bab 3 obyek penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00640-mc...

38
37 BAB 3 OBYEK PENELITIAN 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan 3.1.1 Profil Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Barat Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perhubungan darat, laut dan udara, Dinas Perhubungan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dishub dikoordiansikan oleh Asisten Pembangunan. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pembangunan, pengelolaan, pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan di bidang perhubungan darat, laut dan udara. DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia, memiliki multifungsi serta peran yang sangat khusus. Jakarta adalah pusat pemerintahan nasional, pusat perdagangan dan industri, jasa, pendidikan dan kebudayaan serta memiliki fasilitas yang terkemuka dalam kegiatan pariwisata dan rekreasi. Jakarta memiliki prasarana pelayanan perkotaan yang terkait dengan jaringan pelayanan nasional dan bahkan internasional. Wilayah DKI Jakarta terbagi atas 1 Kabupaten dan 5 Kota Administrasi, 44 Kecamatan dan 267 Kelurahan, berada di daratan rendah pantai utara bagian barat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten/Kota Bekasi dan sebelah selatan Kabupaten Bogor dan Kota Depok.

Upload: phamnga

Post on 14-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

37

BAB 3

OBYEK PENELITIAN

3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

3.1.1 Profil Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Barat

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta merupakan unsur pelaksana

Pemerintah Daerah di bidang perhubungan darat, laut dan udara, Dinas

Perhubungan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya Dishub dikoordiansikan oleh Asisten

Pembangunan. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas

menyelenggarakan pembinaan, pembangunan, pengelolaan, pengendalian dan

pengkoordinasian kegiatan di bidang perhubungan darat, laut dan udara.

DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia, memiliki multifungsi

serta peran yang sangat khusus. Jakarta adalah pusat pemerintahan nasional,

pusat perdagangan dan industri, jasa, pendidikan dan kebudayaan serta memiliki

fasilitas yang terkemuka dalam kegiatan pariwisata dan rekreasi. Jakarta

memiliki prasarana pelayanan perkotaan yang terkait dengan jaringan pelayanan

nasional dan bahkan internasional.

Wilayah DKI Jakarta terbagi atas 1 Kabupaten dan 5 Kota Administrasi,

44 Kecamatan dan 267 Kelurahan, berada di daratan rendah pantai utara bagian

barat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur

Kabupaten/Kota Bekasi dan sebelah selatan Kabupaten Bogor dan Kota Depok.

Page 2: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

38

Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengupayakan berbagai solusi

untuk mengatasi berbagai permasalahan transportasi yang menimbulkan dampak

antara lain pada pencemaran udara, kelancaran lalu lintas, terbuangnya waktu di

jalan, serta pemborosan bahan bakar.

Pemprov DKI telah pula menerbitkan peraturan perundang-undangan di

daerah yang diharapkan dapat mengatur transportasi di DKI Jakarta antara lain

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan

Raya, Angkutan Kereta Api, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Perda 12

Tahun 2003) serta Surat Keputusan Gubernur Nomor 84 Tahun 2004 tentang

Pola Transportasi Makro (SK Gubernur 84 Tahun 2004). Peraturan-peraturan

tersebut pada intinya menyatakan bahwa manajemen lalu lintas meliputi

kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan

angkutan jalan. Sedangkan kegiatan perencanaan lalu lintas, meliputi: a.

inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan; b. penetapan tingkat pelayanan

yang diinginkan; c. penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas; d.

penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.

Page 3: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

39

3.1.2 Visi dan Misi Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta

Barat

VISI

Terciptanya sistem transportasi yang terintegrasi dan berkualitas yang

sejajar dengan kota besar negara maju.

MISI

1. Mewujudkan transportasi darat yang aman, tertib, terintegrasi, terjangkau,

berdaya saing dan diterima oleh masyarakat;

2. Mewujudkan transportasi laut dengan standar internasional dengan

memanfaatkan keunggulan teknologi serta untuk pengembangan wilayah;

3. Mewujudkan transportasi udara dengan standar internasional serta untuk

pengembangan wilayah;

TUGAS POKOK

Menyelenggarakan pembinaan, pembangunan, pengelolaan,

pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan di bidang perhubungan darat, laut

dan udara.

