asap rokok sebagai bahan pencemar dalam ruangan

19
tinjauan Pustaka 1 7 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012 asap Rokok sebagai Bahan pencemar dalam Ruangan aila Haris, Mukhtar ikhsan, Rita Rogayah Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta pEnDaHulu an Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, menduduki per- ingkat ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. 1 Konsumsi rokok tersebut meningkat sejak tahun 1970. Prevalensi perokok berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% pada tahun 1995 menjadi 31,5% pada tahun 2001; hal ini dikaitkan dengan peningkatan preva- lensi perokok pada laki- laki dari 53,4 % menjadi 62,2% selama kurun waktu terse- but sedangkan pada perempuan tidak ada perubahan berarti. 2 Data WHO menye- butkan 59% laki- laki dan 3,7% perempuan Indonesia adalah perokok. 1 Secara keselu- ruhan pada tahun 2001, penduduk Indone- sia yang merokok sekitar 31,5%, berarti ter- dapat sekitar 60 juta perokok di Indonesia. 2 Asap rokok merupakan bahan penyebab terbanyak pencemaran udara terutama di dalam ruangan. 3,4 Kualitas udara dalam ruangan merupa- kan masalah yang perlu mendapat perha- tian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 1997, penyebab masalah kualitas udara dalam ruangan pada umumnya oleh beberapa hal yaitu kurangnya ventilasi udara (52%), sumber pencemaran di dalam ruangan (16%), sumber pencemaran di luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material ba- ngunan (4%) dan lain-lain (13%). 5 Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas asap rokok sebagai bahan pencemar udara di dalam ruangan dan pengaruh yang dapat ditimbulkannya. pEnCEMaRan uDaRa Pencemaran udara adalah bertambah- nya bahan atau substrat atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang

Upload: miftahul-masruri

Post on 12-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hghh

TRANSCRIPT

Page 1: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

tinjauan Pustaka

17CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

asap Rokok sebagaiBahan pencemar dalam Ruangan

aila Haris, Mukhtar ikhsan, Rita RogayahDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan,

Jakarta

pEnDaHuluan

Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi215 milyar batang rokok, menduduki per- ingkat ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia.1

Konsumsi rokok tersebut meningkat sejak tahun1970. Prevalensi perokok berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% pada tahun1995 menjadi 31,5% pada tahun 2001; hal ini dikaitkan dengan peningkatan preva- lensi perokok pada laki-laki dari 53,4 % menjadi 62,2% selama kurun waktu terse- but sedangkan pada perempuan tidak ada perubahan berarti.2 Data WHO menye- butkan 59% laki-laki dan 3,7% perempuan Indonesia adalah perokok.1 Secara keselu- ruhan pada tahun 2001, penduduk Indone- sia yang merokok sekitar 31,5%, berarti ter- dapat sekitar 60 juta perokok di Indonesia.2

Asap rokok merupakan bahan penyebab terbanyak pencemaran udara terutama di dalam ruangan.3,4

Kualitas udara dalam ruangan merupa- kan masalah yang perlu mendapat perha- tian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 1997, penyebab masalah kualitas udara dalam ruangan pada umumnya oleh beberapa hal yaitu kurangnya ventilasi udara (52%), sumber pencemaran di dalam ruangan (16%), sumber pencemaran di luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material ba- ngunan (4%) dan lain-lain (13%).5 Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas asap rokok sebagai bahan pencemar udara di dalam ruangan dan pengaruh yang dapat ditimbulkannya.

pEnCEMaRan uDaRaPencemaran udara adalah bertambah- nya bahan atau substrat atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang

mencapai jumlah tertentu sehingga dapat dideteksi oleh manusia serta dapat mem- berikan efek pada manusia dan lingkung- an.4 Departemen Kesehatan mendefinisi- kan pencemaran udara yaitu masuk atau dimasukkannya zat, energi dan atau kom- ponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.5 Kumar mendefinisikan pencemaran udara adalah terdapatnya bahan polutan di atmosfer da- lam konsentrasi tertentu yang akan meng- ganggu keseimbangan dinamik atmosfir dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.6

Bahan pencemar udara atau polutan da- pat dibagi menjadi dua bagian yaitu polu- tan primer dan sekunder. Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa gas maupun partikel. Polutan yang termasuk dalam bentuk gas adalah senyawa karbon (C), sulfur (S), nitrogen (N), halogen se- dangkan polutan dalam bentuk partikel berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Berdasarkan ukuran partikel dibedakan menjadi partikel debu kasar bila ukurannya> 10 µ, partikel debu, uap dan asap jika di-ameternya 1-10 µ serta aerosol jika ukuran- nya < 1 µ.4

