bab 2.pdf

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran IPA Berbasis SETS di SMP a. Hakikat Belajar Pada dasarnya, belajar tidak hanya terbatas di lingkungan formal (sekolah) saja, tetapi belajar adalah hasil dari serangkaian pengalaman seseorang dengan lingkungannya, baik dengan sesama maupun alam. Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan bahwa ―belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, melainkan suatu proses mental yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang‖. Senada dengan Sanjaya, Morgan (1978) dalam Sagala (2009: 13) menambahkan bahwa ―belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman‖. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) ―belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks karena belajar hanya dialami oleh siswa sendiri‖. Berdasarkan beberapa definisi dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian pengalaman individu atas hasil interaksi dengan lingkungan guna perubahan pribadi individu tersebut. Suryabrata (2008: 232) menjelaskan hal-hal pokok dalam belajar, yang dirangkum sebagai berikut: 1) Belajar membawa perubahan pada seseorang baik behavioral changes, aktual maupun potensial. 2) Perubahan terjadi ketika diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam jangka waktu yang relatif lama. 3) Perubahan terjadi karena adanya usaha. Sagala (2009: 53) menambahkan bahwa ―ciri khas belajar adalah terdapat perubahan, yaitu menghasilkan perubahan perilaku dalam diri siswa sebagai hasil latihan, pengalaman dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung‖. Ciri -ciri tersebut menunjukkan bahwa kegiatan 8

Upload: bariqul-amalia-nisa

Post on 24-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Hakikat Pembelajaran IPA Berbasis SETS di SMP

    a. Hakikat Belajar

    Pada dasarnya, belajar tidak hanya terbatas di lingkungan formal

    (sekolah) saja, tetapi belajar adalah hasil dari serangkaian pengalaman

    seseorang dengan lingkungannya, baik dengan sesama maupun alam.

    Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan bahwa belajar bukanlah sekedar

    mengumpulkan pengetahuan, melainkan suatu proses mental yang

    mengakibatkan perubahan pada diri seseorang. Senada dengan Sanjaya,

    Morgan (1978) dalam Sagala (2009: 13) menambahkan bahwa belajar

    adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

    terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan

    menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) belajar merupakan tindakan dan

    perilaku siswa yang kompleks karena belajar hanya dialami oleh siswa

    sendiri. Berdasarkan beberapa definisi dari ahli di atas dapat disimpulkan

    bahwa belajar adalah serangkaian pengalaman individu atas hasil interaksi

    dengan lingkungan guna perubahan pribadi individu tersebut.

    Suryabrata (2008: 232) menjelaskan hal-hal pokok dalam belajar,

    yang dirangkum sebagai berikut:

    1) Belajar membawa perubahan pada seseorang baik behavioral changes,

    aktual maupun potensial.

    2) Perubahan terjadi ketika diperolehnya kemampuan baru yang berlaku

    dalam jangka waktu yang relatif lama.

    3) Perubahan terjadi karena adanya usaha.

    Sagala (2009: 53) menambahkan bahwa ciri khas belajar adalah terdapat

    perubahan, yaitu menghasilkan perubahan perilaku dalam diri siswa sebagai

    hasil latihan, pengalaman dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat

    diamati secara langsung. Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa kegiatan

    8

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    belajar menekankan pada bagaimana proses belajar itu berlangsung

    sehingga tujuan perubahan yang diharapkan dapat tercapai.

    b. Definisi Pembelajaran

    Dalam proses belajar siswa di kelas, guru bertanggung jawab atas

    kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dimyati dan Mudijono (1999: 297)

    dalam Sagala (2009: 62) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan

    guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa

    belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

    Sagala (2009: 64) menambahkan bahwa pembelajaran adalah setiap

    kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam

    mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu prosedur

    yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hal

    terpenting dalam sebuah proses pembelajaran adalah siswa mampu

    memaknai dengan benar, tidak hanya secara pengetahuan, melainkan juga

    sikap dan ketrampilan.

    Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa

    belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta

    didik dalam waktu yang relatif lama. Hal yang penting dalam mengajar

    adalah bagaimana siswa dapat mempelajari materi sesuai tujuan. Usaha

    yang dilakukan guru hanya merupakan serangkaian peristiwa yang dapat

    mempengaruhi siswa belajar.

    c. Hakikat IPA

    Pada dasarnya, manusia hidup di bumi ini tidak semata-mata hanya

    berinteraksi dengan sesamanya saja. Namun, apabila dikaji lebih mendalam

    manusia memiliki interaksi yang sangat kompleks terutama dengan alam.

    Berbagai informasi dan teknologi yang berkembang saat ini pun merupakan

    hasil interaksi dengan alam. Misalnya konstruksi pada bentuk tubuh pesawat

    yang ideal merupakan hasil penemuan panjang yang dikembangkan dari

    tubuh capung dan burung. Fisiologi hewan ini dikaji secara lebih mendalam

    dalam IPA.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    IPA yang dalam bahasa Inggris disebut science tidak hanya

    sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

    prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA

    merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan

    eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk menghasilkan suatu penjelasan

    tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Puskur, 2006: 5). Dasar

    terbentuknya konsep-konsep IPA berasal dari keingintahuan mengenai suatu

    konsep yang belum diketahui orang dan menuntut untuk mencari prinsip

    atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui

    percobaan (Puskur, 2007: 3). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas

    dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji

    tentang alam dan sekitarnya, melalui serangkaian kegiatan ilmiah yang

    dilakukan.

    Merujuk pada pengertian IPA tersebut, Puskur (2006: 4)

    menjelaskan pada hakikatnya IPA memiliki empat unsur utama yaitu:

    1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah

    baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA

    bersifat open ended;

    2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan

    eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan

    kesimpulan;

    3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur tersebut diharapkan dapat

    muncul, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara utuh dan

    peserta didik mampu memahami fenomena alam melalui kegiatan

    pemecahan masalah ataupun mampu menemukan suatu teori baru.

    d. Pendekatan SETS

    Pada kenyataannya, IPA tidak hanya bersifat teoritis/ilmu (sains)

    saja, tetapi juga melibatkan interaksi siswa dengan lingkungan, teknologi

    dan masyarakat. Yamtinah (2009: 24) menyatakan:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Dalam pembelajaran IPA di SMP untuk mencapai kompetensi yang

    diharapkan, para pendidik dianjurkan menggunakan pendekatan SETS

    (Science, Environment, Technology, and Society) atau

    SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat)

    sekaligus sebagai visi pembelajaran di samping pendekatan lain.

    Oleh karenanya, pendekatan SETS dapat dijadikan sebagai salah satu

    alternatif dalam pembelajaran IPA dan apabila diperlukan dapat dipadukan

    dengan pendekatan lain.

    Dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang berbasis SETS

    memiliki ciri-ciri tertentu. Binadja (2005) dalam Nugraha, Binadja, dan

    Supartono (2013: 29) menjelaskan ciri-ciri tersebut, yang dirangkum

    sebagai berikut :

    1. Memberikan penekanan terhadap sains sebagai subjek pembelajaran.

    2. Siswa dikondisikan untuk memanfaatkan konsep sains yang diperolehnya

    ke dalam bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat luas.

    3. Siswa perlu memikirkan berbagai kemungkinan yang diakibatkan saat

    proses transfer sains tersebut ke dalam bentuk teknologi.

    4. Siswa diminta supaya mempu menjelaskan keterkaitan antara unsur-

    unsur sains dengan unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi unsur-

    unsur tersebut.

    5. Siswa diminta untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari

    teknologi yang merupakan aplikasi dari konsep sains tersebut.

    6. Dalam konteks kontruktivisme, siswa dapat membangun konsep dengan

    melihat dari berbagai macam arah atau dari berbagai macam titik awal

    pengetahuan awal yang dimilikinya.

    Keenam ciri di atas menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis SETS

    menghubungkan antara teori yang sedang dipelajari dengan penerapannya

    dalam bentuk teknologi serta sudut pandang akan dampaknya terhadap

    masyarakat dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

    berbasis SETS bersifat nyata dan kontekstual.

    Binadja (2002) dalam Nugraha et al (2013: 32) menambahkan

    bahwa pembelajaran berbasis SETS akan membentuk kesan positif dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    diri siswa yang diduga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

    Melalui pembelajaran berbasis SETS diharapkan siswa akan lebih tertarik

    dengan materi yang diajarkan sehingga timbul rasa ingin tahu yang tinggi

    dan juga mampu meningkatkan keaktifan mereka di kelas.

    e. Pembelajaran IPA di SMP

    Pembelajaran IPA di SMP selama ini dikelompokkan menjadi IPA

    Fisika dan IPA Biologi. Darliana (2007: 6) menjelaskan konsep-konsep

    IPA dibentuk dari hasil mengkaji bagian-bagian yang sangat kecil dari

    alam. Karena alam yang dipelajari sangat luas, maka konsep-konsep IPA

    dibagi menjadi tiga ilmu dasar yaitu, Fisika, Kimia, dan Biologi. Tetapi

    kajian ilmu Kimia di SMP masih terlalu sempit sehingga seringkali Kimia

    dipadukan dengan Fisika atau Biologi.

