pengaruh asap rokok

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudtan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluaraga maupun pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006). Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak

Upload: blackeagel

Post on 14-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pengaruh asap rokok terhadap balita

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudtan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluaraga maupun pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2008).

Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular baik yang bersifat promotif preventif, kuratif dan rehabilatif di semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan (WHO, 2003).

Setiap tahunnya diperkirakan 4 dari 15 juta kematian anak berusia di bawah 5 tahun. Proporsi kematian balita akibat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007 sebesar 15,5%. Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit di sebabkan oleh ISPA (Depkes RI, 2006).Menurut hasil survei mortalitas subdit Bali, ISPA pada tahun 2005, sebanyak 22,30% bayi maupun balita meninggal karena ISPA. Dari angka tersebut sebanyak 23,60% kematian disebabkan oleh pneumonia. Tahun 2013, angka cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita sebesar 22,5% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 sebesar 14.98% (profil kesehatan kabupaten/kota 2007 2013)Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003). Infeksi saluran Pernapasan Atas (ISPA) dapat menyebapkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Bidulh, 2002).

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju (WHO, 2003 ).

Asap rokok dalam rumah merupakan penyebab terjadinya pencemaran udara dalam ruangan. Hasil penelitian yang dilakukan Charles (2005) menyebutkan bahwa asap rokok dari orang yang merokok di dalam rumah serta pemakaian obat nyamuk bakar juga merupakan resiko yang bermakna terhadap terjadinya ISPA.Diperlukan kemampuan ibu dalam membina perilaku rumah tangga/keluarga dalam penjegahan dan perawatan kesehatan anak yang sakit. Untuk itu penting melengkapi pengetahuan ibu mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala pencegahan serta perawatan balita yang terkena ISPA agar dapat mendorong perubahan kebiasaan ibu atau keluarga dalam melakukan tindakan pencegahan maupun perawatan pada balita sehingga dapat mengurangi angka kejadian ISPA pada balita (Depkes RI, 2006).Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui adanya hubungan orang tua perokok dengan kejadian ISPA pada balita.

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara orang tua perokok dengan kejadian ISPA pada balita serumah yang dirawat di Rumah Sakit Umum Tabanan pada bulan Desember 20142. Tujuan Khusus a. Mengetahui kejadian ISPA di Rumah Sakit Umum Tabanan..

b. menganalisa hubungan antara orang tua perokok dengan kejadian ISPA pada balita serumah yang dirawat di Rumah Sakit Umum Tabanan.D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan MasyarakatPenelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi bagi institusi pelayanan yang bersangkutan untuk dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan tentang faktor resiko perilaku merokok keluarga dengan angka kejadian ISPA sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan strategi dalam penanggulangan penyakit ini demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi pendidikan dalam meningkatkan kesehatan.3. Bagi Keluarga

Penelitian ini dapat menjadi dapat menjadi informasi dan masukan bagi keluarga dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan yang lebih baik dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ISPA.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 ISPA2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (WHO, 2003).

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Depkes RI, 2001).

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut seperti dalam penjelasan berikut:

1. Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Ditjen PPM & PLP Depkes RI, 2005). 2.1.2 Etiologi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokkokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella, dan Koneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Erlien, 2008).

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh virus seperti virus sinsisial pernafasan (VSP), virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, dan koronavirus, koksaki virus A dan B dan mikoplasma (Nelson, 2000).

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) juga bisa disebapkan karena faktor kelelahan,daya tahan tubuh lemah, populasi udara, asap kendaraan dan pembakaran hutan setelah pergantian musim (Hatta, 2001).

2.1.3 Klasifikasi ISPA

a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing) pada saat bernapas.b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Non pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (Erlien, 2008).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

a. Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan sumur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.b. Non pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 5 klasifikasi penyakit yaitu :

a. Penomonia Sangat Berat: Bila di sertai batuk atau kesulitan bernapas b. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).c. Pneumonia : bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.d. Non pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepate. Pnemonia persisten: Pnemonia tetap sakit walu sudah di obati selama 10-14 hari disertai penarikan dinding dada frekuensi pernapasan yang tinggi (WHO, 2003).2.1.4 Cara penularan ISPA

Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan carrier yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepada orang lain melalui kontak langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit penyakit termasuk udara.

Penularan melalui udara di masudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tidak jarang penyakit yang sebagian ilmu besar penularanya adalah karena menghisap udara yang mengandung mikroorganisme tempat kuman berada atau reservoir.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, cipratan bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (Erlien, 2008).

2.1.5 Tanda dan gejala klinis ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Rasmaliah, 2004).

Tanda-tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis, yaitua. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. (Rasmaliah, 2004)

Tanda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi tiga tingkat:1. ISPA Ringan

Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah:

1) Batuk2) Pilek (keluar ingus dari hidung)3) Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara)4) Demam (panas)2. ISPA Sedang

Tanda dan gejala ISPA sedang antara lain:

1) Pernapasan yang cepat (lebih dari 50 x/menit)2) Wheezing (napas menciut-ciut)3) Panas 38oC atau lebih4) Sakit telinga atau keluar cairan5) Bercak-bercak menyerupai campak3. ISPA Berat

Tanda dan gejala ISPA berat antara lain:

1) Chest indrawing (pernafasan dada kedalam)2) Stridor (pernafasan ngorok)3) Tidak mau makan4) Sianosis (kulit kebiru-biruan)5) Nafas cuping hidung6) Kejang7) Dehidrasi8) Kesadaran menurun (Depkes RI, 2001)2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA

Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :a. Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menyebabkan adanya penyakit.

b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit

c. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya (Noor, 2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA pada anak menurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:

1. Usia / Umur

Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut.

