bab 2 teori perencanaan pembelajaran definisi …

64
BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi Perencanaan Secara etimologi perencanaan dari asal kata rencana yang dalam bahasa Inggris planning dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary yaitu arregement for doing or using something (program untuk melakukan atau melaksanakan sesuatu) (Hornby, 1984, hlm. 636). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa rencana adalah program, atau rancangan sesuatu yang akan dikerjakan (Poerwadarminto, 1999, hlm. 816). Dalam terminologi disebutkan perencanaan adalah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengunakan sumberdaya organisasi (Hanafi, 2000, hlm. 5). Anderson dan. Bowman memahami pula perencanaan seperti dikutip dari Rohani dan Ahmadi, dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah (1991, hlm. 27) mendefinisikan bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat putusan bagi perbuatan di masa datang. Perencanaan juga dipahami sebagai suatu aktifitas yang terintegrasi yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya mengenai perencanaan ini, akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai perencanaan (Siswanto, 1990, hlm 12). Beberapa pengertian lain yang menjelaskan perencanaan seperti ditulis Atmosudirjo dalam bukunya Administrasi dan Managemen Umum (2000, hlm. 33) dengan penghitungan dan penentuan dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu prapta ( objective) tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana caranya. Sementara itu Fatah (2001, hlm. 7) mengartikan perencanaan sebagai sebuah tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang 16

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

BAB 2

TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Definisi Perencanaan

Secara etimologi perencanaan dari asal kata rencana yang dalam bahasa Inggris planning

dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary yaitu arregement for doing or

using something (program untuk melakukan atau melaksanakan sesuatu) (Hornby, 1984,

hlm. 636). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa rencana adalah

program, atau rancangan sesuatu yang akan dikerjakan (Poerwadarminto, 1999, hlm.

816). Dalam terminologi disebutkan perencanaan adalah proses merencanakan,

mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi dengan mengunakan sumberdaya organisasi (Hanafi, 2000, hlm. 5). Anderson

dan. Bowman memahami pula perencanaan seperti dikutip dari Rohani dan Ahmadi,

dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah (1991, hlm.

27) mendefinisikan bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat

putusan bagi perbuatan di masa datang.

Perencanaan juga dipahami sebagai suatu aktifitas yang terintegrasi yang

berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu

sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya mengenai perencanaan ini, akan dikemukakan beberapa pendapat

para ahli mengenai perencanaan (Siswanto, 1990, hlm 12). Beberapa pengertian lain yang

menjelaskan perencanaan seperti ditulis Atmosudirjo dalam bukunya Administrasi dan

Managemen Umum (2000, hlm. 33) dengan penghitungan dan penentuan dari apa yang

akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu prapta (objective) tertentu, dimana,

bilamana, oleh siapa dan bagaimana caranya. Sementara itu Fatah (2001, hlm. 7)

mengartikan perencanaan sebagai sebuah tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang

akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang

16

Page 2: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

mengerjakannya. Pidarta (2003, hlm. 27) mendefinisikan perencanaan dengan suatu cara

yang memuaskan untuk membuat organisasi tetap berdiri tegak dan maju sebagai satu

sistem. Handoko (1994, hlm 44) menjelaskan pula bahwa perencanaan dapat diibaratkan

sebagai inti manajemen, karena perencanaan membantu untuk mengurangi ketidakpastian

di waktu yang akan datang, dan oleh karena itu memungkinkan para pengambil

keputusan untuk menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka yang terbatas secara

efisien dan efektif.

Silalahi dalam bukunya Manajemen Interaktif (1995, hlm 12) menulis bahwa

perencanaan adalah proses yang diatur sedemikian rupa supaya suatu sasaran atau tujuan

masa depan yang masih samar-samar menjadi lebih jelas dan dapat dicapai. Perencanaan

dapat mempertemukan suatu yang idealistis dengan kemampuan dalam batas-batas

tertentu. Kemungkinan tercapainya keinginan akan lebih besar lagi jika direncanakan

lebih dahulu dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan

adalah upaya untuk meramal/memprediksi berbagai kegiatan dengan mendayagunakan

berbagai sumber untuk mencapai tujuan. Untuk itu Silalahi menegaskan unsur-unsur

perencanaan yang meliputi: Pertama, Penyelidikan yang mencakup kegiatan

pengumpulan dan pengolahan data yang kemudian dituangkan dalam bentuk suatu

feasibility study atau viability report. Cara pengumpulan dan pengolahan data yang

sangat lazim dewasa ini adalah dengan metode kuantitatif terutama dengan menggunakan

operation research, breakeven analysis, queining theory dan statistical methods.

Kedua, Penentuan Sumber-sumber langka. Menurutnya terdapat dua sumber

langka yang harus ditentukan dalam perencanaan yaitu ketentuan tentang kemungkinan

adanya (a viability) sumber alam yang diperlukan oleh perusahaan/lembaga dan sumber

daya manusia yang terlatih dan terdidik. Ketiga, Penentuan Lingkungan yang merupakan

unsur penting untuk perencanaan suatu lembaga. Lingkungan dimaksud dapat berupa

kondisi geografis atau berupa lingkungan sosial politik. Keempat, Penentuan Kebijakan

yang harus dijamin kelancaran pengelolaannya. Selanjutnya Siswanto (1999, hlm 69)

2

Page 3: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

mengutip Allen mengemukakan bahwa, perencanaan terdiri dari aktifitas-aktifitas yang

dioperasikan oleh seorang manajer untuk berpikir ke depan dan mengambil keputusan

saat ini, yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan di waktu

yang akan datang. Perencanaan suatu proses yang sistematis untuk menjalankan suatu

pekerjaan. Dalam perencanaan terkandung suatu aktifitas tertentu yang saling berkaitan

untuk mencapai titik tertentu yang diinginkan. Dengan demikian maka perencanaan

bertujuan untuk membuat keputusan yang baik mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan

dan bagaimana cara pelaksanaan.

Perencanaan dimulai dengan melakukan identifikasi tujuan. Perencanaan

merupakan cara untuk mencapai tujuan. Perencanaan mencakup penjabaran tujuan umum

ke dalam sasaran yang lebih spesifik dan penjabaran itu ke dalam kegiatan yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan menurut Dharma (2005, hlm. 12)

mencakup penentuan mengenai sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

seperti sumber daya manusia, peralatan dan biaya. Sementara kegiatan perencanaan

dalam pandangan Gibson (1994, hlm 54) dapat sangat rumit atau malah sebaliknya,

implisit atau eksplisit, impersonal atau personal. Perencanaan tidak hanya meliputi

rincian mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, tetapi juga bagaimana

organisasi itu dapat mencapainya.

Melihat fenomena demikian, karenanya menurut Hidayat (1994, hlm 44)

menyebut bahwa perencanaan bukan suatu tindakan tetapi proses, yaitu suatu proses yang

tidak mempunyai penyelesaian atau titik akhir. Selama perencanaan masih dalam proses

tidak dibatasi berapa jumlah pembahasan sebelum diambil keputusan, sebab mungkin

selalu diadakan perubahan baik sistemnya maupun materinya. Hal ini dapat dimengerti

karena sedikit kemungkinan adanya suatu perkiraan yang tepat, sebab keadaan waktu

yang akan datang itu selalu berubah, penuh dengan resiko dan tidak memiliki ketentuan.

Dengan demikian maka perencanaan mempunyai dua komponen yaitu komponen yang

bersifat pesimis dan bersifat optimis. Bersifat pesimis berdasarkan perkiraan bahwa apa

3

Page 4: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

yang diinginkan tidak dapat dilaksanakan. Sedangkan bersifat optimis berdasarkan atas

kepercayaan bahwa suatu dapat dilakukan dengan harapan bahwa yang diinginkan akan

terlaksana.

Pada bagian yang sama Handayaningrat dalam bukunya berjudul Pengantar

Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (1994, hlm. 14) memformulasikan bahwa

perencanaan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: Pertama, Perencanaan sebagai Suatu

Proses. Dalam nilai ini, Soewarno mengutip Jone yang menjelaskan bahwa perencanaan

diartikan dengan planning is the process of selecting and developing the best course of

action to accomplish on objective (perencanaan adalah proses tentang pemilihan dan

mengembangkan tindakan terbaik untuk memenuhi sasaran). Hal ini berarti bahwa

perencanaan merupakan suatu proses pemilihan tindakan yang terbaik untuk mencapai

tujuan.

Kedua, Perencanaan sebagai fungsi manajemen yang didefinisikan Farland

seperti dikutif Soewarno mendefinisikan bahwa Planning is the function whereby

executive anticipate the probable effect of forces that will change the activities and

objective of their business (Penekanan perencanaan dalam hal ini sebagai suatu upaya

pimpinan menggunakan pengaruh daripada kewenangannya, yang dapat mengubah

kegiatan dan tujuan organisasi). Ketiga, Perencanaan sebagai Suatu Keputusan atau

dalam istilah Newman planning is deciding in advance what is to be done, that is a plan,

it is projected a course of action (perencanaan merupakan keputusan apa yang akan

dikerjakan untuk waktu yang akan datang, yaitu suatu rencana yang diproyeksikan dalam

suatu tindakan). Secara spesifik Siagian (1994, hlm. 66) berpendapat bahwa paling tidak ada

sepuluh faktor yang turut menentukan baik tidaknya suatu rencana. Lebih lanjut

kesepuluh faktor ini dijelaskan: Pertama dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan

operasional, rencana merupakan alat efisiensi dan efektivitas untuk menghindari

4

Page 5: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

pemborosan. Kedua dengan rencana yang matang, telah dilakukan perkiraan keadaan

mengenai prospek perkembangan masa depan yang pada gilirannya dapat mengurangi

faktor ketidakpastian. Ketiga perencanaan memberikan kesempatan kepada para

pimpinan dalam suatu organisasi untuk memilih berbagai alternatif yang diperkirakan

merupakan cara terbaik dalam memberi petunjuk tentang ciri-ciri setiap alternatif yang

ada. Keempat dengan adanya rencana tergambar jelas jenis dan bentuk serta tugas dan

tanggung jawab untuk penyelenggaraan kegiatan, baik kegiatan pokok maupun kegiatan

penopang kegiatan pokok. Kelima dengan rencana dapat ditetapkan standar prestasi kerja.

Keenam rencana dapat dijadikan sebagai dasar utama untuk menyusun program kerja.

Ketujuh dengan rencna yang baik, jumlah dan jenis keahlian serta ketrampilan tenaga

yang diperlukan dapat diperhitungkan secara akurat. Kedelapan, rencana menjadi dasar

untuk melakukan pengawasan, pengendalian, bahkan penilaian. Kesembilan dengan

perencanaan yang matang, implikasi finansial yang akan timbul dapat diperhitungkan

dengan jelas dan alokasinyapun dapat diprediksi sedemikian rupa, dan Kesepuluh dengan

rencana yang baik, sarana dan prasarana kerja yang diperlukan dapat disediakan dengan

baik.

Hal senada dikemukakan oleh Djumberansyah (1995, hlm. 57) menurutnya

perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu lanjutnya

perencanaan perlu dilakukan dengan pertimbangan: Pertama, dengan adanya

perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan

pembangunan. Kedua, dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan

(forecasting) terdapat hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan

5

Page 6: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga

mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi.

Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin.

Ketiga, Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai

alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk

memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination). Keempat, dengan

perencanaan dilakukan penyusunan skala perioritas, yaitu memilih urutan-urutan dari segi

pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. Kelima, Dengan adanya

rencana maka akan adanya suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan

pengawasan/evaluasi. Kristiadi (1997, hlm. 66) menilai bahwa dalam perencanaan faktor

yang paling penting adalah ketepatan dalam menentukan sasaran. Oleh karena itu

menurutnya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu rencana antara lain.

Pertama, Kemampuan Perencana. Perencana harus mempunyai kemampuan melihat jauh

ke depan dan kemampuan dalam melakukan analisis lingkungan. Dengan kata lain,

perencanaan haruslah bersifat proaktif dan bukan reaktif.

Kedua, Dalam menyusun rencana harus melibatkan unit-unit yang terkait baik

ektern maupun intern. Dalam hal ini faktor koordinasi memainkan peranan penting.

Ketiga, dalam menyusun rencana perlu memperhitungkan dan mengkaitkan unsur-unsur

karsa, upaya dan sasaran baik untuk jangka panjang, jangka sedang maupun jangka

pendek. Keempat, Rencana hendaknya bersifat akomodatif terhadap dinamika

pembangunan, tetapi tidak mudah berubah-ubah yang dapat mengakibatkan biaya tinggi.

Oleh karena itu setiap rencana perlu dikaji ulang. Dengan demikian dalam suatu proses

perencanaan yang harus dilihat sebagai aspek utama adalah faktor sumber daya manusia

6

Page 7: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

sebagai tenaga perencana. Sumber daya manusia yang berkualitas, jelas akan dapat

memainkan peran dalam aktivitas perencanaan lebih lanjut, seperti bagaimana melakukan

suatu proses koordinasi, memperhitungkan karsa, upaya dan sasaran perencanaan serta

bagaimana menyusun rencana yang mampu mengakomodasi dinamika pembangunan

yang berkembang.

Perencanaan dalam konsep Islam memiliki pengertian dasar dari bagaimana

nilai-nilai keislaman memberikan informasi dan ilustrasi tentang rancangan yang

didesain oleh Allah Swt yang berkaitan dengan alam dengan segala isinya serta berbagai

atribut yang disandangnya, serta bagaimana manusia merupakan obyek dari perencanaan

besar itu. Dalam QS As Sajadah ayat 4 – 9 yang artinya: 4. Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya

dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy, tidak ada bagi kamuselain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at.Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanyadalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

6. Yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yangMaha Perkasa lagi Maha Penyayang.

7. Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulaipenciptaan manusia dari tanah.

8. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.9. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan

dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikitsekali bersyukur.