Page 4: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

40

FUNGSI

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan darat, laut dan udara;

2. Pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan program, evaluasi dan

pengembangan sistem perhubungan darat, laut dan udara;

3. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas di bidang perhubungan

darat, laut dan udara;

4. Pemberian izin atau rekomendasi di bidang perhubungan darat, laut dan

udara;

5. Pemberian dukungan teknis dan administratif di bidang perhubungan darat,

laut dan udara;

6. Pengkoordinasian dengan instansi terkait dalam rangka pelaksanaan tugas

operasional di bidang perhubungan darat, laut dan udara;

7. Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di bidang perhubungan

darat, laut dan udara;

8. Penetapan lokasi perparkiran di badan jalan dan di luar badan jalan;

9. Penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan, pengaturan dan penetapan

pedoman pengelolaan SAR Provinsi di bidang perhubungan darat, laut dan

udara;

10. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dan pemeriksaan mutu

karoseri kendaraan bermotor;

11. Penentuan tarif ekonomi untuk angkutan jalan, angkutan penyeberangan,

laut dan udara;

Page 5: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

41

12. Penyusunan, penetapan dan perencanaan jaringan angkutan jalan;

13. Pemberian bimbingan dan penyuluhan di bidang perhubungan darat, laut dan

udara;

14. Pemungutan retribusi pelayanan di bidang perhubungan darat, laut dan

udara;

15. Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Suku Dinas.

Page 6: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

42

3.1.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi

Jakarta Barat

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan

Page 7: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

43

(1) Susunan Organisasi Dinas Perhubungan, sebagai berikut:

a. Kepala Dinas;

b. Wakil Kepala Dinas;

c. Sekretariat, terdiri dari:

1. Sub bagian Umum;

2. Sub bagian Kepegawaian;

3. Sub bagian Program dan Anggaran; dan

4. Sub bagian Keuangan.

d. Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, terdiri dari:

1. Seksi Manajemen Lalu Lintas;

2. Seksi Rekayasa Lalu Lintas; dan

3. Seksi Fasilitas Pendukung.

e. Bidang Angkutan Darat terdiri dari:

1. Seksi Angkutan Orang Dalam Trayek;

2. Seksi Angkutan Orang Luar Trayek; dan

3. Seksi Angkutan Barang dan Kereta Api.

f. Bidang Pengendalian Operasional, terdiri dari:

1. Seksi Keselamatan dan Teknik Sarana;

2. Seksi Pembinaan Pengguna Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

dan

3. Seksi Pengendalian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 8: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

44

g. Bidang Transportasi Laut dan Udara, terdiri dari:

1. Seksi Kepelabuhan, Penjagaan Laut dan Pantai dan Jasa

Maritim;

2. Seksi Angkutan Perairan dan Keselamatan Pelayaran; dan

3. Seksi Transportasi Udara.

h. Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi;

i. Suku Dinas Perhubungan Kabupaten Administrasi;

j. Unit Pelaksanaan Teknis; dan

k. Kelompok Jabatan Fungsional.

• Deskripsi Tugas dari:

1. Kepala Dinas mempunyai tugas utama, antara lain:

a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi dinas,

b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat, Bidang,

Suku Dinas, Unit Pelaksanaan Teknis, dan Kelompok Jabatan

Fungsional,

c. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan / atau

instansi pemerintah / swasta dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

Dinas Perhubungan; dan

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan

fungsi Dinas Perhubungan.

Page 9: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

45

2. Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas penting, antara lain:

a. Membantu Kepala Dinas dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi

Dinas;

b. Menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian atas pelaksanaan kebijakan

yang ditetapkan oleh Kepala Dinas;

c. Membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan koordinasi dengan instansi

pemerintah / swasta;

d. Membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan koordinasi Bidang, Suku Dinas

dan Unit Pelaksanaan Teknis;

e. Membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan monitoring dan pengendalian

lalu lintas dan angkutan jalan; dan

f. Mewakili Kepala Dinas apabila Kepala Dinas berhalangan melaksanakan

tugas.

3. Sekretariat mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Sekretariat;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Sekretariat;

c. Pengoordinasian Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA),

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan rencana strategis Dinas

Perhubungan;

Page 10: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

46

d. Pelaksanaan monitoring, pengendalian, dan evaluasi dokumen pelaksanaan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Perhubungan oleh Unit Kerja

Dinas;

e. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional dan tenaga teknis

perhubungan;

f. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Dinas Perhubungan;

g. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan Dinas

Perhubungan;

h. Pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Dinas Perhubungan;

i. Pelaksanaan pengaturan acara Dinas Perhubungan;

j. Pengelolaan sistem informasi manajemen Dinas Perhubungan;

k. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perhubungan yang berkaitan

dengan tugas dan fungsi Sekretariat;

l. Pengoordinasian penyusunan laporan (keuangan, kinerja, kegiatan,

akuntabilitas) Dinas Perhubungan;

m. Penyiapan bahan laporan Dinas yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan

fungsi sekretariat; dan

n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Sekretariat.

Page 11: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

47

4. Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksaan Anggaran (DPA) Bidang Manajemen dan

Rekayasa Lalu Lintas;

c. Penyusunan bahan kebijakan teknis manajemen dan rekayasa lalu lintas;

d. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas melalui penetapan rambu

lalu lintas, marka jalan, penggunaan alat pengendali, pengama pemakai jalan

dan penggunaan fasilitas pendukung lalu lintas;

e. Penyiapan bahan laporan Dinas yang terkait dengan tugas dan fungsi Bidang

Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; dan

f. Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.

