bab 2.pdf
TRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran IPA Berbasis SETS di SMP
a. Hakikat Belajar
Pada dasarnya, belajar tidak hanya terbatas di lingkungan formal
(sekolah) saja, tetapi belajar adalah hasil dari serangkaian pengalaman
seseorang dengan lingkungannya, baik dengan sesama maupun alam.
Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan bahwa belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan, melainkan suatu proses mental yang
mengakibatkan perubahan pada diri seseorang. Senada dengan Sanjaya,
Morgan (1978) dalam Sagala (2009: 13) menambahkan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks karena belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Berdasarkan beberapa definisi dari ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian pengalaman individu atas hasil interaksi
dengan lingkungan guna perubahan pribadi individu tersebut.
Suryabrata (2008: 232) menjelaskan hal-hal pokok dalam belajar,
yang dirangkum sebagai berikut:
1) Belajar membawa perubahan pada seseorang baik behavioral changes,
aktual maupun potensial.
2) Perubahan terjadi ketika diperolehnya kemampuan baru yang berlaku
dalam jangka waktu yang relatif lama.
3) Perubahan terjadi karena adanya usaha.
Sagala (2009: 53) menambahkan bahwa ciri khas belajar adalah terdapat
perubahan, yaitu menghasilkan perubahan perilaku dalam diri siswa sebagai
hasil latihan, pengalaman dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat
diamati secara langsung. Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa kegiatan
8
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
belajar menekankan pada bagaimana proses belajar itu berlangsung
sehingga tujuan perubahan yang diharapkan dapat tercapai.
b. Definisi Pembelajaran
Dalam proses belajar siswa di kelas, guru bertanggung jawab atas
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dimyati dan Mudijono (1999: 297)
dalam Sagala (2009: 62) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sagala (2009: 64) menambahkan bahwa pembelajaran adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam
mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu prosedur
yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hal
terpenting dalam sebuah proses pembelajaran adalah siswa mampu
memaknai dengan benar, tidak hanya secara pengetahuan, melainkan juga
sikap dan ketrampilan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa
belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik dalam waktu yang relatif lama. Hal yang penting dalam mengajar
adalah bagaimana siswa dapat mempelajari materi sesuai tujuan. Usaha
yang dilakukan guru hanya merupakan serangkaian peristiwa yang dapat
mempengaruhi siswa belajar.
c. Hakikat IPA
Pada dasarnya, manusia hidup di bumi ini tidak semata-mata hanya
berinteraksi dengan sesamanya saja. Namun, apabila dikaji lebih mendalam
manusia memiliki interaksi yang sangat kompleks terutama dengan alam.
Berbagai informasi dan teknologi yang berkembang saat ini pun merupakan
hasil interaksi dengan alam. Misalnya konstruksi pada bentuk tubuh pesawat
yang ideal merupakan hasil penemuan panjang yang dikembangkan dari
tubuh capung dan burung. Fisiologi hewan ini dikaji secara lebih mendalam
dalam IPA.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
IPA yang dalam bahasa Inggris disebut science tidak hanya
sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Puskur, 2006: 5). Dasar
terbentuknya konsep-konsep IPA berasal dari keingintahuan mengenai suatu
konsep yang belum diketahui orang dan menuntut untuk mencari prinsip
atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui
percobaan (Puskur, 2007: 3). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji
tentang alam dan sekitarnya, melalui serangkaian kegiatan ilmiah yang
dilakukan.
Merujuk pada pengertian IPA tersebut, Puskur (2006: 4)
menjelaskan pada hakikatnya IPA memiliki empat unsur utama yaitu:
1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah
baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA
bersifat open ended;
2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan;
3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur tersebut diharapkan dapat
muncul, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara utuh dan
peserta didik mampu memahami fenomena alam melalui kegiatan
pemecahan masalah ataupun mampu menemukan suatu teori baru.
d. Pendekatan SETS
Pada kenyataannya, IPA tidak hanya bersifat teoritis/ilmu (sains)
saja, tetapi juga melibatkan interaksi siswa dengan lingkungan, teknologi
dan masyarakat. Yamtinah (2009: 24) menyatakan:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dalam pembelajaran IPA di SMP untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan, para pendidik dianjurkan menggunakan pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology, and Society) atau
SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat)
sekaligus sebagai visi pembelajaran di samping pendekatan lain.
Oleh karenanya, pendekatan SETS dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran IPA dan apabila diperlukan dapat dipadukan
dengan pendekatan lain.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang berbasis SETS
memiliki ciri-ciri tertentu. Binadja (2005) dalam Nugraha, Binadja, dan
Supartono (2013: 29) menjelaskan ciri-ciri tersebut, yang dirangkum
sebagai berikut :
1. Memberikan penekanan terhadap sains sebagai subjek pembelajaran.
2. Siswa dikondisikan untuk memanfaatkan konsep sains yang diperolehnya
ke dalam bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat luas.
3. Siswa perlu memikirkan berbagai kemungkinan yang diakibatkan saat
proses transfer sains tersebut ke dalam bentuk teknologi.
4. Siswa diminta supaya mempu menjelaskan keterkaitan antara unsur-
unsur sains dengan unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi unsur-
unsur tersebut.
5. Siswa diminta untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari
teknologi yang merupakan aplikasi dari konsep sains tersebut.
6. Dalam konteks kontruktivisme, siswa dapat membangun konsep dengan
melihat dari berbagai macam arah atau dari berbagai macam titik awal
pengetahuan awal yang dimilikinya.
Keenam ciri di atas menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis SETS
menghubungkan antara teori yang sedang dipelajari dengan penerapannya
dalam bentuk teknologi serta sudut pandang akan dampaknya terhadap
masyarakat dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
berbasis SETS bersifat nyata dan kontekstual.
Binadja (2002) dalam Nugraha et al (2013: 32) menambahkan
bahwa pembelajaran berbasis SETS akan membentuk kesan positif dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diri siswa yang diduga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
Melalui pembelajaran berbasis SETS diharapkan siswa akan lebih tertarik
dengan materi yang diajarkan sehingga timbul rasa ingin tahu yang tinggi
dan juga mampu meningkatkan keaktifan mereka di kelas.
e. Pembelajaran IPA di SMP
Pembelajaran IPA di SMP selama ini dikelompokkan menjadi IPA
Fisika dan IPA Biologi. Darliana (2007: 6) menjelaskan konsep-konsep
IPA dibentuk dari hasil mengkaji bagian-bagian yang sangat kecil dari
alam. Karena alam yang dipelajari sangat luas, maka konsep-konsep IPA
dibagi menjadi tiga ilmu dasar yaitu, Fisika, Kimia, dan Biologi. Tetapi
kajian ilmu Kimia di SMP masih terlalu sempit sehingga seringkali Kimia
dipadukan dengan Fisika atau Biologi.
Dalam proses pembelajaran IPA seorang guru perlu mengarahkan
bahwa IPA berkaitan dengan lingkungan alam di sekitar siswa. Puskur
menambahkan bahwa proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat (2006: 4). Puskur (2006: 6) secara
spesifik menekankan bahwa pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1)
mampu memberikan pengalaman kepada peserta didik supaya memiliki
kemampuan mengukur berbagai besaran fisis; (2) memberikan penekanan
kepada peserta didik pentingnya pengamatan secara menyeluruh dalam
menguji pernyataan ilmiah; (3) memberikan latihan berpikir secara
kuantitatif kepada siswa sebagai penerapan matematis dalam memecahkan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam; (4) memperkenalkan
teknologi kepada siswa melalui berbagai kegiatan kreatif dan inovatif.
Keempat hal tersebut perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA di
sekolah supaya dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.
Berbagai macam model implementasi kurikulum dalam
pembelajaran IPA telah banyak dikembangkan saat ini, seperti model
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu adalah suatu model
implementasi kurikulum yang dapat diaplikasikan pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai
dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Puskur, 2006: 1).
