pembahasan kp asrama glp. 3

34
BAB IV KEGIATAN YANG DIIKUTI Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa Geulumpang Tiga, Kabupaten Pidie adalah: 1. Pekerjaan Sloof 2. Pekerjaan Kolom Lantai I 3. Pekerjaan Balok Lantai II 4. Pekerjaan Plat Lantai II/ Tangga 4.1 Bahan yang Digunakan Bahan/ material yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa Geulumpang Tiga, Kabupaten Pidie ini memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 4.1.1Semen Sebagai bahan pengikat utama, semen mempunyai peranan yang sangat penting. Semen yang dipakai adalah jenis Portland Pozzoland Cement (PPC) tipe I yang diproduksi oleh PT. Semen Padang, Krueng Raya, Aceh Besar dan PT. Semen Andalas, Lhoknga, Aceh Besar. Pengadaan semen sampai ke lokasi pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat angkut truk. Di lokasi pekerjaan, semen 74

Upload: cut-riska-irnanda

Post on 25-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab IV Laporan KP Asrama Mahasiswa Geulumpang Tiga/ Geulumpang Minyeuk, Kabupaten Pidie berlokasi di Jalan AMD, lorong Abdi Utama, Batoh, Banda Aceh.

TRANSCRIPT

BAB IV

KEGIATAN YANG DIIKUTI

Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama melaksanakan kerja praktek pada

Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa Geulumpang Tiga, Kabupaten

Pidie adalah:

1. Pekerjaan Sloof

2. Pekerjaan Kolom Lantai I

3. Pekerjaan Balok Lantai II

4. Pekerjaan Plat Lantai II/ Tangga

4.1 Bahan yang Digunakan

Bahan/ material yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama

Mahasiswa Geulumpang Tiga, Kabupaten Pidie ini memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan.

4.1.1 Semen

Sebagai bahan pengikat utama, semen mempunyai peranan yang sangat

penting. Semen yang dipakai adalah jenis Portland Pozzoland Cement (PPC) tipe I

yang diproduksi oleh PT. Semen Padang, Krueng Raya, Aceh Besar dan PT. Semen

Andalas, Lhoknga, Aceh Besar. Pengadaan semen sampai ke lokasi pekerjaan

dilakukan dengan menggunakan alat angkut truk. Di lokasi pekerjaan, semen

diletakkan dalam gudang yang disediakan. Berdasarkan RKS, tempat penyimpanan

semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Dalam pelaksanaan,

semen ditempatkan di dalam gudang dengan ketinggian alas balok ± 10 cm dari

permukaan tanah sehingga bisa dihindari dari pengaruh kelembaban dengan

tumpukan semen sebanyak 10 zak, lebih dari 2 m.

Menurut ketentuan SNI 03-2847-2002 pasal 5.7 ayat 1 dan 2, di mana bahan

semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencengah kerusakan,

74

75

atau intrusi bahan yang mengganggu. Tempat penyimpanan semen dapat dilihat pada

lampiran A.3.1 pada halaman 138.

4.1.2 Agregat

Sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS), pasir dan agregat kasar

untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang direncanakan

khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau

tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan menghindarkan

tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar

lainnya.

Dari hasil pengamatan di lapangan, kondisi pasir dan kerikil yang digunakan

cukup baik sebagai agregat pembentuk beton. Hal ini dapat dilihat secara visual

bahwa tidak ada lumpur atau bahan lain yang dapat menggangu kualitas pasir dan

kerikil tersebut. Hanya saja penempatan pasir dan kerikil tersebut tidak sesuai dengan

RKS yakni diletakkan langsung di atas permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena

volume material tersebut dalam jumlah kecil dan penempatannya dalam waktu yang

sementara. Pengadaan pasir dan kerikil dari Indrapuri sampai ke lokasi proyek

dilakukan dengan menggunakan dump truck. Mekanisme pengangkutannya

dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Untuk lebih

jelasnya, gambar penempatan pasir dan kerikil di lapangan dapat dilihat pada

lampiran A.3.2 pada halaman 138.

4.1.3 Air

Sesuai RKS, air yang digunakan untuk semua pekerjaan di lapangan adalah

air bersih, tidak berwarna tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam, alkali), tawar

dan bebas dari zat-zat organik atau anorganik yang larut atau mengambang dalam

suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton, dan tidak

mengandung minyak atau lemak serta harus memenuhi syarat-syarat SNI 06-2412-

1991 tentang metoda pengambilan contoh kualitas air. Air tesebut harus di periksa

76

pada laboratorium yang disetujui oleh konsultan manajemen konstruksi. Jika air pada

lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan, maka kontraktor harus

mencari air yang memadai untuk itu.

Air yang dipakai di lapangan berasal dari sumur yang berada di sekitar lokasi

proyek. Menurut pengamatan, air yang digunakan sudah memenuhi persyaratan

secara teknis.

4.1.4 Besi tulangan

Besi tulangan merupakan salah satu unsur terpenting kontruksi beton

pembuatan beton bertulang. Pengadaan besi tulangan ke lokasi proyek menggunakan

alat angkut dump truck. Ukuran besi untuk tulangan sloof yaitu D19, untuk kolom

yaitu D19, dan untuk wiremash plat lantai basment yaitu D10.

Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu yang

panjang harus dicegah. Pada pengamatan secara visual di lapangan, besi tulangan

diletakkan langsung di atas permukaan tanah dan ditutupi dengan terpal. Mengenai

pengadaan, material tersebut dibeli dari toko-toko yang berbeda di Banda Aceh,

tergantung ketersediaan dan harga yang ditawarkan serta diangkut menggunakan

dump truck.

Hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-2847-2002 mengharuskan batang-batang

tulangan disimpan dengan tidak menyentuh tanah secara langsung dan terlindung.

Batang-batang tulangan dari berbagai jenis baja harus diberi tanda yang jelas dan

disimpan terpisah antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya, sehingga tidak

saling tertukar. Penempatan besi tulangan dapat dilihat pada Lampiran A.3.3 pada

halaman 139.

4.1.5 Kayu

Kayu yang dimaksudkan di sini adalah kayu-kayu yang digunakan untuk

bekisting dan perancah. Bahan bekisting menggunakan kayu tripleks dengan luasan

244 cm x 122 cm dan tebal 9 mm. Bekisting kayu diperkuat dengan balok kayu

77

penahan dengan ukuran kayu 5/7 dan 5/5. Pengangkutan kayu sampai ke lokasi

proyek dilakukan dengan alat angkut dump truck. Di lokasi, kayu bekisting sebagian

ditempatkan di atas balok triplek sehingga tidak langsung mengenai tanah dan

ditutup dengan terpal agar terlindung dari cuaca panas dan hujan. Kayu dapat dilihat

pada Lampiran A.3.4 pada halaman 139.

4.1.6 Batu Bata

Batu bata yang digunakan berasal dari Desa Neuhen, Kecamatan

Baiturahman, Aceh Besar. Batu bata tersebut diangkut dengan menggunakan truk. Di

lokasi pekerjaan, batu bata diletakkan di atas permukaan tanah di lapangan terbuka

yang tidak ditutupi dengan plastik. Untuk lebih jelasnya, penempatan batu bata di

lapangan dapat dilihat pada gambar A.4.5.

4.1.7 Tanah Urug

Tanah urug yang digunakan untuk penimbunan kembali berasal dari tanah

galian pelaksanaan proyek yang daya dukungnya memenuhi syarat untuk digunakan

sebagai tanah urug. Tanah urug yang digunakan berasal dari tanah galian danyang

berasal dari tanah galian di lokasi proyek mencukupi untuk penimbunan kembali.

4.1.6 Oli

Oli digunakan untuk melapisi bagian dalam bekisting agar dapat dibuka

dengan mudah. Oli yang digunakan adalah oli bekas yang masih layak pakai.

4.2 Peralatan yang digunakan

Peralatan adalah alat bantu yang digunakan dalam pekerjaan fisik bangunan

agar pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah. Dalam pelaksanaan pekerjaan

digunakan peralatan manual dan juga peralatan dengan tenaga mesin. Peralatan yang

digunakan dalam proyek ini diantaranya adalah sebagai berikut:

78

4.2.1 Pemotongan tulangan (Bar cutter)

Bar cutter yaitu alat pemotong baja tulangan sesuai ukuran yang diinginkan.

Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Keuntungan dari bar cutter listrik

dibandingkan bar cutter manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi

tulangan dengan diameter besar maksimal diameter besi tulangan 32 mm dan dengan

mutu baja yang cukup tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu

pengerjaan.

Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan kedalam

gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja

baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai

diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih

kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas

dari alat. Dapat dilihat pada lampiran A.3.5 pada halaman 140.

4.2.2 Pencampur beton (Concrete Mixer)

Concrete mixer adalah alat yang digunakan untuk mengaduk campuran beton.

Alat ini memiliki kapasitas yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya. Concrete

mixer yang digunakan pada proyek ini yaitu adalah molen biasa yang digunakan

untuk semua pekerjaan pengecoran. Untuk lebih jelasnya, gambar dapat dilihat pada

lampiran A.3.6 pada halaman 140.

4.2.3 Stamper

Stamper atau istilah umum lainnya disebut stamping rammer adalah alat

mesin yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat yang

sangat membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun

79

pemadatan tanah asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk

bangunan gedung alat ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan jalan,

halaman dan juga untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya. Alat ini umumnya

merupakan alat mesin yang menggunakan bahan bakar bensin dalam pengoperasian

mesinnya. Untuk lebih jelasnya, gambar stamper dapat dilihat pada lampiran A.3.9

halaman 142.

4.3 Pekerjaan Sloof

Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas

pondasi. Gunanya ialah untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju

pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata

pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding

pondasi dengan kolom. Pekerjaan sloof (pondasi menerus) dilakukan yaitu setelah

pekerjaan galian dan pondasi batu gunung selesai. Pekerjaannya disesuaikan dengan

ukuran penampang yang terdiri dari dua tipe, yaitu S1 dengan dimensi 30/60 dan S2

dengan dimensi 25/40 seperti yang tercantum pada gambar rencana. S1 merupakan

sloof utama, sedang S2 difungsikan sebagai sloof gantung yang menahan beban

dinding kamar mandi.

Tahapan-tahapan dari pekerjaan sloof ini adalah:

1. Pekerjaan pembesian;

2. Pekerjaan pemasangan cetakan (bekisting);

3. Pekerjaan pengecoran;

4. Pembukaan cetakan (bekisting); dan

5. Pembukaan perawatan.

4.3.1 Pembesian

Tulangan pokok yang digunakan untuk pekerjaan sloof ini adalah besi ulir

berdiameter 16 mm dan 13 mm, yang penempatannya sesuai jenis penampang.

Detail penulangan sloof untuk setiap tipe penampang sloof adalah sebagai berikut.

