bab 1-3-2.pdf

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif) di dunia terus berkembang. World Health Organization (WHO) bahkan menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 15,3 juta orang di dunia menyalahgunakan NAPZA. 1 Arus globalisasi yang sangat pesat menimbulkan pencampuran budaya barat dan budaya timur. Apabila masyarakat tidak kritis dalam memilah budaya yang baik dan yang buruk, maka kebiasaan masyarakat dapat berubah ke arah yang negatif. Salah satunya berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA. Di Indonesia, jumlah penyalahgunaan NAPZA cenderung terus meningkat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah penyalahgunaan narkoba maupun jumlah kasus yang terjadi di masyarakat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional), jumlah penyalahguna narkoba yang berusia 10 59 tahun di Indonesia mencapai angka 1,9% di tahun 2008 dan 2,2% di tahun 2011. Diproyeksikan akan mencapai 2,6% di tahun 2013. Begitu pula kasus-kasus yang ditemukan di masyarakat. Di Indonesia, kasus-kasus yang ditemukan mencapai 29.713 pada tahun 2011, meningkat 11,64% dari tahun sebelumnya. 2 Salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan adalah alkohol. Penyalahgunaan alkohol masih menjadi masalah kesehatan dunia hingga saat ini. Di Indonesia, angka prevalensi perilaku minum minuman beralkohol 12 bulan

Upload: dwina-menam-ritonga

Post on 27-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Permasalahan tentang NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat

    Adiktif) di dunia terus berkembang. World Health Organization (WHO) bahkan

    menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 15,3 juta orang di dunia

    menyalahgunakan NAPZA.1 Arus globalisasi yang sangat pesat menimbulkan

    pencampuran budaya barat dan budaya timur. Apabila masyarakat tidak kritis

    dalam memilah budaya yang baik dan yang buruk, maka kebiasaan masyarakat

    dapat berubah ke arah yang negatif. Salah satunya berkaitan dengan

    penyalahgunaan NAPZA. Di Indonesia, jumlah penyalahgunaan NAPZA

    cenderung terus meningkat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah

    penyalahgunaan narkoba maupun jumlah kasus yang terjadi di masyarakat dari

    tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN (Badan

    Narkotika Nasional), jumlah penyalahguna narkoba yang berusia 10 59 tahun di

    Indonesia mencapai angka 1,9% di tahun 2008 dan 2,2% di tahun 2011.

    Diproyeksikan akan mencapai 2,6% di tahun 2013. Begitu pula kasus-kasus yang

    ditemukan di masyarakat. Di Indonesia, kasus-kasus yang ditemukan mencapai

    29.713 pada tahun 2011, meningkat 11,64% dari tahun sebelumnya.2

    Salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan adalah alkohol.

    Penyalahgunaan alkohol masih menjadi masalah kesehatan dunia hingga saat ini.

    Di Indonesia, angka prevalensi perilaku minum minuman beralkohol 12 bulan

  • 2

    terakhir mencapai angka 4,6% dan 1 bulan terakhir mencapai 3%.3 Sedangkan di

    Jawa Barat, prevalensi perilaku minum minuman beralkohol hanya mencapai 2,6%

    untuk 12 bulan terakhir dan 1,3% untuk 1 bulan terakhir.4 Walaupun prevalensi di

    Jawa Barat kecil, tetapi menyumbang banyak pada prevalensi nasional. Hal tersebut

    disebabkan karena Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah

    penduduk terbanyak di Indonesia, yaitu 45.826.775 jiwa pada tahun 2012.

    Angka kematian akibat penyalahgunaan alkohol mencapai angka 2,5 juta

    jiwa per tahun.1 Penyalahgunaan alkohol juga dapat menyebabkan adiksi, epilepsi

    dan penyakit tidak menular lainnya, seperti gangguan kardiovaskular, sirosis hati

    dan berbagai macam kanker. Salah satu efek alkohol dapat membuat fungsi imun

    tubuh menurun sehingga tubuh rentan terkena penyakit, terutama penyakit sistem

    pernapasan. Selain merugikan diri seorang penyalahguna alkohol, penyalahgunaan

    alkohol juga dapat menimbulkan permasalahan lain, seperti tindak kekerasan,

    penganiayaan anak dan kelalaian terhadap pekerjaan. Penyalahgunaan alkohol yang

    sampai pada tahap intoksikasi dapat meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas,

    tindak kekerasan dan bahkan bunuh diri.5-8

    Masa-masa transisi dari masa remaja menuju masa awal dewasa merupakan

    tahap yang sangat penting dalam perkembangan setiap individu. Banyak perubahan

    yang terjadi pada masa tersebut, siap maupun tidak siap. Perubahan yang paling

    penting adalah sikap bergantung kepada orang tua akan menurun drastis dan mulai

    digantikan dengan sikap bergantung pada diri sendiri. Banyak faktor yang

    memengaruhi masa transisi ini karena kepercayaan kepada orangtua yang awalnya

    mendominasi, akan digantikan kepercayaan pada diri sendiri dan lingkungan sosial

  • 3

    di sekitar. Ditambah lagi, di Indonesia, masa transisi ini bersamaan dengan waktu

    seseorang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Mayoritas mahasiswa sarjana di

    perguruan tinggi merupakan perantau sehingga semakin berkurang peran keluarga

    pada masa ini.9 Sehingga tidak menutup kemungkinan akan banyak hal-hal

    menyimpang yang terjadi, salah satunya adalah penyalahgunaan alkohol. Data

    menunjukkan prevalensi tertinggi nasional yang dikelompokkan berdasarkan

    tingkat pendidikan adalah penduduk yang telah tamat SMA, yaitu 6,0%.3 Selain itu,

    prevalensi tertinggi perilaku minum minuman beralkohol di Sumedang dimiliki

    oleh penduduk dengan usia 15-24 tahun, yaitu 5,0% untuk 12 bulan terakhir dan

    2,7% untuk 1 bulan terakhir. Pada kelompok usia tersebut, frekuensi perilaku

    minum minuman beralkohol paling banyak adalah 1-3 hari per minggu dan jenis

    minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah anggur/wine.4

    Penyalahgunaan alkohol di Indonesia dipermudah dengan tidak terdapat

    hukum yang jelas tentang batas usia yang diperbolehkan untuk mengonsumsi

    alkohol. Peraturan terkait alkohol di Indonesia hanya Keputusan Presiden No. 3

    Tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian meminum alkohol dan

    Keputusan Menteri Kesehatan No.282/Menkes/SK/II/1998 tentang standar mutu

    produksi minuman beralkohol. Di dalam peraturan tersebut tercantum bahwa hanya

    alkohol golongan B dan C yang tidak diperbolehkan untuk dijual bebas di tempat

    umum. Sehingga akses untuk mendapatkan alkohol golongan A sangat mudah.

