bab 2

22
TUGAS ANALISIS SISTEM KONDISI GEOGRAFIS JALUR PANTAI UTARA JAWA Nama : Devi Oktavia Sari (19310867) Elsa Rati Hariza (19310875) Muhammad Adam Nurfadlilah (19310895) Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan : Teknik Sipil UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Jakarta 2013

Upload: devi-oktavia-sari

Post on 25-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2

TUGAS ANALISIS SISTEM

KONDISI GEOGRAFIS JALUR PANTAI UTARA JAWA

Nama : Devi Oktavia Sari (19310867)

Elsa Rati Hariza (19310875)

Muhammad Adam Nurfadlilah (19310895)

Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan : Teknik Sipil

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Jakarta 2013

Page 2: Bab 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan pada suatu wilayah baik dalam lingkup

skala lokal, regional, maupun nasional tidak terlepas dari peran sistem

jaringan angkutan yang ada di wilayah bersangkutan.

Untuk wilayah Pulau jawa, dimana sekitar 120 juta penduduk atau

hampir 60 % dari total jumlah penduduk Indonesia bermukim di pulau ini, dan

sekaligus juga sebagai tempat konsentrasi berbagai pusat-pusat kegiatan

perekonomian baik dalam skala nasional, maupun internasional, peran sistem

jaringan angkutan di wilayah ini menjadi sangat penting dan strategis,

sehingga senantiasa harus diperhatikan, dijaga, dan ditingkatkan kinerjanya.

Transportasi merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seiring dengan pertumbuhan

jumlah penduduk yang semakin padat dan perkembangan masyarakat yang

semakin maju, maka pergerakan barang dan jasa juga akan meningkat yang

kemudian harus diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana

transportasi, diantaranya penambahan jaringan jalan dan pengaturan lalu

lintas.

Penambahan jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas ini sangat

diperlukan terutama

Page 3: Bab 2

disepanjang jalur Pantura yang merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting

di Pulau Jawa. Penambahan jaringan jalan tersebut sangat perlu dilaksanakan

mengingat volume lalu lintas yang melewati jalur Pantura semakin hari

semakin padat apalagi pada saat memasuki hari libur panjang seperti momen

lebaran, natal dan tahun baru, sementara kapasitas dan kemampuan jalan

untuk melayani lalu lintas kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut tidak

bertambah. Hal tersebut di atas yang sering menyebabkan jaringan jalan di

daerah Pantura mengalami kerusakan yang sangat parah, disamping itu

kualitas dan kondisi struktur jalan yang kurang memadai untuk menahan

beban lalu lintas yang sangat besar.

Berdasarkan hal tersebut maka sudah selayaknya untuk segera

dilaksanakan penambahan jaringan jalan disepanjang jalur Pantura yang

berkualitas tinggi dan mempunyai umur rencana yang melebihi umur rencana

dari struktur perkerasan jalan yang konvensional(Fleksibel Pavement ataupun

Rigid Pavement ). Pembangunan jaringan jalan baru sangat mendesak bagi

kelancaran transportasi darat terutama di wilayah Pantura, sehingga di ruas

sepanjang antara Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cirebon ( Kanci-Pejagan )

dibangun jalan tol yang mudah dan efektif dalam metode pelaksanaan

konstruksinya yaitu dengan sistem Prestressed Precast Concrete Pavement.

Proyek ini mempunyai panjang total 35 km, dengan waktu pelaksanaan

dimulai pada Juni 2008 dan ditargetkan berakhir pada Juli 2009 atau kurang

lebih selama 14 bulan.

Page 4: Bab 2

1.2 TUJUAN

1. Merumuskan kebijakan dan strategi spasial untuk pembenahan

kawasan koridor Pantura Jawa.

2 Menyusun pemanfaatan dan pengendalian rencana (RDTR) lokasi

terpilih pada Kawasan Koridor Pantura Jawa.

1.3 BATASAN MASALAH

1. Membahas tentang kondisi geografis pantura

2. Tidak dibagi berdasarkan rute

Page 5: Bab 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA KONDISI GEOGRAFIS JALUR

PANTAI UTARA JAWA (PANTURA)

2.1 JALUR PANTAI UTARA PADA MASA KOLONIAL BELANDA

Jalur Pantai Utara atau Jalur Pantura dibangun pada masa pemerintahan

Gubernur Jendral Herman William Daendles yang memerintah pada tahun 1808 –

1811 M. Jalur Pantura pada saat itu membentang sepanjang 1.000 km dari Anyer

sampai ke Panarukan di Jawa Timur. Jalur Pantura bertujuan untuk mempercepat

tibanya surat-surat yang dikirm antara Anyer hingga Panarukan.