1. Sloof tipe 1 (S1) dengan dimensi 30/60 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 6 D 16

80

Tulangan bawah : 8 D 16

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–100

Pada lapangan : Tulangan atas : 8 D 16

Tulangan bawah : 6 D 16

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–150

2. Sloof tipe 2 (S2) dengan dimensi 25/40 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 4 D 16

Tulangan bawah : 6 D 16

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–100

Pada lapangan : Tulangan atas : 6 D 16

Tulangan bawah : 2 D 16

Tulangan pinggang : 4 D 16

Sengkang utama : Ø 10–150

Pekerjaan pembesian sloof terdiri dari pemotongan, pembengkokan dan

perakitan tulangan. Pekerjaan pembengkokan dan pembentukan sengkang dikerjakan

di tempat khusus di dalam lokasi proyek, sedangkan perakitan dilakukan di dekat

lokasi sloof yang akan dipasang. Pekerjaan ini dilakukan oleh 4 orang pekerja

dengan lama pengerjaannya 3 hari dengan menggunakan alat pembengkok dan

pemotong besi. Selanjutnya dipasang dengan menyambung atau merangkainya

dengan begel/ sengkang. Perangkaian tulangan sengkang pada tulangan utama ini

menggunakan kawat beton (bendrat) Ø 2 mm. Sebelum besi tulangan ditempatkan

pada posisi sesuai dengan gambar rencana, besi dipotong dan dibengkokkan sesuai

dengan bentuk yang direncanakan.

Panjang sambungan tulangan tulangan sesuai dengan ketentuan SK SNI T-

15-1991-03 pasal 3.16 yaitu sebesar 40 d. Disamping tulangan diberi beton tahu

dengan ketebalan 4 cm. Beton tahu berfungsi untuk memberi batasan antara

81

permukaan bekisting bagian dalam dengan tulangan sehingga akan didapatkan

ketebalan selimut beton yang sesuai dengan rencana.

Pembesian di tumpuan diambil 1/4 bentang sloof sedangkan di lapangan

diambil 2/4 bentang sloof. Sengkang untuk pembesian sloof ditambahkan sengkang

pengaku yang mengikat masing-masing tulangan atas dan tulangan bawah. Untuk

lebih jelasnya, pekerjaan pembesian untuk sloof dapat dilihat pada Lampiran A.3.15

pada halaman 144.

4.3.2 Pemasangan cetakan (bekisting)

Cetakan dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran sloof yang ditentukan di

dalam gambar rencana. Cetakan dibuat dari papan kayu kelas II dengan ukuran 244

cm x 122 cm dan tebal 9 mm yang diperkuat dengan kayu ukuran 5/5 cm dan jarak

antara perkuatan ini dibuat sejauh 50 cm. Papan bekisting tersebut diolesi dengan

oli yang bertujuan untuk menghindari melekatnya beton pada saat bekisting dibuka.

Pemasangan cetakan dilakukan cukup kokoh dan kuat, dimana celah-celah

antara papan cetakan dibuat cukup rapat sehingga dapat mencegah terjadinya

kebocoran adukan mortar dan membentuk bidang yang rata saat pembongkaran

bekisting. Cetakan dibuat beberapa hari sebelum dipasang, pembuatan cetakan

dilakukan oleh 2 orang pekerja. Pada saat pemasangan cetakan dilakukan oleh 5

orang pekerja. Untuk lebih jelasnya, pekerjaan pemasangan bekisting dapat dilihat

pada Lampiran A.3.16 pada halaman 145.

4.3.3 Pengecoran

Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan cetakan selesai selanjutnya

dilakukan pekerjaan pengecoran pada sloof. Sebelum dilakukan pengecoran, beton

tahu dicetak terlebih dahulu dengan ukuran setelah dipotong (4x4) cm2, di mana

setiap potongan beton tahu terdapat kawat yang tegak lurus terhadap beton tersebut.

Kemudian beton tahu yang sudah mengeras dengan ketebalan 4 cm diikatkan di

bawah tulangan sloof setiap jarak 1 m. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan selimut

82

beton 4 cm. Setelah jarak selimut beton didapatkan, maka sloof dapat dicor. Mutu

beton yang direncanakan untuk pengecoran sloof adalah K 250. Pengadukan material

dilakukan dengan mixer selama + 10 menit. Hal ini sesuai dengan SNI 03-2487-2002

pasal 7.8.3.3 dimana pencampuran harus dilakukan terus-menerus sekurang-

kurangnya 1,5 menit setelah semua bahan dalam wadah tercampur. Namun tidak

dilakukan pengukuran takaran komposisi untuk mencapai suatu mutu beton yang

diinginkan. Menurut RKS, pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat

minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton sehingga diperoleh 20 benda uji yang

pertama. Selanjutnya harus dibuat 2 buah benda uji untuk setiap 5 m3 beton setiap

hari. Namun, dalam pelaksanaan hanya ada dibuat tiga buah benda uji untuk seluruh

pekerjaan beton bertulang. Sehingga mutu beton yang dikerjakan tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan.

Alat-alat yang digunakan pada pengecoran sloof adalah:

1. Mixer 1 unit;

2. Kereta sorong 2 buah;

3. sendok semen;

4. baja tulangan.

Pengecoran dilakukan melalui bagian atas bekisting, hal ini sesuai dengan

prosedur SK SNI T-15-1991-03 yang menyatakan bahwa pada jatuh bebas dibatasi

sampai dengan sekitar 1,5 m. Karena hampir tidak ada tinggi jatuh mortar ke cetakan,

maka tidak terjadi degradasi pada beton dimana bahan-bahan yang terberat dan

terbesar dari mortar beton akan jatuh ke bawah terlebih dahulu yang dilanjutkan

dengan kerikil kemudian pasir dan akhirnya pasta semen.