    Dalam proses pembelajaran IPA seorang guru perlu mengarahkan

    bahwa IPA berkaitan dengan lingkungan alam di sekitar siswa. Puskur

    menambahkan bahwa proses pembelajaran IPA menekankan pada

    pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

    diarahkan untuk inkuiri dan berbuat (2006: 4). Puskur (2006: 6) secara

    spesifik menekankan bahwa pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1)

    mampu memberikan pengalaman kepada peserta didik supaya memiliki

    kemampuan mengukur berbagai besaran fisis; (2) memberikan penekanan

    kepada peserta didik pentingnya pengamatan secara menyeluruh dalam

    menguji pernyataan ilmiah; (3) memberikan latihan berpikir secara

    kuantitatif kepada siswa sebagai penerapan matematis dalam memecahkan

    masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam; (4) memperkenalkan

    teknologi kepada siswa melalui berbagai kegiatan kreatif dan inovatif.

    Keempat hal tersebut perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA di

    sekolah supaya dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.

    Berbagai macam model implementasi kurikulum dalam

    pembelajaran IPA telah banyak dikembangkan saat ini, seperti model

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu adalah suatu model

    implementasi kurikulum yang dapat diaplikasikan pada semua jenjang

    pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai

    dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Puskur, 2006: 1).

    Depdikbud (1996: 3) menyatakan bahwa model pembelajaran ini pada

    hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan

    peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

    menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik

    (Puskur, 2006: 1). Melalui pembelajaran IPA Terpadu diharapkan peserta

    didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam proses pembelajaran,

    sehingga dapat menambah pemahaman konsep yang dipelajarinya. Dengan

    demikian, peserta didik terlatih untuk menemukan sendiri berbagai konsep

    yang dipelajarinya.

    Bentuk pengalaman belajar yang dirancang oleh guru akan sangat

    berpengaruh terhadap makna pembelajaran bagi peserta didik. Pengalaman

    belajar lebih menunjukkan keterkaitan antara unsur-unsur konseptual

    sehingga menjadikan proses belajar lebih efektif. Panduan alur penyusunan

    perencanaan pembelajaran IPA Terpadu menurut Puskur (2006: 13)

    diilustrasikan seperti pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa

    diperlukan adanya batasan bidang kajian yang akan dipadukan. Artinya

    tidak semua bidang kajian ilmu harus dipadukan, tetapi tergantung pada

    tingkat efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran yang akan

    dilaksanakan.

    Dalam pengembangan model pembelajaran IPA Terpadu, ada

    beberapa hal yang harus diperhatikan saat memetakan kompetensi dasar.

    Puskur (2006: 14) menjelaskan ada empat hal yang harus dipertimbangan

    terkait dengan pemetaan kompetensi dasar. Keempat hal tersebut adalah :

    1) Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.

    2) Beberapa kompetensi dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.

    3) Kompetensi dasar yang dipetakan tidak harus berasal dari semua standar kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    yang sama, tetapi memungkinkan hanya dua atau tiga kompetensi

    dasar saja.

    4) Kompetensi dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik atau tema masih bisa dipetakan dengan topik atau tema yang lain juga.

    Dengan demikian tidak harus memaksakan tiap kompetensi dasar harus

    dipadukan. Karena tiap kompetensi dasar memiliki kompetensi capaiannya

    masing-masing. Ketentuan tersebut harus menjadi landasan dalam

    mengembangkan model pembelajaran IPA Terpadu.

    Pembelajaran terpadu memiliki ciri tertentu yaitu adanya tema atau

    topik. Puskur (2006: 1) menambahkan tema atau topik yang dibahas berasal

    dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami

    dan tidak asing bagi peserta didik. Dengan demikian melalui pembelajaran

    terpadu, beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu

    dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga

    penggunaan waktu untuk pembahasan lebih efisien dan pencapaian tujuan

    pembelajaran yang diharapkan akan tepat sasaran.

    Tema yang dipilih dalam pembelajaran IPA Terpadu harus relevan

    dengan kompetensi dasar yang dipetakan dan disesuaikan dengan berita

    terkini. Prinsip penggalian tema dalam IPA Terpadu hendaknya

    memperhatikan beberapa persyaratan. Syarat-syarat tema tersebut menurut

    Trianto (2011: 9) dapat dirangkum sebagai berikut:

    1) Tidak terlalu luas namun dengan mudah dapat digunakan untuk

    memadukan banyak mata pelajaran.

    2) Bermakna, artinya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan

    bekal bagi peserta didik untuk belajar materi selanjutnya.

    3) Disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.

    4) Mewadahi sebagian besar minat anak.

    5) Mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam

    rentang waktu belajar.

    6) Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.

    7) Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Syarat-syarat tersebut menjadi landasan dalam menyusun sebuah tema yang

    yang diharapkan mampu bernuansa sains-lingkungan-teknologi-masyarakat

    (SETS). Tema menjadi poin penting dalam penyusunan pembelajaran IPA

    Terpadu karena akan menjadi dasar untuk memadukan tujuan pembelajaran

    yang hendak dicapai.

    Gambar 2.1. Alur Penyusunan Pembelajaran IPA Terpadu

    (Sumber : Puskur (2006 : 13))

    Alur penyusunan pembelajaran IPA Terpadu yang diilustrasikan

    pada Gambar 2.1 hanya sampai pada tahap penyusunan perencanaan

    pembelajaran. Namun demikian, dalam penelitian ini tahapan yang

    dilakukan sampai pada tahap pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu

    berdasarkan RPP yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, selain

    akan didapatkan data hasil penelitian, peneliti juga dapat menguji tingkat

    efektifitas dari RPP yang telah disusunnya.

    Merumuskan indikator pembelajaran terpadu

    Menyusun silabus pembelajaran terpadu

    Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu

    Menetapkan KD dan tema pemersatu

    Membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema

    atau topik pemersatu

    Menetapkan tema atau topik pemersatu

    Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan

    Mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar bidang

    kajian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    2. Model Pembelajaran

    Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur kegiatan

    pembelajaran di kelas, yakni melalui model pembelajaran yang

    diterapkannya. Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran

    dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Brady

    dalam Aunurahman (2009: 146) menyatakan bahwa model pembelajaran

    merupakan blueprint yang dapat digunakan untuk membimbing guru dalam

    mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Sedangkan Joyce & Weil

    (1980) dalam Santyasa (2005: 9) mengungkapkan model pembelajaran

    sebagai kerangka konseptual dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

    pembelajaran. Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam kegiatan

    pembelajaran yang dapat digunakan untuk membimbing guru dalam

    mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

    Suradji (2008: 110) menjelaskan beberapa faktor yang menjadi

    pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran antara lain:

    a. disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,

    b. disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa,

    c. disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari,

    d. disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.

    Dalam mengembangkan model pembelajaran, guru perlu

    mempertimbangkan keempat faktor tersebut supaya kegiatan pembelajaran

    dapat terlaksana secara optimal dan efisien.

    3. Pembelajaran Tatap Muka

    Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang

    samapai saat ini masih terus dilakukan dan sangat sering digunakan dalam

    proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk

    model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid

    dalam satu ruangan untuk belajar.

    Beberapa karakteristik dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap

    muka diantaranya terencana, berorientasi pada tempat dan interaksi sosial.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Semua jenis pembelajaran harus diawali dengan pembuatan perencanaan yang

    matang, supaya pelaksanaannya dapat optimal. Dalam pembelajaran tatap

    muka, guru dan siswa dapat lebih leluasa berinteraksi satu sama lain dan guru

    dapat menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa.

    Kelebihan yang dimiliki pembelajaran tatap muka menurut Fatimah

    (2008) diantaranya siswa lebih leluasa untuk mengeksplorasi keahlian mereka,

    termasuk dalam berdiskusi dan bertanya jawab, berinteraksi sosial dan belajar

    dari siswa yang lainnya. Akkoyunlu & Soylu (2006) menambahkan bahwa

    siswa dalam berinteraksi sosial saat pembelajaran tatap muka di kelas

    membutuhkan bimbingan dalam belajar. Hal ini sangat penting mengingat

    dalam pembelajaran tidak hanya mengukur sisi pengetahuan siswa saja, tetapi

    juga nilai-nilai karakter dan moral yang perlu ditanamkan dalam diri siswa.

    Inilah eksistensi guru dalam pembelajaran yang tidak bisa digantikan oleh

    apapun.

    Namun demikian, dalam pelaksanaannya pembelajaran tatap muka

    memiliki berbagai kekurangan diantaranya menurut Jones (2002) siswa hanya

    dapat mengingat sekitar 15 % dari konten pembelajaran setelah tiga minggu

    pelaksanaan pembelajaran. Pang (2010) menambahkan bahwa pembelajaran

    tatap muka hanya dapat diselenggarakan dalam ruangan kelas atau tempat atau

    ruang yang khusus didesain untuk pembelajaran. Maka dari itu, pembelajaran

    tatap muka membutuhkan tempat dan waktu yang terbatas.