Pembangunan jalur Pantura oleh Daendles awalnya dipusatkan di daerah

Anyer, yaitu pembangunan dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Merak di Utara dan

Pelabuhan Ujung Kulon di Selatan wilayah Banten. Jalur Pantura di daerah

Banten dibagi menjadi dua cabang, yaitu dari Anyer menuju Pandeglang

kemudian bercabang dua ke arah Serang (Utara) dan Lebak (Selatan). (Halwany

Michrob, tanpa tahun)

Rute dari Serang dilanjutkan menuju Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak,

Bandung, Sumedang. Rute Sumedang dilanjutkan menuju Cirebon, Semarang,

Demak, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo hingga berakhir di Panarukan,

membentang sepanjang Pantai Utara Jawa.

Jalur Pantura pada zaman Kolonial disebut juga Jalan Raya Pos (De Grote

Postweg) karena tujuan awal jalan tersebut sebagai jalur pos. Seiring

Page 6: Bab 2

perkembangannya, jalur Pantura berfungsi juga untuk mempercepat ekonomi,

politik dan pemerintahan pada masa Kolonial.

2.2 JALUR PANTAI UTARA SAAT INI

Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut Jalan Nasional sepanjang 1.316 km antara Merak hingga Ketapang,

Banyuwangi di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, khususnya antara Jakarta dan

Surabaya.

Jalur Pantura melintasi 5 provinsi: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Ujung paling barat terdapat Pelabuhan Merak, yang

menghubungkannya dengan Pelabuhan Bakauheni di Pulau Sumatra, ujung paling

selatan dari Jalan Trans Sumatera. Ujung paling timur terdapat Pelabuhan

Ketapang yang menghubungkannya dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali.

Jalur Pantura merupakan jalan yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa dan

bagian timurnya.

Jalur Pantura saat ini melintasi sejumlah kota-kota besar dan sedang di

Jawa, selain Jakarta, antara lain Cilegon, Tangerang, Bekasi, Karawang,

Cikampek, Subang, Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan,

Batang,Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan,

Gresik,Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Selain

jalan arteri, terdapat jalan tol yang melewati Pantura, yaitu:

1. Jalan Tol Tangerang-Merak

2. Jalan Tol Jakarta-Tangerang

Page 7: Bab 2

3. Jalan Tol JORR W1

4. Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo

5. Jalan Tol Pelabuhan

6. Jalan Tol Cawang-Pluit Jakarta, melewati Tomang, Slipi, & Semanggi

7. Jalan Tol Ir.Wiyoto Wiyono, melewati Kelapa Gading & Cempaka Putih

8. Jalan Tol Jakarta-Cikampek

9. Jalan Tol Palimanan-Kanci

10. Jalan Tol Kanci-Pejagan

11. Jalan Tol Dalam Kota Semarang

12. Jalan Tol Surabaya-Gresik

13. Jalan Tol Surabaya-Gempol, berakhir di Porong karena peristiwa Banjir

lumpur panas Sidoarjo, 27 Mei 2006.

2.3 GEOGRAFIS JALUR PANTAI UTARA JAWA

Secara geografis, saat ini jalur Pantura membentang sepanjang Pantai

Utara Jawa yang memiliki batas-batas wilayah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali

4. Sebelah Selatan dibatasi oleh wilayah-wilayah yang dilewati Jalur Pantura

Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 22 °C sampai 29 °C, dengan

kelembaban rata-rata 75%. Daerah pantai utara biasanya lebih panas, dengan rata-

rata 34 °C pada siang hari di musim kemarau. Musim hujan berawal pada bulan

Page 8: Bab 2

Oktober dan berakhir pada bulan April, di mana hujan biasanya turun di sore hari,

dan pada bulan-bulan selainnya hujan biasanya hanya turun sebentar-sebentar

saja. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan-bulan bulan Januari dan

Februari.

