bab 2

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Odontogenesis 2.1.1 Pengertian Odontogenesis Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada waktu yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells’. Sel ini terdapat pada sepanjang sisi lateral dari neural plate (Behrman dkk, 2000). Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa dan sementum. Gigi terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat persarafan) yang didukung oleh ligamen periodontal (Behrman dkk, 2000). 2.2 Siklus kehidupan gigi Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus kehidupannya, yaitu (Itjingningsih, 2012): a. Tahap pertumbuhan 1) Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut (epitelial bud stage). 3

Upload: premaysari

Post on 27-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 2

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Odontogenesis

2.1.1 Pengertian Odontogenesis

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi

pada waktu yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm,

yaitu dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari ‘neural crest cells’.

Sel ini terdapat pada sepanjang sisi lateral dari neural plate (Behrman dkk, 2000).

Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan

membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa dan sementum. Gigi

terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak

ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat persarafan) yang

didukung oleh ligamen periodontal (Behrman dkk, 2000).

2.2 Siklus kehidupan gigi

Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus

kehidupannya, yaitu (Itjingningsih, 2012):

a. Tahap pertumbuhan

1) Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan

epitel mulut (epitelial bud stage).

3

Page 2: bab 2

4

2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dari organ enamel

(cap stage).

3) Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yang mengalami

perubahan histologi dalam susunannya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ

enamel menjadi ameloblast, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi

odontoblast).

4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang

dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi

Page 3: bab 2

5

garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang

(Itjingningsih, 2012).

b. Erupsi intraoseus

1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan

tambahan (Itjingningsih, 2012).

2) Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-garam

kalsium (Itjingningsih, 2012).

c. Erupsi

Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi menembus

gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen (Purba,

2004).

Erupsi gigi terjadi secara bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam

setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada

periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu

keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar

antara 2 tahun (Purba, 2004).

Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu (Purba, 2004):

1) Tahap praerupsi

Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai

dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami pertumbuhan pesat di bagian

Page 4: bab 2

6

posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan

panjang dan lebar ke arah anterior dan posterior. Benih gigi bergerah ke arah oklusal

untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami

pertumbuhan (Purba, 2004).

2) Tahap prafungsional

Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai

daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal.

Selain bergerak kearah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring

dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki

posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan

(Purba, 2004).

3) Tahap fungsional

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal.

Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial dan proksimal.

Pergerakan gigi pada tahap funfsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan

substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak

proksimal dari gigi dapat dipertahankan (Purba, 2004).

Kegagalam erupsi

Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004).

a. Faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi

- Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:

1) Kelainan dalam perkembangan benih gigi

Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih gigi yang sudah

terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna sehingga gigi

gagal dalam bererupsi (Purba, 2004).

2) Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional

Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi

yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan

Page 5: bab 2

7

prafungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulang alveolar

(Purba, 2004).

3) Letak benih yang abnormal

Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah

lingual, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam

pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi (Purba, 2004).

- Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi

1) Tulang yang tebal dan padat

Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang yang

sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk

menembus tulang yang tebal dan padat tersebut (Purba, 2004).

2) Tempat untuk gigi tersebut kurang

Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti ukuran

yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat

menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut (Purba, 2004).

3) Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut

Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat menyebabkan gigi

tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004).

4) Adanya gigi susu yang persistensi

Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan kegagalan

erupsi pada gigi permanen. Kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi

persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi permanen

yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut (Purba,

2004).

- Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erupsi gigi

1) Faktor keturunan (genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor

genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan

erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetik terhadap

erupsi gigi adalah sekitar 78% (Moyers, 2001).

2) Faktor ras

Page 6: bab 2

8

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan

Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan

Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia

termasuk dalam ras yang sama yaitu aukasoid dan tidak menunjukkan

perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Moyers, 2001).

3) Jenis kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada

setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 (Moyers,

2001).

4) Faktor lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi

tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan.

Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%

(Moyers, 2001).

- Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:

a. Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan

seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat

ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupasi gigi yang lebih

lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers,

2001).

b. Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan

perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat

mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi

gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nitrisi, seperti vitamin D dan

Page 7: bab 2

9

gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap

perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).

4) Faktor penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik

dan beberapa sidroma, seperti down syndrome, cleidocranial dysostosis,

hypothyroidism, hypopituitarism, beberapa tipe dari craniofscial synostostosis

dan hemifacial atrophy (Moyers, 2001).

5) Faktor lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adaah jark gigi ke

tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi,

mukosa gigi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya

(Moyers, 2001).

d. Atrisi

Yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi

(Itjingningsih, 2012).

e. Resobsi

Yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast

(Itjingningsih, 2012).

2.3 Pertumbuhan dan perkembangan gigi

2.3.1 Pembentukan dental lamina, dental papila, dan enamel organ

1. Proses primary ephitelial thicketing

Selama minggu keenam dari perkembangan embrionik, epithelium ektodermal

rongga mulut (stomodeum) mengalami proliferasi ke arah ektomesenkim yang berada di

bawahnya kemudian menebal untuk membentuk primary epithelial band. Pada minggu

keenam sampai minggu kedelapan primary epithelial band mulai berkembang.

Perkembangan primary epithel band kearah bukal membentuk vestibulum dan gingival.

Sedangkan perkembangan primary epithelial lingual ke dalam ektomesenkim

membentuk dental lamina. Dental lamina berkembang pada region yang akan ditempati

gigi sulung berlanjut kea rah posterior pada region permanen molar. Dental lamina juga

Page 8: bab 2

10

mengarah ke distal dan bersama epithelium di atasnya membentuk tuberositas

maksilaris dan ramus mandibula (Itjingningsih, 2012).

2. Tahap bud stage, cup stage, dan bell stage

a. Bud stage

Tahap bud stage atau inisiasi merupakan derivat dari ectoderm of the first

branchial arch and the ectomesenchyme of the neural crest. Terbentuk dari 3 bagian,

yaitu enamel organ, dental papilla and dental follicle. Tahap ini terjadi pada minggu

ke-7. Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral

dari stomodeum, dan pada saat dimana membrane oropharingeal pecah. Di bawah

enamel organ terdapat kondensasi ektomesenkim berkembang menjadi dental papilla

dan follicular sac. Enamel organ, dental papilla, follicular sac akan membentuk

benih gigi (Itjingningsih, 2012).

b. Cup stage

Proliferasi adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai ke

dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordial dari gigi

primer (organ enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar

ukurannya. Pada tahap ini enamel organ terdiri dari (Itjingningsih, 2012):

1. Outer enamel epithelium (OEE)

2. Inner enamel epithelium (IEE)

3. Stellate reticulum

Tahap ini terjadi pada minggu ke-9. Jaringan mesoderm mendorong jaringan

epitel sehingga terbentuk topi (cap stage/clock form) (Itjingningsih, 2012).

c. Bell stage

Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke lonceng terjadi karena

kegiatan inti sel membelah diri (mitotic) dan terjadi diferensiasi, yaitu (Itjingningsih,

2012):

1. Sel tua berdiferensiasi pada daerah puncak mahkota

2. Sel immature pada regio proliferative cervical loop

Hasil proliferasi cervical loop akan membentuk bentukan mahkota gigi.

Cervical loop sendiri memiliki tahapan, antara lain IEE dan OEE bergabung di

cervical loop (bagian enamel organ yang masuk ke mesenkim), pada region coronal,

Page 9: bab 2

11

sel mature ameloblast dan stratum intermedium, (antara IEE dan stellate reticulum)

kemudian transport nutrisi ke ameloblast (Itjingningsih, 2012).