    Sedangkan alkohol golongan B dan C dapat didapatkan di hotel, bar, restoran dan

    di tempat tertentu lainnya yang masih dapat diakses oleh siapapun.

  • 4

    Terdapat banyak faktor-faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk

    menyalahgunakan alkohol. Ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa faktor-

    faktor tersebut meliputi usia, jenis kelamin, ras, agama, tingkat pengetahuan tentang

    alkohol, pengaruh dari keluarga, pengaruh dari teman, akses untuk mendapatkan

    minuman beralkohol, kemampuan finansial untuk membeli alkohol, genetik dan

    keadaan psikologis seseorang.10-20

    Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

    yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol pada mahasiswa

    Universitas Padjadjaran tahun 2014. Selain itu, perlu dianalisis faktor apa yang

    paling berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi

    adalah: Apakah faktor-faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol? Diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

    penyalahgunaan minuman beralkohol, faktor manakah yang paling berpengaruh?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku

    penyalahgunaan minuman beralkohol.

    2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku

    penyalahgunaan minuman beralkohol.

  • 5

    1.4 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis Null:

    Tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan keluarga dan teman,

    akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan jumlah pendapatan adalah

    bukan faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.

    Hipotesis Alternatif:

    Minimal salah satu dari tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan

    keluarga dan teman, akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan jumlah

    pendapatan merupakan faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1. Bidang keilmuan

    Penelitian ini diharapkan dijadikan masukan dan dasar bagi

    penelitian selanjutnya.

    2. Bidang Praktis

    Hasil penelitian ini dapat berguna pada program kesehatan dan

    edukasi bagi masyarakat tentang faktor yang memengaruhi perilaku

    penyalahgunaan minuman beralkohol. Sehingga angka kejadian penyalahgunaan

    alkohol dapat menurun seiring meningkatnya pengetahuan dan penerapan tentang

    pencegahan timbulnya faktor-faktor yang memengaruhi penyalahgunaan alkohol.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perilaku

    Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

    lingkungan.21

    Teori tentang yang dikemukakan oleh Icek Ajzen adalah theory of

    planned behavior (TPB). Teori ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan

    kognitif dan rasional yang hasilnya adalah sebuah perilaku. Proses tersebut terdiri

    dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku.

    Teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain adalah:

    A. Sikap terdiri dari 2 komponen, yaitu:

    1. Sikap afektif yang menggambarkan apakah seseorang menyukai

    atau tidak menyukai suatu perilaku.

    2. Instrumental yang menggambarkan kepercayaan seseorang

    tentang baik atau buruk konsekuensi dari suatu perilaku.

    B. Norma subjektif terdiri 2 komponen, yaitu:

    1. Injunctive yang menggambarkan perilaku yang diterima oleh

    orang-orang di sekitar.

    2. Deskriptif yang menggambarkan perilaku yang dilakukan oleh

    orang-orang di sekitar.

    C. Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari 2 komponen, yaitu:

  • 7

    1. Persepsi kemampuan pengendalian yang menggambarkan

    sejauh apa seseorang memiliki akses untuk mengendalikan

    perilaku.

    2. Persepsi kekuatan yang menggambarkan bagaimana seseorang

    memandang kemampuan dirinya untuk berperilaku dalam

    situasi tertentu.

    Sikap dan norma subjektif dapat menimbulkan keinginan berperilaku

    atau niat berperilaku pada seseorang. Niat berperilaku inilah yang akan

    menentukan perilaku seseorang. Tetapi faktor persepsi pengendalian perilaku

    dapat memengaruhi keinginan berperilaku atau bahkan langsung memengaruhi

    perilaku seseorang. 22, 23

    Berikut diagram dari theory of planned behavior:

    Gambar. 2.1 Diagram Theory of Planned Behavior

    2.2 Penyalahgunaan Alkohol

    2.2.1 Terminologi

    Minuman beralkohol (etil alkohol atau etanol) merupakan hasil

    fermentasi dan distilasi dari produk-produk agrikultur. Etanol meningkatkan

    aktivitas inhibitori yang dimediasi oleh reseptor GABA-A. Tetapi etanol

    Sikap

    Norma Subjektif

    Persepsi

    Pengendalian

    Kepercayaan

    Perilaku Niat

    Kepercayaan Perilaku

    Kepercayaan

    Normatif

    Kepercayaan

    Pengendalian

  • 8

    menurunkan aktivitas eksitatori yang dimediasi oleh reseptor glutamat, terutama

    reseptor NMDA. Dua mekanisme tersebut menjelaskan efek yang ditimbulkan

    pada saat intoksikasi etanol, yaitu efek sedatif dan efek yang mengganggu

    memori. Selain berperan dalam efek akut etanol, reseptor GABA-A juga berperan

    dalam efek toleransi dan ketergantungan etanol, serta perilaku minum etanol.

    Sedangkan efek penguatan yang disebabkan oleh etanol kemungkinan

    berhubungan dengan meningkatnya firing rate dari neuron dopamin di ventral

    tegmental area (VTA) dan pelepasan dopamin di nucleus accumbens.24

    Penyalahgunaan (abuse) adalah pola minum minuman beralkohol yang

    maladaptif sehingga menyebabkan satu atau lebih manifestasi klinis tetapi tidak

    memenuhi kriteria ketergantungan alkohol.9 Kriteria diagnosis penyalahgunaan

    zat menurut DSM IV dijelaskan dalam tabel berikut:

    Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Penyalahgunaan Zat (DSM IV)

    A. Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau

    penderitaan yng bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 1 (satu) atau lebih hal-

    hal berikut yang terjadi dalam periode 12 bulan:

    1. Penggunaan berulang zat menyebabkan kegagalan memenuhi tugas utama

    ditempat kerja, sekolah atau dirumah.

    2. Berulangkali menggunakan zat dalam situasi yang membahayakan fisik.

    3. Berulangkali berurusan dengan hukum karena penggunaan zat.

    4. Meneruskan penggunaan zat meskipun tetap atau berulang memiliki masalah

    sosial atau interpersonal disebabkan atau kambuhnya efek-efek zat.

    B.Gejala-gejalanya tidak memenuhi kriteria diagnosis ketergantungan zat yang

  • 9

    digunakan.

    Ketergantungan (dependence) terdiri dari ketergantungan perilaku dan

    ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku berkaitan dengan aktivitas

    mencari-cari zat (substance seeking behavior) dan pola minum yang patologis.

