bab 2

34
Laporan Praktikum Petrologi 2010 BAB II BATUAN BEKU 2.1. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui dan membedakan batuan beku berdasarkan klasifikasinya. 2. Menginterpretasikan penamaan batuan-batuan beku berdasarkan deskripsinya. 2.2. Dasar Teori Batuan beku adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin. Batuan beku terbentuk akibat pembekuan magma, baik yang terbentuk di bawah permukaan bumi (intrusif) atau yang terbentuk di luar atau di atas permukaan bumi (ektrusif). Batuan beku yang terdapat di bumi memiliki jenis-jenis yang beragam yang dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembekuan magma dan kandungan mineral yang terdapat pada magma itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi proses diferensiasi magma, viskositas magma yang membeku, posisi pembekuan magma, dan sebagainya. Dimas Apri Saputra H1C109009

Upload: dimas-apri-saputra

Post on 24-Jun-2015

596 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

BAB IIBATUAN BEKU

2.1. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui dan membedakan batuan beku berdasarkan klasifikasinya.

2. Menginterpretasikan penamaan batuan-batuan beku berdasarkan

deskripsinya.

2.2. Dasar Teori

Batuan beku adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

silikat hasil penghabluran magma yang mendingin. Batuan beku terbentuk

akibat pembekuan magma, baik yang terbentuk di bawah permukaan bumi

(intrusif) atau yang terbentuk di luar atau di atas permukaan bumi (ektrusif).

Batuan beku yang terdapat di bumi memiliki jenis-jenis yang

beragam yang dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi

proses pembekuan magma dan kandungan mineral yang terdapat pada

magma itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi proses diferensiasi

magma, viskositas magma yang membeku, posisi pembekuan magma, dan

sebagainya.

Berdasarkan genetik atau tempat terjadinya pembentukan batuan

beku terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Batuan Ekstrusi

Batuan ekstrusi pembentukannya baik semua material yang ada

di permukaan bumi atau bawah laut, lava mendingin secara cepat di

bawah permukaan laut akan menjadi batuan beku lava bantal, dan yang

keluar dipermukaan bumi akan menjadi batuan beku vulkanik.

Magma yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian

besar membeku di dalam sebagai batuan plutonik yang membeku di

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 2: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

permukaan bumi dan dikenal sebagai batuan vulkanik. Suatu aktivitas

vulkanik akan mengeluarkan materi-materi berupa gas, cair dan padat.

Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat,

debu atau suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada

dua tipe magma intrusi, yang pertama bersifat basa yaitu memiliki

kandungan silika yang rendah dan viskositasnya rendah. Tipe kedua dari

lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang

tinggi dan viskositas relatif tinggi

Sifat dan ciri batuan ekstrusi :

a. Berbutir halus dan sering terdapat kaca

b. Batuan memperlihatkan struktur vesikuler, terutama di bagian

permukaan

c. Terdapat struktur aliran

d. Dapat membakar pada sisi bawah aliran

2. Batuan Intrusi

Proses pembentukan batuan ini berbeda, dimana sifat magma

menerobos batuan asal yang sebelumnya telah terbentuk. Batuan instrusi

atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam

bumi (15–50 km). Tempat pembentukannya dekat dengan astenosfer

(lapisan dibawah lempeng tektonik tempat bergeraknya lempeng benua),

maka pendinginan berjalan sangat lambat sehingga bentuk batuannya

besar-besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan bentuk

tekstur holokristalin.

Berdasarkan ukuran diameternya, batuan plutonik dapat

dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Plutonik Tabular

Batuan beku plutonik tabular berukuran relatif kecil dan

biasanya letaknya agak dekat ke permukaan bumi. Kalau

diperhatikan letak ataupun bentuknya di dalam batuan sekitarnya

dimana ia membeku dikenal ada dua macam, yaitu sill dan dike.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 3: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

b. Plutonik Masif

Batuan beku plutonik masif berukuran lebih besar dari

plutonik tabular dan biasanya letaknya agak dalam. Plutonik masif

terbagi atas lakolit dan batolit.