2.4 KONDISI JARINGAN JALAN JALUR PANTAI UTARA JAWA

Jalan Koridor Pantura Jawa melintasi 5 (lima) provinsi yang ada di Pulau

Jawa, yakni : Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa

Timur. Dari kelima provinsi yang dilalui tersebut, ruas-ruas jalan Pantura di

Provinsi Jawa Barat merupakan ruas yang paling bermasalah. Pada jalan Pantura

di Jawa Barat terkenal karena beberapa sisi negatif yang disandangnya antara lain:

jalur tengkorak, jalur macet, rawan banjir, jalur rusak dan sebagainya. Untuk

memudahkan dalam analisis Koridor Jalan Pantura Jawa dapat dibagi menjadi tiga

(3) sub-koridor dan segmen-segmen sebagai berikut :

2.3.1 Jalur Pantai Utara Wilayah Barat (Banten – DKI Jakarta – Jawa

Barat)

1. Provinsi Banten

a. Jalan Pantura Provinsi Banten :

· Ruas jalan Merak - Cilegon (12,50 Km) kondisi baik

· Ruas jalan Cilegon - Serang (18,10 Km) kondisi sedang

· Ruas jalan Serang – Tangerang - Batas DKI Jakarta (73,11 Km) kondisi

sedang. Jumlah jalur pada ruas tersebut adalah 2 jalur.

Page 9: Bab 2

b. Daerah rawan kecelakaan lalu lintas dan rawan macet :

· Pada ruas Serang - Tangerang (Km 58 dari Merak) rawan kecelakaan

· Pada ruas jalan antara pintu tol Tangerang – Kota Tangerang rawan macet

c. Daerah rawan bencana :

· Rawan longsor : pada ruas Serang – Bojonegara dan antara Pandegelang

dan Rangkasbitung

· Rawan banjir : pada daerah Balaraja dan Serang

d. Minimnya kepatuhan pemanfaat jalan.

Jalan yang telah dibangun dengan sistem drainase atau dilebarkan tidak

begitu lama muncul pedagang kaki lima dipinggir jalan, muncul pertokoan,

muncul pasar pasar baik pasar permanen atau pasar tumpah dipinggir jalan yang

kesemuanya menyebabkan rusaknya drainase dan macetnya lalu lintas pada

beberapa simpul jalan seperti di Merak dan Balaraja

2. Provinsi Jawa Barat

a. Jalan Pantura Provinsi Jawa Barat :

· Ruas batas DKI Jakarta - Bekasi

· Ruas Bekasi – Karawang

· Ruas Karawang – Cikampek

· Ruas Cikampek – Pamanukan

· Ruas Pamanukan – Lohbener

· Ruas Lohbener – Indramayu

· Ruas Indramayu – Karangampel

· Ruas Lohbener – Jatibarang

· Ruas Jatibarang – Palimanan

· Ruas Palimanan – Cirebon

· Ruas Jatibarang – Karangampel

· Ruas Karangampel- Cirebon

· Ruas Cirebon -Losari

Page 10: Bab 2

b. Kondisi jalan :

· Ruas jalan Cikampek - Pamanukan sepanjang 45,56 km dalam kondisi

baik/sedang. Lebar jalan yang ada 13.00 m terdiri dari 4 lajur (sub-

standard), sebagian besar belum ada median pemisah jalur kecuali pada

beberapa tempat sudah dir'asang median. Ruas jalan ini direncanakan akan

dijadikan 4 lajur standard dengan median. Pada saat ini sepanjang 8,50 km

sudah menjadi 4 lajur standard.

· Ruas jalan Pamanukan - Lohbener, utamanya pada daerah antara Sewo –

Legok sepanjang 10,00 km, kondisi jalan relatif baik/sedang namun lebar

jalan masih sempit (2 lajur), disamping itu terdapat 2 lokasi pasar Sukra

dan Patrol yang rawan kemacetan, penanganan pada ruas jalan ini hanya

sebatas perbaikan perkerasan aspal dan bahu jalan.

· Kemacetan lalu lintas yang melalui Kota Jatibarang saat ini sudah bisa

diatasi dengan berfungsinya Jatibarang By Pass 4 lajur 2 arah.

· Ruas jalan mulai dari pertigaan Jatibarang By Pass sampai dengan

Kertasemaya saat ini baru dapat difungsikan 4 lajur.

· Ruas jalan Kertasemaya - Palimanan masih terdapat sepanjang 2,00 km

yang masih 2 lajur yakni Desa regal Gubug. Penanganan pada daerah ini

hanya pemeliharaa.n dengan overlay.

· Ruas jalan Karangampel -Cirebon pada beberapa tempat terdapat

kerusakan jalan berupa retak-retak menyebar dan saat ini sedang ditangani

dengan penambalan (patching) dan diatasnya dioverlay.

