bab 1 dan 2.pdf lasron

Upload: rahmat-rizali

Post on 15-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara

    pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi

    relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di

    bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi

    relative suatu daerah.

    Dalam dunia pertambangan ilmu ukur tambang adalah ilmu yang sangat

    penting dipelajari karena berhubungan dengan konstruksi, eksplorasi dan

    eksploitasi dalam dunia pertambangan. llmu ukur tambang itu sendiri erat

    kaitannya dengan awal bukaan tambang. Alat yang dipakai pertama kali disebut

    diopter yang sekarang disebut theodolite yang memuat tentang orientasi

    pengukuran bawah tanah dengan menggunakan dua buah tali yang diberi unting-

    unting.

    Pada saat sekarang ilmu ukur tambang sudah mulai banyak dikembangkan

    dan sudah mulai menggunakan alat-alat yang modern dan canggih. Melihat

    pesatnya ilmu pengetahuan salah satunya adalah ilmu ukur tambang yang

    sekarang banyak dipelajari di perguruan tinggi dengan memadukan alat yang

    canggih serta berbagai macam software yang menunjang dalam memecahkan

    masalah yang menyangkut dalam aktifitas pertambangan.

    Survey dalam ilmu ukur tanah adalah sebuah teknik pengambilan data yang

    dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari suatu objek ke objek

    lainnya. Survey disini bertujuan untuk menggambarkan permukaan bumi yang

    menggunakan bentuk peta dengan skala tertentu dan detail-detail yang

    digambarkan bisa berupa keadaan alam seperti gunung, lembah, sungai, laut dan

    lainnya, bisa juga dari buatan manusia seperti jalan, jembatan, menara, kebun,

    ladang, sawah dan lain sebagainya yang bisa dalam posisi vertikal dan horizontal

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    yang tak hanya dalam pertambangan tetapi alam berbagai kebutuhan seperti untuk

    peta untuk pembuatan jalan, peta hidrologi, peta geologi dan lain sebagainya.

    Dalam pertambangan ilmu ini digunakan untuk keperluan eksplorasi

    batubara dan nikel untuk menyediakan informasi topografi yang berkaitan dengan

    kepentingan eksplorasi seakurat mungkin baik dari detail- detail topografi atau

    geologi dan informasi yang disajikan berupa outcrop atau singkapan bentuk detail

    alam dan untuk lahan yang akan digunakan dalam kegiatan pertambangan

    tersebut.

    1.2. Tujuan Praktikum

    Tujuan Ilmu Ukur Tambang dalam ilmu pertambangan dan rekayasa

    adalah:

    1. Mengetahui tentang ilmu ukur tambang.

    2. Mengetahui tentang survey tambang terbuka.

    3. Mengetahui tentang survey tambang bawah tanah.

    4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil survey.

    5. Mengetahui hasil simulasi perhitungan volume open pit dan volume disposal.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Survey

    Survey atau surveying didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan data

    yang berhubungan dengan pengukuran permukaan bumi dan digambarkan

    melalui peta atau digital. Sedangkan pengukuran didefinisikan peralatan dan

    metode yang berhubungan dengan kelangsungan survey tersebut. jadi,

    surveying adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengumpulan data.

    Mulai dari pengukuran permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi.

    2.1.1. Stake Out

    Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode stake out. Metode ini

    menempatkan posisi titik-titik di lapangan berdasarkan data koordinat teoritis.

    Pengukuran terikat pada titik-titik kontrol, hal ini bertujuan untuk menjaga agar

    titik-titik tersebut tidak melenceng terlalu jauh dangan koordinat teoritisnya.

    Pada pengukuran lintasan baru, penentuan titik dilakukan dengan menjadikan titik

    BM terdekat sebagai titik ikat. Pengukuran arah dan jarak patok didapat dari

    pembacaan pada ETS yang merupakan posisi dari stick prisma. Stick prisma

    ditempatkan pada posisi sesuai dengan koordinat teoritik.

    Selama pengukuran kita menggunakan tiga buah stick prisma, satu buah

    untuk back shoot, satu untuk fore shoot, dan satu untuk point shoot. Back shoot

    dan fore shoot dalam posisi diam sedangkan point shoot bergeser sesuai dengan

    titik-titik yang ingin diukur. Setelah itu posisi fore shoot dijadikan sebagai posisi

    ETS, atau biasa disebut dengan sentring paksa. Sedangkan posisi ETS sebelumnya

    dijadikan posisi back shoot.

