b a b ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1 definisi wilayah...

18
II-1 B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisir Wilayah pesisir sampai saat ini belum memiliki definisi yang baku. Pembatasan wilayah pesisir secara pasti bergantung pada kondisi fisik, morfologi, ekosistem dan oseanografi wilayah pesisir setempat. Sehingga, batas wilayah pesisir setiap negara dapat berbeda-beda. Meskipun begitu, ada baiknya jika kita menyimak definisi-definisi dari wilayah pesisir yang sudah ada sebagai gambaran umum untuk mendefinisikan wilayah pesisir. Definisi-definisi tersebut dapat dilihat pada Tabel II-1. Tabel II-1 Definisi Wilayah Pesisir Sumber Definisi Wilayah Pesisir Glosari istilah perencanaan dan pengelolaan sumber daya laut dan pesisir, MREP, 1997 [SULASDI, 2007] Suatu kawasan geografi luas dimana bercampur faktor- faktor terestrial dan lautan yang menghasilkan sistem- sistem bentuk daratan dan ekologi yang unik Kesepakatan Internasional [Beatley, 1994 dalam SULASDI, 2007] Wilayah peralihan antara lautan dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua Soegiharto (1976) [SULASDI, 2007] Pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi, dan aliran air tawar, juga yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggundulan hutan dan pencemaran

Upload: doanthuy

Post on 31-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-1

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wilayah Pesisir

2.1.1 Definisi Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir sampai saat ini belum memiliki definisi yang baku.

Pembatasan wilayah pesisir secara pasti bergantung pada kondisi fisik,

morfologi, ekosistem dan oseanografi wilayah pesisir setempat.

Sehingga, batas wilayah pesisir setiap negara dapat berbeda-beda.

Meskipun begitu, ada baiknya jika kita menyimak definisi-definisi dari

wilayah pesisir yang sudah ada sebagai gambaran umum untuk

mendefinisikan wilayah pesisir. Definisi-definisi tersebut dapat dilihat

pada Tabel II-1.

Tabel II-1 Definisi Wilayah Pesisir

Sumber Definisi Wilayah Pesisir

Glosari istilah perencanaan dan

pengelolaan sumber daya laut

dan pesisir, MREP, 1997

[SULASDI, 2007]

Suatu kawasan geografi luas dimana bercampur faktor-

faktor terestrial dan lautan yang menghasilkan sistem-

sistem bentuk daratan dan ekologi yang unik

Kesepakatan Internasional

[Beatley, 1994 dalam

SULASDI, 2007]

Wilayah peralihan antara lautan dan daratan, ke arah darat

mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air

laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah

paparan benua

Soegiharto (1976)

[SULASDI, 2007]

Pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah

pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun

terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti

pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.

Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian

laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang

terjadi di darat seperti sedimentasi, dan aliran air tawar,

juga yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti

penggundulan hutan dan pencemaran

Page 2: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-2

2.1.2 Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir

Lingkungan (hidup) didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi, kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya [UU 23/97, Pasal 1

Ayat 1, dalam Sumardjito, 2007]. Lingkungan dapat diartikan sebagai

suatu ekosistem, yaitu suatu sistem yang terdiri atas komponen biotik

dan abiotik yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan

yang utuh [Dahuri dkk, 2004; Asdak, 2004]. Berdasarkan definisi

tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan meliputi ekosistem dan

sumber daya yang ada di suatu wilayah.

Berdasarkan pengertian di atas, maka lingkungan wilayah pesisir dapat

didefinisikan sebagai kesatuan segala sumber daya (abiotik) dan

makhluk hidup (biotik) yang terdapat di wilayah pesisir. Ekosistem

pesisir dapat dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem alamiah dan buatan.

Ekosistem alamiah wilayah pesisir antara lain adalah mangrove,

terumbu karang, estuari, padang lamun, dan pantai. Sedangkan

ekosistem buatan antara lain berupa tambak, kawasan permukiman, dan

kawasan industri [Dahuri dkk, 2004].

