bab 3 pembahasan presbikusis

Upload: yeni-widayanti

Post on 07-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bab 3 Pembahasan presbikusis yeni widayanti

TRANSCRIPT

2

30

BAB 3PEMBAHASAN

Presbikusis atau age-related hearing loss (ARHL) adalah gangguan pendengaran yang berhubungan dengan penambahan usia yang disebabkan oleh atrofi sel rambut di organ Corti, degenerasi serabut saraf di ganglion dan nukleus koklearis, lemahnya suplai darah ligamentum spiral dan stria vaskularis, atrofi ligamentum spiral dan duktus koklearis yang ruptur. Gangguan pendengaran yang terutama disebabkan karena degenerasi telinga bagian dalam dan nervus koklearis ini menyebabkan tuli sensorineural. Karakteristik presbikusis yaitu progresif lambat dan simetris bilateral (Kim, 2000; Muyassaroh, 2012; Pata, 2004; Sousa, 2009; Zagolski, 2006).Presbikusis terbanyak pada usia 70-80 tahun. Sekitar 30-35 % pada populasi dengan usia 65-75 tahun dan 40-50 % pada usia lebih dari 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada perempuan. National Institute on Aging memberikan informasi bahwa sepertiga penduduk Amerika usia 65-74 tahun dan separuh penduduk berusia 85 tahun ke atas menderita presbikusis. Prevalensi tersebut meningkat pada tahun 2030 menjadi 70 juta orang. Di Indonesia jumlah penduduk usia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48 % dan tahun 2025 diperkirakan penderita presbikusis akan meningkat menjadi 4 kali lipat dan dapat merupakan jumlah tertinggi di dunia (Kraus, 2013; Soesilorini, 2012; Sousa, 2009).Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, genetik, hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterol, paparan bising, dan merokok (Muyassaroh, 2012; Soesilorini, 2012). Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler seperti faktor genetik, radikal bebas/stres oksidatif dan gangguan trsansduksi sinyal (Cochrane, 1991; Gates, 2005; Sakaguchi, 2009; Someya, 2009; Takumida, 2009).Gacek dan Schuknecht membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan kelainan histopatologi dan hasil audiometri, yaitu: sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Schuknecht menambahkan 2 kategori: mixed dan indeterminate, terdapat 25 % kasus, dimana terjadi akibat patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolik 34,6 %, jenis lainnya neural 30,7 %, mekanik 22,8 %, dan sensorik 11,9% (Suwento, 2007).Derajat kurang pendengaran dihidung dengan menggunakan indeks Fletcher (Suwento, 2007), yaitu:Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz3Menentukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya (air conduction = AC) saja.

Derajat menurut Jerger :0-20 dB: normal>20-40 dB: tuli ringan> 40-45 dB: tuli sedan> 55-70 dB: tuli sedang berat> 70-90 dB: tuli berat> 90 dB: tuli sangat beratDiagnosis presbikusis ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik telinga, pemeriksaan penunjang dan skrining pendengaran. Penalataksanaan presbikusis yaitu dengan memakai alat bantu dengar dan implan koklea untuk menekan defisit fungsional perifer. Selain itu dengan memberi rehabilitasi latihan mendengar (auditory training), konsultasi, membaca gerak bibir (lip reading), diet, dan menghindari suara atau tempat yang bising (Parham, 2013).

29