Polutan sekunder terjadi karena reaksi dua atau lebih bahan kimia di udara mi- salnya reaksi foto kimia yaitu disosiasi ni- trogen dioksida (NO2) yang menghasil- kan nitrogen oksida (NO) dan oksida (O) radikal. Proses kecepatan dan arah reaksi dipengaruhi oleh faktor konsen- trasi relatif dari bahan reaktan, derajat fotoaktivasi, kondisi iklim, tofografi dan embun. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisis dan kimia yang tidak stabil. Ter- masuk dalam polutan sekunder adalah ozon (O3), peroksilaksil nitrat (PAN), dan formaldehid. 4

pencemaran udara di dalam ruangan Pencemaran udara dalam ruangan dapat sangat berbahaya karena sumbernya ber- dekatan dengan manusia secara langsung. Di negara berkembang masalah pence- maran udara dalam ruangan yang penting adalah pencemaran dalam rumah karena memasak atau membakar kayu untuk pe- manasan tanpa cerobong asap yang me- madai. Polutan lain yang berdampak buruk pada kesehatan adalah O3, radiasi pengion dan asap rokok. WHO memperkirakan se- tiap tahun terdapat sekitar tiga juta kasus akibat pencemaran udara dalam ruang- an dan 0,2 juta akibat pencemaran di luar ruangan.7 Berdasarkan penelitian American College of Allergies sekitar 50% penyakit disebabkan oleh pencemaran udara da- lam ruangan. United States Enviromental Protection Agency (US EPA) menyatakan bahwa udara dalam ruangan dua sampai sepuluh kali lebih berbahaya dibandingkan udara luar ruangan. Scientific America me- laporkan bahwa bayi yang sedang merang- kak di atas lantai menghirup debu karpet, jamur, lumut, tungau dan lain-lain setara dengan menghisap empat batang rokok sehari. Lebih dari 90% orang menghabis- kan waktunya dalam ruangan sehingga pencemaran udara dalam ruangan mem- berikan dampak kesehatan yang lebih ber- bahaya dibandingkan pencemaran udara luar ruangan.8,9

Peningkatan kadar bahan polutan di da- lam ruangan selain berasal dari penetrasi polutan luar ruangan dapat juga dari sumber polutan dalam ruangan seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur atau pemakaian obat anti nyamuk. Sum- ber lain bahan polutan di dalam ruangan adalah perlengkapan pekerjaan seperti pakaian, sepatu atau perlengkapan lain- nya yang dibawa masuk ke dalam rumah dari tempat kerja. Perbedaan

Page 2: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

tinjauan Pustaka

18 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

bahan polu- tan di dalam dan luar ruangan tergantung faktor gaya hidup individu, sosial ekono-

Page 3: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

mi, struktur gedung, kondisi bahan polu- tan di dalam dan luar ruangan, ventilasi dan sistem pendingin ruangan, geografi dan meteorologi serta lokasi sumber po- lutan di luar ruangan.4

Sumber polutan udara dalam ruangan dapat dilihat pada gambar 1.

Kualitas udara dalam ruang yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas pencemaran, bebas iritasi, ketidaknyaman- an atau terganggunya kesehatan penghuni. Menurut Environmental Protection Agency (1991) terdapat empat elemen yang mem- pengaruhi kualitas udara dalam ruangan yaitu :10

- Sumber pencemaran- Heating ventilation and air conditioning

system (HVAC)- Media yaitu berupa udara- Pekerja atau penghuni yang berada

dalam ruangan tersebut apakah mempunyai riwayat penyakit perna- pasan atau alergi.

bahan kimia yg dilepaskan dari bahan bangunan dan perabotan

gas pembakaran dari perapian dan kompor kayu

bulu dan kulit hewan

gas kimia dari cat dan pelarut

62-2001 mengenai ventilasi untuk kuali- tas udara yang memadai (ventilation for acceptable indoor air quality). Pengertian kualitas udara yang memadai menurut pedoman tersebut adalah udara yang tidak ada kontaminan pada konsentrasi membahayakan dan sudah ditetapkan oleh para ahli yaitu bila sebanyak 80% atau lebih para penghuni suatu gedung tidak merasakan ketidakpuasan atau keti- daknyamanan.11

Menurut NIOSH, terdapat lima sumber pencemar di dalam ruangan:11

a. Pencemaran dari dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.

b. Pencemaran dari luar gedung yang da- pat masuk ke dalam ruangan seperti gas buangan kendaraan bermotor, gas cerobong asap atau dapur yang terle- tak dekat gedung umumnya disebab- kan karena penempatan lokasi lubang

polusi udara luar

jamur dan bakteri

bahan kimia dari produkpembersih

CO dari garasi

asap rokok

d. Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya yang ditemukan di sa- luran udara serta alat pendingin beserta seluruh sistemnya.

e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

asap rokok sebagai bahan pencemar udara dalam ruanganKebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehi- dupan sehari-hari. Masyarakat yang mero- kok pertama kali adalah suku bangsa Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16 ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian para penjelajah Eropa itu meniru dengan mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.12

klasifikasi rokokDi Indonesia rokok dibedakan berdasar- kan bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok.Berdasarkan bahan pembungkus maka rokok dibedakan menjadi : 12

- Klobot : rokok yang bahan pembungkus berupa daun jagung.