    Sedangkan ketergantungan fisik berkaitan dengan efek fisik yang timbul setelah

    minum minuman beralkohol yang berulang. Gejala toleransi dan putus juga dapat

    dilihat pada tahap ketergantungan. Kriteria diagnosis untuk ketergantungan

    minuman beralkohol dapat berasal dari DSM IV dan ICD-10.9, 24

    Berikut kriteria

    diagnosis ketergantungan alkohol menurut DSM IV:

    Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Ketergantungan Alkohol (DSM IV)

    Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau

    penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih hal-

    hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:

    1. Toleransi, yang didefinisikan sebagai berikut:

    a. Peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang

    diharapkan atau mencapai intoksikasi.

    b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan terus-menerus dengan

    jumlah yang sama.

    2. Putus zat, bermanifestasi sebagai salah satu dari:

    a. Sindroma putus khas untuk zat penyebab (Kriteria A dan B dari gejala

    putus zat).

    b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau

    menghindari gejala-gejala putus.

  • 10

    3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau

    lewat dari batas waktu pemakaiannya.

    4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau

    mengendalikan pemakaian zat.

    5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk kebutuhan

    mendapatkan zat.

    6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi

    dilalaikan atau dikurangi karena penggunaan zat.

    7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa

    masalah-masalah fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan

    oleh penggunaan zat.

    Tentukan jika:

    1. Dengan ketergantungan fisiologis: terbukti adanya toleransi atau putus.

    2. Tanpa ketergantungan fisiologis: tidak terbukti adanya toleransi atau

    putus.

    Tentukan perlangsungannya:

    1. Remisi dini penuh

    2. Remisi dini parsial

    3. Remisi penuh menetap

    4. Remisi parsial menetap

    5. Dalam terapi agonis

    6. Dalam lingkungan yang diatur

  • 11

    Toleransi (tolerance) adalah keadaan ketika seseorang sudah berulang

    kali minum minuman beralkohol dan dengan jumlah minuman beralkohol yang

    sama tidak memberikan efek sebesar sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan

    seseorang perlu menambah jumlah/dosis minuman beralkohol dari sebelumnya

    untuk mendapatkan efek yang diharapkan.9 Kriteria diagnosis toleransi dapat

    dilihat pada tabel 1.2.

    Putus zat (withdrawal) adalah sekumpulan gejala-gejala spesifik zat

    yang disebabkan oleh berhentinya (atau menurunnya) minum minuman

    beralkohol setelah seseorang meminumnya dalam waktu lama dan berat dan

    gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis atau gangguan mental

    lainnya.9 Kriteria diagnosis gejala putus alkohol menurut DSM IV dapat dilihat

    pada tabel berikut:

    Tabel 2.3 Kriteria Diagnosis Gejala Putus Alkohol (DSM IV)

    A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat.

    B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang dalam beberapa jam

    sampai beberapa hari setelah kriteria A:

    (1) hiperaktifitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan denyut nadi

    lebih dari 100)

    (2) peningkatan tremor tangan

    (3) insomnia

    (4) mual atau muntah

    (5) halusinasi atau ilusi lihat, raba, atau dengar yang transien

    (6) agitasi psikomotor

  • 12

    (7) kecemasan

    (8) kejang grand mal

    C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

    atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

    D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik

    diterangkan oleh gangguan mental lain.

    Sebutkan jika: Dengan gangguan persepsi

    Intoksikasi atau mabuk adalah sekumpulan gejala akut yang bersifat

    reversibel karena minum minuman beralkohol yang berlebihan. Gejala-gejala

    intoksikasi dapat menyebabkan perilaku maladaptif atau perubahan psikologis

    yang tidak disebabkan oleh kondisi medis atau gangguan mental lainnya.9 Kriteria

    diagnosis gejala intoksikasi alkohol menurut DSM IV dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 2.4 Kriteria Diagnosis Intoksikasi Alkohol (DSM IV)

    A. Baru saja menggunakan alkohol

    B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis

    C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama, atau segera

    setelah, pemakaian alkohol:

    (1) bicara cadel

    (2) inkoordinasi

    (3) gaya berjalan tidak mantap

    (4) nistagmus

    (5) gangguan atensi atau daya ingat

  • 13

    (6) stupor atau koma

    D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik

    diterangkan oleh gangguan mental lain.

    2.2.2 Epidemiologi

    World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekurang-

    kurangnya terdapat 15,3 juta orang di dunia menyalahgunakan NAPZA.1 Di

    Indonesia, jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun meningkat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional),

    jumlah penyalahguna narkoba yang berusia 10 59 tahun di Indonesia mencapai

    angka 1,9% di tahun 2008 dan 2,2% di tahun 2011. Diproyeksikan akan mencapai

    2,6% di tahun 2013.2

    Di Indonesia, angka prevalensi perilaku minum minuman beralkohol 12

    bulan terakhir mencapai angka 4,6% dan 1 bulan terakhir mencapai 3%.3

    Sedangkan di Jawa Barat, prevalensi perilaku minum minuman beralkohol hanya

    mencapai 2,6% untuk 12 bulan terakhir dan 1,3% untuk 1 bulan terakhir.4 Angka

    kematian akibat penyalahgunaan alkohol mencapai angka 2,5 juta jiwa per tahun.1

    Prevalensi tertinggi nasional yang dikelompokkan berdasarkan tingkat

    pendidikan adalah penduduk yang telah tamat SMA, yaitu 6,0%.3 Selain itu,

    prevalensi tertinggi perilaku minum minuman beralkohol di Sumedang dimiliki

    oleh penduduk dengan usia 15-24 tahun, yaitu 5,0% untuk 12 bulan terakhir dan

    2,7% untuk 1 bulan terakhir.4

  • 14

    2.2.3 Klasifikasi Minuman Beralkohol

    Menurut Keputusan Presiden RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan

    dan Pengendalian Minuman Beralkohol, minuman beralkohol diklasifikasikan

    menjadi 3 golongan, yaitu:

    1. Golongan A mengandung kadar alkohol antara 1% sampai dengan 5%. Contoh

    minuman keras ini adalah bir.

    2. Golongan B mengandung kadar alkohol antara 5% sampai dengan 20%.

    Contohnya adalah anggur Malaga.

    3. Golongan C mengandung kadar alkohol antara 20% sampai dengan 50%. Yang

    termasuk jenis ini adalah brandy, vodka, wine, rum, champagne, dan whiskey.25

    2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi

    A. Faktor Usia

    Kelompok usia dengan jumlah peminum minuman beralkohol di

    Indonesia yang terbanyak adalah antara 25-34 tahun. Sedangkan pada kelompok

    usia 15-24 tahun terjadi peningkatan angka yang signifikan dari kelompok usia

    sebelumnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kelompok usia 15-24 tahun

    merupakan kelompok usia yang paling banyak jumlah orang yang mulai minum

    minuman beralkohol.3 Rentang usia ini termasuk ke dalam usia remaja (15-20

    tahun) dan dewasa awal (20-24 tahun). Di antara usia remaja dan usia dewasa

    awal terdapat masa transisi (17-22 tahun). Faktor usia berhubungan dengan angka

    perilaku minum minuman beralkohol karena dipengaruhi oleh psikologi

    perkembangan manusia yang berbeda-beda di setiap tahapan usia.