Ayat tersebut mengisyaratkan indikasi perencanaan yang luas, jelas, mendasar dan

komprehenshif yang digariskan oleh Allah dalam proses penciptaan alam semesta. Bahwa

Tuhan yang telah menurunkan al Quran kepada Muhammad SAW itu adalah

Tuhan pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya dalam

enam masa. Enam masa dalam ayat ini bukanlah hari (masa) yang dikenal seperti

7

Page 8: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

sekarang ini, tetapi adalah hari sebelum adanya langit dan bumi. Hari pada waktu

sekarang ini adalah setelah adanya langit dan bumi. Dalam konteks demikian

menjelaskan bahwa Allah sendiri yang mengatur, mengurus, mengadakan dan

melenyapkan segala yang ada dalam dunia ini. Segala yang terjadi itu adalah sesuai

dengan kehendak dan ketetapan-Nya. Tidak ada sesuatupun yang menyimpang dari

kehendak-Nya1. Dalam ayat tersebut juga Allah menegaskan bagaimana proses

penciptaan manusia. Bahkan perencanaan tentang manusia ini, sudah digambarkan sejak

ayat al Quran pertama kali diturunkan dalam surat al-Alaq: 1-5. Dalam Tafsir al-Asas

karya Said Hawa (2000, jilid 4, hlm. 677) dijelaskan bahwa ayat tersebut memberikan

ilustrasi proses penciptaan manusia yang berasal dari segumpal darah. Tidak hanya itu

dalam ayat ini Allah menginformasikan proses belajar manusia dengan perantaraan

qalam. Qalam pada ayat ini menurut oleh Muhammad Yunus (1979, hlm 162) diartikan

dengan pena. Dengan pena menurut beliau orang dapat mencatat apa yang mereka baca

dan apa-apa yang mereka selidiki. Secara lebih spesifik mengenai proses penciptaan

manusia Allah menegaskan dalam surat Almu’min 12 – 14. 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan diamakhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang palingbaik.

1Dalam tafsir tersebut dijelaskan Pengaturan itu dimulainya dari langit hingga ke bumi, kemudian urusan itu naik kembali kepada-Nya. Semua yang tersebut pada ayat ini merupakan gambaran dari kebesaran dan kekuasaan Allah agar manusia mudah memahaminya. Kemudian Allah menggambarkan pula waktu yang digunakan Allah SWT mengurus, mengatur dan menyelesaikan urusan alam semesta ini yaitu selama sehari, tetapi ukuran sehari itu sama lamanya dengan seribu tahun dari ukuran tahun yang dikenal manusia di dunia ini. Perkataan seribu tahun dalam bahasa Arab tidak selamanya berarti 1000 dalam arti sebenarnya, tetapi kadang-kadang digunakan untuk menerangkan banyaknya sesuatu jumlah atau lamanya waktu yang diperlukan. Dalam ayat ini bilangan seribu itu digunakan untuk menyatakan lamanya waktu kehidupan alam semesta ini. Sejak Allah menciptakannya pertama kali sampai kehancurannya dihari kiamat, kemudian kembalinya segala urusan ketangan Allah yaitu hari berhisap menempuh waktu yang lama sekali, sukar manusia menghitungnya. (Hawa, 1979, hlm. 435)

8

Page 9: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Dalam Tafsir Jalalain karya al Mahally dan as Suyuthi (1990, hlm 190) bahwa

yang dimaksud al Insan dalam ayat ini adalah Adam. Sulalatin berasal dari perkataan

salatusy Syai-a Minasy Syai-i artinya aku telah memeras sesuatu dari padanya. Lalu

keturunan Adam Allah jadikan dari nutfah yakni air mani yang tersimpan dalam tempat

yang kokoh yakni rahim. Pada ayat 14 Allah menegaskan bahwa Allah menjadikan

manusia sebagai makhluk yang lain. Dalam tafsir Jalalain yang dimaksud dengan

makhluk yang lain adalah bahwa manusia ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya. Secara

kronologis Allah telah menciptakan manusia dari air mani, lalu disimpan ditempat yang

kokoh (rahim), lalu Allah menjadikannya segumpal darah.

Proses selanjutnya dijadikan segumpal daging, dari segumpal daging dijadikan-

Nya tulang-belulang. Setelah itu Allah meniupkan ruh, lalu Allah menyempurnakan

kejadian manusia. Dengan demikian Allah menciptakan manusia begitu sempurna dengan

proses yang amat rapi dan teratur. Dari penelitian dari berbagai ayat yang bertutur

tentang Al Insan

1. QS. Al-Hijr: 26, yang artinya:

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

2. QS. Al-Rahman: 14

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,

3. QS. Al-Rahman: 3-4

Dia menciptakan manusia.Mengajarnya pandai berbicara.

9

Page 10: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Ayat tersebut dapat menggambarkan bahwa manusia mengandung suatu proses

perkembangan ke arah yang dapat membolehkan ia mengemban tugas sebagai khalifah fi

al-ardhi, memikul tanggung jawab dan taklif serta amanah karena dialah yang khusus

menerima ilmu, akal dan pembedaan antara yang baik dan buruk. Dengan demikian

bahwa konsep al Insan merupakan adalah bentuk manusia yang memungkinkannya

mampu mengemban tugas khalifah. Kata an Nas yang berarti manusia disebut 240

dalam al Quran di antaranya, pada QS Al Hujurat ayat 13 Allah berfirman :

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kata al Basyar menggambarkan adanya tanda-tanda kebesaran-Nya pada diri

manusia. Hal ini merupakan suatu kejadian yang luar biasa dan merupakan tanda

kekuasaan Allah. Hal ini menggambarkan adanya hubungan yang kuat antara manusia

dan bumi tempat hidupnya. Pemindahan dari bentuk tanah tak bergerak kepada bentuk

manusia yang bergerak dan mulia merupakan suatu kenyataan agar manusia memikirkan

proses ini. Al Quran tidak merinci proses pertumbuhan dan perkembangan manusia dari

tanah sampai menjadi manusia, karena hal itu tidak perlu dalam tujuan yang

lebih besar yang ada dalam al Quran (Depag, 1993, hlm. 242 ). Di samping ketiga kata

tersebut istilah manusia diungkapkan juga dengan kata al ins, yang disebut sebanyak

18 kali dalam al Quran di antaranya:

1. QS. an Naml ayat 17.

10

Page 11: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu merekaitu diatur dengan tertib (dalam barisan).

2. QS. az Zariat ayat 56:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdikepada-Ku.

Dari pemaparan tersebut dapatlah dijelaskan bahwa manusia baik secara proses

kejadian, kemampuan untuk mendalami dan mengetahui segala sesuatu maupun

kedudukannya setelah menjadi manusia dewasa memiliki potensi dan kesempurnaan

sebagai makhluk Allah di muka bumi. Inilah suatu gambaran global, bagaimana al Quran

memformulasikan proses penciptaan alam semesta, isinya serta manusia. Dengan segala

kelebihan dan keterbatasannya manusia diberikan Allah tanggung jawab yang

disebut al Quran dengan istilah khalifah.

Manusia sebagai khalifah ini dijelaskan Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 30.

Dalam ayat ini menurut Shihab (1995, 77) mempunyai tiga unsur penting. Pertama

manusia yang dalam hal ini disebut khalifah. Kedua alam raya yang ditunjuk oleh QS

Albaqarah sebagai alam raya. Ketiga hubungan antar manusia dengan alam dan segala

isinya, termasuk hubungan dengan manusia. Ketiga unsur tersebut dilengkapi dengan

unsur lain, seperti digambarkan dengan inni ja’il yaitu yang memberi penugasan yakni

Allah Swt. Oleh karena itu hendaknya yang diberi tugas senantiasa mematuhi dan

mentaati kehendak yang menugaskan (QS Az Zariat: 56). Dengan demikian kekhalifahan

menuntut adanya intraksi antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam

sekitar sesuai dengan petunjuk-petunjuk ilahi. Keharmonisan akan melahirkan kemajuan

dan perkembangan masyarakat. Perkembangan inilah yang merupakan arah yang dituju

oleh masyarakat religius yang islami seperti digambarkan dalam al Quran (QS al Fath :

29). Raharjo (1993, hlm. 45) menjelaskan bahwa khalifah merupakan sebuah fungsi

11

Page 12: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

yang diemban manusia berdasarkan amanah yang diterimanya dari Allah. Amanat ini

pada intinya berkisar pada pengelolaan bumi secara bertanggung jawab, dengan

menggunakan akal yang dianugrahkan Allah kepada manusia.

Demikian gambaran proses perencanaan global yang digambarkan al Quran.

Begitu pula dalam konteks sirah nabawiyah. Rasulullah SAW dalam hidupnya senantiasa

mengejawantahkan proses perencanaan. Seperti sejarah hijrah dengan perencaan dan

strategi yang baik. Diawali Rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk

menggantikannya, lalu Abu Bakar menyiapkan unta, selanjutnya mereka berjalan di

tengah malam. Sekalipun mendapat pengejaran dari kaum Qurasih, rasulullah mampu

meyakinkan Abu Bakar untuk bertahan dan menenangkannya (Shihab, 1994, hlm. 72).

Karenanya ini Arnold dikutip dari Pulungan (1994, hlm. 56) menyebutkan bahwa

peristiwa hijrah merupakan suatu gerakan strategi yang jitu. Suatu gerakan yang

menyelamatkan kaum muslimin agar terbebas dari tindakan sewenang-wenang kaum

Quraisy. Ia juga merupakan reaksi terhadap fakta sosial keadaan masyarakat Arab

Mekkah yang mayoritas menolak Islam, serta respon positif masyarakat Arab Madinah

yang secara terbuka menerima seruan Rasul kepada Islam. Dari ilustrasi demikian, maka

dapatlah disimpulkan bahwa proses perencanaan membutuhkan kreatifitas, proses

berpikir dan waktu yang cukup. Di sisi lain adanya proses pendelegasian wewenang,

Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran secara umum dipahami sebagai proses merancang,

mengarahkan dan upaya mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan usaha-usaha

manusia dan sumber daya lainnya (Syafaruddin 2005, hlm. 41). Salah satu aspek yang

12

Page 13: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

berkaitan dengan penelitian ini adalah mengenai implementasi perencanaan pembelajaran

maka berarti merupakan kegiatan menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan kata lain perencanaan dikaitkan dengan pembelajaran dalam suatu

proses pendidikan, perencanaan pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu aktivitas

merencanakan berupa menyusun tujuan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

secara efektif dan efisien, menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pembelajaran agar bahan pembelajaran yang akan disampaikan mampu mencapai tujuan

(Syafaruddin dan Nasution 2005, hlm. 75). Menurut Hoban, sebagaimana dikutip

Syafaruddin dan Nasution (2005, hlm. 76), fungsi perencanaan pembelajaran berkenaan

dengan teknologi pendidikan, yang merupakan organisasi terpadu dan kompleks yang

melibatkan manusia, mesin, gagasan, prosedur, dan proses fungsi.

Dasar perlunya perencanaan pembelajaran menurut Uno (2006, hlm. 3) adalah;

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, merancang suatu pembelajaran perlu

menggunakan pendekatan sistem, perencanaan desain pembelajaran diacukan pada

bagaimana seseorang belajar, desain pembelajaran diacukan pada siswa secara

perorangan, perencanaan dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan

pembelajaran, sasaran akhir perencanaan pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk

belajar, perencanaan harus melibatkan semua variable pembelajaran, dan inti dari desain

perencanaan yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Secara umum menurut Dick and Carrey (1985) sebagaimana dikutip oleh Uno

(2006, hlm. 23) ada sepuluh langkah yang dilalui dalam perencanaan pembelajaran. Hal

13

Page 14: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

itu antara lain meliputi; mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, melaksanakan

analisis pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa,

merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butir-butir tes atau alat evaluasi,

mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih material

pembelajaran, mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, merevisi bahan

pembelajaran, dan mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Pada dasarnya tidak ada suatu model rancangan pembelajaran yang dapat

memberikan langkah pengembangan suatu program pembelajaran. Hal itu sangat

tergantung pada guru yang akan mengajar terhadap model perencanaan yang akan

digunakan. Namun sebagai pedomannya adalah pada proses pembelajarannya nanti dapat

berlangsung efektif, efisien dan menarik. Dalam usaha menyampaikan materi pelajaran di

sekolah, guru di tuntut dapat menggunakan metode yang baik dan sesuai. Guru harus

menggunakan metode mengajar yang baik, menggunakan alat bantu mengajar,

memberikan latihan, menyesuaikan bahan yang diajarkan sesai dengan pengalaman

siswa, menghindari adanya gangguan-gangguan di lingkungan, menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan (Surya 2004, hlm. 74).

Adapun cara mengajar atau metode yang sering digunakan di kelas adalah; ceramah,

studi kasus, diskusi, demonstrasi (peragaan), tanya jawab, belajar sendiri, wawancara,

laboratorium, simulasi, pekerjaan rumah dan tutorial (Soehartawi 1995, hlm. 17).

Penerapan metode ini sangat tergantung pada gaya mengajar masing-masing guru, karena

gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang

bersangkutan, yang di pengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-

konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang di laksanakan (Ali 2002, hal 5).

14

Page 15: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar

banyak ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode

mengajar. Seringkali dijumpai seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak

berhasil dalam mengajar hanya karena dia tidak menguasai metode mengajar, itulah

sebabnya, metode mengajar menjadi salah satu objek bahasan yang penting di dalam

pendidkan metodologi pengajaran adalah disiplin yang membahas objek tersebut.

Karenanya, mempelajari Metodologi Pengajaran menjadi salah satu prasyarat dalam

profesi keguruan.

Ada anggapan bahwa untuk menjadi seorang guru tidak perlu mempelajari metode

mengajar, karena kegiatan mengajar bersifat praktis dan alami, siapapun dapat mengajar

asalkan memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diajarkan. Ilmu pengetahuan dan

orientasi pendidikan di zaman sekarang mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini

menuntut guru untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan orientasi

pendidikan yang baru serta metode-metode mengajar yang sesuai dengan perkembangan

baru tersebut. Keberadaan metodologi pengajaaran menunjukkan pentingnya kedudukan

metode dalam sistem pengajaran, tujuan dan isi pengajaran yang baik tanpa didukung

metode penyampaian yang baik dapat melahirkan hasil yang tidak baik, atas dasar itu,

pendidikan Islam menaruh perhatian yang besar terhadap masalah metode.

Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan, karenanya, tidak dapat dipastikan

bahwa suatu metode baik dan metode yang lain buruk, baik atau buruknya metode itu

tergantung pada banyak faktor. Oleh sebab itu, tugas guru dalam menetapkan metode

ialah mengetahui dan mempertimbangkan batas – batas kekuatan dan kelemahan metode

yang akan digunakannya. Pengetahuan dan pertimbangan itu memungkinkannya untuk

15

Page 16: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

merumuskan kesimpulan mengenai hasil penilaian tujuan putusannya. Batas-batas

kekuatan dan kelemahan setiap metode dapat diketahui dari ciri-ciri atau sifat-sifat

umum, peranan, dan manfaatnya, yang membedakannya dari metode yang lain.

Berdasarkan faktor-faktor sebagaimana dikemukakan di atas, maka sebelum

menetapkan metode pengajaran, guru hendaknya menemukan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut ;

1. Untuk mencapai tujuan apa suatu metode digunakan?

2. Terhadap pelajar yang bagaimana suatu metode akan digunakan; dalam kelompok

besar, individual, usia berapa, dan dengan tipe belajar yang bagaimana?

3. Apakah metode yang digunakan guru dapat mengantar pelajar untuk memiliki aspek

-aspek kompetensi yang terkandung di dalam bahan pengajaran yang akan di

ajarklan?

4. Situasi bagaimana yang akan dan mungkin dihadapi guru?

5. Apakah metode yang akan digunakan guru harus didukung oleh fasilitas tertentu?

Apakah fasilitas itu tersedia di sekolah?

6. Apakah metode yang akan digunakan guru sesuai dengan kepribadiannya?

7. Kekuatan dan kelemahan apa yang terdapat pada suatu metode? Apa batas – batas

kekuatan dan kelemahannya?

Menurut Hoban, sebagaimana dikutip Syafaruddin dan Nasution (2005, hlm. 76),

fungsi perencanaan pembelajaran berkenaan dengan teknologi pendidikan, yang

merupakan organisasi terpadu dan kompleks yang melibatkan manusia, mesin, gagasan,

prosedur, dan proses fungsi. Fungsi dari perencanaan pembelajaran menurut Uno (2006,

hlm. 3) adalah; untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, merancang suatu pembelajaran

16

Page 17: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

perlu menggunakan pendekatan system, perencanaan desain pembelajaran diacukan pada

bagaimana seseorang belajar, desain pembelajaran diacukan pada siswa secara

perorangan, perencanaan dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan

pembelajaran, sasaran akhir perencanaan pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk

belajar, perencanaan harus melibatkan semua variable pembelajaran, dan inti dari desain

perencanaan yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Secara umum menurut Dick and Carrey (1985) sebagaimana dikutip oleh Uno

(2006, hlm. 23) ada sepuluh langkah yang dilalui dalam perencanaan pembelajaran yang

dapat menjadi dasar peningkatan kualitas dalam implementasinya yaitu:

1. Identifikasi tujuan umum pembelajaran,

2. Pelaksanaan analisis pengajaran,

3. Identifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa,

4. Perumusan tujuan performansi,

5. Pengembangan butir-butir tes atau alat evaluasi,

6. Pengembanga strategi pembelajaran,

7. Pengembangan dan pemilihan material pembelajaran,

8. Pendesainan dan pelaksanaan evaluasi formatif,

9. Revisi bahan pembelajaran,

10. Pendesain dan pelaksanaan evaluasi sumatif.

Pada dasarnya tidak ada suatu model rancangan pembelajaran yang dapat

memberikan resep yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program

pembelajaran. Hal itu sangat tergantung pada si perancang –guru yang akan mengajar-

17

Page 18: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

terhadap model perencanaan yang akan digunakan. Namun sebagai pedomannya adalah

pada proses pembelajarannya nanti dapat berlangsung efektif, efisien dan menarik.

Dalam melakukan perencanaan pembelajaran diperlukan desain yang dapat diukur

dan mampu dilaksanakan oleh pembuat rencana pembelajaran. Disamping hal-hal yang

disebutkan diatas, desain perencanaan memerlukan komponen strategi pembelajaran

Komponen tersebut menurut Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional (1979, hlm. 77)

seperti dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tujuan pengajaran yang merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih

strategi mengajar;

2. Guru dengan berbagai kemampuan ilmu dan pengalaman dalam mentransfer

pengetahuannya

3. Peserta didik yang berlatar belakang berbeda dari dimensi social, budaya, gaya

belajar. Intensitas kemajemukan akan merambah pada metode yang berbagai macam

diperlukan

4. Materi Pelajaran dalam bentuk formal maupun informal

5. Metode pengajaran sebagai cara memberikan tranformasi ilmu kepada peserta didik

6. Media pengajaran sebagai salah satu kompoenen penting untuk memberikan

pengetahuan secara cepat dan efektif

7. Administrasi dan finansial yang merambah pada efesiensi jadwal pelajaran, kondisi

gedung dan kondisi ruang belajar

Dalam program pengajaran ada tiga macam strategi belajar mengajar yang meliputi:

strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru (teacher centred). Guru menjadi pusat

ilmu dan siswa mentransfer tanpa gugatan kepada guru, strategi belajar mengajar yang

18

Page 19: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

berpusat pada murid (student centred) yang mengarahkan siswa untuk mengolah sendiri

materi pengarahan guru, dan guru hanya sebagai pembimbing, dan strategi belajar

mengajar yang berpusat pada materi pengajaran (Lesson plan centred) baik dalam bentuk

induksi maupun deduksi. Induksi dari pengolahan yang khusus menuju umum; dan

deduksi pengolahan materi khusus menuju kepada pemahaman umum (Winano, hlm. 78).

Kajian mengenai pembelajaran lazimnya dihubungkan dengan kiat dalam

transformasi ilmu penegetahuan dan keterampilan. Tujuan utamanya adalah untuk

menemukan strategi pemebelajaran yang lebih efektif. Dari sejumlah kajian yang

dilakukan telah ditemukan berbagai teori tentang strategi pembelajaran yaitu yang lazim

digunakan yaitu ceramah dan diskusi. Disamping itu diketengahkan sepuluh strategi

alternatif sebagai bagian dari contoh penyampaian strategi yang lebih aplikatif. Beberapa

contoh diambil dari sebagai berikut:

1. Power of Two

Aktivitas pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan

memperkuat pentingnya, serta manfaat sinergi. Dasar pemikirannya yaitu: dua kepala

lebih baik dari hanya satu kepala. Prosedur yang dilakukan adalah:

a. Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran

seperti: mengapa terjadi perbedaan paham dan aliran di kalangan umat Islam?,

mengapa peristiwa dan kejadian untuk buruk terkadang sering menimpa orang

yang baik?, apa arti khusyu’ yang sebenarnya ?

b. Siswa diminta untuk menjawab secara individual.

c. Setelah semua siswa memperoleh giliran semuanya, maka mereka diminta

memilih pasangan untuk saling bertukar jawaban.

19

Page 20: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

d. Minta kepada masing- masing pasangan untuk membuat jawaban baru sebagi

revisi terhadap individual.

e. Bandingkan jawaban antar semua pasangan.(Wnarno, 78).

2. Question Students Have

Strategi belajar ini digunakan untuk mendorong partisipasi siswa melalui tulisan

maupun lisan. Strategi ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan harapan-

harapan siswa. Prosedur yang dapat digunakan:

a) Bagikan secarik kertas kosong kepada siswa

b) Tanpa mencantumkan nama, mereka diminta untuk menuliskan sejumlah

pertanyaan mengenai materi perkuliahan atau sistuasi kelas yang sedang

berlangsung.

c) Kertas yang sudah berisi pertanyaan-pertanyaan itu edarkan kembali kepada siswa

menurut arah jarum jam. Setiap siswa harus mencantumkan tanda cek (<) pada

jawaban yang menurutnya sesuai.

d) Saat masing- masing kertas sudah kembali kepada siswa, masing- masing diminta

untuk membaca semua pertanyaan yang terinventarisasi. Identifikasi pertanyaan

yang paling banyak menerima tanda cek (x), dan respons dengan: 1) jawaban

singkat, 2) menundanya pada kesempatan yang memungkinkan, 3) memberi tahu

akan direspons secara personal di luar kelas.

e) Minta beberapa siswa secara sukarela untuk berbagi penjelasan tentang

pertanyaan mereka

f) Kumpulkan kertas dimaksud, karena mungkin ada pertanyaan yang perlu

direspons.

20

Page 21: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

2. Card Sort

Strategi yang merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk

mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang objek atau mereviu

informasi. Startegi belajar yang mengaktifkan gerakan fisik akan membantu

mendinamisasi kelas yang kelelahan. Prosedur yang dapat dilakukan:

a. Kartu indek yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih

kategori dibagikan kepada setiap siswa, seperti: karakteristik hadits sahih ataupun

imam madzhab.

b. Siswa diminta untuk berkeliling menemukan kategori yang sama.

c. Siswa dengan kategori yang sama, masing-masing diminta untuk

mempresentasikannya di depan kelas.

d. Sementara presentasi berlangsung, siswa diberikan butir-butir materi perkuliahan

yang penting (Hisyam, 2002, hlm. 140).3. Active Debate

Debat aktif akan mendorong pemikiran dan perenungan, terutama dalam ditekankan

upaya untuk mempertahankan pendapat yang berbeda dengan keyakinan sendiri.

Startegi pembelajaran ini akan melibatkan keaktifan seluruh kelas. Prosedur yang

digunakan adalah

a. Kemukakan sebuah pertanyaan yang kontraversial dan berpeluang untuk

dikembangkan yang berkaitan dengan materi perkuliahan seperti: Tidak ada

keharusan mendirikan negara Islam.

b. Bagilah siswa menjadi dua tim: yang pro dan kontra.

c. Buat dua hingga empat sub kelompok dari dua kelompok yang berbeda pendapat

itu. Masing-masing sub kelompok minta untuk mengumpulkan argumen dalam

21

Page 22: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

sebuah daftar sebagai bahan diskusi antar sub kelompok. Tiap sub kelompok

disuruh memilih juru bicaranya.

d. Sebagai argumen pembuka, masing-masing juru bicara mempresentasikan

pandangn mereka.

e. Setelah mendengarkan argumen terbuka, perdebatan dihentikan dan kembali ke

sub kelompok, guna memberi kesempatan masing- masing serta memilih juru

bicara baru.

f. Perdebatan dilanjutkan, dan kepada setiap kelompok didorong untuk

mengemukakn sanggahan. Sementara perdebatan berlangsung, peserta lain

diminta untuk memberikan catatan usulan atau sanggahan.

g. Diakhir kegiatan siswa diminta untuk mengidentifikasikan argumen yang paling

baik menurut mereka (Zaini, hlm. 143).

5. Planted Question

Strategi ini merupakan tehnik untuk membantu mempresentasikan informasi dalam

bentuk respons terhadap pertanyaan yang telah diberikan (ditanamkan) sebelumnya

kepada siswa tertentu. Prosedur yang dilakukan adalah:

a. Pilihlah pertanyaan yang mengarah pada materi kuliah yang akan diberikan. Tulis

tiga hinnga enam pertanyaan, dan disusun dalam urutan secara logis.

b. Tulis setiap pertanyaan pada selembar kertas indeks ( 10 x 15 cm), dan tulis

isyarat yang akan digunakan untuk memberi tanda kapan pertanyaan- pertanyaan

tersebut diajukan.

22

Page 23: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

c. sebelum kuliah dimulai, pilih siswa yang akan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tersebut. Beriakn setiap karti indekas dan beri penjelasan, dan

yakinkan bahwa pertanyaan tersebut belum diketahui siswa lain.

d. Buka sesi Tanya Jawab dengan menyebutkan topik yang akan dibahas, dan berilah

isyarat pertama. Lalu pertanyaan dilanjutkan kepada

6. Information Search

Strategi ini sama dengan ujian open book. Siswa secara berkelompok ditugaskan

mencari informasi untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

diberkaitan dengan materi perkuliahan. Cara ini dapat menyegarkan materi pelajaran

yang kering. Prosedur yang dilakukan:

a. Buatlah beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan mnecari informasi yang

adapt dijumpai dalam bahan-bahan sumber yang mungkin diakses siswa.

b. Bagikan pertanyaan- pertanyaan tersebut kepada siswa.

c. Mintalah mereka untuk menjawa baik secar individual ataupun kelompok untuk

meningkatkan partisipasi.

d. Berilah komentar atas jawaban yang diberikan siswa, serta dikembangkan untuk

memperluaskan wawasan.

Pembelajaran dari asal kata belajar yaitu berusaha (berlatih) supaya mendapat

kepandaian (Poerwadarminta, 1999, hlm.108). dalam bahasa Inggris disebut to learn atau

to study yang berarti gain knowledge of or skill in, practice or being taught (Hornby,

1999, hlm. 480); devotion of time and thought to getting knowledge of, or to a close

examination (Hornby, 1999, hlm.859).

23

Page 24: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Pulungan (2006, hlm. 3) menyebut bahwa belajar adalah suatu usaha atau

aktivitas dan latihan untuk memperoleh kepandaian atau ilmu pengetahuan mengenai

sesuatu. Dapat juga diberi pengertian belajar adalah suatu yang berproses untuk

memperoleh informasi dan atau kepandaian yang benar mengenai sesuatu sehingga

pembelajar mendapat pengetahuan yang benar tentang sesuatu itu dan kepandaian tentang

sesuatu sehingga ia dapat memahami dan mengerjakannya dengan baik. Dengan

demikian, belajar berarti aktivitas mencari ilmu dan memperoleh kepandaian yang

dibutuhkan oleh pembelajar. Dalam aktivitas belajar harus ada usaha keras dan melatih

diri, dari kegiatan belajar diperoleh dua hal; informasi atau ilmu dan kepandaian

mengenai sesuatu. Jika seseorang ingin mengetahui sesuatu atau mendapat informasi

serta memiliki kepandaian, maka ia tidak bisa tidak, ia harus belajar. belajar dalam

etimologi Islam adalah ta’lim yang dipahami Hasan bin Ali Hasan al-Hijazy dalam

bukunya Al-Fikru al-Tarbawy ‘Inda Ibnu Qayyîm al-Jauzy,(tt. hlm.73-74) lebih

mengarah kepada pemberian atau penanaman pengetahuan melalui pengenalan dan

penyampaian dari orang yang lebih pengetahuannya kepada orang yang belum

mengetahui. Jadi objeknya adalah akal atau kapasitas intelektual.

Secara umum para ahli pendidikan menilai bahwa Seorang peserta didik akan

sukses dalam kegiatan belajarnya, apabila ia memahami prinsip-prinsip belajar dan

melaksanakannya secara istiqomah, yaitu:

1. Rasa ingin tahu, setiap orang memiliki potensi ini dalam dirinya sebagai modal utama

melakukan aktivitas belajar secara dinamis. Rasa ingin tahu merupakan landasan

tumbuhnya minat dan motivai untuk belajar. Rasa ingin tahun bisa rendah dan bisa

tinggi, oleh karena itu potensi ini harus dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan

24

Page 25: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

baik dan dimanfaatkan secara maksimal dalam aktivitas belajar. Karena hal ini

merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2. Disiplin, dalam arti pemnfaatan waktu secara produktif untuk membaca. Karena

aktivitas membaca merupakn kegiatan pokok dalam belajar.

3. Memfungsikan organ-organ tubuh yang sangat terkait dengan kegiatan belajar.

4. Memahami apa yang dipelajari dengan memenaj organ-organ tubuh tersebut secara

maksimal.

5. Rajin mencatat informasi sesuatu yang ingin diketahui. Catatan yang dibuat berfungsi

sebagai dokumen informasi yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk

pendalaman lebih lanjut. 6) memanfaatkan sumber belajar dengan baik.

Dalam konsep definisi tersebut, keberhasilan belajar dipengaruhi juga oleh

metode yang digunakan dalam belajar, yaitu: Pertama, perencanaan belajar. Hal tersebut

digunakan apabila ingin belajar, materi apa yang ingin diketahui, bagaimana caranya dan

apa sarananya. Kedua, pelaksanaan belajar; belajar mandiri, belajar kelompok atau

belajar melalui tatap muka di ruang belajar yang terjadual. Ketiga, aktif membaca dan

mencatat dari sumber belajar. Keempat, Menghafal. Metode ini tetap diperlukan untuk

pengetahuan tertentu. Seperti definisi, rumus, teori, teks ayat al-Qur’an dan Hadis.

Kelima, menghafal dan pemahaman serta pendalaman secara terpadu. Keenam,

muzakarah secara individu atau kelompok. Ketujuh, diskusi kelompok dengan teman-

teman sekelas ; Kedelapan, interaksi dengan orang yang lebih tahu tentang sesuatu yang

ingin kita mengetahuinya secara mendalam.

Dalam konsep ini, pendekatan belajar sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam

belajar mengejar ijazah atau ilmu. Ada dua pendekatan belajar : 1) pendekatan

25

Page 26: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

formalistik, karena yang dicari adalah nilai tinggi dan ijazah, biasanya diperoleh, tapi

tidak berilmu karena ia hanya belajar keras ketika akan ujian, yang terjadi adalah

pemaksaan. 2) Pendektan pendalaman atau substansial, peserta didik yang menggunakan

pendekatan ini karena yang ia cari adalah pemahaman dan penguasaan ilmu dengan baik.

Bukan nilai tinggi atau ijazah belaka. Sebab keduanya akan diperoleh jika syaratnya

adalah penguasaan ilmu dengan baik. Pendekatan ini lebih menguntungkan, karena

semuanya diperoleh dengan memuaskan. Peserta didik yang memiliki komitmen seperti

ini adalah orang yang memiliki kemandirian tinggi dan siap mental dalam belajar. Senada

dengan pembangunan kemampuan-kemampuan tersebut dalam diri peserta didik,

UNESCO menawarkan empat pilar pembelajaran yang harus mendapat perhatian dari

tenaga pengajar, yaitu: (1) learning to know (pembelajaran untuk tahu); (2) learning to do

(pembelajaran untuk berbuat); (3) learning to be (pembelajaran untuk membangun jati

diri yang kokoh); dan (4) learning to live together (pembelajaran untuk hidup bersama

secara harmonis).

Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris in-

struction, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang

belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan

bagi orang yang belajar. Gagne dan Driscoll (1988, hlm. 27) mendefinisikan

pembelajaran sebagai suatu rangkaian kejadian, peristiwa, kondisi, dsb., yang secara

sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik (pembelajar), sehingga proses

belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada

kejadian yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun

kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia.

26

Page 27: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak,

gambar, program radio, televisi, film, slide, dan kombinasi dari bahan-bahan itu.

Bahkan, pada saat ini pemanfaatan berbagai perangkat elektronik, yang berupa program-

program komputer untuk pembelajaran, atau dikenal dengan e-learning (electronic-

learning) seperti: CAI (Computer Assisted Instruction) atau CAL (Computer Assisted

Learning), belajar lewat internet, SIG (Sistem Informasi Geografis) pendidikan, website

sekolah, dll., sudah banyak digunakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, sesuai

dengan perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), fungsi

pembelajaran bukan hanya fungsi guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumber-

sumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar sendiri. Dengan

demikian, kegiatan pembelajaran dapat dipahami sebagai penerapan prinsip serta teori

belajar. Oleh karena itu, apabila seseorang telah tahu bagaimana sebenarnya orang

belajar, maka pembelajaran akan berusaha merumuskan cara-cara yang terbaik

untuk membuat orang belajar.

Sejalan dengan pengertian belajar dan realitas didalamnya, Pembelajaran juga

terkait erat dengan gaya belajar atau learning style. Bandler dan Grinder (1981, hlm.67)

menulis bahwa sebagai seorang pendidik yang baik harus menyadari bahw siswa-siswa

mereka mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada tiga gaya bahasa yang umum

diketahui adalah gaya belajar visual, gaya belajar Audtorial, dan gaya belajar kinestetik.

Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke tiga gaya belajar tersebut-visual-

uditorial-kinestik. Namun hampir semua orng cenderung salah satu gaya belajar yang

berperan dalam saringan untuk pembelajaran, pemerosesan, dan komunikasi. Orang tidak

hanya cenderung pada satu gaya belaja, mereka juga memanfaatkan kombinasi di antara

27

Page 28: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

ketiga gaya belajar yang memberi bakat dan kekurangan alami tertentu (De porter, 1999,

hlm. 85). Selanjutnya De porter seperti dikutip dari Madalika dan Wiryausama dalam

buku Kumpulan Pikiran-Pikiran Dalam Pendidikan (1999, hlm.88) menjelaskan ketiga

gaya belajar yang dideskripsikan sebagai berikut:

Pertama, visual adalah gaya belajar yang mengakses citra visual, yang diciptakan

maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar sangat menonjol

dalam gaya belajar ini. Gaya belajar visual memiliki ciri-ciri yaitu keteraturan, perhatian

atas segala sesuatu dan menjaga penampilan. Kemudian, mengingat dengan lebih suka

membaca dari pada dibacakan, dan menutup gambaran dan tujuan menyeluruh dan

menangkap detail mangingat apa yang dilihat. Kedua, auditorial adalah gaya yang

mengakses segala jenis bunyi dengan kata, musik, nada, irama, ritma, dialog internal, dan

suara sangat menonjol disini. Sesorang yang sangat kinetic sering menyentuh orang dan

berdiri berdekatan, banyak bergerak; Belajar melakukan, menunjuk tulisan saat

membaca; Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Dalam persepktif yang lebih luas kehadiran seorang guru dalam kegiatan

pembelajaran merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dan sangat

menentukan keberhasilan pembelajaran. Posisi strategis ditunjukkan dari aktivitasnya

dalam mengembangkan materi pembelajaran melalui kedalaman dan keluasan materinya.

Peran guru dalam menentukan keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dari ketepatannya

dalam memilih dan memilah bahan pelajaran yang akan disajikan kepada para peserta

didik.Kegiatan guru dalam mengembangkan bahan pelajaran sebenarnya tidak terlepas

dari fungsi pokok yang diembannya, yakni merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pengembangan bahan pelajaran terjadi

dalam setiap tahapan dalam fungsi pokok itu. Predikat guru di lingkungan lembaga

pendidikan sebenarnya telah hadir cukup lama, meski fungsi, tugas, dan eksistensinya

28

Page 29: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

secara sosiologis mengalami perubahan yang akseleratif (menyesuaikan diri dengan

kemajuan zaman). Sebutan lama, misalnya, adalah guru yang menjadi figur, pusat

bertanya dari orang di sekitarnya, sosok yang digugu dan ditiru, dipercaya dan dijadikan

panutan diteladani pola hidupnya.

Disamping itu, eksistensi guru menempati posisi strategis, penting, dan utama

dalam mendukung pembangunan nasional, terutama dalam membangun kualitas sumber

daya manusia. Peran guru adalah penyampai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan

teknologi kepada para peserta didik, yang merupakan aset nasional. Kualitas sumber daya

manusia akan terwujud karena guru bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada

peserta didiknya. Guru adalah seorang tenaga profesional yang menjadikan peserta

didiknya mampu memahami, merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah-

masalah yang dihadapi (Sanjaya, 2006, hlm.14--15). Eksistensi guru yang bekerja secara

profesional akan menjadikan peserta didiknya mengalami pendewasaan cara berpikir,

bertindak, dan berkepribadian. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki wawasan

yang luas, cita-cita dan idealitas yang tinggi, kepribadian yang kokoh, dan

berperikemanusiaan.

Bahan pelajaran sebenarnya merupakan komponen pembelajaran yang sangat

penting. Melalui bahan pelajaran dapat ditentukan keterkaitan bahan pelajaran dengan

tujuan pembelajaran. Sebab tanpa bahan pelajaran tujuan pembelajaran akan dipisahkan

dan disiapkan serta dilaksanakan oleh guru.

Pada hakikatnya bahan pelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari bahan

kurikulum. Dalam wujud nyata, menurut Saylor dan Alexander (1966. hlm 160),

menyebutkan bahan kurikulum berupa fakta, observasi, data, persepsi, klasifikasi, dan

29

Page 30: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

pemecahan masalah yang telah dihasilkan pengalaman dan pikiran manusia yang tersusun

dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-prinsip, kesimpulan, perencanaan, dan solusi.

Kalimat di atas lebih menekankan aspek pengetahuan (kognisi) dari esensi bahan

pelajaran. Nashar (2004, hlm. 81) menegaskan bahwa bahan pelajaran berupa ilmu

pengetahuan (seperti fakta, keterangan, prinsip-prinsip, dan definisi), keterampilan dan

proses (seperti, membaca, menulis, berhitung, berpikir, berkomunikasi), dan nilai-nilai

seperti konsep tentang hal baik dan buruk, betul dan salah, indah dan jelek. Bahan

pelajaran mengandung tiga unsur pokok, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap

atau nilai. Bahan pelajaran mengandung aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga

aspek itu sejalan dengan taksonomi Bloom, cs yang membuat klasifikasi bahan pelajaran

berdasarkan keterkaitan dengan tujuan pendidikan. Paparan ketiga aspek itu meliputi

kognitif, afektif, dan psikomotor (Nasution, MN., 2005, hlm. 131).

Aspek kognitif meliputi enam tingkatan mulai dari paling rendah sampai yang

paling tinggi, yakni: 1) pengetahuan, yang berupa kemampuan mengingat materi yang

telah dipelajari dari fakta-fakta; 2) pemahaman, yang berupa kemampuan

menerjemahkan, mengintepretasikan, menghubungkan di antara fakta atau konsep; 3)

penerapan, yang berupa kemampuan untuk memilih suatu konsep, hukum, dalil atau

aturan secara tepat yang diterapkan dalam suatu bidang; 4) analisis, yang berupa

kemampuan menguraikan ke dalam unsur atau bagian sehingga jelas susunannya; 5)

sintesis, yang berupa kemampuan menyatukan unsur-unsur ke dalam bentuk keseluruhan;

6) evaluasi, yang berupa kemampuan memberikan keputusan nilai berdasarkan suatu

ketentuan. Aspek afektif terdiri dari unsur-unsur, yang meliputi: 1) menerima, 2)

merespons, 3) menghargai, 4) mengorganisasi, dan 5) karakteristik nilai-nilai. Aspek

30

Page 31: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

psikomotor meliputi 1) mengamati, 2) melaporkan, 3) mengklarifikasi, 4) memberi label,

5) menyusun dan mengurutkan, 6) menginterpretasikan, 7) membuat generalisasi, 8)

membuat inferensi, 9) memecahkan problema. Komponen aspek, sebagai unsur dalam

bahan pelajaran tersebut di atas akan menjadi dasar pertimbangan para pengembang dan

pelaksana kurikulum dalam mengembangkan bahan pelajaran. Jika hal ini diabaikan,

maka yang terjadi adalah seorang guru menyampaikan bahan pelajaran, yang tidak lebih

daripada sekedar melaksanakan rutinitas tugas, dengan mengisi jadwal pelajaran atau

menghabiskan jam tatap muka di depan kelas. Pada akhirnya, tidak akan terwujud esensi

target atau tujuan pembelajaran.

Pengembangan bahan pelajaran merupakan komponen kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengolah bahan dasar ke dalam sajian bahan pelajaran yang siap dibahas dalam proses pembelajaran di kelas. Pengembangan bahan dapat dilakukan dengan mengubah sebagian bahan dasar, atau memperjelas kajian bahan yang telah diuraikan dari bahan-bahan dasarnya. Pelaksanaan pengembangan bahan pelajaran akan tergantung kepada pengembangan dan pelaksanaan kurikulum oleh para guru dalam aktivitas pembelajaran.

Degeng (1988, hlm. 34) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengembangan bahan pelajaran akan terkait dengan beberapa strategi: Pertama, strategi pengelolaan, yang berupa pengorganisasian isi bidang studi yang meliputi pemilihan isi, penataan isi, dan pembuatan format. Kedua, strategi penyampaian, yang berupa pilahan-pilihan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Ketiga, strategi pengolahan, yang berupa penataan variabel siswa dan keterkaitannya dengan variabel lainnya. Dari pendapat di atas tersimpul makna bahwa untuk mengembangkan suatu konsep bahan pelajaran guru perlu memperhatikan berbagai aspek, baik substansi bahannya, keadaan siswa, format program pembelajaran, keadaan kelas maupun keterkaitan antarkonsep. Dengan demikian, keterpaduan antaraspek akan mendasari pengembangan bahan pelajaran.

Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, ada kalanya guru menyampaikan bahani

pelajaran di luar konteks bahan yang seharusnya dikembangkan. Guru dapat mengambil

bahan apa saja yang dimuat dalam buku-buku di luar buku pelajaran. Oleh karena itu,

guru merasa tidak perlu belajar secara sistematis untuk keperluan pengembangan bahan

pelajaran yang selanjutnya disampaikan kepada siswa di kelas. Akan tetapi, guru-guru

yang mempunyai dedikasi dan kepribadian profesional akan selalu melaksanakan tugas

31

Page 32: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

pengembangan bahan dengan baik. Dalam hal ini, pendekatan pembelajaran mempunyai

fungsi penting.

Menurut Hamalik (2005, hlm. 7), secara umum terdapat tiga pendekatan

pembelajaran yang sering dipergunakan: Pertama, pendekatan sosial, yang menempatkan

peserta didik sebagai anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota

masyarakat. Untuk itu, kepada peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai sosial sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, tempat ia hidup. Kedua, pendekatan psikologis, yang

menempatkan peserta didik yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki

berbagai potensi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan

kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh

guru melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Perkembangan dalam diri setiap

peserta didik meliputi perkembangan intelegensi, sosial, emosional, dan spiritual, yang

saling berhubungan menjadi pertimbangan yang tidak boleh diabaikan agar pelaksanaan

pencapaian tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Ketiga, pendekatan

edukatif atau paedagogis, yang menempatkan peserta didik sebagai bagian penting yang

mempunyai hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Kemampuan guru melakukan dan menggunakan pendekatan pembelajaran

merupakan sesuatu yang melekat pada diri guru, terutama apabila guru dihadapkan

kepada tuntutan perlakuan terhadap bahan pelajaran. Oleh karena itu, aspek kemampuan

akan ditunjukkan dengan pembawaan sikap dan tindakan secara nyata. Nashar (2004,

hlm. 63) mengemukakan bahwa kemampuan guru menuntut keaktifannya dalam

memperlakukan objek yang harus dikerjakan. Unsur kemampuan ini diperluas oleh

Nasution (2005, hlm. 121), yang menyatakan bahwa kemampuan guru melibatkan unsur

32

Page 33: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

kecakapan atau keterampilan dan kreativitas dalam berpikir serta melaksanakan

kegiatannya. Soetopo (2005, hlm. 143) menyatakan bahwa seorang guru dikatakan

mempunyai kemampuan apabila yang bersangkutan menguasai kecakapan-kecakapan di

bidang pembelajaran. Dalam hal ini, kemampuan tidak hanya dilihat dari kuantitas kerja,

tetapi juga dilihat dari kualitas kerja yang dilakukan. Bahkan kualitas kerja lebih dominan

sebagai tolok ukur untuk melihat apakah seorang guru memiliki kemampuan tertentu

dalam bidang tugasnya.

Pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh Nasution, Nashar, dan Soetopo

di atas memberikan gambaran keadaan kemampuan seorang guru dalam bidang tugasnya,

yang ditunjukkan dari sikap dan tindakan yang cakap atau terampil, aktif, dan kreatif

untuk melaksanakan tugas dalam mengelola pembelajaran. Guru yang mempunyai sikap

dan tindakan yang cakap/terampil dapat ditunjukkan dari pelaksanaan tugas pembelajaran

secara baik tanpa hambatan dan kesulitan. Dengan sikap dan tindakan yang aktif, guru

selalu melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan tanggung jawab yang

diembannya. Sikap dan tindakan kreatif ditunjukkan dengan pembawaan kerja guru yang

berupaya agar tidak sekedar melaksanakan rutinitas tugas, melainkan juga berupaya

melakukan inovasi dan pembaharuan menuju kemajuan tugasnya.

Kemampuan guru dalam mengembangkan bahan pelajaran sebagai unsur penting

bagi keberhasilan program pembelajaran akan tampak dalam berbagai rincian kegiatan.

Kegiatan pengembangan bahan pada hakikatnya merupakan perubahan/pengembangan

bahan dasar menjadi bahan siap saji dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan

pengembangan bahan meliputi: penambahan bahan, pengurangan bahan, penjabaran

33

Page 34: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

bahan, substitusi bahan, pengelolaan keterkaitan bahan dengan alokasi waktu, keadaan

siswa, dan aspek-aspek pembelajaran lainnya.

Sagala (2005, hlm. 147--148) mengemukakan bahwa kelancaran guru dalam

melaksanakan tugas pengembangan bahan juga memberikan dukungan kemampuannya

dalam mengadakan penelitian dan menggunakan hasil penelitian itu untuk memilih dan

mengorganisasikan bahan pelajaran. Oleh karena itu, Sagala tetap memandang penting

eksistensi kegiatan ilmiah sebagai pendukung peningkatan kemampuan profesional para

guru. Peningkatan kemampuan prosesional itu dibangun melalui pusat-pusat pelatihan,

penyelenggaraan seminar, program penataran guru-guru sejenis, loka karya, dan

penyebaran bahan-bahan yang masih baru. Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 286)

mencermati bahwa dalam rangkaian tugas pengembangan bahan, guru perlu memiliki

kemampuan berperan dalam menilai tingkah laku siswa di kelas dan menilai

implementasi pembelajaran dalam lingkup yang lebih luas. Melalui kegiatan penelitian,

guru akan sangat terbantu untuk melaksanakan tugas mengembangkan bahan pelajaran.

Rumusan Sagala dan Dimyati dan Mudjiono di atas mengisyaratkan bahwa kemampuan

guru untuk mengembangkan bahan pelajaran perlu didukung dengan kemampuan aspek

lainnya. Aspek-aspek itu mencakup kemampuan menelaah keterkaitan bahan dengan

kondisi siswa, pilihan metode, sarana, media dan kejelasan bahan agar dapat diterima

dengan baik oleh para siswanya. Dengan demikian, guru dapat bekerja dengan lebih baik

daripada sekedar berdiri di depan kelas menghabiskan alokasi waktu yang tersedia.

Penelitian Nashar (2004, hlm. 60) menyimpulkan bahwa guru-guru dalam

melaksanaan tugas pengajaran masih mengalami berbagai kesulitan. Berbagai kesulitan

terjadi dalam memahami bahan pelajaran, mencari bahan pelajaran dari sekedar rumusan

34

Page 35: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

bahan dalam buku teks, merumuskan tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran),

menyusun satuan pelajaran (silabus), dan pengembangan aspek-aspek bahan serta

program pembelajaran.

Hamalik (2005, hlm. 127) mengemukakan bahwa untuk mengatasi kesulitan

pengajaran, guru sebagai pendidik dan pengajar perlu dituntut memiliki penguasaan ilmu

atau mempunyai pengetahuan yang luas mengenai bahan pelajaran serta ilmu yang

berkaitan dengan bidang studi yang diajarkan. Di samping itu, guru juga harus menguasai

teori dan praktik mengajar, metode pembelajaran, teknologi pembelajaran, teori evaluasi

dan psikologi belajar, serta pendekatan apa yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.

Seorang guru dituntut menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan sekaligus

menguasai ilmu dan teknik pembelajaran. Jika dua hal kemampuan ini dimiliki setiap

guru, maka kemampuan profesional dalam tugas pengembangan bahan pelajaran dapat

terlaksana dengan baik. Pengalaman mengajar dan pengalaman kependidikan yang

dimiliki oleh guru dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam melaksanakan

pengembangan bahan pelajaran. Dengan pengalaman yang dimilikinya, guru lebih dapat

memahami dan menghayati nilai-nilai tugas dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan. Pengalaman dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk melakukan

aktivitas tertentu dan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

Barnadib (1982, hlm. 16) mengemukakan bahwa pengalaman pada hakikatnya

merupakan pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati seseorang. Dengan penghayatan

serta mengalami suatu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai guru akan menyatu pada

dirinya. Berawal dari pengalaman, seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan,

dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Hal

35

Page 36: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

ini sejalan dengan pendapat Surakhmad (1982, hlm. 56), yang menyatakan bahwa

pengalaman merupakan pelajaran yang akan menghasilkan perubahan ke arah

pematangan tingkah laku, perubahan pengertian, dan pengayaan informasi. Pengalaman

mengajar merupakan praktek nyata di lapangan dan sekaligus merupakan pelajaran yang

bermakna bagi guru. Dengan pengalamannya, seorang guru dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan penampilannya dalam melaksanakan tugas. Untuk

mendapatkan keterampilan dalam mengembangkan bahan pelajaran, guru perlu

mengadakan latihan berkali-kali dan terus-menerus mengenai bahan yang dipelajari.

Dengan cara berulang kali pengetahuan cenderung dapat dipahami dan dikuasai dengan

baik.

Dalam proses pembelajaran, guru mengembangkan sejumlah pengetahuan dan

keterampilan yang telah dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Untuk

itu, guru hendaknya mengembangkan pengalaman mengajarnya serta berusaha

meningkatkan pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman. Pengalaman mengajar

dan pengalaman kegiatan kependidikan lainnya benar-benar diperlukan oleh setiap guru

dalam rangka peningkatan kemampuannya untuk melaksanakan tugas pengembangan

bahan pelajaran. Soetopo (2005, hlm. 217) membuktikan bahwa semakin lama

pengalaman mengajar yang dimiliki oleh guru, semakin tinggi pula pemahaman dirinya

mengenai tugas-tugas mengajarnya. Pribadi guru yang mempunyai pemahaman yang baik

terhadap tugas-tugasnya cenderung meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan bahan pelajaran. Guru dapat lebih mampu memahami bahwa tugas

mengembangkan bahan pelajaran merupakan tugas yang tidak ringan sehingga

36

Page 37: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

pengalaman yang telah dimilikinya itu diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas-

tugasnya dengan baik.

Temuan di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengembangkan bahan

pelajaran akan diawali dari pemahaman guru mengenai pengembangan bahan pelajaran.

Pemahaman guru dapat tumbuh dengan baik apabila didukung oleh pengalaman yang

dimiliki. Pengalaman dapat digunakan sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan

kualitas kerja dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu, pengalaman merupakan salah

satu komponen yang dapat mendukung kemampuan guru dalam melaksanakan tugas

mengajar, terutama dalam mengembangkan bahan pelajaran. Guru dapat mengelola

pengalaman yang dimiliki, baik pengalaman mengajar maupun pengalaman kependidikan

yang lain, dalam rangka peningkatan dan perbaikan tugas

Nashar (2004, hlm. 57) menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan

seseorang untuk memilih suatu objek atau kegiatan. Kecenderungan untuk memilih

sesuatu itu melibatkan proses kognitif dan afektif. Orang yang memilih harus melibatkan

proses berpikir. Dia harus memiliki pemahaman atau pengertian mengenai sesuatu yang

diminati dan berdasarkan pemahaman itu, diadakan penilaian untuk melakukan suatu

pilihan. Lebih lanjut minat, menurut Slameto (1998, hlm. 37), adalah suatu keadaan yang

menggambarkan perhatian yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek yang disertai

dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari, dan membuktikan secara lebih aktif

objek yang bersangkutan. Minat merupakan suatu perasaan ketertarikan dan keterikatan

pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Seseorang mempunyai minat

terhadap suatu hal atau aktivitas akan merasa terikat dan menyukainya. Semakin besar

37

Page 38: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

minat yang ada pada diri seseorang akan ditandai dengan semakin kuat dan semakin

dekat hubungan antara seseorang dengan suatu hal atau aktivitas itu.

Perhatian atau konsentrasi yang terjadi atas dasar minat merupakan aktivitas yang

berlangsung karena kemampuan sendiri dan diiringi oleh perasaan senang. Oleh karena

itu, minat akan timbul dan meningkat setelah informasi tentang objek atau suatu kegiatan

telah diterima seseorang karena objek minat itu umumnya berkisar pada hal-hal yang

sudah dikenal. Di samping itu, minat timbul karena adanya rasa ketertarikan pada suatu

objek ketertarikan ini menimbulkan rasa senang apabila seseorang berkecimpung di

dalamnya.

Dalam praktek perencanaan pembelajaran seorang guru perlu mempunyai minat

yang tinggi untuk mengembangkan bahan pelajaran sehingga tugas itu dapat terlaksana

dengan baik. Namun, guru perlu mempunyai beberapa hal yang dapat menumbuhkan

minat untuk melaksanakan tugas pengembangan bahan pelajaran, seperti pemahaman

mengenai mata pelajaran, pemahaman mengenai aktivitas pengembangan bahan

pelajaran, dan sikap untuk memahami pelaksanaan pengembangan bahan pelajaran

sebagai bagian dari tugas mengajar. Bahkan, seorang guru mempunyai minat untuk

mengembangkan bahan pelajaran apabila dari kegiatan itu dapat diperoleh keuntungan

berupa kemudahan dalam melaksanakan tugas, dapat mendukung peningkatan karier,

sesuai dengan balas jasa atau gaji yang diterima. Tugas pengembangan bahan pelajaran

memang bukan semata-mata berawal dari minat atau kemauan dalam diri pribadi guru.

Namun, minat dapat merupakan awal pendorong bagi pelaksanaan tugas pengembangan

bahan, yang didukung oleh faktor kemampuan guru dalam mengembangkan bahan dan

aspek terkait lainnya.

38

Page 39: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Kinerja guru merupakan komponen penting yang mendukung tercapainya

implementasi perencanaan pengajaran dan pendidikan. Akdon (2006, hlm. 169)

mengemukakan bahwa kinerja guru menunjuk kepada kemampuan guru untuk

meningkatkan efektivitas mengajarnya, mengatasi persoalan-persoalan praktis dalam

pengelolaan kegiatan belajar mengajar atau proses belajar mengajar dan kepekaan guru

dalam memahami karakteristik peserta didik di lingkungan sekolah atau lingkungan

kelas. Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan, peningkatan kinerja guru perlu

diarahkan kepada pembentukan guru-guru yang profesional di bidangnya. Peningkatan

dan pemantapan kinerja guru akan terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang sejalan

dengan target atau tujuan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa guru tidak merasakan

kesulitan dalam memperlakukan bahan pelajaran melalui pengembangan bahan secara

tepat. Tentunya, melalui pilihan bahan atau pengembangan materi secara tepat akan

mengantarkan pada tercapainya tujuan pembelajaran.