- Kawung : rokok yang bahan pembung- kus berupa daun aren.

- Sigaret : rokok yang bahan pembungkus berupa kertas.

- Cerutu : rokok yang bahan pembungkus berupa daun tembakau.

Sedangkan berdasarkan bahan baku atau isi, rokok dibedakan menjadi : 12

gas termasuk radon dari tanah

Gambar 1. Sumber Pencemaran udara dalam ruangan10

- Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok kretek : rokok yang bahan bakuDefinisi dan pedoman mengenai kualitas udara yang memadai dan umum diguna- kan adalah berdasarkan pedoman Ameri- can Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning

Enginering (ASHRAE) udara yang tidak tepat.c. Pencemaran akibat bahan bangunan, se- perti

formaldehid, lem, asbes, fiberglass, dan bahan lain yang merupakan kom- ponen pembentuk gedung tersebut.

Page 4: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk menda- patkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

Page 5: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

cengkeh dan kemenyan yang diberi saus

Asetaldehid Asam Sianida pembakaran menjadi kurang lengkap dan

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Pembagian rokok berdasarkan proses pem- buatannya: 12

- Sigaret kretek tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggu- nakan tangan dan atau alat bantu seder- hana.

- Sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya meng- gunakan mesin. Sederhananya, mate-

Akrolein

Aseton

Dimetilnitrosamin Naftalen Nikotin

Naftilamin

Metanol

Piren

Kadmium

Karbon monoksida

Benzopiren

Vinil klorida

Merkuri

Toluidin

Amoniak (deterjen) UretanFenol Butana DibenzakridinToluen (Kimia industri) Arsenik (Recun berat) Polonium 210

StrirenDDT (insektisida)GoudronPlomb

mengeluarkan lebih banyak bahan kimia.15

Dalam hal perokok pasif, International Non Governmental Coalition Against Tobacco (INGCAT) telah menyampaikan reko- mendasi yang didukung oleh lebih dari 60 negara di seluruh dunia yang dimuat dalam IUALTD News Bulletin on Tobacco and Health 1997. Rekomendasi ini berbunyi”paparan terhadap asap rokok lingkungan yang sering kali disebut perokok pasif da- pat menyebabkan kanker paru dan kerusak- an kardiovaskuler pada orang dewasa yang

rial rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasil- kan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.

Berdasarkan penggunaan filter pada rokok maka rokok dibedakan menja- di rokok filter (RF) dan rokok non filter (NRF). Rokok filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus sedangkan rokok non filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terda- pat gabus12

Bahan-bahan yang terkandung dalam asap rokokRokok mengandung lebih dari 4000 bahan zat organik berupa gas maupun partikel yang telah diidentifikasi dari daun tem- bakau maupun asap rokok. Bahan tersebut umumnya bersifat toksik, karsinogenik di samping beberapa bahan yang bersifat radioaktif dan adiktif. Komponen dalam rokok dapat dibedakan dalam dua bentuk

Gambar 2. Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok13

pajanan asap rokokBesar pajanan asap rokok bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap dan pola penghisapan rokok terse- but. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pajanan asap rokok adalah usia mulai mero- kok, lama merokok dan dalamnya hisapan. Jumlah rokok yang dihisap dapat dinyata- kan dalam packyears setara dengan berapa bungkus rokok yang dihisap dalam satu hari (1 bungkus = 20 batang) dikalikan lamanya merokok dalam tahun. Pola penghisapan rokok sangat bervariasi tergantung pada kebiasaan seseorang. Udara yang dihisap melalui rokok berkisar 25-50 ml tiap hisa- pan. Udara dapat dihisap melalui mulut atau hidung kemudian dikeluarkan kembali dengan cara serupa.3,14

perokok pasifAsap rokok yang dihisap ke dalam paru

tidak merokok dan dapat merusak kesehat- an paru dan pernapasan pada anak”.16

pengaruh asap rokok pada organ tubuh Asap rokok dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada hampir semua organ tubuh yaitu :17

a. Otak : stroke, perubahan kimia otakb. Mulut dan tenggorokan : kanker

bibir, mulut, tenggorokan dan laringc. Jantung : kelemahan arteri,

meningkat- kan serangan jantungd. Paru : penyakit paru obstruktif kronik,

kanker paru, asmae. Hati : kanker hatif. Abdomen : kanker lambung,

pankreas dan usus besarg. Ginjal dan kandung kemih : kankerh. Reproduksi : impotensi, kanker leher ra-