2.3.2 Pembentukan dentin

1. Odontoblast

Odontoblast adalah sel yang terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks

organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil sekret

terpolarisasi dengan granul sekresi yang mengandung prokolagen, sitoplasma sel ini

mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblast mempunyai cabang sitoplasma

halus yang menerobos secara tegak lurus terhadap lebar dentin yaitu juluran

odontoblast. Juluran-juluran halus ini secara berangsur memanjang seiring dengan

menebalnya dentin, berjalan dalam saluran halus disebut tubulus dentin yang bercabang

dekat batas dentin dan email. Juluran odontoblast berangsur menipis kearah ujung

distalnya. Matriks yang dihasilkan odontoblast belum mengandung mineral dan disebut

predentin (Itjingningsih, 2012).

2. Pembentukan matriks dentin

Pada saat preodontoblast berdiferensiasi menjadi odontoblast, predentin mulai

didepositkan menjadi dentin. Odontoblast nucleus meninggalkan sekretory end of the

cell tempat deposisi predentin, kemudian odontoblast mengeluarkan tonjolan-tonjolan

protoplasma kearah dentino-enamel junction yang terbenam dalam dentin matriks dan

bergerak mundur.

Setelah itu akan timbul sabut-sabut kolagen dari dental papilla yang berjalan

spiral diantara odontoblast dan pada membrana pre-formativa, menyebar seperti kipas

yang disebut sabut von koff (Itjingningsih, 2012).

3. Mineralisasi dentin

Mineralisasi dari dentin yang berkembang dimulai bila vesikel bermembran

(vesikel matriks) mulai muncul, mengandung kristal hidroksiapatit halus yang tumbuh

dan berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi pengendapan mineral selanjutnya pada

serabut kolagen sekitarnya. Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan

bermineral untuk waktu yang lama setelah musnahnya odontoblast sehingga

dimungkinkan untuk mempertahankan gigi dan pulpa serta odontoblast yang telah

dirusak oleh infeksi. Gigi orang dewasa, pengerusakan email penutup oleh erosi akibat

Page 10: bab 2

12

pemakaian atau karies dentin (lubang gigi) biasanya memicu reaksi dalam dentin yang

menyebabkan membuat komponen-komponennya (Itjingningsih, 2012).

Kalsium, fosfor dan vitamin D merupakan protein yang tidak dapat dipisahkan.

Vitamin D punya peranan penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor di duodenum

serta usus halus, sehingga defisiensi atau kekurangan vitamin D akan menimbulkan

penyakit rakhitis, yaitu terjadinya mobilisasi kalsium dari tulang untuk memenuhi

kebutuhan tubuh karena absorpsi di usus terhambat (Itjingningsih, 2012).

Flour merupakan zat gizi yang sangat penting pada proses mineralisasi gigi.

Kecukupan fluor pada masa pertumbuhan gigi pra-erupsi akan meningkatkan kualitas

gigi dalam menangkal terjadinya karies dentis di kemudian hari. Fluor sendiri

diperlukan pada masa praerupsi, yaitu pada masa mineralisasi berlangsung

(Itjingningsih, 2012).

4. Struktur dan fungsi dentin

Dentin adalah jaringan yang mengapur mirip tulang tetapi lebih keras karena

kandungan garam kalsiumnya lebih tinggi (70% dari berat kering). Dentin terdiri atas

serat kolagen tipe 1, glikosaminoglikan dan garam kalsium dalam bentuk kristal

hidroksiapatit. Matriks organic dentin dihasilkan oleh odontoblast, sel yang melapisi

permukaan dalam gigi, memisahkan dari rongga pulpa.

Dentin lebih lembut daripada email, oleh karena itu dentin membusuk lebih cepat

dan menjadi sasaran lubang jika tak dirawat sebagaimana mestinya. Namun tetap

berlaku sebagai lapisan protektif dan menyokong mahkota gigi (Itjingningsih, 2012).

