case study :xa.yimg.com/.../name/outlinestudikasusbop003042010.docx · web viewkebuntuan ini...

25
Case Study : The Fortune At The Bottom Of The Pyramid Kelompok B – MM USU XXIV-2 CASE STUDY : The Fortune At The Bottom Of The Pyramid C. K. Prahald Wacana tentang pengentasan kemiskinan kerap didominasi kritik terhadap kurangnya peran swasta, khususnya pengusaha, dalam "perang terhadap kemiskinan". Pengusaha dianggap kurang beramal, kurang menyumbang keuntungan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Karena itu, pemerintah dan banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) gigih mengimbau, termasuk melalui inisiatif corporate social responsibility (CSR) yang akhir-akhir ini banyak bergema. Namun, pendekatan pemberantasan kemiskinan seperti ini sering menemui jalan buntu. Karena amal sering kali dilihat sebagai beban, pengusaha hanya beramal sejauh imbauan pemerintah dan LSM tanpa usaha mengembangkannya. Maka, sering kali pendekatan ini cenderung tidak berkelanjutan, apalagi karena umumnya amal tidak memberdayakan kapasitas ekonomi sang miskin. 1 Kebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan tanpa peduli sosial. Di lain pihak, pengusaha pun merasa amal yang diminta berlebihan, lebih daripada yang bisa dipertanggung- jawabkan kepada pemilik perusahaan. Selain itu, karena dianggap tidak memberi keuntungan menjanjikan, banyak 1 Kemiskinan and peran pengusaha, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?op_id=302&id=10&tab=2 , Kompas, December 19, 2004 Page | 1

Upload: buidang

Post on 15-May-2018

226 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

CASE STUDY :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

C. K. Prahald

Wacana tentang pengentasan kemiskinan kerap didominasi kritik terhadap kurangnya

peran swasta, khususnya pengusaha, dalam "perang terhadap kemiskinan". Pengusaha

dianggap kurang beramal, kurang menyumbang keuntungan demi peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitar. Karena itu, pemerintah dan banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM)

gigih mengimbau, termasuk melalui inisiatif corporate social responsibility (CSR) yang

akhir-akhir ini banyak bergema.

Namun, pendekatan pemberantasan kemiskinan seperti ini sering menemui jalan

buntu. Karena amal sering kali dilihat sebagai beban, pengusaha hanya beramal sejauh

imbauan pemerintah dan LSM tanpa usaha mengembangkannya. Maka, sering kali

pendekatan ini cenderung tidak berkelanjutan, apalagi karena umumnya amal tidak

memberdayakan kapasitas ekonomi sang miskin.1

Kebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa

pengusaha mencari keuntungan tanpa peduli sosial. Di lain pihak, pengusaha pun merasa

amal yang diminta berlebihan, lebih daripada yang bisa dipertanggung-jawabkan kepada

pemilik perusahaan. Selain itu, karena dianggap tidak memberi keuntungan menjanjikan,

banyak perusahaan ragu menaruh perhatian khusus pada kelompok miskin sebagai target

pasar utama.

Buku CK Prahalad, The Fortune at the Bottom of the Pyramid (TFBOP), yang

dikembangkan dari tulisannya bersama Stuart Hart, menawarkan jalan keluar dari kebuntuan

ini. Lewat analisis tajam dan studi-studi kasus yang mengesankan, Profesor Strategi

Korporasi dan Bisnis Internasional dari University of Michigan Business School ini

mendobrak batasan antara upaya memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan pencarian

keuntungan: keduanya bisa berdampingan demi pemberdayaan masyarakat miskin yang

berkelanjutan.