    Data yang diambil adalah berupa jarak miring, karena dari jarak miring

    kita bisa memperoleh ketinggian. Dilakukan pengukuran azimuth matahari

    minimal sebanyak satu kali pada awal atau akhir pengukuran. Tujuan pengamatan

    azimuth adalah untuk mengontrol koreksi pengukuran pada hari itu.

    Stake out koordinat merupakan kegiatan utama di lapangan pada survey topografi.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    *Sumber : Mongabay.com, 2014

    Gambar 2.1.

    Geometri Stake Out Koordinat

    2.1.2. Kompas

    Kompas merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survey,

    dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi.

    *Sumber : Mongabay.com, 2014

    Gambar 2.2.

    Kompas Geologi

    Bagian-Bagian utama kompas geologi yang terpenting diantaranya adalah :

    a. Jarum magnet

    Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet

    bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari

    posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi

    berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    geografi yang benar maka graduated circle harus diputar. Penting sekali

    untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk

    mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru

    atau putih).

    b. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)

    Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu

    kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)

    sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan

    kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)

    dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W).

    c. Klinometer

    Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau

    kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan

    dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala.

    Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.

    Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat

    dipakai untuk mengukur besarnya sudut lereng.

    a. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi

    Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke

    tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukit,

    patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil

    pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :

    1) Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang

    2) Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan mata lembu) dan

    dipertahankan demikian selama pengamatan.

    3) Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan

    sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan.

    4) Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud

    tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis

    tengah dan garis tengah pada cermin.

    5) Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    b. Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian suatu titik

    Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai

    berikut :

    1) Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan

    ujungnya di tekuk 90o.

    2) Kompas dipegang dengan posisi skala klinometer harus di sebelah

    bawah.

    3) Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju.

    Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak

    antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.

    4) Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian

    belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam clinometer level

    berada tepat di tengah.

    5) Baca skala yang ditunjukkan klinometer. Satuan kemiringan dapat

    dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen.

    Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,

    misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua

    titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui.

    Dalam hal ini, ikutilah prosedur sebagai berikut :

    1) Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.

    2) Pegang kompas, gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehingga

    gelembung udara berada di tengah.

    3) Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan

    garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan

    dari garis lurus tersebut akan menembus permukaan tanah di depan

    pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah titik tembus ini.

    4) Beda tinggi antara pengamat berdiri dan titik tembus tadi sama dengan

    tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.

    5) Berpindahlah ke titik tembus tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di

    atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    c. Mengukur kedudukan bidang

    Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan,

    kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan

    jurus dan kemiringan atau dengan arah kemiringan dan kemiringan.

    Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengukur kedudukan

    struktur demikian di lapangan, dan cara mana yang paling baik tergantung

    dari selera masing-masing atau telah ditetapkan dan merupakan kebiasaan

    yang dilakukan oleh instansi tempat kita bekerja. Di sini hanya akan

    dikemukakan 3 (tiga) cara saja yang paling lazim dilakukan dan dapat

    dimengerti oleh setiap pemeta atau geologiawan.

    d. Membaca arah dan besarnya kemiringan

    Cara ini dapat diterapkan baik untuk kompas azimuth maupun

    kwadran. Pada dasarnya cara ini adalah mengukur arah dan besarnya

    kemiringan bidang. Artinya kemana arah kemiringannya dan berapa

    besarnya. Jurusnya tidak diukur, tetapi dapat diketahui dengan sendirinya

    yaitu tegak lurus pada arah kemiringan. Perbedaannya dengan kedua cara

    terdahulu adalah pencatatan dan plotting dalam peta.

    e. Mengukur kedudukan struktur garis

    Struktur garis yang dimaksud disini dapat berupa : poros lipatan,

    Perpotongan 2 bidang, liniasi mineral, garis-garis pada cermin sesar, liniasi

    fragmen pada breaksi dan sebagainya.

    Kedudukannya dinyatakan dengan arah dan besarnya penunjaman atau

    (plunge) dan pitch. Letakkan atau arahkan kompas dalam posisi

    horizontal sedemikian rupa sehingga salah satu sisinya berimpit dengan

    liniasi yang akan diukur dan sighting arm sejajar dengan arah garis,

    kemudian dibaca jarum utara. Cara mengukurnya, dapat dilakukan dengan

    meletakkan langsung kompas itu pada struktur yang diukur, atau sambil

    berdiri. Adapun penunjaman atau plunge adalah besarnya sudut yang dibuat

    oleh struktur garis tersebut dengan bidang horizontal diukur pada bidang

    vertikal melalui garis tersebut.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    Cara menentukan besarnya penunjaman atau plunge adalah dengan

    membaca klinometer pada saat kedudukan kompas vertikal dan sisinya

    diletakkan seluruhnya (jangan hanya ujungnya) pada garis yang diukur.