    Berdasarkan hasil wawancara dengaan guru, salah satu hal yang

    dinilai menjadi penyebab pembelajaran belum terlaksana secara optimal adalah

    alokasi waktu pembelajaran. Guru menilai bahwa alokasi waktu pembelajaran

    di kelas masih kurang menimbang bobot dan jumlah materi yang perlu

    diajarkan dalam satu semester. Oleh karenanya guru membutuhkan suatu

    desain pembelajaran yang mampu mengefektifkan waktu pembelajaran di

    kelas.

    4. Pembelajaran Online

    Perkembangan IPTEK menuntut guru supaya terus berinovasi dalam

    model pembelajaran. Pembelajaran online atau e-learning merupakan salah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    satu bukti bahwa semakin berkembangnya teknik dalam mengajar. Menurut

    Novandini dan Wulandari (2010: 72) e-learning merupakan suatu jenis

    pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke pembelajar

    dengan menggunakan media internet atau jaringan komputer lain. E-learning

    memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui komputer di tempat mereka

    masing-masing melalui fasilitas internet tanpa harus secara fisik pergi

    mengikuti pembelajaran di kelas.

    Beberapa karakteristik pembelajaran online diantaraya:

    a. Non-linearity

    Pemakai atau users bebas mengakses (browsing) tentang objek

    pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan

    tergantung pada pengetahuan pemakai.

    b. Self-managing

    Pemakai dapat mengolah sendiri proses pembelajaran dengan mengikuti

    struktur yang telah di buat.

    c. Feedback-interactivity

    Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktif dan disediakan feedback

    pada proses pembelajaran.

    d. Multimedia-learners style

    E-learning menyediakan fasilitas multimedia. Keuntungan dengan

    menggunakan multimedia siswa dapat memahami lebih jelas dan nyata

    sesuai dengan tipe siswanya.

    e. Just in time

    E-learning menyediakan kapan saja yang diperlukan pemakai untuk

    menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan

    dan keterampilan.

    f. Dynamic updating

    Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi secara otomatis pada

    perubahan yang terbaru.

    g. Easy accessibility

    Mudah digunakan karena peserta didik hanya menggunakan browser.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    h. Collaborative learning

    Memungkinkan saling interaksi, maksudnya dapat berkomunikasi secara

    langsung (synchronous).

    E-learning secara luas sudah sering digunakan dalam proses

    pembelajaran. Alokasi waktu yang menjadi permasalahan utama dalam

    pembelajaran tatap muka dapat digantikan melalui penerapan model e-

    learning. Beberapa kelebihan yang diberikan melalui pembelajaran online

    diantaranya :

    a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat

    berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet kapan saja tanpa

    dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

    b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang

    terjadwal melalui internet, sehingga keduanya dapat menilai sampai berapa

    jauh bahan ajar dipelajari.

    c. Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan dimana saja

    kalau diperlukan megingat bahan ajar tersimpan di komputer. (Hameed,

    2008).

    d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan

    yang dipelajari, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.

    e. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.

    f. Relatif lebih efisien.

    Meskipun ada banyak kelebihan yang diberikan melalui pembelajaran

    online, e-learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya:

    a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dan siswa itu sendiri.

    b. Cenderung mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya

    mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

    c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

    d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

    konvensial sekarang dituntut menguasai teknik pembelajaran yang

    menggunakan ICT.

    e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

    g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.

    Oleh karenanya dibutuhkan suatu alternatif model pembelajaran yang

    mampu menjembatani antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran

    online. Alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru supaya pembelajaran dapat

    berjalan lebih optimal dapat digantikan melalui pembelajaran online yang tidak

    dibatasi oleh waktu untuk siswa dan guru dalam mengakses materi. Namun

    demikian, eksistensi guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter dan moral

    pada siswa tidak dapat digantikan oleh pembelajaran online. Oleh karenanya

    blended learning hadir sebagai solusi dalam permasalahan pelaksanaan

    pembelajaran yang ada.

    5. Hakikat Model Blended Learning

    a. Definisi Blended Learning

    Blended learning secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu

    blended dan learning. Blended learning merupakan istilah yang jarang

    didengar di kalangan sekolah menengah, tetapi setingkat perguruan tinggi

    blended learning sudah sering diterapkan. Menurut Rovai dan Jordan (2004:

    3) dalam Syarif (2012: 238) model blended learning merupakan gabungan

    model pembelajaran secara tatap muka (face to face learning) dengan

    virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended

    learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas

    tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to face learning).

    Oleh karena itu, blended learning menggabungkan berbagai sumber belajar

    khususnya model face to face learning dan e-learning dalam satu

    kurikulum.

    Dengan model blended learning, proses pembelajaran akan lebih

    efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan (konvensional)

    akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini

    berbasis teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.

    Jusoff and Khodabandelou (2009: 82) menambahkan blended learning

    bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada di antara siswa dan guru

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    namun juga meningkatkan interaksi di antara kedua belah pihak.

    Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

    blended learning adalah suatu model pembelajaran yang mengkombinasikan

    antara model pembelajaran tatap muka dan model pembelajaran e-learning

    dalam satu kurikulum atau mata pelajaran atau tema tertentu.

    b. Model Blended Learning

    Model blended learning memiliki batas persentase kegiatan siswa

    yang menggunakan online. Berdasarkan proportion of content delivered

    online, Allen, Seaman & Garrett (2007: 5) memberikan kategorisasi yang

    jelas terhadap blended learning, traditional learning, web facilitated dan

    online learning seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 menyatakan bahwa sebuah

    pembelajaran dikatakan berbentuk blended ketika porsi e-learning berada

    pada kisaran 30-79 % digabungkan dengan tatap muka (face to face

    learning). Di sisi lain, dengan adanya model blended learning maka

    mendorong guru untuk mengubah paradigma pendidikan dari teacher-

    centered learning menuju student-centered learning. Strategi pembelajaran

    tidak lagi hanya menerapkan pendekatan pembelajaran behavioristik dan

    kognitivistik, namun juga menuju pembelajaran konstruktivistik.

    Menurut Anitah (2009: 261): ada beberapa alternatif model blended

    learning yang dapat dipilih di antaranya:

    1) Model kelas murni. Pada jenis ini semua kegiatan pembelajaran

    disampaikan di dalam kelas, tetapi ada tugas-tugas yang diberikan

    kepada siswa yang dapat diakses melalui internet/web.

    2) Siswa belajar melalui online learning-pertemuan kelas-online learning-

    pertemuan kelas untuk ketrampilan-ketrampilan lanjut-pertemuan kelas

    (aplikasi praktis).

    3) Kegiata kelas-online learning-ketrampilan lanjutan-aplikasi praktis di

    lapangan.

    4) Pertemuan kelas-pertemuan kelas-aplikasi praktis-e-mentoring-

    pengalaman lapangan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Keempat model blended learning tersebut memiliki kelebihan dan

    kekurangan masing-masing. Implementasi model tersebut dapat dipilih

    sesuai dengan kondisi sekolah.

    Tabel 2.1. Proportion of Content Delivered Online

    Proportion of

    Content

    Delivered

    Online

    Type of

    Course Typical Description

    0 % Traditional Course with no online technology used-

    content is delivered in writing or orally.

    1 to 29 % Web

    facilitated

    Course with uses web-based technology

    to facilitate what is essentially a face-to-

    face course. Might use Blackboard or

    Web CT to post the syllabus and

    assignments, for example.

    30 to 79 % Blended

    Course that is a blend of the online and

    face-to-face course. Sustantial proportion

    of the content is delivered online,

    typically uses online discussions,

    typically has some face-to-face meetings.

    80 % online A course where the vast bulk of the

    content is delivered online. Typically has

    no face-to-face meetings.

    Sumber : Allen, E, Seaman, J & Garrett, R. (2007). Blending in: The extent

    and promise of blended education in United States, Annual Report, Sloan

    Consortium

    Sedangkan Kusairi (2011: 6) menjelaskan ada 5 model

    implementasi blended learning yang diilustrasikan seperti pada Gambar

    2.2. Kusairi menjelaskan bahwa model implementasi yang paling sederhana

    adalah model 5, yaitu model blended learning yang memanfaatkan bahan-

    bahan pembelajaran yang bersumber dari online tanpa harus mensyaratkan

    siswa harus terhubung dengan internet. Hal ini berarti guru melakukan

    pembelajaran tatap muka dengan melibatkan kegiatan siswa yang

    memanfaatkan bahan belajar yang bersumber atau tersedia di internet,

    seperti film, animasi dan sebagainya. Model kelima menurut Kusairi ini

    hampir sama dengan model pertama menurut Anitah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Gambar 2.2. Model Blended Learning (Sumber :

    Kusairi (2011 : 6))

    Berdasarkan hasil observasi awal dan fasilitas yang dapat

    digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan guru

    memutuskan untuk menggunakan model implementasi kelima menurut

    Kusairi atau model kelas murni menurut Anitah. Dalam model ini, peneliti

    dan guru dapat mengimplementasikan beberapa metode yang menekankan

    pada pendekatan SETS, sepeti eksperimen, demonstrasi dan simulasi video,

    dengan disertai tugas dan materi ajar yang dapat diakses siswa melalui

    media e-learning.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Model Blended Learning

    Model blended learning memiliki kelebihan dibandingkan model

    pembelajaran yang lain. Kelebihan tersebut diantaranya:

    1) Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan

    dimana saja.

