audit kinerja

38
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit kinerja muncul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap audit keuangan, yang hanya menilai kewajaran laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah uang negara yang berasal dari pajak yang mereka bayarkan dikelola dengan baik. Masyarakat ingin mendapatkan kepastian apakah uang negara digunakan untuk memperoleh sumber daya dengan efektif, digunakan secara efisien, serta dapat memberikan hasil optimal yang membawa manfaat bagi mereka. Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less, spend wisely. Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi apabila hanya mengandalkan Performance Audit 1

Upload: yngwe-enciel

Post on 28-Nov-2015

254 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

performance audit

TRANSCRIPT

Page 1: audit kinerja

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit kinerja muncul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap

audit keuangan, yang hanya menilai kewajaran laporan keuangan. Masyarakat

ingin mengetahui apakah uang negara yang berasal dari pajak yang mereka

bayarkan dikelola dengan baik. Masyarakat ingin mendapatkan kepastian apakah

uang negara digunakan untuk memperoleh sumber daya dengan efektif, digunakan

secara efisien, serta dapat memberikan hasil optimal yang membawa manfaat bagi

mereka.

Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan

dalam pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan

masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana

masyarakat oleh pemerintah semakin meningkat. Masyarakat ingin mengetahui

apakah berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut

telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan

dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend

less, spend wisely.

Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat

dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat

opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan

atas laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan

kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana publik dapat memberikan

nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu

diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit

kinerja (performance audit).

Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu

masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi

masyarakat (public). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta

Performance Audit 1

Page 2: audit kinerja

maupun sektor publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan

kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Audit kinerja bertujuan untuk

mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

rekomendasi guna perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit

kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi yang ditujukan kepada

konsumsi pihak internal perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan

organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Padahal laporan audit

kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal untuk pengambilan

keputusan.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perkembangan audit kinerja

2. Mengetahui definisi audit kinerja

3. Mengetahui pentingnya audit kinerja

4. Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas publik

5. Menganalisis keterkaitan audit kinerja dengan manajemen kinerja

6. Mengetahui istilah-istilah yang dipergunakan dalam audit kinerja

7. Mengidentifikasi perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan

8. Mengidentifikasi karakteristik audit kinerja

9. Menganalisis manfaat audit kinerja

10.Mengidentifikasi tujuan audit kinerja

11.Mengetahui jenis-jenis audit kinerja

12.Menganalisis proses dan tahapan audit kinerja

13.Mengetahui peran audit kinerja

1.3 Metode PenulisanMetode penulisan yang diimplementasikan dalam makalah ini ialah

metode pustaka, yakni dengan menggali berbagai data yang dibutuhkan dari buku.

Selanjutnya, dengan metode diskusi. Diskusi dilakukan antar sesama anggota

kelompok dan pihak lain yang memilki informasi yang berelasi dengan judul yang

diusung pada makalah ini. Kemudian, dalam proses penyelesaian makalah juga

menggunakan data yang diperoleh via internet.

Performance Audit 2

Page 3: audit kinerja

II. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan audit kinerja?