Selama pengecoran, dilakukan pemadatan agar mortar dapat mengisi ruang-

ruang yang kosong. Pengisian mortar beton kedalam bekisting sloof sesaat untuk

melakukan penusukan–penusukan dengan menggunakan tongkat besi dan

pengetokan dengan menggunakan kayu pada sisi papan bekisting. Setelah mortar

padat, bagian atasnya diratakan. Pengangkutan mortal dari tempat adukan ke tempat

pengecoran dilakukan dengan menggunakan kereta dorong sebanyak 2 buah,

kemudian mortar dituangkan ke tempat yang akan dicor. Pekerjaan ini melibatkan 8

83

orang pekerja dan 1 orang kepala tukang. Untuk lebih jelasnya, pekerjaan pengecoran

sloof dapat dilihat pada Lampiran A.3.22 pada halaman 148.

4.3.5 Pembukaan bekisting

Pembongkaran papan bekisting dilakukan setelah dua hari pengecoran.

Pekerjaan ini dikerjakan oleh 3 orang pekerja dan alat yang digunakan berupa palu

dan linggis. Pembongkaran dilakukan dengan baik, selain untuk menjaga lapisan

sloof, juga agar papan bekisting tetap bagus karena akan dipakai untuk keperluan

lain, misalnya untuk keperluan bekisting balok dan lain sebagainya. Pembukaan

bekisting setelah 1 hari Hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-2847-2002 halaman 33,

yang menyatakan bahwa cetakan dan acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton

berumur 3 minggu. Hal ini mengakibatkan adanya mortar yang masih lengket di

bekisting pada saat pembukaan bekisting sehingga permukaan sloof bagian samping

tidak terlalu mulus. Namun hal ini diatasi dengan menambal pasta semen pada daerah

yang berlubang. Untuk lebih jelasnya, pembukaan bekisting untuk sloof dapat dilihat

pada Lampiran A.3.24 pada halaman 149.

4.3.6 Perawatan beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira

umur beton mencapai 24 jam setelah proses pengecoran berlangsung. Menurut SNI

03-3847-2002 pasal 7.11, perawatan beton harus dilakukan pada suhu di atas 10 ⁰C

dan untuk kondisi lembab sekurang-kurangnya tujuh hari setelah pengecoran kecuali

jika dirawat dengan perawatan dipercepat. Perawatan beton ini dilakukan dengan

cara melakukan penyiraman air ke permukaan kulit beton. Hal ini dilakukan untuk

mencegah keretakan pada beton. Menurut pengamatan, perawatan beton tidak

dilakukan sama sekali pada pekerjaan sloof.

4.4 Pekerjaan Kolom Lantai I

84

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga

beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali

dimensi laterial terkecil (Dipohisodo,1994). Pekerjaan kolom lantai I terdiri dari 50

kolom yang terdiri dari empat jenis kolom yang berbeda dimensi. Kolom utama (C1)

lantai I berjumlah 21 buah berbentuk tampang segi empat dengan ukuran 40/50 cm

dengan tinggi 4 m. Kolom C2 berjumlah tiga buah di bagian teras, kolom C3 yang

merupakan kolom praktis di bagian sekat kamar mandi dan kamar seta untuk

pengaku dinding pada bagian yang memiliki bentang yang cukup luas. Kolom praktis

ini berjumlah 28 buah. Selain itu, terdapat satu jenis kolom lain yang menyokong

berdirinya tangga, yaitu kolom C4 sebanyak 2 buah.

Pekerjaan kolom utama untuk lantai satu mulai dilaksanakan bersamaan

dengan pekerjaan pondasi tapak dan setelah pengecoran sloof selesai, sedangkan

pekerjaan kolom lantai dua merupakan lanjutan dari kolom lantai satu yang

dilaksanakan setelah pengecoran balok dan plat lantai dua.

Tahapan pekerjaan kolom lantai I adalah:

1. Pembesian kolom

2. Pemasangan bekisting kolom

3. Pengecoran kolom

4. Pembukaan bekisting kolom

5. Perawatan beton kolom

4.4.1 Pembesian kolom lantai I

Tulangan pokok yang dipakai untuk kolom adalah besi ulir dengan diameter

19 mm dan besi polos ukuran 13 mm, dengan sengkang ukuran 10 mm, 8 mm, dan

6 mm. Berdasarkan gambar kerja, dimensi dan penulangan kolom untuk lantai I

direncanakan sebanyak 4 tipe dengan karakteristik tulangan sebagai berikut.

1. Kolom 1 (C1) dengan dimensi 40/50 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 5 D 19

Tulangan bawah : 5 D 19

Tulangan pinggang atas : 2 D 19

85

Tulangan pinggang bawah: 2 D 19

Sengkang utama : Ø 10–100

Sengkang lateral : Ø 10–600

2. Kolom 2 (C2) dengan dimensi 30/30 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 3 D 19

Tulangan bawah : 3 D 19

Tulangan pinggang : 2 D 19

Sengkang utama : Ø 6–100

3. Kolom 3 (C3) dengan dimensi 13/13 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 2 Ø 13

Tulangan bawah : 2 Ø 13

Sengkang utama : Ø 6–100

4. Kolom 3 (C3) dengan dimensi 13/20 cm

Pada tumpuan : Tulangan atas : 2 Ø 13

Tulangan bawah : 2 Ø 13

Tulangan pinggang : 2 Ø 13

Sengkang utama : Ø 8–100

Penggunaan diameter tulangan pokok dan begel di lapangan telah sesuai

dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan gambar rencana. Sengkang-

sengkang untuk kolom telah dibentuk sebelumnya di pondok kerja menggunakan

besi polos Ø10 mm dengan jarak 10 cm pada bagian tumpuan maupun lapangan,

terdapat pula sengkang tambahan Ø10 mm dengan jarak tiap 60 cm.