Dentin merupakan jaringan konektif termineralisasi dengan matriks organic

protein berkolagen. Komponen anorganik dentin terdiri atas dahllite. Dentin

mengandung struktur mikroskopis yang disebut pipa dentin yang merupakan kanal

berukuran kecil yang menyebar ke luar melalui dentin dari lubang pulpa pada batas

semen luar. Kanal-kanal itu memiliki konfigurasi berbeda antara lain dalam jarak

diameter antara 0,8 dan 2,2 mikrometer. Panjangnya tergantung radius gigi

(Itjingningsih, 2012).

Dentin dan sementum berasal dari jaringan mesoderm yang mempunyai susunan

dan asal yang sama dengan jaringan tulang. Perbedaan sementum dan dentin dalam

susunan kimia yaitu dentin lebih keras daripada semen karena dentin banyak

Page 11: bab 2

13

mengandung bahan-bahan kimia anorganik. Dentin bila ditinjau dalam susunan

histology, di dalam dentin terdapat pembuluh-pembuluh yang sangat halus, yang

berjalan mulai batas rongga pulpa sampai ke batas email dan semen. Pemubuluh-

pembuluh ini berjalan memencar ke seluruh permukaan dentin yang disebut tubula

dentin (Itjingningsih, 2012).

2.3.3 Pembentukan Enamel

1. Ameloblast

Selama tahap lonceng (bell stage), lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh

invasi mesenkim dari jaringan pengikat di sekitarnya, tetapi lamina gigi berpoliferasi

terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi tetap.

Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong

jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari

perubahan sel ini menghasilkan 4 lapisan (Itjingningsih, 2012):

a. Epitel bagian luar dari organ enamel

b. Stellate reticulum

Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi (Itjingningsih, 2012):

a. Stratum intermediare

b. Ameloblast

2. Pembentukan matriks enamel

Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya terjadi ketika

preodontoblast telah berdiferensiasi ke dalam odontoblast dan membentuk hubungan

dengan ameloblast dari epitel enamel bagian dalam. Odontoblast mulai mengeluarkan

matriks predentin di antara odontoblast dan ameloblast. Matriks ini mengandung

vesikel-vesikel yang berisi RNA menurut perubahan induksi di basal lamina dari

ameloblast. Matriks vesikel dari preodontoblast dihadapi oleh membran sel dasar

preameloblast dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini merangsang produksi dan

pengeluaran dari matriks enamel oleh ameloblast (Itjingningsih, 2012).

3. Mineralisasi enamel

Mineralisasi enamel terjadi dalam dua tingkat. Pertama, mineralisasi terjadi segera

setelah terbentuk segmen pertama dan bahan interprismatiknya. Terjadi pengapuran

30% dan terbentuk kristal apatit. Kedua, maturasi enamel dengan pengapuran 100%.

Page 12: bab 2

14

Proses mineralisasi dan maturasi ini dimulai dari puncak mahkota kearah servikal dan

dentino-enamel junction kearah perifer, kemudian terjadi integrasi dari dua proses

tersebut (Itjingningsih, 2012).

4. Struktur dan fungsi enamel

Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan pengikat

bawah, yang akan berkembang dan menjadi padat untuk membentuk dental papilla.

Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan dental papilla

menjadi padat dan membentuk organ periodontal (Itjingningsih, 2012).

2.4 Biokimia komponen gigi

komponen gigi terdiri dari 3 jaringan yang termineralisasi, yaitu (Rensburg, 2007):

1. Enamel

Terdiri dari jutaan enamel roods/prisma. (DEJ-permukaaan mahkota). Paling

keras dan klasifikasi tinggi.

Komposisi kimia:

a) 96%-97% bahan anorganik: hydroxyapatite

b) 4% bahan organik

c) 3%-4% air (Rensburg, 2007).

2. Dentin

Terdiri dari jaringan termineralisasi

Tubuli dentin: pulpa-menembus DEJ (permukaan mahkota)

Terdiri dari proc. Sitoplasmik odontoblas dalam pulpa

Komposisi kimia:

a) 70% bahan anorganik

b) 18%bahan organik

c) 12%air (Rensburg, 2007).

3. Cementum

Sama dengan tulang dilihat dari banyak aspek. Perbedaan dengan tul;amh

pada vaskularisasinya cementum mengandung sel tertutup (cementosit),

identik dengan osteosit dari tulang. Mengadakan pelekatan dengan ligamen

periodontal (Rensburg, 2007).

Page 13: bab 2

15

Komposisi kimia:

a) 65% bahan anorganik

b) 23% bahan organik

c) 12 air

4. Pulpa gigi

Ruangan dibagian tengah gigi terdiri dari jaringan ikat halus, saraf,

pembuluh darah dan limfe. Bagian tepi dibatasi odontoblas. Terdapat satu

atau lebih lubang akhir (foramen apikalis) yang berhubung dengan jaringan

periapikal (Rensburg, 2007).

2.5 Bagian Mikroskopis dan Makroskopis dari gigi

Bagian gigi secara makroskopis dan mikroskopis

1. Secara makroskopis dilihat menurut letak email dan sementum

a. Mahkota (korona) adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel

email dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingival (Abidin,

2011).

b. Akar atau radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan

ditopang oleh tulang alveolar dari maksila danmandibula (Abidin, 2011).

c. Garis servikal atau semento-enamel junction ialah batas antara jaringan

sementum dan email yang merupakan pertemuan mahkota dan akar gigi

(Abidin, 2011).

d. Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing

atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi (Abidin, 2011).

e. Tepi insisal ialah suatu tonjolan kecil dan panjang bagian korona dari

gigi insisivus yang merupakan sebagaian dari permukaan insisivus dan

yang digunakan untuk memotong makanan. Tonjolan atau cusp ialah

tonjolan pad bagian korona gigi kaninus dan gigi posterior yang

merupakan sebagian dari permukaan oklusal (Abidin, 2011).

2. Secara mikroskopis

a. Jaringan keras. Ialah jaringan yang mengandung bahan kapur , terdiri

dari jaringan email, jaringan dentin atau tulang gigi, dan jaringan

Page 14: bab 2

16

sementum. Email dan sementum merupakan bagian luar yang

melindungi dentin (Abidin, 2011).

b. Jaringan lunak yang menyokong gigi dikenal dengan gusi. Dibagian

bawah gusi terdapat rongga-rongga tempat melekatnya gigi yang disebut

tulang gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar gigi,

dibagian dalam akar gigi ada rongga yang disebut pulpa gigi. Jaringan

pulpa ialah jaringan yang terdapat dalam rongga sampai foramen apikal,

umunya mengandung bahan dasar (gronsubsten), bahan perekat, sel saraf

yang peka sekali terhadap rangsangan mekanis, termis dan kimia,

jaringan limfe (cairan getah bening), jaringan ikat dan pembuluh darah

arteri dan vena (Abidin, 2011).

c. Rongga pulpa

Terdiri dari :

1) Tanduk pulpa yaitu ujung ruang pulpa

2) Ruang pulpa yaitu ruang pulpa di korona gigi

3) Saluran pulpa saluran di akar gigi

4) Foremen apical yaitu lubang di apeks gigi tempat masuknya

jaringan pulpa ke rongga pulpa (Abidin, 2011).

2.6 Perbedaan gigi sulung dan gigi permanen

Bila dibandingkan dengan gigi permanen, mahkota gigi sulung lebih kecil dalam

segala ukuran dan dimensi. Memiliki cervical ridge yang lebih menonjol dengan leher

lebih sempit, warna lebih cerah dan memiliki akar yang lebih menyebar. Selain itu

terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut: (Harshanur, 2006).

GIGI SULUNG GIGI PERMANEN

1 Tanduk pulpa lebih tinggi dan

ruang lebih lebar.

2 Ukuran mesio-distal korona gigi

sulung lebih lebar daripada

ukuran serviko-insisalnya, kecuali

incisivus sentral, lateral, kaninus

bawah, dan incisivus lateral atas.

1 Tanduk pulpanya lebih rendah dan

ruang pulpanya lebih sempit.

2 Ukuran mesio-distal korona gigi

permanen lebih sempit daripada

ukuran serviko-insisalnya.

3 Ukuran mesio-distal akar-akar gigi

permanen depan lebar.

Page 15: bab 2

17

3 Ukuran mesio-distal akar-akar

gigi susu depan sempit

4 Pada gigi susu tidak ada gigi

premolar atau gigi yang

menyerupai premolar.

5 Akar-akar dan korona molar susu

mesio-distal dan sepertiga

servikal lebih sempit

6 Akar-akar molar susu relatif lebih

sempit/ramping, panjang dan

lebih divergen (memancar).

7 Akar-akar gigi susu mengalami

resorpsi.

8 Gigi geligi susu lebih putih.

9 Pada gigi susu tidak terbentuk

sekunder dentin.

10 Permukaan fasialnya lebih licin.

4 Pada gigi permanen terdapat gigi

premolar.

5 Akar-akar dan korona molar

permanen mesio-distal dan

sepertiga servikal lebih lebar.

6 Akar-akar molar permanen lebih

lebar , pendek, dan lebih konvergen

.

7 Akar-akar gigi permanen tidak

mengalami resorpsi.

8 Gigi geligi permanen lebih kuning.

9 Pada gigi permanen terbentuk

sekunder dentin.

10 Permukaan fasialnya lebih kasar.

2.7 Perbedaan Gigi dan Tulang

Gigi dan tulang keras, putih dan mengandung calsium. Tetapi, itu tidak membuat

keduanya sama. Gigi sangat berbeda dengan tulang tubuh. Gigi terdiri dari kalsium,

fosfor, dan mineral lainya. Tulang mengandung kalsium, fosfor, natrium, dan mineral

lainya. Namun sebagian besar terdiri dari kolagen protein. Kolagen itu hidup dan

memberikan kerangka yang fleksibel sehingga memungkinkan tulang untuk menahan

tekanan. Sedangkan kalsium mengisi ruang disekitar kerangka itu dan membuat tulang

cukup kuat untuk menompang berat tubuh (Sherwood, 2001).

Bagian luar tulang terdiri dari periosteum. Sebuah membran padat, halus dan licin

yang melapisi permukaan terluar tulang periosteum mengandung oesteoblas atau sel

yang dapat memproduksi pertumbuhan baru dan perbaikan tulang tidak sekuat gigi.

Gigi, sebagian besar terdiri dari jaringan klasifikasi yang disebut dentin. Dentin gigi

tercakupdalam email yang keras. Tidak seperti tulang, gigi tidak dapat menyembuhkan

Page 16: bab 2

18

diri sendiri atau tumbuh kembali jika rusak. Sedangkan tulang, ketika patah, sel-sel

tulang baru terburu buru untuk mengisi kesenjangan dan memperbaikinya (Sherwood,

2001).

Perbedaan lain antar gigi dan tulang adalah sum-sum tulang menghasilkan sel

darah merah dan putih. Sementara gigi tidak. Tulang menerima suplai darah dari

sejumlah arteri yang melalaui periosteum. Meskipun ketika gigi berdarah gigi

menimbulkan sesuatu yang terlihat seperti sum-sum, itu sebenarnya sesuatu yang

disebut pulpa gigi, bagian hidup setiap gigi yang mengandung saraf, arteri dan vena

yang membujur hingga ke tulang rahang. Saraf itulah yang menyebabkan kita merasa

sakit gigi. Perbedaan terahir adalah gigi telanjang. Sedangkan tulang tersimpan di

bawah kulit (Sherwood, 2001).

2.8 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi

Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi tergantung pada saat terjadinya

gangguan yang dihubungkan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi yang

sedang berlangsung. Penyebab utama kelaianan pertumbuhan dan perkembangan gigi

adalah faktor herediter, ganguan perkembangan, dan ganguan metabolik. Kelainan ini

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kelainan jumlah gigi

a. Supernumerary teeth, adalah bentuk gigi tambahan di antara dua gigi dengan

bentuk dan ukuran yang tidak normal (Itjingningsih, 2012).

b. Anodontia, adalah tidak berkembangnya sebagian atau keseluruhan gigi.

Anodontia dapat ditemukan suebagai:

- Anodontia total (oligodontia), pada rahang tidak ada gigi susu dan gigi

permanen.

- Anodontia parsial, pada rahang tidak ada gigi susu maupun gigi tetap.

Seing terjadi pada gigi tetap daripada gigi sulung (Itjingningsih, 2012).

2. Kelainan bentuk gigi

a. Dilaserasi, adalah penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubungan

aksial antara akar dan mahkota berubah (Itjingningsih, 2012).

Page 17: bab 2

19

b. Hipersementosis, adalah sementum yang berlebihan di sekitar akar gigi

karena kelainan lokal atau sistemik, misalnya karena inflamasi pulpa atau

ganguan metabolik (Itjingningsih, 2012).

c. Mutiara enamel, adalah suatu endapanemail kecil di sekitar apikal dentin

akibat pertautan sementum dan email seperti mutiara (Itjingningsih, 2012).

3. Kelainan warna gigi

a. Gigi kuning, karena pemakaian tetrasiklin, pigmentasi pada kelahiran

prematur, kistik fibrosis, atau porfiria (Itjingningsih, 2012).

b. Gigi coklat, karena pemakaian tetrasiklin, amelogenesis imferfecta,

dentinogenesis imferfecta, pigmentasi pada kelahiran prematur, kistik

fibrosis, atau porfiria (Itjingningsih, 2012).

c. Gigi biru sampai biru kehijauan, pada eritoblastosis fetalis.

d. Gigi putih atau opak kekuningan, pada amelogenesis imferfekta.

e. Gigi dengan daerah putih yang khas, karena fluorosis.

f. Gigi coklat kemerahan pada profiria.

g. Gigi coklat keabu-abuan pada dentinogenesis imferfekta (Itjingningsih,

2012).

4. Kelainan erupsi gigi

a. Erupsi prematur, erupsi yang terjadi sebelum waktu yang seharusnya.

Terdapat gigi sulung dan gigi tetap pada waktu bayi dilahirkan atau pada

usia beberapa hari (Djoharnas, 2000).

b. Erupsi lambat, erupsi gigi yang terjadi melewati waktu yang seharusnya.

Masih belum diketahui etiologinya walaupun dapat dihubungkan dengan

keadaan sistemik seperti riketsia, kretinisme, dan kleidokrania disostosis.

Keadaan lokal juga dapat jadi penyebab, seperti fibromatosus gingiva

(Djoharnas, 2000).

c. Ankilosis, adalah tidak terdapatnya membran periodontal di antara akar gigi

dan tulang, sehingga gigi langsung melekat pada tulang. Penyebabnya

diperkirakan karena trauma atau infeksi (Djoharnas, 2000).

Page 18: bab 2

20

5. Kelainan ukuran gigi

Kelainan ukuran gigi terjadi selama masa diferensiasi morfologi pada stadium bel dan

berkaitan dengan faktor genetik (Itjingningsih, 2012).

a. Mikrodontia, adalah ukuran gigi yang lebih kecil dari normal. Terbagi dua,

yaitu:

- True mikrodontia, terjadi pada seluruh gigi penderita dwarfisme

- False mikrodontia, terjadi pada gigi insisivus lateral atas dan molar tiga.

b. Makrodontia, ukuran gigi lebih besar daripada gigi normal. Terbagi dua

yaitu:

- True makrodontia, terjadi pada seluruh gigi penderita gigantisme.

- False macrodontia, terjadi pada beberapa gigi biasanya pada insisivus

dan kaninus (Itjingningsih, 2012).

2.9 Peranan Kalsium dalam Odontogenesis

Dalam pembentukan gigi, kalsium mempunyai peranan pada bagian dentin dan

email gigi. Kalsium sangat diperlukan selama proses pembentukan gigi, boleh

dikatakan gigi tidak mampu memperbaiki diri setelah keluar dari rongga mulut.

Kekurangan kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan

kerentanan terhadap kerusakan gigi (Rinda, 2007).

Menjaga kesehatan gigi dan gusi (Rinda, 2007).

Kalsium akan melindungi gigi dan menjaga tulang rahang yang kuat dan kokoh

sepanjang hidup yang akhirnya gigi akan rapat dimana bakteri tidak akan dapat

berkembang (Rinda, 2007).

Pembentukan gigi (Rinda, 2007).

Mineral yang membentuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah dan

luar gigi adalah yang sama dengan pembentukan tulang, yaitu hidroksiapatik.

Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah (Rinda,

2007).

Protein dalam email gigi adalah keratin sedangkan dalam dentin adalah

kolagen. Pertukaran antara kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat

dan terbatas dalam kalsium yang terdapat pada lapisan dentin. Sedikit

Page 19: bab 2

21

pertukaran mungkin juga terjadi di antara saliva dan email gigi. Kekurangan

kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatkan

kerentanan terhadap kerusakan gigi (Rinda, 2007).

2.10 Pengaruh kekurangan nutrisi pada pertumbuhan gigi:

Menurut Almatsier ( 2003), pengaruh kekurangan nutrisi pada pertumbuhan dan

perkembangan gigi adalah:

1. pertumbuhan semen akar (bahan pembentukan email gigi)terganggu (concrescence).

Concrescence adalah bersatunya semen akar setelah terjadi pertumbuhan

gigi,biasanya kelainan ini di sebabkan oleh faktor traumatic, seperti terjadinya

kecelakaan atau jatuh pada saat kehamilan.kelainan ini akan mengakibatkan cepat

rapuhnya gigi anak walaupun proses pembentukan gigi baru berbentuk (Almatsier,

2003).

2. kelainan monogenic pada jaringan atau struktur gigi

Gangguan monogenic adalah gangguan yang terjadi pada jaringan atau struktur gigi

saja.berdasarkan penyebabnya kelainan monogenic terdiri dari 2 tipe saja:

a.amelogenesis imperpecta yaitu kelainan keturunan akibat kekurangan

enzim.kelainan ini terbagi menjadi 2bagian yaitu hipomineralisasi dan

hipoplastik.biasanya kelainan ini menyerang lapisan email gigi mengakibatkan

warna gigi menjadi biru kehitaman (Almatsier, 2003).

b.dentigenesis imperpecta seperti halnya amelo genesis imperpecta kelainan ini di

sebabkan oleh kurang enzim sehingga warna dentin berubah menjadi cokelat

(Almatsier, 2003).

2.11 Mineralisasi, demineralisasi, dan remineralisasi

Mineralisasi merupakan proses penambahan bahan mineral pada jaringan tubuh,

khususnya penambahan ion-ion mineral kedalam struktur hidroksiapatit.

Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari email gigi. Pada

lingkungan netral, hidroksiapatit seimbang dengan lingkungan saliva yang menyatu

dengan ion Ca2+ dan PO43-. HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan pH < 5,5 yang

merupakan pH kritis untuk HA. H+ bereaksi dengan kelompok fosfat dalam

lingkungan saliva yang dekat dengan permukaan kristal secara cepat (Sugiarto, 2007).

Page 20: bab 2

22

Proses itu dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43- menjadi HPO4

2- dengan

tambahan H+ dan pada waktu yang sama H+ (mengalami buffering). HPO42- kemudian

tidak dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal sehingga kristal HA larut

(Abidin, 2011).

C10(PO4)6(OH)2 + 8H+ 10Ca2+ + 6HPO4- + 2H2O

Remineralisasi merupakan proses pengembalian ion-ion mineral ke dalam

struktur hidroksiapatit dan dapat dikembalikan apabila pH netral dan terdapat ion Ca2+

dan PO43- yang cukup dilingkungan (Sugiarto, 2007).