    2) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya

    memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

    3) Pembelajaran lebih efektif dan efisien. (Abraham, 2007)

    4) Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka

    peserta didik semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.

    5) Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.

    6) Skill dan potensi yang dimiliki peserta didik dapat dieksplor oleh guru

    (Lau, 2010)

    Fully

    online

    curriculum

    with

    option for

    face to

    face

    instruction

    Mostly or

    fully online

    curriculum

    with some

    time

    required in

    either the

    classroom

    or

    computer

    lab

    Mostly or

    fully online

    curriculum

    with

    students

    meeting

    daily in the

    classroom

    or computer

    lab

    Classroom

    instruction

    that includes

    online

    resource,

    with limited

    or no

    requirements

    for students

    to be online

    Classroom

    instruction with

    substantial

    required online

    components that

    extend beyond

    the classroom

    and or the

    school day

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Namun demikian, pada pelakasanaannya model blended learning

    memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:

    1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan

    apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

    2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer

    dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses

    internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan

    menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

    3) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi

    4) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan

    akses internet.

    5) Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat

    memaksimalkan potensi dari blended learning.

    d. Rancangan Model Blended Learning

    Dalam perancangannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

    ketika guru akan menyelenggarakan model blended learning. Profesor Steve

    Slemer (2005) dan Soekartawi (2005) dalam Yendri (hlm. 4) menyarankan

    enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan blended learning

    agar hasilnya optimal. Keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian ubah atau siapkan bahan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang memenuhi

    syarat untuk pendidikan jarak jauh. Karena medium

    pembelajarannya adalah blended- learning, maka bahan ajar

    sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan ajar,

    yaitu:

    a) bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa, b) bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi

    melalui cara tatap-muka, dan

    c) bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi melalui cara online/ web-based learning.

    2) Tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Pada tahap ini diperlukan ahli e-learning untuk membantu. Intinya

    adalah bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang

    berisikan komponen pendidikan jarak jauh dan tatap-muka yang

    baik. Karena itu dalam membuat rancangan pembelajaran ini, perlu

    diperhatikan hal-hal yang berkaitan antara lain:

    a) bagaimana bahan ajar tersebut disajikan,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan siswa,

    c) bagaimana siswa bisa mengakses dua komponen pembelajaran tersebut,

    d) faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya software apa yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok, apakah

    diperlukan learning resource centers (sumber pembelajaran) di

    daerah-daerah tertentu.

    e) dan lain-lainnya. 3) Menetapkan format dari online learning apakah bahan ajar tersedia

    dalam format html (sehingga mudah di cut and paste) atau dalam

    format PDF (tidak bisa di cut and paste). Juga perlu di beritahukan

    ke siswa dan guru hosting apa yang dipakai, yaitu link dari internet

    yang dipakai.

    4) Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Ini maksudnya apakah rancangan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan dengan

    mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim dipakai untuk uji seperti

    ini adalah melalui cara pilot test. Dengan cara ini penyelenggara blended learning bisa minta masukan atau saran dari pengguna atau

    peserta pilot test.

    5) Selenggarakan blended learning dengan baik sambil juga menugaskan instruktur khusus (dosen/guru) yang tugas utamanya

    melayani pertanyaan siswa, apakah itu bagaimana melakukan

    pendaftaran sebagai peserta, bagaimana siswa atau instruktur yang

    lain melakukan akses terhadap bahan ajar, dan lain - lain. Instruktur

    ini juga bisa berfungsi sebagai petugas promosi (public relation)

    karena yang bertanya mungkin bukan dari kalangan sendiri, tetapi

    dari pihak lain.

    6) Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning.

    Apabila keenam tahapan rancangan di atas mampu diikuti dengan baik,

    proses pembelajaran nantinya akan memiliki alur yang jelas sehingga baik

    guru maupun siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal.

    6. Kemampuan Kognitif

    Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa tingkah laku seseorang

    selalu didasari oleh kognisi, yaitu kegiatan atau proses memperoleh

    pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.

    Menurut Sudijono (2008: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup

    kegiatan mental (otak). Sementara itu Sudaryono (2012: 43) mendefinisikan

    bahwa kemampuan kognitif mencakup kegiatan otak, yang artinya segala

    upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam kemampuan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    kognitif. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses

    satu atau lebih informasi, yang mana proses dalam hal ini menyangkut tentang

    pemahaman orang tersebut terhadap informasi yang diperolehnya.

    Kemampuan kognitif menjadi sangat penting dalam hal pemecahan

    masalah, karena jika dalam pemecahan masalah tersebut seseorang memiliki

    kemampuan kognitif yang baik, dia akan dengan cepat menemukan inti

    masalah itu dan menginterpretasikan serta mencari jalan keluarnya.

    Kemampuan kognitif memiliki enam tingkatan kemampuan yang perlu dicapai

    oleh siswa. Klasifikasi kemampuan kognitif menurut Bloom dalam Arikunto

    (2009) yang dikutip oleh Masitah (2010: 1) adalah sebagai berikut:

    a. Pengetahuan (C1)

    Jenjang pengetahuan mencakup ingatan siswa mengenai hal-hal yang

    pernah dipelajari dan disimpan, meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang

    diketahuinya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah

    mendefenisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan,

    menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan memproduksi.

    b. Pemahaman (C2)

    Jenjang pemahaman mencakup kemampuan siswa untuk memahami sesuatu

    setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang

    kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan. Kata-kata

    operasional yang dapat digunakan adalah menjelaskan, menduga,

    menerangkan, memperluas, memberikan contoh, menuliskan kembali dan

    memperkirakan.

    c. Penerapan (C3)

    Jenjang penerapan mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan atau

    menggunakan ide-ide, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,

    rumus-rumus dan teori-teori dalam situasi yang baru dan nyata. Kata-kata

    operasional yang dapat digunakan adalah mengubah, menghitung,

    mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, memodifikasikan,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    mengoperasikan, meramalkan, menunjukkan, menerapkan dan

    menggunakan.

    d. Analisis (C4)

    Jenjang kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa dalam

    menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih

    kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan

    bagian lainnya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah merinci,

    menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan,

    menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan dan membagi.

    e. Sintesis (C5)

    Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

    suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi

    menjadi suatu kesimpulan. Kata-kata operasional yang dapat digunakan

    adalah menghasilkan, mengembangkan, mengorganisasikan,

    menggabungkan, menyimpulkan, dan mensintesiskan.

    f. Evaluasi

    Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

    suatu pendapat mengenai sesuatu yang berdasarkan kriteria tertentu.

    Kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

    Dalam mengembangkan kemampuan evaluasi perlu dilandasi adanya

    pemahaman, aplikasi, analisis dan sistesis sehingga akan mempertinggi

    mutu evaluasi. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah menilai,

    membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, menafsirkan, dan

    menghubungkan.

    Lebih lanjut untuk perumusan tujuan evaluasi belajar, Bloom (1979)

    mengklasifikaskan jenjang proses berpikir dalam ranah kognitif seperti pada

    Tabel 2.2. Tabel 2.2. menyatakan bahwa tiap-tiap jenjang memiliki tingkat

    kemampuan dan batasan yang berbeda. Penjelasan tersebut menjadi landasan

    dalam menyusun instrumen tes supaya dapat sesuai dengan tingkatan belajar

    siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Tabel 2.2. Klasifikasi Jenjang Proses Berpikir Ranah Kognitif

    Tingkatan belajar Ciri-cirinya

    1. Pengetahuan a. Jenjang belajar terendah. b. Kemampuan mengingat fakta-fakta. c. Kemampuan menghafalkan rumus, definisi,

    prinsip, dan prosedur.

    d. Dapat mendeskripsikan.

    2. Pemahaman a. Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan).

    b. Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal.

    c. Pemahaman ekstrapolasi. d. Mampu membuat estimasi.

    3. Penerapan a. Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru.

    b. Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru.

    c. Dapat menyusun problema-problema sehingga

    dapat menetapkan generalisasi.

    d. Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan generalisasi.

    e. Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi.

    f. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi.

    g. Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan generalisasi.

    h. Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi.

    4. Analisis a. Dapat memisah-misahkan suatu prinsip menjadi unsur-unsur, menghubungkan antarunsur dan

    mengorganisasikan prinsip-prinsip.

    b. Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip. c. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu. d. Meramalkan kualitas/kondisi. e. Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab-

    akibat.

    f. Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi.

    g. Meramalkan dasar sudut pandangan kerangka acuan dari materi.

    5. Sintesis a. Menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi satu keseluruhan.

    b. Dapat menemukan hubungan yang unik. c. Dapat merencanakan langkah yang konkrit.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Tingkatan belajar Ciri-cirinya

    d. Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesis

    hasil penelitian, dan sebagainya.