Pekerjaan pembesian kolom dimulai dengan pemotongan dan

pembengkokan. Pekerjaan dan pembengkokan tulangan kolom dilakukan di

lapangan, di lokasi proyek. Tulangan dan begel yang dipakai terlebih dahulu

dipotong dan dibentuk sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan.

Pembesian kolom utama lantai I dilakukan bersamaan dengan pembesian pondasi

tapak. Batang tulangan untuk kolom lantai I langsung disambungkan pada ujung

bawah pondasi tapak, sehingga tidak ada sambungan tulangan kolom lantai I ke

86

pedestal. Setelah semua tulangan pokok dipasang dengan diikaitkan ke tulangan

pondasi, dilanjutkan pemasangan sengkang-sengkang dengan cara memasukkannya

dari atas. Untuk mengikat penyambungan kedua tulangan tersebut digunakan kawat

beton (bendrat) dengan diameter 2 mm.

Untuk kolom praktis dan beberapa kolom lainnya, tulangan dipasangkan

setelah dilakukan pengecoran sloof, di mana tulangan kolom praktis dikaitkan

sekitar 40 cm ke tulangan sloof.

Disamping tulangan diberi beton tahu dengan ketebalan 4 cm. Beton tahu

berfungsi untuk memberi batasan antara permukaan bekisting bagian dalam dengan

tulangan sehingga akan didapatkan ketebalan selimut beton yang sesuai dengan

rencana. Pekerjaan pembesian atau pemasangan tulangan dikerjakan oleh 10 orang

pekerja dalam 4 hari. Pekerjaan pembesian kolom dapat dilihat pada Lampiran

A.3.16 pada halaman 145.

4.4.2 Pemasangan bekisting kolom lantai I

Untuk kolom utama, cetakan (bekisting) terbuat dari tripleks yang diperkuat

dengan kayu pengikat yang setiap jaraknya 50 cm. Untuk memperkuat kedudukan

bekisting kolom dan untuk mencegah terjadinya pergeseran bekisting pada saat

pekerjaan pengecoran, maka sisi bekisting disokong dengan sabuk pengaku yang

terbuat dari balok kayu, papan. Sabuk pengaku dipasang dengan jarak tertentu dari

dasar elevasi kolom. Di lapangan, jarak sabuk pengokoh bekisting kolom dipasang

pada 2/3 tinggi kolom dan dipasang sesuai dengan kebutuhan agar kedudukan

bekisting tetap lurus, sejajar, dan tidak melengkung pada saat mendapatkan tekanan

ke samping pada saat pengecoran. Setiap jarak 60 cm dari bawah dipasangkan besi

angkur yang dibengkokkan dari as kolom hingga keluar sekitar 50 cm dari selimut

beton.

Untuk menjaga agar posisi bekisting tetap siku, dapat dilakukan dengan

menggunakan alat bantu benang yang ujungnya diberi beban yang diikatkan pada

balok kayu yang telah disiapkan sesuai tinggi bekisting atau biasa disebut unting-

87

unting. Pemasangan bekisting kolom dikerjakan oleh 6 orang pekerja dalam 1 hari

untuk 5 kolom dikarenakan terbatasnya papan bekisting kolom.

Kolom praktis dikerjakan setelah pasangan bata dikerjakan, sehingga cetakan

hanya dipasangkan pada dua sisi saja, karena dua sisi lainnya sudah tertutup oleh

pasangan bata. Pekerjaan bekisting kolom dapat dilihat pada Lampiran A.3.26 pada

halaman 150.

4.4.3 Pengecoran kolom lantai I

Pengecoran kolom dilakukan setelah bekisting kolom selesai dipasang.

Sebelum pengecoran dimulai, kotoran-kotoran yang melekat pada besi tulangan

dibersihkan dan diberi oli pada permukaan bekisting terlebih dahulu, kemudian

dilakukan pemeriksaan letak tulangan maupun posisi bekisting. Hal ini sesuai dengan

SNI 03-2847-2002 Pasal 7.7.5. Pengecoran dilakukan setelah mendapat persetujuan

dari Direksi atau Pengawas.

Alat-alat yang digunakan pada pengecoran kolom lantai I adalah:

1. Molen (mixer)

2. Sendok semen;

3. Baja tulangan.

Pengadukan campuran dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan

pengadukan beton menggunakan mixer, lalu beton segar dimasukkan ke dalam

cetakan dengan menggunakan timba, lalu setiap jarak 1 meter terisi, dilakukan

pemadatan dengan cara memukul mukul cetakan dari samping. Mutu beton yang

direncanakan ialah K-275, namun dalam pelaksanaan di lapangan tidak ada

dilakukan penakaran komposisi yang jelas untuk mendapatkan mutu beton sesuai

perencanaan. Berdasarkan RKS, pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus

dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton sehingga diperoleh 20 benda uji yang

pertama. Selanjutnya harus dibuat 2 buah benda uji untuk setiap 5 m3 beton setiap

hari. Namun, dalam pelaksanaan hanya ada dibuat tiga buah benda uji untuk seluruh

pekerjaan beton bertulang. Sehingga mutu beton yang dikerjakan tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan

88

kubus percobaan untuk umur 3, 7, 14, 21, 28 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya

tidak boleh kurang dari presentase kekuatan yang diminta pada 28 hari. Pekerjaan ini

dapat dilihat pada Lampiran A.3.30 pada halaman 152.