him, manduli. Kaki : gangren

Merokok menyebabkan kerusakan dan penyakit pada semua bagian tubuh

yaitu fase gas dan fase tar (fase partikulat). Fase gas adalah berbagai macam gas ber- bahaya yang dihasilkan oleh asap rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hi- drasin, vinil klorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia piridin, dan kar- bon monoksida. Fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan filter cartridge dengan uku- ran pori-pori 0,1 µm. Fase ini terdiri dari bensopirin, dibensakridin, dibensokarbasol, piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear,

naftalen, nitrosamin yang tidak mudah menguap, nikel, arsen, nikotin, al- kaloid tembakau, fenol dan kresol. Bahan

oleh perokok disebut asap rokok utama (mainstream smoke/MS) sedangkan asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar

disebut asap rokok samping (side- stream smoke/SS). Polusi udara yang dit- imbulkan disebut asap rokok lingkungan (ARL) atau environment tobacco smoke (ETS). Mereka yang menghisap ETS dise- but perokok pasif. Mereka yang tidak mero- kok tetapi terpaksa

Page 6: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

menghisap asap rokok dari lingkungannya mungkin akan mender- ita berbagai penyakit akibat rokok kendati mereka sendiri tidak merokok. Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan asap rokok utama antara lain karena tem-

Rambut rontok

Katarak

Kanker hidung

KariesGigi berlubang dan berwarna kuning dialami oleh hampir semua perokok

Kanker lidah, mulut,kelenjar ludah, tenggorokan,kerongkongan

Kanker payudara Banyak diderita oleh wanita yang suaminya adalah perokok

Jari-jari pucat

Kanker rahim

Kerusakan sperma Mutu dan jumlah sperma akan berkurang jika Anda terus merokok

Amputasi Kaki Karena penyumbatan pembuluh darah pada kaki

Penyakit pembuluh darahdan pembusukan jari-jari kaki Kulit keriput

Hilangnya pendengaran

Kanker Kulit

Osteoporosis(Pengeroposan tulang)

Penyakit jantung Perokok berisiko mengalami mati mendadak 4 kali lipat dibanding bukan perokok

Kanker Paru90% pasien kanker paruadalah perokok

Emphysema

Tukak lambung dan kanker lambung

Kanker usus besar dan kanker anus

Kanker ginjal, kandung kemih, penis, pankreas

Peradangan pada kulit yang sangat gatal

yang terkandung dalam asap rokok dapat dilihat pada gambar 2.13

bakau terbakar pada temperatur yang le- bih rendah ketika sedang dihisap membuat

Gambar 3. Penyakit yang ditimbulkan aki- bat merokok17

Page 7: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

pengaruh asap rokok pada saluran per- napasanMekanisme asap rokok menimbulkan pe- nyakit pada saluaran napas dapat dilihat pada gambar 4.18

a. Penyakit paru obstruktif kronikIritasi saluran napas oleh asap rokok dan bahan toksik lain akan menimbulkan reaksi inflamasi saluran napas sehingga terjadi deposit sel radang neutrofil mau- pun makrofag di tempat tersebut. Neu- trofil akan mengeluarkan elastase yang berlebihan mengakibatkan metaplasia sel epitel sekretori dan hipertrofi kelenjar mu- kus. Elastase netrofil menghambat muco- ciliary clearance. Di samping itu elastase

oksidan aldehid asam amonia dll

iritasi lokal epitel jln napas injuri/ kematian selinfluks netrofil

asap rokok

gangguanpembersihansiliar

retensi mukus dan toksin

infeksi

oksidanhidrokarbon aromatik nitrosamin dll

sinyal pertumbuhan naik kerusakan kromosom dan aduksi DNAekspresi onkogen

neutrofil akan merangsang produksi mu- kus berlebihan akibat hipertrofi kelenjar dan metaplasia sel sekretori.

b. Kanker paruTelah diketahui perokok merupakan faktor risiko kanker paru. Asap rokok mengan- dung bahan toksin dan iritan, mutagenik dan karsinogenik termasuk reactive organic radicals (RORs) yang memicu proliferasi sel, kerusakan kromosom, perubahan for- masi DNA dan aktivasi onkogen.

c. Interstitial lung disease (ILD)Merupakan sekelompok penyakit hete- rogen paru umumnya ditandai dengan sesak napas, batuk kering, diffuse inter- stitial infiltrate yang membatasi fungsi paru dan gangguan pertukaran gas. Interstitial lung disease dapat berupa sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik (IPF), pneumokoniosis dan penyakit yang ber- hubungan dengan jaringan ikat.

siMpulan

1. Pencemaran udara adalah bertambah- nya bahan pencemar ke dalam ling- kungan udara normal yang memberikan efek pada manusia dan lingkungan.