Akdon (2006, hlm. 181) menyarankan agar kinerja guru tetap diarahkan kepada

proses belajar mengajar. Kinerja guru dapat diperbaiki apabila guru mampu

menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar sehingga komunikasi dua arah dapat

berjalan dalam rangka kegiatan belajar. Mantap dan tidaknya kinerja guru sangat

ditentukan oleh kemampuan, pemahaman, dan penguasaan guru mengenai mata pelajaran

yang diembannya, yang pada gilirannya akan dikembangkan di depan kelas.

Pengelolaan kegiatan belajar mengajar akan berkaitan erat dengan peningkatan

kinerja guru di sekolah. Demikian pula peningkatan kinerja guru dapat dibangun melalui

pemberian tugas mengajar yang disesuaikan dengan keahlian dan penguasaan keilmuan

yang dimiliki yang biasanya sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran yang diajarkan

39

Page 40: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

sehingga dalam praktek pembelajaran tidak muncul falsafah “guru ibarat dalang tidak

kurang lakon”, yang berarti bahwa guru dapat berbicara apa saja tatkala telah berdiri di

depan kelas tanpa berdasar pada bahan yang dikembangkan/disiapkan sebelumnya. Jika

ini terjadi maka kegagalan dalam pembelajaran akan mewarnai kegagalan pendidikan

kita.

Pengembangan bahan pelajaran merupakan tugas utama yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Melalui pengembangan bahan yang tepat, para siswa akan lebih mudah menerima dan mamahami berbagai bahan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Hamalik (2005, hlm. 79) beberapa faktor menentukan apakah seorang guru akan mengembangkan bahan pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:

1. Aspek kemampuan yang dimiliki oleh guru, dibuktikan dengan keluasan

wawasannya, atau penguasaan yang mantap mengenai teori-teori pembelajaran.

2. Aspek pengalaman kependidikan, yang berupa mata pelajaran yang diajarkan sesuai

dengan jurusan pendidikan yang dimiliki, pengalaman mengikuti forum ilmiah,

seperti pelatihan, penataran kurikulum, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

3. Aspek minat melaksanakan tugas, yaitu motif atau dorongan batiniah, menumbuhkan

kemauan untuk melasanakan tusas atas dasar dedikasi dan pengabdian yang tinggi.

4. Aspek kinerja yang akan terkait dengan kompetensinya dalam melaksanakan bidang

pekerjaan yang sesuai dengan keilmuan yang dimiliki, disertai peningkatan dalam

kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar.

Mengingat bahwa belajar merupakan proses bagi peserta didik membangun

gagasan/ pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya mampu

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat, berpikir,

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru. Suasana belajar

yang disediakan guru hendaknya memberikan peluang kepada peserta didik untuk

40

Page 41: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

melibatkan mental secara aktif melalui beragam kegiatan, seperti kegiatan mengamati,

bertanya/mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, dan sejumlah kegiatan mental lainnya. Guru hendaknya tidak

memberikan bantuan secara dini dan hendaknya selalu menghargai usaha peserta didik

meskipun hasilnya belum sempurna. Selain itu, guru perlu mendorong peserta didik

supaya berbuat/berpikir lebih baik, misalnya, dengan melalui pengajuan pertanyaan

menantang yang ‘menggelitik’ sikap ingin tahu dan sikap kreativitas. Dengan cara ini,

guru selalu mengupayakan agar peserta didik terlatih dan terbiasa untuk belajar seumur

hidup.

Bagaimana guru memahami kedisiplinan dan bentuk-bentuk manajemen perilaku

lain tergantung pada bagaimana mereka melihat pekerjaan mereka sebagai seorang guru

dan sejauh mana mereka meyakini bahwa semua peserta didik dapat belajar. Perilaku di

kelas dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Guru menguasai

banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi, dan perilaku peserta didik mereka.

Lingkungan fisik di kelas, tingkat kenyamanan emosi yang dialami peserta didik dan

kualitas komunikasi antara guru dan peserta didik merupakan faktor penting yang dapat

memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal.

Dari aspek selanjutnya yang tidak kalah pnting adalah konsep strategi. Strategi

dipahami dari bahasa Yunani, strategos yang berarti jenderal atau panglima, sehingga

strategi diartikan sebagai ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Dalam istilah

kemeliteran berarti cara penggunaan seluruh kekuatan meliter untuk mencapai tujuan

perang (Gulo, 2002, hlm 1). Dalam dunia kependidikan strategi merupakan rangkaian

dari perencanaan pengajaran.

41

Page 42: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Beberapa definisi strategi untuk membangun implementasi perencanaan pembelajaran

dapat dilihat sebagai berikut: Pertama, Joni (1979. hlm. 2) berpendapat bahwa strategi

belajar sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan

kegiatan belajar mengajar. Kedua, David (1976. hlm. 3) mendefinisikan bahwa strategi

belajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan berbagai metode tertentu pula yang teruji.

Dari definisi yang ada tersebut disimpulkan bahwa stategi belajar adalah, Pertama,

strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar

segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara

efektif;

Kedua, Strategi merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam

perwujudan kegiatan belajar-mengajar; Ketiga, pola dan urutan umum perbuatan

keduanya tersebut merupakan suatu kerangka umum kegiatan belajar-mengajar yang

tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah diterapkan. Hisyam

Zaini, dalam buku Desain Pembelajaran, (2002, hlm. 130) menyebut bahwa strategi

pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia

membawakan pengajarannya dikelas secara bertanggung jawab. Antara strategi dengan

metode memiliki perbedaan. Strategi pembelajaran rencana kegiatan untuk mencapai

tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan apa yang

direncanakan dalam strategi.

Pendekatan yang paling utama adalah sudut pandang dalam menggambarkan cara

berpikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Masing-

masing pendidik memberi tekanan yang berbeda-beda terhadap komponen pengajaran

42

Page 43: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

dan terkait dengan cara pandang guru terhadap esensi mengajar. Pendekatan yang senada

adalah kebersamaan akan titik pandang bahwa belajar adalah usaha untuk menguasai

informasi. Dalam hubungan ini, strategi belajar mengajar dipusatkan pada materi

pelajaran atau dikenal dengan material center strategies. Kedua pendekatan tersebut

memerlukan beberapa pertimbangan yaitu:

4. Kecendrungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan ketrampilan

kurang mendapat tempat yang seimbang dalam rangka peningkatan kualitas manusia

seutuhnya;

5. Materi pembelajaran yang disampaikan dalam kelas dan dimuat dalam buku teks,

akan makin usang dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Secara khusus mata pelajaran agama, adalah materi yang khusus memahami dan

mempelajari agama. ’agama’ yang dipahami sebagai sesuatu yang dianut, dipelajari, dan

dilaksanakan. (Usman, 2004, hlm. 163). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1981,

hlm. 10) agama adalah sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran

kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Ali (1995,

hlm. 50) berpendapat bahwa Islam adalah agama yang mencakup semua ajaran agama-

agama yang sebelumnya telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul. Karena itu Islam

menuntut pemeluknya supaya kepada semua agama di dunia yang mendahului yang

diturunkan oleh Tuhan. Madjid (1999, hlm.47) menjelaskan terminologi agama dengan

melihat makna dan isi dari agama yang mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan yang

dalam bentuk ajaran para Nabi. Dalam kajian yang luas Geertz (1966) yang dikutip dari

Saefudin (1993: 282) menyebutkan bahwa agama merupakan sistem simbol yang

bertindak untuk memantapkan perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi secara kuat dan

43

Page 44: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

bertahan lama dalam diri manusia, dengan cara merumuskan konsepsi-konsepsi ini

dengan suatu warna yang tersendiri mengenai hakekatnya yang nyata sehingga perasaan-

perasaan dan motivasi-motivasi yang ada tampaknya secara tersendiri adalah mengenai

yang nyata.

Terminologi agama dalam Islam adalah kepasrahan karena menaruh kepercayaan

kepada-Nya dengan mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Masyarakat

adalah sejumlah manusia dalam arti luas dan terikat oleh suatu kebudayaan yang

dianggap sama (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1981, hlm. 635). Dalam

bahasa yang ekstrim, Karim (1989: hlm. 1) dalam pengantar bukunya menyebutkan:

Apologi tentang arti agama bagi manusia pada zaman modern ini dihadapkanpada kenyataan bahwa arus perkembangan pemikiran yang mengiringi kehidupanmodern semakin meningkat. Rasionalitas yang melekat pada otak manusia yangditandai oeleh semakin meningkatnya ‘rasa ingin tahu’ serta rakusmempertanyakan segala sesuatu, baik yang dapat dilihat secara inderawi maupunyang berupa sesuatu yang abstrak dan sulit dibuktikan. Berkat senjata ilmupengetahuan dan teknologi yang semakin sempurna telah memperkaya manusia,sehingga memperluas cakrawala pemikirannya yang akhirnya semakinmempertinggi daya jangkau rasionalitasnya. Dalam situasi seperti inilah agamapun tidak luput dari gugatan rasio manusia. Agama dan simbol-simboldidalamnya mengalami ujian berat yakni berhadapan dengan berbagaikecendrungan baru manusia yang dalam banyak hal seakan-akan menggoyahkaneksistensi agama.

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, menurut Nasution dalam

bukunya Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (2001, hlm. 1) dikenal pula kata din

dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Latin lebih lanjut dijelaskan bahwa definisi

agama adalah (1) pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang

harus dipatuhi; (2) pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

yang menguasai manusia; (3) mengikatkan diri dari suatu bentuk hidup yang

mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan

44

Page 45: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia; (4) kepercayaan pada suatu kekuatan gaib

yang menimbulkan cara hidup tertentu; (5) suatu sistem tingkah laku (code of conduct)

yang berasal dari suatu kekuatan gaib; (6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-

kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib; (7) pemujaan terhadap

kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan

misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia; (8) ajaran-ajaran yang diwahyukan

Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Beberapa pemahaman agama dari para ulama dikutip dalam Islam: Suatu Kajian

Komprehensif karya Yusuf Musa (1998: 1) sebagai berikut: (1) al-Syahrastany dalam

bukunya al-Milal wa al- Nihal berpendapat bahwa agama adalah institusi Tuhan yang

mengarahkan orang-orang yang berakal dengan kemampuan mereka sendiri untuk

memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Agama dihubungkan dengan

Allah, karena ia merupakan sumbernya; dan dihubungkan kepada nabi, karena mereka

sebagai perantara kemunculannya; serta dihubungkan kepada ummat, karena mereka

memeluk dan mematuhinya. Al-Tahanwy dalam Kasyasyaf Isthilahat al-Funun

menyebutkan bahwa agama adalah institusi Tuhan yang mengarahkan orang-orang yang

berakal dengan kemauan mereka sendiri-untuk memperolah kesejahteraan hidup di dunia

dan akhirat.

Dari berbagai pemahaman tersebut mata pelajaran agama memiliki nilai pentingdalam upaya membangun manusia, terutama manusia Indonesia yang memilikiintelektualitas dan memiliki konstruk agama sebagai bagian dari pembangunan yang akandikembangkan berstandar tidak bebas nilai. Madjid dalam bukunya Pintu-Pintu MenjuTuhan (1994, hlm. 52) menegaskan bahwa semua agama mengatakan bahwa titik pusatperhatian kehidupan manusia adalah hidup keruhanian (spiritual). Karena dari spiritualakan memancar dalam tingkah laku lahiriah seseorang dan mempengaruhi seluruhhidupnya lahir batin. Perasaan tenteram yang diperoleh karena senantiasa ingat kepadaAllah akan membuat orang yang bersangkutan memiliki kematangan makna dan tujuanhidup.

45

Page 46: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Karenanya dalam mata pelajaran agama akan membangun tahapan dari tiga tahapan

yang perlu dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan kualitas jiwanya (ruhnya).

Tahapan tersebut menurut Yahya dalam buku Islam dan Etos Kerja: Tinjauan Politik Al-

Qur’an dan Pembinaan Budaya, Dialog dan Transformasi (1993, hlm. 24) adalah

Pertama, Tadzkirah selalu berdzikir kepada Allah Swt, yakni seseorang yang harus selalu

berusaha mengingat dan meningkatkan kesadaran hati dan pikirannya kepada Allah Swt.

Kedua, Takholluq secara sadar meniru sifat-sifat Allah Swt., sehingga ia memiliki sifat-

sifat yang mulia sebagai bentuk internalisasi sifat Allah ke dalam dirinya. Ketiga,

Tahaqquq seseorang harus dapat mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya

sebagai orang yang religius, yang pada akhirnya membentuk pribadi yang selalu

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang baik, yang tercermin dalam perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari.

Tiga tahapan yang digambarkan di atas, tampaknya merupakan satu bentuk usaha

dalam upaya mempertajam kemampuan ruhaniah (spiritual) seseorang sehingga

ketajaman jiwa yang dimiliki olehnya dapat meningkatkan intelektualitasnya dari kadar

biasanya. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai wujud religiusitas (spiritualitas) dalam

berbagai sisi kehidupan seseorang dan aktifitas sifat-sifat ini terjadi tidak hanya pada saat

orang melakukan ritual (ibadah mahdhoh) tetapi juga dalam aktifitas lain seperti belajar,

bersosial, bergaul dengan yang lain dan ibadah-ibadah (ghoiru mahdhoh) yang tidak

dijelaskan oleh Allah Swt.

Dari pendapat di atas, dapat memberikan pemahaman pelajaran agama memberikandasar menuju kecerdasan spiritual yang sangat mempengaruhi semangat jasmaniyah baikdalam bentuk kesehatan fisik maupun kesehatan dalam bentuk nalar (al-aqlu salimi filjismi salimi/man sana in corporesano). Manakala spiritualitas seseorang dalam kondisiyang baik, maka memungkinkan akan lebih mendorong otak manusia untuk berpikir lebihbaik (Ginanjar, 2001, hlm. Xxxvii).

