bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-1-00051-si...

49
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Green Information and Communication Technology (ICT) 2.1.1 Pengertian Green ICT Menurut International Livestock Research Institute (ILRI) (2009, p1) dalam jurnal berjudul Green ICT: ICT Awareness, Teknologi Informasi (TI) telah memungkinkan dalam produktivitas, efisiensi, dan komunikasi, tetapi memiliki konsekuensi lingkungan. Dibutuhkan solusi untuk mengurangi gas karbon yang akan berdampak bagi lingkungan, solusi tersebut yaitu Green ICT. Green ICT adalah pendekatan baru untuk mengurangi konsumsi energi dari sistem ICT, pengurangan limbah elektronik dan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan organisasi. Menurut Philipson (2010, p4) dalam paper berjudul A Green ICT Framework: Undertanding and Measuring Green ICT, Green ICT lebih dari sekedar mengurangi emisi karbon ataupun mengurangi konsumsi energi ICT perusahaan. Green ICT adalah pusat teknologi keberlanjutan. Green IT menyediakan: alat pengukuran, tempat penyimpanan data, mekanisme pelaporan, dan teknik mitigasi yang memungkinkan keberlanjutan. Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green Computing, Green IT atau komputasi hijau adalah TI ramah lingkungan yang memungkinkan proses untuk menjalankan efisiensi dan efektivitas dengan tidak adanya dampak atau dampak seminimal mungkin bagi lingkungan.

Upload: vuongkiet

Post on 07-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Green Information and Communication Technology (ICT)

2.1.1 Pengertian Green ICT

Menurut International Livestock Research Institute (ILRI) (2009, p1) dalam

jurnal berjudul Green ICT: ICT Awareness, Teknologi Informasi (TI) telah

memungkinkan dalam produktivitas, efisiensi, dan komunikasi, tetapi memiliki

konsekuensi lingkungan. Dibutuhkan solusi untuk mengurangi gas karbon yang akan

berdampak bagi lingkungan, solusi tersebut yaitu Green ICT. Green ICT adalah

pendekatan baru untuk mengurangi konsumsi energi dari sistem ICT, pengurangan

limbah elektronik dan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan

organisasi.

Menurut Philipson (2010, p4) dalam paper berjudul A Green ICT

Framework: Undertanding and Measuring Green ICT, Green ICT lebih dari sekedar

mengurangi emisi karbon ataupun mengurangi konsumsi energi ICT perusahaan.

Green ICT adalah pusat teknologi keberlanjutan. Green IT menyediakan: alat

pengukuran, tempat penyimpanan data, mekanisme pelaporan, dan teknik mitigasi

yang memungkinkan keberlanjutan.

Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green

Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green

Computing, Green IT atau komputasi hijau adalah TI ramah lingkungan yang

memungkinkan proses untuk menjalankan efisiensi dan efektivitas dengan tidak

adanya dampak atau dampak seminimal mungkin bagi lingkungan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

9

Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green

Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green

Computing, Green IT berusaha untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi perusahaan.

Pandangan ini diperkuat oleh Global Warming Initiatives Inc, suatu organisasi di

North Carolina yang misi utamanya adalah untuk membantu usaha dalam mengubah

efisiensi energi dan kinerja lingkungan menjadi aset perusahaan sekaligus

mengurangi pemanasan global. Singkatnya, mengatasi masalah lingkungan telah

menjadi tanggung jawab perusahaan dan sosial serta keharusan ekonomi dan

lingkungan.

Menurut Enterprise Management Associates (EMA) (2008, p1) dalam paper

berjudul Green Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Effiency, green

computing atau Green IT adalah praktik menerapkan kebijakan dan prosedur yang

meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk mengurangi

dampak lingkungan dari pemanfaatannya. Green computing didirikan pada prinsip

"triple bottom line" yang mendefinisikan keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan

kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial.

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p2) Green IT atau dikenal

sebagai green computing adalah studi dan praktik merancang, manufacturing, dan

menggunakan komputer, server, monitor, printer, storage device, sistem efisiensi

dan efektifitas komunikasi dan jaringan, dengan dampak nol atau minimal terhadap

lingkungan. Green IT juga tentang penggunaan TI untuk mendukung, membantu,

menaikkan level inisiatif lingkungan dan membantu menciptakan green awareness.

Green IT meliputi perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), alat, strategi,

dan praktik untuk meningkatkan dan memelihara keberlanjutan lingkungan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

10

2.1.2 Taksonomi Green ICT

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) taksonomi adalah klasifikasi

bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek; cabang

biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup

berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya; klasifikasi unsur bahasa menurut

hubungan hierarkis; urutan satuan fonologis atau gramatikal yang dimungkinkan

dalam satuan bahasa.

Gambar 2.1: Taksonomi Green ICT

Sumber: Visser (2011, p9)

Menurut Visser (2011, p9) Green ICT dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

menghijaukan dengan TI dan menghijaukan TI itu sendiri. Menurut Visser (2011, p9)

menghijaukan dengan TI adalah TI sebagai sarana. Contohnya yaitu menghijaukan

suatu lingkungan seperti di dalam perusahan dengan menggunakan peralatan TI yang

mendukung. Mengirimkan data ke seluruh staff di dalam perusahaan dengan tidak

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

11

mencetak tetapi hanya dengan men-transfer data lewat jaringan perusahaan dapat

disebut sebagai menghijaukan dengan TI.

Menurut Visser (2011, p9) menghijaukan TI adalah TI sebagai tujuan atau

target. Contohnya yaitu merancang atau membuat suatu peralatan TI yang

mendukung dalam penghijauan lingkungan seperti di dalam perusahaan.

Menghijaukan TI dapat dilakukan dengan merancang TI yang ramah lingkungan

seperti supplier TI yang merancang data grid, data center, hardware serta software

ramah lingkungan untuk mendukung pekerjaan dalam suatu perusahaan.

2.1.3 Manfaat Green ICT

Menurut Stollenmayer (2011, p8) manfaat Green ICT adalah sebagai berikut:

pengurangan konsumsi energi, pengurangan penggunaan bahan baku, pengurangan

penggunaan air, pengurangan jumlah sampah, peningkatan jumlah daur ulang

(recycle) dan pengurangan polusi.

Tabel 2.1: Manfaat Green ICT

Environment/Society + Lower CO2 emissions

+ Reduced resource consumption

+ Compliance with legal requirements (in the future)

Companies + Reduced energy costs

+ Reduced operating costs of data centers

+ Less hardware needed

Employees + Increased

employee satisfaction

Capital Market + Improved

ratings

+ Higher share

Customers + Greater

customer loyalty

Public + Improved

image

+ Rounded-

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

12

Sumber: Hanle (2009, p6)

Menurut Hanle (2009, p6) Green ICT memiliki beberapa manfaat untuk

stakeholder perusahaan. Manfaat untuk lingkungan: mengurangi emisi

karbondioksida, mengurangi konsumsi sumber daya, dan menaati peraturan (di masa

depan). Manfaat untuk perusahaan: hemat beban listrik, mengurangi beban operasi

data center, dan membutuhkan lebih sedikit hardware.

Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green

Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green

Computing, manfaat Green ICT meliputi:

• Biaya.

• Efisiensi dan Peningkatan kerja.

• Keberlanjutan lingkungan di seluruh siklus hidup TI secara keseluruhan,

sehingga lebih ramah lingkungan dengan menangani dan mengatasi bidang utama

termasuk:

� Green Use.

� Green Disposal.

� Green Design.

� Green Manufacturing.

+ Greater loyalty

+ Easier recruitment

price

+ Greater company value

+ Appeal to new customer groups

+ Greater customer satisfaction

out CSR strategy

+ Greater brand value

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

13

2.2 Pendekatan Holistik Green IT

Gambar 2.2: Pendekatan Holistik Green IT

Sumber: Murugesan dan Gangadharan (2012, p8)

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p7) untuk efisiensi dampak

lingkungan pada TI diharuskan mengadopsi sebuah pendekatan holistik yang terdiri

dari:

• Green Design.

Merancang energi dan lingkungan efisien yang terdiri dari komponen komputer,

server, dan cooling equipment.