2. Apakah yang dimaksud dengan audit kinerja?

3. Apakah pentingnya audit kinerja?

4. Bagaimanakah relasi antara audit kinerja terhadap akuntabilitas publik?

5. Apakah keterkaitan audit kinerja terhadap manajemen kinerja?

6. Apa sajakah istilah-istilah yang digunakan dalam audit kinerja?

7. Apakah perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan?

8. Apakah karakteristik audit kinerja?

9. Apakah manfaat audit kinerja?

10. Apakah tujuan dari audit kinerja?

11. Apakah jenis-jenis audit kinerja?

12. Bagaimanakah proses dan tahapan audit kinerja?

13. Apakah peran auditor dalam audit kinerja?

Performance Audit 3

Page 4: audit kinerja

III. PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Audit Kinerja

Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management

membuat gambaran yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan

perkembangan audit yang diperlukan dalam bidang audit, seperti yang terlihat

pada figur 3.1.1

AUDITSOSIAL

Sistem perencanaan& pengendalian

AUDIT Akuntansi

Objek laporan keuangan PROGRAM manajemen

Standar keuanganPerencanaan pajak

Audit PDE Audit internal

Prinsip pelaporan keuanganKonsultasi pajak

Standar auditAUDIT MANAJEMEN

Perluasan prosedur audit

Prosedur auditRekaman Komputer

Fokus pada laporan laba rugiLaporan yang seragam

Audit kepatuhan

Audit penerimaan dan pengeluaranAUDIT KEUANGAN

Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang Audit

Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc

US. 1979. Hal 10.

Performance Audit 4

Page 5: audit kinerja

Bedasarkan figur tersebut, diketahui bahwa audit kinerja mengalami

proses, demikian pula dengan pengetahuan dan kompetisi yang dibutuhkan.

Sebelum mencapai bentuknya, audit kinerja mengalami evolusi yang cukup lama,

dimulai dari financial statement auditing pada tahum 1930, dilanjutkan dengan

management auditing pada tahun 1950 dan program auditing pada tahun 1970.

Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat

dari United State Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya

memperkenalkan audit kinerja (performance audit) pada kongres INTOSAI

(International Organization of Supreme Audit Intitution), di Montreal, Kanada.

Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit keuangan mulai

diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di

seluruh dunia.

Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus

mengalami pasang surut. Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit

(BPK Belanda), perkembangan audit dimulai dengan pemberian mandat untuk

melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada awalnya, audit kinerja berfokus

pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan menyempurnakan manual

audit kinerja yang ada. Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi teknologi

informasi dan komunikasi dalam audit kinerja (antara lain untuk menganalisis

data) serta menggunakan pendekatan strategis dalam menyusun tema audit. Pada

BPK Belanda, tema audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas kebijakan

pemerintah merupakan perluasan dari audit keuangan yang berfokus pada

penganggaran.

Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai

pada tahun 1970-an. Audit kinerja mulai berkembang di Australia karena

ketertarikan pemerintah, parlemen, dan masyarakat terhadap efektivitas program

dan efisiensi administrasi pemerintah. Pada saat itu, departemen pemerintah

banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi mereka, dengan sedikit

kendali dari pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil dari

Performance Audit 5

Page 6: audit kinerja

ANAO. Antara tahun 1980-1983, ANAO hanya membuat tujuh laporan audit

kinerja. Saat ini, ANAO membuat hampir 50 laporan audit kinerja setiap

tahunnya.

Di Indonesia, audit kinerja mulai diperkenalkan pada tahun 1976 yang

dimulai dengan management audit course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

dengan bekerja sama dengan US-GAO. Serupa dengan negara lain, audit kinerja

di Indonesia juga mengalami pasang surut. Sejak tahun 2004-2007, BPK telah

melaksanakan 99 audit kinerja, dengan rincian 37 audit di kantor pusat dan 62

audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004-2007

dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN

masih sangat sedikit.

Grafik Audit Kinerja

Gambar 3.1.2 Rekap pemeriksaan BPK tahun 2004-2007

3.2 Definisi Audit Kinerja

Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan

“kinerja”. Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi

terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan

dan kriteria yang ditetapkan.

Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi

terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah

Performance Audit 6

Page 7: audit kinerja

ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of

job or task is done by an individual, a group of organization”.

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada

dua hal yaitu proses dan hasil yang dicapai.

Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain,

Arrowsmith, dan Lockridge (1984), sebagai berikut.

“Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan

evaluating evidence regarding the performance of an organization, program,

function, or activity. Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of

operations, effectiveness in achieving of desire results, and compliance with

relevan policies, law, and regulations, for the purposes of ascertaining the degree

of correspondence between performance and established criteria and

communicating the results to interest the users. The performance audit function

provides an independent, third-party review of management’s performance and

the degree to which the perfomanced of audited entity meets pre-stated

expectation”.

[“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan

dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi,

program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan

efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta

kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria

yang ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja ialah memberikan review dari pihak

ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat

memenuhi harapan.”]

Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja

sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan

aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

Performance Audit 7

Page 8: audit kinerja

Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP

mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek

kehematan, efisiensi, dan efektivitas.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja

adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti

untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan

efektivitas.

3.3 Pentingnya Audit Kinerja

a. Pemerintah

Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan

perbaikan atas 3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan

pemerintah dan pelayanan publik.

b. Legislatif & Masyarakat

Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara

3E serta mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.

c. BPK

Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di

masyarakat, meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan

pembelajaran.

Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai

kewajaran laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur

pemerintahan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping

itu, audit sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis),

efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang

dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik

Performance Audit 8

Page 9: audit kinerja

rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat

pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai

ketidakberesan. Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang

sangat esensial dalam suatu organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana

masyarakat.

3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik meliputi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for

probity and legality)

2. Akuntabilitas proses (process accountability)

3. Akuntabilitas program (program accountability)

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik

ialah dengan adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan

dievaluasi melalui audit kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan

dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal menilai tingkat keberhasilan

kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan sesuai atau

tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam

pelaksanaannya.

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan

akuntabilitas berupa peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada

lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas,

perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi

sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan normatif.

Performance Audit 9

Page 10: audit kinerja

3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan

Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor

eksternal yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil

audit. Dalam melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki

pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya

sistem perencanaan, penganggaran dan sistem pengindikator kinerja yang dimiliki

atau melekat pada suatu instansi pemerintah, yang mana informasi ini dipegang

oleh manajemen keuangan.

Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen

yang mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami

sejarah serta kondisi operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur

organisasi, sistem pengendalian, laporan keuangan, sistem informasi, pegawai dan

pelaksanaan adminsistratif .

Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi

mengenai hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan

penelitian terdahulu, laporan audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh

departemen. Auditor harus memperoleh gambaran mengenai informasi dasar yang

berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan organisasi, uraian tertulis, serta

bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga harus memperoleh

informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia, serta

mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi.

3.6 Istilah-istilah dalam Audit Kinerja

Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya

performance audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada

penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari

biaya yang dikeluarkan atau masih mungkinkah melakukan pengeluaran dengan

bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di Kanada dan negara

Performance Audit 10

Page 11: audit kinerja

persemakmurannya. Secara internasional, performance audit ialah istilah resmi

yang digunakaan kalangan INTOSAI.

Istilah yang juga sering dijumpai ialah audit manajemen, audit

operasional, atau audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini digunakan untuk menilai

dalam aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain ialah

audit program atau audit efektivitas yang ditujukan untuk menilai manfaat atau

pencapaian suatu program. Gabungan antara audit manajemen atau operasional

dan audit program merupakan audit kinerja.

Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan

istilah akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain

diatur melalui Inpres No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP).

Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah

1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari instansi pemerintah

2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.

3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.

4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output. Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya (misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan produktivitas.

5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai dengan output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat. Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.

Performance Audit 11

Page 12: audit kinerja

3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan

No Perbedaan Audit Kinerja Audit Keuangan

1. Tujuan Menilai apakah audit telah mencapai Menilaiapakahakun-akun

tujuan atau harapan yang ditetapkan. benar dan Disajikan secara

wajar.

2. Dasar Ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan Akuntansi.

Akademik lain-lain.

3. Metode Bervariasi antara satu proyek dan Kurang Lebih telah

proyek lain . terstandardisasi.

4. Fokus Program dan kegiatan organisasi. Sistem akuntansi dan sistem

manajemen.

5. Kriteria Lebih subjektif Kurang subjektif

Penilaian Terdapat kriteria yang unik untuk Kriteria Untuk semua

masing-masing audit. kegiatan audit

6. Laporan Struktur dan isi laporan bervariasi Bentuk laporan kurang lebih

Dipublikasikan secara tidak tetap Terstandardisai

(ad hoc basis ) Dipublikasikan secara

berkala

Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing :

Theory and Practice

1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit

kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan

metodolgi audit.