46

Page 47: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Hakekat dan Kedudukan Perencanaan Pembelajaran

Pada dasarnya tugas guru sangat identik dengan target kurikulum, yaitu banyaknya isi

pelajaran yang relevan yang diselesaikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

Untuk menyelesaikan tugas itu, salah satunya adalah perlunya guru mempunyai

kemampuan perencanaan pembelajaran. Dengan kemampuan itu guru diharapkan dapat

mengelola dan mengatur proses pembelajaran dengan baik (Hamalik, 2006, hlm. 9). Pada

hakikatnya perencanaan pembelajaran merupakan seluruh tindakan yang dikerjakan

untuk menjalankan proses pembelajaran agar berlangsung secara lancar dari satu aktivitas

ke aktivitas yang lainnya, dari awal pelajaran sampai usainya pelajaran. Banyak proses

pembelajaran terhambat karena guru gagal mengatur kelas secara efektif. Walaupun

perencanaan dilakukan dengan baik, tetapi ketika di dalam kelas mengalami kegagalan

yang menyebabkan tujuan pembelajaran akan sulit tercapai.

Keterampilan perencanaan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran yang

baik. Manajemen yang baik yang dilaksanakan oleh guru akan menghasilkan

perkembangan keterampilan manajemen diri peserta didik yang baik. Ketika peserta didik

telah belajar untuk lebih mangatur diri, guru akan lebih mudah untuk berkonsentrasi pada

pembelajaran yang efektif. Teknik perencanaan pembelajaran harus diupayakan agar

tidak mengganggu aspek pembelajaran. Tindakan perencanaan harus mencegah agar tidak

terjadi masalah yang diantaranya pemilihan strategi manajemen yang tepat dengan

melihat:

1. Tingkat kematangan peserta didik dan hubungannya dengan orang lain.

47

Page 48: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

2. Jumlah peserta didik, jumlah dan jenis alat, ruang, keterbatasan waktu, dan tujuan

pembelajaran, dan

3. Kepribadian guru (Hamalik, 2005, hlm. 131).

Tugas guru yang kritis dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah

bagaimana merancang dan mengimplementasikan teknik pembelajaran agar banyaknya

waktu belajar aktif peserta didik tinggi, dan agar peluang belajar mencukupi serta dan

iklim kelas kondusif. Seperti dipahami sebelumnya bahwa pengajaran pada umumnya

adalah kegiatan kelompok, sedangkan pembelajaran lebih kepada kegiatan individu dan

tidak semua peserta didik belajar dengan kecepatan yang sama atau dengan cara yang

sama. Guru perlu mempertimbangkan berapa banyak kebijakan dan praktek yang

mengarah kepada pengelompokan peserta didik. Penelitian tentang interaksi guru dan

peserta didik menunjukkan bagaimana guru sering berperilaku berbeda kepada individu

peserta didik berdasarkan pada persepsi mereka sendiri tentang kemampuan peserta didik

(Nasution, 2005, hlm. 71).

Peserta didik yang diberi label “berprestasi rendah” atau “peserta didik lamban

belajar” sering menerima sedikit kesempatan apabila di bandingkan dengan orang lain

untuk berpartisipasi, dan mereka yang dipandang sebagai “tak berdisiplin” diperlakukan

sedemikian rupa, bahkan ketika mereka berperilaku baik. Guru perlu mengarahkan pada

asumsi dan ekspektasi mereka dengan meminta umpan balik dari peserta didik tentang

proses belajar-mengajar dan tentang apa yang terjadi di kelas pada umumnya (Slameto,

1991, hlm. 52). Semua guru harus melakukan yang terbaik bagi peserta didik dengan cara

mengenali mereka sebagai individu dengan cara positif, memperlakukan mereka dengan

48

Page 49: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

adil dan dengan hormat, membuat pelajaran menarik dan beragam, memberikan dorongan

dan mengatakan agar mereka meyakini diri mereka sendiri dan kemampuannya.

Perencanaan pembelajaran akan membangun mekanisme hubungan guru-peserta

didik dan iklim kelas yang positif merupakan faktor penting dalam mempengaruhi

bagaimana peserta didik mendapat pengalaman bersekolah. Guru tidak hanya mengajar

pengetahuan dan keterampilan, guru juga membantu peserta didik untuk menjelaskan

eksistensi diri (Nasution, 2005, hlm. 21). Dari interaksi sehari-hari dengan guru, peserta

didik belajar mengetahui apakah mereka penting atau tidak, pintar atau lambat, disukai

atau tak disukai. Seorang guru memberikan bimbingan melalui perilakunya, baik

perkataan maupun perbuatan kepada peserta didik. Dari bimbingan ini peserta didik dapat

mengikuti kegiatan di kelas. Guru harus mampu menciptakan lingkungan kelas yang

nyaman. Pada motivasi belajar dan berperilaku berdasarkan pada minat (Nashar, 2004,

hlm. 91).

Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara peserta didik, mereka akan

juga menemukan kesediaan di antara peserta didik untuk belajar dan berperilaku baik.

Pengajaran yang memuaskan keingintahuan peserta didik jauh lebih memotivasi dengan

efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang mereka anggap

tidak relevan dan membosankan (Nashar, 2004, hlm. 36). Oleh karena itu, perencanaan

dengan membuat metode guru mengajar dan berinteraksi yang baik dengan peserta didik,

akan menciptakan suasana yang nyaman sehingga dapat mencegah perilaku tak pantas

peserta didik. Namun, walau upaya interaksi positif itu, masalah perilaku mungkin masih

terjadi dan guru harus disiapkan untuk ini dengan teknik konseling, menuju pada

pemahaman, bersama-sama mengatasi masalah perilaku tak acuh yang tak pantas sambil

49

Page 50: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

memberdayakan perilaku yang pantas. Yang penting adalah bahwa guru dan peserta didik

harus bersama-sama berperilaku yang baik. Masalahnya apakah guru dapat melihat

melalui perilaku yang tak pantas itu dan melihat seorang manusia yang patut dihargai.

Dengan lulus tes ini akan membuat guru lebih dapat dipercaya, tidak hanya sebagai guru

tetapi juga, dan lebih penting lagi, sebagai manusia yang penuh kasih yang tulus.

Guru terlalu memfokuskan kepada apa yang harus dilakukan ketika peserta didik

berperilaku tak pantas. Teknik disiplin sering dipahami oleh guru sebagai sesuatu yang

terpisah dari teknik pengajaran, hanya digunakan jika dan ketika masalah muncul saja.

Namun, manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah

masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan pembelajaran

yang lebih baik, pemberian materi pembelajaran. Interaksi guru dan peserta didik akan

membidik pada peningkatan, keterlibatan, serta kerjasama peserta didik dalam belajar.

Teknik kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena

teknik itu tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab peserta didik

sendiri atas tindakannya. Peserta didik tidak otomatis menjadi berdisiplin pada usia

tertentu atau melalui kontrol atau paksaan. Nilai-nilai dan ketrampilan sosial harus

diajarkan dan dicontohkan oleh guru. Belajar untuk menjadi manusia yang bertanggung

jawab dan membuat pilihan-pilihan yang memerlukan praktek, termasuk membuat

kesalahan. Inilah yang dinamakan perencanaan pembelajaran yang efektif.

Fungsi-Fungsi Manajemen Pembelajaran

Manajemen merupakan kegiatan, pelaksanaannya disebut manajing, dan orang yang

melakukannya disebut manajer. Tugas-tugas operasional dilaksanakan melalui upaya-

upaya karyawan/staf. Manajemen mempunyai tujuan-tujuan tertentu dan bersifat tidak

50

Page 51: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

berwujud (Terry, 2006, hlm. 9). Manajemen dikatakan tidak berwujud karena tujuan

manajemen tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan hasilnya berupa hasil pekerjaan

yang cukup, ada kepuasan pribadi, produk, dan pelayanan yang optimal. Untuk mencapai

tujuan-tujuan usaha suatu kelompok organisasi membutuhkan manajemen agar dapat

dicapai dengan baik. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa manajemen mempunyai

fungsi-fungsi tertentu sehingga mampu secara positif mewujudkan pencapaian tujuan

organisasi.

Menurut Terry (2006, hlm. 15), secara fundamental manajemen mempunyai

fungsi perencanaan, organisasi, gerakan aksi, motivasi, penempatan, pengarahan, kontrol

dan inovasi atau pengembangan. Secara spesifik fungsi manajemen dapat dijelaskan;

pertama, fungsi perencanaan, menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

kelompok untuk mencapai tujuan. Kedua, organisasi, pembagian peranan kerja yang

memungkinkan anggota bekerjasama secara efektif guna mencapai tujuan bersama.

Ketiga, gerakan aksi, kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan

pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Keempat, motivasi, dorongan yang

timbul baik dari dalam diri seseorang maupun dari orang lain sehingga mau melakukan

atau tidak melakukan sesuatu. Kelima, menempatkan atau mempertahankan orang pada

posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan atau organisasi. Keenam, pengarahan, penugasan

atau masukan-masukan yang diberikan kepada bawahan sehingga menjadi aktif dan

efektif dalam bekerja. Ketujuh, kontrol, mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah

kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan tugas dievaluasi oleh

pimpinan (manajer), dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki

supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Kedelapan, inovasi atau pengembangan,

51

Page 52: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

yang mencakup pengembangan gagasan-gagasan baru, memadukan pemikiran-pemikiran

baru dengan yang lama, mencari gagasan-gagasan dengan memadukannya dengan

berbagai kondisi yang ada dan menerapkannya.

Dalam rangka mengaitkan fungsi manajemen dengan kegiatan pembelajaran,

maka terlebih dahulu perlu diuraikan konsep pembelajaran. Pembelajaran merupakan

bagian dari pendidikan, yang merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan

potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam hal ini, dua

konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar dan pembelajaran.

Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada

pihak pendidik (Dimyati dan Mudjiono, 2006, hlm. 7). Dalam proses belajar mengajar

(PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah

seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang

dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang

berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya

yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kegiatan

belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, pendidik, tujuan

pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran

adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan

tampil dalam tingkah laku yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain

mengenai tutur kata, motorik dan gaya hidupnya (Nasution, 2005, hlm. 35). Tujuan

pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal. Oleh karena itu, menurut penulis

metodologi mengajar adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik.

52

Page 53: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Pembelajaran merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari

pembahasan mengenai pendidikan karena hubungan erat antara keduanya (Budiningsih,

2005, hlm. 118). Metodologi pembelajaran dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh

pendidik karena keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bergantung kepada

cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut peserta didik, maka

peserta didik akan tekun, rajin, dan senang menerima pelajaran yang diberikan sehingga

diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada peserta didik baik tutur kata,

sopan santun, motorik dan gaya hidupnya. Metodologi pembelajaran banyak ragamnya.

Pendidik tentu harus memiliki metode pembelajaran yang beraneka ragam agar dalam

proses belajar mengajar dia tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus

divariasikan, disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik dan kondisi serta situasi yang

ada pada saat itu sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru dapat

tercapai.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran itu diperlukan upaya guru mengelola

kegiatan pembelajaran. Mengelola kegiatan pembelajaran ini dapat dipahami sebagai

kegiatan manajemen yang salah satunya perencanaan dalam pembelajaran, yang

berfungsi merencanakan, pengorganisasian, kepemimpinan serta pengawasan dan

evaluasi dalam kegiatan pembelajaran.

Perencanaan adalah tindakan awal untuk melaksanakan pembelajaran. Melalui

perencanaan akan menentukan tujuan dan menetapkan metode yang tepat untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Menurut Uno (1998, hlm. 2), perencanaan pembelajaran pada

hakikatnya adalah perancangan upaya untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran

memusatkan perhatian pada "bagaimana membelajarkan peserta didik", dan bukan pada

53

Page 54: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

"apa yang dipelajari peserta didik". Perencanaan pembelajaran secara umum diperlukan

agar perbaikan pembelajaran dapat dicapai. Upaya perbaikan itu, menurut Uno (2006,

hlm. 2--6), dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan yang

disiapkan melalui desain pembelajaran.

2. Merancang kegiatan pembelajaran memerlukan pendekatan sistem.

3. Perencanaan desain pembelajaran diarahkan kepada bagaimana peserta didik belajar.

4. Desain pembelajaran diacukan kepada peserta didik secara perorangan.

5. Perencanaan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan langsung dan tujuan

pengiring dalam pembelajaran.

6. Sasaran akhir perencanaan pembelajaran adalah agar peserta didik dengan mudah

untuk belajar.

7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.

8. Inti desain pembelajaran adalah metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Udin dan Makmun (2005, hlm. 33), perencanaan dipandang penting dan

dibutuhkan bagi suatu organisasi, termasuk organisasi pembelajaran, antara lain karena

hal-hal sebagai berikut:

1. Melalui perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya

pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan

pembelajaran.

54

Page 55: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa

pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan ini menyangkut potensi-potensi dan

prospek-prospek serta hambatan dan resiko yang akan ditemui.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara

yang terbaik atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik.

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.

5. Dengan perencanaan akan ada suatu alat atau standar untuk mengadakan pengawasan

atau evaluasi kinerja.

Dalam rangka merumuskan perencanaan pembelajaran, menurut Sagala (2005,

hlm. 150--152), harus pula diperhatikan berbagai prinsip. Pertama, prinsip

perkembangan, yang harus mempertimbangkan bahwa peserta didik berada dalam proses

perkembangan dan terus berkembang. Perubahan itu berkaitan dengan usia peserta didik;

peserta didik yang berusia lebih tinggi tentu mempunyai kemampuan lebih tinggi

daripada usia di bawahnya. Kedua, prinsip perbedaan individu, yang memandang bahwa

setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda, menerima pengaruh

dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing, yang berbeda pula. Karena

lazimnya pembelajaran dilakukan secara klasikal, maka guru harus memperhatikan dan

memberikan perhatian secara individual kepada peserta didik sesuai dengan kondisi

mereka agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Untuk itu, menurut Sagala (2005, hlm.