• Green Manufacturing.

Manufaktur komponen elektronik, komputer, dan subsistem lainnya dengan

minimal atau tidak adanya dampak terhadap lingkungan.

• Green Use.

Mengurangi pengurangan energi pada komputer dan sistem informasi lain serta

menggunakannya sesuai dengan keberlanjutan lingkungan.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

14

• Green Disposal.

Memperbarui dan menggunakan kembali komputer lama atau tua serta mendaur

ulang komputer dan peralatan elektronik lainnya.

• Green Standards and Metrics.

Kebutuhan untuk mempromosikan, membandingkan, dan benchmarking inisatif

keberlanjutan, produk, servis, serta praktiknya.

• Green IT Strategies and Policies.

Efektifitas dan strategi serta kebijakan-kebijakan (policies) menambah nilai dan

fokus pada manfaat jangka pendek serta jangka panjang. Ini merupakan strategis

dan praktik bisnis yang selaras juga sebagai komponen kunci Green IT.

2.2.1 Green Computer’s Entire Life Cycle.

Gambar 2.3: Green Computer’s Entire Life Cycle

Sumber: Murugesan dan Gangadharan (2012, p8)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

15

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p8) seluruh siklus hidup dari

komputer, server, storage system dapat dibuat lebih hijau, mengurangi emisi gas

rumah kaca dan jejak karbon serta meminimalkan atau menghilangkan bahan

beracun yang digunakan dan/atau dilepaskan ke lingkungan.

2.2.2 The Three Rs of Green IT

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) komputer yang tidak

diinginkan, monitor, dan hardware lainnya tidak boleh dibuang sebagai sampah

karena akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan menyebabkan masalah

lingkungan serius. Sebaliknya, masyarakat diharuskan untuk memperbarui

(refurbish) dan menggunakan kembali (reuse), atau membuang (dispose) dengan

cara ramah lingkungan. Reuse, refurbish, dan recycle adalah 3 ‘Rs’ Green IT.

Berikut merupakan penjelasan lengkap tentang 3 ‘Rs’ Green IT menurut

Murugesan dan Gangadharan (2012, p9):

• Reuse.

Banyak organisasi dan individu membeli komputer baru untuk setiap proyek atau

setiap 2-3 tahun sekali. Sebaliknya, masyarakat diharuskan menggunakan

komputer yang lebih tua jika memenuhi persyaratan. Jika tidak, harus

memberikan kepada seseorang yang dapat menggunakannya dalam proyek atau

unit lain. Dengan menggunakan hardware untuk jangka waktu lama, dapat

mengurangi jumlah jejak lingkungan yang disebabkan oleh manufaktur komputer

dan pembuangan (disposal).

• Refurbish.

Masyarakat dapat memperbarui dan meng-upgrade komputer lama serta server

untuk memenuhi persyaratan baru. Masyarakat dapat membuat komputer lama

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

16

dan hardware TI lainnya menjadi hampir baru lagi dengan rekondisi serta

mengganti beberapa bagian. Dibandingkan membeli komputer baru dengan

spesifikasi yang ada, masyarakat juga dapat membeli hardware TI yang sudah

diperbarui menjadi peralatan berkembang. Jika pilihan ini tidak cocok,

masyarakat dapat menyumbangkan peralatan untuk amal, sekolah, seseorang

yang membutuhkan, atau dapat menjualnya.

• Recycle.

Ketika masyarakat tidak dapat refurbish atau reuse komputer, diharuskan untuk

membuangnya dengan cara ramah lingkungan dengan mendepositokan sampah

dengan recycle elektronik atau kolektor limbah elektronik (e-waste). E-waste

komputer dan barang elektronik adalah salah satu jenis limbah yang tumbuh

tercepat dan menimbulkan masalah lingkungan serius.

The United Nations Environmental Program memperkirakan bahwa 20-50 juta

ton e-waste dihasilkan di seluruh dunia setiap tahun dan terus meningkat.

Hardware TI mengandung bahan beracun seperti timbal (lead), chromium,

cadmium dan mercury. Jika hardware TI dikubur di tempat pembuangan sampah,

bahan beracun dapat meluluhkan kimia berbahaya ke dalam air dan lingkungan.

Jika dibakar, hardware TI tersebut membawa bahan beracun ke udara yang

dihirup manusia.

Jadi, jika e-waste tidak dibuang dengan benar dapat merusak lingkungan dan

manusia. Regulasi limbah peralatan listrik dan elektronik (Waste electrical and

electronic equipment/WEEE) bertujuan untuk mengurangi jumlah e-waste yang

akan menuju ke tempat pembuangan sampah dan meningkatkan pemulihan serta

tingkat recycle.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

17

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) e-waste disposal jika tidak

dilakukan dengan benar menyebabkan kerusakan lingkungan serius dan masalah

kesehatan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam disposal atau recycle.

Meskipun larangan ekspor dan impor e-waste, e-waste masuk ke negara-negara

berkembang (seperti India, Cina dan Filipina) untuk ‘recycling’ karena biaya recycle

yang lebih rendah di negara-negara tersebut. Sayangnya, seperti peraturan

lingkungan dan sarana yang tepat dari e-waste disposal dan recycle tidak ditegakkan

dalam praktik di negara-negara, e-waste ditangani ‘informal’ di pasar recyling resmi

secara manual, kasar, dan berbahaya untuk mengekstrak logam dan barang berharga

lainnya.

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) manufaktur komputer harus

bertanggung-jawab dan mengambil tindakan untuk mengurangi polusi yang

disebabkan oleh produk akhir masing-masing. Misalnya, perusahaan harus

mengadopsi banyak pilihan mengambil dari konsumen komputer yang tidak

diperlukan lagi dan mengatur pembuangan dengan cara ramah lingkungan melalui e-

waste recycling. Perusahaan harus mendidik pelanggan tentang yang harus dilakukan

dengan komputer lama. Perusahaan juga harus secara bertahap menghilangkan atau

meminimalkan penggunaan bahan beracun pada komputer yang beberapa

manufaktur komputer lakukan.

2.3 Green IT Policy

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) organisasi harus

mengembangkan Green IT Policy selaras dengan kebijakan lingkungan secara

keseluruhan dan inisiatif. Green IT Policy meliputi kerangka organisasi yang

ditempatkan untuk menerapkan kriteria lingkungan dalam kegiatan TI yang

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

18

berhubungan. Hal ini mendefinisikan sejauh mana green issues yang dikemas dalam

prosedur organisasi membimbing penggunaan, sumber dan pembuangan infrastruktur

teknis TI, kegiatan infrastruktur TI, dan penggunaan TI di perusahaan yang lebih luas

(Gartner, 2008; Olson, 2008).

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) jatuh tempo Green IT

Policy mencerminkan pertimbangan lingkungan secara sistematik menyerap value

chain aktivitas TI dan secara berulang atau tidak teratur dan didasarkan pada upaya

yang tidak terkoordinasi. Kebijakan (policy) membuat organisasi untuk melakukan

Green IT. Namun, tidak semua policy diharapkan dapat dilaksanakan dengan lancar

dan tidak semua praktik diharapkan menjadi policy.

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) Green IT Policy tidak

hanya mengenai penggunaan TI di perusahaan tetapi juga dapat mencakup kebijakan

mengenai pengelolaan setelah TI tidak dapat digunakan. Hal ini termasuk kebijakan

mengenai pengelolaan e-waste salah satunya yaitu proses recycling. Proses recycling

adalah proses daur ulang TI yang sudah tidak dapat digunakan. Green IT Policy

proses recycling dapat menjadi panduan kebijakan recycling TI yang tidak dapat

digunakan lagi di dalam suatu perusahaan dan melibatkan pihak-pihak yang

bersangkutan dalam melakukan recycling tersebut.

2.4 Green Technologies

Menurut Webber dan Wallace (2009, p1) green technologies adalah

pengurangan dampak lingkungan departemen TI. Kuncinya adalah menemukan

peralatan tepat yang mudah dioperasikan serta mudah diolah sewaktu tidak dapat

digunakan lagi. Green hanya istilah lain untuk efisiensi penggunaan teknologi (dalam

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

19

hal ini, mengacu terutama untuk peralatan elektronik). Efisien bertepatan dengan

biaya terendah dan paling ramah lingkungan.

