bab 2

20
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi 2.1.1 Skrotum Skrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu kulit dan fasia superfisialis. Fasia superfisialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi pada fasia superfisialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai tunika dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin dan dengan demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fasia superfisialis dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen ventrolateral, dan ke arah kaudal 2

Upload: sheila-widyariskyafirdausy

Post on 06-Apr-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hidrokel

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

2.1.1 Skrotum

Skrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu kulit

dan fasia superfisialis. Fasia superfisialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi

pada fasia superfisialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai

tunika dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin dan dengan

demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fasia superfisialis

dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen

ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fasia superfisialis perineum

(Sloane, 2003).

Gambar 2.1Anatomi Skrotum

Arteri untuk skrotum ialah:

- Ramus perinealis dari A. Pudenda interna.

- A. Pudenda externa dari A. Femoralis.

2

Page 2: BAB 2

3

- A. Kremasterika dari A. Epigastrika inferior.

Vena skrotalis mengiringi arteri-arteri tersebut. Pembuluh limfe ditampung

oleh limfonodi inguinalis superfisialis. Saraf skrotum antara lain sebagai berikut:

- Ramus genitalis dari N. genitofemoralis (L1,L2) yang bercabang menjadi

cabang sensoris pada permukaan skrotum ventral dan lateral.

- Cabang N. ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan skrotum ventral.

- Ramus perinealis dari N. pudendalis (S2-S4) untuk permukaan skrotum

dorsal.

- Ramus perinealis dari N. Cutaneus Femoris Posterior (S2,S3) untuk

permukaan skrotum kaudal (Sloane, 2003).

2.1.2 Testis

Gambar 2.2Anatomi Testis

Kedua testis terletak dalam skrotum dan menghasilkan spermatozoa dan

hormon, terutama testosteron. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh

Page 3: BAB 2

4

lamina visceralis tunicae vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididymis dan

funiculus spermaticus. Tunica vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang

membungkus testis dan berasal dari processus vaginalis embrional. Lamina

parietalis tunica vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica interna dan

lamina visceralis tunica vaginalis melekat pada testis dan epididymis. Sedikit

cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina visceralis terhadap

lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas dalam scrotum

(Sloane, 2003).

Epididymis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada

permukaan kranial dan permukaan dorsolateral testis.

Bagian kranial yang melebar, yakni caput epididymis, terdiri dari lobul-

lobul yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.

Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididymis untuk

ditimbun.

Corpus epididymis terdiri dari ductus epididymis yang berbelit-belit.

Cauda epididymis bersinambung dengan ductus deferens yang

mengangkut spermatozoon dari epididymis ke ductus ejaculatorius untuk

dicurahkan ke dalam pars prostatica urethrae (Sloane, 2003).

Arteri testicularis berasal dari pars abdominalis aorta, tepat kaudal arteri

renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus

pampiniformis yang melepaskan vena testicularis dalam kanalis inguinalis. Limfe

dari testis disalurkan ke limfonodi lumbalis dan limfonodi pre-aortici. Saraf

autonom testis berasal dari plexus testicularis sekeliling arteria testicularis. Saraf

Page 4: BAB 2

5

ini mengandung serabut parasimpatis dari nervus vagus dan serabut simpatis dari

segmen medula spinalis T7 (Sloane, 2003).

2.2 Definisi

Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (rongga / celah).

Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air

pada rongga khususnya pada tunika vaginalis (Behram, 2000).

Gambar 2.3Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan

parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang

berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara

produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya (Purnomo, 2011).

2.3 Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena (1)

belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan

peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di

daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel (Purnomo, 2011).

Page 5: BAB 2

6

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan

sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau

epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan

di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau

trauma pada testis/epididimis (Purnomo, 2011).

2.4 Epidemiologi

Usia onset: Hidrokel kebanyakan kongenital dan dicatat pada anak usia 1-

2 tahun. Hidrokel kronis atau sekunder biasanya terjadi pada pria yang

lebih tua dari 40 tahun.

Amerika Serikat: hidrokel diperkirakan untuk mempengaruhi 1% dari pria

dewasa. Lebih dari 80% dari anak laki-laki baru lahir memiliki prosesus

vaginalis paten, tapi yang paling dekat secara spontan dalam waktu 18

bulan. Insiden hidrokel meningkat dengan tingkat peningkatan

kelangsungan hidup bayi prematur dan dengan meningkatnya penggunaan

rongga peritoneum untuk ventriculoperitoneal (VP) shunts, dialisis, dan

transplantasi ginjal.

Jenis Kelamin : hidrokel adalah penyakit yang diamati hanya pada laki-

laki (Rudkin, 2014).

2.5 Patogenesis

Perjalanan testis dari posisi intrabdomen ke dalam skrotum terjadi melalui

prosesus vaginalis, yang normalnya kemudian menutup pada saat lahir atau masa

bayi awal. Prosesus yang tetap terbuka akan menghasilkan hernia inguinalis

indirek atau hidrokel. Benjolan inguinal dan massa skrotm pada anak biasanya

terjadi sekunder akibat hernia atau hidrokel. Tetap terbukanya prosesus vaginalis

Page 6: BAB 2

7

memungkinkan cairan peritoneum, omentum atau visera masuk kedalam kanalis

inguinalis atau skrotum sehingga menghasilkan hidrokel (Rudolph, 2007).

2.6 Klasifikasi

Menurut letaknya hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa

macam hidrokel, yaitu (1) Hidrokel Testis, (2) Hidrokel funikulus, dan (3)

hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode

operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel (Purnomo,

2011).

1. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis

sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong

hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

2. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu

terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat

diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, besarnya

kantong hidrokel tetap sepanjang hari.

3. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis

dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan

peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-

ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi,

kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam

rongga abdomen. (Purnomo, 2011) Hidrokel komunikans memperlihatkan

fluktuasi khas dalam ukuran yaitu mengecil saat pasien berbaring (malam

hari ketika pasien tidur) dan membesar ketika beraktivitas (Rudolph,

2007).

Page 7: BAB 2

8

Gambar 2.4Klasifikasi Hidrokel

Sedangkan klasifikasi hidrokel berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2

tipe yaitu:

1. Primer, jika akumulasi cairan oleh karena kongenital.

Testis biasanya turun ke dalam skrotum dari abdomen. Awalnya pada bayi

kemungkinan terdapat beberapa komunikasi dengan abdomen yang segera

menutup. Jika komunikasi ini besar, hernia dapat terjadi. Tetapi jika

komunikasi ini kecil, cairan dari kavum abdomen dapat masuk dan

berakumulasi sebagai hidrokel pada bayi. Kebanyakan komunikasi yang

kecil ini, cairan dari kavum abdomen dapat masuk dan berakumulasi

sebagai hidrokel pada bayi.kebanyakan komunikasi yang kecil ini dapat

menghilang atau menutup sampai umur satu tahun. Jika komunikasi

dengan kavum abdomen tersebut persisten dan tetap membuka dinamakan

communivating hydrocele. Jika menutup tetapi cairan tidak diabsorbsi

disebut noncommunicating hydrocele.

Page 8: BAB 2

9

2. Sekunder

Disebabkan oleh karena iritasi tunika vaginalis. Hidrokel dapat terjadi

pada salah satu atau kedua skrotum. Hidrokel pada orang dewasa biasanya

onsetnya lambat dan secara tidak langsung oleh karena trauma, infeksi,

dan radioterapi. Kelahiran prematur mungkin dihubungkan dengan

hidrokel (Vorvick, 2012).

2.7 Diagnosis

2.7.1 Anamnesis

Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong

skrotum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan

besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada

pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari

hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu

tertentu (Purnomo, 2011; Rhoads, 1971).

Pada hidrokel testis besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang

hari. Pada hidrokel funikulus kantong hidrokel besarnya tidak berubah sepanjang

hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah

yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit dahulu,

hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma

pada testis (Mantu, 1993)

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum

dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan

adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang

Page 9: BAB 2

10

sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus

dibantu dengan pemeriksaan USG (Purnomo, 2011).

Pada inspeksi skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada

skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak

tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi

hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif

mudah diraba. Sedangkan bila cairan yang terkumpul banyak, testis akan sulit

diraba. Juga penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika

vaginalis. Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel atau padat karena

tumor. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang

membedakannya dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya

juga positif. Pada Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus

untuk menyingkirkan adanya hernia (Rhoads, 1971).

Gambar 2.5Pemeriksaan Transiluminasi

2.8 Diagnosis Banding

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang

hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu

diagnosis banding hidrokel adalah :

Page 10: BAB 2

11

1. Varikokel

Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran

darah balik vena spermatika interna.

Gambaran klinis :

Anamnesa :

1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa

tahun menikah.

2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.

3. Terasa berat pada testis

Pemeriksaan Fisik :

Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava. Inspeksi dan Palpasi

terdapat bentuk seperti kumpulan cacing di dalam kantung, yang letaknya di

sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis (Purnomo,

2012).

2. Torsi Testis

Adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya

gangguan aliran pada testis.

Gambaran klinis :

Anamnesa :

1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan testis.

2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.

3. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.

Pemeriksaan Fisik :

1. Inspeksi

Page 11: BAB 2

12

Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus

spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih

tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.

2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus (Purnomo, 2012).

3. Hernia Inguinalis Lateral

Gambaran klinis :

Anamnesa :

Benjolan di daerah inguinal/skrotal yang hilang timbul. Timbul saat

mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang bila pasien tidur.

Pemeriksaan fisik :

1. Terdapat benjolan di lipat paha/skrotum pada bayi saat menangis dan bila

pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat

dimasukkan kembali ke rongga abdomen.

2. Transiluminasi (-) (Syamsuhidajat, 2010).

4. Tumor testis

Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.

Gambaran klinis :

Anamnesa :

1. Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.

2. Terasa berat pada kantong skrotum

Pemeriksaan Fisik :

1. Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.

2. Transiluminasi (-) (Purnomo, 2012).

Page 12: BAB 2

13

2.9 Penatalaksanaan

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun

dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh

sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan

untuk dilakukan koreksi (Punomo, 2011).

Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan

operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka

kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit seperti infeksi

(Purnomo, 2011).

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1)

hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi

kosmetik, dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan

mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari (Purnomo, 2011).

Gambar 2.6Operasi Hidrokel

Page 13: BAB 2

14

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali

hidrokel ini sering diserrtai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi

hidrokel, sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan

pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel

sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada

hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto (Purnomo, 2011).

Pada kelompok usia yang yang lebih tua, hidrokel dapat diserap secara

spontan. Bila timbul akibat overproduksi cairan seperti yang ditemukan sekunder

karena epididimitis akut pada penderita dewasa dimana hidrokel terjadi karena

ketidakseimbangan antara produksi cairan dan resorbsinya, hidrokel tidak dapat

hilang spontan (Vorvick, 2012)

2.10 Penyulit

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan

hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga

menimbulkan atrofi testis (Purnomo, 2011).

2.11 Prognosis

Tingkat kesuksesan dari penatalaksanaan hidrokel ini sangat tinggi.

Prognosis jangka panjang juga sangat baik, tetapi hidrokel tipe lain yang disertai

dengan hernia masih perlu menunggu waktu (Vorvicks, 2012)