bab 1-3-2.pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan tentang NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif) di dunia terus berkembang. World Health Organization (WHO) bahkan
menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 15,3 juta orang di dunia
menyalahgunakan NAPZA.1 Arus globalisasi yang sangat pesat menimbulkan
pencampuran budaya barat dan budaya timur. Apabila masyarakat tidak kritis
dalam memilah budaya yang baik dan yang buruk, maka kebiasaan masyarakat
dapat berubah ke arah yang negatif. Salah satunya berkaitan dengan
penyalahgunaan NAPZA. Di Indonesia, jumlah penyalahgunaan NAPZA
cenderung terus meningkat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah
penyalahgunaan narkoba maupun jumlah kasus yang terjadi di masyarakat dari
tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN (Badan
Narkotika Nasional), jumlah penyalahguna narkoba yang berusia 10 59 tahun di
Indonesia mencapai angka 1,9% di tahun 2008 dan 2,2% di tahun 2011.
Diproyeksikan akan mencapai 2,6% di tahun 2013. Begitu pula kasus-kasus yang
ditemukan di masyarakat. Di Indonesia, kasus-kasus yang ditemukan mencapai
29.713 pada tahun 2011, meningkat 11,64% dari tahun sebelumnya.2
Salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan adalah alkohol.
Penyalahgunaan alkohol masih menjadi masalah kesehatan dunia hingga saat ini.
Di Indonesia, angka prevalensi perilaku minum minuman beralkohol 12 bulan
-
2
terakhir mencapai angka 4,6% dan 1 bulan terakhir mencapai 3%.3 Sedangkan di
Jawa Barat, prevalensi perilaku minum minuman beralkohol hanya mencapai 2,6%
untuk 12 bulan terakhir dan 1,3% untuk 1 bulan terakhir.4 Walaupun prevalensi di
Jawa Barat kecil, tetapi menyumbang banyak pada prevalensi nasional. Hal tersebut
disebabkan karena Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah
penduduk terbanyak di Indonesia, yaitu 45.826.775 jiwa pada tahun 2012.
Angka kematian akibat penyalahgunaan alkohol mencapai angka 2,5 juta
jiwa per tahun.1 Penyalahgunaan alkohol juga dapat menyebabkan adiksi, epilepsi
dan penyakit tidak menular lainnya, seperti gangguan kardiovaskular, sirosis hati
dan berbagai macam kanker. Salah satu efek alkohol dapat membuat fungsi imun
tubuh menurun sehingga tubuh rentan terkena penyakit, terutama penyakit sistem
pernapasan. Selain merugikan diri seorang penyalahguna alkohol, penyalahgunaan
alkohol juga dapat menimbulkan permasalahan lain, seperti tindak kekerasan,
penganiayaan anak dan kelalaian terhadap pekerjaan. Penyalahgunaan alkohol yang
sampai pada tahap intoksikasi dapat meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas,
tindak kekerasan dan bahkan bunuh diri.5-8
Masa-masa transisi dari masa remaja menuju masa awal dewasa merupakan
tahap yang sangat penting dalam perkembangan setiap individu. Banyak perubahan
yang terjadi pada masa tersebut, siap maupun tidak siap. Perubahan yang paling
penting adalah sikap bergantung kepada orang tua akan menurun drastis dan mulai
digantikan dengan sikap bergantung pada diri sendiri. Banyak faktor yang
memengaruhi masa transisi ini karena kepercayaan kepada orangtua yang awalnya
mendominasi, akan digantikan kepercayaan pada diri sendiri dan lingkungan sosial
-
3
di sekitar. Ditambah lagi, di Indonesia, masa transisi ini bersamaan dengan waktu
seseorang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Mayoritas mahasiswa sarjana di
perguruan tinggi merupakan perantau sehingga semakin berkurang peran keluarga
pada masa ini.9 Sehingga tidak menutup kemungkinan akan banyak hal-hal
menyimpang yang terjadi, salah satunya adalah penyalahgunaan alkohol. Data
menunjukkan prevalensi tertinggi nasional yang dikelompokkan berdasarkan
tingkat pendidikan adalah penduduk yang telah tamat SMA, yaitu 6,0%.3 Selain itu,
prevalensi tertinggi perilaku minum minuman beralkohol di Sumedang dimiliki
oleh penduduk dengan usia 15-24 tahun, yaitu 5,0% untuk 12 bulan terakhir dan
2,7% untuk 1 bulan terakhir. Pada kelompok usia tersebut, frekuensi perilaku
minum minuman beralkohol paling banyak adalah 1-3 hari per minggu dan jenis
minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah anggur/wine.4
Penyalahgunaan alkohol di Indonesia dipermudah dengan tidak terdapat
hukum yang jelas tentang batas usia yang diperbolehkan untuk mengonsumsi
alkohol. Peraturan terkait alkohol di Indonesia hanya Keputusan Presiden No. 3
Tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian meminum alkohol dan
Keputusan Menteri Kesehatan No.282/Menkes/SK/II/1998 tentang standar mutu
produksi minuman beralkohol. Di dalam peraturan tersebut tercantum bahwa hanya
alkohol golongan B dan C yang tidak diperbolehkan untuk dijual bebas di tempat
umum. Sehingga akses untuk mendapatkan alkohol golongan A sangat mudah.
Sedangkan alkohol golongan B dan C dapat didapatkan di hotel, bar, restoran dan
di tempat tertentu lainnya yang masih dapat diakses oleh siapapun.
-
4
Terdapat banyak faktor-faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk
menyalahgunakan alkohol. Ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa faktor-
faktor tersebut meliputi usia, jenis kelamin, ras, agama, tingkat pengetahuan tentang
alkohol, pengaruh dari keluarga, pengaruh dari teman, akses untuk mendapatkan
minuman beralkohol, kemampuan finansial untuk membeli alkohol, genetik dan
keadaan psikologis seseorang.10-20
Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol pada mahasiswa
Universitas Padjadjaran tahun 2014. Selain itu, perlu dianalisis faktor apa yang
paling berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi
adalah: Apakah faktor-faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol? Diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
penyalahgunaan minuman beralkohol, faktor manakah yang paling berpengaruh?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
penyalahgunaan minuman beralkohol.