    6. Analisis a. Dapat menggunakan kriteria internal, dan kriteria eksternal.

    b. Evaluasi tentang ketetapan suatu karya dokumen (kriteria internal).

    c. Evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi (kriteria internal).

    d. Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan (kriteria internal).

    e. Membandingkan karya-karya yang relevan (eksternal).

    f. Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria eksternal.

    g. Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria eksternal.

    Sumber : Benjamin S. Bloom (1979) dalam Arikunto (1996 : 28)

    Dalam pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa

    berdasarkan ranah kognitif dapat diketahui dengan diadakannya tes. Sudijono

    (2008: 67) menyatakan :

    Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu

    ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,

    yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa

    pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah

    (yang harus dikerjakan) oleh testee (peserta tes), sehingga (atas dasar

    data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai

    yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai yang dapat

    dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau

    dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

    Berdasarkan pernyataan di atas, secara ringkas tes dapat didefinisikan sebagai

    suatu alat atau prosedur secara sistematis untuk mengukur kemampuan siswa.

    Sebelum menyusun suatu tes, hendaknya seorang guru harus

    mengetahui proporsi untuk masing-masing aspek yaitu ingatan (C1),

    pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi

    (C6). Menurut Thoha (2003) dalam Masitah (2010: 1) keseluruhan aspek

    tersebut telah ditetapkan proporsinya dengan rasio sebagai berikut:

    C1: (C2 +C3): (C4 + C5 + C6) =1: 2: 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Dalam instrumen penilaian kemampuan kognitif yang akan digunakan hanya

    dibatasi sampai pada jenjang C4. Hal ini didasarkan pada indikator yang

    direncanakan, yakni hanya sampai pada jenjang analisis.

    7. Aktivitas Siswa

    Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan

    menengah harus bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

    mampu memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses

    pembelajaran. Apabila dicermati, peran aktif siswa dalam pembelajaran

    merupakan suatu keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang

    didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. Dalam pelaksanaan

    pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak begitu banyak

    melakukan aktivitas, tetapi guru selalu memberi petunjuk tentang apa yang

    harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi

    (Ibrahim & Syaodih, 2003: 27). Dengan demikian dalam suatu proses

    pembelajaran siswa harus berpartisipasi aktif, fungsi guru hanya sebatas

    membantu, sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai.

    Meyers & Jones (1993: ix) dalam Auster dan Wylie (2006: 334)

    menyatakan bahwa pembelajaran yang aktif menekankan pada aplikasi dari

    teori dan konsep dengan menyertakan siswa dalam proses pembelajaran

    dengan menggunakan latihan problem-solving, kelompok informal, simulasi,

    studi kasus, bermain peran dan aktivitas lain. Sardiman (2012: 97)

    menambahkan, Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

    Sehingga seseorang akan dikatakan belajar apabila aktif dalam kegiatan

    pembelajaran. Hamalik (2005: 175) menjelaskan nilai aktivitas dalam

    pembelajaran, yang dapat dirangkum sebagai berikut:

    a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

    b. Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

    secara integral.

    c. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

    d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

    demokratis.

    f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang tua

    dengan guru.

    g. Pembelajaran dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan

    pemahaman berfikir kritis serta menghindari verbalitas.

    h. Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

    kehidupan di masyarakat.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    aktivitas siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses

    pembelajaran berlangsung, baik itu interaksi yang terjadi antara siswa dengan

    siswa maupun dengan guru dan media pembelajaran. Paul B. Diedrich dalam

    Sardiman (2012: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan

    siswa yang digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya :

    a. Visual activities yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

    b. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

    interupsi.

    c. Listening activities sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

    d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

    e. Drawing activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

    f. Motor activities yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun,

    beternak.

    g. Mental activities sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil

    keputusan.

    h. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang, gugup.

    Dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dibatasi

    pada lingkup visual activities, oral activities, writing activities, listening

    activities.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Untuk dapat mengukur aktivitas siswa dalam pembelajaran,

    diperlukan pemahaman mengenai komponen-komponen aktivitas dan

    penyusunan indikator terlebih dahulu. Supinah (2014: 8) menambahkan bahwa

    untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses pembelajaran harus mencakup:

    (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan diri sebelum mengikuti proses

    pembelajaran, (2) aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di

    kelas, dan (3) aktivitas siswa dalam evaluasi dan pemantapan pembelajaran

    yang dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dengan

    demikian, peneliti merumuskan suatu bentuk penilaian aktivitas siswa dalam

    lembar observasi yang mencakup ketiga aspek tersebut.

    Penyusunan indikator dalam penilaian aktivitas siswa harus

    menyesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini yaitu

    blended learning. Dalam model blended learning, aktivitas siswa yang dinilai

    tidak hanya di dalam kelas, melainkan juga melalui media e-learning yang

    dapat dipantau oleh guru. Melalui lembar observasi yang diisi oleh observer,

    aktivitas siswa dapat dinilai dengan baik dan benar karena aspek dan indikator

    yang dinilai dipandang dapat diukur dan diamati oleh observer.

    8. Penelitian Tindakan Kelas

    Dalam rangka perbaikan kualitas suatu proses pembelajaran,

    diperlukan adanya suatu penelitian tindakan. Arikunto, Suhardjono, & Supardi

    (2010: 58) mendefinisikan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian

    tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

    pembelajaran di kelasnya. Sedangkan Asrori (2008: 6) mengartikan PTK

    sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

    tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik

    pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat

    memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan ungkapan-ungkapan

    tersebut dapat disimpulkan PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat

    reflektif dengan melakukan treatment atau tindakan-tindakan guna perbaikan

    proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas menurut Sumini (2006:

    4) yaitu (a) inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di tingkat

    sekolah dan kelas, (c) peningkatan professional guru. Dalam inovasi

    pembelajaran, guru harus selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan,

    dan meningkatkan gaya mengajarnya supaya tercipta model pembelajaran yang

    sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dari aspek pengembangan kurikulum,

    penelitian tindakan kelas juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru.

    Guru kelas bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum di tingkat

    sekolah maupun kelas. Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat dijadikan

    sebagai salah satu sumber masukan. Dari aspek profesionalisme, guru dalam

    proses pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang

    profesional tentu tidak enggan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam

    praktik pembelajarannya sesuai dengan kondisi kelasnya. Dengan demikian,

    bagi seorang guru, PTK menjadi wadah untuk memahami apa yang terjadi di

    kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.

    Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi

    (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, dan siswa) dan peneliti

    (dosen, widyaswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,

    pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).

    Arikunto et al (2010: 63) menyatakan kerjasama (kolaborasi) antara guru

    dengan peneliti sangat penting dalam menggali dan mengkaji permasalahan

    nyata yang dihadapi. Terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah,

    menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan

    hasil dan menyusun laporan. Hal ini didasarkan atas dugaan bahwa guru

    adalah pelaku yang paling dekat dan mengerti kondisi siswa yang sebenarnya,

    sehingga peneliti membutuhkan saran dan masukan dalam PTK yang akan

    direncanakan.

    PTK mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memilih salah

    satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model,

    tidak ada pertimbangan baku dan peneliti disarankan memilih salah satu model

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    yang sesuai kemampuan peneliti (Sukidin, Basrowi & Suranto, 2002: 45).

    Beberapa model PTK di antaranya:

    a. Model Kurt Lewin

    Menurut Kurt Lewin, penelitian tindakan terdiri dari empat

    komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

    (observing), dan refleksi (reflecting). Proses yang terjadi dalam suatu

    lingkaran secara terus menerus dalam suatu penelitian tindakan

    diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3 yang meliputi hal berikut:

    1) Perencanaan (planning), yaitu proses menentukan program perbaikan

    yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.

    2) Aksi atau tindakan (implementing), yaitu perlakuan yang dilaksanakan

    oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.

    3) Observasi (observing), yaitu pengamatan yang dilakukan untuk

    mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang

    berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.

    4) Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan menganalisis tentang hasil observasi

    sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.

    Tahapan di atas membentuk satu siklus yang dapat dilanjutkan ke siklus

    berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi yang

    dikembangkan berdasarkan hasil pencapaian pada siklus sebelumnya.

    Jumlah siklus dalam PTK bergantung pada apakah permasalahan yang

    dihadapi sudah dapat dipecahkan.

    Gambar 2.3. Model Penelitian Kurt Lewin Sumber :

    Depdiknas, 2005 dalam Sumini (2006: 11)

    ACTING

    (Tindakan)

    OBSERVING

    (Pengamatan)

    PLANNING

    (Perencanaan)

    REFLECTING

    (Refleksi)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    b. Model Kemmis & McTaggart

    Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan konsep

    yang diperkenalkan Kurt Lewin (Trianto, 2012: 30) hanya saja komponen

    tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan

    karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisah dan terjadi dalam

    waktu yang sama, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4. Penjelasan dari

    Gambar 2.4 adalah sebagai berikut:

    a) Perencanaan atau sebagai refleksi awal merupakan kegiatan untuk

    mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan

    tema penelitian. Perencanaan ini bersifat fleksibel, dapat berubah sesuai

    dengan kondisi nyata yang ada.

    b) Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi dari

    rencana tindakan.

    c) Observasi merupakan pelaksanaan pengamatan dari tindakan yang

    dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa oleh pengamat.

    d) Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap

    semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan dengan mengkaji,

    melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan

    sehingga dapat disimpulkan secara mantap dan tajam berdasarkan teori

    atau hasil penelitian yang relevan.

    Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu

    siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara

    berkesinambungan seperti sebuah spiral.

    Gambar 2.4. Model Penelitian Kemmis dan Tagart (Sumber :

    Kasiharu Kashbolah E.S., (1995)

    PERENCANAAN

    TINDAKAN OBSERVASI

    REFLEKSI

    PERENCANAAN

    TINDAKAN OBSERVASI

    REFLEKSI

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Berdasarkan kedua jenis model PTK yang telah dijelaskan, dapat

    disimpulkan ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yaitu

    penyusunan program (perencanaan), tindakan, observasi dan refleksi.

    Arikunto et al menambahkan (2010: 20) bahwa tahap refleksi merupakan

    bagian inti dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang

    terjadi. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka

    dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan

    kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri

    sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

    9. Materi ajar tema Ekosistem Air Tawar

    Materi yang akan diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini

    merupakan materi IPA Terpadu dengan memadukan 8 Kompetensi Dasar (KD)

    yaitu:

    a. KD 2.1 Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa dan larutan garam

    melalui alat dan indikator yang tepat.

    b. KD 2.3 Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia sederhana.

    c. KD 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya

    dalam kehidupan sehari-hari.

    d. KD 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu

    suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    e. KD 4.1 Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat.

    f. KD 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen

    ekosistem.

    g. KD 7.3 Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap

    lingkungan.

    h. KD 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

    untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    Sedangkan tema yang akan dikaji adalah Ekosistem Air Tawar.

    Modul dan media pembelajaran Ekosistem Air Tawar telah selesai

    dikembangkan masing-masing oleh Radhitaningrum dan Putri Amelia (di tahun

    2013). Tema Ekosistem Air Tawar yang dikaji terbagi menjadi tiga sub materi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    yaitu air tawar, kerusakan ekosistem air tawar dan menjaga ekosistem air

    tawar.

    a. Air Tawar

    1) Definisi Air Tawar

    Air tawar adalah air yang tidak berasa, lawan dari air asin, tidak

    mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya. Air

    tawar termasuk jenis air yang menyokong kebutuhan primer manusia. Air

    tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk dijadikan

    minuman bagi manusia. Jumlah dari air tawar hanya 3 % dari jumlah

    total air di bumi, dan hanya ada 0,003 % yang bersih dan aman untuk

    dikonsumsi.

    Air termasuk senyawa yang terdiri dari dua unsur. Rumus

    senyawa kimia air yaitu H2O, terdiri dari dua atom hidrogen (H) dan satu

    atom oksigen (O). Penguraian air menjadi gas hidrogen dan oksigen

    dapat terjadi jika uap air dipanaskan pada suhu tinggi atau jika air dialiri

    listrik. Sifat gas hidrogen dan oksigen berbeda dengan sifat air. Gas

    hidrogen mudah terbakar, sedangkan oksigen merupakan gas yang

    diperlukan pada proses pembakaran. Sementara itu, air tidak dapat

    terbakar dan tidak dapat melangsungkan pembakaran.

    2) Klasifikasi Zat

    a) Unsur dan Senyawa

    Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi

    zat-zat lain yang lebih sederhana melalui reaksi kimia biasa. Bagian

    terkecil dari suatu unsur adalah atom. Contoh unsur dan simbolnya

    dapat dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Contoh Unsur dan Simbolnya

    Unsur Lambang / Simbol

    Unsur Nama Indonesia Nama Latin

    Karbon Carbonium C

    Hidrogen Hydrogenium H

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    Senyawa adalah zat tunggal yang secara kimia masih dapat

    diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana dimana sifatnya

    berbeda dengan zat semula. Bagian terkecil dari suatu senyawa adalah

    molekul (gabungan dua atom unsur/lebih baik sejenis ataupun berbeda

    jenis). Contoh senyawa dan rumus kimianya dapat dilihat pada Tabel

    2.4. Adapun perbedaan unsur dan senyawa disajikan dalam Tabel 2.5.

    Tabel 2.4. Contoh Senyawa dan Rumus Kimianya

    Rumus Kimia Unsur Nama Senyawa

    NaCl Natrium dan Klor Natrium klorida

    BaCl Barium dan Klor Barium klorida

    Tabel 2.5. Perbedaan Unsur dan Senyawa

    No Unsur Senyawa

    1 Unsur terdiri dari atom-atom

    yang sejenis

    Senyawa adakah gabungan

    unsur-unsur yang berbeda

    yang telah menjelma menjadi

    zat yang baru

    2 Bagian terkecil dari unsur

    adalah atom

    Bagian terkecil dari senyawa

    adalah molekul

    3 Contoh unsur : hidrogen,

    oksigen, nitrogen, dan karbon

    Contoh senyawa : air, gula,

    garam dapur.

    b) Sifat-Sifat Zat

    (1) Zat padat

    Letak molekulnya sangat berdekatan dan teratur.

    Gaya tarik-menarik antar molekul sangat kuat sehingga

    gerakan molekulnya tidak bebas.

    Gerakan molekulnya terbatas, yaitu hanya bergetar dan

    berputar di tempat saja.

    Molekul-molekulnya sulit dipisahkan sehingga membuat

    bentuknya selalu tetap atau tidak berubah.

    Contoh: kayu, batu, besi

    Struktur zat padat digambarkan seperti pada Gambar 2.5.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Gambar 2.5. Struktur Zat Padat (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    (2) Zat Cair

    Letak molekulnya relatif berdekatan bila dibandingkan dengan

    gas tetapi lebih jauh daripada zat padat.

    Gerakan molekulnya cukup bebas

    Molekul dapat berpindah tempat, tetapi tidak mudah

    meninggalkan kelompoknya karena masih ada gaya tarik

    menarik.

    Bentuknya mudah berubah (menyesuaikan wadah/tempatnya)

    tetapi volumenya tetap.

    Contoh : air, minyak, oli

    Struktur zat cair digambarkan seperti pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Struktur Zat Cair (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    (3) Gas

    Letak molekulnya sangat berjauhan

    Jarak antar molekul sangat jauh bila dibandingkan dengan

    molekul itu sendiri.

    Molekul penyusunnya bergerak sangat bebas

    Gaya tarik menarik antar molekul hampir tidak ada

    Baik volume maupun bentuknya mudah berubah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    Dapat mengisi seluruh ruangan yang ada.

    Contoh : Udara

    Struktur gas digambarkan seperti pada Gambar 2.7.

    Gambar 2.7. Struktur Gas (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    c) Perubahan Wujud Zat

    (1) Menguap yaitu perubahan wujud dari zat cair menjadi gas.

    (2) Mengembun yaitu perubahan wujud dari gas menjadi zat cair.

    (3) Mencair yaitu perubahan wujud dari zat padat menjadi zat cair.

    (4) Membeku yaitu perubahan wujud dari zat cair menjadi zat padat.

    (5) Menyublim yaitu perubahan wujud dari zat padat menjadi gas.

    (6) Menghablur yaitu perubahan wujud dari gas menjadi zat padat.

    d) Peran kalor dalam perubahan wujud zat

    Kalor merupakan salah satu bentuk energi, karena kalor adalah

    energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke

    benda yang bersuhu lebih rendah. Selama proses terjadinya perubahan

    wujud suatu zat, ternyata suhu benda tetap. Mengapa demikian? Saat

    terjadi perubahan wujud zat, kalor yang diperlukan atau dilepaskan

    tidak digunakan untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk

    mengubah wujud suatu zat. Ingat bahwa wujud zat yang terdapat di

    alam dibedakan menjadi tiga, yaitu : padat, cair dan gas. Kalor dapat

    mengubah wujud zat dari padat ke cair, cair ke gas, gas ke cair, dan

    cair ke padat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    3) Klasifikasi Air Tawar

    a) Danau

    Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang

    digenangi oleh air tawar dimana seluruh cekungan tersebut dikelilingi

    oleh daratan. Di samping itu, air yang masuk ke danau tersebut

    biasanya tidak mengalir lagi ke tempat lain.

    b) Rawa

    Rawa atau paya-paya adalah daerah rendah yang selalu

    tergenang air. Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air

    sungai maupun dari sumber mata air tanah. Berdasarkan pergantian

    airnya, rawa dibagi menjadi dua, yaitu :

    (1) Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian

    Rawa jenis ini tidak memiliki pintu pelepasan air, sehingga air di

    rawa tersebut akan selalu tergenang. Ciri-cirinya, antara lain:

    airnya asam (payau) sehingga tidak banyak organisme yang

    hidup, berwarna merah, di dasar rawa tertutup gambut yang tebal.