Menurut Webber dan Wallace (2009, p2) ada 3 karakteristik utama dari green

technologies. Satu atau lebih dari karakteristik ini dapat berlaku untuk perangkat TI

(komputer, printer, monitor, keyboard, scanner, dan lain-lain) yaitu:

• Harus menggunakan energi secara efisien. Sebuah peralatan diberikan tingkat

kemampuan dapat dirancang dan dirakit dengan harga beli yang rendah,

pembuangan mudah, atau operasi hemat energi. Sayangnya, banyak perusahaan

menekankan harga pembelian awal dan tidak menjalankan biaya peralatan selama

masa 3 atau 5 tahun. Oleh karena itu, sebagian besar produsen fokus pada

penyediaan harga unit terendah.

• Menggunakan peralatan ukuran yang tepat untuk pekerjaan. Kebanyakan orang

akan menggunakan sebuah truk bukan mobil kelas ekonomi untuk mendorong

kembali dan balik ke sebuah toko kelontong yang jauh. Hal tersebut akan

mengkonsumsi secara signifikan lebih banyak bahan bakar untuk mencapai

jumlah yang sama dalam bekerja. Berlaku pula untuk sistem TI, seringkali server

besar dibeli untuk mendukung aplikasi baik karena itu adalah standar perusahaan

atau tersedia bila server dibutuhkan. Perangkat yang lebih besar mengkonsumsi

energi lebih dari satu unit, namun menyediakan jumlah imbalan sama kepada

perusahaan.

• Mencakup biaya untuk pembuangan tepat dari peralatan yang tidak diinginkan.

Pembuangan adalah sesuatu yang jarang dipertimbangkan dalam pembelian.

Namun biaya untuk membuang perangkat adalah bagian dari biaya total

kepemilikan unit. Perusahaan mungkin akan bertanggung jawab untuk biaya

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

20

pembersihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk pembuangan yang tidak

tepat dari peralatan.

2.5 Solusi Green Computing

Menurut Enterprise Management Associates (EMA) (2008, p1) dalam paper

berjudul Green Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Effiency, solusi

green computing mengatasi serangkaian luas isu-isu lingkungan ditargetkan

mencapai keberlanjutan. Solusi ini meliputi:

• Efisiensi Energi.

Memaksimalkan pemanfaatan kekuatan sistem komputasi dengan mengurangi

penggunaan sistem selama periode waktu non-puncak.

• Mengurangi Limbah Elektronik.

Komponen teknologi fisik (keyboard, monitor, CPU, dan lain-lain) sering tidak

biodegradable dan sangat beracun. Beberapa bisnis dan arahan pemerintah telah

diberlakukan untuk mempromosikan recycle komponen elektronik dan produsen

hardware telah mengembangkan beberapa bagian biodegradable.

• Virtualisasi.

Dengan memanfaatkan server tunggal untuk memberikan layanan virtual yang

seharusnya perlu disediakan oleh beberapa sistem, makan konsumsi daya

keseluruhan akan berkurang.

• Mempekerjakan Thin Clients.

Sistem ini hanya memanfaatkan fungsi komputasi dasar. Dan terkadang bahkan

diskless, memanfaatkan sistem remote untuk melakukan kegiatan pengolahan

utamanya. Karena sistem kuno dapat digunakan untuk melakukan fungsi ini,

sehingga limbah elektronik akan berkurang. Atau perangkat thin clients baru

sekarang tersedia yang dirancang dengan konsumsi daya rendah.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

21

• Telecommuting.

Menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk memungkinkan kemampuan

karyawan bekerja dari rumah sehingga mengurangi emisi transportasi.

• Remote Administration.

Memungkinkan kemampuan administrator untuk akses jarak jauh, memantau dan

sistem perbaikan secara signifikan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan fisik

ke kantor dan lokasi pelanggan yang jauh. Seperti telecommuting, pekerjaan ini

menghilangkan emisi karbon yang tidak perlu.

• Generasi Green Power.

Banyak perusahaan telah memilih untuk menerapkan pembersihan, sumber

energi terbaru seperti matahari dan angin untuk sebagian atau keseluruhan

kekuatan bisnis.

Dari semua ini, “efisiensi energi” menyediakan potensi terbesar untuk cepat

kembali atas investasi, kemudahan implementasi, dan pembenaran keuangan.

Beberapa solusi komersial untuk meningkatkan efisiensi komputasi energi baru-baru

ini menjadi tersedia dan EMA sangat menganjurkan penerapan solusi tersebut tidak

hanya untuk implikasi lingkungan, tetapi juga untuk pengurangan pada biaya

infrastruktur TI.

2.6 Hardware

Menurut Noersasongko dan Andono (2010, p2) hardware adalah istilah

mengenai sekelompok mesin, ataupun istilah mengenai jutaan komponen kemudian

dikenal sebagai hardware atau perangkat keras. Hardware komputer juga dapat

diartikan sebagai peralatan fisik komputer itu sendiri yang dapat dilihat, dipegang,

ataupun dipindahkan.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

22

2.6.1 Komponen Hardware

Menurut Noersasongko dan Andono (2010, p2) adapun komponen hardware

tersebut antara lain:

• Monitor (CRT dan LCD).

• CPU:

� RAM.

� Motherboard.

� Power Supply.

� Processor.

� VGA.

� CD dan DVD ROM.

• Keyboard.

• Mouse.

• Printer/scanner.

• Speaker.

2.7 Standard Operating Procedure (SOP)

2.7.1 Pengertian Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Ekotama (2010, p19) Standard Operating Procedure (SOP) adalah

sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan, dan mentertibkan suatu

pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai

akhir. Hampir semua bisnis yang dijalankan secara modern memiliki SOP. Bahkan

SOP juga diberikan kepada para konsumen yang membeli produk tertentu agar tidak

salah mengolah. Jadi, SOP memang dibuat untuk menyederhanakan proses kerja agar

hasilnya optimal tetapi tetap efisien.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

23

Menurut Tambunan (2011, p14) SOP pada dasarnya adalah pedoman berisi

prosedur-prosedur operasional standar di dalam suatu organisasi yang digunakan

untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-

fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan secara

efektif, efisien, konsisten, standar, dan sistematis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa SOP adalah pedoman berisi prosedur-prosedur

operasional untuk memudahkan, merapikan, dan mentertibkan pekerjaan dalam suatu

organisasi agar berjalan secara efektif, efisien, konsisten, standar, dan sistematis dari

awal hingga akhir.

2.7.2 Tujuan Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Ekotama (2010, p20) tujuan membuat SOP adalah

menyederhanakan suatu pekerjaan agar hanya berfokus pada intinya, tetapi cepat dan

tepat. Dengan cara ini, keuntungan mudah diraih, pemborosan diminimalisasi, dan

kebocoran keuangan dapat dicegah. Perusahaan yang ramping tetapi semua

pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu adalah perusahaan yang kompetitif.

Menurut Ekotama (2010, p21) SOP lahir dari pengelolaan usaha sehari-hari.

Pengelolaan usaha sehari-hari yang belum tentu profesional lalu distandarisasi agar

profesional atau mendekati profesional. Oleh karena itu, SOP disusun untuk

mempersingkat proses kerja, meningkatkan kapasitas kerja, dan mentertibkan kinerja

agar tetap dalam bingkai visi serta misi perusahaan. SOP adalah sarana agar

perusahaan mencapai sasaran (goal) yang ditetapkan oleh pemilik.

2.7.3 Peran Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2008, p97) peran SOP sebagai pedoman di dalam suatu

organisasi adalah:

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

24

• Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatan organisasi,

operasional, dan administratif.

• Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi, baik operasional maupun

administratif.

• Menjadi pedoman validasi langkah-langkah kegiatan dalam organisasi.

• Menjadi pedoman penggunaan formulir, dokumen, blanko, dan laporan yang

terkait dengan kegiatan organisasi.

• Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi.

• Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan dalam organisasi yaitu dalam

konteks mencapai tujuan organisasi.

2.7.4 Manfaat Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2011, p30) manfaat SOP untuk organisasi merupakan

manfaat teknis yang menjadi standar dan sangat penting karena dapat digunakan

sebagai acuan dalam pengendalian atas pelaksanaan penerapan SOP di dalam

organisasi. Manfaat-manfaat teknis tersebut adalah:

• Menjamin adanya standarisasi kebijakan, peraturan, baik yang dibuat di dalam

organisasi maupun berasal dari luar, misalnya Undang-Undang, Keputusan

Presiden atau Menteri, maupun berupa aturan lainnya dari institusi seperti

Bapepam, dan lain-lain.

• Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan setiap prosedur operasional standar

yang telah ditetapkan menjadi pedoman baku organisasi.

• Menjamin adanya standarisasi untuk penggunaan dan distribusi formulir, blanko,

dan dokumen dalam prosedur operasional standar. Alur formulir, blanko, dan

dokumen pada dasarnya merupakan alur dari birokrasi di dalam organisasi,

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

25

sehingga efektifitas dan efisiensi dari alur formulir, blanko, dan dokumen

merupakan efektifitas dan efisiensi birokrasi.

• Menjamin adanya standarisasi sistem administrasi (termasuk kegiatan

penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi). Sistem administrasi menjadi

jaminan adanya upaya untuk menghargai tiap transaksi dan peristiwa yang terjadi

di dalam organisasi.

• Menjamin adanya standarisasi validasi. Salah satu tindak atau aksi yang

memastikan bahwa kontrol di dalam suatu alur kegiatan telah diterapkan adalah

dengan melihat validasi dalam alur tersebut (control activities). Validasi harus

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam SOP. Dalam penyajian dengan

teknik bagian arus, titik-titik kontrol (control points) dapat dijelaskan melalui

simbol-simbol bagan arus yang beragam antara lain: simbol kegiatan manual

maupun terkomputerisasi, simbol pilihan alternatif, dan simbol penyimpanan.

• Menjamin adanya standarisasi pelaporan. Laporan adalah yang dibutuhkan oleh

pengguna sistem termasuk SOP. Salah satu indikator menentukan keberhasilan

atau efektifitas sistem adalah laporan-laporan yang dihasilkan sistem bermanfaat

atau tidak bagi penggunanya sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan

melakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan tujuan, target, dan program-

program yang telah ditetapkan secara periodik.

• Menjamin adanya standarisasi kontrol. Penerapan kontrol sesungguhnya bukan

hanya berupa validasi, tetapi mengimplementasikan komponen-komponen

pengendalian lainnya yang mempengaruhi kualitas pengendalian organisasi

secara keseluruhan, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi

dan komunikasi, dan pemantauan (monitoring).

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

26

• Menjamin adanya standarisasi untuk pelaksanaan evaluasi dan penilaian kegiatan

organisasi. Penting untuk memastikan bahwa semua keputusan serta tindakan

dalam alur kegiatan organisasi mendapat evaluasi yang memadai. SOP yang

efektif memuat mekanisme evaluasi yang standar.

• Menjamin adanya standarisasi untuk pelayanan dan tanggapan kepada pihak luar

organisasi. Standar ini adalah refleksi dari dampak SOP suatu organisasi terhadap

pihak luar organisasi. SOP yang efektif memastikan bahwa semua kegiatan

organisasi dapat berjalan pada pola paling ekonomis, efektif, dan efisien (3E).

• Menjamin adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di antara

prosedur dengan prosedur operasional lainnya di dalam konteks dan kerangka

tujuan organisasi. Penyajian yang terintegrasi dalam konsep, konteks, dan terapan

sangat penting untuk menghindari terjadinya duplikasi dalam keputusan mapun

tindakan yang pada akhirnya menghasilkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan

organisasi.

• Menjamin adanya acuan formal bagi anggota organisasi untuk menjalankan

kewajiban di dalam prosedur operasional standar. SOP pada dasarnya disusun

untuk menjadi pedoman baku bagi anggota organisasi dalam menjalankan

kegiatan, baik dalam mengambil keputusan maupun tindakan. Karena itu, SOP

harus ditetapkan sebagai satu-satunya acuan berkegiatan dalam suatu organisasi.

Dalam SOP yang disajikan secara efektif, maka kaitan (linkage) antara SOP

dengan peraturan-peraturan lain terlihat secara jelas dan terintegrasi karena SOP

disusun dengan mempertimbangkan semua peraturan yang mengikat organisasi.

• Menjamin adanya acuan formal untuk setiap perbaikan serta pengembangan

prosedur-prosedur operasional standar di masa datang. SOP bukanlah pedoman

yang dibuat sekali sepanjang umur hidup suatu organisasi. SOP berubah serta

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

27

berkembang sesuai perubahan dan perkembangan organisasi. SOP yang

penyajiannya efektif akan memudahkan saat dilakukan perubahan atau perbaikan.

2.7.5 Macam-Macam Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Ekotama (2010, p39) SOP dapat dikelompokkan menjadi 7 bidang

kerja dalam suatu perusahaan. Pengelompokkan ini sifatnya umum, yaitu dapat

berlaku untuk semua jenis usaha. Berbagai macam pengelompokkan SOP tersebut

antara lain:

• Produksi dan Distribusi.

• Pemasaran: Promosi dan Penjualan.

• Akuntansi, Keuangan, dan Pajak.

• Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangannya.

• Pelayanan dan Pengelolaan Pelanggan.

• Operasional Usaha.

• Pembukaan dan Penutupan Usaha.

2.7.6 Tujuh Kriteria Manual Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2008, p108) pada dasar setiap organisasi memiliki

kebutuhan yang khas. Karena itu, secara teknis SOP sebagai manual prosedur

operasional standar di dalam organisasi harus disusun agar memenuhi 7 kriteria yang

disebut “The Seven Criterias of Manual”. 7 kriteria inilah yang menyebabkan SOP

suatu organisasi berbeda dengan SOP organisasi lain. “The Seven Criterias of

Manual” tersebut antara lain:

• Khas atau Spesifik (Specific).

• Prosedur Lengkap (Complete).

• Jelas dan Mudah Dipahami (Understandable).

• Layak-Terap (Applicable).

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

28

• Layak-Kontrol (Controllable).

• Layak-Audit (Auditable).

• Layak-Ubah (Changeable).

2.7.7 Unsur-Unsur Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2008, p121) unsur-unsur SOP tidak saja bermanfaaat

untuk menjadi rujukan penyusunan, tetapi juga pengendali pelaksanaan SOP, yaitu

untuk melihat SOP disusun lengkap atau tidak. Unsur-unsur ini digunakan sebagai

acuan dalam melakukan observasi, menyusun dan mengimplementasikan SOP.

Unsur-unsur SOP tersebut antara lain:

• Tujuan.

• Kebijakan.

• Petunjuk Operasional.

• Pihak yang Terlibat.

• Formulir.

• Masukan.

• Proses.

• Laporan.

• Validasi.

• Kontrol.

2.7.8 Tahap-Tahap Teknis Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2011, p34) terdapat 8 tahap teknis yang tidak hanya

mencakup penyusunan, tetapi juga implementasi serta pengendalian dan

pemeliharaan.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

29

Gambar 2.4: Tahap-Tahap Teknis Penyusunan SOP

Sumber: Tambunan (2011, P35)

Menurut Tambunan (2011, p35) tahap-tahap teknis penyusunan SOP tersebut

adalah:

• Tahap Persiapan.

Tahapan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan penyusunan atau

pengembangan SOP serta menyusun alternatif tindakan yang harus dilakukan

oleh organisasi yang terdiri dari 4 langkah, yaitu:

(i) Mengetahui kebutuhan.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

30

(ii) Mengevaluasi dan menilai kebutuhan.

(iii) Menetapkan kebutuhan.

(iv) Menetapkan alternatif tindakan.

Produk dari tahapan ini adalah keputusan mengenai alternatif tindakan yang akan

dilakukan.

• Tahap Pembentukan Organisasi Tim.