    2.1.3. GPS (Global Positioning System)

    GPS (Global Positioning System) merupakan metode penetuan posisi

    dengan menggunakan satelit GPS yang dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini

    sudah banyak digunakan baik dalam keperluan sipil maupun keperluan militer.

    Metode penetuan posisi dengan menggunakan GPS ini tidak tergantung oleh

    cuaca dan waktu pengamatan.

    *Sumber : Mongabay.com, 2014

    Gambar 2.3.

    GPS

    Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation

    Satellite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga

    segmen yaitu satelit, pengontrol, dan penerima/pengguna. Satelit GPS mengorbit

    bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinat pasti), seluruhnya

    berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah

    cadangan.

    a. Satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan

    oleh stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu

    berketelitian tinggi yang ditentukan dengan jam atomic di satelit dan

    memancarkan sinyal dan informasi secara kontinu ke pesawat penerima

    (receiver) dari pengguna.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    b. Pengontrol bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi

    baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan

    waktu, singkronisasi waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit.

    c. Penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk

    menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi dan

    ketinggian), arah, jarak dan waktu yang diperlukan oleh pengguna.

    Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak

    secara bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui)

    sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya

    membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara

    deefault posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu

    WGS 1984. Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi

    dua metode, yaitu metode absolut dan metode relatif.

    a. Metode absolut atau point positioning, menentukan posisi hanya berdasarkan

    pada 1 pesawat penerima (receiver) saja. Keteliatian posisi dalam beberapa

    meter dan umumnya hanya diperuntukkan bagi keperluan navigasi.

    b. Metode relatif atau differential positionong menentukan posisi dengan

    menggunakan lebih dari sebuah receiver. Satu GPS dipasang pada lokasi

    tetentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari satelit

    dalam jangka waktu tertentu dijadikan referensi bagi yang lainnya. Metode ini

    menghasilkan posisi berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan

    diaplikasikan untuk keperluan survey geodesi atau pemetaan yang

    memerlukan ketelitian tinggi.

    Adapun pengelompokan metode penentuan posisi dengan GPS

    berdasarkan mekanisme pengaplikasiannya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel

    2.1.).

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    Tabel 2.1. Metode Penentuan Posisi dengan GPS

    Metode Absolute

    (1 receiver)

    Differensial

    (min 2 receiver) Titik Receiver

    Static Diam Diam

    Kinematik Bergerak Bergerak

    Rapid static

    Diam Diam (singkat)

    Pseudeo

    kinematik Diam Diam dan bergerak

    Stop and go

    Diam Diam dan bergerak

    Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam penentuan posisi secara

    absolut adalah:

    a. Disebut juga metode point positioning karena penentuan posisi dapat

    dilakukan pertitik tanpa bergantung pada titik lainnya.

    b. Posisi ditentukan dalam WGS 84 terhadap besar masa bumi.

    c. Tipe receiver yang umum digunakan adalah tipe navigasi atau dinamakan tipe

    genggam (hand held).

    d. Titik yang ditentukan posisinya bisa dalam keadaan diam (static) atau

    bergerak (kinematik).

    e. Biasanya menggunakan data pseudorange.

    f. Ketelitian posisi yang diperoleh bergantung pada tingkat ketelitian data dan

    geometri satelit.

    g. Tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi.

    h. Aplikasi utama adalah untuk keperluan navigasi atau aplikasi yang

    memerlukan informasi posisi yang tidak teliti tapi tersedia secara real time.

    Sedangkan metode penentuan posisi statik (static positioning) adalah

    penentuan posisi dari titik yang statik (diam). Jadi penentuan posisi statik absolut

    merupakan penentuan posisi dengan GPS menggunakan metode absolut

    (mengggunakan 1 receiver) dengan posisi titik yang diamati dalam keadaan diam.