2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan

merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau

secara berkala.

Performance Audit 12

Page 13: audit kinerja

3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu

unqualified, qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan

merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized

opinion ).

4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat

multidisiplin dan lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis

daripada sebatas pengetahuan akuntansi.

5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan

keragaman. Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor

dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.

3.8 Karakteristik Audit Kinerja

Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang

membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini adalah

beberapa karakteristik dari audit kinerja:

1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut

a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?

b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the

things right)?

Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya

adalah untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat.

Pertanyaan kedua ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang

diambil telah diterapkan dengan benar atau apakah kebijakan tersebut telah

dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut

merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus.

Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa

kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.

Performance Audit 13

Page 14: audit kinerja

2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak

akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau

kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian

terinci.

Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik

audit kinerja sebagai berikut

a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara

pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam

“medical check up”, (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan

pemeriksaan semacam “otopsi post mortem”(pemeriksaan mayat). Jadi,

pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk

agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai

pemeriksaan untuk menganalisis sebab-sebab kematian mayat.

b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia

harus dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus

dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa

dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta

tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak seccara diplomatis

seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang

pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu

penyelidikan sampai akhirnya berhasil.

c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus

mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang

seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan

sebagainya .

d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat

berpikir dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi

yang diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi,

pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat

Performance Audit 14

Page 15: audit kinerja

mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan

gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam

organisasi yang diperiksa.

e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning

system” (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,

setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan

korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.

Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai

audit for management bukan audit to management. Dalam audit for management,

auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya

peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.

3.9 Manfaat Audit Kinerja

A. Peningkatan Kinerja

1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya

Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada

manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional.

Sehubungan dengan itu, auditor dapat melakukan diskusi dengan orang-orang

yang bergelut dalam operasional dan menginformasikan hal tersebut kepada

manajemen

2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat

Dihadapi oleh Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.

Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk

mengatasinya. Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila ia

tidak dapat membantu proses rekomendasi tersebut.

3. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan

Ketidakefisienan.

Performance Audit 15

Page 16: audit kinerja

Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja.

Namun, penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka

waktu yang panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu

melakukan pemotongan. Keputusan mengurangi biaya haruslah

mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional.

4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi

Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat

membantu manajemen dalam membangun kriteria itu.

5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal

Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan

informasi tentang efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat

kedalaman atau detail laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum disajikan

dalam laporan; (3). Apakah indikator kerja telah dipertimbangkan dalam

penyusunan laporan.

6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang

tidak dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun

organisasi tersebut.

7. Melaporkan Ketidakberesan

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen

setiap penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar

dapat diatasi.

B. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan

akuntabilitas berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga

perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan

Performance Audit 16

Page 17: audit kinerja

indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara organisasi sejenis yang

diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan

perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya,

rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu,

penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.

3.10 Tujuan Audit Kinerja

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit

kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan

dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi,

pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai

suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas

aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit)

merupakan perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.

3.11 Jenis Audit Kinerja

Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit

efisiensi dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut

management audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut

program audit.

a. Audit Ekonomi

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah

ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan

input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan

sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir input resource yang

Performance Audit 17

Page 18: audit kinerja

digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak

produktif.

b. Audit Efisiensi

Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi,

yaitu pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan

penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi

merupkan perbandingan input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau

target yang telah ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah,

sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input).

Ini dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat

terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang

maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-

kecilnya.

Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas

telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis,

dan efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi

penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk

ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan

struktur organisasi.

Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan

mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan

pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2) melakukan pengadaan sumber daya (jenis,

mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; (3) melindungi

dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;(4) menghindari

duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya;

(5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang

berlebihan; (6) menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan

Performance Audit 18

Page 19: audit kinerja

sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan

atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat; (8)

mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan

ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan

efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah

menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor

dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan

dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahunsebelumnya

dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.

c. Audit Efektifitas

Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah

efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target

yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan

output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang

hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan

pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan

bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga

memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan

dan tujuannya.

Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil

atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan

sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah

mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan

biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas

atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang

baru maupun yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2)

menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan; (3) menilai

efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah; (4)

Performance Audit 19

Page 20: audit kinerja

mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan

memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan

alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil

yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah; (6) menentukan apakah

program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan dengan

program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan

program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan

perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah

sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur,

melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah

manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan

mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output

bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan

pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia,

auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan

untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan

suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara

langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh evaluasi oleh

konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil.

Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan

sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi

terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah

program tersebut relevan atau realistis, apakah ada pengaruh dari program

tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah

ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja

PROSES AUDIT

Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika:

Performance Audit 20

Page 21: audit kinerja

1. Struktur audit kinerja

2. Tahapan audit kinerja

3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja.

1. Struktur Audit Kinerja

Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah

spesific tasks pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-

masing audit.

Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas:

a. Tahap-tahap audit

b. Elemen masing-masing tahap audit

c. Tujuan umum masing-masing elemen

d. Tugas-tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan

2. Tahapan Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan

dan prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat

dikembangkan struktur audit kinerja yang terdiri atas:

A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)

B. Tahap pengauditan (audit phase)

C. Tahap pelaporan (reporting phase)

D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)

TAHAP ELEMEN

Tahap Pengenalan dan Perencanaan

(farmiliarization and planing phase)

Survei pendahuluan

Review SPM

Tahapan Audit Review hasil-hasil Program

Performance Audit 21

Page 22: audit kinerja

Review Finansial

Review Kepatuhan

Tahap Pelaporan Persiapan Laporan

Review dan Revisi

Pengiriman dan Penyajian Laporan

Tahap Penindaklajutan Desain Follow Up

Investigasi

Pelaporan

3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja

Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas

teknikal auditor dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur

dalam standar umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan

audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk

tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum yang ketiga, yaitu bahwa dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum,

seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas

teknikal seorang auditor.

Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering

disebut sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan

audit kinerja, sebab auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi

manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional dan

bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit

untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite harus

berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat

tercapai.

Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja:

Performance Audit 22

Page 23: audit kinerja

a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen

dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.

b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang

terjadi.

c. Membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan

memperkenalkan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta memberikan catatam

atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.

Performance Audit 23

Page 24: audit kinerja

IV. PENUTUPAN

4.1 Simpulan

Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke

periode sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini,

audit kinerja memiliki peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan

audit pada sektor publik. Ini disebabkan terus meningkatnya tuntutan dari

masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitasnya. Dengan

adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap

dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu

pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan

memberikan informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan,

dalam rangka pencapaian tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan

kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang

diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara

independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil

yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang

berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada

pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik

pemerintah sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas

audit yang baik, maka akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan,

korupsi, kolusi dan berbagai ketidakberesan di pemerintahan.

Performance Audit 24

Page 25: audit kinerja

DAFTAR PUSTAKA

1. Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik.Edisi 2. Salemba Empat:

Jakarta

2. Ulum, Ihyaul. 2009. Audit sektor publik: Suatu Pengantar. Bumi

Aksara: Jakarta.

3. I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik:

Konsep, Praktik, Studi Kasus. Salemba Empat: Jakarta

4. Ely Suhayati. OPTIMALISASI KINERJA PEMERINTAH

DAERAH MELALUI PERFORMANCE AUDIT dalam

http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v06-n02/vol-6-

5. artikel-8.pdf/pdf/vol-6-artikel-8.pdf diunduh pada Selasa, 13

November 2012 jam 18.00.

6. http://www.saiindia.gov.in/english/home/public_folder/training/

Structure%20Training%20Module/Performance%20Audit/Day

%201/Session%203/CHAPTER%201%20DAY%201%20.ppt

7. www.slideshare.net/frenkilestari/12-proses-audit-kinerja

Performance Audit 25