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5 tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA.Balita merupakan faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso, 2007).2. Jenis kelamin

Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

3. Status GiziSetatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit(Beck, 2000).

Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara.Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.Bagian tubuh yang rusak diganti.Kulit dan rambut terus berganti, sel-sel tubuh terus bertumbuh.Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (Nadesul, 2001).

4. Status Imunisasi

Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson, 1992).

Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).5. Status Pemberian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (WHO, 2001).

Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI menyebapkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si ibu, Bayi yang diberi ASI ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit serta angka kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir 90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4 % lebih kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).

6. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk ISPA. Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor dan padat dapat akan memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit, pembuangan air limbah, sampah dan kotoran yang tidak teraratur dengan baik menyebapkan sampah dan kotoran terkumpul disekitar rumah.2.2 Balita

Balita adalah bayi yang berumur di bawah 5 tahun atau masih kecil yang perlu tempat bergantung pada orang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh (Soetjeningsih, 2003).

Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan generasi yang perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat kematian balita masih tinggi (Arisman, 2004) .

Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain; penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan (Arisman, 2004).

Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua (Lamusa, 2006).2.3 RokokRokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanamanNicotiana tabacum, Nicotiana rustica,dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya dibagi menjadi tiga jenismenurut Sitepoe, M (2000), yaitu:

1. Rokok Putih adalah rokok dengan bahan baku atau isi hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok Kretek adalah rokok dengan bahan baku atau isi berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok Klembak adalah rokok dengan bahan baku atau isi berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :

1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.Satu satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku tembakau dan cengkeh hanyalah Indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60:40. Sedangkan pembungkusannya, rokok di gulung dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol jagung atau disebut rokok klobot, dan dengan tembakau sendiri atau disebut rokok cerutu.Lapisan pembungkus rokok kretek dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam, sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga warna rokok tetap putih.Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter digunakan untuk menyaring bahan bahan yang berbahaya yang dalam asap rokok yang dihisap.

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian, komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri atas bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%). Rokok merupakan produk yang berbahaya karena di dalam rokok terkandung kurang lebih 4.000 zat kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya bersifat karsinogenik. Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain:

1. Nikotin, merupakan zat yang dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0,1-1,2 mg nikotin dan jumlah tersebut mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik.

2. Karbon monoksida(CO), gas ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah sehingga karbon monoksida ini dapat mengurangi suplai oksigen tubuh. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1%, sementara dalam darah perokok mencapai 4 15%.

3. Tar, umumnya digunakan sebagai pelapis jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, berupa penumpukan zat kapur, nitrosamine, dan B-naphtylamine, serta cadmium, dan nikel yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 45 mg.

4. Arsenik, sejenis unsur kimia berbahaya yang digunakan untuk membunuh serangga. Arsenik terdiri dari unsur-unsur nitrogen oksida dan ammonium karbonat yang dapat merusak kerja tubuh.

5. Ammonia, merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen.Ammonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh.

6. Formic Acid, zat yang tidak berwarna, bisabergerak bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Bertambahnya zat tersebut dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

7. Acrolein, adalah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat tersebut sedikit banyak mengandung alkohol. Cairan ini sangat menganggu kesehatan.

8. Hydrogen Cyanide, merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan.Cyanideadalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.

9. Nitrous Oksida, adalah sejenis gas yang tidak berwarna, yang apabila terhisap, dapat menyebabkan rasa sakit.

10. Formaldehyde, merupakan zat yang banyak digunakan sebagai pengawet laboratorium.

11. Phenol, yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Phenol terikat pada protein, yang dapat menghalangi aktivitas enzim.

12. Acetolmerupakan hasil pemanasanaldehyde(sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

13. Hydrogen sulfide,sejenis gas beracun yang dapat menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

14. Pyridineadalah cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam yang biasanya digunakan sebagai pelarut dan pembunuh hama.

15. Methyl Chloride, merupakancompound organicyang dapat beracun.

16. Methanol, meminum dan menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan.

2.4 Kategori Perokok

1. Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

2. Perokok Aktif

Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

2.5 Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1. Perokok Ringan : Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

2. Perokok Sedang : Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari. 3. Perokok berat : Perokok yang menghabiskan lebih dari 20 batang rokok per hari.

2.6 Hubungan pemaparan asap rokok terhadap ISPA pada balitaAsap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi (Depkes RI, 2002).

Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama (WHO, 2008).

Fungsi paru adalah untuk bernafas yaitu, dengan memasukan udara bersih dan mengeluarkan udara kotor dari dalam tubuh. Bahan kimia yang berasal dari asap rokok merangsang mukosa saluran pernafasan sehingga mengakibatkan keluarnya lendir atau dahak. Mirip dengan rangsangan debu, virus atau bakteri pada saat flu. Bedanya adalah bahwa dahak yang ditimbulkan karena virus flu akan didorong keluar oleh bulu getar disepanjang saluran napas dengan menstimulasi reflek batuk. Lendir yang lama tertahan di saluran nafas, dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri yang akan menyebabkan pneumonia. Asap rokok dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan meningkatkan penyakit infeksi pernafasan termasuk ISPA, terutama pada kelompok umur balita yang memiliki daya tahan tubuh masih lemah, sehingga bila ada paparan asap, maka balita lebih cepat terganggu sistem pernafasannya seperti ISPA (Syahrani, 2008).