Kerusakan lingkungan wilayah pesisir adalah perubahan kondisi

lingkungan wilayah pesisir yang berpengaruh buruk terhadap

kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kerusakan, pada hakikatnya, adalah suatu perubahan, baik yang

disebabkan oleh faktor dari dalam maupun luar. Perubahan salinitas

perairan pesisir akibat aliran air tawar yang berlebih dari sungai

sehingga melewati ambang batas toleransi suatu ekosistem akan

mengancam keberlangsungan hidup ekosistem tersebut. Dengan kata

lain, telah terjadi kerusakan ekosistem / lingkungan.

Jenis-jenis permasalahan dan kerusakan lingkungan wilayah pesisir

antara lain:

Page 3: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-3

1. Sedimentasi

Sedimentasi adalah pengendapan sedimen, baik dari sungai maupun

dari laut lepas, dan merupakan suatu proses alamiah yang pasti terjadi di

wilayah pesisir. Proses sedimentasi berfungsi konstruktif terhadap

wilayah pesisir, yakni membentuk daratan pantai dan dibutuhkan oleh

ekosistem pesisir sebagai sumber hara. Namun, apabila kadarnya

berlebihan, sedimentasi berdampak bencana dan kerusakan bagi

wilayah pesisir, seperti pendangkalan perairan pesisir.

Sedimen yang masuk ke wilayah pesisir berpotensi untuk

mendangkalkan perairan pesisir, membentuk delta dan tanah-tanah

timbul. Terbentuknya delta dan tanah timbul dipengaruhi oleh 3 faktor

[De Blij dan Muller, 1996] yaitu :

1. kuantitas dan jenis material sedimen yang dibawa aliran sungai

2. konfigurasi dasar laut yang dekat dengan mulut sungai

3. kekuatan arus dan gelombang laut

2. Banjir

Banjir di wilayah pesisir dapat disebabkan oleh pendangkalan sungai,

pasang-surut laut, atau kombinasi kedua-duanya. Bila curah hujan

tinggi, sungai yang dangkal tidak mampu menampung air hujan,

sehingga terjadilah banjir. Kenaikan muka air laut akibat pemanasan

global juga berkontribusi dalam menyebabkan banjir di wilayah pesisir.

3. Pencemaran perairan pesisir

Pencemaran perairan pantai berakibat buruk bagi wilayah pesisir jika air

laut tidak mampu lagi untuk membersihkan dirinya dari bahan-bahan

pencemar yang masuk ke perairan pantai. Bahan-bahan pencemar air

laut dapat berasal dari darat dan laut. Bahan pencemar dari darat seperti

limbah rumah tangga, industri, dan pertanian. Bahan pencemar dari laut

seperti tumpahan minyak dari kapal-kapal. Pencemaran perairan pesisir

dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem dan biota-biota perairan

pesisir.

Page 4: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-4

4. Degradasi Fisik Habitat Pesisir

Wilayah pesisir memiliki keanekaragaman ekosistem dan biota

(biodiversity) yang tinggi. Kerusakan ekosistem wilayah pesisir dapat

terjadi karena pencemaran perairan pesisir, konversi lahan, dan

eksploitasi yang berlebihan oleh manusia, seperti penambangan

terumbu karang, dan penebangan hutan mangrove. Berikut ini adalah

beberapa contoh kerusakan ekosistem wilayah pesisir :

a. Kerusakan hutan mangrove

Kerusakan hutan mangrove mengakibatkan penurunan kualitas

sumber daya ekosistem mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan

penurunan luas hutan mangrove di Indonesia. Penurunan luas hutan

mangrove disebabkan oleh pemanfaatan yang berlebihan,

pencemaran limbah, sedimentasi, dan perubahan pasokan air tawar

[Dahuri dkk, 2004].

b. Kerusakan ekosistem terumbu karang

Ekosistem terumbu karang, seperti halnya mangrove, juga berfungsi

sebagai habitat biota-biota laut dan penahan terjangan ombak dan

gelombang laut. Stabilitas ekosistem terumbu karang dipengaruhi

oleh intensitas cahaya (kecerahan), temperatur perairan, dan

salinitas. Adanya pencemaran perairan, sedimentasi, dan kelebihan

air tawar akibat banjir menjadi penyebab kerusakan ekosistem

terumbu karang.