2. Pencemaran udara di dalam ruanganlebih berbahaya dibandingkan dengan di luar ruangan.

3. Asap rokok merupakan sumber utamapencemaran udara dalam ruangan.

4. Asap rokok terdiri dari asap rokok uta- ma dan samping.

5. Perokok pasif adalah mereka yang menghisap ETS yang berasal dari asap rokok samping.

6. Asap rokok menimbulkan kelainan pada hampir semua organ tubuh.

Page 8: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

inflamasi karsinogenesis

PPOK dan penyakit inflasi paru lain

kanker paru

Gambar 4. Mekanisme asap rokok menimbulkan penyakit pada saluran napas18

DaftaR pustaka

1. Mackay J, Eriksen M. The tobacco atlas 2002. Geneva: WHO;2002.p.30-3.2. Soerojo W. Mitos dan fakta tentang tembakau di Indonesia. Disampaikan pada Seminar Parlemen Menyikapi

Masalah Rokok, Gedung MPR/ DPR RI. Jakarta;2004.p.1-4.

3. Lumb AB. Smoking and air polluton. In: Lumb AB. Nunn’s Applied Respiratory Physiology, 5th ed. London: Butterworth-Heinemann; 2000.p.407-14.

4. Mukono HJ. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan pernapasan.Surabaya: Airlangga

University Press; 2003.p.1-3.5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1407/Menkes/SK/ XI/2002/ tentang pedoman pengendalian dampak pencemaran udara.

6. Kumar A. Enviromental chemistry. New Delhi: Wiley Eastern Limited:1987.p.26-9.7. World Health Organization. Health environment in sustainable development. Geneva: WHO;1997.p.3-6.8. Indoor air quality epidemic. [cited 2010

Aug. 30]. Available from: http: / / ww w .indoorpurifier s . com / iaqepid. htm

9. Koenig JQ, Mar TF, Allen RW, Jansen K, Lumley T, Sullivan JH, et al. Pulmonary effects indoor and outdoor

generated particle in children with asthma. Environ Health Perspect. 2005; 113:499-503.

10. EPA. A standardized EPA protocol for characterization indoor air quality in large office building; 2003.pp

15-9.11. ASHRAE. Handbook-fundamentals, Am.

Soc. of Heating, Refrigerating air-conditioning Engineers Inc., Atlanta. GA; 2001.p.24-6.

12. Jaya M. Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Rizma; 2009. p.15-8.13. Pignot J. Quantification and chemical markers of tobacco exposure. Eur J Resp Dis. 1987;70:1-7.14. American Thoracic Society. Cigarette smoking and health. Am J Respir Crit Care Med. 1996;153:861-5.15. Aditama TY. Perokok pasif. In: Andi A. Masalah merokok dan penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penerbit

Ikatan Dokter Indonesia; 2001.p.10-4.16. Mackay J. Tobacco control now in future. Proc. INGCAT International NGO Mobilisation Meeting.

Geneva; 1999. p.11-4.

17. Mackay J, Eriksen M. The Tobacco Atlas 2002. Geneva: WHO;2002.p.32-5.18. Behr J, Nowak D. Tobacco and smoke respiratory disease. Eur Respir Mon 2002;21:161-79.

Page 9: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

Sick Building SyndromeDian Yulianti, Mukhtar ikhsan, Wiwien Heru Wiyono

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia

pEnDaHuluan

Gedung-gedung tinggi dibangun dengan struktur lebih tertutup dan umumnya di- lengkapi sistim sirkulasi udara serta pen- dingin buatan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi ge- dung akan berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang digunakan untuk bernapas. Hal tersebut menyebab- kan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih.1

Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970. Ke- dokteran okupasi tahun 1980 memperke- nalkan konsep SBS sebagai masalah kese- hatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun 1984 mela- porkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya di- hubungkan dengan IAQ. Di seluruh dunia2,7 juta jiwa meninggal akibat polusi udara,2,2 juta di antaranya akibat indoor air pollu- tion atau polusi udara di dalam ruangan.1

Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Gejala yang dapat terjadi berupa iritasi kulit, mata dan naso- faring, sakit kepala, lethargy, fatique, mual, batuk, dan sesak. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung, hal tersebut da- pat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung.2,3

DEfinisi

Sick building syndrome adalah keadaan yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal memberikan dampak penya-

kit2 dan merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh pekerja dalam gedung perkan- toran berhubungan dengan lamanya be- rada di dalam gedung serta kualitas udara. Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1991 mengatakan sindrom ini timbul berkaitan dengan waktu yang dihabiskan seseorang dalam sebuah bangunan, namun gejalanya tidak spesifik dan penyebabnya tidak bisa diidentifikasi.