    Pada penentuan posisi dengan metode static absolute, beberapa hal yang

    perlu diperhatikan adalah :

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    a. Biasanya menggunakan beberapa epok dalam sekali pengamatan (misalnya

    beberapa jam atau lebih)

    b. Membutuhkan tipe receiver mapping atau geodetic

    c. Dapat menggunakan data peseudorange

    d. Akurasi dm sampai m

    e. Akurasi dipengaruhi utamanya oleh tipe data yang digunakan dan panjang

    data

    f. Dapat digunakan untuk pendirian stasiun kontrol sementara

    2.1.4. Azimuth

    Azimuth adalah besaran sudut yang dibuat oleh posisi horizontal teropong

    pada Theodolith dihitung dari arah Utara magnetis bumi yang telah dikoreksi

    dengan deklinasi tempat pengukuran (deklinasi telah diketahui sebelumnya).

    Penggambaran poligon dilakukan secara numerik (koordinat) maupun

    Azimuth garis, yaitu dengan :

    a. menentukan arah Utara dan sekala yang sesuai

    b. mengeplotkan absis dan ordinat dari tiap poligon disertai ketinggian titik

    poligon tersebut

    c. menghubungkan titik poligon tersebut untuk menggambarkan Azimuth

    Data yang diperoleh pada pengukuran poligon tertutup adalah sudut dalam,

    jarak antar titik, beda tinggi, dan sudut Azimuth. Dari proses perhitungan tersebut

    diperoleh koordinat-koordinat berupa absis dan ordinat. Absis dan ordinat ini

    dihitung berdasarkan jarak dan sudut Azimuth. Pada perhitungan sering ada sudut

    yang terkoreksi, artinya adalah perhitungan dan pengamatan yang dilakukan di

    lapangan tidak begitu tepat, sehingga untuk menutup poligon yang agak terbuka

    dibutuhkan koreksi sudut. Koreksi sudut ini digunakan untuk mencari koreksi

    sudut Azimuth. Sudut Azimuth adalah besarnya sudut yang dibuat oleh posisi

    horizontal teropong pada Theodolith.

    2.2. Survey Tambang Terbuka

    Survey tambang terbuka adalah suatu kegiatan pengukuran atau kegiatan

    pengamatan penambangan yang dilakukan di permukaan, tambang terbuka (open

    pit mine) adalah bukaan yang dibuat di permukaan tanah, bertujuan

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun kembali)

    selama pengambilan bijih masih berlangsung. Untuk mencapai badan bijih yang

    umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan penutup

    (waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari operasi penambangan

    adalah menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga dicapai keuntungan

    yang maksimal.

    *Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014

    Gambar 2.4.

    Open Pit Mine

    Kegiatan-kegiatan utama pada survey tambang terbuka, diantaranya yaitu :

    1. Menginterpretasi geologi tentang kandungan mineral dalam kaitannya

    dengan eksploitasi ekonomi.

    2. Penyelidikan dan negosiasi hak pertambangan mineral.

    3. Membuat dan melakukan perhitungan pengukuran survei tambang

    pertambangan kartografi.

    4. Investigasi dan prediksi dampak tambang yang bekerja pada permukaan dan

    dibawah permukaan bumi.

    5. Perencanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi

    setelah ditambang.

    Kegiatan survey di tambang terbuka juga tidak terlepas dari kesalahan-

    kesalahan yang mungkin terjadi, baik kesalahan random sampai kesalahan

    sistematis dan kesalahan human error. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat tahap

    ekplorasi, pengukuran topografi dan pengukuran untuk pembuatan model

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    cadangan material, atau pada tahap Eksploitasi sampai pemasangan design

    tambang dan pengukuran topografi progress tambang.

    Kesalahan dalam kegiatan survey dan pemetaan tidak hanya terjadi pada

    proses pengukuran lapangan saja, dapat juga terjadi pada proses prosesing data-

    penggunaan system koordinat dan transformasinya, penyajian data dalam bentuk

    peta. Kesalahan survey dalam penambangan berarti akan menyajikan data dan

    gambaran peta yang salah, akibat kesalahan ini akan merambat pada kesalahan-

    kesalahan aplikasi penambangan yang antara lain:

    1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik

    lokas pengeboran dan study outcrop akan menyebabkan kesalahan dalam

    membuat model cadangan material tambang serat kesalahan dalam

    menentukan besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang. Kesalahan

    ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, analisa

    ekomoni tambang, analisis umur tambang (mine life).

    2. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan

    mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan

    pada penentuan metode penambangan dan penggunaan alat penambangan.

    3. kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam

    perencanaan tambang (design tambang) dan produksi penambangan sehingga

    cadangan/material yang tidak ikut dimodelkan akan tertinggal atau tidak

    didapat diambil seluruhnya.