5. Bidang Angkutan Darat mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Angkutan Darat;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Angkutan

Darat;

c. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang angkutan darat;

Page 12: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

48

d. Pelaksanaan pembinaan angkutan orang dalam trayek, angkutan orang tidak

dalam trayek dan angkutan barang dan kereta api;

e. Penyiapan bahan laporan Dinas yang terkait dengan tugas dan fungsi Bidang

Angkutan Darat; dan

f. Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Angkutan Darat.

6. Bidang Pengendalian Operasional mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dang Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran(DPA) Bidang Pengendalian Operasional;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran(DPA) Bidang Pengendalian

Operasional;

c. Penyusunan bahan kebijakan teknis pengendalian operasional;

d. Pelaksanaan upaya keselamatan dan teknik sarana;

e. Pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan pengguna lalu lintas dan angkutan

jalan;

f. Pelaksanaan dan pengendalian lalu lintas dan angkutan jalan;

g. Penyiapan bahan laporan Dinas yang terkait dengan tugas dan fungsi Bidang

Pengendalian Operasional; dan

h. Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Pengendalian Operasional.

Page 13: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

49

7. Bidang Transportasi Laut dan Udara mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Transportasi Laut dan Udara;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Transportasi

Laut dan Udara;

c. Penyusunan kebijakan teknis transportasi laut dan udara;

d. Pembinaan dan pengawasan kegiatan operasional angkutan perairan;

e. Pembinaan dan pengawasan kegiatan operasional keselamatan pelayaran;

f. Pembinaan dan pengawasan kegiatan operasional kepelabuhan, penjagaan

laut dan pantai serta jasa maritim;

g. Pembinaan dan pemantauan teknik bandar udara dan angkutan darat;

h. Pembinaan dan pemantauan keselamatan penerbangan;

i. Pelaksanaan proses penerbitan perizinan di bidang transportasi laut dan

transportasi udara;

j. Penyiapan bahan laporan Dinas yang terkait dengan tugas dan fungsi Bidang

Transportasi Laut dan Udara; dan

k. Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Transportasi Laut dan Udara.

Page 14: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

50

8. Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi mempunyai tugas, antara lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

c. Pelaksanaan kegiatan manajemen lalu lintas;

d. Pelaksanaan kegiatan rekayasa lalu lintas;

e. Pelaksanaan kegiatan pembinaan usaha angkutan darat;

f. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan angkutan

jalan

g. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang perhubungan pada

lingkup Kota Administrasi;

h. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas;

i. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

j. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan Suku Dinas;

k. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Suku Dinas;

l. Penyiapan bahan laporan Dinas Perhubungan dan Kota Administrasi yang

terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; dan

m. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku

Dinas.

Page 15: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

51

9. Suku Dinas Perhubungan Kabupaten Administrasi mempunyai tugas, antara

lain:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

c. Pembinaan dan bimbingan perhubungan darat, laut, udara;

d. Pengendalian pengawasan dan penertiban perhubungan darat, laut, udara;

e. Penyediaan dan pemeliharaan serta perawatan prasarana dan sarana

perhubungan darat, laut, udara;

f. Pemberian rekomendasi izin pembangunan prasarana dan sarana

perhubungan dan izin operasional angkutan laut;

g. Pelaksanaan pemungutan, pencatatan, penyetoran, pelaporan dan

pertanggungjawaban retribusi terhadap penggunaan prasarana dan sarana

perhubungan;

h. Pengoordinasian dengan instansi terkait dalam rangka pelaksanaan tugas

operasional di bidang darat, laut, udara;

i. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang suku dinas;

j. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan Suku Dinas;

k. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

l. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Suku Dinas;

Page 16: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

52

m. Penyiapan bahan laporan Dinas dan Kabupaten Administrasi yang terkait

dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; dan

n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku

Dinas.

10. Unit Pelaksanaan Teknis mempunyai fungsi pelayanan langsung kepada

masyarakat atau untuk melaksanakan fungsi pendukung terhadap tugas dan

fungsi Dinas Perhubungan.

11. Kelompok Jabatan Fungsional dan Subkelompok Jabatan Fungsional dipimpin

oleh seorang Ketua Kelompok Jabatan Fungsional dan Ketua Subkelompok

Jabatan Fungsional yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas dan Kepala Suku Dinas atau Kepala Unit Pelaksanaan Teknis.

Page 17: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

53

TABEL 3.1 DATA PEGAWAI SUKU DINAS PERHUBUNGAN JAKARTA BARAT

NO. NO. N A M A NIP/NRK JABATAN

URUT

1. 1.