2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku
penyalahgunaan minuman beralkohol.
-
5
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Null:
Tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan keluarga dan teman,
akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan jumlah pendapatan adalah
bukan faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.
Hipotesis Alternatif:
Minimal salah satu dari tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan
keluarga dan teman, akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan jumlah
pendapatan merupakan faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bidang keilmuan
Penelitian ini diharapkan dijadikan masukan dan dasar bagi
penelitian selanjutnya.
2. Bidang Praktis
Hasil penelitian ini dapat berguna pada program kesehatan dan
edukasi bagi masyarakat tentang faktor yang memengaruhi perilaku
penyalahgunaan minuman beralkohol. Sehingga angka kejadian penyalahgunaan
alkohol dapat menurun seiring meningkatnya pengetahuan dan penerapan tentang
pencegahan timbulnya faktor-faktor yang memengaruhi penyalahgunaan alkohol.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan.21
Teori tentang yang dikemukakan oleh Icek Ajzen adalah theory of
planned behavior (TPB). Teori ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan
kognitif dan rasional yang hasilnya adalah sebuah perilaku. Proses tersebut terdiri
dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku.
Teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain adalah:
A. Sikap terdiri dari 2 komponen, yaitu:
1. Sikap afektif yang menggambarkan apakah seseorang menyukai
atau tidak menyukai suatu perilaku.
2. Instrumental yang menggambarkan kepercayaan seseorang
tentang baik atau buruk konsekuensi dari suatu perilaku.
B. Norma subjektif terdiri 2 komponen, yaitu:
1. Injunctive yang menggambarkan perilaku yang diterima oleh
orang-orang di sekitar.
2. Deskriptif yang menggambarkan perilaku yang dilakukan oleh
orang-orang di sekitar.
C. Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari 2 komponen, yaitu:
-
7
1. Persepsi kemampuan pengendalian yang menggambarkan
sejauh apa seseorang memiliki akses untuk mengendalikan
perilaku.
2. Persepsi kekuatan yang menggambarkan bagaimana seseorang
memandang kemampuan dirinya untuk berperilaku dalam
situasi tertentu.
Sikap dan norma subjektif dapat menimbulkan keinginan berperilaku
atau niat berperilaku pada seseorang. Niat berperilaku inilah yang akan
menentukan perilaku seseorang. Tetapi faktor persepsi pengendalian perilaku
dapat memengaruhi keinginan berperilaku atau bahkan langsung memengaruhi
perilaku seseorang. 22, 23
Berikut diagram dari theory of planned behavior:
Gambar. 2.1 Diagram Theory of Planned Behavior
2.2 Penyalahgunaan Alkohol
2.2.1 Terminologi
Minuman beralkohol (etil alkohol atau etanol) merupakan hasil
fermentasi dan distilasi dari produk-produk agrikultur. Etanol meningkatkan
aktivitas inhibitori yang dimediasi oleh reseptor GABA-A. Tetapi etanol
Sikap
Norma Subjektif
Persepsi
Pengendalian
Kepercayaan
Perilaku Niat
Kepercayaan Perilaku
Kepercayaan
Normatif
Kepercayaan
Pengendalian
-
8
menurunkan aktivitas eksitatori yang dimediasi oleh reseptor glutamat, terutama
reseptor NMDA. Dua mekanisme tersebut menjelaskan efek yang ditimbulkan
pada saat intoksikasi etanol, yaitu efek sedatif dan efek yang mengganggu
memori. Selain berperan dalam efek akut etanol, reseptor GABA-A juga berperan
dalam efek toleransi dan ketergantungan etanol, serta perilaku minum etanol.
Sedangkan efek penguatan yang disebabkan oleh etanol kemungkinan
berhubungan dengan meningkatnya firing rate dari neuron dopamin di ventral
tegmental area (VTA) dan pelepasan dopamin di nucleus accumbens.24
Penyalahgunaan (abuse) adalah pola minum minuman beralkohol yang
maladaptif sehingga menyebabkan satu atau lebih manifestasi klinis tetapi tidak
memenuhi kriteria ketergantungan alkohol.9 Kriteria diagnosis penyalahgunaan
zat menurut DSM IV dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Penyalahgunaan Zat (DSM IV)
A. Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yng bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 1 (satu) atau lebih hal-
hal berikut yang terjadi dalam periode 12 bulan:
1. Penggunaan berulang zat menyebabkan kegagalan memenuhi tugas utama
ditempat kerja, sekolah atau dirumah.
2. Berulangkali menggunakan zat dalam situasi yang membahayakan fisik.
3. Berulangkali berurusan dengan hukum karena penggunaan zat.
4. Meneruskan penggunaan zat meskipun tetap atau berulang memiliki masalah
sosial atau interpersonal disebabkan atau kambuhnya efek-efek zat.
B.Gejala-gejalanya tidak memenuhi kriteria diagnosis ketergantungan zat yang
-
9
digunakan.
Ketergantungan (dependence) terdiri dari ketergantungan perilaku dan
ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku berkaitan dengan aktivitas
mencari-cari zat (substance seeking behavior) dan pola minum yang patologis.
Sedangkan ketergantungan fisik berkaitan dengan efek fisik yang timbul setelah
minum minuman beralkohol yang berulang. Gejala toleransi dan putus juga dapat
dilihat pada tahap ketergantungan. Kriteria diagnosis untuk ketergantungan
minuman beralkohol dapat berasal dari DSM IV dan ICD-10.9, 24
Berikut kriteria
diagnosis ketergantungan alkohol menurut DSM IV:
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Ketergantungan Alkohol (DSM IV)
Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih hal-
hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
1. Toleransi, yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang
diharapkan atau mencapai intoksikasi.
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan terus-menerus dengan
jumlah yang sama.
2. Putus zat, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a. Sindroma putus khas untuk zat penyebab (Kriteria A dan B dari gejala
putus zat).
b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau
menghindari gejala-gejala putus.