Page 11: Bab 2

c. Daerah rawan banjir dan longsor :

· Rawan banjir : Kandanghaur, Losarang, Lohbener, Indramayu, Jatibarang,

dan Karangampel

· Rawan longsor/abrasi : daerah Eretan

d. Daerah rawan macet dan kecelakaan :

· Rawan macet : Sukamandi, Pamanukan, Patrol, Kandanghaur, Lohbener,

Karangampel, Arjowinangon, dan Cirebon

· Rawan kecelakaan : Jatibarang dan perlintasan KA di kota Cirebon

e. Minimnya kepatuhan pemanfaat jalan.

Jalan yang telah dibangun dengan sistem drainase atau dilebarkan tidak

begitu lama muncul pedagang kaki lima dipinggir jalan, muncul pertokoan,

muncul pasar pasar baik pasar permanen atau pasar tumpah dipinggir jalan yang

kesemuanya menyebabkan rusaknya drainase dan macetnya lalu lintas pada

beberapa simpul jalan seperti di :

· Sukamandi.

· Ciasem.

· Pamanukan.

· Patrol.

· Eretan Kulon.

· Kandang haur.

· Lohbener.

· Tegal Gubuk.

· Gunung jati.

· Palimanan.

Page 12: Bab 2

f. Daerah rawan banjir.

Di wilayah Jawa Barat terdapat daerah tergenang periodik, yaitu Cirebon,

Indramayu, Pantai Utara dari Serang, Tangerang, Bekasi-Karawang sampai

Cirebon (kesemuanya merupakan daerah yang tergenang secara permanen).

Daerah yang sering tergenanag adalah daerah Serang, Tangerang, Bekasi,

Purwakarta.

g. Kecenderungan alih fungsi.

Banyaknya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang

maupun tidak mendukung fungsi jalan sebagai jalan arteri primer. Hal ini ditemui

pada ruas jalan arteri pada kota-kota Bekasi, Karawang, Cikampek, Pamanukan,

Jatibarang dan Cirebon. Sekitar ruas jalan tersebut sudah berkembang menjadi

daerah komersil seperti pasar, pertokoan, pergudangan, dll. Selain itu, masalah

alih fungsi lahan pertanian menjadi isu sentral karena sebagian besar terjadi di

Pulau Jawa dan pemanfaatan lahan pertanian subur dnegan tingkat produktivitas

tinggi. Kawasan Pantura sebagai wilayah yang paling dinamis perkembangannya,

diperkirakan secara kumulatif lahan sawah beririgasi yang teralih fungsi di

wilayah Pantura seluas 44.672 ha atau sekitar 8.900 ha per tahun. Sebagian besar

lahan sawah tersebut berubah menjadi perumahan dan industri.

Page 13: Bab 2

2.3.2 Jalur Pantai Utara Wilayah Tengah (Jawa Tengah)

a. Jalan Pantura Provinsi Jawa Tengah :

· Losari - Pejagalan /Tanjung

· Pejagalan/ Tanjung – Brebes

· Brebes – Tegal

· Tegal – Pemalang

· Pemalang – Pekalongan

· Pekalongan - Batang

· Batang – Weleri

· Weleri – Kendal

· Kendal – Semarang

· Semarang – Demak

· Demak – Trengguli

· Trengguli – Kudus

· Kudus – Pati

· Pati – Rembang

· Rembang - Batas Jatim

b. Kondisi Jalan :

· Pada umumnya kondisi jalan Pantura di Provinsi Jawa Tengah adalah

sedang

· Pada tahun 2003 perbaikan jalur pantura Jawa Tengah sedang dalam

pelaksanaan dengan target efektif pelebaran 2 lajur ke 3 lajur sepanjang

12,35 km dan pemeliharaan berkala sepanjang 23,32 krn dan rutin

sepanjang 332,59 km.