4.4.4 Pembukaan bekisting kolom lantai I

Pembukaan bekisting dilakukan 1 hari setelah pengecoran. Hal ini tidak

sesuai dengan ketentuan PBI 1971, pasal 5.5 ayat 1 di mana cetakan samping dari

kolom baru boleh dibongkar setelah berumur 21 hari. Hal ini juga mengakibatkan ada

mortar yang masih lengket pada bekisting walaupun sedikit, sehingga permukaan

kolom ada yang berlubang kecil. Namun kejadian ini diatasi oleh kontraktor dengan

mengoleskan pasta semen pada daerah yang berlubang tersebut. Pekerjaan ini

dilakukan oleh 18 orang pekerja. Alat yang digunakan adalah linggis. Pembongkaran

dilakukan dengan hati-hati, selain untuk menjaga kolom tidak rusak, juga agar papan

bekisting tidak rusak untuk dapat dipergunakan pada pengecoran berikutnya.

Pekerjaan kolom yang sudah selesai dikerjakan dapat dilihat pada lampiran A.3.31

pada halaman 152.

4.4.5 Perawatan beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira

umur beton mencapai 24 jam setelah proses pengecoran berlangsung. Menurut SNI

03-3847-2002 pasal 7.11, perawatan beton harus dilakukan pada suhu di atas 10 ⁰C

dan untuk kondisi lembab sekurang-kurangnya tujuh hari setelah pengecoran kecuali

jika dirawat dengan perawatan dipercepat. Perawatan beton ini dilakukan dengan

cara membungkus keseluruhan kolom dengan plastik hitam/ karung goni. Hal ini

dilakukan untuk mencegah keretakan pada beton. Menurut pengamatan, tidak

dilakukan perawatan setelah cetakan kolom dibuka. Namun perawatan dilakukan

dengan membiarkan air hujan menyirami kolom.

4.5 Pekerjaan Balok Lantai II

89

Balok lantai merupakan tumpuan plat lantai yang dicetak secara monolite

dengan plat lantai. Balok lantai berfungsi untuk meneruskan beban plat lantai dan

beban sendiri balok lantai ini ke kolom lantai I. Dalam pelaksanaan di proyek ini, ada

tiga jenis balok lantai dengan ukuran masing-masing 30/60 cm, 25/40 cm, dan

20/30 cm.

Ruang lingkup pekerjaan balok lantai II adalah:

1. Pemasangan bekisting;

2. Pembesian;

3. Pengecoran;

4. Pembukaan bekisting; dan

5. Perawatan beton.

Tulangan untuk balok dan lantai dirangkai sedemikian rupa sehingga lantai

menjadi satu kesatuan struktur dengan balok. Hal yang penting disini, ujung-ujung

tulangan lantai harus masuk ke dalam balok dengan panjang yang cukup untuk

penyaluran dan diakhiri dengan kait.

4.5.1 Pemasangan perancah dan bekisting

Pekerjaan bekisting dibagi dalam 2 tahap yaitu pemasangan bekisting awal dan

pemasangan bekisting lanjutan. Pemasangan bekisting awal yaitu pemasangan

bekisting bagian bawah balok dan penyangganya yang terbuat dari kayu perancah

dilakukan sebelum perangkaian tulangan balok. Hal ini bertujuan untuk kemudahan

pekerjaan dan mencegah pergeseran tulangan balok lantai dasar yang sudah

dirangkai. Pemasangan perangkaian bekisting dilakukan cukup kokoh dan kuat agar

setelah dibongkar membentuk bidang rata. Selanjutnya pemasangan bekisting

lanjutan berupa bekisting samping kiri dan kanan balok dilakukan setelah penulangan

balok telah selesai dikerjakan. Bekisting dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran

balok lantai dasar yang direncanakan. Bekisting terbuat dari multiplek dengan

ketebalan 12 mm yang dipasangkan pada kayu memanjang dan melintang ukuran 5/7

cm. Setiap jarak 0,5 m dipasang penyangga bekisting berupa kayu perancah yang

telah dirangkai sedemikian rupa di sisi bawah bekisting balok, hal ini bertujuan agar

papan bekisting tidak melendut dan bergeser pada saat pengecoran.

90

Sambungan antara papan cetakan dibuat cukup rapat sehingga dapat

mencegah terjadinya kebocoran adukan mortar. Bekisting dibuat beberapa hari

sebelum dipasang. Di bagian sebelah dalam bekisting diolesi oli. Tujuannya adalah

agar bekisting mudah dibuka nantinya dan tidak terjadi kerusakan sehingga bisa

digunakan kembali untuk bekisting balok gedung lain di proyek ini. Peralatan yang

digunakan untuk pemasangan bekisting antara lain gergaji, palu dan kayu perancah

sebagai penyangga. Pekerjaan pemasangan bekisting balok lantai 2 dilakukan oleh 10

orang pekerja. Untuk lebih jelasnya, pemasangan bekisting balok lantai 2 dapat

dilihat pada Lampiran gambar A.4.10.