    (2) Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian

    Rawa jenis ini memiliki pintu pelepasan air, sehingga airnya

    selalu berganti. Ciri-ciri rawa yang airnya mengalami pergantian

    antara lain : airnya tidak terlalu asam sehingga banyak oragnisme

    yang hidup seperti cacing tanah, ikan, eceng gondok, dan pohon

    rumbia, serta dapat diolah menjadi lahan pertanian.

    c) Sungai

    Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih

    rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air

    tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.

    d) Air Tanah

    Air tanah adalah kumpulan air yang berada di permukaan

    tanah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    4) Siklus Air Tawar

    a) Siklus Pendek (Siklus Kecil)

    Siklus pendek yaitu air laut menguap menjadi gas,

    berkondensasi menjadi awan dan hujan yang jatuh ke laut. Siklus

    pendek ditunjukkan pada Gambar 2.8.

    Gambar 2.8. Siklus Pendek (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    b) Siklus Sedang (Siklus Menengah)

    Siklus sedang yaitu air laut menguap menjadi gas, lalu gas

    tersebut mengalami kondensasi dan dibawa angin, sehingga

    membentuk awan di atas daratan, kemudian jatuh sebagai hujan dan

    meresap ke tanah, lalu masuk ke sungai dan kembali ke laut. Gambar

    2.9 menunjukkan proses siklus air tawar jenis sedang.

    Gambar 2.9. Siklus Sedang (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    c) Siklus Panjang (Siklus Besar)

    Siklus besar yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian

    membentuk kristal-kristal es di atas laut, kemudian dibawa angin ke

    daratan (pegunungan) dan jatuh sebagai salju membentuk gletser,

    kemudian masuk ke sungai lalu kembali ke laut. Gambar 2.10

    menunjukkan proses siklus panjang air tawar.

    Gambar 2.10. Siklus Panjang (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    5) Fungsi dan Kegunaan Air Tawar

    a) Air Minum

    Air dimanfaatkan untuk minum sehari-hari baik yang

    berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau sungai dan lain-lain

    merupakan bagian dari perairan darat.

    b) Sumber tenaga (energi), misalnya untuk pembangkit listrik tenaga air

    dan sebagai sarana transportasi.

    c) Irigasi, misalnya irigasi pertanian dan perkebunan.

    d) Bahan baku industri, misalnya untuk produksi listrik bertenaga air.

    e) Perikanan Darat

    Berbagai usaha produksi perikanan darat (seperti ikan mas,

    lele, belut, nila dan lain-lain) dapat berlangsung karena adanya

    sistem perairan darat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    f) Sarana Transportasi

    g) Rekreasi

    Waduk-waduk, rawa, danau ataupun sumber-sumber air

    panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana

    rekreasi yang menarik.

    h) Olah raga air

    Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana

    olah raga seperti renang, selam, dan lain-lain.

    b. Kerusakan Ekosistem Air Tawar

    1) Definisi dan Komponen Penyusun Ekosistem Air Tawar

    Ekosistem air tawar berasal dari kata ekosistem dan air

    tawar. Ekosistem berarti suatu hubungan timbal balik yang terjadi antara

    makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan air yang menyokong

    kebutuhan primer manusia adalah air tawar. Jadi ekosistem air tawar

    adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang ada didalam air tawar

    dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup didalam air tersebut dan

    lingkungan air tawar itu sendiri.

    Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut

    diantaranya:

    a) Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari

    kadar garam protoplasma organisme akuatik.

    b) Variasi suhu sangat rendah.

    c) Penetrasi cahaya matahari kurang.

    d) Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

    e) Tumbuhan yang mendominasi ekosistem air tawar adalah jenis

    ganggang dan tumbuhan biji.

    f) Hampir semua filum hewan ada di ekosistem air tawar.

    g) Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.

    Komponen pembentuk ekosistem dapat dibedakan menjadi dua

    yaitu:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    a) Komponen hidup (biotik)

    Contoh komponen hidup di dalam air tawar adalah ikan, serangga

    dalam air, dan segala makhluk hidup yang ada di sekitar perairan

    tersebut.

    b) Komponen tidak hidup (abiotik)

    Komponen mati atau tidak hidup adalah benda-benda di dalam telaga

    atau sungai itu sendiri yang digunakan sebagai media hidup dari

    makhluk hidup di dalamnya.

    2) Klasifikasi Ekosistem Air Tawar

    Ekosistem air tawar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    a) Ekosistem air tawar lotik, yaitu perairan ait tawar yang berarus atau

    airnya senantiasa mengalir, misalnya: sungai dan air tanah. Gambar

    2.11 menunjukkan contoh ekosistem air tawar lotik.

    b) Ekosistem air tawar lentik, yaitu perairan ait tawar yang tidak berarus

    atau airnya tidak mengalir (tenang), misalnya: danau dan rawa.

    Gambar 2.12 dan 2.13 menunjukkan contoh dari ekosistem air tawar

    lentik.

    Gambar 2.11. Sungai Bengawan Solo (Sumber :

    http://www.attayaya.net)

    Gambar 2.12. Danau Toba (Sumber : http://www.

    shinelikeastarr-beauty.com)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Gambar 2.13. Rawa Jombor Klaten (Sumber : http://

    amlekusuma.files.wordpress.com)

    3) Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar

    a) Larutan Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar

    (1) Larutan Asam

    Menurut Arrhenius, asam adalah suatu senyawa yang di

    dalam air akan melepaskan ion H+. Sehingga, pembawa sifat

    asam adalah ion H+ (ion hidrogen). Oleh karena itu, rumus kimia

    asam selalu mengandung atom hidrogen. Contoh larutan asam

    ditunjukkan pada Tabel 2.6. Sifat larutan asam yaitu korosif,

    sebagian besar bereaksi dengan logam dan menghasilkan H2,

    memiliki rasa asam, dapat mengubah warna zat yang dimiliki oleh

    zat lain (dapat dijadikan indikator asam atau basa), dan

    menghasilkan ion H+ dalam air.

    Tabel 2.6. Beberapa Asam yang Telah Dikenal Dalam

    Kehidupan Sehari-hari

    Nama Asam Rumus Kimia Terdapat Dalam

    Asam asetat CH3COOH Larutan cuka

    Asam askorbat C6H8O6 Jeruk, tomat,

    sayuran

    Asam sirat H3BO3 Jeruk

    (2) Larutan Basa

    Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam

    air (yang berwujud cair) dapat melepaskan ion hidroksida (OH-).

    Contoh larutan basa ditunjukkan pada Tabel 2.7. Sifat larutan

    basa yaitu merusak kulit (kaustik), terasa licin di tangan seperti

    sabun, bersifat pahit, dapat mengubah warna zat lain (warna yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    dihasilkan berbeda dengan asam), menghasilkan ion OH-

    dalam

    air.

    Tabel 2.7. Beberapa Jenis Basa yang Telah Dikenal

    Nama Basa Rumus Kimia Terdapat Dalam

    Alumunium

    hidroksida

    Al(OH)3 Deodoran, obat maag

    Kalsium hidroksida Ca(OH)2 Plester

    (3) Larutan Garam

    Garam merupakan campuran antara asam dan basa.

    Contoh larutan garam ditunjukkan pada Tabel 2.8.

    Tabel 2.8. Beberapa Garam yang Telah Dikenal

    Nama Garam Rumus Nama Umum Kegunaan

    Natrium klorida NaCl Garam dapur Penambah rasa

    Kalsium karbonat CaCO3 Kalsit Bahan cat

    Untuk mengidentifikasi suatu larutan memiliki sifat asam

    atau basa dapat digunakan kertas lakmus. Gambar 2.14 menunjukkan

    hasil identifikasi kertas lakmus untuk mengetahui sifat larutan. Hasil

    dari kertas lakmus setelah diteteskan larutan yang akan diuji akan

    menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut:

    (a) Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam

    larutan basa berwarna biru.

    (b) Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam

    larutan basa berwarna biru.

    (c) Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah

    warna.

    Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan

    skala 014.

    (a) Larutan dengan pH kurang dari 7(pH < 7) bersifat asam.

    (b) Larutan dengan pH sama dengan 7(pH = 7) bersifat netral.

    (c) Larutan dengan pH lebih dari 7 (pH > 7) bersifat basa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Gambar 2.14. Identifikasi Kertas Lakmus (Sumber :

    http://kimia.upi.edu/staf/nurul/ web

    2010/0800475/garam2.html)

    Salah satu penyebab kerusakan ekosistem air tawar yaitu

    limbah penggunaan sabun dan deterjen. Air sabun dan air deterjen

    termasuk larutan yang mengandung basa kuat (NaOH dan

    KOH). Basa kuat tergolong jenis larutan elektrolit kuat yang dapat

    terionisasi sempurna dalam air, dapat menghantarkan arus listrik dan

    dapat menghasilkan gelembung gas. Sabun berasal dari asam lemak

    (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa NaOH atau

    KOH, berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

    C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O

    Asam stearat basa sabun

    b) Unsur Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar

    Unsur penyebab kerusakan ekosistem air tawar antara lain:

    (1) Timbal (Pb)

    (2) Arsen (As)

    (3) Cadmium (Cd)

    (4) Air raksa atau merkuri (Hg)

    (5) Nikel (Ni)

    (6) Calsium (Ca)

    (7) Magnesium (Mg) (Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.com)

    Kandungan unsur tersebut dalam air akan menyebabkan air

    bersifat sadah. Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat

    maupun yang bersifat racun, seperti Pb, Cd atau Hg, maka air yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh

    manusia dan tidak layak minum.