  • 15

    Sedangkan pada kelompok usia 35 tahun ke atas, angka minum

    minuman beralkohol mulai menurun. Hal tersebut menunjukkan pada kelompok

    usia tersebut, orang-orang sudah mulai berhenti untuk minum minuman

    beralkohol. Pada usia diatas 35 tahun, kondisi fisik orang-orang cenderung

    menurun. Penyalahgunaan minuman beralkohol hanya akan memperparah

    keadaan tersebut. Sehingga secara tidak, faktor usia memengaruhi perilaku minum

    minuman beralkohol.12, 15, 18-20

    B. Faktor Jenis Kelamin

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak jumlah laki-laki

    yang menyalahgunakan minuman beralkohol dibanding dengan jumlah

    perempuan.15, 19, 20, 26

    Faktor jenis kelamin dipengaruhi oleh perbedaan keadaan

    psikologis dan genetik pada laki-laki dan perempuan. Sehingga, berpengaruh pula

    terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.

    C. Faktor Ras

    Di Amerika, penyalahgunaan minuman beralkohol lebih tinggi

    prevalensinya pada penduduk dengan ras kulit putih yang bukan hispanik. Setelah

    dianalisis, terdapat korelasi antara tingginya jumlah penyalahgunaan minuman

    beralkohol dengan ras kulit putih.13, 15

    Sedangkan di Indonesia, dapat dilihat di

    laporan Riskesdas 2007, bahwa prevalensi penyalahgunaan minuman beralkohol

    di setiap provinsi berbeda-beda. Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara

    dan Gorontalo memiliki prevalensi perilaku minum alkohol di atas prevalensi

    nasional.3

  • 16

    Diduga hal ini terjadi karena perbedaan aspek religius dan lingkungan

    sosial dan budaya dari orang dengan ras yang berbeda. Lingkungan sosial dan

    budaya yang cenderung menerima atau menganggap normal penyalahgunaan

    minuman beralkohol, memiliki prevalensi yang lebih tinggi.18

    Selain itu, ras yang

    berbeda memiliki gen yang berbeda pula. Oleh karena itu, beberapa ras rentan

    untuk menyalahgunakan minuman beralkohol.11

    D. Faktor Psikoanalitik

    Kepribadian orang yang berbeda-beda dapat menentukan apakah

    seseorang rentan untuk berperilaku atau tidak. Pada perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol, kepribadian yang berhubungan antara lain, pemalu,

    terisolasi, tidak sabar, iritabel, hipersensitif, penuh kecemasan, dan berani

    mengambil resiko.9, 15

    Beberapa orang menyalahgunakan minuman beralkohol

    untuk menurunkan ketegangan, kecemasan dan meningkatkan percaya diri.12, 13

    E. Faktor Akses Untuk Mendapatkan Alkohol

    Kemudahan akses berkaitan erat dengan paparan minuman beralkohol

    pada seseorang. Seseorang yang sering berinteraksi dengan teman yang minum

    minuman beralkohol atau di tempat/acara yang menyuguhkan minuman

    beralkohol, akan lebih mudah untuk mengakses minuman beralkohol.9 Sehingga,

    semakin sering seseorang terpapar dengan minuman beralkohol, semakin mudah

    seseorang untuk mengakses/mendapatkan minuman beralkohol, semakin mudah

    pula seseorang berperilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.

  • 17

    F. Faktor Sosial, Kultural dan Agama

    Faktor sosial dan kultural yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

    penyalahgunaan minuman beralkohol ialah lingkungan teman dan keluarga.20

    Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa apabila lingkungan teman dan

    keluarga menerima seseorang untuk melakukan penyalahgunaan minuman

    beralkohol, maka seseorang cenderung mengikuti perilaku tersebut.14

    Faktor ini

    berkaitan dengan faktor yang memengaruhi perilaku seseorang dalam theory of

    planned behavior, yaitu norma subjektif. Apabila seseorang merasa dirinya yang

    berperilaku minum minuman beralkohol dapat diterima di lingkungan keluarga

    atau teman, maka orang tersebut cenderung akan berperilaku seperti itu.18

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketaatan

    beragama seseorang, semakin rendah angka penyalahgunaan minuman

    beralkohol.19

    Selain itu, terdapat agama yang melarang minum minuman

    beralkohol dan yang tidak melarang.

    G. Faktor Perilaku dan Pelajaran

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

    perilaku minum minuman beralkohol di keluarga dengan perilaku minum

    minuman beralkohol pada seseorang.9, 20

    Apabila terdapat kebiasaan minum

    minuman beralkohol di dalam keluarga, maka seseorang cenderung akan

    mengikuti keluarganya.10

    Hal tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran

    seseorang karena paparan perilaku orang-orang di sekitarnya yang berulang.14

    Selain itu, terdapat aspek pendorong positif dari alkohol, yaitu efek euphoria,

    perasaan sehat, serta menurunkan rasa takut dan cemas.

  • 18

    H. Faktor Tingkat Pengetahuan

    Tingkat pengetahuan seseorang tentang minuman beralkohol

    berpengaruh secara tidak langsung dengan perilaku penyalahgunaan minuman

    beralkohol.15

    Tingkat pengetahuan dapat mengubah sikap seseorang terhadap

    suatu perilaku. Orang-orang yang mengetahui bahaya perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol, akan menilai bahwa konsekuensi perilaku tersebut adalah

    buruk. Perubahan sikap tersebut dapat menghambat seseorang untuk berperilaku.

    I. Faktor Tingkat Pendapatan

    Tingkat pendapatan merupakan faktor yang dapat memberikan seseorang

    kekuatan/kekuasaan untuk berperilaku.18, 26

    Karena minuman beralkohol itu

    cenderung tidak murah dan bukan merupakan kebutuhan pokok sebagian besar

    masyarakat, sehingga orang yang memiliki kekuatan untuk membeli minuman

    beralkohol adalah orang-orang yang berpenghasilan berlebih.