    4. Kesalahan dalam melakukan pengukuran topografi original atau topografi

    progress tambang akan mengganggu proses penyaliran tambang- drainase

    tambang- sehingga akan menganggu proses produksi dari aspek sequence

    tambang. terganggunya proses penyaliran tambang juga akan menganggu

    kestabilan lereng.

    5. Kesalahan kegiatan survey dalam mendukung kegiatan Peledakan- Blasting-

    (pengukuran space-boder dan depth) memungkinkan terjadi hasil

    produktifitas blasting yang buruk, terjadinya airblast dan undulasi permukaan

    tambang karena kedalaman lubang tembak yang tidak rata).

    6. Kegiatan survey pada pemasangan Guideline di kegiatan penambangan

    underground yang salah, selain mengakibatkan kemungkinan tidak

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    tercapainya target produksi juga akan menyebabkan kegiatan penambangan

    mengarah pada area-area yang mungkin berbahaya- seperti jebakan gas

    metana dll.

    *Sumber : www.mongabay.com

    Gambar 2.5.

    Pengukuran Tambang Terbuka

    2.3. Survey Tambang Bawah Tanah

    Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan

    potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal),

    maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di

    Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat

    ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20, menerapkan

    tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara

    yang berada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun

    danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak

    gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas

    tambang yang memang harus berada di permukaan.

    Dalam pemilihan suatu system tambang bawah tanah, memerlukan

    pertimbangan-pertimbangan yang saling terintegrasi dari banyak faktor.

    Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukuan antara lain:

    1. Panjang, tebal dan lebar jebakan.

    Ketiga hal ini akan menentukan dimensi stope maksimum, yaitu yang dikenal

    sebagai minimum stoping width.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    2. Kemiringan jebakan

    Kemiringan jebakan akan menentukan kemungkinan memanfaatkan gravitasi

    dalam operasinya.

    3. Kedalaman operasi

    Menjadi lebih kemungkinan pada kedalamn yang besar. Pada deep mines

    metode yang menggunakan pilar sebagai system penyanggaannya kadang kala

    menjadi tidak layak.

    4. Faktor waktu

    Waktu akan mempengaruhi strength-stress ratio suatu exposed rock (missal

    pilar). Semakin lama waktu suatu pilar berdiri (exposed), maka strength-

    stress ratio semakin menurun.

    5. Kadar jebakan

    Sebagai pedoman makan jebakan berkadar rendah memerlukan metode

    produksi besar-besaran yang sering mengabaikan persentase recovery, kadar

    tinggi memerlukan metode yang dapat menjamin recovery tinggi.

    6. Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material

    Bila biaya buruh mahal, maka memerlukan metode yang mempunyai

    mekanisasi tinggi. Ketersediaan timber dan material filling juga

    mempengaruhi penerpan metode yang akan dipilih.

    7. Modal yang tersedia

    Biasanya semakin besar modal kerja awal, maka biaya operasi menjadi

    rendah. Perusahaan dengan modal kecil memerlukan development yang

    murah, juga metode yang cepat mendapatkan hasil.

    8. Batas dengan badan bijih lain

    Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pilar dipermukaan kerja

    yang berdekatan. Dalam kondisi seperti ini mungkin diperlukan filling pada

    stope bekas penambangan untuk mengurangi tegangan yang tinggi.

    9. Strength dan karakteristik pisik bijih dan batuan dinding atau material

    yang berada diatas bijih.

    Hal ini akan mempengaruhi kompetensi, amblesan, kemudahan pemboran,

    karakteristik breaking, cara handling yang cocok, cara ventilasi dan cara

    pemompaan. Karakteristik-karakteristik tersebut termasuk:

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    a. Tipe batuan

    b. Tipe dan penyebaran alterasi

    10. Biaya penambangan

    Biaya metode penambangan antara lain berkaitan erat dengan nilai bijih yang

    akan ditambang, periode modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian

    buruh yang tersedia.

    Survey atau pengukuran tambang yang dilakukan pada pengukuran bawah

    tanah (underground) meliputi banyak keistimewaan yang tidak dijumpai pada

    pengukuran di permukaan (surface). Kegelapan, kelembaban, aliran air, daerah

    yang kasar dan tidak rata, daerah penglihatan yang terbatas dan memerlukan

    penglihatan yang lama dalam membidik sasaran adalah beberapa masalah yang

    dihadapi dalam pengukuran tambang bagi surveyor. Perlu ketelitian dalam

    membaca instrumen dan pita ukur, lebih lanjut disekeliling patok dinding dan latar

    belakangnya harus diperiksa hati-hati terhadap runtuhan batu yang dapat merusak

    atau operatornya, atau pun patok akan rusak dan tidak berfungsi.

    Selain hal-hal diatas beberapa faktor penting yang juga perlu diperhatikan

    antara lain adalah tentang gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya,

    sehingga instrumen harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut. Faktor

    kelembaban (humidity) harus selalu di kontrol, sehingga diperlukan aliran udara

    yang dimaksud agar surveyor dapat tahan lama dalam melakukan pengukuraan.

    Adanya pengaruh medan magnet, misalnya pada rel, jalan-jalan kereta dorong,

    pada bijih yang sifatnya magnetik (hematite, pyrolusite, dsb) akan mempengaruhi

    pembacaan.

    Karena pengaruh-pengaruh tersebut di atas maka sangat diperlukan

    ketelitian dalam pembacaan. Jadi perlu diperhatikan pada daerah sekitar patok

    yang akan ditempati instrumen, untuk tidak memasang instrumen pada daerah

    batuan lepas, daerah penirisan maupun daerah pich, karena batuan induk (country

    rock) yang tidak kuat mengakibatkan kecelakaan bagi operator (surveyor) dan

    instrumen itu sendiri.

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    *Sumber : www. jackyminer.wordpress.com

    Gambar 2.6.

    Tambang Bawah Tanah

    Data-data yang perlu diambil pada pengukuran dibawah tanah adalah :

    1. Pengukuran sudut horizontal.

    2. Pengukuran sudut vertical

    3. Pengukuran jarak (slope distance), dilakukan dengan pita ukur atau tali yang

    diberi tanda panjangnya.

    4. Pengukuran tinggi alat/instrument dengan pita ukur.

    5. Pengukuran kiri dan kanan instrument maupun prisma untuk mengetahui

    lebar bukaan (opening).

    6. Kolom catatan, misalnya tinggi level, dengan atau tanpa penyangga dan

    sebagainya.

    Dalam penempatan instrument, hindari penempatan kaki pada rel pada

    landasan, pada material lepas yang tertimbun pada landasan atau parit saluran air.

    Kesalahan umum yang terjadi adalah tumpuan tripot yang melawan rel,

    gangguana rel dapat menggerakkan instrument dari bawah. Berkali-kali para

    operator instrument tidak menyadari kejadian ini. Bahkan untuk jangkauan

    pendek, penyimpangan yang tajam dapat menimbulkan kesalahan sudut.

    1. Penomoran patok-patok

    Fenomena patok patok survey bawah tanah menjadi suatu

    tantangan/para ahli teknik. Bila pengembangan instrumen sederhana,

    kesulitan kecil bisa terjadi. Dipihak lain, penambangan membutuhkan drift

    parallel yang banyak, crosscut-crosscut, kemiringan-kemiringa, raise-raise

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    dan lain-lain untuk menyusuri dan menggali bijih dan tidak adanya persoalan

    yang sangat berbeda. Bila hanya bijih kelas rendah, maka instrumen

    penomoran tidak lagi membingungkan, karena instrumen kesinambungan

    nomor tidak dapat dilaksanakan lagi.

    Biasanya praktek disertai penomoran angka tiap level untuk memberi

    informasi dari masing-masing level itu. Misalnya pada kedalaman 100 ft,

    penentuan patok menjadi 101, 102, 103, 104 dan seterusnya yakni 100 ft level

    dinomori. Bila beberapa level terlewati katakanlah level pertama diawali pada

    kedalama 400 ft dan patok menjadi 401, 402, 403 dan seterusnya. Tambang

    yang digali secara mahal mungkin mencapai 99 patok. Bila hal ini terjadi,

    instrumen yang berhubungan harus diterapkan dengan memakai penandaan

    level untuk memastikan lokasi patok. Tambang yang dikerjakan lewat

    terowongan-terowongan dapat ditangani dengan memberi angka level yang

    ekivalen dengan terowongan itu bila hanya satu terowongan yang digunakan

    berilah angka-angka patok dari angka 1 hingga 99.

    Pembuatan patok seharusnya dikerjakan pada pengukuran utama.

    Crosscut-crosscut dan drift-drift sekunder biasanya diberi nomor atau nama

    menurut letaknya. Dengan menempatkan arah sebagai awalnya, patok-patok

    dimulai dari angka satu dan berlanjut seterusnya menurut urutannya.

    Biasanya hanya digunakan beberapa patok. Contohnya sampai pada 9

    crosscut, patok pertama pada persimpangan ditandai dengan XC9-1, atau bila

    persimpangan terpancang dikedua sisi drift utama, yang arahnya kurang lebih

    ke timur, penandaan patok persimpangan NXC4-12 dan sisi selatan menjadi

    SXC2-6.

    Pembuatan patok persimpangan dari banyaknya persimpangan yang ada

    menjadi rumit. Misalnya arah utara yang diberi tanda di atas mempunyai drift

    ke timur, di sini patok boleh ditulis N-E-XC4-2.

    Sejumlah instrumen sederhana yang dimulai dengan 100 dan meningkat

    menurut bertambahnya patok, tanpa memperhitungkan level atau lokasi. Ini

    akan menyederhanakan dan memudahkan penomorannya. Namun demikian

    secara menyeluruh tidak mungkin mengatakan patok level mana, tanpa

    bantuan peta, patok mungkin saja terduplikasi atau melompat, yang dapat

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    menimbulkan kesalahan serius. Hal tersebut sebaiknya dihindari atau jangan

    sampai terjadi.

    Cara paling mernuaskan dalam penandaan Raise dan Winze dengan

    memberi nomor blok, Stope-stope dan patok-patok survey dapat diatur

    dengan mulai dari level mana stope pertama dimulai. Misalnya stope pertama

    mulai dari 500 ft. levelnya akan dimulai dari stope 501 kemudian 502 dan

    seterusnya. Penentuan patok stope akan menjadi 501-4 dan seterusnya, atau

    angka blok untuk tempat awal Stope dapat digunakan.

    Level menengah antar level-level utama biasanya dibuat juga, untuk

    tujuann identifikasi, untuk level dari mana Raise dan Winze dimulai.

    Contohnya, suatu raise ditemui dari kedalaman 700 ft. pada ketinggian

    tertentu, pembuatan drift dikerjakan. Drift ini disebut drift menengah 700 ft.

    bila kedalaman ini merupakan level keempat maka sejumlah drift harus

    dibuat. Drift menengah no.4700 ft harus ditempatkan padanya. Patok pertama

    drift ini menjadi no. 4-700 ft-1. Kadang-kadang penomoran drift menengah

    dibuat berdasarkan level mana yang tertutup.

    2. Pemilihan Lokasi Instrument

    Titik stasiun sebagai titik berdirinya instrument biasanya dibuat

    instrumen ataupun semi instrumen. Pengecekan terhadap posisi titik stsiun

    perlu dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya pergeseran atau

    pergerakkan dari tanah yang disebabkan getaran. Titik stasiun biasanya

    ditempatkan pada stull atau caps atau bentuk timber yang lain yang

    memungkinkan. Lokasi stasiun ditematkan pada tempat dimana lokasi

    tersebut terhindar dari jatuhnya batuan lepas yang diakibatkan oleh kebocoran

    udara (air-slacking) atau getaran akibat dari peledakan. Disamping itu pula

    lokasi yang cocok untuk stasiun/patok adalah pada suatu tempat yang dapat

    untuk mliahat semua FS dan semua BS tanpa halangan.

    3. Pengukuran sudut

    Yang perlu diperhatikan disini yaitu penerangan atau lampu dari

    magnifiying glass dalam pembacaan sudut yang diukur. Hal ini

    perludiperhatikan karena biasanya dengan mata biasa dan penerangan yang

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    kurang akan mengakibatkan pembacaan kurang teliti jika sampai detik

    maupun menit.

    4. Pengambilan titik detail

    Dengan pengambilan titik detail akan meratakan semua

    ketidakteraturan dan tonjolan-tonjolan sepanjang lorong. Pencatatan yang

    lengkap terhadap ketidakteraturan drift, crosscut, raise, winze dan lain-lain

    adalah dasar pengambilan detail. Pengambaran daerah penambangan pada

    peta terkadang dilakukan dari data daerah yang dicatat. Juga manajemen

    penambangan dapat untuk menagani raise dari satu level ke level lain, dan

    tidak dipunyainya akan kurva drift akan menyebabkan raise muncul di

    tengan-tengah drift atau menonjol di satu sisi.