Tahapan ini bertujuan untuk menetapkan tim atau organisasi tim yang

bertanggung-jawab untuk melaksanakan alternatif tindakan yang telah dibuat

dalam tahap persiapan. Tahapan ini mencakup 5 langkah, yaitu:

(i) Menetapkan organisasi tim penanggung-jawab pelaksanaan.

(ii) Menyusun pembagian tugas pelaksanaan.

(iii) Menetapkan orang yang diberi tanggung-jawab atas pelaksanaan secara garis

besar.

(iv) Menetapkan mekanisme kontrol pekerjaan.

(v) Membuat pedoman pembagian pekerjaan dan kontrol pelaksanaan pekerjaan.

Produk dari tahap ini adalah pedoman pembagian tugas dan kontrol pekerjaan.

• Tahap Perencanaan.

Tahapan ini bertujuan menyusun serta menetapkan strategi, metodologi, rencana,

dan program kerja yang akan digunakan oleh tim pelaksana penyusunan. Tahap

ini terdiri dari 4 langkah, yaitu:

(i) Menyusun strategi dan metodologi kerja.

(ii) Menyusun perencanaan kerja.

(iii) Menyusun program-program kerja rinci.

(iv) Menyusun pedoman perencanaan dan program kerja rinci.

Produk dari tahap ini adalah pedoman perencanaan dan program kerja rinci.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

31

• Tahap Penyusunan.

Tahapan ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan SOP sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap ini terdiri dari 5 langkah, yaitu:

(i) Mengumpulkan informasi terkait dengan metode pendekatan pengumpulan

yaitu dengan metode pendekatan sistem atau risiko kegiatan.

(ii) Mengumpulkan informasi pelengkap, yaitu alur otorisasi, kebijakan, pihak

yang terlihat, formulir, kaitan dengan prosedur lain.

(iii) Menetapkan metode dan teknik penulisan SOP yang dipilih, naratif atau

bukan, bagian arus, tabular, atau paduan di antara ketiganya.

(iv) Melaksanakan penulisan SOP.

(v) Membuat draft pedoman SOP.

Produk dari tahapan ini adalah draft pedoman SOP.

• Tahap Uji Coba.

Tahapan ini bertujuan menerapkan SOP dalam bentuk uji coba draft pedoman

SOP yang telah dibuat dalam tahap penyusunan. Tahap ini terdiri dari 6 langkah,

yaitu:

(i) Merancang metodologi uji coba.

(ii) Mempersiapkan materi uji coba.

(iii) Menetapkan tim pelaksana uji coba.

(iv) Mempersiapkan sarana uji coba.

(v) Melaksanakan uji coba.

(vi) Menyusun laporan hasil uji coba.

Produk dari tahap ini adalah laporan hasil uji coba yang digunakan untuk

melakukan penyempurnaan draft pedoman SOP.

• Tahap Penyempurnaan.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

32

Tahapan ini bertujuan menyempurnakan pedoman SOP berdasarkan laporan hasil

uji coba yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Tahap ini terdiri dari 6

langkah, yaitu:

(i) Mendiskusikan laporan hasil uji coba.

(ii) Merancang dan merencanakan langkah-langkah penyempurnaan pedoman

SOP.

(iii) Menyusun pembagian tugas penyempurnaan.

(iv) Melaksanakan penyempurnaan.

(v) Melakukan uji coba terbatas dengan tim atau tim penyeimbang (counterpart)

atau kelompok fokus (focus group) yang dibentuk secara khusus.

(vi) Menyusun pedoman SOP akhir (final manual).

Produk dari tahap ini adalah pedoman SOP akhir (final manual atau final

guidance) yang digunakan sebagai pedoman standar dalam organisasi.

• Tahap Implementasi.

Tahapan ini bertujuan untuk mengimplementasikan pedoman SOP akhir secara

menyeluruh dan standar dalam organisasi. Tahap ini terdiri dari 6 langkah, yaitu:

(i) Merancang metodologi implementasi.

(ii) Mempersiapkan materi implementasi.

(iii) Menetapkan tim pelaksana implementasi.

(iv) Mempersiapkan sarana implementasi.

(v) Melaksanakan implementasi.

(vi) Menyusun laporan implementasi.

Produk dari tahap ini adalah laporan implementasi yang akan menjadi dasar

dalam melakukan tahapan pemeliharaan dan audit.

• Tahap Pemeliharaan dan Audit.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

33

Tahapan ini merupakan tahap akhir dari seluruh tahap-tahap teknis penyusunan

SOP dan bertujuan untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan audit atas

pelaksanaan penerapan SOP dalam organisasi selama periode tertentu. Tahapan

ini terdiri dari 7 langkah, yaitu:

(i) Merencanakan kegiatan pemeliharaan dan audit atas pedoman SOP yang

diterapkan.

(ii) Mempersiapkan tim pemeliharaan dan audit.

(iii) Melaksanakan pemeliharaan dan audit.

(iv) Membuat laporan setiap kegiatan pemeliharaan dan audit.

(v) Menyimpulkan temuan-temuan di dalam laporan kegiatan pemeliharaan dan

audit dan menyusun perencanaan perbaikan yang diperlukan.

(vi) (Bila perbaikan adalah kecil dan bersifat rutin, maka): Melaksanakan

perbaikan segera.

(vii) (Bila perbaikan adalah besar dan bersifat tidak rutin, maka): Melaksanakan

tahap-tahap teknis penyusunan SOP dari awal.

Produk dari tahap ini adalah laporan perbaikan rutin dan laporan kebutuhan

perbaikan besar atas SOP.

2.7.9 Teknik Dasar Penulisan Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Tambunan (2011, p180) terdapat 3 teknik dasar menuliskan SOP,

yaitu:

• Teknik Naratif.

• Teknik Bagan Arus (Flowchart).

• Teknik Tabular.

Pada praktiknya, biasanya tidak digunakan hanya salah satu teknik saja, tetapi

gabungan atau campuran dari 3 teknik dasar tersebut.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

34

Berikut merupakan penjelasan tentang ketiga teknik dasar penulisan SOP

menurut Tambunan (2011, p180):

• Teknik Naratif.

Teknik ini menggunakan kekuatan kata dan kalimat dalam menyusun SOP. Oleh

karena itu, karakter teknik naratif ini sangat khas, semakin baik cara

penyampaian, semakin baik pula potensi kemudahan pemahaman oleh pelaksana

prosedur. Karena sifat ini, maka penyusunan dengan teknik naratif harus

dilakukan oleh tim yang tidak hanya mampu melakukan analisis kebutuhan SOP

organisasi, tetapi juga mampu menuangkan dalam narasi sistematis, jelas, dan

mudah dipahami.

Keunggulan teknik naratif adalah:

� Lebih fleksibel, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan yang menulis SOP,

sepanjang dilakukan secara sistematis, standar, dan mudah dipahami.

� Tidak terikat simbol-simbol tertentu, seperti teknik bagian arus (flowchart),

sehingga potensi kesalahan bukan pada pemakaian simbol, tetapi penggunaan

kata atau kalimat.

� Untuk SOP yang instruktif dan singkat, lebih mudah untuk dimodifikasi.

� Lebih mudah dipahami oleh lebih banyak pemakai, sebab tidak perlu

memahami simbol atau kode-kode tertentu, sepanjang SOP ditulis secara

sistematis, standar, dan mudah dipahami.

Kelemahan teknik naratif antara lain:

� Sulit disajikan secara standar, karena cara setiap orang menuliskan sesuatu

dapat berbeda. Ada yang singkat dan ada yang berpanjang-panjang.

� Untuk prosedur yang rumit dan tidak instruktif, dapat menjebak penulis SOP

pada situasi penyajian yang berbelit-belit.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

35

� Untuk orang yang paham teknik bagan arus, kecuali untuk kebijakan dan

SOP instruktif, maka cara ini tidak praktis.

� “Sometimes word has two meanings”. Ungkapan ini menunjukkan potensi

sebuah kalimat disalahartikan oleh orang-orang yang membacanya.

� Untuk prosedur yang rumit dan tidak instruktif, sulit untuk

diimplementasikan dan disosialisasikan.