    J. Faktor Genetik

    Genetik juga berperan dalam perilaku penyalahgunaan minuman

    beralkohol. Terdapat gen yang dapat membuat seseorang lebih rentan untuk

    menyalahgunakan minuman beralkohol. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

    apabila seseorang memiliki saudara tingkat pertama yang mengonsumsi alkohol,

    maka orang tersebut beresiko memiliki gangguan yang berhubungan dengan

    alkohol tiga sampai empat kali lebih besar daripada orang yang tidak memiliki

    saudara tingkat pertama yang mengonsumsi alkohol.9 Hal ini dibuktikan dalam

    penelitian lain yang membandingkan kode genetik orang-orang yang cenderung

    rentan dengan orang-orang yang tidak rentan.11

  • 19

    2.3 Mahasiswa

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka

    yang sedang belajar di perguruan tinggi.21

    Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

    intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan bertindak.

    2.3.1 Sifat, Peran dan Fungsi Mahasiswa

    Mahasiswa memiliki sifat pemuda yang memiliki hati nurani yang bersih

    dan semangat yang membara. Mahasiswa memiliki tingkat intelektual dan

    idealisme yang tinggi. Masa-masa menjadi mahasiswa merupakan masa

    mempersiapkan diri masing-masing untuk menjadi generasi penerus bangsa.

    Mahasiswa memiliki beberapa peran yaitu:

    a. Mahasiswa sebagai Iron Stock. Mahasiswa sebagai aset sumber

    daya manusia kampus dalam melaksanakan kegiatan kemahasiswaan dan

    akademik supaya memiliki akhlak yang mulia dan kepribadian yang tangguh.

    b. Mahasiswa sebagai Guardian of Value. Peran ini berkaitan dengan

    sifat mahasiswa yang memiliki idealisme dan intelektual yang tinggi. Mahasiswa

    dapat menjadi penyampai dan penjaga nilai-nilai kebenaran berdasarkan watak

    ilmiah. Watak ilmiah ini berasal dari ilmu-ilmu yang didapatkan dan kemudian

    diterapkan serta dijaga.

    c. Mahasiswa sebagai Agent of Change. Mahasiswa sebagai agen dari

    suatu perubahan. Terdapat dua pandangan tentang perubahan di tatanan kehidupan

    bermasyarakat, yaitu perubahan dipengaruhi oleh hal-hal yang materialistik dan

    perubahan dipengaruhi oleh ideologi atau nilai. Mahasiswa yang cenderung

    memiliki idealisme tinggi dan menjaga nilai-nilai, merupakan golongan yang

  • 20

    diharapkan menjadi penerus generasi masa kini dan melakukan perubahan pada

    bangsa ini ke arah yang lebih baik.27

    Tugas mahasiswa dalam bermasyarakat adalah mempersiapkan diri untuk

    menjadi manusia berkualitas yang nantinya dapat menjadi generasi penerus

    bangsa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, mahasiswa

    juga bertugas dalam bidang akademik. Mahasiswa dituntut untuk mencari ilmu

    sebanyak-banyaknya dan belajar sebaik-baiknya untuk memajukan ilmu

    pengetahuan.27

    2.3.2 Perkembangan Psikologis Mahasiswa

    Di Indonesia, rata-rata usia mahasiswa adalah 17-22 tahun. Usia 17-22

    tahun merupakan periode transisional dari masa remaja ke masa dewasa awal.

    Pada masa remaja akhir seseorang mulai meninggalkan rumah dan mulai mandiri.

    Masa remaja akhir merupakan saat dimana seseorang cenderung mengeksplorasi

    keinginan mereka dan mulai sanggup untuk memimpin suatu kelompok. Interaksi

    dengan teman adalah hal yang utama pada masa ini juga mulai menyeimbangkan

    interaksinya dengan keluarga.9

    Pada periode transisional, terjadi perkembangan biologis yang

    memuncak, penerimaan peranan sosial yang besar dan perubahan diri serta

    struktur hidup. Periode transisional melibatkan peristiwa-peristiwa penting seperti

    masuk perguruan tinggi sampai lulus dari perguruan tinggi. Proses terjadi

    penurunan ketergantungan terhadap keluarga dan mulai menjadi bagian dari

    masyarakat juga terjadi pada periode ini. Yang berpengaruh pada masa ini tidak

    lagi ideologi orang tua, tetapi ideologi diri sendiri yang mengandung nilai dan

  • 21

    etika. Periode transisional harus dilewati dengan sebaik-baiknya karena periode

    ini merupakan saat dimana seseorang menstabilkan diri. Sehingga apabila

    seseorang menstabilkan diri dalam keadaan tidak baik, maka akan sulit untuk

    diubah kembali.9

    Pada fase awal masa dewasa, hal yang paling penting adalah memilih

    teman dan memulai suatu keluarga karena seseorang yang pada mulanya

    dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, berangsur-angsur berfungsi secara mandiri

    sehingga lebih dipengaruhi oleh lingkungan teman. Pada masa ini juga individu

    mulai melihat dirinya sebagai seorang yang independen dan merupakan bagian

    dari masyarakat.9

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat faktor faktor yang

    berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol10-20

    ,

    dijelaskan pada bagan berikut:

    Gambar 2.2 Diagram Faktor-Faktor pada Penelitian Sebelumnya

    Tingkat

    pengetahuan

    Pengaruh dari

    keluarga

    Jenis kelamin

    Ras

    Keadaan psikologis

    Pengaruh dari teman

    Akses untuk

    mendapatkan

    alkohol

    Jumlah pendapatan

    Agama

    Perilaku

    Penyalahgunaan

    Minuman

    Beralkohol

  • 22

    Setelah menentukan faktor-faktor yang dapat dianalisis, maka

    didapatkan beberapa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun bagan dari

    konsep penelitian ini yang telah disesuaikan dengan theory of planned behavior

    adalah sebagai berikut :

    Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran

    Persepsi Pengendalian

    Kepercayaan:

    Akses untuk mendapatkan alkohol

    Jumlah pendapatan

    Norma subjektif:

    Di lingkungan keluarga

    Di lingkungan teman

    Sikap:

    Tingkat pengetahuan

    Perilaku

    Penyalahgunaan

    Minuman

    Beralkohol

  • 23

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Subjek Penelitian

    3.1.1 Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 di Universitas Padjadjaran.

    3.1.2 Sampel Penelitian

    Sampel penelitian ini didapat dengan cara consecutive sampling. Sampel

    penelitian yang termasuk kelompok kasus dicari terlebih dahulu. Kemudian akan

    dicari kelompok kontrol dengan mencocokkan dengan kelompok kasus (dilakukan

    matching). Pada penelitian ini, besar sampel ditentukan dengan menggunakan

    rumus Rule of Thumb. Besar sampel adalah 10 kali jumlah variabel independen

    yang diteliti. Karena pada penelitian terdapat lima variabel independen, maka

    besar sampel adalah sebanyak 50 subjek untuk kasus dan 50 subjek untuk kontrol.

