bab 2 landasan teori dan kerangka...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2. 1 Landasan Teori
2.1. 1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Istilah Pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Marketing. Asal kata
pemasaran adalah pasar = market. Didalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli,
menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, mensortir dan
sebagainya. Didalam marketing usaha ini kita kenal sebagai fungsi-fungsi marketing.
Selanjutnya ada baiknya kita melihat beberapa pengertian marketing sebagai
berikut:
1. Menurut Charles F Philip Ph.D dan Delbert J (dalam buku Prof. Dr. H. Buchari
Alma, ”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, 2005, p1) menyatakan bahwa
marketing which is often refered to as ”distribution” by businessman-included all the
activities necessary to place tangible goods in the hand of house hold consumer and
user. Artinya pemasaran diartikan oleh para pengusaha sama dengan distribusi
termasuk semua kegiatan untuk menyalurkan ke tangan masyarakat dan konsumen.
2. Menurut Maynard dan Beckman (dalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma,
”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, 2004, p1) Marketing embraces all
business activities involved in the flow of goods and service from physical production
to consumption. Artinya pemasaran adalah segala usaha yang meliputi penyaluran
barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
3. Menurut Paul D. Converse Harvey, W. Huegy, and Robert V. Mitchell, (dalam
buku Prof. Dr. H. Buchari Alma, ”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, 2002,
9
p2) Marketing didefinisikan sebagai kegiatan membeli dan menjual, dan
termasuk didalamnya kegiatan menyalurkan barang dan jasa antara produsen dan
konsumen.
4. Menurut Philip Kotler (Manajemen Pemasaran, 2002, p9) Pemasaran adalah suatu
proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
5. Menurut Rayburn D. Tousley, Ph.D., Eugene Clark, Ph.D., Fred E. Clark,
Ph.D., (dalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma, ”Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa”, 2002, p2) menyatakan Marketing terdiri dari dari usah-usaha yang
mempengaruhi pemindahan pemilikan barang dan jasa termasuk distribusinya.
6. Dari sudut pandang manajerial dikutip pengertian Marketing menurut American
Marketing Association (Buchari Alma, 2002, p3) : Marketing adalah proses
merencanakan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, menciptakan peluang
yang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Istilah Marketing Management menurut Philip Kotler (Manajemen Pemasaran,
2002, p7) adalah kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan mengawasi
segala kegiatan (programs), guna mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada merancang penawaran
yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar
dengan menggunakan politik harga, cara-cara komunikasi, dan cara distribusi, menyajikan
informasi, memotivasi dan melayani pasar.
10
Menurut William J. Shultz (Buchari Alma, 2002, p86) Management Marketing
adalah merencanakan, pengarahan dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran
perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.
Kemudian menurut Ben M. Enis (Buchari Alma, 2002, p86) menyatakan bahwa
Manajemen Pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.
2.1. 2 Perbedaan Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran
Konsep Penjualan (Philip Kotler, 2002, p21): Berkeyakinanan bahwa para konsumen dan
perusahaan bisnis, jika dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk-
produk yang ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu, organisasi tersebut harus
melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.
Konsep Pemasaran (Philip Kotler, 2002, p22): menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih
efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
11
Perbedaan antara Konsep penjualan dan pemasaran:
Titik Focus Cara Akhir
awal
(sumber gambar : Philip Kotler, 2002, p22)
gambar 2.1
Perbandingan Konsep Penjualan dan Pemasaran
Jadi perbedaan konsep penjualan dan pemasaran menurut Theodore Levitt (Philip
Kotler, 2002, p22) adalah penjualan berfokus pada kebutuhan penjual; pemasaran berfokus
pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian pada kebutuhan penjual untuk
mengubah produknya menjadi uang tunai; pemasaran mempunyai gagasan untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok
Pasar Kebutuhan Pemasaran laba lewat Pelanggan terpadu kepuasan pelanggan
Konsep Penjualan
Konsep Pemasaran
Pabrik produk yang penjualan & laba Sudah ada promosi lewat vol penjualan
12
barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan dan akhirnya
mengkonsumsinya.