Walaupun terdapat keunggulan dan kelemahan dari teknik naratif, namun teknik

ini sangat bermanfaat pada kebutuhan tertentu, yaitu:

� Untuk menulis kebijakan dan peraturan-peraturan.

� Untuk menulis SOP instruktif.

� Untuk menulis SOP yang sederhana yang tidak melibatkan banyak pihak,

tidak banyak alur birokrasi dan tidak banyak menggunakan variasi formulir

dan laporan.

Tabel 2.2: Contoh Penggunaan Teknik Naratif

Prosedur Penerimaan Piutang Usaha - Kas

1. Bagian Penagihan mengirim Faktur Tagih ke Bagian Keuangan

sebanyak dua rangkap.

2. Bagian Keuangan menyerahkan rangkapan Faktur Tagih yang telah

diterima dari Bagian Penagihan dan telah divalidasi dan dicatat

kepada Bagian Kasir satu rangkap. Satu rangkap untuk arsip Bagian

Keuangan.

3. Bagian Kasir menerima uang pembayaran Piutang Usaha dari Pihak

Ketiga dan menyiapkan Kuitansi Penerimaan sebanyak tiga rangkap.

Satu rangkap untuk Pihak Ketiga (asli), satu rangkap untuk Bagian

Keuangan dan satu rangkap diarsip oleh Bagian Kasir.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

36

Prosedur Penerimaan Piutang Usaha - Kas

4. Bagian kasir menyiapkan Bukti Penerimaan Kas sebagai dasar

administrasi pencatatan sebanyak dua rangkap. Satu rangkap untuk

Bagian Keuangan dan satu rangkap untuk diarsip.

5. Bagian Kasir mencatat penerimaan dalam Buku Harian Penerimaan

Kas.

6. Pada akhir hari, Bagian Kasir menghitung secara fisik semua

penerimaan pada hari yang bersangkutan dan membuat Laporan

Penerimaan Kas Harian.

7. Selesai.

Sumber: Tambunan (2011, p183)

• Teknik Bagan Arus (Flowchart).

Teknik bagan arus ini menggunakan simbol-simbol standar yang memiliki makna

atau mempresentasikan makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Teknik

bagan arus adalah teknik sangat spesifik yang banyak digunakan dalam

pengembangan sistem informasi dan penyusunan prosedur operasional standar.

Keunggulan dari teknik bagan arus adalah:

� Dapat disajikan lebih ringkas dibandingkan dengan menggunakan kata dan

kalimat (teknik naratif).

� Dapat disajikan lebih konsisten apabila teknik bagan arus dikuasai dan

diterapkan secara tepat.

� Lebih praktis serta lebih mudah dipahami apabila pengguna mengerti makna

simbol-simbol bagan arus.

� Lebih mudah dikontrol dan dipelihara, karena sifat penyajian yang jauh lebih

ringkas dan sistematis.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

37

Kelemahan teknik bagan arus, yaitu:

� Menyajikan SOP dengan bagan arus membutuhkan kemampuan pemahaman

simbol dan teknik bagan arus yang baik sehingga keunggulan standarisasi

dapat dicapai. Tanpa penguasaan simbol yang baik maka bagan arus SOP

membutuhkan tambahan penjelasan naratif untuk dipahami seperti banyak

dilakukan dalam praktik.

� Mengimplementasikan dan mensosialisasikan SOP dengan penyajian bagan

arus membutuhkan tingkat kemampuan pemahaman simbol yang sama antara

penyusun dan pengguna. Oleh karena itu, sebelum diimplementasikan dan

disosialisasikan diperlukan tambahan pelatihan tentang makna simbol-simbol

bagan arus.

Teknik bagan arus akan memberikan hasil optimal apabila dimanfaatkan:

� Untuk SOP dengan alur birokrasi dan kontrol yang kompleks dan melibatkan

banyak departemen atau pihak yang terlibat.

� Untuk SOP yang melibatkan banyak dokumen dan laporan dan variasi

distribusi yang rumit.

� Untuk SOP yang memiliki kaitan dengan SOP atau kebijakan atau peraturan

lain yang kompleks.

Dapat disimpulkan bahwa teknik ini sangat bermanfaat untuk menggambarkan

SOP yang rumit. Serumit atau sekompleks apapun SOP, apabila digunakan

teknik bagan arus secara tepat, maka dapat digambarkan dengan sederhana dan

sistematis. Simbol-simbol yang ada dalam bagan arus mewakili banyak hal yang

jika diuraikan dalam kalimat akan membutuhkan banyak penjelasan dan uraian.

Berikut merupakan contoh kasus penggabungan teknik bagan arus dengan

penjelasan menggunakan teknik naratif.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

38

Dengan Teknik Bagan Arus:

Dengan Teknik Naratif:

(X) Berdasarkan dokumen PQR (Rangkapan 3) dan dokumen XYZ

(Rangkapan 1) yang divalidasi Kepala Bagian Pemasaran, Bagian

Laboratorium Produksi harus menilai kualitas Produk I dan II yang

akan diproduksi.

Dengan Teknik Naratif:

(A) Jika kualitas Baik, maka produk I dan II dikirim ke Bagian

Produksi untuk dilanjutkan ke Proses Produksi 4 dan 5.

(B) Jika kualitas Buruk , maka produk I dan II dikirim kembali ke

Bagian Produksi 1 untuk ditingkatkan kualitasnya sesuai spesifikasi

yang diwajibkan.

Gambar 2.5: Contoh Perbandingan Teknik Bagan Arus Dengan Teknik Naratif

Sumber: Tambunan (2011, p192)

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

39

• Teknik Tabular.

Teknik tabular menggunakan bentuk tabel untuk membuat SOP tertentu. Teknik

ini sangat spesifik karena tidak semua SOP dapat disajikan dalam bentuk tabel.

Teknik ini dalam beberapa kondisi tidak dapat berdiri sendiri, karena digunakan

sebagai alat bantu untuk teknik penyajian yang lain. Teknik tabular pada

umumnya efektif untuk SOP sebagai berikut:

� Kegiatan yang bersifat analisis.

Tabel 2.3: Contoh Langkah-Langkah Proses Utuh

No. Urutan Langkah Kaitan Langkah Hubungan

1. Langkah 1 2 Awal

2. Langkah 2 1, 3 Awal, Akhir

3. Langkah 3 2, 4 Awal, Akhir

4. Langkah 4 3, 5A, 5B, 5C Awal, Akhir (3)

5. Langkah 5A 4, 5B, 6 Awal, Akhir (2)

6. Langkah 5B 4, 5C, 7, 8 Awal, Akhir (3)

7. Langkah 5C 4, 6 Awal, Akhir

8. Langkah 6 5A, 7 Awal, Akhir

9. Langkah 7 5C, 8 Awal, Akhir

10. Langkah 8 5C, 7 Awal, Akhir (2)

Sumber: Tambunan (2011, p194)

Tabel di atas merupakan contoh urutan langkah sangat spesifik yang biasanya ada

di proses produksi di pabrik atau di laboratorium atau dapat juga dibuat untuk

langkah-langkah lain yang membutuhkan keakuratan, apabila dilanggar akan

menyebabkan kegagalan keseluruhan proses.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

40

Tabel 2.4: Proses Utuh (Tabel 2.3) Dalam SOP Dengan Teknik Bagan Arus

Pabrik Penjelasan Kegiatan

Dokumen P (Rkp 1 dan 5):

adalah dokumen kualitas produk

yang telah divalidasi Kepala

Produksi

Kegiatan F:

adalah pengiriman bahan baku dari

Gudang ke Pabrik.

Proses Utuh XX:

adalah proses utuh langkah-langkah

yang harus dilakukan dalam proses

produksi sesuai pedoman dalam tabel

2.2.

Sumber: Tambunan (2011, p195)

Simbol proses utuh XX tersebut (bidang arsir abu-abu) adalah SOP dengan

teknik tabular dan merupakan bagian dari sebuah SOP yang lebih besar yang

disajikan dengan teknik bagan arus.

� Kegiatan yang sangat standar.