    4) Akibat Kerusakan Ekosistem Air Tawar

    Kerusakan ekosistem air tawar akan membawa dampak buruk

    bagi lingkungan, sedangkan manusia itu sendiri hidup di lingkungan.

    Oleh karena itu, apabila manusia melakukan kerusakan pada ekosistem

    air tawar, sama halnya akan membunuh diri sendiri.

    a) Akibat dari kerusakan ekosistem air tawar karena erosi

    Erosi akan merusak ekosistem air tawar karena air

    permukaan akan meningkat dan sungai-sungai menjadi meluap,

    sehingga terjadi banjir. Erosi mengakibatkan air akan tidak dapat

    terfiltrasi dengan baik sehingga air yang dikonsumsi tidak jernih dan

    mengandung kerikil. Akibat yang ditimbulkan oleh erosi antara lain

    seperti pendangkalan sungai dan air keruh.

    b) Akibat dari sampah buangan manusia dari rumah atau pemukiman

    penduduk.

    (1) Sampah organik

    Apabila sampah organik dibuang ke sungai, maka yang akan

    terjadi adalah jumlah oksigen terlarut di dalam air menjadi

    berkurang karena sebagian besar oksigen digunakan oleh bakteri

    untuk melakukan proses pembusukan sampah. Sehingga banyak

    tumbuhan dan hewan mati.

    (2) Sampah anorganik

    Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi

    cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis dari

    tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.

    (3) Sampah deterjen

    Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan

    senyawa fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang

    pertumbuhan ganggang dan eceng gondok (Eichhornia

    crassipes). Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai

    tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan

    mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Tumbuhan air

    (eceng gondok dan ganggang) yang mati akan mengakibatkan

    proses pembusukan tumbuhan ini, sehingga akan menghabiskan

    persediaan oksigen di dalam air. Material pembusukan tumbuhan

    air akan mengendap dan menyebabkan pendangkalan.

    c) Akibat dari zat kimia dari lokasi pertanian, industri, dan pertambangan

    (1) Limbah pertanian

    Akibat adanya biological magnification atau pembesaran biologis

    pada organisme yang disebabkan oleh penggunaan DDT, antara

    lain dapat merusak jaringan tubuh makhluk hidup, menimbulkan

    otot kejang, otot lelah dan bisa juga kelumpuhan, menghambat

    proses pengapuran dinding telur pada hewan bertelur sehingga

    telurnya tidak dapat menetas, lambat laun bisa menyebabkan

    penyakit kanker pada tubuh, misalnya kanker usus. Kanker usus

    dapat terjadi karena makanan atau minuman yang dikonsumsi

    mengandung zat-zat kimia tertentu seperti logam berat.

    (2) Limbah industri

    Bahan pencemar air bersifat beracun dan berbahaya dan dapat

    menyebabkan kematian. Bahan pencemar air antara lain ada yang

    berupa logam-logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd),

    berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air

    raksa (Hg), selenium (Se), dan seng (Zn). Ada pula yang berupa

    oksida-oksida karbon (CO dan CO2), oksidaoksida nitrogen (NO

    dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2 dan SO3), H2S, asam

    sianida (HCN), senyawa atau ion klorida, partikulat padat seperti

    asbes, tanah atau lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana,

    dan heksana. Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, yang

    masuk melalui bahan makanan yang masuk ke pencernaan atau

    melalui kulit sehingga dapat menyebabkan kerusakan kulit atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    penyakit pencernaan. Bahan pencemar yang menumpuk dalam

    jaringan organ tubuh dapat meracuni organ tubuh tersebut,

    sehingga organ tubuh tidak dapat berfungsi lagi dan dapat

    menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat sampai

    meninggal.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencemaran air berdampak luas,

    misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan,

    ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, kerusakan hutan akibat

    hujan asam, dan sebagainya. Sedangkan di dalam air sungai dan danau,

    nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan

    pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan).

    Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya

    digunakan bersama oleh seluruh hewan atau tumbuhan air, menjadi

    berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot

    lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas

    bakteri menurun.

    c. Menjaga Ekosistem Air Tawar

    1) Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zat

    b) Sifat Fisika

    Sifat fisika adalah ciri khas suatu zat yang dapat diamati

    tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika suatu

    zat antara lain:

    (1) Wujud Zat

    Ada tiga macam wujud zat yaitu zat padat, cair dan gas. Zat

    tersebut dapat berubah dari satu wujud ke wujud yang

    lain. Beberapa peristiwa perubahan yang kita kenal, yaitu:

    menguap, mengembun, mencair, membeku, menyublim, dan

    mengkristal.

    (2) Warna

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    Warna merupakan sifat fisika yang dapat diamati secara

    langsung. Warna yang dimiliki suatu benda merupakan ciri

    tersendiri yang membedakan antara zat satu dengan zat lain.

    (3) Kemagnetan

    Berdasarkan sifat kemagnetan, benda digolongkan menjadi

    dua yaitu benda magnetik dan non magnetik. Benda

    magnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet,

    sedangkan benda non magnetik adalah benda yang tidak dapat

    ditarik oleh magnet.

    (4) Kelarutan

    Air merupakan zat pelarut untuk zat-zat terlarut. Tidak semua zat

    dapat larut dalam zat pelarut, misalnya, garam dapat larut

    dalam air, tetapi pasir tidak dapat larut dalam air.

    (5) Daya hantar listrik

    Benda logam pada umumnya dapat menghantarkan listrik.

    Benda yang dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut

    konduktor, sedangkan benda yang tidak dapat menghantarkan

    listrik disebut isolator.

    (6) Titik didih dan titik lebur

    Titik didih merupakan suhu dimana suatu zat mulai mengalami

    pendidihan. Sedangkan titik lebur merupakan suhu dimana suatu

    zat/materi mulai melebur.

    Sifat fisika air merupakan indikasi bahwa derajat kekotoran

    air sangat dipengaruhi oleh sifat fisika yang mudah terlihat seperti

    kandungan zat padat di dalamnya, kejernihan, bau, warna dan

    temperatur. Sifat fisika air antara lain:

    (1) Air harus bersih dan tidak keruh, (2) Tidak berwarna, (3) Ttidak

    memiliki rasa/ tawar, (4) Suhu antara 10-25 C (sejuk), (5) Tidak

    meninggalkan endapan. (Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.com)

    c) Sifat Kimia

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    Sifat kimia adalah ciri-ciri suatu zat yang berhubungan

    dengan terbentuknya zat jenis baru. Sifat kimia suatu zat antara lain:

    (1) Mudah busuk

    Akibat terjadi reaksi kimia dalam suatu makanan atau

    minuman dapat mengakibatkan makanan dan minuman tersebut

    membusuk dan berubah rasa menjadi asam.

    (2) Beracun

    Ada beberapa macam zat yang memiliki sifat kimia beracun,

    antara lain insektisida, pestisida, fungisida, herbisida dan

    rodentisida.

    (3) Mudah meledak

    Interaksi zat dengan oksigen di alam ada yang mempunyai

    sifat mudah meledak, seperti magnesium, uranium dan natrium.

    (4) Mudah berkarat

    Reaksi antara logam dan oksigen dapat mengakibatkan

    benda tersebut berkarat. Logam seperti besi dan seng memiliki

    sifat mudah berkarat.

    (5) Mudah bereaksi

    Kemampuan suatu zat untuk bereaksi dengan oksigen, air, dan

    asam membentuk zat lain.

    (6) Mudah terbakar

    Sifat mudah terbakar berhubungan dengan kemampuan

    menghasilkan api.

    Sifat kimia air merupakan indikasi bahwa kandungan bahan

    kimia yang ada di dalam air limbah dapat berpengaruh negatif pada

    lingkungan melalui berbagai cara. Sifat kimia air antara lain:

    (1) Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, (2)

    Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, (3) Cukup

    yodium, (4) pH air antara 6,5 9,2. (Sumber : http://e-

    learningipaterpaduuns.com)

    2) Indikator Kualitas Air Bersih

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    a) Fisika

    Karakteristik fisika untuk menentukan kualitas air bersih

    ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:

    (1) Bahan padat yang terkandung

    Apabila air tawar mengandung bahan padat karena erosi, menjadi

    tidak layak untuk dimanfaatkan seperti minum dan mencuci.

    Gambar 2.15 menunjukkan air tawar yang mengandung bahan

    padatan.

    Gambar 2.15. Air yang Mengandung Bahan Padatan

    (Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.

    com)

    (2) Warna

    Air murni adalah air yang tidak berwarna. Air terkadang berwarna

    dikarenakan dalam air terdapat material yang larut. Gambar 2.16

    menunjukkan air tawar yang telah tercemar sehingga warnanya

    berubah.

    (3) Kekeruhan

    Air yang mengandung material yang tidak dapat dilihat dengan