National Institute of Occupational Safety andHealth (NIOSH) tahun 1997 menyebutkan52% penyakit pernapasan terkait dengan SBS akibat buruknya ventilasi gedung dan kinerja air conditioner (AC) akibat jarang dibersihkan.4

Penelitian terhadap 350 kar- yawan dari 18 kantor di Jakarta selama 6 bulan (Juli-Desember 2008) menunjukkan penurunan kesehatan pekerja dalam ruang- an akibat udara ruangan tercemar radikal bebas (bahan kimia), berasal dari dalam maupun luar ruangan dan 50% orang yang bekerja dalam gedung perkantoran cen- derung mengalami SBS.5 Penelitian Occu- pational Safety and Healthy Act (OSHA) mendapatkan dari 446 gedung, penyebab polusi udara dalam gedung karena venti- lasi tidak adekuat (52%), alat/ bahan dalam gedung (7%), polusi luar gedung (11%), mikroba (5%), bahan bangunan/alat kan- tor (3%), dan tidak diketahui (12%). Ge- jala yang terjadi tidak spesifik, berupa nyeri kepala, iritasi membran mukosa, mata serta nasofaring, batuk, sesak, rinitis dan ge- jala lain tetapi bukan merupakan penyakit spesifik dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas.6

patofisioloGiTerdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan ge- jala SBS antara lain hipotesis kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor iritasi teruta- ma pada mata dan hidung. Iritasi saluran

Page 10: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

napas menyebabkan asma dan rinitis mela- lui interaksi radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi me- nyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkat- an produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas, se- hingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.

Hipotesis ke dua adalah hipotesis bio- aerosol; penelitian cross sectional menun- jukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan memberikan reaksi ter- hadap VOCs konsentrasi rendah diban- dingkan individu tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala.7 Stres karena pekerjaan dan faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS.

Building related illness (BRI) berbeda de- ngan SBS, adalah suatu penyakit yang da- pat didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan dengan kontaminasi udara dalam gedung.8

linGkunGan kantoRKonsep lingkungan kantor terbagi 2 yaitu lingkungan fisis terdiri dari faktor-faktor fisis, kimia dan lingkungan sosial terdiri dari faktor organisasi, aturan dan norma; keduanya berpengaruh pada kesehatan manusia. Lingkungan kantor merupa- kan kombinasi antara penerangan, suhu, kelembaban, kualitas udara dan tata ru- ang. Hubungan antara pekerja dengan lingkungan kantor dapat menimbulkan keluhan fisik (objektif ) dan mental (sub- jektif ). Sick building syndrome disebabkan multifaktor termasuk faktor fisik, kimia,

Page 11: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

asal polusi polutan

polusi dari luar gedung

Lalu lintas

Industri

NOX, CO,SO2, partikel

NOX, CO, SO2, partikel

polusi dari dalam gedung

Alat tulis kantor

Pembersih

Bahan lembab

Konstruksi gedung

formaldehid (VOCs)

formaldehid (VOCs)

jamur

Mempengaruhi penetrasi dan dilusi dari luar ke dalam gedung

sistim HVaC

Ventilasi

Pemanas

Pelembab

Penghuni gedung

Mempengaruhi distribusi dan dilusi polutan

Mempunyai efek pada suhu

Berpotensi sebagai sumber mikroba

Virus, bakteri, asap rokok

Out

door

Air

biologis dan fisiologis. Jika faktor terse- but terpelihara baik maka lingkungan kantor menjadi tempat yang nyaman dan sehat untuk bekerja.8 Di beberapa kantor pekerjanya dapat mengalami gangguan kesehatan karena ketidakimbangan ling- kungan kantor. Sistim pendingin meru- pakan penyebab terbanyak SBS karena tidak terjadi pertukaran udara optimal dan menjadi sumber infeksi mikroorganisme serta menambah kontaminasi tempat kerja. Melius (1984), Collet dan Sterling (1988)6 mendapatkan SBS 50-68 % ber- hubungan dengan kondisi ventilasi buruk dan polusi udara.

Tabel 1. Asal polusi dan polutan yang mempengaruhi IAQ lingkungan kantor 3

Relief

Roof

Exhaust

Keterangan tabel: NOX: nitrogen oksida, CO: karbon monoksida, SO2: sulfur dioksida

Return

Air Hendling Unit

Supply

Gambar 1. Ventilasi gedung 1

Ventilasi gedung dan sumber polusi Sistim pendingin gedung dirancang dan dioperasikan tidak hanya untuk pendi- nginan tetapi juga untuk mencukupi per- tukaran udara dari dalam dan luar gedung. Masalah timbul saat sistim pendingin

tidak dapat membawa udara luar ke da- lam gedung, hal ini menyebabkan kuali- tas udara dalam gedung menjadi buruk. Buruknya ventilasi dapat juga terjadi jika sistem pemanasan atau heating, ventilasi dan air conditioning (HVAC) tidak efektif mendistribusikan udara dan menjadi sum- ber polusi udara dalam ruangan, menye- babkan gangguan kesehatan dan kenya- manan para pekerja.9 American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning Engineers (ASHRAE) menganjurkan ven- tilasi dalam gedung minimum 15 m3/me-

nit dan sampai dengan 20 m3/menit pada tempat-tempat tertentu, misalnya ruang khusus untuk merokok.

