten
haruslah baik. Kalau konten itu kan gak bisa disaingi. Masing-masing
punya ciri khas. Kontennya harus memiliki karakter. Itulah peluangnya
disitu.” (BU)
Sementara strategi utama produksi siaran ini menurut Budi
Utomo adalah sebagai berikut :
“Menempatkan Farhan-Asri sebagai penyiar, supaya mudah
dikenal semua orang; memutar 100% lagu enak dimana semua lagu yg
diputar adalah lagu hasil survey dan paling disukai pendengar,
membuat konten siaran yang fun; siaran secara nasional di 8 kota :
Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Makassar,
Manado; membuka link live streaming agar semua orang bisa
menikmati siaran lewat internet sehingga pendengar yg berada di kota
lain termasuk luar negeri bisa mendengar siaran FAIM; membuka 5
line telepon untuk interaksi langsung ke studio Delta saat acara
berlangsung; melakukan promo off-air dan kegiatan activation lainnya
seperti membagikan bensin gratis, Farhan dan Asri bersepeda bareng
sobat Delta saat Car Free Day, memberikan sticker kepada
pengendara; memberdayakan twitter @Delta_FM untuk mendukung
siaran FAIM; memposting foto dan video Faim di FB, website dan
twitter Delta FM.” (BU)
104
Banyak harapan dari keluarga besar Delta FM dengan adanya
program ‘Farhan Asri In The Morning’ ini. Salah satunya seperti yang
diutarakan oleh Farhan :
“Harapan saya sih ini bisa menjadi salah satu siaran radio
yang memang ditunggu dan didengerin oleh warga Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, Makasar, Manado, Jogja, dan juga Semarang. Jadi
dengan demikian kita bisa jadi bagian dari kehidupan orang-orang ini
setiap harinya.” (MF)
4.3 Pembahasan
Delta FM yang pernah berada di frekuensi 95.5 FM dan kini berada di 99.1
FM ini sebenarnya dari dulu sudah memiliki pendengar yang cukup banyak. Namun
seiring berjalannya waktu, perubahan karakteristik pasar, perubahan tren, dan
perubahan keinginan pasar membuat Delta FM mau tidak mau harus mengikuti arus
perubahan tersebut. Tak mau terus berlarut dalam penurunan angka pendengarnya,
Delta FM bertransformasi menjadi ‘The All New Delta FM’. Salah satu hal yang
paling terasa dalam perubahan ini adalah lebih banyaknya lagu daripada bicaranya.
Berbanding terbalik dengan format Delta FM yang dulu dimana lebih banyak bicara
daripada lagunya.
Peneliti melihat bahwa program ‘Farhan Asri In The Morning’ di Delta FM
adalah program morning show atau siaran pagi yang ditayangkan pada prime time
pagi yaitu pukul 06.00-10.00 WIB. Program ini dibawakan oleh Farhan dan Asri
yang disiarkan secara relay di 8 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang,
Jogja, Makassar, Manado, Bandung, Medan dan Surabaya. Siaran secara relay ini
diharapkan mampu benar-benar memancing minat pendengar.
105
Program ini tergolong sebagai karya artistik dengan jenis sequence, yaitu
program harian berdurasi panjang antara satu sampai empat jam setiap satu edisinya.
Kemasannya yang menarik dengan segmen-segmen seru seperti Selepon (Selebriti on
the Phone), Infus (Informasi Bagus), Beritahu, dan Delta Flash membuat ‘Farhan
Asri In The Morning’ sukses menaikan jumlah angka pendengar Delta FM yang dulu
kian lama kian menurun.
Di Indonesia, program siaran radio pada jam 06.00-10.00 WIB adalah
program yang paling diandalkan. Hal ini cukup beralasan karena rata-rata orang
berangkat aktivitas adalah sekitar pukul tersebut. Sehingga program siaran pagi
adalah etalase atau pintu masuk utama orang untuk mendengarkan siaran radio. Jika
program siaran paginya bagus, maka selanjutnya orang akan tetap mendengarkan
siaran tersebut dan betah untuk berlama-lama mendengarkannya. Dengan kata lain
jika pendengar program siaran pagi jumlahnya meningkat, maka pendengar radio
tersebut secara keseluruhan pun meningkat.