c. Kerusakan ekosistem padang lamun

Ekosistem padang lamun juga berperan sebagai habitat berbagai

jenis biota laut. Lamun sangat membutuhkan intensitas cahaya yang

tinggi untuk kelangsungan hidupnya, jadi kondisi air yang keruh

dapat merusak ekosistem padang lamun. Salinitas, temperatur, dan

kualitas air laut juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kelestarian ekosistem ini.

d. Kerusakan ekosistem rumput laut

Rumput laut merupakan makanan utama bagi beragam spesies

Page 5: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-5

organisme laut, seperti bulu babi [Dahuri dkk, 2004]. Selain itu,

rumput laut bermanfaat sebagai bahan baku industri kosmetika,

obat-obatan, dan makanan. Seperti halnya padang lamun, aktivitas

kehidupan rumput laut akan terganggu jika perairannya keruh akibat

kandungan sedimen yang berlebihan.

e. Kerusakan ekosistem estuari

Estuari merupakan ekosistem tempat air laut dan air tawar bertemu

dan bercampur. Dengan demikian, kondisi lingkungan estuari,

khususnya salinitas, sangat fluktuatif, sehingga hanya beberapa

spesies organisme saja yang mampu bertahan terhadap perubahan

tersebut. Inilah penyebab miskinnya flora dan fauna yang hidup di

ekosistem ini [Dahuri, dkk, 2004]. Dengan kata lain, estuari

merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan dan mudah rusak.

Gambar II-1 Ekosistem dan biota pesisir : (a) padang lamun, (b) mangrove, (c) rumput laut, (d) terumbu karang, (e) populasi ikan

5. Abrasi

Abrasi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula

akibat pengikisan oleh kekuatan arus dan gelombang laut. Kerusakan

Page 6: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-6

ekosistem yang berperan sebagai penahan abrasi, seperti mangrove dan

terumbu karang, menyebabkan potensi kerusakan akibat abrasi semakin

besar. Dampak buruk abrasi dapat mengancam keberlangsungan

ekosistem buatan, seperti permukiman, industri, dan budidaya, terlebih

yang berada di dekat atau di pinggir pantai.

6. Intrusi air asin

Intrusi air asin dari laut adalah masuknya air laut ke darat. Air asin

dapat masuk melalui saluran sungai atau merembes melalui tanah.

Intrusi air laut melalui sungai disebabkan debit air sungai yang kecil,

sedangkan intrusi melalui tanah disebabkan tipisnya cadangan air tanah

kawasan pesisir dan hilir akibat pemakaian yang berlebihan. Akibatnya,

manusia akan kesulitan dalam mendapatkan sumber air bersih untuk

kehidupan sehari-hari mereka.

Gambar II-2 Proses intrusi air laut ke sumur-sumur penduduk

7. Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah pengkayaan perairan dengan nutrien, khususnya

nitrogen dan fosfat, yang menyebabkan meningginya populasi alga dan

tanaman pada perairan tersebut (blooming alga). Peningkatan jumlah

tersebut menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sehingga

kandungan oksigen pada kolom air, khususnya dasar perairan,

berkurang. Kandungan oksigen yang sedikit menyebabkan terjadinya

aktivitas anaerob yang menghasilkan racun berupa metana dan sulfat.

Akibatnya, ikan-ikan dan organisme komunitas dasar perairan, seperti

terumbu karang, mengalami kematian. Selain itu, berkembangnya jenis

alga beracun, seperti dinoflagellata, menyebabkan terjadinya fenomena

Page 7: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-7

red tides, yang dapat mematikan ikan-ikan.

Gambar II-3 Proses terjadinya eutrofikasi

2.1.3 Pengembangan Aspek Ekonomi dan Sosial Masyarakat Pesisir

Pengembangan aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir merupakan

komponen dari pembangunan wilayah pesisir dan laut. Perbaikan

kualitas hidup masyarakat pesisir merupakan tantangan utamanya.

Kualitas hidup yang lebih baik mensyaratkan adanya pendapatan yang

tinggi, pendidikan yang baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi,

perbaikan lingkungan hidup, dan pemberantasan kemiskinan [Bank

Dunia, 1991 dalam Todaro, 1999].

a. Pengembangan aspek ekonomi masyarakat pesisir

Ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu / studi tentang individu-

individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa

menggunakan uang, untuk menghasilkan (produksi) berbagai jenis

barang dan jasa dan menyalurkannnya (distribusi) kepada berbagai

individu dan golongan masyarakat (konsumen). Proses produksi

untuk menghasilkan berbagai produk, baik berupa barang maupun

jasa, dilakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber daya

yang ada [Suryonandono, 2006].

Page 8: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-8

Tabel II-2 Sektor perekonomian wilayah menurut BPS [BPS, 2004]

Sektor Isian

Primer • Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan

• Pertambangan dan penggalian

Sekunder • Industri Pengolahan

• Listrik dan air bersih

• Konstruksi

Tersier • Perdagangan, hotel dan restoran

• Pengangkutan dan komunikasi

• Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan

• Jasa-jasa

Tujuan pengembangan ekonomi masyarakat adalah [Todaro, 1999] :

1. kenaikan pendapatan per kapita

2. pengentasan kemiskinan

3. penambahan lapangan kerja

Usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi tantangan tersebut

bagi masyarakat pesisir adalah dengan melancarkan kegiatan-

kegiatan ekonomi wilayah pesisir, yakni memanfaatkan potensi

sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan wilayah pesisir,

mentransformasikannya menjadi barang dan jasa, yang akan

meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Kegiatan-kegiatan

ekonomi wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel II-3.

b. Pengembangan aspek sosial masyarakat pesisir

Pengembangan aspek sosial bertujuan untuk memperbaiki kualitas

hidup masyarakat dengan menjadikan setiap anggota masyarakat

dapat [Todaro, 1999; BPS, 2004]:

1. memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan.

2. peningkatan standar

kesehatan

3. kebebasan menjalankan agama

4. mengenyam pendidikan yang baik

5. memenuhi kebutuhan berupa rasa

aman

Page 9: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-9

Tabel II-3 Beberapa kegiatan ekonomi wilayah pesisir

Kegiatan Ekonomi Isian

Perikanan • Perikanan tangkap

• Budidaya perikanan pantai

Budidaya Pesisir dan

Pertanian

• Tambak udang ,

bandeng

• Tambak garam

• Budidaya rumput laut

• Budidaya kepiting, tiram,

kerang mutiara

• Irigasi dan drainase

• Sawah pasang surut

Kehutanan dan Perkebunan • Hutan mangrove

• Perkebunan kelapa

Industri Ringan dan Berat

• Pengolahan ikan dan udang

• Pengolahan minyak sawit

• Galangan kapal

Pertambangan • Penambangan pasir laut, karang

• Penambangan minyak dan gas bumi

Perhubungan • Pelabuhan

• Sarana transportasi darat

Perdagangan dan Keuangan • Pasar

• TPI

• Bank

• Koperasi

Pariwisata

• Renang dan selam

• Ecotourism

• Selancar

• Memancing

• Pelayaran

Sumber : Suryonandono, 2005

Permasalahan yang sering terjadi berkenaan dengan masyarakat

wilayah pesisir adalah rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat

wilayah pesisir. Tingkat kesejahteraan yang rendah tersebut

disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, yang merupakan

sebab sekaligus akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan

kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir

menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang potensi

sumber daya pesisir, baik cara pemanfaatannya maupun

konservasinya. Hal ini menyebabkan terbatasnya masyarakat pesisir

dalam bermata pencaharian dan tidak adanya inovasi untuk

meningkatkan pendapatannya melalui diversifikasi usaha kecil dan

Page 10: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-10

menengah dengan memanfaatkan potensi sumber daya pesisir

[Suryonandono, 2005; Fitria, 2007].

Kondisi kesehatan masyarakat pesisir umumnya juga

memprihatinkan. Menurut yang tercantum dalam Atlas Wilayah

Pesisir Jawa Barat Bagian Utara, terganggunya kesehatan

masyarakat mempengaruhi kinerja dan produktivitas mereka dalam

mencari penghasilan dan mendorong adanya pengeluaran uang yang

lebih banyak, seperti untuk biaya pengobatan.. Kemiskinan

masyarakat pesisir yang membatasi akses mereka kepada sarana

kesehatan makin memperburuk keadaan. Masyarakat pesisir pada

umumnya kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan

kebersihan penggunaan sumber air, sehingga sering terkena

penyakit pencernaan dan pernafasan, seperti infeksi saluran

pernafasan atas (ISPA), muntaber, dan demam berdarah.

Pengembangan aspek sosial dan ekonomi dalam rangka pemberdayaan

masyarakat wilayah pesisir memiliki 5 komponen utama. Kelima

komponen itu adalah :

1. ekonomi, sosial, budaya, hukum

2. kewilayahan

3. ekosistem

4. daerah aliran sungai

5. oseanografi pantai dan estuari

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai termasuk ke dalam komponen

pembangunan wilayah pesisir disebabkan fungsi sungai sebagai

penghubung antara darat dan laut. Segala material hasil aktivitas darat

yang masuk ke dalam perairan sungai akan dibawa ke perairan pesisir

dan mempengaruhi kondisi lingkungan pesisir, baik yang bersifat

konstruktif maupun destruktif. Menurut UNEP, sekitar 80% bahan

pencemar yang ditemukan di laut berasal dari kegiatan manusia di

daratan [Dahuri, 2004]. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa, melalui

aliran sungai, ekosistem pesisir mendapat material-material yang

Page 11: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-11

dibutuhkannya, seperti sedimen dan unsur hara. Oleh karena itu,

pengkajian tentang DAS dan pengelolaannya sangat dibutuhkan demi

terlaksananya pembangunan wilayah pesisir, khususnya pada aspek

ekonomi dan sosial

Gambar II-4 Pengaruh DAS dalam menyebabkan kerusakan lingkungan wilayah pesisir

2.2 Daerah Aliran Sungai

2.2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat berupa

pemisah topografis (berupa punggung-punggung bukit dan lembah) dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

aktivitas daratan. [UU no. 7/2004 tentang Sumber Daya Air; SULASDI,

2007].

Page 12: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-12

Gambar II-5 Ilustrasi batas DAS

Sungai tidak bisa dipisahkan dari daur hidrologi, karena sungai

merupakan alat utama dalam proses tersebut. Daur hidrologi sendiri

adalah suatu siklus yang menentukan keberadaan air di bumi. Air

merupakan unsur utama yang berperan dalam kehidupan manusia,

hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan. Sehingga, kajian tentang

daur hidrologi sangat penting jika dikaitkan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya air untuk keberlangsungan hidup makhluk

hidup. Ilustrasi tentang daur hidrologi dilukiskan pada Gambar II-6.

Daur hidrologi merupakan suatu siklus yang kompleks, yang terdiri atas

beberapa proses. Genangan air di lautan dan di daratan (danau, waduk,

rawa) menguap karena adanya radiasi matahari. Proses tersebut

dinamakan Evaporasi. Penguapan air tidak hanya terjadi pada daerah-

daerah genangan air, melainkan juga air yang dikandung oleh tumbuh-

tumbuhan. Proses penguapan kandungan air yang ada pada tumbuh-

tumbuhan disebut Transpirasi. Uap air di atmosfer hasil proses

transpirasi dan evaporasi tersebut akan mengalami pergerakan dan

mengalir akibat adanya perbedaan tekanan udara. Kemudian, karena

proses pendinginan, uap air tersebut akan mengalami perubahan ke fase

cair dan terjadilah hujan (Presipitasi) di darat atau di laut. Air hujan

yang jatuh di daratan akan mengalami 2 hal : sebagian akan meresap ke

dalam tanah melalui proses Infiltrasi, dan selebihnya akan mengalir di

permukaan tanah berupa air larian (runoff) dan mengalir menuju sungai.

Page 13: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-13

Aliran permukaan ini akan mengalirkan air ke danau-danau atau

kembali ke laut (Soewarno,1991).

Gambar II-6 Daur Hidrologi (www.euwfd.com)

2.2.2 Unsur-unsur Daerah Aliran Sungai

Di dalam DAS terdapat interaksi antara komponen biotik dan abiotik,

sehingga DAS merupakan suatu ekosistem. Sebagai suatu sistem, DAS

melakukan suatu proses terhadap masukan (input) dan menghasilkan

suatu keluaran (output). Dengan demikian, proses yang sedang dan

telah terjadi di dalam sistem DAS dapat dievaluasi dengan melihat

output dari proses tersebut. Komponen-komponen dalam ekosistem

DAS dapat dilihat pada Gambar II-7.

Page 14: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-14

Curah Hujan sebagai unsur masukan bagi Daerah Aliran Sungai

Topografi Penggunaan Lahan

Kondisi Tanah

Jaringan Sungai

Vegetasi Penutup Tanah

Debit Air Sungai Hasil Sedimen Kandungan Zat Pencemar

Gambar II-7 Unsur-unsur DAS [Asdak, 2004]

Air hujan yang jatuh pada DAS akan mengalami interaksi dengan

komponen-komponen ekosistem DAS dan akan menghasilkan keluaran,

berupa debit air dan material-material yang terbawa olehnya, seperti

sedimen. Besarnya jumlah keluaran sedimen dari DAS adalah

bergantung kepada besarnya erosi yang terjadi dalam DAS. Erosi sangat

dipengaruhi oleh curah hujan dan komponen-komponen DAS, yaitu

vegetasi, tanah, dan aktivitas manusia. Begitu juga dengan besarnya

debit air yang dihasilkan.

DAS disusun atas unsur-unsur fisis dan biologis yang saling

berinteraksi satu sama lain. Secara rinci, unsur-unsur DAS akan

diuraikan sebagaimana uraian berikut ini.

Curah Hujan

Komponen yang menjadi masukan untuk ekosistem DAS adalah curah

hujan. Istilah yang lebih umum dari curah hujan adalah Presipitasi.

Presipitasi didefinisikan sebagai suatu peristiwa klimatik yang bersifat

alamiah, yaitu perubahan bentuk dari uap air di atmosfer menjadi

butiran-butiran air berupa curah hujan dan atau salju, sebagai akibat dari

Page 15: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-15

proses kondensasi. Presipitasi disebut sebagai peristiwa klimatik

alamiah, karena bentuk presipitasi yang terjadi di suatu wilayah

dipengaruhi oleh iklim di wilayah tersebut. Bentuk yang dihasilkan dari

proses kondensasi ada dua jenis, yakni berupa butiran-butiran air hujan

dan salju. Pada daerah beriklim tropis, presipitasi terjadi dalam bentuk

curah hujan, sedangkan pada daerah yang beriklim sedang (sub-tropik),

presipitasi terjadi dalam bentuk curah hujan dan salju [Asdak, 2004].

Besaran yang menyatakan curah hujan adalah intensitas hujan, dengan

satuan mm per satuan waktu. Klasifikasi intensitas hujan dapat dilihat

pada Tabel II-4 berikut ini.

Tabel II-4 Klasifikasi intensitas hujan harian menurut Departemen Kehutanan

Intensitas Hujan (mm / hari) Klasifikasi 0 – 13.6 Sangat Rendah

13.6 – 20.7 Rendah

20.7 – 27.7 Sedang

27.7 – 34.8 Tinggi

> 34.8 Sangat Tinggi

Jaringan Sungai

Sungai dan anak-anak sungai pada suatu DAS membentuk pola jaringan

sungai. Pembentukan pola-pola tersebut dipengaruhi oleh struktur

geologi. [Lay, 1992]. Pola dan bentuk aliran sungai memperngaruhi

potensi erosi, khususnya erosi tebing-tebing sungai. Besaran lain yang

menggambarkan DAS yang penting dalam pengelolaan DAS adalah

kerapatan sungai yang merupakan perbandingan panjang sungai dengan

luas daerah alirannya. Kerapatan sungai merupakan salah satu

parameter dalam perkiraan erosi dan hasil sedimen dalam DAS.

Kerapatan sungai, secara matematis, dinyatakan sebagai berikut :

DAS LuasSungai Panjang Sungai Kerapatan =

Page 16: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-16

Tabel II-5 menyajikan klasifikasi jumlah percabangan sungai untuk

mengetahui nilai indeks potensi erosi pada suatu DAS. Nilai tersebut

berguna untuk mengetahui tingkat kekritisan suatu DAS.

Tabel II-5 Klasifikasi jumlah percabangan sungai [CRC/URI CRMP, 2002]

Jumlah Percabangan Sungai Klasifikasi 0 – 2 Ringan

3 – 4 Sedang

5 – 9 Kuat

> 10 Sangat Kuat

Topografi

Pada pengelolaan DAS, faktor topografi merupakan salah satu

parameter yang harus diperhatikan. Topografi DAS mempengaruhi

unsur-unsur lain yang terkait dengan DAS. Kemiringan dan panjang

lereng adalah 2 diantara banyak faktor yang menggambarkan

karakteristik topografi suatu DAS, dan karakteristik topografi ini

menentukan besarnya kecepatan dan volume aliran air ( air larian ) yang

mempengaruhi potensi erosi [Asdak, 2004]. Klasifikasi kemiringan

lereng DAS dapat dilihat pada Tabel II-6.

Tabel II-6 Klasifikasi kemiringan lereng Departemen Kehutanan

Kemiringan ( % ) Klasifikasi

0 – 8 Datar

8 – 15 Landai

15 – 25 Agak curam

25 -45 Curam

> 45 Sangat curam

Kondisi Tanah

Parameter penting yang terkait dengan karakteristik tanah dalam rangka

pengelolaan Daerah Aliran Sungai adalah mudah atau tidaknya tanah

Page 17: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-17

tersebut tererosi (erodibilitas tanah). Erodibilitas tanah ditentukan oleh

sifat-sifat tanah yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama

lain, seperti tekstur, struktur, dan permeabilitas tanah.[Asdak, 2004].

Klasifikasi jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi disajikan di

dalam Tabel II-7. Tanah yang peka erosi berarti mudah untuk terkikis

(tererosi).

Tabel II-7 Contoh kelas-kelas tanah hasil klasifikasi Departemen Kehutanan RI berdasarkan kepekaannya terhadap erosi

Jenis Tanah Klasifikasi

- Aluvial

- Glei

- Hidromorf Kelabu

- Planosol

- Laterik

- Hidromorf

Tidak Peka

Latosol Kurang Peka

- Brown Forest

- Non calcic Brown

- Mediteran

Agak Peka

- Andosol

- Podsol

- Podsolic

- Grumusol

- Laterit Peka

- Litosol

- Organosol

- Regosol

Sangat Peka

Vegetasi Penutup Tanah

Karakteristik dan struktur vegetasi penutup tanah memberikan pengaruh

terhadap proses erosi tanah sepanjang DAS. Vegetasi memberikan

pengaruh dalam mencegah erosi dengan cara [Asdak, 2004] :

1. melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan

2. menurunkan volume dan kecepatan air larian

3. menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistem

perakarannya

Page 18: B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisirdigilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-fuadadrian-31041-3... · Berdasarkan pengertian di atas, ... Bahan pencemar

II-18

4. mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air

Vegetasi yang memiliki karakteristik tajuk (percabangan) yang berlapis

dapat membantu menurunkan besarnya erosi yang akan dialami tanah

akibat energi kinetik dan diameter air hujan. Struktur penanaman

vegetasi dengan merapatkan tumbuhan bawah juga dapat menurunkan

besarnya erosi tanah akibat air hujan.

Gambar II-8 Kondisi vegetasi penutup tanah : tumbuhan bawah yang rapat (atas) , dan sedikit tumbuhan bawah (bawah). Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya erosi.

[Asdak, 2004]

Penggunaan Ruang dan Lahan DAS

Daerah Aliran Sungai mencakup sungai beserta anak-anak sungai dan

wilayah daratan di sekitarnya, yang memiliki hubungan fungsional

antara keduanya, yakni menampung air hujan kemudian

mengalirkannya ke sungai atau anak-anak sungai. Dalam wilayah

daratan sepanjang DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan,

baik alamiah maupun buatan manusia, antara lain :

1. Hutan

2. Pertanian

3. Permukiman

4. Perindustrian

5. Utilitas, seperti transportasi dan

pemanfaatan sumber daya air sungai