Salah satu akar permasalahan kemiskinan di Indonesia yakni tingginya disparitas

antar daerah akibat tidak meratanya distribusi pendapatan, sehingga kesenjangan antara

masyarakat kaya dan masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar. Misalnya saja tingkat 1 Kemiskinan and peran pengusaha, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?op_id=302&id=10&tab=2 , Kompas, December 19, 2004

Page | 1

Page 2: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

kemiskinan anatara Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta atau Bali, disparitas pendapatan

daerah sangat besar dan tidak berubah urutan tingkat kemiskinannya dari tahun 1999-2002.2

Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan dari

tahun ketahun, namun jumlah penduduk miskin Indonesia tidak juga mengalami penurunan

yang signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah

penduduk miskn, namun secara kualitatif belum menampakkan dampak perubahan yang

nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya.3

Berikut akan dibahas 4 dari studi kasus yang diangkat oleh penulis buku tersebut

dimana perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berhasil beroperasi pada

pasar BOP yaitu Casas Bahia, Cemex. e+Co & Technosol, Voxiva yang terjadi di Amerika

latin yang dapat dijadikan referensi dalam bentuk pengentasan permasalahan kemiskinan di

Indonesia.

I. PERUSAHAAN YANG BERHASIL PADA PASAR BOP DI AMERIKA LATIN

1.1. CASE 1

CASAS BAHIA

Lokasi : Brazil

Industri Driven : Micro Financing

Bidang Usaha : Retailer

Pemicu : Pada tahun 1952, setelah melewati dua tahun dalam kamp konsentrasi Nazi,

Samuel Klein pendiri Casas bahia memulai bisnisnya di tanah kelahirannya Brazil, dengan

menjual selimut, sprei dan handuk dari pintu kepintu di Sao Caetano do Sul.Pada 50 tahun

kemudian Klein telah mengubah bisnis pintu kepintunya menjadi jaringan ritel terbesar di

Brazil, dengan menjual elektronik, peralatan rumah tangga, dan furniture. Dan Kini kedua

anak Samuel Klein, telah memadukan system penjualan tradisional dengan penekanan

moderenisasi bisnis pada bidang pemasaran dan teknologi informasi. Dengan menjunjung

2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Analisis Ekonometri), http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan-ekonomi-dan-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-_analisis-ekonometri_.pdf, Oktober 2009.

3 ibid

Page | 2

Page 3: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

moto Kebutuhan Pelanggan adalah yang paling Penting dan Pelanggan harus dipermudah

mewujudkan mimpinya.

Karakteristik :

Berfokus pada pembiayaan pelanggan BOP.

Mengindetifikasi dan menanggulangi tantangan-tantangan yang muncul dengan

memperkuat visi yang dimiliki Samuel klein pada 50 tahun lalu..

Menjunjung moto kebutuhan pelanggan adalah yang paling penting dan pelanggan harus

dipermudah mewujudkan mimpinya..

Mengakomodasi cara pembayaran kredit bagi pelanggan, yang sesuai dengan

kemampuannya.

Penggunaan teknologi yang berorientasi kepada produktivitas, operasi berbiaya rendah

dan kepuasan pelanggan.

Profil Kewirausahaan :

Inovasi terus-menerus di system informasi.

Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.

Melakukan perekrutan toko – toko lokal yang cendrung lebih akrab dengan lingkungan

dan pelanggan.

Menciptakan tumbuhnya rasa bangga pada toko – toko rekrutan, karyawan dan

pelanggan dengan memiliki Casas bahia

Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar dan pertumbuhan-tinggi di

perekonomian-perekonomian Negara berkembang.

Solusi : Penerapan Sistem Informasi dan teknologi yang murah dan terpadu, dapat

terjangkau ekonomi masyarakat miskin dalam mengakomodasi keinginan pelanggan,

kepuasan pelanggan dan daya beli masyarakat dan membantu masyarakat dari segi financing

dengan pemberian kredit (micro financing).