-
10
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau
lewat dari batas waktu pemakaiannya.
4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau
mengendalikan pemakaian zat.
5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk kebutuhan
mendapatkan zat.
6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi
dilalaikan atau dikurangi karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa
masalah-masalah fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan
oleh penggunaan zat.
Tentukan jika:
1. Dengan ketergantungan fisiologis: terbukti adanya toleransi atau putus.
2. Tanpa ketergantungan fisiologis: tidak terbukti adanya toleransi atau
putus.
Tentukan perlangsungannya:
1. Remisi dini penuh
2. Remisi dini parsial
3. Remisi penuh menetap
4. Remisi parsial menetap
5. Dalam terapi agonis
6. Dalam lingkungan yang diatur
-
11
Toleransi (tolerance) adalah keadaan ketika seseorang sudah berulang
kali minum minuman beralkohol dan dengan jumlah minuman beralkohol yang
sama tidak memberikan efek sebesar sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan
seseorang perlu menambah jumlah/dosis minuman beralkohol dari sebelumnya
untuk mendapatkan efek yang diharapkan.9 Kriteria diagnosis toleransi dapat
dilihat pada tabel 1.2.
Putus zat (withdrawal) adalah sekumpulan gejala-gejala spesifik zat
yang disebabkan oleh berhentinya (atau menurunnya) minum minuman
beralkohol setelah seseorang meminumnya dalam waktu lama dan berat dan
gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis atau gangguan mental
lainnya.9 Kriteria diagnosis gejala putus alkohol menurut DSM IV dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Diagnosis Gejala Putus Alkohol (DSM IV)
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat.
B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang dalam beberapa jam
sampai beberapa hari setelah kriteria A:
(1) hiperaktifitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan denyut nadi
lebih dari 100)
(2) peningkatan tremor tangan
(3) insomnia
(4) mual atau muntah
(5) halusinasi atau ilusi lihat, raba, atau dengar yang transien
(6) agitasi psikomotor
-
12
(7) kecemasan
(8) kejang grand mal
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Sebutkan jika: Dengan gangguan persepsi
Intoksikasi atau mabuk adalah sekumpulan gejala akut yang bersifat
reversibel karena minum minuman beralkohol yang berlebihan. Gejala-gejala
intoksikasi dapat menyebabkan perilaku maladaptif atau perubahan psikologis
yang tidak disebabkan oleh kondisi medis atau gangguan mental lainnya.9 Kriteria
diagnosis gejala intoksikasi alkohol menurut DSM IV dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.4 Kriteria Diagnosis Intoksikasi Alkohol (DSM IV)
A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama, atau segera
setelah, pemakaian alkohol:
(1) bicara cadel
(2) inkoordinasi
(3) gaya berjalan tidak mantap
(4) nistagmus
(5) gangguan atensi atau daya ingat
-
13
(6) stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
2.2.2 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekurang-
kurangnya terdapat 15,3 juta orang di dunia menyalahgunakan NAPZA.1 Di
Indonesia, jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional),
jumlah penyalahguna narkoba yang berusia 10 59 tahun di Indonesia mencapai
angka 1,9% di tahun 2008 dan 2,2% di tahun 2011. Diproyeksikan akan mencapai
2,6% di tahun 2013.2
Di Indonesia, angka prevalensi perilaku minum minuman beralkohol 12
bulan terakhir mencapai angka 4,6% dan 1 bulan terakhir mencapai 3%.3
Sedangkan di Jawa Barat, prevalensi perilaku minum minuman beralkohol hanya
mencapai 2,6% untuk 12 bulan terakhir dan 1,3% untuk 1 bulan terakhir.4 Angka
kematian akibat penyalahgunaan alkohol mencapai angka 2,5 juta jiwa per tahun.1
Prevalensi tertinggi nasional yang dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendidikan adalah penduduk yang telah tamat SMA, yaitu 6,0%.3 Selain itu,
prevalensi tertinggi perilaku minum minuman beralkohol di Sumedang dimiliki
oleh penduduk dengan usia 15-24 tahun, yaitu 5,0% untuk 12 bulan terakhir dan
2,7% untuk 1 bulan terakhir.4
-
14
2.2.3 Klasifikasi Minuman Beralkohol
Menurut Keputusan Presiden RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman Beralkohol, minuman beralkohol diklasifikasikan
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Golongan A mengandung kadar alkohol antara 1% sampai dengan 5%. Contoh
minuman keras ini adalah bir.
2. Golongan B mengandung kadar alkohol antara 5% sampai dengan 20%.
Contohnya adalah anggur Malaga.
3. Golongan C mengandung kadar alkohol antara 20% sampai dengan 50%. Yang
termasuk jenis ini adalah brandy, vodka, wine, rum, champagne, dan whiskey.25
2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
A. Faktor Usia
Kelompok usia dengan jumlah peminum minuman beralkohol di
Indonesia yang terbanyak adalah antara 25-34 tahun. Sedangkan pada kelompok
usia 15-24 tahun terjadi peningkatan angka yang signifikan dari kelompok usia
sebelumnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kelompok usia 15-24 tahun
merupakan kelompok usia yang paling banyak jumlah orang yang mulai minum
minuman beralkohol.3 Rentang usia ini termasuk ke dalam usia remaja (15-20
tahun) dan dewasa awal (20-24 tahun). Di antara usia remaja dan usia dewasa
awal terdapat masa transisi (17-22 tahun). Faktor usia berhubungan dengan angka
perilaku minum minuman beralkohol karena dipengaruhi oleh psikologi
perkembangan manusia yang berbeda-beda di setiap tahapan usia.