Dulu target pendengar Delta FM adalah SES A dan B+. Namun sejak tahun
2011 target pasarnya diperluas menjadi SES A, B, dan C+. Perubahan ini berkaitan
erat dengan teori ekonomi media, yaitu kini media tidak lagi hanya mengutamakan
sisi edukasi dan informasi namun juga terfokus pada pencarian laba secara ekonomi
sebanyak-banyaknya. Prinsip ini tidak bisa disalahkan juga, karena pada dasarnya
media, terutama stasiun swasta, adalah berbasis bisnis.
Delta FM pun menganut prinsip seperti ini. Ekonomi media yang ada terlihat
pada usaha Delta FM untuk merubah format siarannya menjadi lebih santai agar
banyak pasar yang menjadi pendengarnya. Semakin banyak pendengarnya, semakin
banyak pengiklan yang mau memasang iklan produknya di Delta FM. Semakin
banyak pengiklan yang masuk, semakin banyak pendapatan Delta FM.
106
Namun bukan berarti Delta FM tidak lagi memikirkan bagaimana
mencerdaskan masyarakat, tetapi cara untuk mencerdaskan itulah yang dirubah oleh
Delta FM agar Delta FM mampu mengeruk laba sebanyak-banyaknya tapi juga
mampu mengedukasi masyarakat. Idealisme mereka yang dulu yaitu terfokus pada
edukasi masyarakat kini mereka kikis perlahan karena mereka juga memikirkan laba
perusahaan. Salah satu caranya adalah membuat konten-konten yang menarik, lagu-
lagu yang enak, dan topik pembicaraan yang bersahabat. Ketika pendengar sudah
banyak, maka pelan-pelan disuntikan informasi-informasi untuk mengedukasi
mereka. Dapat dikatakan pula bahwa kini konsep mereka berbanding terbalik dengan
konsep yang dulu. Dulu mereka memberikan informasi terus menerus lalu banyak
pendengar, sekarang mereka mencari banyak pendengar lalu memberikan informasi.
Peneliti juga melihat bahwa untuk memproduksi program ‘Farhan Asri In The
Morning’ ini melewati tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan pra produksi
: Melakukan perencanaan per minggu, perencanaan per bulan, dan
perencanaan per tahun. Mereka sudah memiliki kalender tahunan yang
secara detail menunjukan ada event apa saja pada setahun tersebut
berikut jatuhnya hari apa. Misalnya hari Kartini pada tanggal 21 April
2013 jatuh pada hari Sabtu. Lalu dalam perencanaan per bulan dan per
minggu misalnya pada bulan Februari, Delta FM mengangkat tentang
bulan kasih sayang atau valentine. Kemudian per minggunya dibuat
detail topik tentang kasih sayang seperti apa yang akan dibawakan per
harinya.
107
2. Tahapan produksi
: Melakukan eksekusi siaran sesuai rencana siar dan rundown,
membuat daftar audio atau efek suara yang dibutuhkan, dan
mengkonfirmasi apakah narasumber bisa on-air atau tidak.
3. Tahapan pasca produksi
: Mengevaluasi siaran menggunakan bukti siar baik evaluasi secara
internal yaitu bagaimana cara pembawaan materi oleh penyiar atau
durasi sudah cocok dengan rundown atau tidak, serta evaluasi
eksternal yaitu menyerahkan bukti siar kepada klien pemasang iklan
di Delta FM agar mereka dapat menilai apakah pemutaran iklan sudah
sesuai dengan perjanjian atau tidak.
Peneliti menilai bahwa kendala-kendala yang ditemui selama ketiga tahapan
ini beragam, yaitu misalnya pada tahapan pra produksi tiba-tiba ada peristiwa besar
yang terjadi mendadak. Contohnya ketika Ustadz Jeffry (UJ) meninggal dunia pada
dini hari, maka topik siaran harusnya diganti menjadi tentang UJ. Namun siaran pada
hari tersebut adalah tapping atau sudah direkam terlebih dahulu beberapa waktu
sebelumnya, tepatnya sehari sebelumnya. Maka mau tidak mau topik yang diangkat
tetap topik yang lama sedangkan peristiwa wafatnya UJ hanya disajikan kepada
pendengar Delta FM melalui segmen ‘Delta Flash’.
Kendala lainnya yang cukup fatal yang peneliti temui adalah pada saat proses
produksi yaitu Asri yang beberapa bulan terakhir ini setiap jam 9 pagi sudah harus
meninggalkan studio Delta FM karena ada syuting di sebuah stasiun TV swasta. Hal
ini jelas mengganggu jalannya siaran walau sampai sekarang masih bisa ditoleransi
oleh kru Delta FM. Sehingga mau tidak mau Asri dan Farhan merekam suara mereka
atau tapping atau bisa dikatakan juga tidak live on air untuk ditayangkan pada jam 9
108 sampai 10 tersebut. Ini adalah bentuk kecurangan kecil yang dilakukan oleh mereka.
Di satu sisi mungkin mereka ingin tetap adanya kesinambungan suara Asri dari awal
hingga akhir, namun pada akhirnya mereka tidak jujur dengan publik. Kendala lain
secara teknis adalah jika tiba-tiba jaringan siaran terputus karena mati lampu atau
human error.
Sedangkan kendala pada tahap pasca produksi tidak ada yang terlalu berarti.
Hanya saja jika bukti siar tidak terekam akan menjadi kendala cukup besar untuk
tahapan ini karena bukti siar adalah pedoman evaluasi siaran yang paling utama.
Sementara itu SWOT ‘Farhan Asri In The Morning’ yang ditemukan oleh
peneliti adalah :
1. Strengthness (Kekuatan)
: Program ini dibawakan oleh dua artis kondang yaitu Farhan dan
Asri. Nama mereka yang cukup tenar di mata masyarakat menjadikan
program ini lebih mudah populer.
2. Weakness (Kelemahan)
: Isi program ini terkadang garing atau tidak lucu karena memaksakan
diri untuk selalu menghibur. Hal ini dapat menyebabkan pendengar
pindah ke frekuensi lain.
3. Opportunity (Peluang)
: Peluang utamanya adalah karena ‘Farhan Asri In The Morning’ ini
adalah program andalan yang tayang di jam prime time pagi dan
disiarkan di 8 kota besar di Indonesia. Ini dapat menarik minat
pengiklan untuk memasang iklan produknya di Delta FM.
109
4. Threat (Ancaman)
: Banyaknya stasiun radio yang memiliki format siaran sama membuat
Delta FM memiliki banyak kompetitor seperti Jak FM dan Gen FM.
Namun untuk mengatasi hal itu semua Delta FM memiliki strategi khusus
untuk tetap mempertahankan bahkan menaikan angka pendengarnya, yaitu dengan
meminta bantuan konsultan untuk membimbing Delta FM, menyajikan topik
pembicaraan yang relevan dengan kehidupan para pendengarnya sehari-hari,
mempercayakan Farhan dan Asri yang dinilai memiliki potensi untuk
membangkitkan semangat pendengar Delta FM pada pagi hari, menggunakan para
selebritis sebagai narasumber untuk memancing minat pendengar, cepat tanggap
dalam peristiwa yang baru terjadi, tidak takut menolak klien demi mempertahankan
target pendengar, memilih topik yang ringan untuk hari Senin dan Jumat, dan
melakukan riset musik enak yang akan diputarkan di Delta FM.
Strategi-strategi ini membuahkan karya nyata, yaitu berdasarkan hasil riset
Nielsen jumlah pendengar Delta FM yang sempat tidak ada atau nol kini melesat
menjadi 720 pendengar.