Depdikbud (1996: 3) menyatakan bahwa model pembelajaran ini pada
hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik
(Puskur, 2006: 1). Melalui pembelajaran IPA Terpadu diharapkan peserta
didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat menambah pemahaman konsep yang dipelajarinya. Dengan
demikian, peserta didik terlatih untuk menemukan sendiri berbagai konsep
yang dipelajarinya.
Bentuk pengalaman belajar yang dirancang oleh guru akan sangat
berpengaruh terhadap makna pembelajaran bagi peserta didik. Pengalaman
belajar lebih menunjukkan keterkaitan antara unsur-unsur konseptual
sehingga menjadikan proses belajar lebih efektif. Panduan alur penyusunan
perencanaan pembelajaran IPA Terpadu menurut Puskur (2006: 13)
diilustrasikan seperti pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa
diperlukan adanya batasan bidang kajian yang akan dipadukan. Artinya
tidak semua bidang kajian ilmu harus dipadukan, tetapi tergantung pada
tingkat efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Dalam pengembangan model pembelajaran IPA Terpadu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan saat memetakan kompetensi dasar.
Puskur (2006: 14) menjelaskan ada empat hal yang harus dipertimbangan
terkait dengan pemetaan kompetensi dasar. Keempat hal tersebut adalah :
1) Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
2) Beberapa kompetensi dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
3) Kompetensi dasar yang dipetakan tidak harus berasal dari semua standar kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang sama, tetapi memungkinkan hanya dua atau tiga kompetensi
dasar saja.
4) Kompetensi dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik atau tema masih bisa dipetakan dengan topik atau tema yang lain juga.
Dengan demikian tidak harus memaksakan tiap kompetensi dasar harus
dipadukan. Karena tiap kompetensi dasar memiliki kompetensi capaiannya
masing-masing. Ketentuan tersebut harus menjadi landasan dalam
mengembangkan model pembelajaran IPA Terpadu.
Pembelajaran terpadu memiliki ciri tertentu yaitu adanya tema atau
topik. Puskur (2006: 1) menambahkan tema atau topik yang dibahas berasal
dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami
dan tidak asing bagi peserta didik. Dengan demikian melalui pembelajaran
terpadu, beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu
dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga
penggunaan waktu untuk pembahasan lebih efisien dan pencapaian tujuan
pembelajaran yang diharapkan akan tepat sasaran.
Tema yang dipilih dalam pembelajaran IPA Terpadu harus relevan
dengan kompetensi dasar yang dipetakan dan disesuaikan dengan berita
terkini. Prinsip penggalian tema dalam IPA Terpadu hendaknya
memperhatikan beberapa persyaratan. Syarat-syarat tema tersebut menurut
Trianto (2011: 9) dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Tidak terlalu luas namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran.
2) Bermakna, artinya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi peserta didik untuk belajar materi selanjutnya.
3) Disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4) Mewadahi sebagian besar minat anak.
5) Mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam
rentang waktu belajar.
6) Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.
7) Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Syarat-syarat tersebut menjadi landasan dalam menyusun sebuah tema yang
yang diharapkan mampu bernuansa sains-lingkungan-teknologi-masyarakat
(SETS). Tema menjadi poin penting dalam penyusunan pembelajaran IPA
Terpadu karena akan menjadi dasar untuk memadukan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
Gambar 2.1. Alur Penyusunan Pembelajaran IPA Terpadu
(Sumber : Puskur (2006 : 13))
Alur penyusunan pembelajaran IPA Terpadu yang diilustrasikan
pada Gambar 2.1 hanya sampai pada tahap penyusunan perencanaan
pembelajaran. Namun demikian, dalam penelitian ini tahapan yang
dilakukan sampai pada tahap pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu
berdasarkan RPP yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, selain
akan didapatkan data hasil penelitian, peneliti juga dapat menguji tingkat
efektifitas dari RPP yang telah disusunnya.
Merumuskan indikator pembelajaran terpadu
Menyusun silabus pembelajaran terpadu
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu
Menetapkan KD dan tema pemersatu
Membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema
atau topik pemersatu
Menetapkan tema atau topik pemersatu
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
Mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar bidang
kajian
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Model Pembelajaran
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur kegiatan
pembelajaran di kelas, yakni melalui model pembelajaran yang
diterapkannya. Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Brady
dalam Aunurahman (2009: 146) menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan blueprint yang dapat digunakan untuk membimbing guru dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Sedangkan Joyce & Weil
(1980) dalam Santyasa (2005: 9) mengungkapkan model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam kegiatan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk membimbing guru dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Suradji (2008: 110) menjelaskan beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran antara lain:
a. disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,
b. disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa,
c. disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari,
d. disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.
Dalam mengembangkan model pembelajaran, guru perlu
mempertimbangkan keempat faktor tersebut supaya kegiatan pembelajaran
dapat terlaksana secara optimal dan efisien.
3. Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang
samapai saat ini masih terus dilakukan dan sangat sering digunakan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk
model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid
dalam satu ruangan untuk belajar.
Beberapa karakteristik dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap
muka diantaranya terencana, berorientasi pada tempat dan interaksi sosial.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Semua jenis pembelajaran harus diawali dengan pembuatan perencanaan yang
matang, supaya pelaksanaannya dapat optimal. Dalam pembelajaran tatap
muka, guru dan siswa dapat lebih leluasa berinteraksi satu sama lain dan guru
dapat menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa.
Kelebihan yang dimiliki pembelajaran tatap muka menurut Fatimah
(2008) diantaranya siswa lebih leluasa untuk mengeksplorasi keahlian mereka,
termasuk dalam berdiskusi dan bertanya jawab, berinteraksi sosial dan belajar
dari siswa yang lainnya. Akkoyunlu & Soylu (2006) menambahkan bahwa
siswa dalam berinteraksi sosial saat pembelajaran tatap muka di kelas
membutuhkan bimbingan dalam belajar. Hal ini sangat penting mengingat
dalam pembelajaran tidak hanya mengukur sisi pengetahuan siswa saja, tetapi
juga nilai-nilai karakter dan moral yang perlu ditanamkan dalam diri siswa.
Inilah eksistensi guru dalam pembelajaran yang tidak bisa digantikan oleh
apapun.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya pembelajaran tatap muka
memiliki berbagai kekurangan diantaranya menurut Jones (2002) siswa hanya
dapat mengingat sekitar 15 % dari konten pembelajaran setelah tiga minggu
pelaksanaan pembelajaran. Pang (2010) menambahkan bahwa pembelajaran
tatap muka hanya dapat diselenggarakan dalam ruangan kelas atau tempat atau
ruang yang khusus didesain untuk pembelajaran. Maka dari itu, pembelajaran
tatap muka membutuhkan tempat dan waktu yang terbatas.
Berdasarkan hasil wawancara dengaan guru, salah satu hal yang
dinilai menjadi penyebab pembelajaran belum terlaksana secara optimal adalah
alokasi waktu pembelajaran. Guru menilai bahwa alokasi waktu pembelajaran
di kelas masih kurang menimbang bobot dan jumlah materi yang perlu
diajarkan dalam satu semester. Oleh karenanya guru membutuhkan suatu
desain pembelajaran yang mampu mengefektifkan waktu pembelajaran di
kelas.
4. Pembelajaran Online
Perkembangan IPTEK menuntut guru supaya terus berinovasi dalam
model pembelajaran. Pembelajaran online atau e-learning merupakan salah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
satu bukti bahwa semakin berkembangnya teknik dalam mengajar. Menurut
Novandini dan Wulandari (2010: 72) e-learning merupakan suatu jenis
pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke pembelajar
dengan menggunakan media internet atau jaringan komputer lain. E-learning
memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui komputer di tempat mereka
masing-masing melalui fasilitas internet tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pembelajaran di kelas.