    5. Elevasi

    Ada 3 cara menentukan elevasi atau ketinggian suatu titik pada suatu

    tambang bawah tanah :

    a. Dengan menggunakan instrument dan pita ukur

    b. Dengan menggunakan level atau waterpass

    c. Dengan mengukur kedalaman suatu shaft dengan pita ukur

    Biasanya praktek disertai penomoran angka tiap level untuk memberi

    informasi dari masing-masing level itu. Misalnya pada kedalaman 100 ft,

    penentuan patok menjadi 101, 102, 103 dan seterusnya. Pada kedalaman 200 ft

    dengan nomer 201, 202, 203 dan seterusnya yakni setiap 100 ft level dinomeri.

    Bila beberapa level terlewati katakanlah level pertama diawali pada kedalaman

    400 ft dan patok menjadi 401, 402, 403 dan seterusnya. Tambang yang digali

    secara mahal mungkin mencapai 99 patok. Bila hal ini terjadi, system yang

    berhubungan harus diterapkan dengan memakai penandaan level untuk

    memastikan lokasi patok. Tambang yang dikerjakan lewat terowongan-

    terowongan dapat ditangani dengan memberi angka level yang ekivalen dengan

    terowongan itu atau bila hanya satu terowongan yang digunakan berilah angka-

    angka patok dari angka 1 hingga 99.

    Titik poligon bawah tanah dapat dipasang secara permanen maupun

    sementara. Pemilihan lokasi titik poligon harus dapat saling dilihat, dan jaraknya

    sejauh mungkin. Patok titik poligon permanen di Pasang pada langit-langit

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    terowongan atau di lantai dari jalan atau lorong utama, pada dasar lubang galian,

    pada simpangan atau di tempat lain yang dianggap perlu. Titik permanen dipasang

    paling sedikit tiga buah dengan posisi berseberangan dan interval jarak titik-titik

    permanen antara 300 - 500 m. Pemasangan titik permanen di lantai dasar

    dilakukan apabila dinding langit-langit lembek, sedangkan patok sementara

    dipasang pada papan yang melintrang di atasnya dengan membuat sentering

    dengan unting-unting. Apabila pada tempat yang berair asin atau yang

    mengandung garam, patok sebaiknya dibuat dari metal yang tahan garam atau

    stainless.

    Pengambilan titik detail akan meratakan semua ketidakteraturan dan

    tonjolan-tonjolan sepanjang lorong. Pencatatan yang lengkap terhadap

    ketidakteraturan drift, cross cut, raise, winze dan lain-lain adalah dasar

    dilakukannya pengambilan detail. Penggambaran daerah penambangan pada peta

    terkadang dilakukan dari data daerah yang dicatat. Juga management

    penambangan dapat untuk menangani raise dari satu level ke level lain, dan tidak

    dipunyainya pengetahuan akan kurva drift akan menyebabkan raise muncul

    ditengah-tengah drift atau menonjol di satu sisi.

    Ketidakteraturan muncul karena sifat batu yang terpenetrasi, menurut

    pengalaman hal itu berdasarkan indikasi bijih yang tampak. Bila penambangannya

    berbentuk blok-blok, misal pada batu akan membentuk permukaan yang

    bergelombang dengan kelebaran bervariasi. Apapun penyebabnya, permulaan arah

    yang terbentuk dan ukurannya harus dicatat.

    *Sumber : www.imannuelangga.blogspot.com

    Gambar 2.7.

    Penampangan Level pada Simulasi Pengukuran Tambang Bawah Tanah

  • Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2014

    Lasron Napitu

    H1C111224

    Setelah praktikum dilakukan, akan didapat data-data hasil pengukuran yang

    selanjutnya digunakan pada perhitungan untuk pembuatan peta simulasi tambang

    bawah tanah. Data-data tersebut akan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan

    rumus-rumus tertentu yang pada akhirnya dapat digunakan secara langsung untuk

    pembuatan peta terowongan bawah tanah.

    Adapun rumus-rumus tersebut antara lain adalah rumus untuk menghitung

    volume section (volume antara 2 titik detail) pada terowongan yakni dengan

    menjumlahkan luas satu titik detail dengan titik detail berikutnya dengan

    dikalikan jarak lalu dibagi dua dan seterusnya sampai seluruh volume terowongan

    diketahui, dimana untuk mendapatkan luas satu titik detail digunakan perhitungan

    sebagai berikut, Luas Lingkaran = x 3,14 x r2

    ditambahkan dengan luas

    persegi pada titik detail tersebut dengan rumus panjang x lebar, kemudian

    menjumlahkan hasil dari keduanya, maka didapatlah luas pada satu titik detail.