Page | 3

Page 4: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

1.2. CASE 2

CEMEX

Lokasi : Meksiko

Industri Driven : Micro Financing

Bidang Usaha : Perusahaan produsen semen Internasional yang membantu penyediaan

Perumahan masyarakat miskin

Pemicu : Krisis ekonomi Meksiko pada tahun 1994-1995, CEMEX mengalami penurunan

signifikan penjualan domestik. Penjualan pada segmen formal anjlok sampai 50%, namun

penjualan pada segmen informal dan swakonstruksi hanya turun 10% sampai 20%. CEMEX

menyadari bahwa level tinggi ketergantungannya pada segmen formal membuatnya sangat

rentan terhadap ayunan siklus bisnis di Meksiko.

Karakteristik :

Menciptakan bisnis yang mencerminkan keunggulan bersaing.

Mencerminkan opsi (pilihan) terjangkau bagi keluarga miskin yang berupaya

memperbaiki kualitas hidup di seluruh rumah tangga melalui penawaran semen dan

bahan mentah berkualitas-bagus dengan harga yang masuk akal dan tetap (tidak ada

peruabahan harga yang mencerminkan waktu dan inflasi)

Menawarkan akses ke kredit (dengan memberikan material terlebih dahulu) yang jika

tidak di berikan maka masyarakat miskin tidak akan memilikinya.

Posisi CEMEX sebagai warga korporasi yang bertanggung jawab yang berkomitmen

kepada masyarakat.

Membangun modal sosial.

Profil Kewirausahaan :

Inovasi terus-menerus.

Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.

Keahlian integrasi pascamerger yang terbukti.

Evolusi digital: produk efisien, distribusi, dan peroses pengiriman melalui sistim

informasi canggih.

Page | 4

Page 5: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar berpertumbuhan-tinggi di

perekonomian-perekonomian berkembang.

Solusi :

Dengan biaya rendah (low cost)

Penjualan kredit

Mendesain biaya pra pembangunan

Memberikan supervisi service konstruksi kepada penduduk Mexico yang bekerja diluar

negeri

Cemex membuat perumahan dapat dijangkau bagi BOP.

1.3. CASE 3

E + Co & TECHNOSOL

Lokasi : Nikaragua

Industri Driven : Sumber Daya Listrik (Energi)

Bidang Usaha : perusahan financing khusus untuk meningkatkan penetrasi listrik di daerah

pedesaan (rural)

E+ Co’s adalah perusahan financing khusus untuk meningkatkan penetrasi listrik di daerah

pedesaan (rural). E+ Co’s bekerjasama dengan pengusaha lokal untuk penetrasi market,

seperti investasi di Technosol (Nicaragua) Teknologi Energi Listrik Generator yg dapat

digunakan: Solar Photovoltaics (PV), Wind Energy, Biomass Energy, Geothermal Energy,

Hydroelectricity.

Pemicu :

- Di Nikaragua, hampir 50% dari populasi tidak memiliki jaringan listrik ini berarti

investasi E+Co dalam energi matahari sama dengan rakyat bisa memiliki lampu, kulkas,

pengadaan air dan bekerja.

- Pemerintah mendukung usaha ini karena mereka memiliki sumber daya finansial yang

tidak memungkinkan untuk melakukan ini.

Page | 5

Page 6: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Karakteristik :

- Dengan menbangun modal bagi lokal enteprenur, E+Co memberikan alternatif solusi

energi bagi semua orang di dunia.

Profil Kewirausahaan :

- Memperhatikan Manfaat sosial dalam pengembangan bentuk energi listrik baru

- Menciptakan Energi ramah lingkungan.

- Membantu pemerintah dalam menumbuhkan perekonomian masyarakat.

Solusi : Menyediakan listrik bagi masyarakat pedesaan (rural) dengan harga murah.

Gambar 1. Skema Relationship Energi terhadap Lingkungan, Perkembangan Ekonomi

dan Manfaat Sosial

Page | 6

Page 7: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 2. Distribusi Wilayah Operasional e+Co Tahun 2010

1.4. CASE 4

VOXIVA

Lokasi : Peru dan Amerika Latin

Industri Driven : Sistem informasi dan Manajemen di bidang kesehatan

Bidang Usaha : Perusahaan Penyaji system informasi terpadu di Bidang Kesehatan

VOXIVA adalah perusahaan di Peru yang membuat aplikasi informasi tentang penyakit

menular (epidemiological application), dengan teknologi telekomunikasi yang murah yaitu

dengan teknologi telepon biasa (voicemail system).

Voxiva meluncurkan aplikasi pertama bernama Alerta, memberikan informasi tentang

penyakit menular kepada masyarakat di pedesaan Peru melalui Telepon. Alerta

menghubungkan penduduk Peru terhubung dengan 135 posyandu, 53 dinas kesehatan, 34

kanwil kesehatan, Departemen kesehatan dan Menteri Kesehatan.

Pemicu : Sebelum mendirikan Voxiva di bulan Maret 2001, Paul Meyer mendirikan IPKO,

penyedia jasa Internet(PJI) pertama dan terbesar di Kosovo.Dimulai beberapa pecan setelah

perang tahun 1999. IPKO dinobatkan Sekjen PBB sebagai model untuk krisis kemanusian

masa depan, Sekarang, IPKO adalah satu dari perusahaan terbesar di Kosovo.Sebelum IPKO,

Meyer menerapkan system-sistem TI untuk membantu menyatukan anak-anak pengungsi

yang terpisah dari keluarganya di Afrika Barat dan Balkan,

Karakteristik :

Memonitor Indikator-indikator utama wabah penyakit nasional dengan akurat, dan data

terbaru untuk kebutuhan pelapor nasional dan global.

Mengelola dengan seksama ART untuk mengurangi penyebaran wabah penyakit.

Mengoordinasikan layanan dan program di seluruh fasilitas dan tingkatan.

Menyediakan informasi yang dibutuhkan PEPFAR secara berkesinambungan dan

memperkuat infrastruktur dan informasi kesehatan utama.

Membangun Kerjasama berkesinambungan kepada pemerintah negara , membangun

program dan system informasi terpadu untuk mengatasi permasalahan di masyarakatnya.

Page | 7

Page 8: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Profil Kewirausahaan :

Inovasi terus-menerus di system informasi.

Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.

Memastikan distribusi obat - obatan secara benar dan mengawasi program – program

yang akan diterapkan.

Mendorong transparansi dan akuntabilitas di semua tingkat.

Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar dengan pertumbuhan tinggi di

perekonomian-perekonomian berkembang.

Solusi : Penerapan Sistem Informasi yang murah dan terpadu , dapat terjangkau ekonomi

masyarakat miskin dalam menginformasikan keadaan kesehatan mereka dan pengawasan

pemerintah mengatasi penyebaran wabah penyakit dan kondisi masyarakat yang sulit

terjangkau.

Gambar 3. Bisnis Model Voxiva

Page | 8

Page 9: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 4. Peta Wilayah Operasional perusahaan yang beroperasi pada BOP

di Amerika Latin

Page | 9

CEME

e+co &Technosol

Voxiva

Casas

Page 10: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Profile Amerika Latin :

Pertumbuhan perekonomian kawasan Amerika Latin terus mengalami peningkatan

selama dekade 1990-an hingga mencapai puncaknya pada tahun 2004 dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%. Sejak saat itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika

Latin selalu dalam kondisi stabil dengan nilai di atas 4%. Kawasan Amerika Latin memiliki

penduduk sebanyak 542,5 juta jiwa (2008) dengan total GDP sebesar USD 3,93 trilliun

(2009, Bank Dunia) dan GDP rata-rata per kapita USD 6.941 (2009, Bank Dunia).

Perekonomian kawasan Amerika Latin umumnya mengandalkan sumber cadangan

minyak, seperti yang terdapat di Venezuela, Argentina, Kolombia, Chile, Peru, and Ekuador.

Gas alam umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Di samping sumber daya

migas, kawasan ini juga memiliki sumber daya mineral seperti biji besi (Chile, Brasil, Guiana

Perancis), tembaga (Chile, Peru), mangan (Bolivia), emas (Brasil) dan bauksit (Guyana,

Suriname). Di sektor pertanian, kawasan ini memiliki potensi ekspor produk pertanian, antara

lain kopi, pisang, gula, tembakau, dan gandum. Argentina dan Brasil juga memiliki potensi di

bidang industri peternakan dan produksi daging.

II. PEMBASAHAN

2.1. Identifikasi penyebab terjadinya konsep kewirausahaan pada pasar BOP

Kondisi Perekonomian

Sebagian besar masyarakat pada BOP memiliki penghasilan yang tidak tetap.

Budaya Masyarakat

Multi culture dan sangat bervariatif.

Infrastruktur

Kurang memadai sebagai dampak pada masa perang.

Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat pada BOP sehingga mengakibatkan

sistem yang dibangun harus lebih simple dan mudah.

2.2. Bentuk Inovasi yang diterapkan pada pasar BOP

Melayani pada konsumen BOP akan mensyarakatkan inovasi dalam teknologi, produk

dan jasam dan model bisnis. Lebih penting lagi, hal itu akan mengharuskan perusahaan-

perusahaan besar bekerja secara kolaboratif dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan

Page | 10

Page 11: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

dan pemerintahan. Adapun prinsip inovasi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang

dibahas pada studi kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Fokus pada kinerja dibidang harga dan produk jasa seperti yang diterapkan oleh

Casas Bahia dan Cemex, dimana perusahaan tersebut melayani pasar BOP tidak hanya

tentang penurunan harga, namun juga memberikan supporting dari segi micro finance

terhadap konsumen BOP.

2. Produk-produk yang dihasilkan harus bisa digunakan dalam lingkungan tidak

bersahabat seperti yang dilakukan oleh e+Co, dimana pengembangan produk yang

dilakukan oleh perusahaan tersebut memperhatikan manfaat sosial, linkungan dan

pertumbuhan ekonomi.

3. Inovasi mensyaratkan solusi-solusi hibrida seperti yang dilakukan oleh Voxiva dalam

membangun sistem informasi di bidang kesehatan dengan mengadopsi teknologi baru,

dimana solusi harga, kinerja dan perbaikan yang secara kreatif diramu dengan

infrastruktur yang telah ada dan berkembang cepat.

4. Pengembangan produk harus berawal dari pemahaman mendalam akan

fungsionalitas, seperti yang dilakukan oleh Voxiva dan E+Co dalam menciptakan

produknya dengan cara mengakses calon konsumen dan mendidik mereka bagi yang

tidak berpengalaman

2.3. Peran serta organisasi pemerintah/non pemerintah terhadap keberhasilan praktek

entrepeneur pada pasar BOP

Pemerintah dan LSM perlu mengubah paradigma tentang keterlibatan pengusaha

memberantas kemiskinan. Alih-alih pendekatan amal, pendekatan seperti inilah yang harus

dipupuk. Sinergi antara pemerintah, LSM, dan pengusaha akan memunculkan inovasi-inovasi

baru yang menguntungkan semua, hingga pada akhirnya mampu memberdayakan sang

miskin secara berkelanjutan.

Page | 11

Page 12: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 5. Peran serta Pemerintah dan Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

Transformasi Sosial pasar BOP

Pada bagan di atas menggambarkan bahwa seluruh komponen memiliki peran yang

penting dalam mewujudkan visi dalam penciptaan bersama atas penyelesaian masalah

kemiskinan. Peluang BOP tidak dapat dibuka jika perusahaan-perusahaan besar dan kecil,

pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, badan pembangunan, dan masyarakat miskin itu

tidak bekerjasama dengan agenda bersama. Kewirausahaan dalam skala besar adalah

kuncinya. Pendekatan tersebut akan menentang prasangka tentang peran dan nilai tambah tiap

kelompok dan perannya dalam pembangunan ekonomi BOP.

2.4. Manfaat praktek kewirausahaan terhadap masyarakat sekitar pada pasar BOP

Piramida ekonomi adalah ukuran ketimpangan pendapatan. Jika ketimpangan itu

berubah harus menjadi bentuk berlian yang mengasumsikan bahwa bagian terbesar populasi

adalah kelas menengah. Proses ini dinyatakan sebagai transformasi sosial ekonomi

masyarakat ke bentuk ideal.

Page | 12

Page 13: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Transformasi Sosial: Merubah struktur masyarakat dari piramid menjadi diamond

Caranya: Merubah BOP menjadi BOP Entreupreneur Naik menjadi Middle Class

Suprastruktur: ICT (Connectivity), Health, Microfinance & Energy Meningkatkan

Produktifitas

Gambar 6. Transformasi Piramida Penduduk

2.5. Konsep pengembangan pasar BOP di Indonesia terhadap praktik-praktik inovative

BOP

Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai semua barang

dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu

metode untuk menghitung pendapatan nasional.4 PDB tersebut menggambarkan

Pertumbuhan ekonomi yang kuat memberi insentif bagi investor untuk menanamkan

modalnya di Indonesia.

4 Produk domestik bruto, http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto

Page | 13

Page 14: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 7. PDB Perkapita Indonesia

BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin dan

meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat indonesia, namun secara kualitatif belum

menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan

tiap tahunnya seperti yang terdapat pada gambar 7. Miskin adalah kondisi kehidupan yang

serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.5 Kemiskinan merupakan

ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan materil dasar berdasarkan standar

tertentu. Adapun standar ini lebih dikenal dengan garis kemiskinan, yaitu tingkat pengeluaran

atas kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan, papan secara layak. Berikut

merupakan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik

Indonesia yang meliputi yaitu :

1. Program Keluarga Harapan (PKH),

2. Program Bantuan Langsung Tunai Bersyarat,

3. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),

4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan

5. Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

5 Modul Kemiskinan, http://tobasamosirkab.bps.go.id/download/artikel/modul%20kemiskinan.ppt, Badan Pusat Statistik (BPS)

Page | 14

Page 15: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 8. Data Penduduk Miskin Indonesia

Gambar 9. Data Penduduk Miskin Indonesia berdasarkan provinsi

Page | 15

Page 16: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Gambar 10. Peta Sebaran Wilayah Penduduk Miskin Indonesia

Tim World Bank dalam seminarnya tentang “Era Baru dalam Pengentasan

Kemiskinan di Indonesia”, mengemukakan 9 langkah untuk mengentaskan kemiskinan di

Indonesia. Adapun 9 langkah tersebut adalah 6:

1. Revitalisasi pertanian

Dilakukan dengan dua langkah, yaitu melalui informasi yang tepat (pembibitan,

penyuluhan, teknologi informasi dan komunikasi) dan melalui infrastruktur yang baik

(irigasi, pengelolaan sumber daya air, infrastruktur jalan pedesaan)

2. Melaksanakan kebijakan beras yang menjamin kestabilan harga

Kemiskinan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan tingginya harga beras, oleh karena

itu harus ada cara untuk menjamin kestabilan harga beras. Ada dua cara yang bisa

digunakan, yaitu; dengan menggunakan lembaga pemerintah penyedia cadangan beras

(buffer stock agencies) dan dengan menggunakan kebijakan perdagangan.

6 9 Langkah Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, http://acehrecoveryforum.org/id/index.php?action=Spotlight&no=54 , Maret 2007

Page | 16

Page 17: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

3. Perbaiki tingkat pendidikan dan latihan kejuruan

Perlu adanya pelatihan kejuruan yang dipacu oleh permintaan dan didorong oleh pihak

swasta.

4. Laksanakan program pembangunan infrastruktur jalan desa.

Kekhawatiran dunia usaha di tingkat pedesaan adalah biaya ekstra yang dikeluarkan

untuk menjangkau pasar, oleh karena itu perlu adanya percepatan penyediaan

pembangunan infrastruktur dasar di desa.

5. Perbaiki insentif untuk penyedia layanan, termasuk pihak swasta

Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu; dukung pihak swasta dalam penyediaan

layanan kesehatan, pendidikan dan gunakan perjanjian layanan dengan para penyedia

layanan.

6. Kembangkan program pembangunan berbasis masyarakat (PNPM)

7. Laksanakan program percobaan (pilot) Bantuan Tunai Bersyarat (Keluarga Harapan)

Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian dana tunai kepada rumah tangga miskin

berdasarkan perilaku yang dapat memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia

dengan mengatasi masalah-masalah di berbagai bidang pokok.

8. Perbaiki fokus terhadap kemiskinan dalam proses penganggaran: DAU dan DAK lebih

”pro - poor”.

9. Perbaiki kapasitas pemerintah daerah dan perjelas tanggung jawab nasional.

Masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa diatasi dalam jangka waktu pendek, perlu

waktu dan willingness yang tinggi dari berbagai sektor.

2.6. Praktek entrepeneurship pada BOP di Indonesia

Berikut merupakan praktek-praktek metode bisnis entrepenuership yang terjadi di

Indonesia dengan target pasar BOP, yaitu :

Micro Finance

Bank BRI sebagai pelopor micro finance di Indonesia

Carefour (Kartu belanja)

KUR (Kredit Usaha Rakyat)

Page | 17

Page 18: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Health Care

Posyandu

Puskesmas

Connectivity

USO – Telkom Indonesia

Nokia Life Tools (Informasi di bidang pertanian, berhasil di India)

Internet Sehat

Indonesia Go Open Sourve (IGOS)

Energi

???

Education

????

III. KESIMPULAN

Kebutuhan konsumen BOP begitu unik sehingga kesuksesan menembus pasar BOP

menuntut inovasi khusus yang menomorsatukan kebutuhan sang miskin sebagai

konsumen dan pelaku ekonomi.

Kesuksesan merengkuh konsumen-konsumen BOP ditentukan besarnya perhatian

terhadap kebutuhan spesifik mereka itu, mulai dari kebutuhan kredit sampai dengan

kebutuhan akan produk berkualitas dan pelayanan yang dapat dipercaya.

Aktivitas swasta di pasar BOP memberdayakan; bahwa pengusaha mendapatkan

keuntungan dengan memenuhi kebutuhan sang miskin memberlanjutkan pemberdayaan

ini.

IV. SARAN DAN REKOMENDASI

BOP adalah pasar yang potensial untuk dijajaki bagi perusahaan untuk mendapatkan

laba.

Kemampuan konsumsi kaum miskin (BOP) harus diberdayakan, bukan dengan amal,

melainkan dengan inovasi pendanaan.

Produk dan pelayanan baru perlu diciptakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik

mereka.

Penting untuk tidak meremehkan harga diri dan pilihan para pelaku ekonomi BOP.

Page | 18

Page 19: Case Study :xa.yimg.com/.../name/OutlineStudiKasusBOP003042010.docx · Web viewKebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa pengusaha mencari keuntungan

Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid

Kelompok B – MM USU XXIV-2

Perlu dibangun rasa percaya-apalagi mengingat begitu seringnya kepercayaan

masyarakat miskin dikecewakan.

V. DAFTAR REFERENSI

C. K. Prahalad, The Fortune at the bottom of pyramid, 2004

Kementrian Perkonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) www.menkokesra.go.id

Kemiskinan and peran pengusaha, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?

op_id=302&id=10&tab=2, Kompas, December 19, 2004

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Analisis Ekonometri),

http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan-ekonomi-dan-pengentasan-

kemiskinan-di-indonesia-_analisis-ekonometri_.pdf, Oktober 2009.

Modul Kemiskinan, http://tobasamosirkab.bps.go.id/download/artikel/modul

%20kemiskinan.ppt, Badan Pusat Statistik (BPS)

Balai Pusat Statistik (BPS), www.bps.go.id

www.wikipedia.org

www.voxiva.com

www.casasbahia.com.br

www.cemex.com

http://eandco.net /

Page | 19