Drs. SUYOTO 195710211979021002 /

064214 Kasudin

SUBBAG TATA USAHA

2 1 Dra. Rini Setiarini 196809031998032004 /

124853 Kasubag.TU

3 2 Siti Zubaidah, S.Sos 196601121992022002 /

11606 Staf

4 3 Lina Susanti, SE .198411022010012022 /

178278 Staf

5 4 Lita Lusiana, A.M.TrU .197704012010012012 /

177302 Staf

6 5 Abdul Hakim 196404041996031003 /

119172 Staf

7 6 Dari Sulaiman .197206032007011029 /

166797 Staf

SEKSI MANAJEMEN LALIN

8 1 Christianto. ATD. MT 196912291993011001 /

125367 Kasie MLL

Page 18: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

54

9 2 Muhamad Nuh, SE .196011151985011002 /

158146 Staf

10 3 Joni Agustian .196208061991031009 /

127472 Staf

SEKSI REKAYASA LALIN

11 1 Ir. Leo Amstrong M, MT 196906031998031004 /

123948 Kasie

12 2 Kartinah 196108011982032008

/128294 Staf

13 3 Hidayat 196203131987031008

/128936 Staf

14 4 Muhammad Isa 197701171998031003

/123949 Staf

15 5 Nurkholik 197002221997031002

/121429 Staf

16 6 Diar Kunto Jati, ST 198204232010011027 /

178062 Staf

17 7 Setya Yasa 197505312007011010 /

166765 Staf

18 8 Agus Subagio 197203172007011029 /

166796 Staf

SEKSI ANGKUTAN DARAT

19 1 Suharyono Budiyono, ST .195711301979021001 Kasie.A.D

20 2 Yuniar Triyoko, SE .197606242010011016 /

178102 Staf

Page 19: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

55

21 3 Slamet Riyadi .197712112007011013 /

166000 Staf

22 4 M.S.Sucipto Staf

SEKSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

23 1 Umbul Ahmad Gunawan, SH 196809161999021001 /

127936 Kasie PLLA

24 2 Subardi 196003111981031013 /

130515 Staf

25 3 Bangkit Prakoso .196405201998031003 Staf

26 4 M. Nasser .196002131983101001 Staf

27 5 Abdulah 197404101998031006 /

123904 Staf

28 6 Achmad Wahyudin .198201242008011006 /

169108

29 7 P. Sijabat 197001291998000163 /

124121 Staf

30 8 Ahmad Sarkum 195802101992111001 /

127825 Staf

31 9 Linan 195707211975031001 /

055930 Staf

32 10 Anwar 197808182007011019 /

166011 Staf

33 11 Ahmad 197911152007011016 /

166874 Staf

Page 20: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

56

34 12 Ahmad Barkah 198012312008011015 /

169093 Staf

35 13 Ahmad Jayadi 197305022007011027 /

165917 Staf

36 14 Bahrudin 197808112007011014 /

165981 Staf

37 15 Bambang Waluyo 197502072007011018 /

166052 Staf

38 16 Bahroni 196407052007011033 /

167146 Staf

39 17 Darwin 197902012008011008 /

169105 Staf

40 18 Danu Irawadi, SH 197210042007011018 /

165962 Staf

41 19 Dedi Irawan 198011192007011008 /

165993 Staf

42 20 Dedi Sumanto 198204102008011017 /

169118 Staf

43 21 Feri Setiawan 197509152007011024 /

166017 Staf

44 22 Hariri 196707212007011022 /

167102 Staf

45 23 Jamil Mu'minin 197801282007011011 /

165986 Staf

46 24 J.Adang Dwi Atmoko 196112312007011242 /

166310 Staf

47 25 Louis Mahodim .195906301998031001 /

124873 Staf

Page 21: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

57

48 26 Marzuki 196908122007011051 /

166352 Staf

49 27 Muhammad 197902022007011022 /

166163 Staf

50 28 Muhamad Suki 197904092008011014 /

169139 Staf

51 29 Muhatim 197603202008011011 /

169140 Staf

52 30 Nasman 196909272007011031 /

166353 Staf

53 31 Nana Suhana 197408152007011023 /

166063 Staf

54 32 Rachman 470064027 / 165231 Staf

55 33 Rudi Riansyah 197908072007011017 /

165942 Staf

56 34 Salam 197003032008011016 /

169141 Staf

57 35 Saidina Ali Afandi 196812232007011021 /

167723 Staf

58 36 Sarmedi 196904092007011029 /

167237 Staf

59 37 Sigit Edi Cahyono 197609302007011017 /

165989 Staf

60 38 Subarkah 196902162007011025 /

166212 Staf

61 39 Suherman. T 196307102007011018 /

166215 Staf

62 40 Sulaiman .198107022007011011 Staf

Page 22: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

58

63 41 Surahman .19680723007011015 Staf

64 42

Supri Yugi

.197107152007011046 Staf

65 43 Sunaryo 197203142007011022 /

166876 Staf

66 44 Wahyu Budianto 197702122007011024 /

166869 Staf

67 45 Ichwan Budiansyah 197302272008011011 /