-
15
Sedangkan pada kelompok usia 35 tahun ke atas, angka minum
minuman beralkohol mulai menurun. Hal tersebut menunjukkan pada kelompok
usia tersebut, orang-orang sudah mulai berhenti untuk minum minuman
beralkohol. Pada usia diatas 35 tahun, kondisi fisik orang-orang cenderung
menurun. Penyalahgunaan minuman beralkohol hanya akan memperparah
keadaan tersebut. Sehingga secara tidak, faktor usia memengaruhi perilaku minum
minuman beralkohol.12, 15, 18-20
B. Faktor Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak jumlah laki-laki
yang menyalahgunakan minuman beralkohol dibanding dengan jumlah
perempuan.15, 19, 20, 26
Faktor jenis kelamin dipengaruhi oleh perbedaan keadaan
psikologis dan genetik pada laki-laki dan perempuan. Sehingga, berpengaruh pula
terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.
C. Faktor Ras
Di Amerika, penyalahgunaan minuman beralkohol lebih tinggi
prevalensinya pada penduduk dengan ras kulit putih yang bukan hispanik. Setelah
dianalisis, terdapat korelasi antara tingginya jumlah penyalahgunaan minuman
beralkohol dengan ras kulit putih.13, 15
Sedangkan di Indonesia, dapat dilihat di
laporan Riskesdas 2007, bahwa prevalensi penyalahgunaan minuman beralkohol
di setiap provinsi berbeda-beda. Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara
dan Gorontalo memiliki prevalensi perilaku minum alkohol di atas prevalensi
nasional.3
-
16
Diduga hal ini terjadi karena perbedaan aspek religius dan lingkungan
sosial dan budaya dari orang dengan ras yang berbeda. Lingkungan sosial dan
budaya yang cenderung menerima atau menganggap normal penyalahgunaan
minuman beralkohol, memiliki prevalensi yang lebih tinggi.18
Selain itu, ras yang
berbeda memiliki gen yang berbeda pula. Oleh karena itu, beberapa ras rentan
untuk menyalahgunakan minuman beralkohol.11
D. Faktor Psikoanalitik
Kepribadian orang yang berbeda-beda dapat menentukan apakah
seseorang rentan untuk berperilaku atau tidak. Pada perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol, kepribadian yang berhubungan antara lain, pemalu,
terisolasi, tidak sabar, iritabel, hipersensitif, penuh kecemasan, dan berani
mengambil resiko.9, 15
Beberapa orang menyalahgunakan minuman beralkohol
untuk menurunkan ketegangan, kecemasan dan meningkatkan percaya diri.12, 13
E. Faktor Akses Untuk Mendapatkan Alkohol
Kemudahan akses berkaitan erat dengan paparan minuman beralkohol
pada seseorang. Seseorang yang sering berinteraksi dengan teman yang minum
minuman beralkohol atau di tempat/acara yang menyuguhkan minuman
beralkohol, akan lebih mudah untuk mengakses minuman beralkohol.9 Sehingga,
semakin sering seseorang terpapar dengan minuman beralkohol, semakin mudah
seseorang untuk mengakses/mendapatkan minuman beralkohol, semakin mudah
pula seseorang berperilaku penyalahgunaan minuman beralkohol.
-
17
F. Faktor Sosial, Kultural dan Agama
Faktor sosial dan kultural yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
penyalahgunaan minuman beralkohol ialah lingkungan teman dan keluarga.20
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa apabila lingkungan teman dan
keluarga menerima seseorang untuk melakukan penyalahgunaan minuman
beralkohol, maka seseorang cenderung mengikuti perilaku tersebut.14
Faktor ini
berkaitan dengan faktor yang memengaruhi perilaku seseorang dalam theory of
planned behavior, yaitu norma subjektif. Apabila seseorang merasa dirinya yang
berperilaku minum minuman beralkohol dapat diterima di lingkungan keluarga
atau teman, maka orang tersebut cenderung akan berperilaku seperti itu.18
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketaatan
beragama seseorang, semakin rendah angka penyalahgunaan minuman
beralkohol.19
Selain itu, terdapat agama yang melarang minum minuman
beralkohol dan yang tidak melarang.
G. Faktor Perilaku dan Pelajaran
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
perilaku minum minuman beralkohol di keluarga dengan perilaku minum
minuman beralkohol pada seseorang.9, 20
Apabila terdapat kebiasaan minum
minuman beralkohol di dalam keluarga, maka seseorang cenderung akan
mengikuti keluarganya.10
Hal tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran
seseorang karena paparan perilaku orang-orang di sekitarnya yang berulang.14
Selain itu, terdapat aspek pendorong positif dari alkohol, yaitu efek euphoria,
perasaan sehat, serta menurunkan rasa takut dan cemas.
-
18
H. Faktor Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang tentang minuman beralkohol
berpengaruh secara tidak langsung dengan perilaku penyalahgunaan minuman
beralkohol.15
Tingkat pengetahuan dapat mengubah sikap seseorang terhadap
suatu perilaku. Orang-orang yang mengetahui bahaya perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol, akan menilai bahwa konsekuensi perilaku tersebut adalah
buruk. Perubahan sikap tersebut dapat menghambat seseorang untuk berperilaku.
I. Faktor Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang dapat memberikan seseorang
kekuatan/kekuasaan untuk berperilaku.18, 26
Karena minuman beralkohol itu
cenderung tidak murah dan bukan merupakan kebutuhan pokok sebagian besar
masyarakat, sehingga orang yang memiliki kekuatan untuk membeli minuman
beralkohol adalah orang-orang yang berpenghasilan berlebih.
J. Faktor Genetik
Genetik juga berperan dalam perilaku penyalahgunaan minuman
beralkohol. Terdapat gen yang dapat membuat seseorang lebih rentan untuk
menyalahgunakan minuman beralkohol. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
apabila seseorang memiliki saudara tingkat pertama yang mengonsumsi alkohol,
maka orang tersebut beresiko memiliki gangguan yang berhubungan dengan
alkohol tiga sampai empat kali lebih besar daripada orang yang tidak memiliki
saudara tingkat pertama yang mengonsumsi alkohol.9 Hal ini dibuktikan dalam
penelitian lain yang membandingkan kode genetik orang-orang yang cenderung
rentan dengan orang-orang yang tidak rentan.11
-
19
2.3 Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka
yang sedang belajar di perguruan tinggi.21
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan bertindak.