Perbedaan antara penjualan dan pemasaran (Buchari Alma, 2002, p92) adalah
sebagai berikut:
Penjualan:
• Menekankan kegiatan pada produk;
• Perusahaan pada awalnya membuat produk kemudian berusaha menjualnya;
• Manajemen berorientasi pada bagaimana tercapainya volume penjualan sebesar-
besarnya;
• Rencana biasanya jangka pendek.
Pemasaran :
• Menekankan pada apa yang diinginkan konsumen;
• Perusahaan pada awalnya meneliti apa keinginan konsumen, kemudian merancang;
bagaimana membuat produk tersebut agar memuaskan selera konsumen;
• Manajemen berorientasi pada laba total bukan laba per unit barang.
2.1.3 Konsep produk
Pengertian produk menurut Philip Kotler dalam bukunya ”Manajemen Pemasaran” :
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Sedangkan dalam bukunya Kotler & Armstrong (2001, p346)
Produk (Porduct) merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan.
13
Pengertian produk dalam arti sempit adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan
kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk yang berupa dan yang dikenal.
Pengertian produk dalam arti luas adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud dan
tidak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik,
prestise pengecer dan pelayanan yang diberikan produsen dan pengecer yang dapat diterima
oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan manusia, baik yang
berwujud maupun tidak berwujud.
Produk di Klasifikasikan berdasarkan:
- Daya tahan dan wujudnya
- Pola Konsumsi
2.1.3. 1 Berdasarkan Daya Tahan dan Wujudnya
Dalam bukunya ”Strategi Pemasaran” menurut Fandy Tjiptono (2001, p98) produk
dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok menurut daya tahan dan wujudnya :
a. Barang
Merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/
disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya :
Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu :
• Barang Tidak Tahan Lama (Non Durable Goods)
Adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian.
• Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak
pemakaian.
b. Jasa (Service)
14
Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Sehingga jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian kualitas, pemasok
dan kemampuan penyesuaian.
2.1.3. 2 Berdasarkan Pola Konsumsi
Selain berdasarkan daya tahannya, produk umumnya juga diklasifikasikan
berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan
kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi : (Menurut Fandi Tjiptono 2001, p99)
a. Convenience Goods
Adalah barang-carang yang biasanya sering dibeli oleh konsumen,
dibutuhkan dalam waktu segera dan hanya memerlukan usaha yang minimum.
Convenience goods dapat dibagi lagi menjadi :
• Staples : Adalah barang yang dibeli secara teratur.
• Impulsive goods : Adalah barang yang dibeli berdasarkan keinginan seketika,
tanpa perencanaan atau usaha pencarian.
• Emergency goods : Adalah barang yang dibeli saat kebutuhan itu mendesak.
b. Shopping Goods
Adalah barang-barang yang karateristiknya dibandingkan berdasarkan
kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilikan dan pembeliannya.
• Homogeneous Goods : Adalah banyak macam barang yang kualitas serupa tetapi
cukup berbeda harganya untuk melakukan perbandingan.
• Heterogeneous Goods : Adalah banyak macam barang yang disediakan untuk
memuaskan selera individual dan harus memiliki wiraniaga yang terlatih baik
untuk menyediakan informasi dan saran kepada pelanggan.
15
c. Speciality Goods
Adalah barang-barang dengan karateristik unik dan atau identifikasi merek
yang untuk sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus
untuk membelinya.
d. Unsought Goods
Adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen, tetapi pada umumnya
belum terpikirkan untuk membelinya.
2.1. 4 Daur Hidup Produk
Konsep tentang siklus hidup produk(Philip Kotler, Manajemen pemasaran, 2002,
p347): mengatakan bahwa sebuah produk memiliki siklus hidup yang menegaskan pada
empat hal, yaitu:
1. Produk memiliki umur yang terbatas.
2. Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda, masing-masing memberikan
tantangan, peluang, masalah yang berbeda bagi penjual.
3. Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama siklus hidup produk.
4. Produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian, dan
sumber daya manusia yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidupnya.
Tahap siklus hidup produk:
1. Perkenalan (introduction): periode pertumbuhan penjualan yang lambat saat produk
itu diperkenalkan ke pasar. Pada tahap itu tidak ada laba karena besarnya biaya –
biaya untuk memperkenalkan produk.
2. Pertumbuhan (growth): periode penerimaan pasar yang cepat dan peningkatan laba
yang besar.
16
3. Kedewasaan/kemampuan (maturity): periode penurunan pertumbuhan penjual
karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Laba stabil
atau menurun karena persaingan yang meningkat.
4. Penurunan (decline): periode saat penjualan menunjukkan arah yang menurun dan
laba yang menipis.
2.1. 5 Pengembangan Produk Baru
Suatu produk yang secara teknis identik dapat dipandang sebagai suatu produk
baru, sekalipun barang itu hanya diberi pembungkus yang baru, suatu merek baru, suatu
gaya baru / kesan yang baru. Dengan demikian yang dimaksud dengan produk baru adalah
mencakup produk original, perbaikan produk, modifikasi produk dan merek baru yang
dikembangkan perusahaan melalui berbagai upaya penelitian dan pengembangannya sendiri.
Produk baru menurut Kotler & Armstrong dalam bukunya prinsi-prinsip pemsaran
(2001, p229) adalah barang, jasa atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial. Yang
bisa jadi produk tersebut telah lama ada, namun yang diperhatikan disini adalah, bagaimana
konsumen mengetahuinya untuk pertama kalinya dan membuat keputusan untuk menerima /
mengadopsinya atau tidak. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui oleh
seseorang, dari pengenalan pertamanya dengan suatu inovasi sampai pada adopsi final.
Konsumen melalui lima tahap proses adopsi sebuah produk baru:
- Sadar (aware): konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi
kekurangan informasi mengenainya.
- Tertarik (interest): konsumen mencari informasi mengenai produk baru.
- Evaluasi (evaluation): konsumen mempertimbangkan apakah masuk akal
mencoba produk baru tersebut.
17
- Mencoba (trial): konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala
kecil untuk meningkatkan perkiraan nilai produk tersebut.
- Adopsi (adoption): konsumen memutuskan akan secara penuh dan teratur
menggunakan produk baru tersebut.
Enam kategori produk baru dalam hal tingkat kebaruannya bagi perusahaan dan
pasar berdasarkan kantor konsultan Booz, Allen & Hamilton (Philip Kotler, Manajemen
pemasaran, 2002, p374):
1. Produk baru bagi dunia: produk baru yang menciptakan suatu
pasar yang sama sekali baru.
2. Lini produk baru: produk baru yang memungkinkan perusahaan
memasuki pasar yang telah mapan untuk pertama kalinya.
3. Tambahan pada lini produk yang telah ada: produk-produk baru
yang melengkapi suatu lini produk perusahaan yang telah mantap
(ukuran kemasan, rasa dan lain-lain)
4. Perbaikan dan revisi produk yang talah ada: produk baru yang
memberikan kinerja yang lebih baik atau nilai yang dianggap lebih
hebat dan menggantikan produk yang telah ada.
5. Penentuan kembali posisi (repositioning): produk yang telah ada
diarahkan ke pasar atau segmen pasar baru.
6. Pengurangan biaya: produk baru yang menyediakan kinerja
serupa dengan harga yang lebih murah.
2.1. 6 Tantangan dalam Mengembangkan Produk Baru
Perusahaan yang gagal mengembangkan produk baru menghadapi resiko yang
sangat besar. Produk yang telah ada rentan terhadap perubahan kebutuhan dan selera
18
konsumen, teknologi baru, siklus hidup produk yang lebih singkat, serta meningkatnya
persaingan domestic dan luar negri.