4.5.2 Pembesian

Penulangan balok lantai II yang direncanakan ada 6 tipe yaitu:

1. Tipe B1 (30/60) cm

- Pada tumpuan : Tulangan atas : 8 D 19

Tulangan bawah : 6 D 19

Tulangan pinggang atas : 2 D 13

Tulangan pinggang bawah: 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–100

- Pada lapangan : Tulangan atas : 8 D 19

Tulangan bawah : 6 D 19

Tulangan pinggang atas : 2 D 13

Tulangan pinggang bawah: 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–150

2. Tipe B2 (25/40) cm

- Pada tumpuan : Tulangan atas : 4 D 19

Tulangan bawah : 4 D 19

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–100

- Pada lapangan : Tulangan atas : 4 D 19

Tulangan bawah : 4 D 19

Tulangan pinggang : 2 D 13

91

Sengkang utama : Ø 10–150

3. Tipe BL3 (25/45) cm

- Pada tumpuan : Tulangan atas : 3 D 16

Tulangan bawah : 3 D 16

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–100

- Pada lapangan : Tulangan atas : 3 D 16

Tulangan bawah : 3 D 16

Tulangan pinggang : 2 D 13

Sengkang utama : Ø 10–150

Pekerjaan penulangan ini langsung dikerjakan pada tempat yang akan

dipasangkan tulangan. Pekerjaan pembengkokan dan pembentukan sengkang

dikerjakan di tempat khusus di dalam lokasi proyek. Baru kemudian setelah tulangan

utama disambungkan pada tulangan utama kolom lantai I yang berada di bawahnya,

tulangan sengkang ini dirangkaikan. Perangkaian tulangan sengkang pada tulangan

utama ini menggunakan kawat beton (bendrat) Ø 2 mm. Sebelum besi tulangan

ditempatkan pada posisi sesuai dengan gambar rencana, besi dipotong dan

dibengkokkan sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Sehingga di lapangan besi

tulangan bisa langsung disambungkan dengan tulangan utama yang sudah ada yang

merupakan perpanjangan (penyaluran) dari kolom lantai I. Alat yang digunakan

dalam pembesian balok adalah kakak tua, mesin pemotong besi (rebar cutter) dan

kayu perancah.

Setelah semua besi balok lantai II yang direncanakan selesai dirangkai, pada

bagian bawah dan sisi tulangan dipasangkan tahu beton dengan ketebalan 4 cm agar

tulangan tidak melendut dan ketebalan selimut beton tetap terjaga pada saat

pengecoran. Hal ini sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 9.7 (1) halaman 41 yang

menetapkan bahwa untuk konstruksi beton bertulang, tebal selimut beton minimum

untuk beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah atau cuaca seperti balok

dan kolom adalah 40 mm. Pekerjaan pembesian balok lantai dasar dilakukan oleh 7

92

s.d 10 orang pekerja. Untuk lebih jelasnya, perakitan tulangan balok lantai II dapat

dilihat pada Lampiran gambar A.4.12 dan A.4.13.

4.5.3 Pengecoran

Setelah pemasangan bekisting selesai, pekerjaan selanjutnya adalah

pengecoran. Tulangan balok lantai II dibersihkan terlebih dahulu dari tanah atau pasir

urug yang mungkin melekat padanya dengan menggunakan air sebelum dilakukan

pengecoran. Pengadukan campuran dilakukan dengan menggunakan mixer/molen.

Mutu beton yang direncanakan adalah K250. Berdasarkan RKS, pada masa-masa

pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton

sehingga diperoleh 20 benda uji yang pertama. Selanjutnya harus dibuat 2 buah

benda uji untuk setiap 5 m3 beton setiap hari. Jika dianggap perlu, maka digunakan

juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 3, 7, 14, 21, 28 hari dengan ketentuan

bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari presentase kekuatan yang diminta pada 28

hari. Namun, dalam pelaksanaan hanya ada dibuat tiga buah benda uji untuk seluruh

pekerjaan beton bertulang. Sehingga mutu beton yang dikerjakan tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan.

Setelah dilakukan pengadukan dengan mixer, mortar dituangkan ke dalam lift

bucket lalu dinaikkan ke atas, ke lokasi pengecoran. Pekerjaan pengecoran ini

dilakukan bersamaan dengan opengecoran plat lantai II. Pengecoran dimulai dari

daerah paling belakang. Selama pengecoran, pemadatan dianjurkan menggunakan

alat penggetar (concrete vibrator) karena beton yang dihasilkan akan lebih baik dan

dapat mempercepat waktu pekerjaan pengecoran, namun dalam pelaksanaan

pemadata dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan dengan tongkat besi atau

dengan memukul-mukul cetakan. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan SNI 03-

2847-2002 pasal 7.10 ayat 8 halaman 32, dimana semua beton harus dipadatkan

dimana semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan

peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling

tulangan dan seluruh celah dan masuk ke semua sudut cetakan. Pemadatan dilakukan

untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil, adukan

beton harus dipadatkan selama pengecoran

93

Pada saat proses pengecoran, pihak pengawas harus selalu berada di lapangan

dan melakukan pengawasan mutu bahan secara ketat. Namun, dalam pelaksanaan

tidak ada pengawas. Pembuatan benda uji dan slump test tidak dilakukan di lokasi

proyek. Hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-2487-2002, dalam S.7.6.2 dimana

frekuensi mínimum pengambilan contoh uji dilakukan sekali setiap hari setiap mutu

bveton yang dicor, atau tidak kurangdari sekali untuk setiap 120 m3 dari setiap mutu

beton yang dicor setiap hari.

Pekerjaan ini dilakukan oleh 15 orang tenaga kerja yaitu 2 orang operator

mixer, 1 orang kepala tukang, dan 13 orang pekerja. Untuk lebih jelasnya,

pengecoran plat lantai dapat dilihat pada Lampiran gambar A.4.16 dan A.4.17.