Sumber polusi dalam ruangan antara lain berasal dari karpet, perekat (lem), mesin fotokopi dan bahan pembersih yang me- ngandung gas toksik dan mudah meng- uap seperti formaldehid atau volatile organic compounds (VOCs).8,9 (Tabel 1). Identifikasi dan mekanisme iritasi senyawa atau zat dalam ruangan yang dapat me- nimbulkan SBS masih belum diketahui dengan jelas. Para pekerja kantor juga merupakan sumber polutan dalam ge- dung. Virus, bakteri, karbon dioksida, karbon monoksida, aseton, alkohol, dan gas organik lain merupakan polutan yang dapat dikeluarkan oleh pekerja kantor melalui pernapasan dan keringat. Partikel yang melekat pada pakaian yang berasal dari luar dapat disebarkan ke dalam ling- kungan kantor. Asap rokok merupakan sumber terbesar partikel kimia iritatif di dalam gedung.10 Ooi dkk.8 mendapatkan faktor stres secara signifikan berpengaruh pada terjadinya SBS.

Gambar 2. Sumber polusi udara dalam ruangan 8

Page 12: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

suhu dan kelembapan udara dalam ge- dungManusia dapat bekerja nyaman pada suhu20-26°C dengan kelembapan 40-60%. Suhu ruangan dapat mempengaruhi secara langsung saraf sensorik membran mukosa dan kulit serta dapat memberikan respons neurosensoral secara tidak langsung yang mengakibatkan perubahan sirkulasi darah.

Page 13: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

Kelembapan dapat mempengaruhi gejala SBS dan terdapat hubungan signifikan antara udara kering, lembap, suhu dengan gejala pada membran mukosa.11 Polutan kimia dan partikel pada kelembapan ren- dah dapat menimbulkan kekeringan, iritasi mata serta saluran napas dan kelembapan di atas 60% menyebabkan kelelahan dan sesak. Perubahan tingkat kelembapan dan suhu mempengaruhi emisi dan absorpsi VOCs. Akumulasi uap pada konstruksi gedung menyebabkan kelembapan dan pertumbuhan mikroba. Perubahan warna, pengelupasan permukaan meterial, noda basah, perlekatan dan bau jamur merupa- kan tanda kelembapan. Sumber kelemba- ban berasal dari air hujan, air permukaan, air tanah, air lokal yang tidak terdrainase baik dan mengalami kondensasi.12 Har- rison dkk.13

melaporkan prevalensi gejala SBS berkaitan dengan derajat polutan bakteri dan jamur di udara pada gedung perkantoran di Inggris. Dermatophagoi- des pteronyssinus dan D farinae adalah tu- ngau debu rumah yang sering ditemukan pada gedung lembap dan menyebabkan sensitisasi alergi. Beberapa pekerja kan- tor pada 19 gedung di Taiwan menunjuk- kan keluhan pada mata, batuk dan letargi yang dikaitkan dengan kelembapan dan jamur. Aspergilus, Stachybotrys, Penicil- lium spesies merupakan jenis jamur yang sering ditemukan pada pemeriksaan udara dalam gedung.14

GEjala Dan DiaGnosisTerdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada satu atau beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala muncul saat berada di dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjung- tivitis alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy merupakan gejala non- spesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan dapat berkaitan de- ngan pajanan okupasi.15 Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS

bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama (Tabel 2).

Tabel 2. Gejala dan tanda SBS 5

kelainan GejalaIritasi membran mukosa Iritasi mata, hidung dan

tenggorokanGejala neurologis Nyeri kepala

KelelahanSulit konsentrasiCepat marah

Gejala menyerupai asma Dada terasa tertekanWheezing

Gangguan kulit Kulit keringIritasi kulit

Gejala gastrointestinal Diare

Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan pekerja tanpa SBS. Keluhan wheezing dan atau dada ter- tekan memerlukan pemeriksaan lebih lan- jut dengan peakflow meter atau spirometri sebelum dan sesudah kerja. Jika hasil pe- meriksaan tidak ditemukan kelainan maka tidak terdapat penyakit. Waktu saat tim- bulnya penyakit merupakan salah satu fak- tor penting pada SBS.16 Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis SBS (tabel 3).