Beberapa karakteristik pembelajaran online diantaraya:
a. Non-linearity
Pemakai atau users bebas mengakses (browsing) tentang objek
pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan
tergantung pada pengetahuan pemakai.
b. Self-managing
Pemakai dapat mengolah sendiri proses pembelajaran dengan mengikuti
struktur yang telah di buat.
c. Feedback-interactivity
Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktif dan disediakan feedback
pada proses pembelajaran.
d. Multimedia-learners style
E-learning menyediakan fasilitas multimedia. Keuntungan dengan
menggunakan multimedia siswa dapat memahami lebih jelas dan nyata
sesuai dengan tipe siswanya.
e. Just in time
E-learning menyediakan kapan saja yang diperlukan pemakai untuk
menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan.
f. Dynamic updating
Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi secara otomatis pada
perubahan yang terbaru.
g. Easy accessibility
Mudah digunakan karena peserta didik hanya menggunakan browser.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
h. Collaborative learning
Memungkinkan saling interaksi, maksudnya dapat berkomunikasi secara
langsung (synchronous).
E-learning secara luas sudah sering digunakan dalam proses
pembelajaran. Alokasi waktu yang menjadi permasalahan utama dalam
pembelajaran tatap muka dapat digantikan melalui penerapan model e-
learning. Beberapa kelebihan yang diberikan melalui pembelajaran online
diantaranya :
a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet kapan saja tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya dapat menilai sampai berapa
jauh bahan ajar dipelajari.
c. Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan dimana saja
kalau diperlukan megingat bahan ajar tersimpan di komputer. (Hameed,
2008).
d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajari, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.
e. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
f. Relatif lebih efisien.
Meskipun ada banyak kelebihan yang diberikan melalui pembelajaran
online, e-learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya:
a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dan siswa itu sendiri.
b. Cenderung mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensial sekarang dituntut menguasai teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
Oleh karenanya dibutuhkan suatu alternatif model pembelajaran yang
mampu menjembatani antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
online. Alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru supaya pembelajaran dapat
berjalan lebih optimal dapat digantikan melalui pembelajaran online yang tidak
dibatasi oleh waktu untuk siswa dan guru dalam mengakses materi. Namun
demikian, eksistensi guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter dan moral
pada siswa tidak dapat digantikan oleh pembelajaran online. Oleh karenanya
blended learning hadir sebagai solusi dalam permasalahan pelaksanaan
pembelajaran yang ada.
5. Hakikat Model Blended Learning
a. Definisi Blended Learning
Blended learning secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu
blended dan learning. Blended learning merupakan istilah yang jarang
didengar di kalangan sekolah menengah, tetapi setingkat perguruan tinggi
blended learning sudah sering diterapkan. Menurut Rovai dan Jordan (2004:
3) dalam Syarif (2012: 238) model blended learning merupakan gabungan
model pembelajaran secara tatap muka (face to face learning) dengan
virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended
learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas
tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to face learning).
Oleh karena itu, blended learning menggabungkan berbagai sumber belajar
khususnya model face to face learning dan e-learning dalam satu
kurikulum.
Dengan model blended learning, proses pembelajaran akan lebih
efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan (konvensional)
akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini
berbasis teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Jusoff and Khodabandelou (2009: 82) menambahkan blended learning
bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada di antara siswa dan guru
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
namun juga meningkatkan interaksi di antara kedua belah pihak.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
blended learning adalah suatu model pembelajaran yang mengkombinasikan
antara model pembelajaran tatap muka dan model pembelajaran e-learning
dalam satu kurikulum atau mata pelajaran atau tema tertentu.
b. Model Blended Learning
Model blended learning memiliki batas persentase kegiatan siswa
yang menggunakan online. Berdasarkan proportion of content delivered
online, Allen, Seaman & Garrett (2007: 5) memberikan kategorisasi yang
jelas terhadap blended learning, traditional learning, web facilitated dan
online learning seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 menyatakan bahwa sebuah
pembelajaran dikatakan berbentuk blended ketika porsi e-learning berada
pada kisaran 30-79 % digabungkan dengan tatap muka (face to face
learning). Di sisi lain, dengan adanya model blended learning maka
mendorong guru untuk mengubah paradigma pendidikan dari teacher-
centered learning menuju student-centered learning. Strategi pembelajaran
tidak lagi hanya menerapkan pendekatan pembelajaran behavioristik dan
kognitivistik, namun juga menuju pembelajaran konstruktivistik.
Menurut Anitah (2009: 261): ada beberapa alternatif model blended
learning yang dapat dipilih di antaranya:
1) Model kelas murni. Pada jenis ini semua kegiatan pembelajaran
disampaikan di dalam kelas, tetapi ada tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa yang dapat diakses melalui internet/web.
2) Siswa belajar melalui online learning-pertemuan kelas-online learning-
pertemuan kelas untuk ketrampilan-ketrampilan lanjut-pertemuan kelas
(aplikasi praktis).
3) Kegiata kelas-online learning-ketrampilan lanjutan-aplikasi praktis di
lapangan.
4) Pertemuan kelas-pertemuan kelas-aplikasi praktis-e-mentoring-
pengalaman lapangan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Keempat model blended learning tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Implementasi model tersebut dapat dipilih
sesuai dengan kondisi sekolah.
Tabel 2.1. Proportion of Content Delivered Online
Proportion of
Content
Delivered
Online
Type of
Course Typical Description
0 % Traditional Course with no online technology used-
content is delivered in writing or orally.
1 to 29 % Web
facilitated
Course with uses web-based technology
to facilitate what is essentially a face-to-
face course. Might use Blackboard or
Web CT to post the syllabus and
assignments, for example.
30 to 79 % Blended
Course that is a blend of the online and
face-to-face course. Sustantial proportion
of the content is delivered online,
typically uses online discussions,
typically has some face-to-face meetings.
80 % online A course where the vast bulk of the
content is delivered online. Typically has
no face-to-face meetings.
Sumber : Allen, E, Seaman, J & Garrett, R. (2007). Blending in: The extent
and promise of blended education in United States, Annual Report, Sloan
Consortium
Sedangkan Kusairi (2011: 6) menjelaskan ada 5 model
implementasi blended learning yang diilustrasikan seperti pada Gambar
2.2. Kusairi menjelaskan bahwa model implementasi yang paling sederhana
adalah model 5, yaitu model blended learning yang memanfaatkan bahan-
bahan pembelajaran yang bersumber dari online tanpa harus mensyaratkan
siswa harus terhubung dengan internet. Hal ini berarti guru melakukan
pembelajaran tatap muka dengan melibatkan kegiatan siswa yang
memanfaatkan bahan belajar yang bersumber atau tersedia di internet,
seperti film, animasi dan sebagainya. Model kelima menurut Kusairi ini
hampir sama dengan model pertama menurut Anitah.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.2. Model Blended Learning (Sumber :
Kusairi (2011 : 6))
Berdasarkan hasil observasi awal dan fasilitas yang dapat
digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan guru
memutuskan untuk menggunakan model implementasi kelima menurut
Kusairi atau model kelas murni menurut Anitah. Dalam model ini, peneliti
dan guru dapat mengimplementasikan beberapa metode yang menekankan
pada pendekatan SETS, sepeti eksperimen, demonstrasi dan simulasi video,
dengan disertai tugas dan materi ajar yang dapat diakses siswa melalui
media e-learning.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Blended Learning
Model blended learning memiliki kelebihan dibandingkan model
pembelajaran yang lain. Kelebihan tersebut diantaranya:
1) Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan
dimana saja.
2) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya
memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
3) Pembelajaran lebih efektif dan efisien. (Abraham, 2007)
4) Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka
peserta didik semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
5) Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
6) Skill dan potensi yang dimiliki peserta didik dapat dieksplor oleh guru
(Lau, 2010)
Fully
online
curriculum
with
option for
face to
face
instruction
Mostly or
fully online
curriculum
with some
time
required in
either the
classroom
or
computer
lab
Mostly or
fully online
curriculum
with
students
meeting
daily in the
classroom
or computer
lab
Classroom
instruction
that includes
online
resource,
with limited
or no
requirements
for students
to be online
Classroom
instruction with
substantial
required online
components that
extend beyond
the classroom
and or the
school day
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Namun demikian, pada pelakasanaannya model blended learning
memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:
1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan
apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer
dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses
internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan
menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
3) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
4) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan
akses internet.
5) Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat
memaksimalkan potensi dari blended learning.
d. Rancangan Model Blended Learning
Dalam perancangannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika guru akan menyelenggarakan model blended learning. Profesor Steve
Slemer (2005) dan Soekartawi (2005) dalam Yendri (hlm. 4) menyarankan
enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan blended learning
agar hasilnya optimal. Keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian ubah atau siapkan bahan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang memenuhi
syarat untuk pendidikan jarak jauh. Karena medium
pembelajarannya adalah blended- learning, maka bahan ajar
sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan ajar,
yaitu:
a) bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa, b) bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi
melalui cara tatap-muka, dan
c) bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi melalui cara online/ web-based learning.
2) Tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Pada tahap ini diperlukan ahli e-learning untuk membantu. Intinya
adalah bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang
berisikan komponen pendidikan jarak jauh dan tatap-muka yang
baik. Karena itu dalam membuat rancangan pembelajaran ini, perlu
diperhatikan hal-hal yang berkaitan antara lain:
a) bagaimana bahan ajar tersebut disajikan,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan siswa,
c) bagaimana siswa bisa mengakses dua komponen pembelajaran tersebut,
d) faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya software apa yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok, apakah
diperlukan learning resource centers (sumber pembelajaran) di
daerah-daerah tertentu.
e) dan lain-lainnya. 3) Menetapkan format dari online learning apakah bahan ajar tersedia
dalam format html (sehingga mudah di cut and paste) atau dalam
format PDF (tidak bisa di cut and paste). Juga perlu di beritahukan
ke siswa dan guru hosting apa yang dipakai, yaitu link dari internet
yang dipakai.
4) Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Ini maksudnya apakah rancangan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan dengan
mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim dipakai untuk uji seperti
ini adalah melalui cara pilot test. Dengan cara ini penyelenggara blended learning bisa minta masukan atau saran dari pengguna atau
peserta pilot test.
5) Selenggarakan blended learning dengan baik sambil juga menugaskan instruktur khusus (dosen/guru) yang tugas utamanya
melayani pertanyaan siswa, apakah itu bagaimana melakukan
pendaftaran sebagai peserta, bagaimana siswa atau instruktur yang
lain melakukan akses terhadap bahan ajar, dan lain - lain. Instruktur
ini juga bisa berfungsi sebagai petugas promosi (public relation)
karena yang bertanya mungkin bukan dari kalangan sendiri, tetapi
dari pihak lain.
6) Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning.
Apabila keenam tahapan rancangan di atas mampu diikuti dengan baik,
proses pembelajaran nantinya akan memiliki alur yang jelas sehingga baik
guru maupun siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal.
6. Kemampuan Kognitif
Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa tingkah laku seseorang
selalu didasari oleh kognisi, yaitu kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
Menurut Sudijono (2008: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Sementara itu Sudaryono (2012: 43) mendefinisikan
bahwa kemampuan kognitif mencakup kegiatan otak, yang artinya segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam kemampuan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kognitif. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses
satu atau lebih informasi, yang mana proses dalam hal ini menyangkut tentang
pemahaman orang tersebut terhadap informasi yang diperolehnya.
Kemampuan kognitif menjadi sangat penting dalam hal pemecahan
masalah, karena jika dalam pemecahan masalah tersebut seseorang memiliki
kemampuan kognitif yang baik, dia akan dengan cepat menemukan inti
masalah itu dan menginterpretasikan serta mencari jalan keluarnya.
Kemampuan kognitif memiliki enam tingkatan kemampuan yang perlu dicapai
oleh siswa. Klasifikasi kemampuan kognitif menurut Bloom dalam Arikunto
(2009) yang dikutip oleh Masitah (2010: 1) adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (C1)
Jenjang pengetahuan mencakup ingatan siswa mengenai hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan, meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang
diketahuinya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah
mendefenisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan memproduksi.
b. Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman mencakup kemampuan siswa untuk memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan. Kata-kata
operasional yang dapat digunakan adalah menjelaskan, menduga,
menerangkan, memperluas, memberikan contoh, menuliskan kembali dan
memperkirakan.
c. Penerapan (C3)
Jenjang penerapan mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus dan teori-teori dalam situasi yang baru dan nyata. Kata-kata
operasional yang dapat digunakan adalah mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, memodifikasikan,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengoperasikan, meramalkan, menunjukkan, menerapkan dan
menggunakan.
d. Analisis (C4)
Jenjang kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa dalam
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan
bagian lainnya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah merinci,
menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan,
menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan dan membagi.
e. Sintesis (C5)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi
menjadi suatu kesimpulan. Kata-kata operasional yang dapat digunakan
adalah menghasilkan, mengembangkan, mengorganisasikan,
menggabungkan, menyimpulkan, dan mensintesiskan.
f. Evaluasi
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu yang berdasarkan kriteria tertentu.
Kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Dalam mengembangkan kemampuan evaluasi perlu dilandasi adanya
pemahaman, aplikasi, analisis dan sistesis sehingga akan mempertinggi
mutu evaluasi. Kata-kata operasional yang dapat digunakan adalah menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, menafsirkan, dan
menghubungkan.
Lebih lanjut untuk perumusan tujuan evaluasi belajar, Bloom (1979)
mengklasifikaskan jenjang proses berpikir dalam ranah kognitif seperti pada
Tabel 2.2. Tabel 2.2. menyatakan bahwa tiap-tiap jenjang memiliki tingkat
kemampuan dan batasan yang berbeda. Penjelasan tersebut menjadi landasan
dalam menyusun instrumen tes supaya dapat sesuai dengan tingkatan belajar
siswa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 2.2. Klasifikasi Jenjang Proses Berpikir Ranah Kognitif
Tingkatan belajar Ciri-cirinya
1. Pengetahuan a. Jenjang belajar terendah. b. Kemampuan mengingat fakta-fakta. c. Kemampuan menghafalkan rumus, definisi,
prinsip, dan prosedur.
d. Dapat mendeskripsikan.
2. Pemahaman a. Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan).
b. Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal.
c. Pemahaman ekstrapolasi. d. Mampu membuat estimasi.
3. Penerapan a. Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru.
b. Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru.
c. Dapat menyusun problema-problema sehingga
dapat menetapkan generalisasi.
d. Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan generalisasi.
e. Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi.
f. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi.
g. Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan generalisasi.
h. Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi.
4. Analisis a. Dapat memisah-misahkan suatu prinsip menjadi unsur-unsur, menghubungkan antarunsur dan
mengorganisasikan prinsip-prinsip.
b. Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip. c. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu. d. Meramalkan kualitas/kondisi. e. Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab-
akibat.
f. Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi.
g. Meramalkan dasar sudut pandangan kerangka acuan dari materi.
5. Sintesis a. Menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi satu keseluruhan.
b. Dapat menemukan hubungan yang unik. c. Dapat merencanakan langkah yang konkrit.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tingkatan belajar Ciri-cirinya
d. Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesis
hasil penelitian, dan sebagainya.
6. Analisis a. Dapat menggunakan kriteria internal, dan kriteria eksternal.
b. Evaluasi tentang ketetapan suatu karya dokumen (kriteria internal).
c. Evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi (kriteria internal).
d. Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan (kriteria internal).
e. Membandingkan karya-karya yang relevan (eksternal).
f. Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria eksternal.
g. Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria eksternal.
Sumber : Benjamin S. Bloom (1979) dalam Arikunto (1996 : 28)
Dalam pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa
berdasarkan ranah kognitif dapat diketahui dengan diadakannya tes. Sudijono
(2008: 67) menyatakan :
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah
(yang harus dikerjakan) oleh testee (peserta tes), sehingga (atas dasar
data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai
yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai yang dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau
dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Berdasarkan pernyataan di atas, secara ringkas tes dapat didefinisikan sebagai
suatu alat atau prosedur secara sistematis untuk mengukur kemampuan siswa.
Sebelum menyusun suatu tes, hendaknya seorang guru harus
mengetahui proporsi untuk masing-masing aspek yaitu ingatan (C1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi
(C6). Menurut Thoha (2003) dalam Masitah (2010: 1) keseluruhan aspek
tersebut telah ditetapkan proporsinya dengan rasio sebagai berikut:
C1: (C2 +C3): (C4 + C5 + C6) =1: 2: 1
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam instrumen penilaian kemampuan kognitif yang akan digunakan hanya
dibatasi sampai pada jenjang C4. Hal ini didasarkan pada indikator yang
direncanakan, yakni hanya sampai pada jenjang analisis.
7. Aktivitas Siswa
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah harus bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
mampu memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Apabila dicermati, peran aktif siswa dalam pembelajaran
merupakan suatu keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang
didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. Dalam pelaksanaan
pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak begitu banyak
melakukan aktivitas, tetapi guru selalu memberi petunjuk tentang apa yang
harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi
(Ibrahim & Syaodih, 2003: 27). Dengan demikian dalam suatu proses
pembelajaran siswa harus berpartisipasi aktif, fungsi guru hanya sebatas
membantu, sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai.
Meyers & Jones (1993: ix) dalam Auster dan Wylie (2006: 334)
menyatakan bahwa pembelajaran yang aktif menekankan pada aplikasi dari
teori dan konsep dengan menyertakan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan latihan problem-solving, kelompok informal, simulasi,
studi kasus, bermain peran dan aktivitas lain. Sardiman (2012: 97)
menambahkan, Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.
Sehingga seseorang akan dikatakan belajar apabila aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hamalik (2005: 175) menjelaskan nilai aktivitas dalam
pembelajaran, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
c. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang tua
dengan guru.
g. Pembelajaran dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan
pemahaman berfikir kritis serta menghindari verbalitas.
h. Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, baik itu interaksi yang terjadi antara siswa dengan
siswa maupun dengan guru dan media pembelajaran. Paul B. Diedrich dalam
Sardiman (2012: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan
siswa yang digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya :
a. Visual activities yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
c. Listening activities sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
g. Mental activities sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang, gugup.
Dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dibatasi
pada lingkup visual activities, oral activities, writing activities, listening
activities.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Untuk dapat mengukur aktivitas siswa dalam pembelajaran,
diperlukan pemahaman mengenai komponen-komponen aktivitas dan
penyusunan indikator terlebih dahulu. Supinah (2014: 8) menambahkan bahwa
untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses pembelajaran harus mencakup:
(1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan diri sebelum mengikuti proses
pembelajaran, (2) aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di
kelas, dan (3) aktivitas siswa dalam evaluasi dan pemantapan pembelajaran
yang dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, peneliti merumuskan suatu bentuk penilaian aktivitas siswa dalam
lembar observasi yang mencakup ketiga aspek tersebut.
Penyusunan indikator dalam penilaian aktivitas siswa harus
menyesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini yaitu
blended learning. Dalam model blended learning, aktivitas siswa yang dinilai
tidak hanya di dalam kelas, melainkan juga melalui media e-learning yang
dapat dipantau oleh guru. Melalui lembar observasi yang diisi oleh observer,
aktivitas siswa dapat dinilai dengan baik dan benar karena aspek dan indikator
yang dinilai dipandang dapat diukur dan diamati oleh observer.
8. Penelitian Tindakan Kelas
Dalam rangka perbaikan kualitas suatu proses pembelajaran,
diperlukan adanya suatu penelitian tindakan. Arikunto, Suhardjono, & Supardi
(2010: 58) mendefinisikan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian
tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya. Sedangkan Asrori (2008: 6) mengartikan PTK
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik
pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan ungkapan-ungkapan
tersebut dapat disimpulkan PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan treatment atau tindakan-tindakan guna perbaikan
proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas menurut Sumini (2006:
4) yaitu (a) inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di tingkat
sekolah dan kelas, (c) peningkatan professional guru. Dalam inovasi
pembelajaran, guru harus selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan,
dan meningkatkan gaya mengajarnya supaya tercipta model pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dari aspek pengembangan kurikulum,
penelitian tindakan kelas juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru.
Guru kelas bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum di tingkat
sekolah maupun kelas. Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber masukan. Dari aspek profesionalisme, guru dalam
proses pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang
profesional tentu tidak enggan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
praktik pembelajarannya sesuai dengan kondisi kelasnya. Dengan demikian,
bagi seorang guru, PTK menjadi wadah untuk memahami apa yang terjadi di
kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.
Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi
(kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, dan siswa) dan peneliti
(dosen, widyaswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
Arikunto et al (2010: 63) menyatakan kerjasama (kolaborasi) antara guru
dengan peneliti sangat penting dalam menggali dan mengkaji permasalahan
nyata yang dihadapi. Terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah,
menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan
hasil dan menyusun laporan. Hal ini didasarkan atas dugaan bahwa guru
adalah pelaku yang paling dekat dan mengerti kondisi siswa yang sebenarnya,
sehingga peneliti membutuhkan saran dan masukan dalam PTK yang akan
direncanakan.
PTK mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memilih salah
satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model,
tidak ada pertimbangan baku dan peneliti disarankan memilih salah satu model
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
yang sesuai kemampuan peneliti (Sukidin, Basrowi & Suranto, 2002: 45).
Beberapa model PTK di antaranya:
a. Model Kurt Lewin
Menurut Kurt Lewin, penelitian tindakan terdiri dari empat
komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Proses yang terjadi dalam suatu
lingkaran secara terus menerus dalam suatu penelitian tindakan
diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3 yang meliputi hal berikut:
1) Perencanaan (planning), yaitu proses menentukan program perbaikan
yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.
2) Aksi atau tindakan (implementing), yaitu perlakuan yang dilaksanakan
oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3) Observasi (observing), yaitu pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang
berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.
4) Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan menganalisis tentang hasil observasi
sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.
Tahapan di atas membentuk satu siklus yang dapat dilanjutkan ke siklus
berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi yang
dikembangkan berdasarkan hasil pencapaian pada siklus sebelumnya.
Jumlah siklus dalam PTK bergantung pada apakah permasalahan yang
dihadapi sudah dapat dipecahkan.
Gambar 2.3. Model Penelitian Kurt Lewin Sumber :
Depdiknas, 2005 dalam Sumini (2006: 11)
ACTING
(Tindakan)
OBSERVING
(Pengamatan)
PLANNING
(Perencanaan)
REFLECTING
(Refleksi)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Model Kemmis & McTaggart
Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan konsep
yang diperkenalkan Kurt Lewin (Trianto, 2012: 30) hanya saja komponen
tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan
karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisah dan terjadi dalam
waktu yang sama, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4. Penjelasan dari
Gambar 2.4 adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan atau sebagai refleksi awal merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan
tema penelitian. Perencanaan ini bersifat fleksibel, dapat berubah sesuai
dengan kondisi nyata yang ada.
b) Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi dari
rencana tindakan.
c) Observasi merupakan pelaksanaan pengamatan dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa oleh pengamat.
d) Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap
semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan dengan mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan
sehingga dapat disimpulkan secara mantap dan tajam berdasarkan teori
atau hasil penelitian yang relevan.
Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu
siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara
berkesinambungan seperti sebuah spiral.
Gambar 2.4. Model Penelitian Kemmis dan Tagart (Sumber :
Kasiharu Kashbolah E.S., (1995)
PERENCANAAN
TINDAKAN OBSERVASI
REFLEKSI
PERENCANAAN
TINDAKAN OBSERVASI
REFLEKSI
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan kedua jenis model PTK yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yaitu
penyusunan program (perencanaan), tindakan, observasi dan refleksi.
Arikunto et al menambahkan (2010: 20) bahwa tahap refleksi merupakan
bagian inti dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang
terjadi. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka
dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan
kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri
sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
9. Materi ajar tema Ekosistem Air Tawar
Materi yang akan diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini
merupakan materi IPA Terpadu dengan memadukan 8 Kompetensi Dasar (KD)
yaitu:
a. KD 2.1 Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa dan larutan garam
melalui alat dan indikator yang tepat.
b. KD 2.3 Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia sederhana.
c. KD 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
d. KD 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. KD 4.1 Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat.
f. KD 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen
ekosistem.
g. KD 7.3 Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan.
h. KD 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Sedangkan tema yang akan dikaji adalah Ekosistem Air Tawar.
Modul dan media pembelajaran Ekosistem Air Tawar telah selesai
dikembangkan masing-masing oleh Radhitaningrum dan Putri Amelia (di tahun
2013). Tema Ekosistem Air Tawar yang dikaji terbagi menjadi tiga sub materi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yaitu air tawar, kerusakan ekosistem air tawar dan menjaga ekosistem air
tawar.
a. Air Tawar
1) Definisi Air Tawar
Air tawar adalah air yang tidak berasa, lawan dari air asin, tidak
mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya. Air
tawar termasuk jenis air yang menyokong kebutuhan primer manusia. Air
tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk dijadikan
minuman bagi manusia. Jumlah dari air tawar hanya 3 % dari jumlah
total air di bumi, dan hanya ada 0,003 % yang bersih dan aman untuk
dikonsumsi.
Air termasuk senyawa yang terdiri dari dua unsur. Rumus
senyawa kimia air yaitu H2O, terdiri dari dua atom hidrogen (H) dan satu
atom oksigen (O). Penguraian air menjadi gas hidrogen dan oksigen
dapat terjadi jika uap air dipanaskan pada suhu tinggi atau jika air dialiri
listrik. Sifat gas hidrogen dan oksigen berbeda dengan sifat air. Gas
hidrogen mudah terbakar, sedangkan oksigen merupakan gas yang
diperlukan pada proses pembakaran. Sementara itu, air tidak dapat
terbakar dan tidak dapat melangsungkan pembakaran.
2) Klasifikasi Zat
a) Unsur dan Senyawa
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi
zat-zat lain yang lebih sederhana melalui reaksi kimia biasa. Bagian
terkecil dari suatu unsur adalah atom. Contoh unsur dan simbolnya
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Contoh Unsur dan Simbolnya
Unsur Lambang / Simbol
Unsur Nama Indonesia Nama Latin
Karbon Carbonium C
Hidrogen Hydrogenium H
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Senyawa adalah zat tunggal yang secara kimia masih dapat
diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana dimana sifatnya
berbeda dengan zat semula. Bagian terkecil dari suatu senyawa adalah
molekul (gabungan dua atom unsur/lebih baik sejenis ataupun berbeda
jenis). Contoh senyawa dan rumus kimianya dapat dilihat pada Tabel
2.4. Adapun perbedaan unsur dan senyawa disajikan dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.4. Contoh Senyawa dan Rumus Kimianya
Rumus Kimia Unsur Nama Senyawa
NaCl Natrium dan Klor Natrium klorida
BaCl Barium dan Klor Barium klorida
Tabel 2.5. Perbedaan Unsur dan Senyawa
No Unsur Senyawa
1 Unsur terdiri dari atom-atom
yang sejenis
Senyawa adakah gabungan
unsur-unsur yang berbeda
yang telah menjelma menjadi
zat yang baru
2 Bagian terkecil dari unsur
adalah atom
Bagian terkecil dari senyawa
adalah molekul
3 Contoh unsur : hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan karbon
Contoh senyawa : air, gula,
garam dapur.
b) Sifat-Sifat Zat
(1) Zat padat
Letak molekulnya sangat berdekatan dan teratur.
Gaya tarik-menarik antar molekul sangat kuat sehingga
gerakan molekulnya tidak bebas.
Gerakan molekulnya terbatas, yaitu hanya bergetar dan
berputar di tempat saja.
Molekul-molekulnya sulit dipisahkan sehingga membuat
bentuknya selalu tetap atau tidak berubah.
Contoh: kayu, batu, besi
Struktur zat padat digambarkan seperti pada Gambar 2.5.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2.5. Struktur Zat Padat (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
(2) Zat Cair
Letak molekulnya relatif berdekatan bila dibandingkan dengan
gas tetapi lebih jauh daripada zat padat.
Gerakan molekulnya cukup bebas
Molekul dapat berpindah tempat, tetapi tidak mudah
meninggalkan kelompoknya karena masih ada gaya tarik
menarik.
Bentuknya mudah berubah (menyesuaikan wadah/tempatnya)
tetapi volumenya tetap.
Contoh : air, minyak, oli
Struktur zat cair digambarkan seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Struktur Zat Cair (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
(3) Gas
Letak molekulnya sangat berjauhan
Jarak antar molekul sangat jauh bila dibandingkan dengan
molekul itu sendiri.
Molekul penyusunnya bergerak sangat bebas
Gaya tarik menarik antar molekul hampir tidak ada
Baik volume maupun bentuknya mudah berubah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dapat mengisi seluruh ruangan yang ada.
Contoh : Udara
Struktur gas digambarkan seperti pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Struktur Gas (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
c) Perubahan Wujud Zat
(1) Menguap yaitu perubahan wujud dari zat cair menjadi gas.
(2) Mengembun yaitu perubahan wujud dari gas menjadi zat cair.
(3) Mencair yaitu perubahan wujud dari zat padat menjadi zat cair.
(4) Membeku yaitu perubahan wujud dari zat cair menjadi zat padat.
(5) Menyublim yaitu perubahan wujud dari zat padat menjadi gas.
(6) Menghablur yaitu perubahan wujud dari gas menjadi zat padat.
d) Peran kalor dalam perubahan wujud zat
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, karena kalor adalah
energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke
benda yang bersuhu lebih rendah. Selama proses terjadinya perubahan
wujud suatu zat, ternyata suhu benda tetap. Mengapa demikian? Saat
terjadi perubahan wujud zat, kalor yang diperlukan atau dilepaskan
tidak digunakan untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk
mengubah wujud suatu zat. Ingat bahwa wujud zat yang terdapat di
alam dibedakan menjadi tiga, yaitu : padat, cair dan gas. Kalor dapat
mengubah wujud zat dari padat ke cair, cair ke gas, gas ke cair, dan
cair ke padat.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Klasifikasi Air Tawar
a) Danau
Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang
digenangi oleh air tawar dimana seluruh cekungan tersebut dikelilingi
oleh daratan. Di samping itu, air yang masuk ke danau tersebut
biasanya tidak mengalir lagi ke tempat lain.
b) Rawa
Rawa atau paya-paya adalah daerah rendah yang selalu
tergenang air. Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air
sungai maupun dari sumber mata air tanah. Berdasarkan pergantian
airnya, rawa dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian
Rawa jenis ini tidak memiliki pintu pelepasan air, sehingga air di
rawa tersebut akan selalu tergenang. Ciri-cirinya, antara lain:
airnya asam (payau) sehingga tidak banyak organisme yang
hidup, berwarna merah, di dasar rawa tertutup gambut yang tebal.
(2) Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian
Rawa jenis ini memiliki pintu pelepasan air, sehingga airnya
selalu berganti. Ciri-ciri rawa yang airnya mengalami pergantian
antara lain : airnya tidak terlalu asam sehingga banyak oragnisme
yang hidup seperti cacing tanah, ikan, eceng gondok, dan pohon
rumbia, serta dapat diolah menjadi lahan pertanian.
c) Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih
rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air
tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
d) Air Tanah
Air tanah adalah kumpulan air yang berada di permukaan
tanah.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4) Siklus Air Tawar
a) Siklus Pendek (Siklus Kecil)
Siklus pendek yaitu air laut menguap menjadi gas,
berkondensasi menjadi awan dan hujan yang jatuh ke laut. Siklus
pendek ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Siklus Pendek (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
b) Siklus Sedang (Siklus Menengah)
Siklus sedang yaitu air laut menguap menjadi gas, lalu gas
tersebut mengalami kondensasi dan dibawa angin, sehingga
membentuk awan di atas daratan, kemudian jatuh sebagai hujan dan
meresap ke tanah, lalu masuk ke sungai dan kembali ke laut. Gambar
2.9 menunjukkan proses siklus air tawar jenis sedang.
Gambar 2.9. Siklus Sedang (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c) Siklus Panjang (Siklus Besar)
Siklus besar yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian
membentuk kristal-kristal es di atas laut, kemudian dibawa angin ke
daratan (pegunungan) dan jatuh sebagai salju membentuk gletser,
kemudian masuk ke sungai lalu kembali ke laut. Gambar 2.10
menunjukkan proses siklus panjang air tawar.
Gambar 2.10. Siklus Panjang (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
5) Fungsi dan Kegunaan Air Tawar
a) Air Minum
Air dimanfaatkan untuk minum sehari-hari baik yang
berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau sungai dan lain-lain
merupakan bagian dari perairan darat.
b) Sumber tenaga (energi), misalnya untuk pembangkit listrik tenaga air
dan sebagai sarana transportasi.
c) Irigasi, misalnya irigasi pertanian dan perkebunan.
d) Bahan baku industri, misalnya untuk produksi listrik bertenaga air.
e) Perikanan Darat
Berbagai usaha produksi perikanan darat (seperti ikan mas,
lele, belut, nila dan lain-lain) dapat berlangsung karena adanya
sistem perairan darat.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
f) Sarana Transportasi
g) Rekreasi
Waduk-waduk, rawa, danau ataupun sumber-sumber air
panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana
rekreasi yang menarik.
h) Olah raga air
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana
olah raga seperti renang, selam, dan lain-lain.
b. Kerusakan Ekosistem Air Tawar
1) Definisi dan Komponen Penyusun Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar berasal dari kata ekosistem dan air
tawar. Ekosistem berarti suatu hubungan timbal balik yang terjadi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan air yang menyokong
kebutuhan primer manusia adalah air tawar. Jadi ekosistem air tawar
adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang ada didalam air tawar
dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup didalam air tersebut dan
lingkungan air tawar itu sendiri.
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut
diantaranya:
a) Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
b) Variasi suhu sangat rendah.
c) Penetrasi cahaya matahari kurang.
d) Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
e) Tumbuhan yang mendominasi ekosistem air tawar adalah jenis
ganggang dan tumbuhan biji.
f) Hampir semua filum hewan ada di ekosistem air tawar.
g) Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Komponen pembentuk ekosistem dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a) Komponen hidup (biotik)
Contoh komponen hidup di dalam air tawar adalah ikan, serangga
dalam air, dan segala makhluk hidup yang ada di sekitar perairan
tersebut.
b) Komponen tidak hidup (abiotik)
Komponen mati atau tidak hidup adalah benda-benda di dalam telaga
atau sungai itu sendiri yang digunakan sebagai media hidup dari
makhluk hidup di dalamnya.
2) Klasifikasi Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Ekosistem air tawar lotik, yaitu perairan ait tawar yang berarus atau
airnya senantiasa mengalir, misalnya: sungai dan air tanah. Gambar
2.11 menunjukkan contoh ekosistem air tawar lotik.
b) Ekosistem air tawar lentik, yaitu perairan ait tawar yang tidak berarus
atau airnya tidak mengalir (tenang), misalnya: danau dan rawa.
Gambar 2.12 dan 2.13 menunjukkan contoh dari ekosistem air tawar
lentik.
Gambar 2.11. Sungai Bengawan Solo (Sumber :
http://www.attayaya.net)
Gambar 2.12. Danau Toba (Sumber : http://www.
shinelikeastarr-beauty.com)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 2.13. Rawa Jombor Klaten (Sumber : http://
amlekusuma.files.wordpress.com)
3) Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar
a) Larutan Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar
(1) Larutan Asam
Menurut Arrhenius, asam adalah suatu senyawa yang di
dalam air akan melepaskan ion H+. Sehingga, pembawa sifat
asam adalah ion H+ (ion hidrogen). Oleh karena itu, rumus kimia
asam selalu mengandung atom hidrogen. Contoh larutan asam
ditunjukkan pada Tabel 2.6. Sifat larutan asam yaitu korosif,
sebagian besar bereaksi dengan logam dan menghasilkan H2,
memiliki rasa asam, dapat mengubah warna zat yang dimiliki oleh
zat lain (dapat dijadikan indikator asam atau basa), dan
menghasilkan ion H+ dalam air.
Tabel 2.6. Beberapa Asam yang Telah Dikenal Dalam
Kehidupan Sehari-hari
Nama Asam Rumus Kimia Terdapat Dalam
Asam asetat CH3COOH Larutan cuka
Asam askorbat C6H8O6 Jeruk, tomat,
sayuran
Asam sirat H3BO3 Jeruk
(2) Larutan Basa
Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam
air (yang berwujud cair) dapat melepaskan ion hidroksida (OH-).
Contoh larutan basa ditunjukkan pada Tabel 2.7. Sifat larutan
basa yaitu merusak kulit (kaustik), terasa licin di tangan seperti
sabun, bersifat pahit, dapat mengubah warna zat lain (warna yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dihasilkan berbeda dengan asam), menghasilkan ion OH-
dalam
air.
Tabel 2.7. Beberapa Jenis Basa yang Telah Dikenal
Nama Basa Rumus Kimia Terdapat Dalam
Alumunium
hidroksida
Al(OH)3 Deodoran, obat maag
Kalsium hidroksida Ca(OH)2 Plester
(3) Larutan Garam
Garam merupakan campuran antara asam dan basa.
Contoh larutan garam ditunjukkan pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Beberapa Garam yang Telah Dikenal
Nama Garam Rumus Nama Umum Kegunaan
Natrium klorida NaCl Garam dapur Penambah rasa
Kalsium karbonat CaCO3 Kalsit Bahan cat
Untuk mengidentifikasi suatu larutan memiliki sifat asam
atau basa dapat digunakan kertas lakmus. Gambar 2.14 menunjukkan
hasil identifikasi kertas lakmus untuk mengetahui sifat larutan. Hasil
dari kertas lakmus setelah diteteskan larutan yang akan diuji akan
menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut:
(a) Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam
larutan basa berwarna biru.
(b) Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam
larutan basa berwarna biru.
(c) Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah
warna.
Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan
skala 014.
(a) Larutan dengan pH kurang dari 7(pH < 7) bersifat asam.
(b) Larutan dengan pH sama dengan 7(pH = 7) bersifat netral.
(c) Larutan dengan pH lebih dari 7 (pH > 7) bersifat basa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 2.14. Identifikasi Kertas Lakmus (Sumber :
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/ web
2010/0800475/garam2.html)
Salah satu penyebab kerusakan ekosistem air tawar yaitu
limbah penggunaan sabun dan deterjen. Air sabun dan air deterjen
termasuk larutan yang mengandung basa kuat (NaOH dan
KOH). Basa kuat tergolong jenis larutan elektrolit kuat yang dapat
terionisasi sempurna dalam air, dapat menghantarkan arus listrik dan
dapat menghasilkan gelembung gas. Sabun berasal dari asam lemak
(stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa NaOH atau
KOH, berdasarkan reaksi kimia berikut ini :
C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O
Asam stearat basa sabun
b) Unsur Penyebab Kerusakan Ekosistem Air Tawar
Unsur penyebab kerusakan ekosistem air tawar antara lain:
(1) Timbal (Pb)
(2) Arsen (As)
(3) Cadmium (Cd)
(4) Air raksa atau merkuri (Hg)
(5) Nikel (Ni)
(6) Calsium (Ca)
(7) Magnesium (Mg) (Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.com)
Kandungan unsur tersebut dalam air akan menyebabkan air
bersifat sadah. Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat
maupun yang bersifat racun, seperti Pb, Cd atau Hg, maka air yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh
manusia dan tidak layak minum.
4) Akibat Kerusakan Ekosistem Air Tawar
Kerusakan ekosistem air tawar akan membawa dampak buruk
bagi lingkungan, sedangkan manusia itu sendiri hidup di lingkungan.