Beberapa factor kegagalan suatu produk, (Philip Kotler, Manajemen pemasaran,
2002, p375):
1. Eksekutif level tinggi mungkin memaksakan gagasan favorit walau hasil riset pasar
negative.
2. Ide itu bagus, tetapi perkiraan ukuran pasarnya terlalu berlebihan.
3. Produk itu tidak dirancang dengan baik.
4. Produk itu diposisikan secara keliru di pasar, tidak diiklankan secara efektif, atau
terlalu mahal.
5. Biaya pengembangan lebih tinggi daripada yang diperkirakan.
6. Pesaing membalas dengan lebih gencar daripada yang diperkirakan.
Factor-faktor lain yang menghambat pengembangan produk baru (Philip Kotler,
Manajemen pemasaran, 2002, p377):
1. Kekurangan gagasan mengenai produk baru yang penting dibidang tertentu:
mungkin hanya ditemukan sedikit cara untuk memperbaiki beberapa produk dasar
(seperti baja, deterjen).
2. Pasar yang terbagi-bagi: persaingan yang ketat menyebabkan pasar menjadi terbagi-
bagi (market fragmentation)
3. Kendala social dan pemerintah: produk baru harus memenuhi criteria dan keamanan
konsumen dan keseimbangan lingkungan.
4. Mahalnya proses pengembangan produk baru: suatu perusahaan biasanya harus
menciptakan berbagai gagasan tentang produk baru untuk menemukan hanya satu
produk baru yang layak dikembangkan.
19
5. Kekurangan modal: beberapa perusahaan yang memiliki gagasan-gagasan yang
baik tidak dapat mengumpulkan dana yang diperlukan untuk melakukan riset dan
meluncurkan produk baru.
6. Waktu pengembangan yang lebih singkat: perusahaan-perusahaan yang tidak dapat
mengembangkan produk-produk baru secara cepat akan berada dipihak yang tidak
memiliki keunggulan.
7. Siklus hidup produk yang lebih singkat: ketika suatu produk baru berhasil, pesaing
dengan cepat akan meniru.
2.1. 7 Proses keputusan pembelian
Menurut Philip Kotler, dalam bukunya (Manajemen pemasaran, 2005, p220),
terdapat bermacam-macam faktor yang mempengaruhi para pembeli dan pemahaman
mengenai cara konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus perlu
diidentifikasikan orang yang membuat keputusan pembelian, jenis keputusan pembelian, dan
langkah-langkah dalam proses pembelian.
2.1.7. 1 Peran pembelian
Menurut Philip Kotler, dalam bukunya (Manajemen pemasaran, 2005, p220), ada 5 peran
yang dimainkan seseorang dalam keputusan pembelian, antara lain:
- Pencetus: orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk
atau jasa.
- Pemberi pengaruh: orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan.
- Pengambil keputusan: orang yang mengambil keputusan mengenai setiap komponen
keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli, bagaimana cara membeli, dan
dimana akan membeli.
20
- Pembeli: orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.
- Pemakai: seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa
tertentu.
2.1.7. 2 Perilaku pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda, bergantung pada jenis keputusan
pembelian. Henry assael (dalam buku Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, 2005, p221)
membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan
pembeli dan tingkat perbedaan antar merek, yakni:
⇒ Perilaku pembelian yang rumit
Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli
mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, pembeli membangun sikap
tentang produk tersebut. Ketiga, pembeli membuat pilihan pembelian yang cermat.
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam
pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antar merek. Perilaku pembelian yang
rumit itu lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, berisiko, dan sangat
pengexpresikan diri seperti mobil.
⇒ Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit
perbedaan antara merek. Keterlibatan yang tinggi didasarai oleh fakta bahwa pembelian
tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko. Dalam kasus itu, pembeli akan berbelanja
dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika konsumen menemukan
perbedaan mutu antarmerek tersebut, dia mungkin akan lebih memilih harga yang lebih
tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaan kecil dia mungkin akan membeli semata-mata
berdasarkan harga dan kenyamanan.