Tabel 3. Metode penilaian efek pada SBS 5

Efek MetodeGejala

Iritasi hidung, kemerahan

Iritasi mata

Reaktiviti bronkus

Sistim saraf pusat

Respons imunologi

Wawancara

Nasal lavage

Acoustic rhinometry

Anterior dan posterior rhinomanometry

Conjunctival photography

Tear film break-up time

Peak flow meter

Spirometri

Uji metakolin

Tes neurofisiologik

Pemeriksaan vestibular

Pengukuran Ig E spesifik

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat lingkung- an kerja mekanismenya belum jelas diketa- hui, diduga karena tidak ada keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan.13,16

Stres merupakan gabungan antara beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat memberikan fenome- na fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat menghambat kenyamanan be- kerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres kerja. Pasila Office Center melaporkan bahwa suasana lingkungan sosial kerja menjadi

Page 14: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

faktor kuat terjadinya SBS.17

pEnatalaksanaanPenatalaksanaan terbaik adalah pencegah- an dan atau menghilangkan sumber kon- taminasi penyebab SBS. Pasien dianjurkan menghindari gedung yang dapat menim- bulkan keluhan meskipun tidak selalu dapat terlaksana karena dapat menyebabkan ke- hilangan pekerjaan. Menghilangkan sum- ber polutan, memperbaiki laju ventilasi dan distribusi udara, membuka jendela sebelum menggunakan pendingin, menjaga keber- sihan udara dalam gedung, pendidikan dan komunikasi merupakan beberapa cara mengatasi SBS.18

Laju ventilasi dalam gedung harus adekuat, direkomendasikan minimum 15 L/detik/ orang. Jendela dan atau pintu yang da- pat terbuka serta pemeliharaan rutin sistim HVAC dengan membersihkan dan meng- ganti penyaring secara periodik (setiap 3 bulan) dapat memberikan ventilasi yang baik, kenyamanan bekerja serta lingkung- an kerja yang sehat. Larangan merokok di ruangan harus dilaksanakan. Pencegahan SBS dengan menentukan lokasi dan arsi- tektur gedung yang sehat, jauh dari sumber polutan dengan bahan bangunan ramah lingkungan, merancang pemeliharan yang baik dan dikhususkan pada sistim HVAC sebagai penyebab tersering SBS.19 Diper- lukan komunikasi yang baik antara peker- ja, manager dan pemelihara gedung untuk mengetahui, mencegah serta mengatasi masalah SBS.

siMpulan1. Sick building syndrome merupakan

kumpulan gejala yang akut pada pe- kerja di gedung perkantoran dapat berupa nyeri kepala, batuk, sesak, iri- tasi kulit, membran mukosa dan gejala lain tetapi bukan merupakan penyakit spesifik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

2. Sick building syndrome terjadi karena buruknya kualitas udara dalam ruang- an (IAQ).

3. Pengenalan SBS mencakup penilaian terhadap faktor individu dan lingkung- an.

4. Pencegahan dan penatalaksanaan SBS bersifat komprehensif, melibatkan pe- kerja, manager dan organisasi.

Page 15: Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan

DaftaR pustaka

1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick building sindrome di kantor Telkom Divre IV Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005.2. Heimlich JE. Environmental Health Center. Sick building syndrome. [Online]. 2009 [cited 2001 Jan 26]; Available from URL: http: / / ww w .ns c . o r g /ehc / indoo r / sb s .htm. 3. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation

management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002.p.241-55.4. U.S Environmental Protection Agency. Indoor air facts no.4 (revised): sick Building syndrome (SBS). [Online]. 2009. [cited 2004 Jan 14]; Available from: URL: http://

ww w . e p a . g o v /cgibin/e p aprintonl y . cgi. 5. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Med J Indones 2002;11: 124-31.6. Menzies D, Bourbeau J. Building related illnesses. N Engl J Med 1997;337:1524-31.7. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003;12: 171-2.8. Ooi PL, Goh KT. Sick building syndrome: an emerging stress-related disorder Int J Epidemiol 1997;26:1243-9.9. Trout D, Bernstein J, Martinez K, Biagini R, Wallingford K. Bioaerosol lung damage in a worker with repeated exposure to fungi in a water-damaged building. Environ

Health Perspect 200;109:641-4.10. Harrison J, Pickering CA, Faragher FB. An investigation of the relationships between microbial and particulate indoor air pollution and the sick building syndrome.

Respir Med 1992;86:225-35.11. Husman T. Health effects of indoor air microorganisms. Scan J Work Environt Health 1996;22:5-13.12. Sabir M, Shashikiran U, Kochar SK. Building related illness and indoor pollution.

J Assoc Physicians India 1999;47:426-30.13. Muzi G, Dell Omo M, Abbritti G. Objective assessment of ocular and respiratory alterations in employee a sick building. Am J Ind Med 1998;34:79-88.14. Baker DB. Social and organizational factors in office building associated illness. Occup Med 1989;4:607-24.15. Jaakkola JJK, Heinnonen OP, Seppanen O. Mechanical ventilation in office building and the sick building syndrome: an experimental and epidemiological study. Indoor

Air 1991;1:111-21.16. Sujayanto G. Gedung tertutup bisa menyebabkan sakit. [cited 2001 Sept 12]; Available from: URL:http// ww w .indomedia . com / intisari/ewi / sept / airud/ htm. 17. Baker DB. Social and organizational factors in office building associated illness. Occup Med 1989;15:286-92.18. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health Perspect 2002;110:663-7.19. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al. Symptoms in relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup Environ

Health 2004;77:461-70.