173473 Staf

68 46 Ade Kusnandar 198303202007011009 /

165994 Staf

69 47 Moh. Rabudin 197404032007011030 /

165985 Staf

70 48 Suyono 196905152007011061 /

166349 Staf

71 49 Mahfud 197109212007011017 /

166751 Staf

72 50 Agus Hariyanto 198108172008011015 /

169096 Staf

73 51 Fadilah Jamali 196203232008011001 /

169119 Staf

74 52 Edi Solehudin 197102052008011013 /

169138 Staf

75 53 Irfani 197812022008011008 /

169134 Staf

76 54 Nahayar 197308142008011017 /

169097 Staf

77 55 Subandi 198207182008011004 /

Staf

Page 23: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

59

169095

78 56 Sugeng Purwanto 198410072008011004 /

169135 Staf

79 57 Nurhasan 198111122008011013 /

169920 Staf

80 58 Rastam 197207122007011045 /

169175 Staf

81 59 Ramdani 197708182008011016 /

169931 Staf

82 60 Sahudi 198005052008011030 /

169945 Staf

83 61 Yusup 198209112008011008 /

169094 Staf

84 62 Ahmad Subur 197807062008011031 /

170579 Staf

85 63 Hendra Saputra 197910282008011013 /

170576 Staf

86 64 Muhammad Nur 198009062008011016 /

170581 Staf

87 65 Dedi Setiadi 198102102008011017 /

173474 Staf

88 66 Sudarwo 470073452 Staf

89 67 Kelik haryanto PTT Staf

90 68 Batjo PTT Staf

Page 24: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

60

3.2 Prosedur yang Berlaku

Sistem pengelolaan manajemen angkutan umum, akan dijelaskan secara lebih

rinci, sebagai berikut:

Gambar 3.2 Tipologi Angkutan Umum

Proses evolusi angkutan umum dimulai dari pelayanan tradisional berbasis

paratransit, yang saat ini masih menjadi tulang punggung transportasi perkotaan di kota-

kota menengah dan kecil di Indonesia. Dengan tumbuhnya permintaan perjalanan

menjadi mayoritas bagi pengguna transportasi, terbentuk angkutan massal berbasis jalan

dengan tingkat pelayanan kecepatan rendah dan kenyamanan rendah.

Page 25: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

61

Reformasi transportasi dengan sistem transit pada koridor backbone, dengan

tetap dengan dukungan angkutan bus (bus besar, bus sedang dan angkot) sebagai feeder.

Dengan perbaikan yang terus berlanjut, kota-kota akan memiliki Mass Rapid Transit

(MRT) berbasis angkutan bus pada backbone, dengan tetap menerapkan sistem transit

pada beberapa koridor dan dukungan sistem bus.

Gambar 3.3 Perkembangan Angkutan Umum

Proses pemilihan moda angkutan umum dilakukan dengan menempatkan moda

sesuai dengan kapasitas angkut dan kecepatannya. Kota dengan kapasitas kebutuhan

perjalanan 1.000 penumpang/jam/arah dilayani dengan paratransit, dan selanjutnya

seiring dengan perkembangan kebutuhan kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi

angkutan bus, sistem transit dan BRT.

Page 26: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

62

Pengelolaan angkutan umum masih tersegmentasi karena masih dimiliki oleh

individu dan belum secara terstruktur mencerminkan kualitas pelayanan angkutan

umum yang baik. Penataan jaringan trayek masih sangat lemah, yang ditunjukkan oleh

menumpuknya penumpang dan sebaliknya kosong pada wilayah tertentu, waktu tunggu

masih terlalu lama, dan tidak terhubungkan dengan pusat-pusat kegiatan penting

perkotaan. Perkembangan yang cepat dari kepemilikan sepeda motor dan mobil telah

mengurangi keinginan menggunakan angkutan umum.

Harapan dalam pengembangan angkutan bus ke depan adalah bus menjadi

andalan angkutan umum perkotaan, melalui proses evolusi 3 tahap: reformasi

manajemen angkutan umum, pengembangan sistem transit perkotaan dan

pengembangan BRT. Selanjutnya angkutan umum dapat kembali memiliki modal share

yang tinggi sehingga minimal mencapai 50% dari seluruh kebutuhan perjalanan

penduduk perkotaan di Indonesia. Antar moda angkutan umum dapat dilayani dengan

integrasi pelayanan secara fisik dan ticketing. Angkutan umum ke depan diharapkan

mampu menurunkan biaya perjalanan penduduk perkotaan hingga 50% dari persentase

pengeluaran biaya perjalanan saat ini.