· Jalur Pantura ruas Losari - Semarang terdiri 4 lajur sepanjang 165,30 km,

sebagian ruas jalan Pemalang - Pekalongan masih 3 lajur sepanjang 12,35

km dan 2 lajur pada sebagian ruas Satang - Pekalongan dan Weleri –

Semarang sepanjang 37 km

Page 14: Bab 2

· Lingkar Plelen ruas jalan Satang -Weleri sementara dapat digunakan 2

lajur dan akan disempurnakan dengan perbaikan pada intersection masuk

dan keluar

· Pada ruas Losari -Tegal -Pekalongan terdapat perbaikan lantai jembatan

Tanjung, Waluh dan Rembun II dan pada tanggal 10 November 2003 telah

dibuka.

c. Daerah-daerah rawan macet dan kecelakaan :

· Rawan macet : Sebelum kota Brebes dan Pekalongan

· Penyempitan jalan :

Pekalongan : Surodadi, Ambowetan, JI. Raya Siwalan

Pati : JI. Boe, JI. Margorejo, Km 1

· Rawan kecelakaan :

Pekalongan : JI. Raya Sawahan Tulis, JI. Raya Ulujami, JI. Raya

Prupuk Margasari

Semarang : JI. Raya Tugu, JI. Kaligawe

d. Daerah-daerah rawan banjir :

· Ruas jalan ranjung -Brebes -Tegal dan Comal- Pekalongan

· Ruas jalur Weleri - Kendal – Kaliwungu

· Ruas jalur Usman - Janatin : Ronggo Warsito, JI.Pengapon (dalam kota

Semarang)

· Ruas jalan Semarang - Demak - Kudus - Pati

· Kota Surakarta, Karanganyar, Sragen sampai S. Bengawan Solo.

Page 15: Bab 2

e. Minimnya kepatuhan pemanfaat jalan.

Jalan yang telah dibangun dengan sistem drainase atau dilebarkan tidak

begitu lama muncul pedagang kaki lima dipinggir jalan, muncul pertokoan,

muncul pasar pasar baik pasar permanen atau pasar tumpah dipinggir jalan yang

kesemuanya menyebabkan rusaknya drainase dan macetnya lalu lintas pada

beberapa simpul jalan seperti di : Lohsari, Mangkang, Kaligawe, dan Tenggu

angina.

f. Daerah rawan longsor : Brebes, Slawi, Purwokerto, Kebumen, Banyumas,

Semarang, Pati

g. Kecenderungan alih fungsi.

Banyaknya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang

maupun tidak mendukung fungsi jalan sebagai jalan arteri primer. Hal ini ditemui

pada ruas jalan arteri pada kota-kota Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan,

Batang, Kendal, Demak, Kudus, Pati. Sekitar ruas jalan tersebut sudah

berkembang menjadi daerah komersil seperti pasar, pertokoan, pergudangan, dll

2.3.3 Jalur Pantai Utara Wilayah Timur (Jawa Timur)

a. Jalan Pantura Provinsi Jawa Timur :

· Ruas Batas Jatim - Tuban No.031 = 41,A3 km

· Ruas Tuban - Pakah No.040 = 10,45 km

· Ruas Pakah - Babat No.039 = 15,9 km

· Ruas Babat- Lamongan No.044 = 30,34 km

· Ruas Lamongan - Gresik No.042 = 28,42 km

Page 16: Bab 2

· Ruas Gresik – Surabaya No.043 = 14,69 km

· Ruas Surabaya - Waru No.015 = 5,58 km

· Ruas Waru - Sidoarjo No.016 = 11,35 km

· Ruas Sidoarjo - Gempol No.017 = 9,98 km

· Ruas Gempol - Pasuruan No.018 = 28,3 km

· Ruas Pasuruan - Pilong No.019 = 31,96 km

· Ruas Pilong – Probolinggo No.020 = 6,54 km

· Ruas Probolinggo – Mlandingan No.021 = 42,77 km

· Ruas Mlandingan – Panarukan

· Ruas Panarukan – Situbondo

· Ruas Situbondo – Ketapang

· Ruas Ketapang - Banyuwangi

b. Kondisi Jalan :

· Pada Jalur pantura, ruas jalan Bulu - Tuban Widang sepanjang 43,43 km

kondisi jalan rusak dan berlubang – lubang

· Pada jalur pantura ruas Widang - Lamongan - Gresik - Surabaya sepanjang

69,95 km pada umumnya kondisi jalan baik / sedang, saat ini di tangani

pembangunan jalan sepanjang 55 km.

· Jalur pantura ruas jalan Surabaya - Sidoarjo - Gempol - Pasuruan -

Probolinggo - Panarukan - Ketapang - Banyuwangi sepanjang 285,48 km

kondisi baik.

