b web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui...

67
BAB III HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH DASAR Pendidikan (pedagosis) diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dewasa berarti bisa hidup mandiri terlepas dari ketergantungan pada orang lain. Proses pendidikan dapat dilaksanakan secara formal, informal dan non formal. Untuk mencapai kedewasaan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu anak akan banyak membutuhkan bantuan orang dewasa. Dalam proses menjadi dewasa itu ia berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik (alam) maupun lingkungan sosiokultural. Berinteraksi berarti dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosiokultural ia mendapat pengaruh sosikultural yang bermanfaat bagi tercapainya perkembangan individu secara optimal. Sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan telah mengalami perubahan-perubahan, seperti; perubahan 11

Upload: dangtram

Post on 30-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

BAB IIIHAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SEKOLAH DASARDI SEKOLAH DASAR

Pendidikan (pedagosis) diartikan sebagai suatu proses bantuan yang

diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai

kedewasaan. Dewasa berarti bisa hidup mandiri terlepas dari ketergantungan pada

orang lain. Proses pendidikan dapat dilaksanakan secara formal, informal dan non

formal.

Untuk mencapai kedewasaan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu

anak akan banyak membutuhkan bantuan orang dewasa. Dalam proses menjadi

dewasa itu ia berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik (alam)

maupun lingkungan sosiokultural. Berinteraksi berarti dituntut menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosiokultural ia

mendapat pengaruh sosikultural yang bermanfaat bagi tercapainya perkembangan

individu secara optimal.

Sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal

mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan

menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Kenyataan sekarang

menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan telah mengalami perubahan-

perubahan, seperti; perubahan sistem pendidikan, kurikulum, metode mengajar,

perluasan pendidikan dan sebagainya, yang kesemuanya itu akan menimbulkan

berbagai masalah khususnya bagi siswa serta pihak yang berkecimpung dalam

pendidikan.

Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya telah

mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin

kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat

kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong

manusia untuk terus berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap

apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi

tersebut adalah: meningkatnya keresahan hidup di masyarakat karena banyaknya

11

Page 2: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

konflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah

melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-

obat terlarang.

Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu dipersiapkan

insan dan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu yaitu manusia yang

harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi secara profesional, serta dinamis dan kreatif.

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang

bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan

teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem

manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik

untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi

pencapaian cita-citanya.

Kemampuan yang demikian tidak hanya menyangkut aspek akademis

tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan

intelektal, dan sistem nilai. Oleh karena itu pendidikan yang bermutu di

lingkungan pendidikan haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, mampu

menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan profesional

dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan

produktif. Para peserta didik di lingkungan pendidikan umumnya adalah orang-

orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik,

kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Pencapaian

standar kemampuan profesional/akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta

didik memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola dan pelaksana

manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan karena ketiganya merupakan

bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.

12

Page 3: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Keterkaitan ketiga bidang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Bidang Administrasidan Kepemimpinan

Bidang Pembinaan Pribadi Siswa

Kebutuhan akan bimbingan merupakan hal yang universal, bimbingan

dibutuhkan pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Penekanan Bimbingan

dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan kebutuhan anak dalam proses

perkembangannya. Namun proses yang terpenting dalam bimbingan adalah proses

penemuan diri sendiri. Penemuan dan pemahaman diri harus sudah diproses sejak

awal di sekolah dasar, karena itu akan membantu anak mengadakan penyesuaian-

penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk

memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan

bukan hanya suatu tindakan yang bersifat mengatasi krisis yang dihadapi anak,

tetapi juga merupakan suatu bantuan terhadap perkembangan anak sebagai pribadi

dengan segala kebutuhan, minat, dan kemampuannya yang terus berkembang.

Pandangan ini menitikberatkan bimbingan yang bersifat preventif dan kesehatan

mental serta pengembangan diri. Pelaksanaannya dilakukan sejak awal di sekolah

dasar atau pengalaman awal anak dalam pendidikan.

Dinkmeyer dan Caldwell (Ahman, 1998,22) ada beberapa faktor penting

yang membedakan bimbingan di sekolah dasar dan bimbingan di sekolah

menengah, yaitu:

Bidang Pengajaran

Administrasi

dan

Bimbingan dan Layanaan Pribadi

lainnya

Pengajaran Kurikuler; Pendidikan jabatanPendidikan khususPendidikan remedial

Tujuan:Perkembangan optimal siswa menurut kemampuan dan minatnya dalam arti filosofi

Gambar 1 : Proses Pendidikan( diadopsi dari : Mortensen and Schmuler, 1976:24 )

13

Page 4: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

1. Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan pentingnya peran guru

dalam fungsi bimbingan. Dengan sistem guru kelas, guru memiliki waktu

yang cukup untuk mengenal anak lebih mendalam sehingga memiliki peluang

untuk menjalin hubungan yang lebih efektif.

2. Fungsi bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan pada pengembangan

pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara

efektif dengan orang lain.

3. Bimbingan di sekolah dasar lebih banyak melibatkan orang tua, mengingat

pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan anak selama di sekolah

dasar.

4. Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami kehidupan anak secara

unik.

5. Program bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli terhadap kebutuhan

dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam penerimaan dan

pemahaman diri, serta memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan

Dalam literatur asing kata guidance sering disamakan dengan kata helping.

Oleh karena itu, secara harfiah bimbingan dapat diartikan sebagai suatu “tindakan

menolong” atau “memberikan bantuan.” Pertolongan atau bantuan yang

dimaksudkan dalam bimbingan bukan dalam arti memberikan sesuatu yang

dibutuhkan, seperti memberi makanan kepada individu yang lapar atau menuntun

anak untuk menyeberang jalan. Bantuan atau pertolongan yang dimaksud dalam

bimbingan adalah memampukan individu agar ia dapat memenuhi kebutuhannya

sendiri. Kebutuhan itu sendiri banyak ragamnya yang antara lain dapat berupa

kebutuhan untuk berteman, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri, kebutuhan untuk memperoleh penghargaan, kebutuhan

untuk menyesuaikan diri, dsb. Agar individu mampu untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya sendiri maka ia perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

relevan. Untuk itu, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk

14

Page 5: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

memberdayakan individu agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri

dengan cara memberikan pengetahuan-pengetahuan dan membelajarkan nilai-

nilai, sikap, dan keterampilan.

Banyak ahli dan penulis dalam bidang bimbingan dan konseling juga telah

memberikan definisi konseptual tentang bimbingan. Berdasarkan hasil survei

yang dilakukan oleh para mahasiswa konseling di Amerika, ditemukan lebih dari

100 definisi bimbingan dalam literatur (Shetzer & Stone, 1981). Definisi-definisi

tersebut umumnya memperlihatkan beberapa perbedaan tergantung dari sudut

pandang ahli yang merumuskannya, meskipun tujuan secara substansial

mengandung tujuan yang sama. Untuk memberikan gambaran yang lebih

memadai tentang konsep bimbingan, berikut ini adalah beberapa contoh definisi

tentang bimbingan.

Suatu definisi yang tergolong klasik menyatakan bahwa Bimbingan adalah

bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan baik dan

memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada individu dari

berbagai kelompok usia agar individu tersebut dapat mengelola kehidupannya

sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan

sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi dari pilihan atau keputusan hidup

yang telah dibuatnya (Crow & Crow, 1960).

Dalam penerapannya di sekolah, bimbingan didefinisikan sebagai, Suatu

sistem yang komprehensif dari fungsi, pelayanan, dan program sekolah yang

dirancang untuk mempengaruhi perkembangan pribadi dan kompetensi psikologis

peserta didik. Jelas bahwa definisi ini menegaskan kedudukan bimbingan sebagai

komponen pendididikan. Sebagai komponen pendidikan, maka bimbingan

meliputi penerapan seperangkat perlakuan yang dirancang untuk membantu

peserta didik mencapai hasil-hasil perkembangan dan pendidikan secara optimal.

Demikian pula, sebagai suatu bentuk pelayanan pendidikan, bimbingan, seperti

halnya pengajaran, berisikan sejumlah fungsi dan tindakan-tindakan yang dapat

dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mencapai hasil-hasil perkembangan dan

pendidikan (Aubrey, 1979; dalam Pietrofesa, dkk., 1981).

15

Page 6: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Shertzer & Stone (1981) memberikan definisi yang tampak sederhana

namun jika definisi itu dijabarkan akan mengandung pengertian yang sangat luas.

Mereka mendefinisikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk

memahami dirinya dan lingkungannya. Untuk memberikan pemahaman yang

benar, maka Shertzer & Stone memberikan penjelasan berkenaan dengan konsep-

konsep kunci yang ada di dalam definisi tersebut. Konsep kunci yang pertama

adalah proses. Proses diartikan sebagai suatu gejala yang memperlihatkan

perubahan yang terus-menerus dari waktu-ke waktu. Penggunaan kata proses

dalam konteks ini untuk menyatakan bahwa bimbingan melibatkan serangkaian

tindakan atau langkah-langkah progresif menuju pencapaian tujuan tertentu.

Konsep kunci yang kedua adalah bantuan. Apa yang dimaksid bantuan dalam

konteks ini? Bantuan adalah suatu bentuk bimbingan natau pertolongan. Dalam

konteks klinis atau intervensi psikologis, bantuan atau pertolongan memiliki

tujuan untuk melakukan pencegahan, perbaikan, dan perbaikan kesulitan. Kata

individu dalam definisi bimbingan menunjuk kepada siswa atau peserta didik .

lebih khusus, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa normal

– yakni peserta didik yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi atau

menangani peristiwa-peritiwa yang terjadi selama perkembangan normal. Terkhir,

apa yang dimaksud dengan frase memahami diri dan lingkungan? Itu berarti

bahwa siswa menjadi sadar tentang sispa dirinya sebagai individu – menyadari

identitas pribadinya dan memiliki persepsi yang jelas tentang karakteristik

pribadinya. Jika itu terjadi maka pada akhirnya siswa/individu akan mengalami

secara penuh dan lebih mendalam pengalaman dan peristiwa-peristiwa

lingkungannya serta orang-orang dengan siapa mereka berinteraksi.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pengertian bimbingan dapat dilihat

antara lain dalam undang-undang yang mengatur pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah seperti Undang-Undang Nomor 21 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 28 dan Nomor 29 tahun

1990 masing-masing tentang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Sebagai contoh, dalam PP No. 28 disebutkan secara ekpslisit bahwa pelayanan

bimbingan oleh tenaga pendidik yang kompeten merupakan bagian dari

16

Page 7: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 25 disebutkan bahwa

bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa (peserta didik) dalam

rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan.

2. Pengertian Konseling

Kata konseling – diterjemahkan dari bahasa Inggris “counseling” -

merupakan suatu bentuk model pendekatan dalam bidang pelayanan atau

intervensi psikologis. Berikut ini adalah satu contoh definisi konseling dari Burks

dan Steffler yang oleh para ahli konseling di negara Barat dipandang memberikan

gambaran yang cukup memadai. Burks dan Steffler (George dan Cristiani, 1981;

McLeod, 2003) mendefinisikan konseling sebagai berikut:

Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor

yang terlatih dan klien. Hubungan itu selalu bersifat antar pribadi (person-to-

person), meskipun seringkali dapat melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan

tersebut dirancang untuk membantu klien memperoleh pemahaman tentang

kehidupannya, dan untuk belajar mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkannya

sendiri dengan cara memanfaatkan sumber-sumber informasi yang terpercaya dan

melalui pemecahan masalah-masalah emosiuonal dan interpersonal.

Definisi tersebut menegaskan bahwa konseling merupakan hubungan yang

bersifat profesional dan pribadi antara konselor dan klien untuk maksud

mendorong perkembangan pribadi klien dan membantu memecahkan masalah

yang sedang dihadapinya. Konselor adalah profesional yang memiliki

kewenangan untuk memberikan konseling, sedangkan klien adalah individu yang

diberi bantuan. Masalah yang dipecahkan dapat bervariasi secara luas, mulai dari

masalah pribadi hingga masalah sosial, dan bisa bersifat preventif atau kuratif.

Terdapat ahli lain yang memiliki kewenangan untuk memberikan konseling

sepanjang ia memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang

dipersyaratkan, seperti psikoterapis, psikolog, atau pekerja sosial.

Dalam Model Pengembangan Diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum

Balitbang Depdiknas (2007) konseling didefinisikan sebagai suatu pelayanan

17

Page 8: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

untuk peserta didik yang dapat dilaksanakan secara individual maupun kelompok,

untuk membantu peserta didik agar mencapai kemandirian dan berkembang secara

optimal dalam hubunganya dengan kehidupan pribadi, akademik, sosial, dan karir,

dan pelayanan ini dilaksanakan melalui berbagai jenis layanann dan kegiatan

pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Salah satu problem yang dihadapi oleh para praktisi konseling adalah

membedakan antara konseling dan psikoterapi (psychotherapy). Beberapa praktisi

beranggapan bahwa mereka tidak perlu membedakan antara konseling dan

psikoterapi dan menggunakan kedua istilah tersebut secara sama. Sedangkan

beberapa praktisi yang lain merasa perlu untuk memisahkan antara keduanya. Ini

boleh jadi benar khususnya untuk para konselor sekolah yang umumnya bukan

psikoterapis. Banyak ahli juga menegaskan bahwa konseling dan psikoterapi tak

dapat benar-benar dipisahkan; konselor mempraktekkan apa yang dikatakan oleh

psikoterapis sebagai psikoterapi, dan psikoterapis mempraktekkan apa yang

dipandang oleh konselor sebagai konseling (Hahn, dalam George & Cristiani,

1981).

3. Keterkaitan antara istilah bimbingan dan istilah konseling

Persamaan antara konsep bimbingan dan konsep konseling dapat dilihat

dari tujuan yang hendak dicapai, yakni mendorong terjadinya perkembangan yang

optimal bagi setiap peserta didik. Keduanya juga dapat memusatkan perhatian

pada pengembangan kemampuan akademik, pengembangan pribadi,

pengembangan relasi sosial, dan pengembangan karir. Dalam prakteknya,

khususnya di sekolah, bimbingan dan konseling diperlakukan sebagai dua metode

atau pendekatan yang saling melengkapi dan hampir tak bisa dipisahkan.

Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti dari kegiatan

bimbingan. Itulah mengapa banyak ditemukan literatur-literatur dengan judul

“Bimbingan dan Konseling” (dalam literatur berbahasa Indonesia) atau Guidance

and Counseling (dalam literatur berbahasa Inggris).

Belakangan ini terdapat wacana lain berkenaan dengan penggunaan kedua

istilah tersebut. Dalam praktek bimbingan dan konseling di Indonesia, tepatnya

18

Page 9: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hanya

digunakan istilah konseling (bukan bimbingan dan konseling) untuk menyebut

berbagai kegiatan bimbingan dan konseling berkenaan dengan pengembangan

pribadi peserta didik. Demikian pula dalam Model Pengembangan Diri yang

dikeluarkan oleh pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) juga hanya

menyebut kata konseling untuk menunjuk serangkaian kegiatan bimbingan dan

konseling. Meskipun demikian, tampaknya tidak semua pihak setuju untuk

menggunakan kata konseling guna menggantikan istilah bimbingan dan

konseling. Menurut Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, Ketua Umum Asosiasi

Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) saat ini, penggunaan kata

konseling dirasa kurang tepat karena lebih condong psikologi dan bukan

pedagogi (pendidikan). Menurutnya, bimbingan dan konseling di sekolah

seharusnya lebih bersifat pedagogi meskipun menerapkan teori-teori psikologi

dalam program intervensinya.

Meskipun kegiatan bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan,

keduanya memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan itu terletak pada prosedur

yang digunakan dan tenaga yang melaksanakannya. Dilihat dari prosedur yang

digunakan, bimbingan dapat diberikan melalui layanan informasi dan orientasi,

layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan kelompok, dan layanan

konsultasi; sedangkan konseling menggunakan berbagai pendekatan konseling.

(jika penggunaan istilah konseling untuk menggantikan istilah bimbingan dan

konseling disetujui, maka tentunya tidak ada perbedaan menyangkut prosedur

yang digunakan karena layanan informasi, layanan penempatan, layanan

konsultasi dapat menjadi bagian dari kegiatan konseling). Dilihat dari tenaga yang

melaksanakannya, bimbingan dapat dilaksanakan oleh guru, wali kelas, orang tua,

dan kepala sekolah; sedangkan konseling hanya boleh dilaksanakan oleh tenaga

yang telah terlatih dalam pemberian layanan konseling, yakni konselor. Untuk

memberikan wawasan yang lebih luas berikut ini akan diberikan contoh definisi

tentang bimbingan dan konseling

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

19

Page 10: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Apa yang menjadi tujuan bimbingan? Tujuan itu bimbingan dan konseling

pada dasarnya dapat kita ketahui secara tersurat dalam definisi bimbingan.

Sebagai contoh, jika kita menggunakan definisi bimbingan dari Shertzer & Stone

seperti dikemukakan pada bagian definisi bimbingan, membantu siswa agar

memahami diri dan lingkungannya jelas merupakan tujuan yang ingin dicapai dari

setiap kegiatan bimbingan. Namun, karena sifatnya yang masih membutuhnya

penjelasan lebih lanjut sehingga tujuan itu merupakan bentuk-bentuk perilaku

yang dapat diamatai, maka tujuan tersebut (memahami diri dan lingkungan) masih

merupakan tujuan yang bersifat umum. Mengapa siswa harus memhami diri dan

lingkungannya? Ini didasarkan pada asumsi atau dasar pemikiran bahwa individu

yang memahami dirinya sendiri dan lingkunganya akan dapat bertindak dengan

cara yang lebih efeektif, efisien, produktif, dan pada akhirnya menjadi manusia

yang sejahtera (bahagia) dalam hidupnya. Individu yang dapat memehami diri dan

lingkungannya cenderung dapat mengelola kehidupannya dengan lebih baik dan

perilakunya selalu memiliki tujuan yang jelas. Melalui bimbingan individu akan

mencapai kesadaran yang lebih besar bukan hanya tentang siapa dirinya tetapi

juga apa yang dapat dilakukannya dan dapat menjadi apa dirinya.

Beberapa dekade yang telah silam, Carl Rogers (1962), seorang ahli

bimbingan dan konseling dari pendekatan humanistik yang terkenal – suatu

pendekatan yang lebih memanusiawikan manusia, yang mengakui bahwa setiap

manusia memiliki kemampaun untuk mengarahkan dirinya sendiri jika mereka

berada pada konteks lingkungan yang tepat/kondusif untuk mendorong

perkembangannya – berpendapat bahwa tujuan dari banyak profesi bantuan,

termasuk di dalamnya bimbingan dan konseling, adalah untuk meningkatkan

perkembangan pribadi dan pertumbuhan psikologis klien (peserta didik).

Lebih belakangan, Smith (1974) merumuskan suatu tujuan bimbingan

tanpa memperhatikan orientasi teoretiknya. Menurut Smith, para profesional

bimbingan harus memberikan pengalaman fasilitatif kepada para individu yang

dibimbing pada suatu kontinum “penuh gairah – produktif – kasihan. Pengalaman

positif tersebut akan memfasilitasi perkembangan pribadi individu yang bersifat

20

Page 11: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

penuh gairah (menerima, menikmati, memahami, dan terbuka terhadap diri).

Bimbingan juga mengarahkan individu untuk dapat bertindak secara produktif

dalam hubungannya dengan lingkungannya (inteligen, efisien, kreatif, benar-benar

efektif, efisien, menyenangkan orang lain, dan dapat menyesuiakan diri dengan

tugas/pekerjaan). Bimbingan juga perlu membentuk kepribadian welas asih¸yakni

kasihan pada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku altruis,

menyayangi, sensitif, membantu dengan tulus, dan menjadi fasilitator

perkembangan yang efektif.

Secara umum tujuan layanan Bimbingan dan Konseling adalah membantu

siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya serta memilih dan

menyesuaiakan diri dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier

yang sesuai dengan tuntutan kerja. Sedangkan secara khusus layanan bimbingan

dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-

tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier.

Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas

perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri,

dan bertanggung jawab. Dalam aspek pribadi-sosial, BK membantu siswa agar: 1)

memiliki kesadaran diri dan dapat mengembangkan sikap positif, 2) membuat

pilihan secara sehat, 3) menghargai orang lain, 4) mempunyai rasa tanggung

jawab, 5) mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi (interpersonal),

6) menyelesaikan konflik, 7) membuat keputusan secara efektif

Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas

perkembangan pendidikan. Dalam aspek tugas perkembangan belajar, BK

membantu siswa agar: 1) dapat melaksanakan keterampilan/teknik belajar secara

efektif, 2) dapat menentukan tujuan & perencanaan pendidikan, 3) mampu belajar

secara efektif, 4) memiliki keterampilan & kemampuan dalam menghadapi ujian

Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja dan

produktif. Dalam aspek tugas perkembangan karier, BK membantu siswa agar: 1)

dapat membentuk identitas karier, 2) dapat merencanakan masa depan, 3) dapat

membentuk pola karier, 4) mengenali keterampilan, kemampuan, & minat dalam

dirinya

21

Page 12: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Menurut Kurikulum 1975, tujuan khusus bimbingan di sekolah dasar

adalah membantu murid agar mampu : 1) mengatasi kesulitan dalam memahami

dirinya sendiri, 2) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya yang

meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas,

3) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah

yang dihadapinya, 4) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat,

dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan kemungkinan pekerjaan secara tepat.

Sementara itu, Mapiare (1984) menyatakan bahwa tujuan bimbingan di

sekolah dasar adalah 1) menguasai bahan belajar tuntutan kurikuler, 2) membuat

pilihan dan menentukan bahan belajar yang cocok, 3) memiliki sikap-pandangan

belajar yang mendukung, 4) mempunyai pola-laku belajar yang mendukung, 5)

memilih teman bergaul, dan membentuk kelompok belajar yang serasi, 6)

memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapinya.

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Beberapa ahli memberikan berbagai fungsi BK yang berbeda-beda.

Sejumlah fungsi BK dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi BK yang akan menghasilkan pemahaman

siswa tentang diri & lingkungannya.

2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi BK dalam upaya mencegah siswa agar tidak

menemui permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat atau

menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya.

Fungsi pencegahan atau fungsi prefentif berkenaan dengan upaya-upaya

menghindarkan peserta didik dari kemungkinan mengalami kesulitan atau

hambatan perkembangan. Berkaitan dengan fungsi ini, bimbingan dan

konseling sekolah harus merancang dan mengembangkan program-program

untuk membentuk kepribadian dan lingkungan belajar sedemikian rupa

sehingga peserta didik dapat terhindar dari kemungkinan mengalami kesulitan

akademik, pribadi, karir, maupun sosial. Sebagai contoh, untuk mencegah

peserta didik dari penyalahgunaan narkoba, bimbingan dan konseling di

sekolah dapat merancang dan mengadministrasikan berbagai program berikut:

22

Page 13: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

memberikan layanan informasi tentang jenis-jenis dan efek merusak narkoba

pada fisik dan mental; memberikan pendidikan dan pelatihan untuk

mengembangkan harga diri (self-esteem) dan konsep diri positif pada diri

peserta didik; mendorong peserta didik untuk berteman dengan orang yang

tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba; memberikan latihan asertif pada

peserta didik agar mereka mampu berkata ‘tidak” terhadap ajakan untuk

menggunakan narkoba. Demikian pula, untuk menghindarkan peserta didik

dari kemungkinan mengalami kesulitan belajar, bimbingan dan konseling

sekolah dapat merancang dan melaksanakan program berikut: pemberian

layanan informasi dan orientasi tentang kurikulum sekolah; pemberian

informasi tentang cara belajar efektif; pemberian informasi tentang studi

lanjut; memberikan konsultasi kepada sekolah untuk menciptakan lingkungan

sekolah yang kondusif untuk belajar dan bermain; memberikan konsultasi

kepada guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat merangsang

motivasi belajar peserta didik.

3. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi BK dalam membantu siswa mengatasi berbagai

permasalahan yang dihadapi.

Fungsi perbaikan sering juga disebut dengan fungsi kuratif, pengentasan,

pemecahan, atau penanggulangan. Keberadaan bimbingan dan konseling di

sekolah diharapkan dapat menjadi komponen sekolah yang efektif untuk

membantu peserta didik menangani atau memecahkan berbagai kesulitan yang

dihadapinya, baik kesulitan yang bersifat pribadi, akademik, sosial, maupun

karir. Meskipun telah dilakukan upaya-upaya pencegahan, itu tidak berarti

semua peserta didik dapat terhindar dari permasalahan atau kesulitan. Selalu

saja dapat ditemukan sejumlah peserta didik yang memperlihatkan gejala

perilaku yang mengindikasikan adanya kesulitan. Fungsi penanganan dapat

diwujudkan melalui layanan konseling, layanan konsultasi, atau layanan

bimbingan kelompok.

4. Fungsi pemeliharaan, yakni fungsi BK untuk menjaga agar perilaku siswa

yang sudah menjadi baik jangan sampai rusak kembali.

23

Page 14: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

5. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi BK dalam mengembangkan seluruh

potensi dan kekuatan yang dimiliki siswa.

Bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada peserta didik yang

mengalami kesulitan saja, tetapi kepada semua peserta didik. Ini sesuai dengan

tujuan umum dari penyelenggaraan pendidikan sekolah, yakni membantu

setiap peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimilikinya. Bimbingan dan konseling sekolah harus dapat

memberikan kontribusi kepada sekolah untuk mencapai tujuan tersebut. Ini

dapat dilakukan dengan cara mengembangkan program-program

pengembangan kepribadian siswa, program penempatan dan penyaluran siswa

pada berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler sesuai dengan bakat, minat,

dan karakteristik kepribadiannya; atau merancang kegiatan ekstrakuler dan

kegiatan bimbingan yang lain untuk tujuan menyalurkan minat dan

mendorong realisasi potensi dan bakat-bakat khusus peserta didik.

6. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi BK dalam membantu siswa untuk

memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat,

minat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadiannya.

7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi BK dalam membantu siswa menemukan

penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.

8. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi BK dalam membantu staf sekolah untuk

mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan, serta

kebutuhan siswa

D. Prinsip Bimbingan dan Konseling

Selama beberapa tahun sejumlah prinsip-prinsip dasar telah dikembangkan

di dalam bidang bimbingan dan konseling sekolah. Prinsip-prinsip tersebut

dipandang sebagai suatu landasan bagi pengembangan dan praktek model-model

24

Page 15: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

bimbingan (Pietrofesa, dkk., 1981), atau sebagai suatu kerangka kerja filosofis di

dalam mana program-program diorganisasikan dan kegiatan-kegiatan bimbingan

dikembangkan (Gibson & Mitchell, 1995; Shertzer & Stone, 1981). Prinsip-

prinsip dasar bimbingan merupakan suatu pedoman yang berakar dari pengalaman

dan nilai-nilai profesi, serta mewakili pandangan dari mayoritas anggota profesi.

Dapat dikatakkan, prinsip-prinsip dasar bimbingan merupakan suatu asumsi

mendasar atau suatu sistem keyakinan berkenaan dengan profesi (peran, fungsi,

dan kegiatan) bimbingan dan konseling.

Sejumlah penulis buku-buku bimbingan dan konseling telah

mengemukakan beberapa prinsip dasar bimbingan dan konseling. Meskipun

terdapat sedikit keragaman dalam mengemukakan jumlah dan nama prinsip,

namun secara substansial pada hakekatnya sama. Berikut ini adalah contoh

tentang prinsip-prinsip dasar bimbingan untuk sekolah yang dikemukakan oleh

Shertzer & Stone (1981) dan Gibson & Mitchell (1995). Shertzer & Stone (1981)

mengemukakan enam prinsip bimbingan berikut:

Prinsip 1: Bimbingan berkenaan terutama dengan perkembangan pribadi

individu. Umumnya upaya pendidikan sekolah memuatkan perhatian pada

perkembangan intelektual. Komponen emosi dan pribadi menerima perhatian

hanya jika laju perkembangan intelektual terhambat. Kehas (1970) sangat

merekomendasikan bahwa pengembangan pribadi menjadi perhatian utama

bagi para praktisi bimbingan dan pengembangan intelektual menjadi fokus

utama bagi para guru. Karakteristik program bimbingan, dengan demikian

harus diarahkan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan tentang

dirinya dan memahami pengalamannya. Dengan cara demikian, bimbingan

dapat dikonseptualisasikan sebagai program sekolah yang memampukan

setiap peserta didik untuk menciptakan makna bagi kehidupannya.

Prinsip 2: bimbingan memuatkan perhatian pada dunia subyektif peserta

didik. Karena bimbingan berkenaan dengan perkembangan pribadi siswa,

maka pusat perhatian bimbingan adalah pada dunia pribadi peserta didik. Para

pembimbing/konselor menggunakan berbagai teknik asesmen dan data peserta

25

Page 16: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

didik guna memahami dunia internal mereka. Oleh karena itu proses dan

praktek bimbingan harus dirancang untuk membantu peserta didik memhami

dunia pribadi (dunia subyektif) dan kondisi lingkungan eksternalnya dengan

lebih baik.

Prinsip 3: bimbingan diarahkan pada kerjasama, bukan paksaan. Para peserta

didik tak dapat dipaksa untuk menerima bimbingan. Sebaliknya, bimbingan

harus dilaksanakan atas dasar persetujuan dan kerelaan dari individu-individu

yang terlibat. Persetujuan tersebut harus dinyatakan secara eksplisit dan

implisit. Jika peserta didik tidak bersedia untuk menerima menerima bantuan

atau mengikuti rujukan oleh guru atau orang tua, maka menjadi tugas

pembimbing untuk menangani keengganan atau penolakan peserta didik

tersebut. Bimbingan selalu tergantung pada motivasi individu untuk

menerima bantuan dan keinginan untuk berubah alih-alih pada tekanan,

paksaan, atau ancaman eksternal.

Prinsip 4: Setiap manusia memiliki kesanggupan untuk mengembangkan

dirinya sendiri. Banyak ahli dan praktis bimbingan belakangan, khususnya

yang menggunakan pendekatan humanistik, mengakui bahwa individu

memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinyadan bahwa perilaku

dan sikap-sikap tertentu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh semua bidang

(aspek) individu. Perubahan perilaku peserta didik paling baik terjadi melalui

keterlibatan aktif peserta didik.

Prinsip 5: bimbingan didsarkan pada hak-hak dan nilai-nilai pribadi individu

di samping kebebabsan individu untuk memilih. Setiap individu adalah unik

dan memiliki nilai-nilai, hak-hak pribadi, dan kebebasan untuk membuat

pilihan dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Ini harus diterima dan

dihargai oleh para pembimbing. Penekanannya adalah pada nilai tertinggi dan

posisi sentral individu. Individu harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

memilih tujuan hidupnya sendiri dan memilih cara untuk men capai tujuan

tersebut. Inti dari kebebasan adalah mandiri dalam membuat pilihan dan/atau

keputusan (self-determined). Kebebasan untuk membuat pilihan dan

26

Page 17: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

melakukan aktivitas sesuai dengan pilihan tersebut aalah esensial bagi

perkembangan pribadi. Dengan menggunakan kebebasan itu maka anak akan

mengembangkan suatu perasaan tanggung jawab dan pengendalian diri.

Prinsip 6: bimbingan erupakan suatu proses pendidikan yang berkelanjutan

dan terus-menerus. Bimbingan harus dimulai dari jenjang sekolah dasar

hingga perguruan tinggi bahkan terus berlangsung sepanjang hayat hidup

individu. Untuk itu bimbingan harus diintegrasikan ke dalam pfogram sekolah

secara keseluruhan.

Gibson & Mitchell (1995) mengemukakan prinsip-prinsip dasar yang lebih

banyak, yakni 15 prinsip sebagai berikut:

1. Program-program bimbingan dan konseling sekolah harus dirancang untuk

melayani semua kebutuhan perkembangan dan penyesuaian dari semua

peserta didik.

2. Program bimbingan an konseling harus berkenaan dengan perkembangan

total dari setiap peserta didik yang dilayani. Program ini harus didasarkan

pada suatu pengakuan bahwa perkembangan individu merupakan suatu

proses yang terus-menerus dfan berkelanjutan; dan oleh karena itu

program bimbingan dan konseling sekolah harus bersifat perkembangan.

3. Bimbingan dan konseling untuk peserta didik harus dipandang sebagai

suatu proses yang berkelanjutan dari sejak anak diterima sebagai perserta

didik hingga lulus.

4. Bimbingan dan konseling harus diberikan oleh tenaga (personil) yang

terlatih dan kompeten (profesional) dalam bidang bimbingan dan

konseling (ini tidak berarti bahwa paraprofesional tak dapat memberikan

kontribusi dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling).

5. Keefektifan suatu program bimbingan dan konseling merupakan hal yang

esensial, dan oleh karena itu setiap program bimbingan dan konseling

harus direncanakan dan dikembangkan secara khusus atas dasar prinsip-

prinsip ilmiah. (perlu diingat bahwa kegagalan suatu program tidak hanya

27

Page 18: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

membuang waktu, tenaga, dan biaya tetapi dapat merugikan peserta didik

dalam arti mereka dapat menjadi lebih parah dan menderita).

6. Setiap program bimbingan dan konseling harus merefleksikan keunikan

dari kelompok populasi dan lingkungan yang dilayani. Jadi, seperti halnya

perbedaan individual, setiap program harus berbeda antara program yang

satu dengan lainnya.

7. Berkaitan dengan prinsip nomor tujuh di atas, setiap program bimbingan

dan konseling harus didasarkan pada atau didahului oleh suatu asesmen

yang sistematis tentang kebutuhan dan masalah peserta didik beserta

dengan seluruh latar belakangnya.

8. Suatu program pembelajaran yang efektif di sekolah mempersyaratkan

suatu program bimbingan dan konseling yang efektif. Pendidikan yang

baik dan bimbingan yang baik adalah saling berkaitan dan merupakan satu

kesatuan. Program pendidikan dan program bimbingan saling mendukung

dan saling mengisi satu sama lain untuk mendorong perkembangan setiap

peserta didik.

9. Guru merupakan komponen yang ikut memainkan peran penting dalam

memfasilitasi dan mengefektifkan program-program bimbingan dan

konseling untuk peserta didik.

10. Program bimbingan dan konseling sekolah harus dapat dipertanggung

jawabkan (accountable) dengan cara memperlihatkan/memberikan bukti-

bukti obyektif tentang nilai dan hasil-hasil yang dicapai dari setiap

program bimbingan dan konseling.

11. Personil bimbingan (pembimbing atau konselor) sekolah adalah anggota

tim. Artinya, para pembimbing/konselor sekolah harus berbagai atau

membicarakan masalah-masalah peserta didik dan program yang

dikembangkannya dengan personil sekolah yang lain seperti guru, kepala

sekolah, psikolog sekolah (jika ada), perawat sekolah (jika ada), dan

tenaga kependidikan yang lain yang ada di sekolah tempat bimbingan dan

konseling dilaksanakan.

28

Page 19: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

12. Program bimbingan dan konseling harus mengakui hak-hak dan

kemampuan dari setiap peserta didik yang dibantu khususnya yang

berkenaan dengan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan.

13. Program bimbingan dan konseling sekolah harus menghargai nilai-nilai

dan martabat dari dari setiap peserta didik yang dilayanai.

14. Program bimbingan dan konseling sekolah harus mengakui keunikan dari

setiap perserta didik dan hak-hak bagi keunikan tersebut.

15. Pembimbing/konselor sekolah harus menjadi model peran bagi hubungan

manusia yang positif – hubungan yang peniuh penerimaan, tidak bias, dan

setara.

Dalam Kurikulum 1975 buku III C dimuat juga prinsip-prinsip

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu:

1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu (siswa) agar mereka dapat

membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

2. Bimbingan hendaknya bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.

3. Bimbingan diarahkan pada individu (siswa), dan tiap siswa memiliki

karakteristik tersendiri oleh karena itu pemahaman keragaman dan

kemampuan siswa yang dibimbing sangat diperlukan dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling.

4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing lingkungan

lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang

berwewenang memecahkannya.

5. Bimbingan/konseling dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan

oleh individu (siswa) yang akan dibimbing/dikonseling.

6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu dan

masyarakat.

7. Program bimbingan di lingkungan di lembaga pendidikan tertentu harus sesuai

dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.

8. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling hendaknya dikelola oleh orang

yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerjasama dan

29

Page 20: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

menggunakan sumber-sumber yang relevan di dalam maupun di luar lembaga

penyelenggaraan pendidikan.

9. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling hendaknya dievaluasi untuk

mengetahui hasil dan pelaksanaan program.

E. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Secara umum bimbingan dan konseling merupakan suatu perangkat

sistem perlakuan ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan keunikan yang

dimilikinya. Dalam konteks bimbingan dan konseling di Indonesia sebagaimana

terdapat dalam Panduan Pengembangan Diri Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), terdapat empat bidang perkembangan yang dijadikan

sebagai sasaran khusus dari pelayanan bimbingan dan konseling, yakni:

akademik, karir, pribadi, dan sosial. Berikut adalah deskripsi dari empat bidang

tersebut.

1. Bimbingan akademik

Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat

Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan

akademik – disebut sebagai pengmbangan kemampuan belajar - merupakan

salah satu bidang pelayanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu peserta

didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan

dan belajar secara mandiri. Menurut Nurihsan (2002), bimbingan akademik

merupakan pelayanan bimbingan yang diarahkan untuk membantu setiap peserta

didik memecahkan berbagai permasalahan akademik. Dalam bentuknya yang

konkrit, bimbingan akademik diberikan untuk membantu peserta didik membuat

30

Page 21: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

penyesuaian yang efektif dengan aspek-aspek dan tugas-tugas akademik seperti

mengenal dan menyesuaikan diri dengan kurikulum, memilih cara-cara yang

efektif untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, memilih kegiatan

ekstrakurikuler yang sesuai, memilih jurusan yang sesuai, mencari dan

menggunakan sumber-sumber belajar, menangani kemalasan belajar, dsb.

Winkel & Hastuti (2004) juga menyatakan bahwa bimbingan akademik adalah

bimbingan untuk membantu peserta didik menemukan cara belajar yang tepat,

memilih program studi yang sesuai, dan mengatasi berbagai kesulitan yang

timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar.

Bimbingan akademik khususnya untuk membantu siswa agar dapat

mencapai prestasi yang tinggi di sekolah menjadi sangat penting, sebab banyak

bukti penelitian yang telah menegaskan adanya hubungan yang positif antara

keberhasilan hidup di kemudian hari dengan prestasi akademik, khususnya

prestasi yang dicapai pada masa remaja (Steinberg, 2002). Pentingnya peserta

didik perlu memiliki prestasi akademik yang tinggi juga dapat dikaitkan dengan

tuntutan masyarakat maju sekarang ini yang lebih menekankan pada kompetisi

dan keberhasilan. Capaian prestasi akademik juga memiliki dampak psikologis

dan sosial. Peserta didik yang dapat mencapai porestasi akademik tinggi

cenderung lebih percaya diri dan disenangi oleh orang-orang disekelilingnya dan

dengan demikian lebioh mungkin terhindar dari berbagai gangguan psikosiosial.

Meskipun demikian, hendaklah dipahami bahwa capaian prestasi akademik

hanyalah salah satu faktor dari sjumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan

hidup individu di kemudian hari.

31

Page 22: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

2. Bimbingan karir

Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus

ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan

keputusan karir secara tepat. Dalam panduan model pengembangan diri yang

dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan

bahwa bimbingan karir – disebut pengembangan karir – merupakan suatu bidang

pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan

menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir. Menurut

Nurihsan (2002), bimbingan karir merupakan pelayanan bimbingan untuk

membantu peserta didik mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia

kerja, dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan macam kehidupan

yang diharapkannya sehingga pada kahirnya individu dapat mewujudkan dirinya

secara bermakna. Menurut Winkel & Hastuti (2004), bimbingan karir adalah

bimbingan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam rangka

mempersiapkan dirinya menghadapi dunia pekerjaan, memilih pekerjaan atau

profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku pekerjaan yang

dipilih, dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari pekerjaan yang

dipilih.

Bimbingan karir untuk para peserta didik tentunya belum berkenaan

dengan penyesuaian diri dengan tuntutan pekerjaan yang dipangku atau dipilih

karena mereka itu belum melaksanakan suatu pekerjaan. Bimbingan karir di

sekolah khususnya di sekolah dasar tentu saja lebih banyak berkenaan dengan

upaya membantu siswa mengenali diri dalam arti potensi dan karakteristik

32

Page 23: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

pribadi dan berbagai macam pekerjaan yang ada di masyarakat pada saat ini

beserta dengan kecakapan yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan jenis-

jenis pekerjaan tersebut dengan berhasil. Menurut teori perkembangan karir dari

Donald Super (1997), tugas perkembangan karir anak dan remaja adalah

melakukan eksplorasi karir. Pada akhir masa remaja, yakni ketika akan

meninggalkan bangku sekolah menengah atas, setiap individu seharusnya telah

membuat pilihan atau keputusan karir. Dengan demikian bimbingan karir di

sekolah dasar diberikan untuk membantu peserta didik melakukan ekplorasi

karir. Ekplorasi ini dilaksanakan dengan berbagai kegiatan pencarian informasi

dan orientasi. Dalam teori Super tersebut juga ditegaskan bahwa karir meliputi

banyak aspek kehidupan dan pemilihan suatu pekerjaan hanyalah salah satunya.

Juga ditegaskan bahwa perkembangan karir berhubungan dengan perkembangan

konsep diri. Oleh karena itu, membantu peserta didik mengembangkan konsep

diri positip dapat merupakan bagian dari bimbingan karir di sekolah.

3. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi merupakan komponen pelayanan bimbingan yang

secara khusus dirancang untuk membantu individu menangani atau memecahkan

masalah-masalah pribadi. Yang tergolong masalah pribadi antara lain adalah

merasa kurang percaya diri, merasa cemas, merasa depresi, merasa frustrasi,

merasa tertekan, memiliki rasa malu yang berlebihan, memiliki dorongan agresif

yang kuat, kurang bisa konsentrasi, merasa malas dan tak bergairah untuk belajar

dan beraktivitas, mengalami gangguan tidur, tidak bisa menemukan aktivitas

untuk menyalurkan bakat, minat, hobi. Dalam panduan model pengembangan

33

Page 24: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007)

dikemukakan bahwa bimbingan pribadi – disebut pengembangan kehidupan

pribadi – merupakan bidang pelayanan bimbingan yang dirancang untuk

membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan

potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan

karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinay secara realistik.

Berbagai permasalahan pribadi yang umum diperlihatkan oleh anak usia

sekolah dasar antara lain adalah perasaan takut atau cemas, perasaan tidak

mampu, perasaan minder, kelelahan dan kurang bergairah untuk belajar (malas).

Bahkan menurut beberapa hasil penelitian di beberapa negara Barat, ditemukan

banyak anak usia sekolah dasar yang mengalami gangguan depresi. Suatu

penelitian yang dilakukan terhadap para peserta didik di sekolah dasar di

Surabaya juga menemukan sejumlah peserta didik kelas empat dan lima sekolah

dasar yang mengalami gangguan depresi (Trilaksono, 2004).

4. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial adalah suatu bentuk pelayanan bimbingan yang

diarahkan untuk membantu peserta didik menangani berbagai permasalahan

sosial atau masalah yang muncul dalam hubungannya dengan orang lain.

Berbagai bentuk permasalahan sosial antara lain adalah menarik diri, terkucil

atau tak punya teman, sering cekcok dengan teman atau orang lain, tidak bisa

berteman atau bergaul dengan baik dengan orang lain, sering terlibat dalam

perkelahian, tidak bisa menerima hak-hak orang lain, dsb. Dalam panduan model

pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang

34

Page 25: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan sosial – disebuat kemampuan

pengembangan sosial merupakan bidang pelayanan bimbingan yang diarahkan

untuk membantu peserta didik memahami, menilai, dan mengembangkan

kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,

anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

Berbagai bentuk masalah sosial yang biasanya diperlihatkan oleh peserta

didik di sekolah dasar umumnya diperlihatkan dalam bentuk perilaku agresi anti

sosial seperti perkelahian dengan teman dan berbagai bentuk perilaku

menyerang yang lain, pengucilan, pencurian, pencemaran lingkungan,

menentang, tidak patuh. Sekarang ini banyak ditemukan seju,lah anak usia

sekolah dasar yang memperlihatkan berbagai bentuk perilaku tidak normatif dan

melecehkan teman maupun orang tua. Tidak jelas apakah ini berkaitan dengan

kurang ketatnya pendidikan dalam keluarga dan internalisasi nilai-nilai oleh

orang tua pada anak atau karena maraknya model-model perilaku agresif yang

diperlihatkan oleh media, atau karena sekolah kurang memberikan perhatian

yang memadai terhadap pendidikan budi pekerti anak. Berkaitan dengan ini,

pendidikan budi pekerti dapat menjadi bagian dari program bimbingan sosial

anak.

F. Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah

hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan. Asas-asas bimbingan ini

dapat dianggap sebagai suatu rambu-rambu dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling. Beberapa asas yang perlu diperhatikan adalah:

1. Asas kerahasiaan

35

Page 26: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Secara khusus layanan bimbingan adalah melayani individu yang bermasalah.

Masalah yang dihadapi oleh siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain

yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh siswa

kepada konselor harus dijaga kerahasiaannya. Demikian juga hal-hal tertentu

yang dialami siswa tidak akan menjadi bahan gunjingan. Asas kerahasiaan

merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling. Jika asas ini

benar-benar dijalankan maka para penyelenggara bimbingan dan konseling di

sekolah akan mendapat kepercayaan dari para siswa dan layanan BK akan

dimanfaatkan secara baik oleh siswa.

2. Asas kesukarelaan

Pembimbing wajib mengembangkan sikap suka rela pada diri klirn itu

sehingga klien tersebut mampu menghilangkan rasa keterpaksaannya kepada

pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri klien saja, tetapi

juga hendaknya berkembang pada diri konselor.

3. Asas keterbukaan

Bimbingan dan Konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana

keterbukaan, baik yang dibimbing maupun si pembimbing bersikap terbuka.

Dengan keterbukaan ini penelaahan masalah serta pengkajian berbagai

kekuatan dan kelemahan klien menjadi lebih diperhatikan.

4. Asas kekinian

Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan dan

Konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang). Bila

ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan masa yang akan

datang yang perlu dibahas hanya merupakan latar belakang atau latar depan

dari masalah yang sedang dihadapi sekarang.

5. Asas kemandirian

Dalam memberikan layanan, para petugas Bimbingan dan Konseling

hendaklah selaluberusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang

dibimbingnya itu, jangan sampai menjadi tergantung pada orang lain,

khususnya pada pembimbing.

6. Asas kegiatan

36

Page 27: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Usaha layanan Bimbingan dan Konseling hendaknya menimbulkan suasana

sehingga individu yang sedang dibimbing itu mampu menyelenggarakan

kegiatan yang dimaksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

7. Asas kedinamisan

Upaya layanan Bimbingan dan Konseling menghendaki terjadinya perubahan

pada diri individu yang dibimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang

lebih baik.

8. Asas keterpaduan

Layanan Bimbingan dan Konseling berusaha memadukan berbagai aspek dari

individu yang dibimbing. Disamping keterpaduan pada diri individu yang

dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang

diberikan, hendaknya jangan bertentangan dengan aspek layanan yang lain.

9. Asas kenormatifan

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan Bimbingan dan

Konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

10. Asas keahlian

Usaha Bimbingan dan Konseling perlu dilakukan secara teratur, sistematik dan

dengan menggunakan teknik-teknik dan alat-alat yang memadai.

11. Asas alih tangan

Petugas Bimbingan dan Konseling hanya menangani masalah-masalah klien sesuai

dengan kewenangan petugas yang bersangkutan.

12. Asas tut wuri handayani

Layanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu

siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun di luar

hubungan kerja ke-Bimbingan dan Konselinga-an pun hendaknya dirasakan

keberadaan dan manfaatnya.

G. Peran Dan Fungsi Konselor, Guru, Dan Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dasar

Pada hakikatnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah

menjadi tanggung jawab bersama antara konselor dan personil sekolah, yaitu

37

Page 28: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

kepala sekolah, guru, wali kelas dan petugas lainnya. Ideal sekali bila di suatu

sekolah terdapat konselor yang diperlengkapi oleh staf lainnya seperti dokter,

psikolog dan pekerja sosial.

Dalam hubungannya dengan program bimbingan konseling di sekolah,

setiap petugas mempunyai tugas-tugas sendiri. Walupun memiliki tugas yang

berbeda namun semua petugas akan bekerja sama dan bersinergi dalam

pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah. Di bawah ini akan di bahas

peran dan fungsi kepala sekolah, konselor, wali kelas dan guru terkait dengan

bimbingan dan konseling.

1. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah

Gibson & Mitchell (1995) menyebutkan tiga peran kepala/pimpinan

sekolah di sekolah-sekolah Amerika, yakni: sebagai pemimpin dan penyokong

program, sebagai konsultan dan pemberi nasehat, dan sebagai penyedia sumber-

sumber bantuan. Berikut adalah deskripsi singkat dari peran tersebut.

a. Sebagai pemimpin dan penyokong. Pimpinan sekolah menjadi penentu utama

bagi keberhasilan program-program bimbingan. Karena pimpinan sekolah

mewakili pemimpin pendidikan baik di sekolah maupun di masyarakat, mreka

memiliki tanggung jawab untuk memberikan dukungan yang jelas, terbuka,

dan legal terhadap program-program sekolah termasuk di dalamnya program

bimbingan. Termasuk dalam hal ini adalah tanggung jawab untuk

mengkomuniksikan program, keberhasilan, dan kebutuhan-kebutuhan sekolah

kepada masyarakat luas pembayar pajak (di Amerika pendidikan di biayai

melalui pajak yang dibayar oleh masyarakat, sehingga sekolah perlu

mempertanggung jawabkan program-programnya pada msyarakat).

b. Sebagai konsultan atau pemberi nasehat. Pimpinan sekolah memiliki

gambaran yang detil tentang semua perencanaan da kegiatan di institusinya.

Posisi ini memungkinkan kepla sekolah untuk konstribuis yang berharga pada

program-program bimbingan dan konseling sekolah dengan cara berti ndak

sebagai penasehat dan konsultan berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan

sekolah yang dapat da perlu dilayani melalui program bimbingan dan

38

Page 29: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

konseling., kebijakan-kebijakan sekolah yang mempengaruhi fungsi dan

program bimbingan dan konseling, pemecahan masalah-masalah yang dalam

implementasi program-program bimbingan, da n prosedur-prosedur atau

oerientasi bagi kemajuan da pengembangan program. Untuk itu, kepala

sekolah seharusnya memiliki pengetahuan yang mencukupi tentang

bimbingan dan konseling. Masalah akan timbul jika kepala sekolah tidak

paham tentang konsep-konsep bimbingan dan konseling.

c. Sebagai penyedia sumber. Pimpinan sekolah seharusnya memiliki tanggung

jawab yang besar tentang anggaran sekolah, baik sumber maupun

penggunaanya. Daam peran ini, kepala sekolah memberikan saran dan arahan

tentang semua program sekolah berkenan dengan permintaan anggaran,

personalia, fasilitas, dan perlengkapan. Kepala sekolah juga perlu memiliki

pengetahuan tentang kemungkinan sumber-sumber eksternal yang dapat

diterima oleh sekolah.

Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas kepala sekolah terkait

dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

a. Membuat rencana / program sekolah secara menyeluruh

b. Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling

c. Mengawasi pelaksanaan program

d. Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan konseling

e. Mengadakan hubungan dengan berbagai lembaga di luar sekolah dalam

rangka kerjasama pelaksanaan bimbingan konseling

f. Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

2. Peran dan Fungsi Konselor

Asosiasi Konselor Sekolah di Amerika pada tahun 1974 mengeluarkan

suatu aturan yang tidak membatasi peran konselor sekolah dasar. Namun aturan

tersebut juga menekankan fungsi utama konselor di sekolah dasar yang meliputi

membrikan layanan konseling individual dan konseling kelompok pada siswa;

memberikan layanan konsultsi pada guru, staf sekolah yang lain, dan orang tua;

39

Page 30: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

dan menilai keefektifan konselor dan program-program bimbingan. Pada tahun

1977 dikeluarkan aturan baru yang menyatakan bahwa fungsi utama konselor di

sekolah dasar adalah memberikan layanan konseling, konsultasi, dan koordinasi

(Shertzer & Stone, 1981).

Terdapat perdebatan yang seru berkenan dengan apakah konseling dan

konsultasi merupakan fungsi penting bagi kerja konselor di sekolah dasar.

Meskipun demikian, selama tahun 1970-an konsultasi menjadi fungsi penting di

sekolah dasar. Ini disebabkan karena konsultasi dapat merambah semua siswa dan

membantu guru dan staf sekolah lain untuk mengembangkan suatu iklim

pembelajaran dan hubungan guru-siswa yang efektif. Dalam memberikan layanan

konsultasi, konselor tidak mengritik guru tetapi berkolaborasi dengan guru.

Suatu survei yang dilakukan pada tahun 1989 oleh Asosiasi Konseling

Amerika ditemukan sejumlah kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah dasar dengan ranking dan persentase seperti digambarkan pada tabel 1 di

bawah.

Tabel 1. Ranking kegiatan layanan konselor di sekolah dasar yang dihimpun

dari 996 sampel konselor sekolah dasar

Ranking

Kegiatan Layanan Persentase

1 Konseling individual 982 Bimbingan dan konseling kelompok 813 Konsultasi dengan orang tua 794 Konsultasi dengan guru 785 Bimbingan di kelas 656.5 Asesemen individual 396.5 Koordinasi, alih tangn, dan konsultasi dengan agen-

agen masyarakat39

Sumber: Gibson & Mitchell, 1995: 53.

Karakteristik siswa sekolah dasar dan sekolahnya (sekolah dasar) telah

membawa impliksi langsung bagi pemikiran tentang elemen-elemen tertentu

dalam organisasi program yang membedakannya dengan program bimbingan di

40

Page 31: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

jenjang pendidikan lainnya. Perbedaan itu mengarah pada peran dan fungsi

konselor dan bukan pada apa yang dilakukan oleh konselor sekolah dasar tetapi

berkenaan dengan bagaimana mereka melakukannya. Sebagai contoh, konselor

dan staf sekolah lainnya (spesialis) harus bekerja sama dengan para guru kelas,

demikian pula berbagai aktivitas bimbingan juga harus berorientasi pada kelas

(lihat tabel 1). Konteks ini tampaknya mengarahkan pada fungsi konsultasi dan

koordinasi. Meskipun demikian, ada tugas tambahan bagi para konselor di sekolah

dasar di samping memberikan konseling, konsultasi dan koordinasi, yakni

melaksanakan asesmen, orientasi siswa, dan memberikan layanan untuk

memenuhi kebutuhan perkembangan karir setiap peserta didik.

Gibson & Mitchell (1995) mengemukakan beberapa peran utama konselor

di sekolah dasar, yakni sebagai konselor, konsultan, sebagai koordinator, sebagai

agen perubahan, sebagai asesor, sebagai pengembang karir, dan agen pencegahan.

Berikut adalah deskrisi singkat dari masing-masing peran tersebut.

a. Memberikan layanan konseling. Peran utama konselior sekolah, sebagaimana

halnya konselor di jenjang pendidikan di atasnya, adalah memberikan

konseling (mengkonseling), individual maupun kelompok. Meskipun

kebutuhan dan praktek konseling di sekolah dasar mungkin tidak sebanyak di

jenjanmg pendidikan lainnya (SLTP dan SMA) bahkan cenderung jarang

dilakukan, bagaimanapun konselor tetap harus selalu mempersiapkan dirinya

sebaik-baiknya jika sewaktu-waktu menemukan siswa atau menerima siswa

yg dirujuk oleh guru, orang tua, atau yang diidentifikasi oleh konselor sendiri

atyau oleh profresional lain yang mungkin membutuhkan konseling. Di USA

para konselor sekolah dasar juga diminta untuk berpartisipasi aktif dalam

pemecahan maalah-masalah kesehatan mental, seperti anak-anak yang

menjadsi korban kekerasan, anak-anak yang terlibat dalam penyalahgunaan

narkoba, dan anak-anak yang mengalami gangguan depresi dan

memperlihatkan kecenderungan untuk bunuh diri. Ini memperlihatkan bahwa

kebutuhan perkembangan dari para siswa tampaknya dipandang nomor dua

oleh kepala sekolah dan oleh orang tua. Prioritas baru ini membawa implikasi

41

Page 32: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

langsung pada pengembangan program pendidikan prajabatan dan dalam

jabatan konselor dengan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan

masalah-masalah sosial.

b. Konsultan. Peran penting lainnya di samping memberikan konseling bagi para

konselor sekolah dasar adalah sebagai konsultan pendidikan. Konselor dsapat

berkolaborasi dengan guru, orang tua, kepala sekolah, dan profesional lain

untuk membantu pihak ketiga (siswa). Jadi, dalam peran ini konselor

membantu pihak lain untuk membantu peserta didik menangani secara efektif

kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan penyesuaian.

c. Koordinator. Di sekolah dasar, para konselor juga memiliki peran sebagai

koordinator. Para konselor sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk

mengkoordinasikan berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-

kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di Sekolah dasar juga

diperlukan untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain

yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerja sosial,

dsb.

d. Agen orientasi. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai agen

orientasi. Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor di sekolah

dasar perlu mengakui pentingnya orientasi anak didik tentang (terhadap)

tujuan sekolah dasar dan lingkungan sekolahnya. Adalah penting bahwa

pengalaman pendidikan awal anak merupakan (menjadi) suatu pengalaman

yang positif bagi anak. Berkenaan dengan ini para konselor sekolah dasar

dapart merencanakan suatu kegiatan berkonsultasi dengan para guru untuk

belajar dan mempraktekkan berbagai keterampilan interpersonal dan

interaksional di sekolah.

e. Asesor. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai asesor, yakni

melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun

non tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk diinterpreastikan dalam

rangka memperoleh pemahaman yang akurat tentang siswa beserta dengan

42

Page 33: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

potensi-potensinya , dampak budaya pada perkembangan siswa, dan pengaruh

faktior-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.

f. Pengembang karir. Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para

konselor disekolah dasar adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya

pendidikan di sekolah dasar sebagai landasan bagi pengambilan keputusan di

kemudian hari oleh anak menegaskan (menggarisbawahi) pentingnya

memberikan perhatian pada perkembangan karir anak. Konselor dapat

membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan konsultan dalam

mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi,

berkesinambunghan, dan terus-menerus.

g. Agen pencegahan. Di sekolah dasar merupakan tanda-tanda peringatan awal

bagi masalah-masalah anak di kemudian hari: kesulitan belajar, gangguan

mood umum (ketidakbahagiaan, gelisah, depresi), dan berbagai bentuk

perilaku kenakalan (berkelahi, pertengkaran, mengganggu, impulsif, dan

membangkang/ bandel/keras kepala). Conyne (1983) dan Dodge (1983) serta

para penulis lain telah menyebutkan sejumlah besar bukti untuk menyatakan

bahwa anak-anak yang tak dapat menyesuiakan diri selama mengikuti

pendidikan di sekolah dasar memiliki resiko tinggi untuk mengalami berbagai

macam problem perilaku di kemudian hari. Demikian pula penyalahgunaan

narkoba, kekerasan di dalam kelompok teman sebaya, vandalisme, dan

berbagai bentuk perilaku menyimpang lain oleh anak-anak sekolah dasar

grafiknya cenderung terus meningkat.

Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas konselor sekolah terkait

dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

a. Menyusun program bimbingan konseling bersama kepala sekolah

b. Bertanggung jawab terhadap jalannya program

c. Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari

d. Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah

e. Menyelenggarakan pertemuan dengan staf bimbingan

43

Page 34: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

f. Melaksanakan bimbingan kelompok, konseling kelompok dan konseling

individual

g. Memberikan layanan oreantasi dan informasi bagi siswa

h. Bekerjasama dengan wali kelas mengadakan kunjungan rumah (home visit)

i. Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case confrencet)

j. Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas BK

k. Mengadakan wawancara dengan siswa

l. Memberi konsultasi kepada guru dan wali kelas dalam pemecahan masalah

siswa

m. Melakukan referal( alih tangan kasus) kepada ahli yang berwenang.

3. Peran Guru dalam Program Bimbingan Konseling

Hubungan timbal balik antara bimbingan dan pengajaran di dalam proses

pendidikan menekankan peranan guru sebagai pembimbing dan pengajar. Guru

sebagai pendidik mempunyai tangung jawab menciptakan iklim pendidikan di

sekolah, agar setiap siswa dapat mengembangkan dirinya. Kehidupan guru di

sekolah maupun di luar sekolah sangat mempengaruhi perkembangan dan

kehidupan pribadi siswa.

Jones (dalam Gunawan, 2001) menyatakan: jika guru dapat memahami

siswanya sebagaimana adanya, dengan segala kemampuan dan kelemahannya,

dan ingin membantu siswa untu menyempurnakan apa yang perlu, guru tersebut

akan mempunyai banyak kesempatan untuk menolong siswanya memahami dan

menerima dirinya serta menolong mereka untuk menetapkan tujuan hidup yang

sesuai dengan diri sendiri. Guru dapat pula mempengaruhi sikap dan perasaan

siswa untuk membuat suatu pilihan yang mudah maupun yang sukar secara bebas.

Sebagai pengajar, guru harus mampu memahami kehidupan anak secara

individual maupun kelompok. Dengan memperhatikan perbedaan individu dan

mengembangkan proses kelompok yang dinamis guna memberikan kesempatan

belajar berkembang kepada setiap muris di dalam kelasnya.

Pelaksanaan program bimbingan sangat membutuhkan data pribadi anak.

Data tersebut dapat diperoleh melalui alat pengumpul data, misalnya tes,

44

Page 35: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

wawancara, observasi dan sebagainya. Di samping alat-alat tersebut, keterangan

langsung dari guru mengenai perkembangan pribadi anak didiknya jauh lebih

berharga karena setiap hari guru bergaul dengan anak didiknya dan bersama-sama

mengalami pengalaman social, emosional, dan akademis yang selalu berubah-

ubah. Pengalaman ini sangat berharga untuk pelaksanaan program bimbingan.

Seorang guru yang baik, dapat memasukkan unsur-unsur bimbingan dalam

mata pelajaran sekolah. Disamping fungsinya sebagai pembimbing siswa sebagai

individu, guru dapat pula berfungsi sebagai pembimbing kelompok, misalnya

mengendalikan proses interaksi kelompok sehingga ketegangan-ketegangan atau

tekanan dalam kelompok dapat diredakan atau dikurangi.

Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas guru mata pelajaran

terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

a. Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program BK.

b. Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.

c. Memberikan pelayanan intruksional

d. Berpartisipasi dalam studi kasus

e. Memberikan informasi kepada siswa terkait dengan mata pelajaran yang

diampunya, misalnya cara belajar bahasa inggris, matematika dsb.

f. Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa

g. Menilai kenajuan belajar siswa

h. Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.

5. Peran dan Fungsi Guru Kelas/ Wali Kelas

Idealnya, bimbingan dan konseling di berbagai jenjang pendidikan sekolah

teramsuk di dalamnya di sekolah dasar (sekolah dasar) dilaksanakan oleh orang

yang berkompeten dan berwenang, yakni konselor. Namun karena keterbatasan-

keterbatasan yang ada, misalnya belum adanya petugas khusus bimbingan atau

konselor yang diangkat oleh pemerintah atau oleh pihak yayasan untuk mengelola

bimbingan dan konseling di sekolah dasar, maka guru kelas dapat diserahi tugas

untuk menggantikannya sesuai dengan batas kemampuan dan kewenangannya.

45

Page 36: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

Seperti diketahui, meskipun berbagai peraturan pemerintah dan produk inovsi

kurikulum, seperti PP Nomor 28 /1990 tentang Pendidikan Dasar, Kurikukulm

1993, dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai

dilaksanakan pada tahun 2006 telah mengatur pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah dasar, serta pengakuan bahwa pekerjaan bimbingan dan

konseling merupakan suatu profesi, pemerintah belum mengangkat petugas

khusus yang berkompeten untuk melaksanakan tugs-tugas bimbingan.

Dalam PP Nomor 28/190 pada Bab X pasal 25 ayat 2 ditegaskan bahwa

bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Yang dimaksud dengan guru

pembimbing di sini adalah petugas khusus yang berkelayakan yang diangkat

secara khusus untuk menyelenggarakan tugas-tugas bimbingan. Di Indonesia

petugas tersebut dikenal dengan sebutan guru pembimbing, tetapi belakangan ini,

tepatnya tahun 2006, Asosisi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)

membuat edaran untuk menggunakan predikat “konselor” guna menyebut guru

pembimbing.

Tidak adanya petugas khusus bimbingan untuk mengelola tugas-tugas

bimbingan dan konseling di sekolah dasar tentunya menimbulkan beberapa

kesulitan atau kendala. Beberapa kondisi umum yang mungkin dapat diamati yang

mengindikasikan adanya kendala dalam pelaksnaan bimbingan antra lain adalah:

bimbingan tidak berjalan seperti yang diharapkan karena tidak adanya tenaga

yang berkompeten untuk melaksnakanannya; tenaga yang ditunjuk untuk

melakasankan tugas-tugas bimbingan memperlihatkan kinerja yang tidak

profesional bahkan malpraktek, banyak siswa tidak akan memanfaatkan layanan

bimbingan; dan orang tua tidak percaya pada bimbingan di sekolah. Namun

beberapa kendala tersebut akan dapat diperkecil apabila guru yang diserahi tugas

melaksanakan bimbingan mau melaksanakannya dengan sepenuh hati, mau terus

belajar dan mengembangkan diri dengan cara mempelajari ilmu-ilmu bimbingan

baik secara formal maupun nonformal. Jelasnya, meskipun tampak sedikit

menyalahi profesi konseling, sekolah tetpi memiliki peluang untuk

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dengan cara mendelegsikan

46

Page 37: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

tugas bimbingan dan konseling kepada guru-guru yang berkelayakan. Agar

memiliki kelayakan, maka guru-guru yang diserahi tugas bimbingan perlu dikirim

untuk mengikuti program pendidikan khusus bimbingan baik program gelar

maupun nongelar (kursus).

a. Peran guru kelas dalam pengelolaan program bimbingan dan konseling

menurut literatur asing

Beberapa literatur bimbingan dan konseling asing telah banyak

mengemukakan peran guru dalam program bimbingan dan konseling.

Terdapat keragaman di antra para penulis berkenan dengan peran guru dalam

program bimbingan dan konseling dan tergantung pada wawasan dan sudut

pandang mereka. Beberapa penulis memberikan Berikut ini adalah peran guru

alam program bimbingan dan konseling dari Gibson & Mithell (1995) sebagai

contoh. dipilihkan satu literatur sebagai contoh.

Menurut Gibson & Mitchell (1995), sebagaimana telah dikemukakan, para

konselor di sekolah dasar atau guru klas yang diberi tugas melaksanakan tugas

sebagai konselor/pembimbing memiliki beberapa fungsi berikut: sebagai

konselor, sebagai konsultan, sebagai koordinator, sebagai agen orientasi,

sebagai asesor tau analisis perbedaan individual, sebagai pengembang karir,

dan sebagai agen pencegahan. Bagaimana dengan peran guru kels yang tidak

diserahi tugas sebagai pembimbing sekolah. Meskipun par guru tidak diserahi

tugas untuk melaksanakan bimbingan, mereka tetap menjadi anggota tim

bimbingan yang memiliki peran berikut:

Sebagai pendengar dan pemberi advis. Guru kelas adalah personil

sekolah yang paling banyak memiliki waktu untuk bertemu dengan para

siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya. Oleh karena itu,

guru seharusnya memiliki pengetahuan paling luas dan mendalam tentang

siswa-siswanya, berkomuniksi dengan mereka setiap hari, dan dapat

menjalin hubungan yang kondusif untuk mendorong perkembangan yang

optimal setiap siswa. Dapat dikatakan guru menjadi jembatan antara

47

Page 38: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

siswa dan pembimbing/konselor guna mengimplementasikan program-

program bimbingan.

Sebagai agen penerima dan perujuk siswa. Guru kelas, tak dapat

dihindarkan, menjadi sumber utama bagi program-program alih

tangan/rujukan dari dan pada konselor sekolah. Banyak program-program

bimbingan dan konseling yang tergantung pada informasi guru tentang

kondisi dan kebutuhan siswa, serta rujukan guru berkenaan dengan siswa-

siswa yang membutuhkan bantuan/bimbingan. Para konselor sekolah

dengan demikian perlu mendorong para guru untuk secara aktif

menemukan siswa-siswanya yang membutuhkan bantuan dan kemudian

merujuknya pada konseling selor. Demikian pula, setelah siswa-siswa

selesai diberikan bantuan, siswa tersebut perlu dirujuk kembali kepada

guru untuk dilakukan pengamatan berkenaan dengan perkembanga

perilaku selanjutnya. Tentu saja para guru tidak hany merujuk siswa

kepada konselor, tetapi juga perlu mendorong siswa-siswanya untuk

meminta bantuan pada konselor sewaktu-waktu mereka merasa memiliki

kesulitan dan tak mampu untuk memecahkannya sendiri.

Sebagai penelusur/pengungkap potensi siswa. Berkaitan dengan usaha

mendorong terjadinya perkembangan yang optimal bagi setiap siswa,

maka para guru diharapkan untuk tidak hanya memusatkan perhatian pada

membelajarkan materi pelajarannya saja, tetapi juga melakukan

pengamatan sehari-hari untuk menemukan potensi siswa, khususnya

keunggulannya. Meskipun banyak guru meungkin kurang memiliki

pengalaman, latihan, dan kepandaian yang mencukupi untuk bakat-bakat

atau talenta khusus dari mayorits siswa-siswanya, guru perlu terlibat

dalam upaya mengungkap bakat dan talenta para siswa. Untuk itu guru

dapat mengikuti atau diikutkan dalam program-program khusus tentang

penelusuran bakat siswa. Peran guru sebagai pengungkap potensi siswa

tidak hanya berkaitan dengan misi dari program-program bimbingan dan

48

Page 39: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

konseling sekolah tetapi juga untuk memenuhi tanggung jawab

pendidikan bagi individu dan masyarakat.

Sebagai pendidik karir. Berkaitan erat dengan peran-peran yang telah

disebutkan, dalah peran sentral guru dalam program pendidikan karir.

Karena pendidikan karir diakui sebagai bagia dari pendidikan siswa

secara keseluruhan, adalah penting juga untuk mengakui tanggung jawab

guru kelas untuk mengintegrasikan pendidikan ke dalam mata pelajaran

(di Indonesia barangkali ini berkaitan dengan pendekatan kontekstual

yang belakangan ini banyak dianjurkan). Pendidikan karir tak akan

berhasil tanpa bimbingan karir dan sebaliknya. Keberhasilan dari

program-program bimbingan karir oleh karena itu terikat dengan

keberhasilan dalam progra pendidikan karir, suatu program yang

berkaitan dengan peran guru kelas. Para guru kelas dapat memenuhi

tanggung jawabnya sebagai pendidik karir dengan cara mengembangkan

respek dan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan, mendorong

siswa mengembangkan sikap positif terhadap penidikan dan hubungannya

dengan persiapan karir dn pengambilan keputusan. Guru juga dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji konsep,

keterampilan, dan peran serta mengembangkan nilai-nilai yang relevan

dengan karir masa depan. Guru juga dapat merancang kelas menjadi suatu

lingkungan belajar yang dapat merangsang wawssan dan eksplorasi karir.

Sebagai fasilitatot hubungan siswa. Keberhasilan dari berbagai program

bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh iklim sekolah. Sekolah

seharusnya menjadi lingkungan yang kondusif untuk memfasilitasi

pengembangan dan pelaksanaan hubungan antar manusia yang positif.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang domi an untuk menciptakan

iklim semacam itu. Seorang ahli pendidikan, Benyamin Bloom, melalui

Bukunya yang berjudul Human Characteristics and School Learning

(1976) telah mengemukakan peran lingkungan atau iklim kelas sebagai

faktor yang mempemngaruhi kinerja dan hasil belajar siswa. Menurutya,

49

Page 40: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

iklim lingkungn kelas yang kondusif dapat memungkinkan 95% siswa

menguasai semua mata pelajaran. Hasil-hasil penelitian juga telah

membuktikan hal itu. Hasil penelitian Bloom sendiri membuktikan

bahwa banyak siswa akan memperlihatkan kesamaan baik dalm derajad

belajar maupun motivasi untuk belajar jika merewka diberikan suatu

kondisi lingkungan yang kondusif untuk blajar. Di sisi lain, beberapa

hasil penelitian juga menyatakan bahwa jika lingkungan di kelas tiak

kondusif, akan terjadi perbedaan dalam kinerja dan capaian prestasi

belajar dan ini akan memperluas gap (jarak) antara siswa berprestasi

tinggi dan siswa berprestasi rendah. Dalam melaksanakan peran sebagai

fasilitator hubungan ini, guru kelas memiliki peluang untuk menjadi

model bagi bentuk relasi antara manusia yang positif. Ini dapat menjadi

suatu prosedur rutin di dalam kelas, khususnya ketika guru mengarahkan

interaksi kelompok agar setiap siswa dapat mengalami secara langsung

hubungan antar manusia yang positif.

Sebagai pendukung program-program bimbingan dan konseling. Sebagai

anggota tim dalam pengelolaan bimbingan dan maupun dalam mendorong

perkembangan yang optimal bagi setiap peserta didik, guru memiliki

peran penting untuk mendorong atau memberikan dukungan pada

pelaksanaan program-program bimbingan dan konseling sekolah.

Dukungan ini dapat diberikan antara lain dengan cara memberikan

informasi kepada siswa tentang program-program bimbingan dan

konseling sekolah dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan program-

program tersebut. Bertindak sebagai agen referal seperti telah

dikemukakan di atas, tentu saja juga merupakan bagian dari dukungan

yang dapat diberikan oleh guru kepada konselor. Guru juga dapat

mendukung konselor dalam memfasilitasi program-program penilaian

individual atau pengumpulan dan inventarisasi data siswa. Meskipun

scara teoretik diakui bahwa guru kelas memainkan peran penting dalam

mengefektifkan program-program bimbingan dan konseling di berbagai

jenjang pendidikan, tapi faktanya para guru kelas masih secara insidental

50

Page 41: B  Web viewkonflik, stres, kecemasan, dan frustrasi; bahkan timbul pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat

terlibat dalam program-program bimbingan dan konseling. Banyak guru

kelas mungkin merasa tidak yakin tentang tujuan bimbingan dan kurang

menjalin komunkais dengn konselor. Dalam situsi seperti ini siswa tentu

aja menjadi pihak yang sangat dirugikan da para konseor dan guru harus

brbagai rasa bersalah untuk itu. Mungkin juga guru beranggapan bahwa

program bimbingan menjadi tanggung jawab konselor sekolah dan

konselor sekolah harus secara aktif melakukan komunikasi dengan para

guru untuk melaksanakan program-program bimbingan. Blum (1986)

menyatakan bahwa para konselor perlu memiliki kesadaran bahwa

meskipun banyak guru bersedia menerima peran mereka dalam

pengelolaan program bimbingan dan konseling sekolah, banyak di antara

guru yang kurang memiliki pemahaman yang tepat tentang apa peran dan

fungsi mereka sebenarnya.

Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas guru kelas/ wali kelas terkait

dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

1) Mengumpulkan data tentang siswa

2) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa ( akademis, sosial, fisik,

pribadi)

3) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari

4) Bekerjasama dengan konselor menyalurkan dan menempatkan siswa

5) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sisiogram

6) Bekerjasama dengan konselor sekolah dalam mengadakan pemeriksaan

psikologis dan kesehatan oleh tim ahli

7) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan

8) Membantu memecahkan masalah siswa asuhnya

9) Ikut serta dalam pertemuan kasus

51