Teknik tabular ini juga lazim digunakan untuk SOP jurnal standar dalam

kegiatan akuntansi perusahaan. Tabel jurnal standar disusun sesuai dengan

kebutuhan masing-masing perusahaan dan sangat bermanfaat bagi pelaksana

akuntansi untuk menghindari kesalahan entri transaksi. Dalam kegiatan

1

5.

Dokumen P

F

XX

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

41

standar lain yang sejenis yaitu seperti kegiatan pemasaran, penjualan, SDM,

dan lain-lain dapat juga dibuat SOP dalam bentuk tabel seperti jurnal standar.

Tabel 2.5: Contoh Tabel Jurnal Standar

No. Jenis

Transaksi

Jurnal Standar Jumlah

(Rp)

1. Pembelian Dr

Cr

Pembelian

Hutang Dagang

Rp xxx

Rp xxx

2. Penjualan Dr

Cr

Piutang Dagang

Penjualan

Rp xxx

Rp xxx

Sumber: Tambunan (2011, p196)

� Kegiatan yang berupa penjadwalan.

Tabel 2.6: Contoh Jadwal Pembayaran

Sumber: Tambunan (2011, p197)

Dalam tabel di atas disajikan aturan SOP pembayaran kepada pihak ketiga

menurut jumlah, mata uang, dan hari pelaksanaan pembayaran.

No. Nilai Pembayaran Mata Uang Hari Pembayaran

1. <=1,000 USD Senin

2. >1,000 USD Rabu

3. <=5,000 SGD Senin

4. >5000 SGD Rabu

5. <=1,000 EURO Senin

6. >1,000 EURO Rabu

7. <=10.000.000 IDR Selasa

8. >10.000.000 IDR Kamis

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

42

2.7.10 Simbol-Simbol Bagan Arus (Flowchart) Standard Operating Procedure

(SOP)

Menurut Tambunan (2011, p185) terdapat simbol-simbol bagan arus yang

umum digunakan dalam penyusunan SOP. Simbol-simbol ini terdiri atas:

• Simbol bagan arus dasar (basic flowchart symbols).

Gambar 2.6: Simbol Bagan Arus Dasar

Sumber: Tambunan (2011, p186)

• Simbol penyimpanan untuk penyimpanan (storage flowchart symbols).

Gambar 2.7: Simbol Bagan Arus Penyimpanan

Sumber: Tambunan (2011, p187)

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

43

• Simbol bagan arus penghubung kegiatan-kegiatan (activity connector flowchart

symbols).

Gambar 2.8: Simbol Bagan Arus Penghubung Kegiatan

Sumber: Tambunan (2011, p187)

• Simbol bagan arus kegiatan rinci di dalam proses (detail activity in process

flowchart symbols).

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

44

Gambar 2.9: Simbol Bagan Arus Kegiatan Rinci Dalam Proses

Sumber: Tambunan (2011, 188)

• Simbol bagan arus alur atau garis penghubung (flowlines flowchart symbols).

Gambar 2.10: Simbol Bagan Arus Alur Atau Garis Penghubung

Sumber: Tambunan (2011, p188)

• Simbol bagan arus untuk menunjukkan hardware yang digunakan di dalam

sistem dan prosedur (computer hardware symbols).

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

45

Gambar 2.11: Simbol Bagan Arus Hardware Komputer

Sumber: Tambunan (2011, p189)

2.8 E-Waste

2.8.1 Pengertian E-Waste

Menurut Himpalaunas Online (September 2011) e-waste adalah sampah atau

limbah berupa perangkat keras atau barang elektronik yang dibuang karena usang

atau rusak. Sampah ini harus mendapat perhatian lebih karena mengandung bahan

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

46

beracun dan berbahaya (B3). Limbah elektronik setiap tahunnya mengalami

peningkatan mengingat tumbuh pesatnya penggunaan barang elektronik seperti

ponsel, televisi atau komputer. Menurut data Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), setiap

tahunnya antara 20-50 juta ton e-waste dibuang tanpa diproses dengan cara ramah

lingkungan.

Menurut Himpalaunas Online (2011) e-waste dapat menjadi ancaman serius

bagi lingkungan dan manusia karena merupakan sumber toksik, termasuk zat

karsinogenik di dalamnya. Apabila dibuang secara langsung tanpa melalui

pengolahan, zat dari e-waste yang ada dapat meresap ke dalam tanah, ke air, dan

akhirnya dapat mencemari lingkungan sekitar.

Menurut Jehan (YLKI Online, 2012) e-waste adalah barang elektronik yang

dibuang karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste

perlu diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan

sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti logam berat (merkuri, timbal,

kromium, cadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga, dan lainnya).

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) (2007, p2) dalam

jurnal E-Waste Volume II: E-Waste Management Manual, Waste Electrical and

Electronic Equipment (WEEE) atau e-waste adalah salah satu aliran limbah yang

tercepat tumbuh di dunia. Di negara maju, sama dengan 1% dari total padatan limbah

pada rata-rata. Meningkatnya “market penetration” di negara berkembang,

“replacement market” di negara maju dan “high obsolescence rate” membuat

WEEE/e-waste menjadi salah satu aliran limbah tercepat. Ada kebutuhan mendesak

untuk mengatasi e-waste khususnya di negara berkembang. Kehadiran komponen

daur ulang menarik sektor informal dan tidak terorganisir. Praktik-praktik

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

47

lingkungan yang tidak aman dan berisiko menimbulkan risiko besar terhadap

kesehatan dan lingkungan.

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) (2007, p12)

dalam jurnal E-Waste Volume II: E-Waste Management Manual, e-waste adalah

campuran kompleks dari limbah berbahaya dan tidak berbahaya yang terdiri dari item

nilai ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan pemisahan khusus, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p893) dalam International Journal of

Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, e-waste adalah

limbah yang paling cepat berkembang di dunia industri dan urban. Dengan

pertumbuhan besar di sektor elektronik dan hardware, permintaan produk elektronik

telah ditingkatkan pula. Perubahan fitur lebih cepat dalam perangkat elektronik dan

ketersediaan produk ditingkatkan sehingga memaksa konsumen untuk membuang

elektronik produk tersebut dengan cepat. Generasi ini telah menyebabkan e-waste

yang mengkhawatirkan.

Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p894) dalam International Journal of

Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, sumber utama dari e-

waste adalah hardware disposal dan barang-barang elektronik dari kantor

pemerintah, sektor publik dan swasta, akademis serta lembaga penelitian. Konsumen

rumah tangga juga memberikan kontribusi volume yang signifikan dalam produk

elektronik.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

48

Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p894) dalam International Journal of

Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors menyatakan bahwa

beberapa tahun terakhir ekspor volume e-waste terbesar dari negara-negara barat ke

negara-negara Asia seperti Cina, India, dan lain-lain.

2.8.2 Pemodelan E-Waste

Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p899) dalam International Journal of

Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors menyatakan bahwa e-

waste recycle dianggap bisnis yang menguntungkan di negara-negara barat.

Teknologi dan infrastruktur yang tepat serta memadai tersedia di negara-negara maju

tersedia di negara-negara maju untuk memproses sampai akhir produk elektronik

untuk mengekstrak logam mulia hingga hasil terbaik. Para konsumen mendukung

secara finansial untuk kegiatan recycle di negara-negara barat dengan bentuk EPR

(Extended Produsen Responsibility) yaitu produksi lanjutan atau tambahan secara

bertanggung jawab penuh.

Menurut The Swiss Federal Laboratories for Material Science and

Technology (EMPA) (2009, p6) dalam jurnal berjudul Model for E-waste

Management, EPR didefinisikan sebagai suatu strategi perlindungan lingkungan

sebagai produsen yang membuat produk bertanggung jawab atas seluruh siklus hidup

produk terutama untuk recycle dan disposal akhir dari produk tersebut.

Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p900) dalam International Journal of

Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

49

Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, mengusulkan model

untuk e-waste recycling yang memiliki berbagai tahap.

Gambar 2.12: Model E-Waste

Proses Flowchart Recovery of Saleable Materials E-Waste

Sumber: Chatterjee dan Kumar (2009, p900)

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

50

Gambar 2.13: Model E-Waste

Proses Flowchart Untuk E-Waste Management.