Page 17: Bab 2

c. Daerah-daerah rawan banjir dan longsor :

· Rawan Banjir

Di beberapa titik pada ruas jalur utama Provinsi Jawa Timur terdapat

daerah yang Rawan Banjir :

Ruas jalan Pasuruan – Probolinggo

Ruas Ketapang – Banyuwangi

Tuban hingga Gresik

· Rawan Longsor

Daerah-daerah yang rawan longsor diantaranya :

Ruas jalan Pasuruan – Situbondo

Ruas jalan Sampang

Banyuwangi

d. Daerah Rawan Kemacetan dan Kecelakaan :

· Kemacetan : Ketapang dan Kota Lamongan

· Kecelakaan : Bulu - Tuban, Babat - Lamongan, dan Lamongan - Gresik.

e. Kecenderungan alih fungsi.

Banyaknya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang

maupun tidak mendukung fungsi jalan sebagai jalan arteri primer. Hal ini ditemui

pada ruas jalan arteri pada kota-kota Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan dan

Probolinggo. Sekitar ruas jalan tersebut sudah berkembang menjadi daerah

komersil seperti pasar, pertokoan, pergudangan, dll.

Page 18: Bab 2

Gambar 2.1 Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) pada zaman kolonial Belanda

(Sumber: Gunkarta, 2009)

Page 19: Bab 2

Gambar 2.1 Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) Saat Ini

(Sumber: Gunkarta, 2010)

Page 20: Bab 2

6

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jalur Pantai Utara atau Jalur Pantura dibangun pada masa pemerintahan

Kolonial Belanda dengan panjang 1.000 km. Tujuan awal pembangunan jalan

tersebut sebagai jalur pos. Namun seiring perkembangannya, Jalur Pantura juga

berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, politik, dan pemerintahan

pada masa Kolonial.

Saat ini, Jalur Pantura merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut

Jalan Nasional dengan panjang 1.316 km. Jalur Pantura melintasi 5 provinsi:

Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Dari kelima provinsi yang dilalui tersebut, ruas-ruas jalan Pantura di

Provinsi Jawa Barat merupakan ruas yang paling bermasalah. Pada jalan Pantura

di Jawa Barat terkenal karena beberapa sisi negatif yang disandangnya antara lain:

jalur tengkorak, jalur macet, rawan banjir, jalur rusak dan sebagainya.

Secara geografis, saat ini jalur Pantura membentang sepanjang Pantai

Utara Jawa yang memiliki batas-batas wilayah:

5. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

6. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda

7. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali

8. Sebelah Selatan dibatasi oleh wilayah-wilayah yang dilewati Jalur Pantura

Page 21: Bab 2

7

Jalur Pantura saat ini memiliki rute sebagai berikut: Merak – Cilegon –

Serang – Tangerang – Jakarta – Bekasi – Tambun – Cikarang – Karawang – Klari

– Kosambi – Dawuan – Cikampek – Sukamandi – Pamanukan – Kandanghaur –

Lohbener – Jatibarang – Palimanan – Weru – Cirebon – Losari – Tanjung –

Pejagan – Brebes – Tegal – Pemalang – Pekalongan – Batang – Weleri – Kendal –

Semarang – Demak – Trengguli – Kudus – Pati – Rembang – Bulu – Tuban –

Widang – Babat – Lamongan – Gresik – Surabaya – Waru – Sidoarjo – Porong –

Gempol – Bangil – Pasuruan – Nguling – Probolinggo – Paiton – Besuki –

Panarukan – Situbondo – Bajulmati – Ketapang.

3.2 SARAN

1. Perhatikan kondisi curah hujan dalam perencanaan sistem drainase

sepanjang Jalur Pantura.

2. Perhatikan kondisi ruas jalan Pantura yang paling bermasalah, yaitu di

Provinsi Jawa Barat seperti jalan yang rawan banjir, macet, jalur

tengkorak, dan jalur rusak untuk mengetahui rencana perawatan Jalur

Pantura.

3. Perhatikan kondisi sosial - ekonomi di sekitar Jalur Pantura untuk

mengetahui alternative transportasi selain melewati Jalur Pantura.

Page 22: Bab 2

8

DAFTAR PUSTAKA

PT. Dacrea Mitrayasa. Laporan Pendahuluan – Penataan Ruang Wilayah Untuk

Pembenahan Koridor Pantai Utara Jawa. Diakses pada tanggal 25 Oktober

2013 dari www.penataanruang.net

AH Network. Status Paper on Asia Highway. Indonesia

Wikipedia.org. Jalur Nasional Rute 1 – Pantai Utara Jawa. Diakses pada tanggal

25 Oktober 2013 dari www.wikipedia.org