21
⇒ Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli karena kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak
adanya perbedaan antarmerek yang signifikan. Misalnya garam. Para konsumen memiliki
sedikit keterlibatan pada jenis produk itu. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek
tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan
karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Terdapat bukti yang cukup bahwa konsumen
memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian sebagian besar produk yang murah dan
sering dibeli.
Ada 4 teknik untuk mengubah produk dengan keterlibatan rendah menjadi –paling
tidak--keterlibatan sedang:
- pertama, mengaitkan produk dengan beberapa isu yang menarik keterlibatan, seperti pasta
gigi Crest dikaitkan dengan usaha menghindari gigi berlubang.
- kedua, mengaitkan produk dengan beberapa situasi probadi yang menarik keterlibatan,
contohnya dengan mengiklankan merek kopi setiap pagi ketika konsumen ingin mengusir
rasa kantuk.
- ketiga, merancang iklan yang dapat memicu emosi yang berhubungan dengan nilai pribadi
atau pertahanan ego.
Keempat, menambahkan fitur yang penting, contohnya melengkapi minuman yang biasa
dengan vitamin.
⇒ Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi
perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering melakukan peralihan
merek. Misalnya kue kering. Konsumen memiliki beberapa keyakinan tentang kue kering,
memilih merek kue kering tanpa melakukan banyak evaluasi, dan mengvaluasi produk
selama konsumsi. Namun, pada kesempatan berikutnya, konsumen mungkin mengambil
22
merek lain karena ingin mencari rasa yang berbeda. Peralihan merek terjadi karena
mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan.
Pemimpin pasar dan pemilik merek kecil dalam jenis kategori produk itu memiliki
stategi pemasaran yang berbeda. Pemimpin pasar akan berusaha mendorong perilaku
pembelian karena kebiasaan dengan cara mendominasi ruang rak penjualan, menghindari
kekurangan persediaan, dan sering mensponsori iklan untuk mengingatkan konsumen.
Perusahaan penantang akan mendorong para pencari variasi dengan menawarkan harga
yang lebih rendah, obral, kupon, contoh gratis, dan iklan yang menyajikan alasan untuk
mencoba sesuatu yang baru.
2.1. 8 Tahap – tahap proses pengambilan keputusan
Menurut Philip Kotler, dalam bukunya (Manajemen pemasaran, 2005, p223) ada
beberapa tahap – tahap yang dipelajari oleh para pemasar dalam proses pembelian produk
bagi konsumen, sehingga dapat memberikan gambaran tentang proses pembelian. Antara
lain:
- Para pemasar dapat memikirkan cara mereka sendiri bertindak (metode instropeksi).
- Para pemasar dapat mewawancarai pe sedikit pembeli saat ini, meminta pembeli
tersebut menceritakan kembali kejadian-kejadian yang menyebabkan pembelian
(metode restropeksi).
- Para pemasar dapat mencari para konsumen yang berencana membeli produk
berangkutan dan meminta para konsumen tersebut memikirkan proses pembelian
yang akan mereka jalani (metode perspektif).
- Para pemasar dapat meminta para konsumen menguraikan cara yang ideal untuk
membeli produk tersebut (metode preskriptif).
23
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pascapembelian
Proses pembelian konsumen model lima tahap
(sumber gambar: kotler&armstrong, 2001)
Gambar 2.2
Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen
Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau external. Dalam kasus
pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang—lapar, haus, seks—mencapai ambang
batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan
24
oleh rangsangan eksternal. Seseorang melewati toko kue dan melihat roti yang segar
serta hangat sehingga terangsang rasa laparnya; orang tersebut mengagumi mobil baru
tetangganya; atau ia menonton iklan televisi tentang liburan ke Hawaii.
Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian
informasi yang labih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya
sekedar lebih peka terhadap informasi produk.
Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif.
Mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk
tertentu. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama
yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap
keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat
kelompok:
- Sumber pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
- Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
- Sumber publik media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
- Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
Jumlah dari pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda bergantung
pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen mendapatkan
sebagian besar informasi tentang produk tertentu dari sumber komersial—yaitu, sumber
yang didominasi oleh pemasar. Namun informasi yang paling efektif berasal dari sumber
pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan
pembelian. informasi komersial biasanya menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi.
25
Evaluasi alternatif
Beberapa konsep dasar akan membantu memahami proses evaluasi konsumen.
Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat
tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati pembeli berbeda-
beda tergantung jenis produknya:
- kamera: ketajaman gambar, kecepatan kamera, harga.
- Hotel: lokasi, kebersihan, suasana harga.
- Obat kumur: warna, efektivitas, kemampuan membunuh kuman, harga, rasa/aroma.
- Ban: keselamatan, umur pemakaian, mutu ketika dikendarai, harga.
Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai
atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar
pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar produk tertentu sering dapat
disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda-
beda.
Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk prefrensi atas merek-merek yang
ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk
membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi
alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk
26
menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin
dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku: preferensi pembeli terhadap merek tertentu
akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. Pengaruh
orang lain menjadi rumit jika beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat
yang saling berlawanan dan pembeli tersebut ingin menyenangkan mereka semua.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan
mengubah niat pembelian. keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau
menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan (perceived
risk). Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen.
(sumber data: Philip kotler, p228)
Gambar. 2.3
Tahapan Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian
Evaluasi alternatif
Niat pembelian
Sikap orang lain
Factor situasi yang tidak
terantisipasi
Keputusan pembelian
27
Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Para pemasar harus memantau:
- Kepuasan pasca pembelian: kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa
dekat harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas
produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan
kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas; jika melebihi
harapan, pelanggan akan sangat puas.
- Tindakan pascapembelian: kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan
mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, ia
akan mennjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk
tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang atau
mengembalikan produk tersebut. Dan mungkin mengambil tindakan publik seperti
mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut, pergi ke pengacara, atau mengadu ke
kelompok-kelompok lain. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti
membeli produk tersebut atau memperingatkan teman-teman.
- Pemakaian produk pasca pembelian: para pemasar juga harus memantau cara
pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen menyimpan
produk itu kedalam lemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu
memuaskan. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk
tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen membuang
produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama
jika produk tersebut dapat merusak lingkungan (seperti kasus kemasan minuman
dan popok sekali pakai).
28
2.1.9 Proses pengambilan keputusan pembeli terhadap produk baru
Keputusan pembelian (kotler&armstrong, 2001, p226) merupakan tahap dalam
proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk.
Pengertian produk baru (kotler&armstrong, 2001, p229) merupakan segala bentuk
barang, jsa, atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial.
Proses adopsi (kotler&armstrong, 2001, p229) merupakan proses mental yang dilalui
seseorang, dari pengenalan pertamanya dengan suatu inovesi sampai pada adopsi final. Dan
adopsi sebagai keputusan yang diambil seseorang untuk menjadi pengguna reguler sebuah
produk.
Konsumen melalui lima tahap proses adopsi sebuah produk baru:
- Sadar: konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi
kekurangan informasi mengenainya.
- Tertarik: konsumen mencari informasi mengenai produk baru.
- Evaluasi: konsumen mempertimbangkan apakah masuk akal mencoba
produk baru tersebut.
- Mencoba: konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala kecil untuk
meningkatkan perkiraan nilai produk tersebut.
- Adopsi: konsumen memutuskan akan secara penuh dan teratur
menggunakan produk tersebut.
Pengaruh ciri-ciri produk pada tingkat adopsi
Ciri-ciri produk baru mempunyai tingkat adopsinya. Beberapa produk berhasil
merebak hanya dalam sekejap (Frisbees), sementara produk yang lainnya butuh waktu yang
29
lebih lama untuk diterima. Kelima ciri terutama penting dalam mempengaruhi tingkat
adopsi suatu produk baru (inovasi):
- keunggulan relatif: sampai tingkat mana inovasi terlihat lebih superior dibandingkan produk
yang sudah ada. Semakin besar persepsi keunggulan relatif menggunakan produk tersebut,
semakin cepat produk tersebut dikonsumsi.