    Kemudian ditambah nilai error tolerance 30%.28

    Sehingga total minimal

    sampelnya adalah 130 orang.

    3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    Kriteria inklusi:

    1. Mahasiswa sarjana (S1) aktif di Universitas Padjadjaran pada tahun

    2014.

    2. Mahasiswa yang bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian.

  • 24

    3. Mahasiswa yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol selama

    12 bulan yang lalu (kasus) dan tidak memiliki riwayat

    penyalahgunaan alkohol selama 12 bulan yang lalu (kontrol).

    Kriteria eksklusi:

    1. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner yang dibutuhkan untuk

    penelitian dengan lengkap.

    2. Mahasiswa yang menyatakan mengundurkan diri dari penelitian.

    3.3 Definisi Operasional Variabel

    Variabel Dependen:

    1. Perilaku penyalahgunaan alkohol

    Variabel Independen:

    1. Tingkat pengetahuan

    2. Norma subjektif di keluarga

    3. Norma subjektif di lingkungan teman

    4. Akses untuk mendapatkan minuman beralkohol

    5. Jumlah pendapatan

    Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman, maka variabel - variabel

    yang terkait dalam penelitian ini dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Prosedur Kriteria Skala

    1 Perilaku

    penyalah-

    gunaan

    alkohol

    Sesuai dengan

    kriteria diagnosis

    ICD-10 atau DSM

    IV

    Dengan kuesioner

    AUDIT (Alcohol

    Use Disorder

    Identification

    Test)

    1. Ya

    2. Tidak

    Nominal

  • 25

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Prosedur Kriteria Skala

    2 Tingkat

    pengeta-

    huan

    Pengetahuan

    tentang bahaya

    penyalahgunaan

    alkohol

    Dengan kuesioner

    tingkat

    pengetahuan

    1. Tinggi

    2. Rendah

    Nominal

    3 Norma

    subjektif di

    lingkungan

    keluarga

    Kepercayaan

    tentang

    penerimaan

    keluarga atas

    perilaku

    penyalahgunaan

    alkohol

    Dengan kuesioner

    lingkungan

    keluarga

    1. Diterima

    2. Ditolak

    Nominal

    4 Norma

    subjektif di

    lingkungan

    teman

    Kepercayaan

    tentang

    penerimaan teman

    atas perilaku

    penyalahgunaan

    alkohol

    Dengan kuesioner

    lingkungan teman

    1. Diterima

    2. Ditolak

    Nominal

    5 Akses

    untuk

    mendapat-

    kan

    minuman

    beralkohol

    Tingkat

    kemudahan untuk

    mendapatkan

    alkohol

    Dengan kuesioner

    akses untuk

    mendapatkan

    minuman

    beralkohol

    1. Mudah

    2. Sulit

    Nominal

    6 Tingkat

    pendapatan

    Jumlah uang yang

    didapatkan setiap

    bulan

    Dengan kuesioner

    pendapatan

    1. Tinggi

    2. Rendah

    Nominal

    3.4 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol. Kelompok kontrol

    adalah kelompok mahasiswa yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol

    selama 12 bulan lalu. Sedangkan kelompok kontrol adalah mahasiswa yang tidak

    memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol selama 12 bulan lalu. Data yang

    digunakan merupakan data primer yang didapat dari pengisian kuesioner oleh

    subjek penelitian.

  • 26

    3.5 Material dan Instrumen penelitian

    Lembar kuesioner penelitian yang terdiri dari:

    1. AUDIT (Alcohol Use Disorder Identification Test) yang merupakan

    kuesioner untuk mengidentifikasi apakah terdapat perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol atau tidak. Hal tersebut dapat ditandai dengan pola minum

    yang berlebihan sehingga dapat berefek merusak. AUDIT dikembangkan oleh

    World Health Organization (WHO) menjadi alat ukur yang mudah tetapi

    memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.29

    Sebuah penelitian menunjukkan

    bahwa sensitivitas AUDIT mencapai 85% dan spesifisitasnya mencapai 91%

    dengan skoring minimal 10 untuk dikatakan menyalahgunakan minuman

    beralkohol. Selain itu, penelitian tersebut mengatakan tingkat kebenaran AUDIT

    mencapai 90%.30-32

    2. Kuesioner tingkat pengetahuan akan mengukur tingkat pengetahuan

    responden tentang alkohol, terutama tentang bahaya alkohol. Sehingga dapat

    dinilai apakah responden tahu konsekuensi dari perilaku penyalahgunaan

    minuman beralkohol. Selain itu, kuesioner ini juga untuk menilai pandangan

    mereka tentang efek yang ditimbulkan karena perilaku penyalahgunaan minuman

    beralkohol (baik/buruk).

    3. Kuesioner norma subjektif di lingkungan keluarga akan mengukur

    pandangan orang tua responden tentang perilaku penyalahgunaan minuman

    beralkohol dari sudut pandang responden. Selain itu, kuesioner ini juga akan

    menanyakan apakah terdapat perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol di

    keluarga atau tidak. Sehingga dapat dinilai apakah perilaku penyalahgunaan

  • 27

    minuman beralkohol dapat diterima atau tidak di lingkungan keluarga responden

    menurut responden.

    4. Kuesioner norma subjektif di lingkungan teman akan mengukur

    pandangan teman-teman responden tentang perilaku penyalahgunaan minuman

    beralkohol dari sudut pandang responden. Selain itu, kuesioner ini juga akan

    menanyakan apakah terdapat perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol di

    lingkungan teman atau tidak. Sehingga dapat dinilai apakah perilaku

    penyalahgunaan minuman beralkohol dapat diterima atau tidak di lingkungan

    teman responden menurut responden.

    5. Kuesioner akses untuk mendapatkan minuman beralkohol akan

    mengukur tingkat kemudahan responden untuk mendapatkan minuman

    beralkohol. Seberapa sering responden terpapar oleh minuman beralkohol juga

    akan diukur, seperti seberapa sering responden datang ke tempat-tempat atau

    acara-acara yang menyediakan minuman beralkohol. Karena semakin sering

    responden terpapar oleh minuman beralkohol, maka semakin mudah responden

    untuk mendapatkan minuman beralkohol.

    6. Kuesioner tingkat pendapatan akan mengukur tingkat pendapatan

    responden per bulan.Sehingga dapat dinilai apakah responden mampu atau tidak

    mampu membeli minuman beralkohol.