2.3.1 Sifat, Peran dan Fungsi Mahasiswa
Mahasiswa memiliki sifat pemuda yang memiliki hati nurani yang bersih
dan semangat yang membara. Mahasiswa memiliki tingkat intelektual dan
idealisme yang tinggi. Masa-masa menjadi mahasiswa merupakan masa
mempersiapkan diri masing-masing untuk menjadi generasi penerus bangsa.
Mahasiswa memiliki beberapa peran yaitu:
a. Mahasiswa sebagai Iron Stock. Mahasiswa sebagai aset sumber
daya manusia kampus dalam melaksanakan kegiatan kemahasiswaan dan
akademik supaya memiliki akhlak yang mulia dan kepribadian yang tangguh.
b. Mahasiswa sebagai Guardian of Value. Peran ini berkaitan dengan
sifat mahasiswa yang memiliki idealisme dan intelektual yang tinggi. Mahasiswa
dapat menjadi penyampai dan penjaga nilai-nilai kebenaran berdasarkan watak
ilmiah. Watak ilmiah ini berasal dari ilmu-ilmu yang didapatkan dan kemudian
diterapkan serta dijaga.
c. Mahasiswa sebagai Agent of Change. Mahasiswa sebagai agen dari
suatu perubahan. Terdapat dua pandangan tentang perubahan di tatanan kehidupan
bermasyarakat, yaitu perubahan dipengaruhi oleh hal-hal yang materialistik dan
perubahan dipengaruhi oleh ideologi atau nilai. Mahasiswa yang cenderung
memiliki idealisme tinggi dan menjaga nilai-nilai, merupakan golongan yang
-
20
diharapkan menjadi penerus generasi masa kini dan melakukan perubahan pada
bangsa ini ke arah yang lebih baik.27
Tugas mahasiswa dalam bermasyarakat adalah mempersiapkan diri untuk
menjadi manusia berkualitas yang nantinya dapat menjadi generasi penerus
bangsa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, mahasiswa
juga bertugas dalam bidang akademik. Mahasiswa dituntut untuk mencari ilmu
sebanyak-banyaknya dan belajar sebaik-baiknya untuk memajukan ilmu
pengetahuan.27
2.3.2 Perkembangan Psikologis Mahasiswa
Di Indonesia, rata-rata usia mahasiswa adalah 17-22 tahun. Usia 17-22
tahun merupakan periode transisional dari masa remaja ke masa dewasa awal.
Pada masa remaja akhir seseorang mulai meninggalkan rumah dan mulai mandiri.
Masa remaja akhir merupakan saat dimana seseorang cenderung mengeksplorasi
keinginan mereka dan mulai sanggup untuk memimpin suatu kelompok. Interaksi
dengan teman adalah hal yang utama pada masa ini juga mulai menyeimbangkan
interaksinya dengan keluarga.9
Pada periode transisional, terjadi perkembangan biologis yang
memuncak, penerimaan peranan sosial yang besar dan perubahan diri serta
struktur hidup. Periode transisional melibatkan peristiwa-peristiwa penting seperti
masuk perguruan tinggi sampai lulus dari perguruan tinggi. Proses terjadi
penurunan ketergantungan terhadap keluarga dan mulai menjadi bagian dari
masyarakat juga terjadi pada periode ini. Yang berpengaruh pada masa ini tidak
lagi ideologi orang tua, tetapi ideologi diri sendiri yang mengandung nilai dan
-
21
etika. Periode transisional harus dilewati dengan sebaik-baiknya karena periode
ini merupakan saat dimana seseorang menstabilkan diri. Sehingga apabila
seseorang menstabilkan diri dalam keadaan tidak baik, maka akan sulit untuk
diubah kembali.9
Pada fase awal masa dewasa, hal yang paling penting adalah memilih
teman dan memulai suatu keluarga karena seseorang yang pada mulanya
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, berangsur-angsur berfungsi secara mandiri
sehingga lebih dipengaruhi oleh lingkungan teman. Pada masa ini juga individu
mulai melihat dirinya sebagai seorang yang independen dan merupakan bagian
dari masyarakat.9
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat faktor faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol10-20
,
dijelaskan pada bagan berikut:
Gambar 2.2 Diagram Faktor-Faktor pada Penelitian Sebelumnya
Tingkat
pengetahuan
Pengaruh dari
keluarga
Jenis kelamin
Ras
Keadaan psikologis
Pengaruh dari teman
Akses untuk
mendapatkan
alkohol
Jumlah pendapatan
Agama
Perilaku
Penyalahgunaan
Minuman
Beralkohol
-
22
Setelah menentukan faktor-faktor yang dapat dianalisis, maka
didapatkan beberapa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun bagan dari
konsep penelitian ini yang telah disesuaikan dengan theory of planned behavior
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran
Persepsi Pengendalian
Kepercayaan:
Akses untuk mendapatkan alkohol
Jumlah pendapatan
Norma subjektif:
Di lingkungan keluarga
Di lingkungan teman
Sikap:
Tingkat pengetahuan
Perilaku
Penyalahgunaan
Minuman
Beralkohol
-
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 di Universitas Padjadjaran.
3.1.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini didapat dengan cara consecutive sampling. Sampel
penelitian yang termasuk kelompok kasus dicari terlebih dahulu. Kemudian akan
dicari kelompok kontrol dengan mencocokkan dengan kelompok kasus (dilakukan
matching). Pada penelitian ini, besar sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Rule of Thumb. Besar sampel adalah 10 kali jumlah variabel independen
yang diteliti. Karena pada penelitian terdapat lima variabel independen, maka
besar sampel adalah sebanyak 50 subjek untuk kasus dan 50 subjek untuk kontrol.
Kemudian ditambah nilai error tolerance 30%.28
Sehingga total minimal
sampelnya adalah 130 orang.
3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
1. Mahasiswa sarjana (S1) aktif di Universitas Padjadjaran pada tahun
2014.
2. Mahasiswa yang bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian.
-
24
3. Mahasiswa yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol selama
12 bulan yang lalu (kasus) dan tidak memiliki riwayat
penyalahgunaan alkohol selama 12 bulan yang lalu (kontrol).