Oleh karena itu, apabila manusia melakukan kerusakan pada ekosistem
air tawar, sama halnya akan membunuh diri sendiri.
a) Akibat dari kerusakan ekosistem air tawar karena erosi
Erosi akan merusak ekosistem air tawar karena air
permukaan akan meningkat dan sungai-sungai menjadi meluap,
sehingga terjadi banjir. Erosi mengakibatkan air akan tidak dapat
terfiltrasi dengan baik sehingga air yang dikonsumsi tidak jernih dan
mengandung kerikil. Akibat yang ditimbulkan oleh erosi antara lain
seperti pendangkalan sungai dan air keruh.
b) Akibat dari sampah buangan manusia dari rumah atau pemukiman
penduduk.
(1) Sampah organik
Apabila sampah organik dibuang ke sungai, maka yang akan
terjadi adalah jumlah oksigen terlarut di dalam air menjadi
berkurang karena sebagian besar oksigen digunakan oleh bakteri
untuk melakukan proses pembusukan sampah. Sehingga banyak
tumbuhan dan hewan mati.
(2) Sampah anorganik
Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi
cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis dari
tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.
(3) Sampah deterjen
Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan
senyawa fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok (Eichhornia
crassipes). Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai
tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan
mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Tumbuhan air
(eceng gondok dan ganggang) yang mati akan mengakibatkan
proses pembusukan tumbuhan ini, sehingga akan menghabiskan
persediaan oksigen di dalam air. Material pembusukan tumbuhan
air akan mengendap dan menyebabkan pendangkalan.
c) Akibat dari zat kimia dari lokasi pertanian, industri, dan pertambangan
(1) Limbah pertanian
Akibat adanya biological magnification atau pembesaran biologis
pada organisme yang disebabkan oleh penggunaan DDT, antara
lain dapat merusak jaringan tubuh makhluk hidup, menimbulkan
otot kejang, otot lelah dan bisa juga kelumpuhan, menghambat
proses pengapuran dinding telur pada hewan bertelur sehingga
telurnya tidak dapat menetas, lambat laun bisa menyebabkan
penyakit kanker pada tubuh, misalnya kanker usus. Kanker usus
dapat terjadi karena makanan atau minuman yang dikonsumsi
mengandung zat-zat kimia tertentu seperti logam berat.
(2) Limbah industri
Bahan pencemar air bersifat beracun dan berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian. Bahan pencemar air antara lain ada yang
berupa logam-logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd),
berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air
raksa (Hg), selenium (Se), dan seng (Zn). Ada pula yang berupa
oksida-oksida karbon (CO dan CO2), oksidaoksida nitrogen (NO
dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2 dan SO3), H2S, asam
sianida (HCN), senyawa atau ion klorida, partikulat padat seperti
asbes, tanah atau lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana,
dan heksana. Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, yang
masuk melalui bahan makanan yang masuk ke pencernaan atau
melalui kulit sehingga dapat menyebabkan kerusakan kulit atau
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
penyakit pencernaan. Bahan pencemar yang menumpuk dalam
jaringan organ tubuh dapat meracuni organ tubuh tersebut,
sehingga organ tubuh tidak dapat berfungsi lagi dan dapat
menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat sampai
meninggal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencemaran air berdampak luas,
misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan,
ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, kerusakan hutan akibat
hujan asam, dan sebagainya. Sedangkan di dalam air sungai dan danau,
nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan
pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan).
Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan atau tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot
lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas
bakteri menurun.
c. Menjaga Ekosistem Air Tawar
1) Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zat
b) Sifat Fisika
Sifat fisika adalah ciri khas suatu zat yang dapat diamati
tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika suatu
zat antara lain:
(1) Wujud Zat
Ada tiga macam wujud zat yaitu zat padat, cair dan gas. Zat
tersebut dapat berubah dari satu wujud ke wujud yang
lain. Beberapa peristiwa perubahan yang kita kenal, yaitu:
menguap, mengembun, mencair, membeku, menyublim, dan
mengkristal.
(2) Warna
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Warna merupakan sifat fisika yang dapat diamati secara
langsung. Warna yang dimiliki suatu benda merupakan ciri
tersendiri yang membedakan antara zat satu dengan zat lain.
(3) Kemagnetan
Berdasarkan sifat kemagnetan, benda digolongkan menjadi
dua yaitu benda magnetik dan non magnetik. Benda
magnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet,
sedangkan benda non magnetik adalah benda yang tidak dapat
ditarik oleh magnet.
(4) Kelarutan
Air merupakan zat pelarut untuk zat-zat terlarut. Tidak semua zat
dapat larut dalam zat pelarut, misalnya, garam dapat larut
dalam air, tetapi pasir tidak dapat larut dalam air.
(5) Daya hantar listrik
Benda logam pada umumnya dapat menghantarkan listrik.
Benda yang dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut
konduktor, sedangkan benda yang tidak dapat menghantarkan
listrik disebut isolator.
(6) Titik didih dan titik lebur
Titik didih merupakan suhu dimana suatu zat mulai mengalami
pendidihan. Sedangkan titik lebur merupakan suhu dimana suatu
zat/materi mulai melebur.
Sifat fisika air merupakan indikasi bahwa derajat kekotoran
air sangat dipengaruhi oleh sifat fisika yang mudah terlihat seperti
kandungan zat padat di dalamnya, kejernihan, bau, warna dan
temperatur. Sifat fisika air antara lain:
(1) Air harus bersih dan tidak keruh, (2) Tidak berwarna, (3) Ttidak
memiliki rasa/ tawar, (4) Suhu antara 10-25 C (sejuk), (5) Tidak
meninggalkan endapan. (Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.com)
c) Sifat Kimia
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sifat kimia adalah ciri-ciri suatu zat yang berhubungan
dengan terbentuknya zat jenis baru. Sifat kimia suatu zat antara lain:
(1) Mudah busuk
Akibat terjadi reaksi kimia dalam suatu makanan atau
minuman dapat mengakibatkan makanan dan minuman tersebut
membusuk dan berubah rasa menjadi asam.
(2) Beracun
Ada beberapa macam zat yang memiliki sifat kimia beracun,
antara lain insektisida, pestisida, fungisida, herbisida dan
rodentisida.
(3) Mudah meledak
Interaksi zat dengan oksigen di alam ada yang mempunyai
sifat mudah meledak, seperti magnesium, uranium dan natrium.
(4) Mudah berkarat
Reaksi antara logam dan oksigen dapat mengakibatkan
benda tersebut berkarat. Logam seperti besi dan seng memiliki
sifat mudah berkarat.
(5) Mudah bereaksi
Kemampuan suatu zat untuk bereaksi dengan oksigen, air, dan
asam membentuk zat lain.
(6) Mudah terbakar
Sifat mudah terbakar berhubungan dengan kemampuan
menghasilkan api.
Sifat kimia air merupakan indikasi bahwa kandungan bahan
kimia yang ada di dalam air limbah dapat berpengaruh negatif pada
lingkungan melalui berbagai cara. Sifat kimia air antara lain:
(1) Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, (2)
Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, (3) Cukup
yodium, (4) pH air antara 6,5 9,2. (Sumber : http://e-
learningipaterpaduuns.com)
2) Indikator Kualitas Air Bersih
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a) Fisika
Karakteristik fisika untuk menentukan kualitas air bersih
ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:
(1) Bahan padat yang terkandung
Apabila air tawar mengandung bahan padat karena erosi, menjadi
tidak layak untuk dimanfaatkan seperti minum dan mencuci.
Gambar 2.15 menunjukkan air tawar yang mengandung bahan
padatan.
Gambar 2.15. Air yang Mengandung Bahan Padatan
(Sumber : http://e-learningipaterpaduuns.
com)
(2) Warna
Air murni adalah air yang tidak berwarna. Air terkadang berwarna
dikarenakan dalam air terdapat material yang larut. Gambar 2.16
menunjukkan air tawar yang telah tercemar sehingga warnanya
berubah.
(3) Kekeruhan
Air yang mengandung material yang tidak dapat dilihat dengan