    Sebelum digunakan pada penelitian ini, semua kuesioner akan

    diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperbaiki pemilihan katanya jika

    perlu. Kemudian akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

  • 28

    3.6 Prosedur Penelitian

    1. Mengajukan proposal penelitian

    2. Uji kelayakan etik

    3. Permohonan izin penelitian

    4. Persiapan Penelitian :

    a. Menentukan subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi.

    b. Menentukan jumlah sampel.

    c. Mencari enumerator di setiap fakultas di Universitas Padjadjaran

    untuk membantu menyebarkan kuesioner.

    d. Membuat kuesioner

    e. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

    f. Memberikan pengarahan kepada enumerator dari setiap fakultas di

    Universitas Padjadjaran.

    g. Mendapatkan subjek penelitian yang termasuk ke dalam kelompok

    kasus.

    h. Mendapatkan subjek penelitian yang termasuk ke dalam kelompok

    kontrol dengan metode matching.

    5. Prosedur pengambilan data :

    a. Subjek penelitian diminta untuk menandatangani lembar informed

    consent

    b. Subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner.

    6. Analisis data penelitian

    7. Penyajian hasil penelitian

  • 29

    3.7 Waktu dan Tempat Penelitian

    Tempat penelitian akan dilakukan di Kampus Universitas Padjadjaran di

    Jatinangor dan di Bandung.

    Waktu penelitian:

    Tabel 3.2 Tabel Alur Waktu Penelitian

    Kegiatan

    Bulan (2014)

    Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov

    Penyusunan proposal

    Pembuatan dan uji kuesioner

    Pengambilan data

    Analisis data

    Penulisan laporan

    3.8 Analisis Penelitian

    Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis menggunakan

    program SPSS versi 15, yang meliputi:

    1. Analisis Bivariat (chi-square)

    Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kontrol. Desain

    tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-

    faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol, yaitu

    tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan keluarga dan lingkungan

    teman, akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan tingkat pendapatan.

    Hubungan sebab akibat desain penelitian kasus kontrol lebih kuat dibandingkan

    dengan studi potong lintang. Kasus kontrol membutuhkan jumlah sampel yang

  • 30

    lebih kecil dibandingkan studi kohort dan membutuhkan waktu yang lebih singkat

    dalam pelaksanaannya. Dibandingkan dengan studi eksperimental, studi kasus

    kontrol memiliki resiko yang minimal dan dari sisi etika lebih memungkinkan

    untuk dilakukan.

    Uji signifikansi pada penelitian ini menggunakan uji parametrik Chi-

    square jika memenuhi syarat dengan tampilan tabel 2 x 2.Jika tidak memenuhi

    syarat, maka uji signifikansi alternatif yang digunakan adalah uji Fisher. Hasil

    yang akan dianalisis adalah nilai p. jika nilai p < 0.05 menunjukkan hasil

    signifikan, sedangkan nilai p > 0.05 menunjukkan hasil tidak signifikan.

    Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui besar risiko (Odds

    Ratio/OR) variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil interpretasi

    nilai OR adalah sebagai berikut :

    a. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI tidak mencakup nilai 1,

    menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor yang berpengaruh.

    b. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI mencakup nilai 1, menunjukkan

    bahwa variabel yang diteliti bukan merupakan faktor yang berpengaruh.

    2. Analisis Multivariat (regresi logistik)

    Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel

    independen terhadap variabel dependen, dan dilakukan interpretasi variabel

    independen mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel

    dependen, dengan menggunakan uji regresi logistik. Penelitian ini menggunakan

    uji regresi logistik karena skala variabel penelitian adalah nominal/kategorikal.

    Langkahpertama yang dilakukan pada uji regresi logistik adalah memilih variabel

  • 31

    independen yang memiliki nilai p < 0,25 pada analisis bivariat. Kemudian variabel

    bebas yang telah terpilih tersebut diikutkan dalam analisis multivariat. Pada

    penelitian ini, digunakan analisis multivariat dengan metode backward. Pada

    metode backward, perangkat lunak secara otomatis akan memasukkan semua

    variabel yang terseleksi untuk dimasukkan ke dalam multivariat. Secara bertahap,

    variabel yang bermakna lemah akan dikeluarkan dari analisis. Proses akan

    berhenti sampai tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis.

    3.9 Etika Penelitian

    A. Non-Maleficence

    Penelitian ini memiliki resiko yang minimal, yaitu akan menyita waktu

    responden selama 10-15 menit untuk mengisi kuesioner.

    B. Beneficence

    Penelitian ini bermanfaat bagi pembuatan program kesehatan dan

    memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang

    memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol dan dapat menjadi

    referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi

    referensi penelitian lain.

    C. Justice

    Penelitian ini akan memperlakukan semua responden sama, tanpa

    membedakan suku, agama ataupun ras.

    D. Autonomy

    Responden berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela.

    Responden berhak mengikuti, menolak atau membatalkan untuk berpartisipasi

    dalam penelitian ini.

  • 32

    3.10 Dummy Table

    Hasil data yang telah dianalisis dengan menggunakan program SPSS

    (Statistical Products and Solution Services), akan disajikan dalam bentuk Dummy

    Table. Berikut gambaran Dummy Table berdasarkan masing-masing variabel:

    Tabel 3.3 Dummy Table Analisis Chi-square Tingkat Pengetahuan terhadap

    Perilaku Penyalahgunaan Alkohol

    Variabel Kasus

    f (%)

    Kontrol

    f (%)

    OR 95% CI P

    Tingkat

    Pengetahuan

    Tinggi

    Rendah

    Total

    Tabel 3.4 Dummy Table Analisis Chi-square Norma Subjektif di Lingkungan

    Keluarga terhadap Perilaku Penyalahgunaan Alkohol

    Variabel Kasus

    f (%)

    Kontrol

    f (%)

    OR 95% CI P

    Norma

    Subjektif di

    Lingkungan

    Keluarga

    Diterima

    Ditolak

    Total

  • 33

    Tabel 3.5 Dummy Table Analisis Chi-square Norma Subjektif di Lingkungan

    Teman terhadap Perilaku Penyalahgunaan Alkohol

    Variabel Kasus

    f (%)

    Kontrol

    f (%)

    OR 95% CI P

    Norma

    Subjektif di

    Lingkungan

    Teman

    Diterima

    Ditolak

    Total

    Tabel 3.5 Dummy Table Analisis Chi-square Akses terhadap Perilaku

    Penyalahgunaan Alkohol

    Variabel Kasus

    f (%)

    Kontrol

    f (%)

    OR 95% CI P

    Akses

    Mudah

    Sulit

    Total

    Tabel 3.6 Dummy Table Analisis Chi-square Pendapatan terhadap Perilaku

    Penyalahgunaan Alkohol

    Variabel Kasus

    f (%)

    Kontrol

    f (%)

    OR 95% CI P

    Pendapatan

    Tinggi

    Rendah

    Total

  • 34

    Tabel 3.7 Dummy Table Analisis Regresi Logistik

    Variabel p (Sig.) OR

    Adjusted 95% CI

    Tahap 1

    Tingkat pengetahuan

    Norma subjektif di

    lingkungan teman

    Pendapatan

    Konstanta

    Tahap 2

    Tingkat Pengetahuan

    Norma subjektif di

    lingkungan keluarga

    Akses untuk mendapatkan

    minuman beralkohol

    Konstanta

  • 35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Organization WH. Global status report on alcohol and health. Geneva

    2010; Tersedia dari: http://www.who.int/substance_abuse/facts/en/.