Sumber: Chatterjee dan Kumar (2009, p903)

Menurut The Swiss Federal Laboratories for Material Science and

Technology (EMPA) (2009, p10) dalam jurnal berjudul Model for E-waste

Management mengusulkan model Individu Producer Responsibility (IPR) untuk

Negara India.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

51

Gambar 2.14: Model Individu Producer Responsibility (IPR)

Sumber: The Swiss Federal Laboratories for Material Science and

Technology (EMPA) (2009, p10)

2.8.3 Metode Pengolahan E-Waste

Menurut Phillips (eHow Online, 2012) banyak produk elektronik memiliki

komponen racun seperti lead, mercury, dan cadmium yang cenderung merusak

lingkungan. Kebanyakan e-waste dapat di-recycling dan di-reuse. Dengan

mengurangi (reduce), reusing, dan recycling produk-produk yang mengandung

bahan berbahaya, setiap konsumen dapat membantu berkontribusi untuk mengurangi

masalah lingkungan yang sudah tersebar luas karena racun yang timbul dari e-waste

disposal.

Menurut Phillips (eHow Online, 2012) terdapat 3 metode daur ulang e-waste

yang dapat diterapkan antara lain:

• Daur Ulang (Recycling).

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

52

Recycling adalah salah satu metode pengolahan dengan cara memisahkan setiap

komponen dari e-waste untuk dihancurkan dan diproduksi ulang menjadi barang

jadi.

• Pakai Ulang (Reuse).

Reuse adalah metode yang memanfaatkan e-waste dengan cara memakai

kembali e-waste. Dalam metode ini pemilihan e-waste harus diperhatikan

kelayakannya karena dapat menghasilkan zat kimia atau racun yang berbahaya

untuk tubuh manusia.

• Kesenian (E-Waste Art).

E-waste art adalah metode memanfaatkan e-waste untuk dibuat karya seni atau

mengubah benda yang bernilai tinggi. Dalam pembuatan karya seni

membutuhkan keahlian dan kepandaian dalam mengolah setiap e-waste agar

menghasilkan sebuah benda yang bernilai tinggi.

2.9 Reuse dan Recycle Cartridge

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

peningkatan jumlah kebutuhan masyarakat kalangan institusi, baik institusi

pendidikan (kampus, sekolah, akademisi) atau institusi pemerintah/swasta dalam hal

pencetakan (print out) hasil penelitian, tugas-tugas kantor dan administrasi

mengakibatkan peningkatan produksi tinta, khususnya tinta printer (cartridge).

Produksi dan penggunaan cartridge tinta printer setiap tahun selalu mengalami

peningkatan. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam mengolah kembali

cartridge yang tidak terpakai lagi agar tidak mencemari lingkungan.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

53

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p1) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

cartridge merupakan bagian dari komponen printer yang berfungsi sebagai wadah

tinta printer. Biasanya tinta printer yang dikemas dalam cartridge merupakan produk

sekali pakai.

Menurut Kumpulan Artikel Indonesia Online (2011) cartridge adalah sebuah

kemasan dapat dipindahkan yang memuat sejumlah magnetic disc atau optical disc

dan dapat disisipkan ke dalam slot komputer, printer, atau komponen hardware lain.

Cartridge dibedakan menjadi 2 yaitu:

• Ink Cartridge.

Ink cartridge atau inkjet cartridge adalah komponen sebuah printer inkjet berisi

tinta. Setiap ink cartridge berisi satu atau lebih wadah tinta dipartisi, produsen

tertentu juga menambahkan kontak elektronik dan chip yang berkomunikasi

dengan printer.

• Toner Cartridge.

Toner cartridge disebut juga laser toner adalah isi komponen dari printer laser.

Toner berisi bubuk toner, campuran partikel plastik, karbon, dan pewarna hitam

atau lainnya yang membuat gambar atau tulisan di atas kertas. Toner ditransfer ke

kertas melalui unit drum elektrostatis dan menyatu ke kertas oleh rol yang

dipanaskan selama proses pencetakan.

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p1) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

besarnya tingkat penggunaan printer sebagai media pencetak menyebabkan semakin

meningkat pula jumlah pencemar bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berupa

sisa tinta dalam cartridge.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

54

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p1) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

sebagian besar komponen cartridge adalah plastik dan merupakan material yang sulit

terurai secara alami oleh alam. Dibutuhkan lebih dari 450 tahun untuk dapat terurai.

Sampah cartridge yang dibuang dapat berpotensi mencemari lingkungan air maupun

tanah. Diperlukan adanya usaha untuk meminimalisasi sampah cartridge, sehingga

volume sampah di tempat pembuangan akhir dapat berkurang. Minimalisasi sampah

cartridge dapat dilakukan dengan cara reduksi (reduce), reuse, dan recycle.

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

untuk membuat satu cartridge laser baru, dibutuhkan lebih dari 3,4 liter minyak.

Sebagian besar cartridge dapat dimanufaktur kembali atau rekondisi dan diisi ulang.

Sedangkan cartridge tinta yang habis dan belum diisi ulang (refill) biasanya masih

dapat dijual ke perusahaan untuk dilakukan recycle (cartridge re-manufactured),

atau dapat juga di-reuse dengan cara di-refill .

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

proses pengisian tinta kembali (refill) ini rawan terjadi kerusakan. Maksimal

pengisian tinta daur ulang biasanya hanya sampai 10 kali. Setelah itu cartridge akan

rusak dan pada akhirnya menjadi sampah yang dibuang oleh pemiliknya. Namun,

tidak semua jenis cartridge dapat diisi ulang. Perusahaan cartridge asli (original)

telah mengembangkan teknologinya agar cartridge sulit didaur ulang yaitu dengan

melekatkan data elektonik (chip) untuk pendeteksi printer.

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

55

recycle cartridge dilakukan dengan mengirimkan kembali cartridge ke perusahaan

cartridge tersebut. Pada kemasan cartridge biasanya terdapat instruksi perusahaan

mengenai recycle cartridge. Beberapa perusahaan menyediakan alamat untuk

mengirim kembali cartridge. Cartridge yang telah dikirim ke perusahaan akan

dilakukan recycle (cartridge re-manufactured). Pusat daur ulang lokal menerima

cartridge untuk recycle juga. Berbagai toko ritel juga mengumpulkan cartridge

untuk recycle.

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

cartridge yang dibuang biasanya masih mengandung sisa tinta di dalamnya.

Beberapa jenis tinta, seperti yang digunakan di printer-printer dapat berbahaya.

Tinta printer dan toner sering mengandung material toksik seperti cadmium. Meski

tidak menyebabkan kematian, kontak yang salah dapat menyebabkan efek seperti

sakit kepala luar biasa, iritasi kulit, dan kerusakan sistem syaraf. Efek-efek ini dapat

disebabkan oleh larutan atau pigmen utama seperti p-Anisidine, yang digunakan

dalam proses pembuatan warna dan cahaya tinta.

Menurut Rahmawati dan Damanhuri (2012, p2) dalam jurnal Pola

Penggunaan Cartridge Tinta Printer dan Potensi Daur Ulangnya Di Kota Bandung,

cartridge yang merupakan kemasan bekas tinta merupakan limbah B3, yaitu dari

sumber yang spesifik berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang

pengelolaan limbah B3. Sampah cartridge yang tidak terpakai tidak boleh dibuang

langsung ke lingkungan karena sisa tinta toksin yang masih ada dalam cartridge

dapat mencemari lingkungan tanah dan air. Pemanfaatan sampah cartridge dapat

dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.2 Tahun

2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada Pasal 2

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00051-SI Bab2001.pdf · meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk

56

dikatakan bahwa, ”Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara reuse,

recycle, dan atau recovery”. Skala prioritas pemanfaatan berturut-turut diantaranya

adalah dengan cara reuse, recycle, dan recovery.

2.10 Kerangka Pikir

Berikut merupakan kerangka pikir penelitian:

Gambar 2.15: Bagan Kerangka Pikir

Sumber: Hasil Penelitian (2012)