- kesesuaian: sampai tingkat mana inovasi sesuai dengan nilai-nilai dan pengalaman
konsumen potensial.
- kompleksitas: sampai tingkat mana inovasi begitu sulitnya dipahami atau digunakan.
- kemungkinan dikonsumsi sebagian: sampai tingkat mana inovasi mungkin dicoba secara
terbatas.
- kemudahan dikomunikasikan: sampai tingkat mana hasil penggunaan inovasi dapat diamati
atau diuraikan kepada orang lain.
Ciri-ciri lain mempengaruhi tingkat adopsi, seperti biaya awal dan pemeliharaan,
resiko dan ketidakpastian, serta persetujuan sosial. Pemasar produk baru harus meneliti
semua faktor tersebut ketika mengembangkan produk baru dan program pemasarannya.
2.1.10 Pangsa Pasar
Menurut Philip Kotler, Manajemen pemasaran, 2002, Pasar merupakan
seperangkat pembeli aktual dan potensial dari suatu produk atau jasa. Dimana dapat
diartikan pula sebagai tempat pertemuan antara pembeli dan penjual untuk menukarkan
barang – barang mereka. Ekonomi menggunakan istilah pasar untuk mengartikan kumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam tipe produk tertentu.
Dalam buku Magic Numbers for consumer Marketing (2006, p5) Pasar biasanya
diasumsikan sebagai jumlah pembeli yang ada atau potensial untuk suatu produk atau
produk dalam kategori tertentu. Sedangkan pasar potensial adalah pasar yang menunjukkan
30
konsumen dalam segmen lain yang mungkin menganggap suatu produk atau jasa dari
perusahaan tertentu atraktif, namun juga cukup berbeda dari pasar utama sehingga dapat
dianggap memiliki karakteristik unik sekaligus karakteristik umum yang ada dipasar utama.
Sehingga dapat ditentukan pangsa pasar dari produk dalam suatu perusahaan.
Pangsa pasar adalah penjualan produk dari perusahaan sebagai persentase dari total
penjualan seluruh perusahaan dipasar produk tersebut.
Pengertian pasar (Fandi Tjiptono dalam bukunya, Strategi Pemasaran, 2001, p59)
dari sudut pandang pemasaran adalah bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan potensial
yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin besedia dan sanggup untuk
melibatkan diri dalam proses pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan
tersebut. Dengan demikian, besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang memiliki
kebutuhan., mempunyai sumber daya yang diminati orang/ pihak lain, dan bersedia
menawarkan sumber daya tersebut untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan
mereka.
Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada dalam pasar tersebut.
Pembeli potensial memiliki tiga karakteristik pokok, yaitu mempunyai minat, penghasilan dan
akses. Berdasarkan ketiga karakteristik ini, ada lima level definisi pasar, yaitu:
1. Pasar potensial (potential market): yaitu sekumpulan konsumen memiliki tingkat
tertentu terhadap penawaran pasar tertentu. Misalnya, semua orang yang
menyatakan berminat untuk membeli sebuah sepeda motor.
2. Pasar yang tersedia (available market): yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki
minat, penghasilan dan akses pada penawaran pasar tertentu. Dalam pasar yang
tersedia, konsumen juga memiliki kemampuan (daya beli) untuk membeli sepeda
motor. Selain itu hambatan akses juga teratasi, artinya sepeda motor tersebut
memang tersedia di wilayah tersebut berada.