Gambar 2.1.Intrusi Magma

Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusi terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Konkordan (Concordant Plutons)

Konkordan merupakan bentuk penerobosan batuan beku

dalam yang sejajar dengan lapisan batuan sedimen atau foliasi batuan

metamorf yang diintrusinya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini, yaitu:

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 4: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

1). Sill

Sill merupakan tubuh batuan yang berupa lembaran dan

sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya. Semacam intrusi

tipis (lembaran) atau structural planes yang relatif sejajar dengan

bidang atau foliasi batuan disekitarnya. Pada lapisan atau foliasi

horisontal, sill dapat tersingkap di daerah lereng curam (tebing)

atau oleh erosi vertikal yang kuat. Akan tetapi pada lapisan miring

kenampakan lapangan dari sill, kadang sulit dibedakan dengan

dike karena walaupun penyebarannya memanjang dari sill, searah

jurus perlapisan atau foliasi batuan, namun dike dapat pula

ditemukan demikian. Tetapi pada sill penyebaran mineralisasinya

terutama mineral-mineral bijih, akan cenderung menyebar ke arah

kemiringan lapisan dan pada sisi ini lebih banyak perubahan

warna soil ke arah merah atau kecoklatan oleh oksida-oksida besi.

Pergerakan magma pembentuk sill biasanya melalui zona-zona

lemah seperti kekar, bidang lapisan atau foliasi dan batuan yang

lemah. Sifat kekentalan magma sangat menentukan penyebaran

sill. Magma yang kental kecil kemungkinan akan membentuk sill

yang luas, tetapi magma yang encer (basa-intermedit) akan

membentuk sill yang penyebarannya luas, karena magma encer

mempunyai mobilitas yang tinggi. Kemungkinan suatu sill

membeku agak cepat karena tipis maka akan memberikan tekstur

mikro, afanitik dan porfiritik. Sill yang membeku lambat akan

mengalami diferensiasi apabila posisinya relatif horizontal.

Ukuran atau ketebalan suatu sill dapat mencapai beberapa ratus

meter. Kehadiran suatu sill biasanya berasosiasi dengan bentuk-

bentuk intrusi lainnya seperti dike, lakolit dan lain-lain.

Berdasarkan atas komposisi dan kejadiannya, maka sill dapat

dibedakan atas:

a). Simple Sill merupakan sill tunggal yang terbentuk satu kali

injeksi magma.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 5: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

b). Multiple Sill merupakan sill yang berulang kali terbentuk pada

magma yang sama.

c). Composite Sill merupakan sill yang tersusun dengan komposisi

yang berbeda satu sama lainnya.

2). Lakolit

Lakolit merupakan tubuh batuan intrusi yang terbentuk

kubah (dome). Pembentukan lakolit berhubungan dengan

perlapisan batuan sedimen, sehingga di lapangan dapat dikenal

dengan memperhatikan jurus dan kemiringan lapisan batuan,

dimana arah-arah kemiringan searah dengan slope lakolit atau

berlawanan arah dengan pusat lakolit. Ukuran lakolit dapat

dikenal dengan perbandingan ketebalan dan diameternya yaitu

1:10, diameter lakolit berkisar dari 2-4 mil dengan kedalaman

ribuan meter. Sifat magma pembentuk lakolit agak kental,

sehingga penyebarannya tidak begitu luas seperti halnya dengan

sill. Proses pembekuan magma pembentuk lakolit sedang,

sehingga dapat membentuk tekstur fanerik-afanitik atau pofiritik.

Lakolit dapat pula dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

a). Asymmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope atau

kemiringan lapisan batuan di atasnya tidak sama.

b). Symmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope sama.

c). Intrafrontal Laccolith, lakolit yang terbentuk di antara lapisan

batuan yang tidak selaras.

3). Lapolit

Lapolit adalah bentuk tubuh batuan yang merupakan

kebalikan dari lakolit, yakni intrusi berbentuk cekung atau

berasosiasi dengan cekungan. Bentuk intrusi ini dapat dikenal di

lapangan dengan memperhatikan arah dip lapisan sedimen yan

mengarah ke pusat. Pembentukan suatu lapolit berasosiasi dengan

lipatan yang membentuk cekungan atau dalam proses intrusi

terjadi suatu perubahan tingkat lipatan menjadi lebih kuat, akibat

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 6: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

asimilasi magma basa. Tekstur batuan lapolit relatif sama dengan

tekstur dengan batuan pembentuk lakolit.