Page 27: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

63

Gambar 3.4 Otoritas Kelembagaan Sistem Transportasi

Keterangan :

� Jalur kebijakan (Policy)

� Jalur Pendanaan dan Pendapatan (Funding)

Otoritas dalam sistem transportasi adalah mencakup seluruh pemerintah

kota untuk memadukan sistem transportasi secara keseluruhan, termasuk

pengembangan kebijakan, peningkatan pendanaan dan pendapatan,

pengembangan struktur fisik, sistem operasi, pemeliharaan dan manajemen

transportasi. Adapun hubungan interaksi institutional dapat terlihat pada gambar

di atas.

Page 28: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

64

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan metode penelitian

kualitatif yang dikutip dari Ruslan (2010, p. 215) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap

kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan

terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan

sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut dengan cara

mengumpulkan dan mengolah data dan informasi, sesuai dengan permasalahan yang

dibahas melalui beberapa cara, antara lain :

3.3.1 Penelitian Pustaka

Penelitian dilakukan dengan mendalami beberapa topik yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh peneliti, cara membaca dan

merangkum buku dari berbagai referensi yang berhubungan dengan pokok

bahasan dan dengan masalah yang dianalisis.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Black dan Champion (1999) yang dikutip oleh Ardianto

(2011, p. 345 – p. 347) menjelaskan bahwa alat atau instrumen pengumpulan

data pada teknik survei terdiri dari observasi, wawancara, kuesioner dan

sumber-sumber sekunder.

Page 29: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

65

1. Observasi. Dalam arti luas, observasi berarti peneliti secara terus

menerus melakukan pengamatan atas opini, sikap dan perilaku

seseorang. Caranya apakah dengan membagi-bagikan angket (kuesioner)

dan mengamati orang mengisi angket dan mendengarkan ucapan-ucapan

mengenai berbagai ragam soal, mencatat ekspresi-ekspresi tertentu

responden dalam suatu wawancara atau mengamati dengan cermat opini,

sikap dan perilaku individu yang digunakan sebagai subjek perangkat

(setting) eksperimental, peneliti bukan sebagai penguat (intensif) bagi

berbagai ragam cara perilaku orang-orang dalam situasi (setting) riset

yang mana mereka menemukannya sendiri.

Dalam arti sempit, pengertian observasi adalah mengamati

(watching) dan mendengar (listening) perilaku seseorang selama

beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian, serta

mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat yang

digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis.

Observasi baru dapat dikatakan tepat pelaksanaannya bila memenuhi

ciri-ciri sebagai berikut: (a) Dapat menangkap keadaan (konteks) sosial

alamiah tempat terjadinya perilaku, (b) dapat menangkap peristiwa yang

berarti atau kejadian-kejadian yang mempengaruhi relasi sosial dan

partisipan, (c) mampu menentukan realitas serta peraturan yang berasal

dari falsafah atau pandangan masyarakat yang diamati, (d) mampu

mengidentifikasikan keteraturan dna gejala-gejala yang berulang dalam

Page 30: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

66

kehidupan sosial dengan membandingkan dan melihat perbedaan dari

data yang diperoleh dalam suatu studi dengan data studi dari keadaan

(setting) lingkungan lainnya.

2. Wawancara adalah alat penelitian yang paling sosiologis dari semua

teknik-teknik penelitian sosial karena bentuknya berasal dari interaksi

verbal antara peneliti dan responden. Banyak yang mengatakan bahwa

cara yang paling baik untuk menentukan mengapa seseorang bertingkah

laku adalah dengan bertanya secara langsung.

Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan

mendapatkan informasi. Di samping akan mendapatkan gambaran yang

menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting.

Menurut Bungin yang dikutip oleh Prastowo (2011, p. 212) yang

menjelaskan bahwa wawancara mendalam (in-depth interview) adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

(guide) wawancara, yaitu pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.

3. Kuesioner atau angket. Barangkali tidak ada alat pengumpul data yang

lebih sering digunakan dalam penelitian sosial selain kuesioner. Banyak

alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari

Page 31: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

67

berbagai sasaran penyelidikan sosial, yaitu kelompok-kelompok sosial.

Akan tetapi, kuesioner, baik digunakan sendirian maupun bersama

dengan beberapa alat pengumpul data lain, mesti dianggap populer.

Tipe kuesioner sekurang-kurangnya menampilkan dua fungsi: (a)

deskripsi, dan (b) pengukuran. Informasi yang didapatkan melalui

penyebaran kuesioner bisa memberikan gambaran (deskripsi) tentang

beberapa ciri individu atau kelompok. Pengukuran adalah ukuran dari

beberapa variabel individu atau kelompok, terutama sikap-sikap individu

atau kelompok. Kuesioner bias mengandung soal tunggal atau majemuk

(misalnya, pertanyaan-pertanyaan tentang sejumlah hal atau pernyataan)

yang dirancang untuk mengukur berbagai fenomena sikap, seperti jarak

sosial, persepsi tentang keterpaduan kelompok, derajat prasangka ras,

kebebasan seksual, keberagaman, kecemasan, kejelasan peran, dan

keterasingan.

4. Sumber-sumber sekunder. Tidak selalu atau bahkan sebaliknya ilmuwan

sosial tidak menghasilkan data asli yang diperlukan untuk

mengembangkan pengetahuan. Sering kali, informasi telah dikumpulkan

orang lain yang bisa digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh peneliti. Data

sekunder merupakan sumber data yang tidak dibatasi ruang dan waktu.

Definisi data sekunder adalah informasi yang pada mulanya

dikumpulkan untuk suatu tujuan lain bukan sebagai pengetahuan ilmiah.

Page 32: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

68

3.3.3 Metode Analisis Data

Menurut Miles and Huberman (1994) dalam Punch (1998, p. 202 - p.

204) yang dikutip oleh Pawito (2008, p. 104 - p. 106) menawarkan suatu teknik

analisis yang lazim disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini pada

dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and

verifying conclusion). Reduksi data (data reduction) bukan asal membuang data

yang tidak di perlukan, melainkan merupakan upaya yang dilakukan oleh

peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah yang tak

terpisahkan dari analisis data.

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada

tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo)

mengenai berbagai hal,termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-

proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan

pola-pola data. Catatan yang dimaksudkan di sini tidak lain adalah gagasan-

gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data

yang ditemui. Catatan mengenai data atau gejala tertentu dapat dibuat sepanjang

satu kalimat, satu paragraph, atau mungkin beberapa paragraph. Kemudian pada

tahap terakhir dari reduksi data, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep

(mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan

tema, pola, atau kelompok-kelompok data bersangkutan. Dalam komponen

Page 33: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

69

reduksi data ini kelihatan bahwa peneliti akan mendapatkan data yang sangat

sulit untuk di identifikasi pola serta temanya, atau mungkin kurang relevan

untuk tujuan penelitian sehingga data-data bersangkutan terpaksa harus

disimpan (diredusir) dan tidak termasuk yang akan di analisis.

Gambar 3.5 Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman

(1994:12)

Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni

penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan

data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang

lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam

perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) pada

umumnya diyakini sangat membantu proses analisis. Dalam hubungan ini, data

yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian

saling dikaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Penting diingat di

Page 34: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

70

sini bahwa kegagalan dalam mengupayakan display data secara memadai akan

menyulitkan peneliti dalam membuat analisis-analisis. Gambar-gambar dan

diagram yang menunjukkan keterkaitan antara gejala satu dengan yang gejala

lainnya sangat diperlukan untuk kepentingan analisis data.

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (

drawing and verifying conclusions), peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola

data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Ada

kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak

pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis

seluruh data yang ada. Peneliti dalam kaitan ini masih harus mengkonfirmasi,

mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat

untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai

gejala atau realitas yang diteliti.

3.4 Permasalahan Yang Ada

1. Kemacetan yang semakin parah di beberapa wilayah Jakarta Barat.

Pertumbuhan ekonomi kota Jakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi

masyarakat yang berasal dari luar Jakarta. Bagi mereka, Jakarta adalah kota

untuk bekerja dan mengadu nasib. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya,

kendaraan umum di Jakarta jumlahnya hanya mencapai 89 ribu. Jumlah yang

Page 35: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

71

sangat sedikit ini (1,2% dari jumlah kendaraan di Jakarta) harus melayani 56%

perjalanan atau sekitar 8,6 juta orang. Bandingkan dengan 7,25 juta kendaraan

pribadi (98,8% dari jumlah kendaraan di Jakarta) yang hanya melayani 6,73 juta

orang (44%). Persentase perbandingan antara jumlah kendaraan umum dan

kendaraan pribadi (1,2% : 98,8%) yang tidak seimbang ini membuat kendaraan

umum sebagai tulang punggung transportasi belum optimal.

Terbatasnya unit kendaraan dan ketidakpastian jadwal menjadi alasan

bagi sebagian besar warga yang beraktivitas di Jakarta untuk tidak menggunakan

kendaraan umum. Belum lagi kondisi jalan yang tidak terintegrasi

mendatangkan kesulitan saat harus berganti kendaraan.

Semakin semrawutnya keadaan lalu lintas di ibukota Jakarta, khususnya

dari masalah kemacetan kendaraan yang melintas sehari-harinya belum lagi

ditambah para awak angkutan yang sekarang mudah saja untuk mengeluarkan

trayek tanpa dikaji ulang, sedangkan urusan kemacetan petugas dari kepolisian

serta petugas dari dinas perhubungan DKI Jakarta maupun suku dinas

perhubungan masing-masing wilayah.

Padahal banyak rambu-rambu lalu lintas yang terpasang oleh Dinas

perhubungan maupun suku dinas perhubungan Jakarta Barat di setiap pinggir

jalan, tidak digubris oleh pengemudi awak angkutan yang mangkal atau ngetem

di sembarang tempat atau di sisi trotoar di sepanjang jalan yang sudah dipasangi

rambu-rambu agar bisa mengurangi kemacetan, ternyata rambu-rambu tersebut

Page 36: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

72

sudah dianggap seperti hiasan saja oleh pengemudi angkutan, baik bus kota,

Metromini, Kopaja, serta angkutan KWK yang seenaknya saja berhenti sehingga

menimbulkan kemacetan yang tidak karuan dan dapat merugikan pengguna jalan

yang lainnya seperti kendaraan pribadi roda empat dan juga kendaraan roda dua.

Kemacetan lalu lintas adalah masalah besar hampir di seluruh wilayah

DKI Jakarta, dengan para ahli memprediksi jumlah kendaraan di kota akan

melebihi ruang jalan yang tersedia pada tahun 2014. Total panjang jalan di

Jakarta adalah 27.000 kilometer. Jalan di kota ini bertambah panjang sebesar 2

persen di tahun rata-rata setiap. Berbeda dengan angka-angka, saat ini ada 5,5

juta kendaraan terdaftar di Jakarta. Selama lima tahun terakhir, jumlah mobil di

jalan-jalan Jakarta telah meningkat sebesar 95% setiap tahun. Saat ini, kota

Jakarta telah dilanda kemacetan lalu lintas luas yang disebabkan oleh

pembangunan beberapa koridor busway baru.

2. Tindakan kriminalitas yang seringkali terjadi di angkutan umum.

Adanya peningkatan pada kasus pemerkosaan yang dilakukan dalam

angkutan umum dibandingkan dengan kejadian pada tahun sebelumnya.

Masalah kejahatan di angkutan umum, khususnya angkot bukan hal yang baru,

mengingat modus yang mirip. Rangkaian kejadian kejahatan di angkot tersebut

semakin menunjukkan fakta bahwa ancaman dan resiko bagi para penumpang

perempuan dari berbagai tindak kekerasan, kriminalitas, pelecehan seksual

Page 37: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

73

hingga pemerkosaan ketika menggunakan moda transportasi publik di Jakarta

bersifat nyata dan semakin meningkat.

Hal ini didukung oleh kondisi sarana transportasi publik yang sangat

terbatas kapasitasnya, dan belum memberikan keamanan bagi penumpang

perempuan. Langkah antisipatif seperti razia sudah dilakukan oleh pihak suku

dinas perhubungan Jakarta Barat untuk menekan tindak kriminalitas di atas

angkutan kota. Meskipun pihak berwenang juga terus menelusuri kemungkinan

apa dan siapa pelaku utama perampasan sekaligus pemerkosaan di atas angkot.

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Mengatasi masalah kemacetan dengan menambah jumlah jalan dengan

melakukan pembangunan infratruktur jalan yang ada agar mampu

menampung kapasitas kendaraan yang melintasi jalanan utama yang padat.

Mengubah rute jalan menjadi satu jalur, sehingga dapat mengurangi

kemacetan lalu lintas terutama pada saat jam-jam berangkat dan pulang kerja

masyarakat kota Jakarta Barat. Harapan dalam pengembangan angkot

kedepan adalah menjadi angkutan bus terorganisir sehingga menjadi andalan

angkutan umum perkotaan, melalui proses penataan dengan konsep

perbaikan kebijakan yang lebih terarah, penataan struktur industri yang

responsif terhadap permintaan (demand), perencanaan dan peraturan sesuai

Page 38: BAB 3 OBYEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00640-MC Bab3001.pdfbarat Pulau Jawa, sebelah barat Kabupaten/Kota Tangerang, sebelah timur Kabupaten

74

kebijakan serta peningkatan sumber daya manusia. Selanjutnya angkot dapat

terus dikembangkan menjadi sistem transit yang selanjutnya menjadi BRT.

2. Meningkatkan keamanan penumpang dengan penggantian kaca bening,

operasi razia pada sopir angkutan liar dan pemberian identitas resmi pada

sopir angkutan. Pihak Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta

Barat telah berupaya membuat antisipasi agar tidak ada lagi tindakan

kejahatan di atas angkutan umum misalnya: dengan membuka kaca film dan

mengganti dengan kaca bening agar terang dan masyarakat dapat melihat

dari luar apa yang terjadi di dalam angkutan umum. Pihak berwenang pun

terus menelusuri kemungkinan apa dan siapa pelaku utama perampasan

sekaligus perkosaan di atas angkot. Antisipasi sopir tembak telah dilakukan

dengan menetapkan menggunakan seragam dan kartu pengenal pengemudi

(KPP).