151), pembelajaran klasikal dapat disempurnakan dengan cara (1) menggunakan metode

atau strategi pembelajaran yang bervariasi dan (2) menggunakan alat atau media yang

dapat membantu peserta didik yang bermasalah. Ketiga, minat dan kebutuhan peserta

didik, karena kebutuhan peserta didik berbeda-beda satu dengan lainnya. Dalam hal ini,

55

Page 56: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

guru hendaknya mampu memberikan pembelajaran dengan mengarahkan sesuai dengan

minat dan kebutuhan peserta didik. Keempat, peserta didik membutuhkan motivasi dalam

pembelajaran agar bergairah dan mau menerima dan menyerap bahan pembelajaran yang

disampaikan.

Berdasarkan pengertian di atas, perencanaan pembelajaran dapat dipahami

sebagai upaya guru dalam menyiapkan desain pembelajaran yang berisi tujuan, materi

dan bahan, alat dan media, pendekatan, metode serta evaluasi yang akan dijadikan

pedoman dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sangat penting karena menjadi

pedoman dan standar dalam usaha pencapaian tujuan. Pembelajaran menjadi terarah dan

terukur karena adanya perencanaan yang matang. Perencanaan dalam pembelajaran

adalah proses pembagian komponen-komponen pembelajaran sehingga dapat dikerjakan

atau dilaksanakan dengan baik (Syafaruddin dan Nasution, 2005, hlm. 72). Untuk

mengorganisasikan suatu kegiatan pembelajaran dibutuhkan strategi, yang menurut

Reigeluth (1977) sebagaimana dikutip oleh Uno (2006, hlm. 45), yang mengacu kepada

strategi pengorganisasian pembelajaran untuk membuat urutan, mensintesis fakta,

konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Membuat urutan mengacu pada pembuatan

urutan penyajian isi mata pelajaran. Sintesis mengacu pada upaya menunjukkan kepada

peserta didik mengenai fakta, konsep, prosedur atau prinsip yang terkandung dalam suatu

mata pelajaran.

Senada dengan pengertian di atas, Sanjaya (2006: 23) menyatakan bahwa

perencanaan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan

agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. Perencanaan akan

memberi makna kepada adanya unsur-unsur yang mempersatukan dan memisahkan

56

Page 57: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

dengan tujuan, keselarasan, dan keseimbangan. Unsur-unsur yang mempersatukan di

antaranya adalah tujuan bersama untuk diwujudkan, sedangkan unsur-unsur yang

memisahkan adalah kewenangan membagi-bagikan tugas dan tanggungg jawab. Tujuan

bersama dalam pembelajaran adalah guru dan peserta didik bersama-sama berusaha

mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur dalam pembelajaran yang memisahkan

adalah kewenangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan kewajiban

peserta didik untuk mematuhi dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dengan

demikian, pengorganisasian pembelajaran memberi gambaran bahwa kegiatan belajar dan

mengajar mempunyai arah dan tanggung jawab yang jelas. Fungsi dan tanggung jawab

yang ada pada masing-masing unsur berangkat dari kebersamaan untuk memenuhi tujuan

pembelajaran. Menurut Sagala (2005, hlm. 144) aspek perencanaan pembelajaran

meliputi:

2. Penyediaan fasilitas, perlengkapan, dan personalia yang diperlukan untuk menyusun

kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses

penetapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk menyelesaikannya;

3. Pengelompokan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur;

4. Pembentukan struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran;

5. Perumusan dan penetapan metode dan prosedur pembelajaran;

6. Pemilih, pengadaan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan jabatan guru ,

yang dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang diperlukan.

Secara umum perencanaan pembelajaran dapat dipahami sebagai upaya mengatur

segala sesuatu yang berkenaan dengan pembelajaran berupa wewenang dan tanggung

jawab yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Melalui

57

Page 58: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

pengorganisasian pembelajaran ini memberi gambaran apakah guru mampu mengelola

kelas dengan menggunakan teknik dan langkah sesuai dengan perencanaan pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya sehingga mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam perencanaan tidak dapat lepas pula dari aspek kepemimpinan dalam pembelajaran

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam mengelola

kegiatan pembelajaran. Mondy dan Premeaux (1995), yang dikutip oleh Syafaruddin dan

Nasution (2006, hlm. 73), mengatakan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan

intinya adalah hubungan antar manusia. Kepemimpinan guru dalam pembelajaran ini

mencakup setidaknya empat gaya kepemimpinan (Syafaruddin dan Nasution, 2006, hlm.

74), yaitu:

1. Pemimpin otokratik, yakni pemimpin yang otoriter terhadap bawahannya tanpa boleh

bertanya atau protes terhadap apa yang ditugaskan;

2. Pemimpin partisipatif, yakni pemimpin yang selalu melibatkan bawahannya dalam

merumuskan kebijakan atau keputusan, tetapi otoritas akhir sering terdapat pada

pimpinan;

3. Pemimpin demokratis, yakni pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan

bawahannya mengenai apa yang akan diputuskan;

4. Pemimpin yang selalu membebaskan bawahan, yakni pemimpin yang tidak perduli

terhadap apa yang dilakukan bawahannya asal tidak mengganggu stabilitas

organisasi.

Dari keempat gaya kepemimpinan itu semuanya dapat dilakukan oleh guru dalam

kegiatan pembelajaran, tetapi perlu diperhatikan segi positifnya mana yang lebih banyak

58

Page 59: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

ataupun bila perlu melalui penggabungan gaya kepemimpinan di atas. Berkenaan dengan

kepemimpinan pembelajaran ini, Sagala (2005, hlm. 145) mengatakan bahwa peran guru

sebagai motivator para peserta didik melakukan aktivitas belajar baik di kelas,

laboratorium, perpustakaan, praktek kerja lapangan, dan tempat lainnya yang

memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru bukan

saja berusaha menarik perhatian peserta didik, tetapi juga harus meningkatkan aktivitas

peserta didik melalui pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran yang disajikan oleh guru.

Pengawasan dan evaluasi merupakan bagian dari proses perencanaan

pembelajaran yang berfungsi sebagai kontrol terhadap semua aktivitas yang dilaksanakan

dalam upaya memastikan keberhasilan pembelajaran. Dalam hal pengawasan dan

evaluasi ini, yang lebih menonjol adalah pada tataran evaluasinya, yang menurut Dimyati

dan Mudjiono (2006, hlm. 190), merupakan evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan

evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi

tentang seberapakah perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang

keefektifan proses pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran secara optimal.

Pengawasan sebagai bagian dari perencanaan, menurut Anthony, Dearden dan

Bedford (1984) sebagaimana dikutip oleh Sagala (2005, hlm. 146--147), merupakan

suatu konsep yang luas, yang dapat diterapkan kepada manusia, benda, dan organisasi.

Fungsinya adalah memastikan agar anggota organisasi melaksanakan apa yang

dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, serta

59

Page 60: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

memanfaatkannya untuk mengendalikan organisasi. Dalam konteks pembelajaran,

pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah dan guru mengenai pelaksanaan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Secara umum

pengawasan dalam pembelajaran ini (Sagala, 2005, hlm. 146) meliputi:

2. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan rencana;

3. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan

koreksi, menyusun standar-standar pembelajaran dan sasaran-sasaran;

4. Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-

penyimpangan baik institusional satuan pendidikan maupun proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, fungsi-fungsi perencanaan pembelajaran adalah:

1. Perencanaan pembelajaran;

2. Pengorganisasian pembelajaran;

3. Kepemimpinan dalam pembelajaran;

4. Evaluasi pembelajaran;

5. Peningkatan mutu pembelajaran.

Implementasi atas perencanaan tidak dapat lepas pula dari dunia pendidikan yang

mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Rendahnya penguasaan siswa terhadap

penguasaan materi pembelajara, serta rendahnya daya nalar mereka adalah dua hal yang

sangat menonjol. Karena pada kenyataannya para siswa sebagian besar hanya menjadi

surface leaner processor, dimana siswa hanya mampu menghapal namun tidak perlu

menghapal yang penting adalah mengerti dan paham akan materi yang diajarkan, karena

apabila siswa telah mengerti maka otomatis mampu merumuskan suatu pemahaman atau

pengertian dengan bahasa mereka sendiri (Brophy:1990, hlm. 66).

60

Page 61: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Kondisi seperti yang digambarkan di atas disinyalir oleh para ahli dan para pengamat

pendidikan salah satu penyebabnya adalah karena renadahnya kemampuan guru; baik

dari segi penguasaan materi dan yang palng memprihatinkan adalah minimmya

pengetahuan mereka tentang teknik-teknik atau strategi-strategi pembelajaran.

Nampaknya peningkatan mutu pendidikan secara nasional sekarang ini merupakan

komitmen pemerintah yang memang tidak dapat ditawar-tawar lagi dan bersifat sangat

mendesak. Tingkat pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia (human

resources) pendidikan harus segera ditindak lanjuti dengan berbagai kegiatan yang

bermuara pada peningkatan mutu dan wawasan para pelaksana pendidikan dan dalam hal

ini guru adalah sebagai ujung tombak yang salah satunya penerapan perencanaan

pembelajaran yang sistemats, jelas dan memiliki nilai peningkatan kualitas.

Kunci dalam penguatan implementasi perencanaan pembelajaran tidak

dapat lepas dengan konsep dasar belajar siswa menggunakan pendekatan CBSA (Cara

Belajar Siswa Aktif), yaitu pendekatan yan menerapkan student center atau pembelajaan

yang berpusat pada siswa. Untuk itu penguatan perencanaan memerlukan pula beberapa

pertimbangan penting, diantaranya bahwa peserta didik, ruangan kelas, metode dan

materi itu sendiri. Sebagai subyek belajar, peserta didik harus mendapatkan perhatian

yang sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran. Seorang ahli psikologi kebangsaan

Swiss, C. Jung lebih mendalam membagi individu secara, ekstrovet dan introvert.

Seseorang yang bersifat ekstovert cenderung menyenangi cara belajar dengan melakukan

interaksi dengan lingkungannya. Bicara dengan orang lain atau mencari pengalaman.

Adapaun seorang introvert lebih menyenangi belajar dengan berfikir sendiri tanpa ada

gangguan dari lingkunganya (Cranton, 1996, hlm. 102).

61

Page 62: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Pada dasarnya setiap mamnusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi salah

satu dari kedua sifat tersebut, meskipun tidak ada yang mutlak. Dalam arti seorang

introvert bukan sama sekali tidak mempunyai cirri-ciri ekstovert atau sebaliknya.

Berkaitan dengan hal tersebut, mahasiswa sebagai orang sudah dianggap dewasa akan

lebih baik jika diperlakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan karakteristik mereka,

terutama karakteristik psikologisnya. Hal ini terjadi karena karakteristik psikologis akan

mempengaruhi seseorang dalam bekerjasama dengan orang lain (dalam suatu kelompok),

seperti cara memecahkan masalah, membuat keputusan, membuat rencana belajar, dan

juga belajar secara umum. Kesemuanya akan mempengaruhi seseorang pada gaya

belajarnya (learning style). Dalam aplikasi gaya belajar, ada beberapa teori yang

dikemukakan oleh Kolb (tt, hlm. 99) melalui empat tahapan belajar yaitu:

1. Pengalaman kongkret, yaitu terlibat secara dalam suatu pengalaman baru

2. Observasi reflektif yaitu melakukan observasi terhadap orang lain dalam melakukan

eksperimen, atau mengembangkan observasi terhadap pengalaman yang pernah

dialami

3. Konseptulisasi abstrak, yaitu menciptakan suatu konsep atau teori untuk menjelaskan

obeservasi

4. Eksperimen aktif yaitu menggunakan teori teori untuik memecahkan masalah dan

membuat keputusan.

Keempat hal tersebut membentuk lingkaran yang disebut siklus belajar (learning

cycle). Namun demikian, bukan berarti bahwa seseorang dalam belajar harus melalui

empat tahapan tersebut, tetapi lebih menyerupai pintu yang dapat dimasuki oleh

seseorang ketika belajar. Karena itu pendekatan andragogi sesuatu yang menjadi penting

62

Page 63: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

dalam memberikan tehnik pembelajaran bagi peserta didik. Andragogi adalah salah satu

pendekatan pendidikan yang dipopulerkan oleh Malcoms Knowles sebagai the art and

science of helping adult learn, yaitu seni dan ilmu yang berkaitan dengan cara-cara orang

dewasa belajar. Pendekatan andragogi memiliki asumsi dasar yaitu (1) kemampuan

mengarahkan diri; (2) pengalaman mahasiswa; (3) kesiapan belajar berdasarkan

kebutuhan; (4) orientasi bahwa belajar adalah kehidupan. Asumsi-asumsi tersbut

berimplikasi secara umum adalah:

1. Suasana belajar harus dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik merasa diterima

oleh lingkungan, dihormati, dan diberi dukungan.

2. Perhatian harus diarahkan pada keterlibatan peserta didik dalam proses mendiagnosis

kebutuhan belajarnya

3. Peserta didik harus dilibatkan dalam perencanaan belajar, sementara pendidik lebih

bertindak sebagai pembimbing dan sumber referensi

4. Pendidik hanya sebagai sumber rujukan dan katalisator ketimbang sebagai instruktur.

5. Memerlukan banyak tehnik partisipatoris yang memberikan penglaman kongkret

kepada peserta didik

6. Memerlukan banyak aktifitas yang mampu mendorong peserta didik untuk melihat

pengalaman secara objektif danbeajar how to learn dari suatu pengalaman.

7. Pendidik harus mengtahui apa yang menjadi ketertarikan peserta didik, kemudian

membangun pengalaman belajar yang relevan dengan ketertarikan itu.

8. Tahapan-tahapan belajar sebaiknya diatur berdasarkan area persoalan, dengan tetap

berstandar pada kurikulum yang ada (Cranton, 1996, hlm. 104)..

63

Page 64: BAB 2 TEORI PERENCANAAN PEMBELAJARAN Definisi …

Berangkat dari nilai normatif dan realitas umum pembelajaran tersebut, workshop ini

menjadi penting sebagai bagian dari peningkatan kualitas dosen dan mahasiswa dalam

membentuk pembelajaran kelas yang bersifat kognitif, afektif, dan psikotomorik.

64