31
3. Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available market): yaitu
sekumpulan konsumen yang memiliki minat, penghasilan, akses, dan kualifikasi
untuk penawaran pasar tertentu. Misalnya pemerintah melarang penjualan sepeda
motor kepada orang yang belum berusia 17 tahun. Dengan demikian, meskipun ada
konsumen yang memiliki minat, daya beli, dan akses pasar, tetapi belum berusia 17
tahun, maka ia bukanlah pasar tersedia yang memenuhi syarat.
4. Pasar yang dilayani (served market atau target market): yaitu bagian dari qualified
available market yang ingin dimasuki perusahaan. Misalnya, produsen sepeda motor
memutuskan untuk memusatkan perhatian pemasaran dan distribusinya di pulau
jawa, maka pulau jawa menjadi pasar yang dilayani.
5. Pasar penetrasi (penetrated market): yaitu sekumpulan konsumen yang benar-benar
telah membeli produk. Jadi, yang termasuk dalam pasar penetrasi adalah mereka
yang sungguh-sungguh telah membeli sepeda motor produsen tersebut.
2.1. 11 Index Pangsa Pasar
Index pangsa pasar berhubungan erat dengan pangsa pasar, namun mencakup
variable – variable yang mempengaruhi keputusan akhir konsumen untuk membeli dan
sehingga pada akhirnya dapat memberikan pengaruh tambahan bagi pangsa pasar akhir
perusahaan tersebut. Dengan lebih memahami setiap variable, perusahaan dapat memilih
apakah akan mengonsentrasikan lebih banyak sumber daya untuk memperbaiki kinerja
pangsa pasar dan di mana hal itu akan dilakukan.
Pengukuran suatu index pangsa pasar dalam buku Magic Numbers for consumer
Marketing (2006, p5) mencakup variable – variable yang mempengaruhi keputusan akhir
32
konsumen untuk membeli dan oleh karena itu dapat mengerahkan pengaruh tambahan
bagi pangsa pasar akhir perusahaan berdasarkan rumus pengukuran yang tepat.
Rumus untuk pengukuran Index pangsa pasar (Market share index):
Msi = Pa x Pb x Bi x A x P pur
Dimana:
Msi : Index pangsa pasar
Pa : kesadaran produk (jumlah orang yang mengetahui produk anda di pasar target
anda dibandingkan dengan keseluruhan populasi dipasar target)
Pb : preferensi produk (apakah harga produk itu menarik?)
Bi : niat untuk membeli (apakah harga produk tersebut atraktif?)
A : ketersediaan produk (dapatkah produk tersebut ditemukan dipasar?)
P pur : produk yang dibeli (apakah membeli produk itu merupakan pengalaman yang
positif?)
Menurut Husein Umar dalam bukunya Riset Pemasaran dan Perilaku
Konsumen, 2005, p224, Share Development Index (SDI) atau potensi pangsa pasar
merupakan rasio antara market share aktual dibandingkan market share index (MSI), yang
dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
SDI = Market Share
Market Share Index (MSI)
33
Sehingga melalui penghitungan tersebut dapat diketahui potensi pangsa
pasar suatu perusahaan seberapa besar yang nantinya digunakan sebagai informasi untuk
meningkatkan pangsa pasar melalui strategi yang tepat.
34
Market share index
Gourmet Wrap
Index pangsa pasar: - awareness - preferensi produk - niat untuk membeli - ketersediaan produk - produk yang dibeli
Index pangsa pasar: - awareness - preferensi produk - niat untuk membeli - ketersediaan produk - produk yang dibeli
Tahap Adopsi Produk: - Awareness - Interest - Evaluation - Trial - Adoption
2. 2 Kerangka Pemikiran
Pentingnya menganalisis tahap adopsi produk guna mengetahui bagaimana dan
sejauhmana tingkat adopsi produk baru yang dalam hal ini adalah Gourmet wrap yang
dikeluarkan oleh McDonald’s dapat diterima di masyarakat pada umumnya dan oleh
pelanggan McDonald’s pada khususnya. Sehingga akhirnya digunakan untuk mengetahui
index pangsa pasar dari produk tersebut.
(sumber gambar: peneliti)
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran