bab 4 fix
DESCRIPTION
ferroTRANSCRIPT
![Page 1: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan penentuan kadar ion ferro yang terdapat dalam
sampel didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel IV.1 Data Nilai Absorbansi dari Analisa Larutan Standar FeSO4
Variabel
(ppm)
Absorbansi
(A)
Transmitan
(T)
845 1,514 3,1
745 1,512 3,1
645 1,454 3,5
545 1,381 4,1
445 1,085 8,3
345 0,589 25,7
100 0,113 77,4
Tabel IV.2 Data Nilai Absorbansi dari Analisa Bahan Sampel
SampelAbsorban
si (A)
Konsentr
asi (C)
Transmit
an (T)
RS. Internasional 0,295 295 50,7
Danau PPNS 0,1107 110,7 77,5
IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan spektrofotometri analisa ferro (Fe2+) adalah
untuk menentukan absorbansi dan konsentrasi dari sutau sampel berupa
air danau PPNS dan air sungai RS. International Surabaya dengan metode
analisa spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm.
Spektrofotometrik merupakan salah satu metode analisa kualitatif
dan kuantitatif suatu zat kimia berdasarkan sifat absorbsinya terhadap
radiasi sinar elektromagnetik serta interaksinya antara zat kimia dengan
radiasi sinar elektromagnetik. Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu larutan sampel sebagai fungsi
panjang gelombang (Underwood, 2002).
IV-1
![Page 2: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/2.jpg)
Laboratorium Analisa InstrumenProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Percobaan dan PembahasanProsedur percobaan yang kami gunakan untuk tahap kalibrasi yang
pertama yaitu membuat larutan blangko (Air), lalu memasukkan larutan
blangko ke dalam kuvet yang bersih (jangan sampai tersentuh oleh
tangan), dan memasangkan pada alat kemudian atur sehingga harga
absorbansi=0 dan transmitan=100 pada panjang gelombang 510 nm.
Kemudian membuat larutan standart ferro dengan konsentrasi 845 ppm,
745 ppm, 645 ppm, 545 ppm, 445 ppm, dan 345 ppm. Bagian kedua
adalah membuat larutan reagen Larutan buffer dan phenantrolin.
Pembuatan phenatrolin dengan memasukan 100 mgr phenatrolin dalam
100cc aquadest kemudian dipanaskan pada suhu 80oC. Bagian terakhir
yaitu prosedur analisa ferro dengan cara Mengambil 10 cc sampel + 2
tetes HCl pekat + 10 cc larutan buffer + 2 cc phenatrolin. Kemudian
memasukkan larutan tersebut ke dalam kuvet. Selanjutnya memasang
kuvet pada alat spektrofotometer dan mencatat hasilnya, setelah itu
melakukan prosedur yang sama untuk larutan blangko.
Pada analisa konsentrasi ferro pada suatu sampel diawali dengan
analisa larutan standar yang ditentukan sebagai pembanding untuk
menetukan konsentrasi pada sampel. Berdasarkan Khopkar (2003),
menyebutkan bahwa pada metode spektrofotometri memerlukan larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya dimana larutan standarnya
terdiri dari beberapa tingkat konsentrasi mulai dari yang rendah sampai
konsentrasi tinggi. Larutan standar yang digunakan pada percobaan ini
yaitu Ferro Sulfat (FeSO4) dengan konsentrasi larutan standar sebesar 845
ppm, 745 ppm, 645 ppm, 545 ppm, 445 ppm, dan 345 ppm. Konsentrasi
dari larutan standar yang cukup kecil dilakukan dengan cara pengenceran
pada larutan standar dimana fungsi pengenceran tersebut bertujuan untuk
meminimalisir kesalahan, karena berdasarkan hukum Beer berlaku pada
larutan encer atau berkonsentrasi rendah agar larutan dapat ditembus
cahaya. Larutan standar Ferro Sulfat (FeSO4) dengan masing-masing
konsentrasi yang berbeda diambil 10 ml untuk diuji nilai absorbansi dan
transmitannya.
Ada dua zat yang ditambahkan ke dalam sampel, yaitu larutan buffer,
HCl, dan phenatrolin. Syarat analisis menggunakan spektrofotometri UV-
VIS adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil, membentuk kompleks,
IV-2
![Page 3: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/3.jpg)
Laboratorium Analisa InstrumenProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Percobaan dan Pembahasandan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam
air, perlu ditambahakan HCl untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi
dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam
keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambhankan
larutan phenantrolin agar membentuk Larutan kompleks yang berwarna
orange.
Reaksi antara besi dengan phenantrolin merupakan reaksi
kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan
tersebut, pH larutan hrus dijaga tetap dengan cara menmbahkan larutan
buffer. Penambahan larutan buffer seharusnya dilakukan sebelum
penambahan phenantrolin. Namun apabila dalam praktek telah melakukan
kesalahan didalam percobaan yaitu membahkan larutan buffer setelah
penambahan phenantrolin sehingga kemungkinan terdapat endapan
Fe(OH)2 atau endapan fosfat. Endapan ini membuat cahaya yang diterima,
dihamburkan oleh larutan sehingga absorbansinya kecil. Kemungkinan
yang lain yaitu kesalahan dalam menandabataskan dan memipet larutan
sampel.
Pada setiap pengujian larutan standar dengan konsentrasi berbeda,
spektrofotometer dikalibrasi dengan larutan blanko dimana fungsi larutan
blanko adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan
analat. Dengan memasukan larutan blanko dalam kuvet dan memasukkan
dalam spektrofotometer kemudian diukur absorbansinya pada 0 atau
transmitansi 100%. Setelah angka menunjukkan angka 0 maka larutan
blanko mempunyai nilai absorbansi 0 artinya larutan blanko tidak
menyerap radiasi. Nilai transmitansi 100% artinya meneruskan 100%
tanpa ada yang diserap, dipantulkan ataupun dibiaskan. Langkah
selanjutnya adalah menguji larutan standar ferro dan mencatat nilai
absorbansi yang ditunjukkan dari larutan standar ferro dengan konsentrasi
845 ppm, 745 ppm, 645 ppm, 545 ppm, 445 ppm, dan 345 ppm. Dari data
yang didapatkan dapat dibuat grafik kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi.
IV-3
![Page 4: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/4.jpg)
Laboratorium Analisa InstrumenProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Percobaan dan Pembahasan
100 345 445 545 645 745 8450
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6f(x) = 0.229214285714286 x + 0.175714285714286R² = 0.826205850212856
Larutan Standar
Larutan standar
Linear (Larutan standar)
Linear (Larutan standar)
Konsentrasi (ppm)
Abso
rbansi
(A
)
Grafik IV.1 Kurva Kalibrasi antara Absorbansi Larutan Standar
Ferro dengan Konsentrasi
Berdasarkan grafik IV.1 Kurva Kalibrasi dapat diketahui bahwa grafik
cendurung naik dimana pada saat larutan standar dengan konsentrasi 100
ppm didapatkan absorbansi 0,113 A, konsentrasi 345 ppm didapatkan
absorbansi 0,589 A, konsentrasi 445 ppm didapatkan absorbansi 1,085 A,
konsentrasi 544 ppm didapatkan absorbansi 1,381 A, konsentrasi 645 ppm
didapatkan absorbansi 1,454 A, konsentrasi 745 ppm didapatkan
absorbansi 1,512 A, dan konsentrasi 845 ppm didapatkan absorbansi
1,514. Hal ini sesuai dengan literatur, yaitu pada hukum Bouger-Beer yang
menyatakan suatu grafik absorbansi terhadap konsentrasi molar
merupakan garis lurus dengan kemiringan tertentu yang menunjukkan
semakin besar konsentrasi molar, maka nilai absorbansinya semakin besar
(Underwood & Day, 1998)
Pengaruh dari konsentrasi berbanding lurus dengan pembacaan nilai
absorban, dimana semakin tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin
tinggi juga nilai absorbannya karena penyerapan terhadap larutan
semakin besar yang juga berarti sinar yang diserap semakin besar tetapi
sinar yang besar konsentrasi sampel akan semakin besar nilai
absorbannya, sinar yang diserap dan sinar yang diteruskan akan semakin
besar.
Setelah menghitung absorban pada larutan standar, maka dilanjutkan
dengan menentukan nilai absorbansi dan konsentrasi pada sampel dengan
perlakuan dan metode yang sama pada analisa larutan standar.
IV-4
![Page 5: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/5.jpg)
Laboratorium Analisa InstrumenProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Percobaan dan PembahasanBerdasarkan hasil analisa secara spektrofotometri UV-Vis maka
didapatkan grafik perbandingan konsentrasi dan absorbansi larutan
standar dengan konsentrasi dan absorbansi sampel air danau PPNS dan air
sungai RS. International Surabaya.
100 345 445 545 645 745 8450
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6f(x) = 0.229214285714286 x + 0.175714285714286
Larutan Sampel
Larutan standar
Linear (Larutan standar)
Air kali RS. Inter-national
Air danau PPNS
Konsentrasi (ppm)
Abso
rbansi
(A
)
Grafik IV.2 Grafik Perpotongan antara Kurva Kalibrasi Larutan Standar
dengan Absorbansi Sampel yang Terbaca di Spektrofotometer
Pada grafik IV.2 di atas menunjukkan bahwa air danau PPNS dan air
sungai RS. International Surabaya ini memiliki nilai absorbansi masing-
masing 0,1107 A, 0,295 A dan konsentrasi masing-masing sebesar 110,7
ppm, 295 ppm sehingga air danau PPNS dan air sungai RS. International
Surabaya ini memenuhi Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu
400 ppm untuk kualitas air bersih.
Dari grafik IV. 1 Kurva Kalibrasi larutan standar didapatkan
persamaan garis y = 0,2292x + 0,1757. Nilai regresi yang baik adalah
mendekati 1 dan membentuk garis kurva kalibrasi linear (garis lurus). Nilai
regresi yang diperoleh sesuai grafik IV.1 adalah 0.934. Nilai ini
menunjukan bahwa linearitas dari kurva adalah baik dan dapat digunakan
dalam penentuan konsentrasi sampel.
Dari persamaan garis tersebut maka dapat menentukan konsentrasi
Fe2+ pada larutan sampel dengan menggunakan hukum lambert-beer yaitu
:
IV-5
![Page 6: BAB 4 fix](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071707/55cf8f17550346703b98d835/html5/thumbnails/6.jpg)
Laboratorium Analisa InstrumenProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Percobaan dan Pembahasany = 0,2292x + 0,1757
x = y - 0 ,17570,2 292
, dimana y adalah absorbansifitas (A) dan x adalah
konsentrasi sampel.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar ferro dalam sampel air
danau PPNS dan air sungai RS. International Surabaya diambil masih
berada di ambang batas menurut Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 400 ppm untuk kualitas air bersih.
Namun demikian, sampel air limbah ini tetap tidak baik untuk dikonsumsi
karena dari segi fisik telah berwarna keruh sehingga tidak sesuai dengan
parameter air bersih. Selain itu, di dalam sampel tersebut kemungkinan
juga mengandung zat-zat lainnya yang berbahaya jika dikonsumsi. Di sisi
lain, ditinjau dari segi kualitas air bersih, penelitian ini menunjukkan
bahwa kadar ferro ini masih dapat diterima oleh lingkungan karena daya
dukung lingkungan masih sanggup untuk menetralkannya. Namun,
sampel ini tidak hanya mengandung ferro sehingga belum dapat
disimpulkan apakah sampel ini ikut berkontribusi dalam mencemari
lingkungan perairan sekitar atau tidak.
IV-6