4). Pakolit

Pakolit adalah bentuk intrusi concordant yang

berhubungan dengan lipatan antiklin atau plunging fold atau tubuh

batuan beku yang menempati sinklin yang telah terbentuk

sebelumnya. Ketebalan pakolit berkisar antara ratusan sampai

ribuan kilometer.

b. Diskordan (discordant plutons)

Diskordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang

memotong atau menerobus perlapisan batuan disekitarnya atau foliasi

batuan. Sebagian daripada bentuk diskordan berhubungan dengan

struktur kekar dan sesar. Seperti halnya intrusi konkordan, pada

discordant kecil seperti dike banyak dibentuk oleh magma encer

(basa). Tetapi pada diskordan besar seperti batholith dibentuk oleh

magma asam yang kental dan bersifat granitis.

Bentuk-bentuk intrusi diskordan dapat dikenal dalam beberapa

bentuk, yaitu:

1). Dike

Dike merupakan bentuk intrusi tabular yang memotong

lapisan atau foliasi batuan yang diterobosnya. Pembentukan dike

biasanya dikontrol oleh struktur-struktur akibat gaya tension

seperti kekar terbuka atau sesar turun. Di lapangan dike dapat

dibedakan dengan sill yaitu dengan melihat posisinya terhadap

batuan disekitarnya. Dike memotong lapisan atau foliasi batuan,

sedangkan sill sejajar dengan lapisan batuan yang diintrusinya.

Pada kebanyakan dike dapat dikenal apabila penyebaran

memanjang relatif sejajar atau menyilang dip lapisan batuan

sekitarnya. Akan tetapi apabila dike memotong batuan yang

miring sehingga penyebarannya sejajar dengan jurus lapisan

batuan, dapat memberikan hasil analisis yang keliru, dalam hal ini

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 7: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

sulit dibedakan dengan sill. Hal yang demikian dapat diatasi

dengan memperhatikan arah pengaruh dan mineralisasi di segala

arah, yang berbeda dengan sill.

Dike dalam ukuran kecil, akan membeku relatif cepat

sehingga dapat menunjukkan tekstur halus afanitik, mikrofeneritik

dan porfiritik. Biasanya dike dan sill berasosiasi melalui zona-

zona lemah (kekar dan sesar minor) membentuk intrusi-intrusi

batuan basa. Penyebaran dan arah-arah memanjang daripada dike

dapat membantu dalam menentukan arah-arah struktur. Biasanya

arah dike relatif tegak terhadap arah tekanan minimum daripada

gaya-gaya pembentuk kekar.

Pada daerah-daerah lipatan, penyebaran dike melalui

kekar-kekar terbuka pada lipatan antiklin melalui sumbu antiklin.

Sedang pada daerah lipatan sinklin biasanya arah dike relatif tegak

terhadap sumbu sinklin tersebut. Pada sesar turun, kekar dapat

ditemukan searah dengan sesar turun tersebut.

2). Batolit

Batolit termasuk batuan intrusi dalam yang berukuran

besar. Ciri-cirinya meliputi:

a). Tubuh batuan intrusi berukuran besar kurang lebih 40 mil

persegi.

b). Tubuh membesar ke bawah.

c). Permukaan tak teratur.

d). Dapat berhubungan dengan diskordan lainnya.

e). Biasanya komposit yang sering berbeda waktu dalam

pembekuannya, karena magma yang dalam dan besar.

f). Kontak efek kedua belah pihak.

g). Kemungkinan besar terjadi diferensiasi, asimilasi dan

xenolitisasi.

h). Sangat memberi pengaruh batuan di atasnya terutama masalah

pemanasan.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 8: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

i). Biasanya ditemukan roof pendant (sisa-sisa dari batuan

sedimen yang berada di atas batuan beku batolith), xenolith,

inclusion dan copulae (bagian daripada batolith yang menonjol

ke atas atau dekat permukaan yang mempunyai bentuk tak

teratur).

3). Stock

Stock adalah batuan diskordan yang ukurannya lebih kecil

dari batolit. Dapat berupa copulae, terbentuk dekat permukaan,

tekstur batuan penyusun stock adalah sedang sampai halus.

1. Batuan Gang

Batuan Gang merupakan batuan antara atau transisi. Batuan ini

terbentuk di dalam celah-celah serta rekahan-rekahan kerak bumi.

Batuan gang atau batuan korok disebut juga batuan hypo-abisik.

Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang

menuju ke permukaan bumi atau membeku dalam celah-celah di kerak

bumi. Misalnya magma yang mempunyai susunan granit membeku

dalam sebuah gang, maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit

yang berarti batuan granit bertekstur porfiri.

Berdasarkan cara terjadinya, batuan beku digolongkan menjadi tiga,

yaitu :

1. Effusive rocks yaitu batuan beku yang terbentuk dari permukaan lapisan

kulit bumi.

2. Dike rocks yaitu batuan beku yang terbentuk dekat dengan permukaan.

3. Deep snated rocks yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di dalam bumi.

Batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma ini sangat keras

dan tidak banyak di jumpai disekitar kita, karena sudah banyak yang

tersedimentasi. Pembekuan mineral dalam magma bila didasarkan atas

penurunan suhu bisa dilihat pada skema yang diberi nama Bowen Reaction

Series. Mineral Sebelah kiri (Discontinuous Series) mewakili mineral–

mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi

adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2, maka

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 9: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan

pasangan Ingcongruent Melting, dimana setelah pembentukannya Olivin

akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur

menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan

temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit, biotit

terbentuk dalam temperatur yang rendah.

Mineral sebelah kanan (Continuous Series) diwakili oleh mineral

kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar

luas. Anortit adalah mineral yang paling pertama kali terbentuk pada suhu

yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau

Basalt. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan

beku Diorit dan Andesit.

Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit,

mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Rhyolite.

Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret Solid-Solution

yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-

Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini

Anortit adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut juga Calcic

Plagioklas, sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na Sodic plagioklas

atau Alkali plagioklas.

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral

Pottasium Feldspar dan mineral ke mineral Muskovit dan terakhir sekali

mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling

stabil diantara seluruh mineral Felsik dan mineral Mafik, dan sebaliknya

mineral yang terbentuk untuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak

stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain. Dengan

memperhatikan reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai kemungkinan

himpunan mineral utama didalam batuan beku.

Dalam himpunan mineral ada suatu mineral lain yang sangat khas

tetapi tidak tertera dalam deret Bowen yaitu suatu kelompok seri batuan

bersusun basa, yaitu mineral golongan feldspatoid (leusit, nefelin, dsb).

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 10: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Hadirnya mineral tersebut memberikan petunjuk bahwa kandungan silika

yang dalam magma terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan terbentuk

golongan feldspar. Lebih jelasnya Bowen Reaction Series dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.2.Bowen Reaction Series

Dari skema Bowen Reaction Series diatas, diketahui dalam proses

pendinginan magma tidak akan langsung membeku semuanya, melainkan

mengalami penurunan suhu secara perlahan, bahkan berlangsung dengan

cepat.

Penurunan temperatur ini disertai dengan suatu pembekuan dan

pengendapan, mineral-mineral dari berbagai mineral tertentu yang sesuai

ditemperaturnya. Pembentukan mineral dalam magma menurut penurunan

temperatur, dan telah disusun oleh seorang yang bernama Bowen sehingga

sering disebut orang sebagai Bowen Reaction Series.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 11: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Batuan beku yang terbentuk dari penbekuan dan pendinginan magma

pada umumnya sangat keras dan tidak terlalu banyak terdapat di alam

karena sudah terlalu banyak yang tersedimentasi. Contohnya antara lain :

1. Granit

2. Diorit

3. Gabro

4. Peridotit

5. Dan lain-lain

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara

alamiah yang bersuhu antara 600oC–1200oC atau lebih dan berasal dari

kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi

kimiawi magma dari contoh–contoh batuan beku terdiri dari :

1. Senyawa–senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan senyawa

oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma,

sehingga merupakan mayor elemen yang terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,

FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari

fraksi–fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.

3. Unsur–unsur lain yang disebut unsure jejak dan merupakan minor

elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Co, V, Li, Cr, S dan Pb.

Magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan

mengalami proses diferensiasi menjadi magma bersifat lain. Magma basa

bersifat encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+,

OH-dan gas tinggi, sedangkan magma asam sebaliknya. Sekurang–

kurangnya genesa batuan beku vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari

tiga segi :

1. Bagaimana dan dimana larutan bergenerasi di dalam selubung atau pada

kerak bumi bagian bawah.

2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke permukaan.

3. Proses–proses di dekat permukaan yang menyempurnakan generasi.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 12: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh

proses-proses sebagai berikut :

1. Hibridisasi adalah pembentukan magma baru karena pencampuran dua

magma yang berlainan jenisnya.

2. Sintaksis adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi

dengan batuan samping.

3. Anataksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan

pada kedalaman yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami

diferensiasi magmatik. Diferensiasi magmatik ini meliputi semua proses

yang mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar

menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.

Proses–proses diferensiasi magma meliputi :

1. Fragsinasi adalah pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses

kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal–kristal pada saat

pendinginan tidak dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan

magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan

temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba–tiba.

2. Crystal Setting adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal–

kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian

dasar waduk. Disini mineral silikat berat akan terletak di bawah mineral

silikat dingin.

3. Liquid Immisibility adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah

akan pecah menjadi larutan yang masing–masing akan membeku

membentuk bahan yang heterogen.

4. Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan

potasium yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk

magma.

5. Vesikulation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen

seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 13: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

membentuk gelembung- gelembung gas dan membawa serta komponen

volatil sodium (Na) dan potassium (K).

6. Diffusion ialah bercampurnya batuan–batuan dinding dengan magma di

dalam waduk magma secara lateral.

“Pada saat magma mengalami penurunan suhu dan akibat dari perjalanannya menuju permukaan bumi, maka mineral–mineral akan terbentuk.” (Budhikuswansusilo. 2009)

2.2.1. Penggolongan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan atas 3 patokan,

yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan genesanya:

1). Batuan beku intrusive yaitu terbentuk di dalam bumi.

2). Batuan beku ekstrusif yaitu terbentuk di luar permukaan

bumi.

b. Berdasarkan senyawa SIO2 menurut C.J. Hughes, 1962 yaitu :

1). Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari

66% atau banyak mengandung mineral kuarsa, contohnya

adalah granit dan riolit.

2). Batuan beku intermediet, apabila kandungan SiO2 antara

52% sampai 66%, contohnya adalah diorite dan andesit.

3). Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45%

sampai 52%, contohnya adalah gabro dan basalt.

4). Batuan beku ultrabasa, apabila kandungan SiO2 kurang

dari 45%, contohnya adalah peridotit.

c. Berdasarkan unsur mineralogi menurut S.J. Shand, 1943 yaitu :

1). Leukokratik Rock, jika mengandung < 30 % mineral

mafik.

2). Mesokratik Rock, jika mengandung 30 % - 60 % mineral

mafik.

3). Melanokratik Rock, jika mengandung 60 % - 90 %

mineral mafik.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 14: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

4). Hypermelanic Rock, jika mengandung > 90 % mineral mafik.

2.2.2. Mineral-Mineral Pembentuk Batuan Beku

Berdasarkan dari Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral

dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Mineral Utama (Primary Mineral)

Mineral ini terbentuk secara langsung pada waktu

kristalisasi magma dan merupakan mineral dominan yang

membentuk batuan beku. Mineral utama terbagi menjadi dua :

1). Mineral felsik adalah mineral-mineral yang berwarna terang,

contohnya adalah:

a). Kuarsa SiO2, berwarna putih, tak berwarna, abu-abu

sampai coklat.

b). Plagioklas, berwarna putih, coklat dan merah jambu.

c). Muskovit, tak berwarna (bening) abu-abu, kehijauan atau

coklat muda.

2). Mineral mafik adalah mineral-mineral yang berwarna gelap

yang terdiri dari :

a). Olivin, berwarna hijau, kemerahan dan kuning

kecoklatan.

b). Piroksin, berwarna hijau kehijauan.

c). Hornblende, berwarna hijau-coklat.

d). Biotit, berwarna hitam-coklat.

b. Mineral Sekunder

Mineral ini merupakan mineral hasil dari ubahan mineral

utama yang disebabkan oleh proses pelapukan, reaksi hidrotermal

maupun hasil metamorfisme terhadap mineral utama. Dengan

demikian mineral tersebut tidak ada hubungannya dengan

pembekuan magma (non perogenetik), mineral-mineral tersebut

meliputi:

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 15: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

1). Kelompok kalsit, terdiri dari kalsit, dolomit, magnesit,

sideret. Kelompok ini merupakan ubahan dari mineral

Plagioklas.

2). Kelompok serpentin, merupakan ubahan dari mineral olivin

dan piroksin, terdiri dari antigonit dan crysotil. Banyak

terdapat pada batuan serpentinit.

3). Kelompok klorit, merupakan ubahan dari mineral plagioklas,

yang terdiri dari proktor, talk, dll.

4). Kelompok serisit, merupakan ubahan dari mineral plagioklas.

5). Kelompok kalorin, merupakan ubahan dari feldspar yang

terdapat dalam batuan beku yang terdiri dari : kaolimit, dan

kalloysit.

c. Mineral Tambahan

Merupakan mineral yang terbentuk pada waktu

kristalisasi magma, dengan jumlah yang sangat kecil. Mineral-

mineral ini tidak selalu ada pada tiap batuan beku, meliputi

hematit, kromit, rutile, magnetit, rulit, pirit, apatit, dll.

2.2.3. Struktur Batuan Beku

Struktur adalah kenampakan hubungan antara batuan dalam

skala besar ataupun kecil, biasanya sangat jelas kenampakannya bila

dilihat di lapangan. Bentuk struktur sangat erat kaitannya dengan

pembentukan batuan beku.

Struktur yang sering ditemukan, meliputi:

a. Masif adalah apabila batuan beku tersebut tidak menunjukkan

adanya sifat perlapisan atau pensejajaran mineral, tidak ada

retakan atau pun lubang-lubang gas.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 16: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.3.Struktur Batuan Beku Masif

b. Joint adalah struktur batuan yang memiliki retakan ataupun

kekar. Struktur ini terbagi menjadi dua, yaitu :

1). Columnar Jointing apabila retakan-retakan atau kekar

berbentuk seperti tiang.

2). Sheeting Joint apabila retakan atau kekar berbentuk seperti

lembaran-lembaran.

Gambar 2.4.Struktur Batuan Beku Joint

c. Pillow Lava (lava Bantal) adalah struktur yang berbentuk seperti

bantal, khas pada volkanik bawah laut.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 17: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.5.Struktur Batuan Beku Pillow Lava

d. Vesikuler, dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas akibat

terobosan gas saat pembekuan magma dengan susunan lubang

yang teratur.

Gambar 2.6.Stuktur Batuan Beku Vesikuler

e. Skoria, sama dengan halnya vesikuler namun susunan lubangnya

tidak teratur.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 18: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.7.Struktur Batuan Beku Skoria

f. Amigdaloidal, apabila lubang gas terisi oleh mineral-mineral

sekunder.

Gambar 2.8.Struktur Batuan Beku Amigdaloidal

g. Xenolit, struktur yang memperlihatkan fragmen batuan yang

tertanam ke dalam masa batuan. Ini akibat peleburan yang tidak

sempurna dari batuan samping di dalam magma yang

mengintrusi.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 19: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.9.Struktur Batuan Beku Xenolit

h. Autobreccia, merupakan struktur yang memperlihatkan adanya

fragmen lava yang tertanam pada lava.

Gambar 2.10.Struktur Batuan Beku Autobreccia

2.2.4. Tekstur Batuan Beku

Pengertian dari kenampakan hubungan dari butir-butir

mineral yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir

granularitas.

a. Granularitas

Bentuk butiran-butiran yang terdapat dalam batuan beku

dapat dibedakan beberapa struktur, diantaranya :

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 20: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

1) Fanerik Granular, bila butiran mineral dapat dilihat dengan

mata telanjang, dan berukuran seragam.

2) Afanitik, bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga

tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

3) Porfiritik, dibedakan menjadi dua :

a). Faneroporfiritik, bila butiran-butiran mineral yang besar

dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran butir

lebih kecil (massa dasar) yang dapat dikenal dengan mata

telanjang.

b). Porfiroafanitik, biloa butiran-butiran mineral sulung

(fenokris) dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.

c). Glassy, bila batuan beku semata-mata tersusun oleh

mineral gelas.

d). Fragmental, bila batuan beku tersusun oleh fragmen-

fragmen batuan beku hasil letusan gunung api.

b. Derajat Kristalisasi

Kenampakan dari bentuk kristalisasi mineral dipengaruhi

oleh komposisi kimia, akan mempengaruhi viskositas, kecepatan

pendinginan dan kedalaman sebagai fungsi tekanan. Magma

dengan viskositas rendah dibawah tekanan tinggi, maka

kristalnya akan tumbuh dengan baik dan sebaliknya untuk

magma derajat viskositas tinggi serta dekat dengan permukaan.

Dalam hal ini batuan holokristalin dengan ukuran butiran sedang

hingga kasar merupakan ciri untuk bantuan flutunik sedangkan

untuk batuan kristalin halus, afanitik dan gelas, terbentuk sebagai

akibat pendinginan yang cepat dan viscositas magma tinggi, yang

khas terjadi pada magma ekstrusif, intrusi dangkal.

Derajat kristalisasi ada tiga macam, meliputi:

1). Holokristalin, apabila massa batuan tersusun butiran-butiran

kristal

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 21: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

2). Hypokristalin, apabila massa batuan tersusun dari butiran-

butiran kristal dan massa gelas

3). Holohialin, apabila batuan tersusun dari massa gelas

c. Bentuk Butiran

Kenampakan dari tubuh kristal yang terbentuk. Ada tiga

macam bentuk dari kristal, meliputi:

1). Euhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral

mempunyai bidang yang sempurna

2). Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi

oleh sebagian bidang kristal yang sempurna dan sebagian

bidang tidak sempurna.

3). Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi

bentuk bidang yang tak sempurna.

d. Relasi

Merupakan hubungan bentuk keseragaman antar butiran

kristal satu dengan yang lainnya, meliputi :

1). Equigranular

Apabila kristal mempunyai bentuk butiran kristal relatif

sama:

a). Panidiomorfik granular, sebagian mineral relatif sama dan

euhedral.

b). Hifidiomorfik granular, sebagian mineral relatif seragam

dan subhedral.

c). Allotimorfik granular, sebagian mineral relatif seragam

dan anhedral.

2). Inequigranular

Apabila mempunyai mempunyai bentuk butiran kristal relatif

tidak sama:

a). Faneroporfiritik, dimana mineral-mineral besar (finokris)

tertanam dalam massa dasar kristal yang halus

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 22: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

b). Vitropirik : Apabila mineral besar tertanam dalam massa

dasar gelas.

c). Pofirofanitik : Apabila mineral besar tertanam dalam

massa dasar yang afanitik.

d). Felsoferik : Apabila mineral besar tertanam massa dasar

pertumbuhan bersama (intergrowth) antar feldspar

dengan kuarsa.

2.2.5. Jenis Batuan Beku

Jenis batuan beku dapat dikelompokan berdasarkan

kandungan mineral yang terdapat didalamnya, antara lain :

a. Kelompok Ganit – Riyolit, termasuk batuan beku asam.

b. Kelompok Diorit – Andesit, termasuk batuan intermidiet.

c. Kelompok Gabro – Basalt, termasuk batuan basa.

d. Kelompok Peridotit, termasuk batuan ultra basa

2.2.6. Warna Batuan Beku

Batuan beku memiliki warna yang berkaitan erat dengan

komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari

warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk

batuan yang memiliki tekstur gelasan.

a. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku

asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa,

potas feldsfar, muskovit.

b. Batuan beku yang bewarna gelap sampai hitam umumnya adalah

batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan

mineral mafiknya hampir sama banyak atau sebanding.

c. Batuan beku yang bewarna hitam kehijauan umumnya adalah

batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah

mineral mafik.

Dimas Apri SaputraH1C109009

Page 23: Bab 2

Laporan Praktikum Petrologi 2010

d. Batuan beku yang bewarna hijau kelam dan biasanya

monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi

hampir seluruhnya mineral mafik.

2.3. Metodologi Praktikum

2.3.1. Alat

a. Lembar deskripsi batuan sementara

b. Alat tulis

2.3.2. Bahan

a. Sampel batuan beku

2.3.3. Prosedur

a. Menentukan warna sampel batuan beku baik warna

segar maupun warna lapuk.

b. Menentukan struktur yang tampak pada sampel

batuan beku.

c. Menentukan tekstur sampel batuan beku yang terdiri

dari derajat kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, dan relasi.

d. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan

beku dengan menggunakan lup.

e. Menentukan jenis batuan beku dan penamaannya

berdasarkan pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Dimas Apri SaputraH1C109009