    2. Nasional BN. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba Di

    Indonesia Tahun 2011. 2011.

    3. Indonesia DKR. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

    Indonesia Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2008.

    4. RI DK. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi

    Jawa Barat Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

    5. Ahmed HG. Survey on knowledge and attitudes related to the relation

    between tobacco, alcohol abuse and cancer in the northern state of Sudan.

    Asian Pac J Cancer Prev. 2013;14(4):2483-6.

    6. Afzali S, Saleh A, Seif Rabiei MA, Taheri K. Frequency of alcohol and

    substance abuse observed in drivers killed in traffic accidents in Hamadan,

    Iran. Arch Iran Med. 2013 Apr;16(4):240-2.

    7. Montoya ID. The pathology of alcohol use and abuse. Clin Lab Sci. 2013

    Winter;26(1):15-22.

    8. Swain NR, Gibb SJ, Horwood LJ, Fergusson DM. Alcohol and cannabis

    abuse/dependence symptoms and life satisfaction in young adulthood.

    Drug Alcohol Rev. 2012 May;31(3):327-33.

    9. Kaplan HI, Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock's

    comprehensive textbook of psychiatry: lippincott Williams & wilkins;

    2009.

    10. Merline A, Jager J, Schulenberg JE. Adolescent risk factors for adult

    alcohol use and abuse: stability and change of predictive value across early

    and middle adulthood. Addiction. 2008 May;103 Suppl 1:84-99.

    11. Chen CC, Yin SJ. Alcohol abuse and related factors in Asia. Int Rev

    Psychiatry. 2008 Oct;20(5):425-33.

    12. McArdle P. Alcohol abuse in adolescents. Arch Dis Child. 2008

    Jun;93(6):524-7.

    13. Lo CC, Monge AN, Howell RJ, Cheng TC. The role of mental illness in

    alcohol abuse and prescription drug misuse: gender-specific analysis of

    college students. J Psychoactive Drugs. 2013 Jan-Mar;45(1):39-47.

    14. Lee JO, Hill KG, Guttmannova K, Bailey JA, Hartigan LA, Hawkins JD,

    dkk. The effects of general and alcohol-specific peer factors in

    adolescence on trajectories of alcohol abuse disorder symptoms from 21 to

    33 years. Drug Alcohol Depend. 2012 Mar 1;121(3):213-9.

    15. Keller TE, Blakeslee JE, Lemon SC, Courtney ME. Subpopulations of

    older foster youths with differential risk of diagnosis for alcohol abuse or

    dependence. J Stud Alcohol Drugs. 2010 Nov;71(6):819-30.

  • 36

    16. Clark DB, Thatcher DL, Martin CS. Child abuse and other traumatic

    experiences, alcohol use disorders, and health problems in adolescence and

    young adulthood. J Pediatr Psychol. 2010 Jun;35(5):499-510.

    17. Kathleen Holmes M, Bearden CE, Barguil M, Fonseca M, Serap Monkul

    E, Nery FG, dkk. Conceptualizing impulsivity and risk taking in bipolar

    disorder: importance of history of alcohol abuse. Bipolar Disord. 2009

    Feb;11(1):33-40.

    18. Caetano R, Ramisetty-Mikler S, Rodriguez LA. The Hispanic Americans

    Baseline Alcohol Survey (HABLAS): the association between birthplace,

    acculturation and alcohol abuse and dependence across Hispanic national

    groups. Drug Alcohol Depend. 2009 Jan 1;99(1-3):215-21.

    19. Ghandour LA, Karam EG, Maalouf WE. Lifetime alcohol use, abuse and

    dependence among university students in Lebanon: exploring the role of

    religiosity in different religious faiths. Addiction. 2009 Jun;104(6):940-8.

    20. Park S, Kim H. Relationships between parental alcohol abuse and social

    support, peer substance abuse risk and social support, and substance abuse

    risk among South Korean adolescents. Adolescence. 2009

    Spring;44(173):87-99.

    21. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

    22. Carmack CC, Lewis-Moss RK. Examining the theory of planned behavior

    applied to condom use: the effect-indicator vs. causal-indicator models. J

    Prim Prev. 2009 Nov;30(6):659-76.

    23. Edberg MC. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial &

    Perilaku: Jones & Bartlett Publishers; 2007.

    24. Organization WH. Neuroscience of psychoactive substance use and

    dependence: World Health Organization; 2004.

    25. Martono LH, Joewana S. Peran Orang Tua Dalam Mencegah dan

    Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka; 2006.

    26. Miskulin M, Petrovic G, Miskulin I, Puntaric D, Milas J, Dahl D, dkk.

    Prevalence and risk factors of alcohol abuse among university students

    from eastern Croatia: questionnaire study. Coll Antropol. 2010

    Dec;34(4):1315-22.

    27. Purmana GY. Peran, Fungsi dan Posisi Mahasiswa. 2008; Tersedia dari:

    http://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-

    mahasiswa/.

    28. Overall JE, Tonidandel S, Starbuck RR. Rule-of-thumb adjustment of

    sample sizes to accommodate dropouts in a two-stage analysis of repeated

    measurements. Int J Methods Psychiatr Res. 2006;15(1):1-11.

    29. Organization WH. The alcohol Use disorders identification test.

    Guidelines for use in primary care. Geneva: World Health Organization.

    2001.

    30. So K, Sung E. A Validation Study of the Brief Alcohol Use Disorder

    Identification Test (AUDIT): A Brief Screening Tool Derived from the

    AUDIT. Korean J Fam Med. 2013 Jan;34(1):11-8.

  • 37

    31. Johnson JA, Lee A, Vinson D, Seale JP. Use of AUDIT-based measures to

    identify unhealthy alcohol use and alcohol dependence in primary care: a

    validation study. Alcohol Clin Exp Res. 2013 Jan;37 Suppl 1:E253-9.

    32. Cassidy CM, Schmitz N, Malla A. Validation of the alcohol use disorders

    identification test and the drug abuse screening test in first episode

    psychosis. Can J Psychiatry. 2008 Jan;53(1):26-33.