4.5.4 Pembukaan bekisting

Pembukaan bekisting dilakukan 3 hari setelah pengecoran. Pembukaan

bekisting hanya dilakukan pada bekisting balok sisi sebelah luar saja (balok bebas),

sedangkan bekisting balok sebelah bawah tidak dibongkar lagi karena bekisting

masih dibiarkan menyangga balok. Hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-2847-2002

halaman 33, yang menyatakan bahwa cetakan dan acuan tidak boleh dibongkar

sebelum beton berumur 3 minggu. Pekerjaan ini dikerjakan oleh 7 orang pekerja dan

perkakas yang digunakan berupa kapak dan linggis. Pembongkaran dilakukan dengan

baik, selain untuk menjaga lapisan balok lantai II, juga agar papan bekisting tetap

bagus karena akan dipakai untuk keperluan lain, misalnya untuk keperluan bekisting

balok lantai pada gedung lain dalam lokasi proyek dan lain sebagainya.

Setelah pembukaan bekisting, terlihat adanya sarang kerikil dan pembesaran

balok lantai, hal ini disebabkan karena kurang sempurnanya pemadatan yang

dilakukan pada saat pengecoran dan pemasangan bekisting balok lantai yang tidak

terlalu kuat pada bagian-bagian tertentu sehingga bekisting membesar ketika

dilakukan pengecoran. Sebagai perbaikan, dilakukan penambalan beton pada bagian

sarang kerikil dan pemahatan beton pada bagian balok yang membesar. Untuk lebih

jelasnya, pembukaan bekisting balok lantai II dapat dilihat pada Lampiran gambar

A.4.18.

94

4.5.5 Perawatan beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, kira-kira 24 jam

(1 hari) setelah pengecoran berlangsung. Perawatan beton dilakukan dengan cara

menyiram air ke permukaan beton. Hal ini dilakukan untuk mencegah keretakan pada

beton. Menurut pengamatan, perawatan beton tidak dilakukan sama sekali. Hal ini

bertentangan dengan SNI 03-2847-2002 pasal 7.11 ayat 1 halaman 32 yang

menyatakan bahwa beton harus dirawat pada suhu di atas 10°C dan dalam kondisi

lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

4.6 Pekerjaan Tangga

Tangga merupakan sarana penghubung dari dua tempat atau lebih yang

memiliki ketinggian elevasi berbeda. Sedangkan fungsi utama tangga adalah untuk

mendukung aktifitas manusia yang berlangsung dalam dua tempat yang memiliki

ketinggian berbeda, terutama pada bangunan-bangunan bertingkat.

Adapun tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan pemasangan bekisting;

b. Pekerjaan pembesian;

c. Pekerjaan pengecoran;

d. Pekerjaan pembukaan bekisting; dan

e. Pekerjaan perawatan beton.

4.6.1 Pekerjaan pemasangan bekisting

Pemasangan bekisting tangga diawali dengan pemasangan tiang penyangga.

Pada bagian bawah tiang penyangga dipasang papan yang berfungsi sebagai pengaku

dan landasan.

Setelah pemasangan tiang penyangga selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan

pemasangan bekisting plat tangga lalu dilanjutkan dengan pemasangan bekisting anak

tangga. Bekisting terbuat dari multipleks 9 mm dan balok kayu berukuran 5/7 cm dan

beberapa kayu tambahan. Pemasangan cetakan harus benar-benar kuat dan kokoh.

95

Pekerjaan pemasangan bekisting tangga ini dikerjakan selama 2 hari oleh 4 orang

Pekerja dan 1 orang Kepala Tukang. Tahapan pekerjaan pemasangan bekisting

tangga dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.32, halaman 86

4.6.2 Pekerjaan pembesian

Pengerjaan pembesian dilakukan setelah pemasangan bekisting tangga

selelsai. Pada pemasangan tulangan plat tangga, tulangan memanjang dan melintang

tangga digunakan sistem penulangan 2 lapis. Ukuran besi yang digunakan adalah

Ø10-100 untuk pelat tangga, serta 6 Ø13 dan 4 Ø16 untuk balok lantai ukuran 25/40.

Seharusnya untuk pembesian tulangan balok lantai tersebut digunakan 10 Ø 16.

Untuk anak tangga sendiri, tidak dipasangkan tulangannya. Seharusnya, menurut

gambar dipasangkan 4 Ø16 dengan sengkang Ø10-100 untuk setiap anak tangga,

namun pelaksanaannya tidak digunakan sama sekali untuk anak tangga. Untuk

menghasilkan jarak selimut beton yang diinginkan, diletakkan beton decking.

Tahapan pekerjaan pembesian tangga dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.33,

halaman 86.

4.6.3 Pekerjaan Pengecoran

Pengecoran tangga dilakukan setelah pemasangan bekisting dan pembesian

telah selesai dikerjakan. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran adalah K-

250. Namun saat dilaksanakan tidak ada takaran campuran beton yang jelas. Alat-alat

yang digunakan pada pengecoran tangga adalah:

a. Molen

b. Alat-alat pendukung lainnya.

Pengecoran dilakukan secara manual dengan menggunakan molen, mortar

yang sudah diaduk molen terlebih dahulu,dituangkan ke kereta sorong, yang

selanjutnya dilakukan pengecoran terhadap tangga. Pengecoran tangga dilakukan

oleh 5 orang tenaga kerja.

96

4.6.4 Pekerjaan perawatan beton

Seperti pada pekerjaan pengecoran lainnya, tangga juga dilakukan perawatan

setelah pengecoran selesai. Perawatan dilakukan dengan penyiraman air ke

permukaan tangga. Namun tidak dilaksanakannya perawatan terhadap beton tangga.

4.6.5 Pekerjaan pembukan bekisting

Pembukaan bekisting diawali dengan membuka papanbeksiting dan balok

pada anak tangga. Sedangkan scaffolding dan bekisting plat tangga dibuka setelah

beton berumur 14 hari.