Kriteria eksklusi:
1. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner yang dibutuhkan untuk
penelitian dengan lengkap.
2. Mahasiswa yang menyatakan mengundurkan diri dari penelitian.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen:
1. Perilaku penyalahgunaan alkohol
Variabel Independen:
1. Tingkat pengetahuan
2. Norma subjektif di keluarga
3. Norma subjektif di lingkungan teman
4. Akses untuk mendapatkan minuman beralkohol
5. Jumlah pendapatan
Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman, maka variabel - variabel
yang terkait dalam penelitian ini dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi
Operasional
Prosedur Kriteria Skala
1 Perilaku
penyalah-
gunaan
alkohol
Sesuai dengan
kriteria diagnosis
ICD-10 atau DSM
IV
Dengan kuesioner
AUDIT (Alcohol
Use Disorder
Identification
Test)
1. Ya
2. Tidak
Nominal
-
25
No Variabel Definisi
Operasional
Prosedur Kriteria Skala
2 Tingkat
pengeta-
huan
Pengetahuan
tentang bahaya
penyalahgunaan
alkohol
Dengan kuesioner
tingkat
pengetahuan
1. Tinggi
2. Rendah
Nominal
3 Norma
subjektif di
lingkungan
keluarga
Kepercayaan
tentang
penerimaan
keluarga atas
perilaku
penyalahgunaan
alkohol
Dengan kuesioner
lingkungan
keluarga
1. Diterima
2. Ditolak
Nominal
4 Norma
subjektif di
lingkungan
teman
Kepercayaan
tentang
penerimaan teman
atas perilaku
penyalahgunaan
alkohol
Dengan kuesioner
lingkungan teman
1. Diterima
2. Ditolak
Nominal
5 Akses
untuk
mendapat-
kan
minuman
beralkohol
Tingkat
kemudahan untuk
mendapatkan
alkohol
Dengan kuesioner
akses untuk
mendapatkan
minuman
beralkohol
1. Mudah
2. Sulit
Nominal
6 Tingkat
pendapatan
Jumlah uang yang
didapatkan setiap
bulan
Dengan kuesioner
pendapatan
1. Tinggi
2. Rendah
Nominal
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol. Kelompok kontrol
adalah kelompok mahasiswa yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol
selama 12 bulan lalu. Sedangkan kelompok kontrol adalah mahasiswa yang tidak
memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol selama 12 bulan lalu. Data yang
digunakan merupakan data primer yang didapat dari pengisian kuesioner oleh
subjek penelitian.
-
26
3.5 Material dan Instrumen penelitian
Lembar kuesioner penelitian yang terdiri dari:
1. AUDIT (Alcohol Use Disorder Identification Test) yang merupakan
kuesioner untuk mengidentifikasi apakah terdapat perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol atau tidak. Hal tersebut dapat ditandai dengan pola minum
yang berlebihan sehingga dapat berefek merusak. AUDIT dikembangkan oleh
World Health Organization (WHO) menjadi alat ukur yang mudah tetapi
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.29
Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa sensitivitas AUDIT mencapai 85% dan spesifisitasnya mencapai 91%
dengan skoring minimal 10 untuk dikatakan menyalahgunakan minuman
beralkohol. Selain itu, penelitian tersebut mengatakan tingkat kebenaran AUDIT
mencapai 90%.30-32
2. Kuesioner tingkat pengetahuan akan mengukur tingkat pengetahuan
responden tentang alkohol, terutama tentang bahaya alkohol. Sehingga dapat
dinilai apakah responden tahu konsekuensi dari perilaku penyalahgunaan
minuman beralkohol. Selain itu, kuesioner ini juga untuk menilai pandangan
mereka tentang efek yang ditimbulkan karena perilaku penyalahgunaan minuman
beralkohol (baik/buruk).
3. Kuesioner norma subjektif di lingkungan keluarga akan mengukur
pandangan orang tua responden tentang perilaku penyalahgunaan minuman
beralkohol dari sudut pandang responden. Selain itu, kuesioner ini juga akan
menanyakan apakah terdapat perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol di
keluarga atau tidak. Sehingga dapat dinilai apakah perilaku penyalahgunaan
-
27
minuman beralkohol dapat diterima atau tidak di lingkungan keluarga responden
menurut responden.
4. Kuesioner norma subjektif di lingkungan teman akan mengukur
pandangan teman-teman responden tentang perilaku penyalahgunaan minuman
beralkohol dari sudut pandang responden. Selain itu, kuesioner ini juga akan
menanyakan apakah terdapat perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol di
lingkungan teman atau tidak. Sehingga dapat dinilai apakah perilaku
penyalahgunaan minuman beralkohol dapat diterima atau tidak di lingkungan
teman responden menurut responden.
5. Kuesioner akses untuk mendapatkan minuman beralkohol akan
mengukur tingkat kemudahan responden untuk mendapatkan minuman
beralkohol. Seberapa sering responden terpapar oleh minuman beralkohol juga
akan diukur, seperti seberapa sering responden datang ke tempat-tempat atau
acara-acara yang menyediakan minuman beralkohol. Karena semakin sering
responden terpapar oleh minuman beralkohol, maka semakin mudah responden
untuk mendapatkan minuman beralkohol.
6. Kuesioner tingkat pendapatan akan mengukur tingkat pendapatan
responden per bulan.Sehingga dapat dinilai apakah responden mampu atau tidak
mampu membeli minuman beralkohol.
Sebelum digunakan pada penelitian ini, semua kuesioner akan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperbaiki pemilihan katanya jika
perlu. Kemudian akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
-
28
3.6 Prosedur Penelitian
1. Mengajukan proposal penelitian
2. Uji kelayakan etik
3. Permohonan izin penelitian
4. Persiapan Penelitian :
a. Menentukan subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Menentukan jumlah sampel.
c. Mencari enumerator di setiap fakultas di Universitas Padjadjaran
untuk membantu menyebarkan kuesioner.
d. Membuat kuesioner
e. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
f. Memberikan pengarahan kepada enumerator dari setiap fakultas di
Universitas Padjadjaran.
g. Mendapatkan subjek penelitian yang termasuk ke dalam kelompok
kasus.
h. Mendapatkan subjek penelitian yang termasuk ke dalam kelompok
kontrol dengan metode matching.
5. Prosedur pengambilan data :
a. Subjek penelitian diminta untuk menandatangani lembar informed
consent
b. Subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner.
6. Analisis data penelitian
7. Penyajian hasil penelitian
-
29
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di Kampus Universitas Padjadjaran di
Jatinangor dan di Bandung.
Waktu penelitian:
Tabel 3.2 Tabel Alur Waktu Penelitian
Kegiatan
Bulan (2014)
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
Penyusunan proposal
Pembuatan dan uji kuesioner
Pengambilan data
Analisis data
Penulisan laporan
3.8 Analisis Penelitian
Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis menggunakan
program SPSS versi 15, yang meliputi:
1. Analisis Bivariat (chi-square)
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kontrol. Desain
tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol, yaitu
tingkat pengetahuan, norma subjektif di lingkungan keluarga dan lingkungan
teman, akses untuk mendapatkan minuman beralkohol dan tingkat pendapatan.
Hubungan sebab akibat desain penelitian kasus kontrol lebih kuat dibandingkan
dengan studi potong lintang. Kasus kontrol membutuhkan jumlah sampel yang
-
30
lebih kecil dibandingkan studi kohort dan membutuhkan waktu yang lebih singkat
dalam pelaksanaannya. Dibandingkan dengan studi eksperimental, studi kasus
kontrol memiliki resiko yang minimal dan dari sisi etika lebih memungkinkan
untuk dilakukan.
Uji signifikansi pada penelitian ini menggunakan uji parametrik Chi-
square jika memenuhi syarat dengan tampilan tabel 2 x 2.Jika tidak memenuhi
syarat, maka uji signifikansi alternatif yang digunakan adalah uji Fisher. Hasil
yang akan dianalisis adalah nilai p. jika nilai p < 0.05 menunjukkan hasil
signifikan, sedangkan nilai p > 0.05 menunjukkan hasil tidak signifikan.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui besar risiko (Odds
Ratio/OR) variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil interpretasi
nilai OR adalah sebagai berikut :
a. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI tidak mencakup nilai 1,
menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor yang berpengaruh.
b. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI mencakup nilai 1, menunjukkan
bahwa variabel yang diteliti bukan merupakan faktor yang berpengaruh.
2. Analisis Multivariat (regresi logistik)
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen, dan dilakukan interpretasi variabel
independen mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel
dependen, dengan menggunakan uji regresi logistik. Penelitian ini menggunakan
uji regresi logistik karena skala variabel penelitian adalah nominal/kategorikal.
Langkahpertama yang dilakukan pada uji regresi logistik adalah memilih variabel
-
31
independen yang memiliki nilai p < 0,25 pada analisis bivariat. Kemudian variabel
bebas yang telah terpilih tersebut diikutkan dalam analisis multivariat. Pada
penelitian ini, digunakan analisis multivariat dengan metode backward. Pada
metode backward, perangkat lunak secara otomatis akan memasukkan semua
variabel yang terseleksi untuk dimasukkan ke dalam multivariat. Secara bertahap,
variabel yang bermakna lemah akan dikeluarkan dari analisis. Proses akan
berhenti sampai tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis.
3.9 Etika Penelitian
A. Non-Maleficence
Penelitian ini memiliki resiko yang minimal, yaitu akan menyita waktu
responden selama 10-15 menit untuk mengisi kuesioner.
B. Beneficence
Penelitian ini bermanfaat bagi pembuatan program kesehatan dan
memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol dan dapat menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi
referensi penelitian lain.
C. Justice
Penelitian ini akan memperlakukan semua responden sama, tanpa
membedakan suku, agama ataupun ras.
D. Autonomy
Responden berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela.
Responden berhak mengikuti, menolak atau membatalkan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
-
32
3.10 Dummy Table
Hasil data yang telah dianalisis dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Products and Solution Services), akan disajikan dalam bentuk Dummy
Table. Berikut gambaran Dummy Table berdasarkan masing-masing variabel:
Tabel 3.3 Dummy Table Analisis Chi-square Tingkat Pengetahuan terhadap
Perilaku Penyalahgunaan Alkohol
Variabel Kasus
f (%)
Kontrol
f (%)
OR 95% CI P
Tingkat
Pengetahuan
Tinggi
Rendah
Total
Tabel 3.4 Dummy Table Analisis Chi-square Norma Subjektif di Lingkungan
Keluarga terhadap Perilaku Penyalahgunaan Alkohol
Variabel Kasus
f (%)
Kontrol
f (%)
OR 95% CI P
Norma
Subjektif di
Lingkungan
Keluarga
Diterima
Ditolak
Total
-
33
Tabel 3.5 Dummy Table Analisis Chi-square Norma Subjektif di Lingkungan
Teman terhadap Perilaku Penyalahgunaan Alkohol
Variabel Kasus
f (%)
Kontrol
f (%)
OR 95% CI P
Norma
Subjektif di
Lingkungan
Teman
Diterima
Ditolak
Total
Tabel 3.5 Dummy Table Analisis Chi-square Akses terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Alkohol
Variabel Kasus
f (%)
Kontrol
f (%)
OR 95% CI P
Akses
Mudah
Sulit
Total
Tabel 3.6 Dummy Table Analisis Chi-square Pendapatan terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Alkohol
Variabel Kasus
f (%)
Kontrol
f (%)
OR 95% CI P
Pendapatan
Tinggi
Rendah
Total
-
34
Tabel 3.7 Dummy Table Analisis Regresi Logistik
Variabel p (Sig.) OR
Adjusted 95% CI
Tahap 1
Tingkat pengetahuan
Norma subjektif di
lingkungan teman
Pendapatan
Konstanta
Tahap 2
Tingkat Pengetahuan
Norma subjektif di
lingkungan keluarga
Akses untuk mendapatkan
minuman beralkohol
Konstanta
-
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Organization WH. Global status report on alcohol and health. Geneva
2010; Tersedia dari: http://www.who.int/substance_abuse/facts/en/.
2. Nasional BN. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba Di
Indonesia Tahun 2011. 2011.
3. Indonesia DKR. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2008.
4. RI DK. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
5. Ahmed HG. Survey on knowledge and attitudes related to the relation
between tobacco, alcohol abuse and cancer in the northern state of Sudan.
Asian Pac J Cancer Prev. 2013;14(4):2483-6.
6. Afzali S, Saleh A, Seif Rabiei MA, Taheri K. Frequency of alcohol and
substance abuse observed in drivers killed in traffic accidents in Hamadan,
Iran. Arch Iran Med. 2013 Apr;16(4):240-2.
7. Montoya ID. The pathology of alcohol use and abuse. Clin Lab Sci. 2013
Winter;26(1):15-22.
8. Swain NR, Gibb SJ, Horwood LJ, Fergusson DM. Alcohol and cannabis
abuse/dependence symptoms and life satisfaction in young adulthood.
Drug Alcohol Rev. 2012 May;31(3):327-33.
9. Kaplan HI, Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock's
comprehensive textbook of psychiatry: lippincott Williams & wilkins;
2009.
10. Merline A, Jager J, Schulenberg JE. Adolescent risk factors for adult
alcohol use and abuse: stability and change of predictive value across early
and middle adulthood. Addiction. 2008 May;103 Suppl 1:84-99.
11. Chen CC, Yin SJ. Alcohol abuse and related factors in Asia. Int Rev
Psychiatry. 2008 Oct;20(5):425-33.
12. McArdle P. Alcohol abuse in adolescents. Arch Dis Child. 2008
Jun;93(6):524-7.
13. Lo CC, Monge AN, Howell RJ, Cheng TC. The role of mental illness in
alcohol abuse and prescription drug misuse: gender-specific analysis of
college students. J Psychoactive Drugs. 2013 Jan-Mar;45(1):39-47.
14. Lee JO, Hill KG, Guttmannova K, Bailey JA, Hartigan LA, Hawkins JD,
dkk. The effects of general and alcohol-specific peer factors in
adolescence on trajectories of alcohol abuse disorder symptoms from 21 to
33 years. Drug Alcohol Depend. 2012 Mar 1;121(3):213-9.
15. Keller TE, Blakeslee JE, Lemon SC, Courtney ME. Subpopulations of
older foster youths with differential risk of diagnosis for alcohol abuse or
dependence. J Stud Alcohol Drugs. 2010 Nov;71(6):819-30.
-
36
16. Clark DB, Thatcher DL, Martin CS. Child abuse and other traumatic
experiences, alcohol use disorders, and health problems in adolescence and
young adulthood. J Pediatr Psychol. 2010 Jun;35(5):499-510.
17. Kathleen Holmes M, Bearden CE, Barguil M, Fonseca M, Serap Monkul
E, Nery FG, dkk. Conceptualizing impulsivity and risk taking in bipolar
disorder: importance of history of alcohol abuse. Bipolar Disord. 2009
Feb;11(1):33-40.
18. Caetano R, Ramisetty-Mikler S, Rodriguez LA. The Hispanic Americans
Baseline Alcohol Survey (HABLAS): the association between birthplace,
acculturation and alcohol abuse and dependence across Hispanic national
groups. Drug Alcohol Depend. 2009 Jan 1;99(1-3):215-21.
19. Ghandour LA, Karam EG, Maalouf WE. Lifetime alcohol use, abuse and
dependence among university students in Lebanon: exploring the role of
religiosity in different religious faiths. Addiction. 2009 Jun;104(6):940-8.
20. Park S, Kim H. Relationships between parental alcohol abuse and social
support, peer substance abuse risk and social support, and substance abuse
risk among South Korean adolescents. Adolescence. 2009
Spring;44(173):87-99.
21. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
22. Carmack CC, Lewis-Moss RK. Examining the theory of planned behavior
applied to condom use: the effect-indicator vs. causal-indicator models. J
Prim Prev. 2009 Nov;30(6):659-76.
23. Edberg MC. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial &
Perilaku: Jones & Bartlett Publishers; 2007.
24. Organization WH. Neuroscience of psychoactive substance use and
dependence: World Health Organization; 2004.
25. Martono LH, Joewana S. Peran Orang Tua Dalam Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka; 2006.
26. Miskulin M, Petrovic G, Miskulin I, Puntaric D, Milas J, Dahl D, dkk.
Prevalence and risk factors of alcohol abuse among university students
from eastern Croatia: questionnaire study. Coll Antropol. 2010
Dec;34(4):1315-22.
27. Purmana GY. Peran, Fungsi dan Posisi Mahasiswa. 2008; Tersedia dari:
http://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-
mahasiswa/.
28. Overall JE, Tonidandel S, Starbuck RR. Rule-of-thumb adjustment of
sample sizes to accommodate dropouts in a two-stage analysis of repeated
measurements. Int J Methods Psychiatr Res. 2006;15(1):1-11.
29. Organization WH. The alcohol Use disorders identification test.
Guidelines for use in primary care. Geneva: World Health Organization.
2001.
30. So K, Sung E. A Validation Study of the Brief Alcohol Use Disorder
Identification Test (AUDIT): A Brief Screening Tool Derived from the
AUDIT. Korean J Fam Med. 2013 Jan;34(1):11-8.
-
37
31. Johnson JA, Lee A, Vinson D, Seale JP. Use of AUDIT-based measures to
identify unhealthy alcohol use and alcohol dependence in primary care: a
validation study. Alcohol Clin Exp Res. 2013 Jan;37 Suppl 1:E253-9.
32. Cassidy CM, Schmitz N, Malla A. Validation of the alcohol use disorders
identification test and the drug abuse screening test in first episode
psychosis. Can J Psychiatry. 2008 Jan;53(1):26-33.