audit kelompok 2
DESCRIPTION
auditTRANSCRIPT
TUGAS AUDITING I
Etika Profesi dan Tujuan serta Tanggung Jawab Audit
Oleh :
Lintang Nahdya Putri 118694202
Alfian Firmansyah 118694208
Hendi Wahyu Putranto 118694221
Indi Citra Agustin 118694228
Popy Putri Violita 118694239
108694 ULS
Kelas S1 Akuntansi 2011 AA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
0
1. Definisi Etika
Elder (2008 : 60) mendefinisikan etika secara luas sebagai prinsip-prinsip moral atau
nilai. Contoh seperangkat prinsip moral atau nilai termasuk hukum dan peraturan,
doktrin agama, dan kode etik bisnis untuk kelompok-kelompok profesional, seperti
akuntan publik, dan kode etik dalam organisasi.
Sementara itu, kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku
yang menyimpang dari apa yang mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam
lingkungan mereka. Dengan demikian, penting untuk memahami apa yang menyebabkan
orang-orang berperilaku tidak etis. Arens (2008 : 60) menyatakan bahwa ada dua alasan
utama yang menjadi penyebab orang berperilaku tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah
standar etika orang tersebut berbeda dari etika masyarakat secara umum, atau orang
tersebut memilih untuk berlaku egois. Jika ada orang lain yang memutuskan bahwa
perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat diterima, maka hal ini
menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.
Menurut Josephson Institute terdapat enam nilai etika utama, yaitu :
a. Dapat dipercaya (trustworthiness)
b. Rasa hormat (respect)
c. Tanggung jawab (responsibility)
d. Kewajaran (fairness)
e. Kepedulian (caring)
f. Kewarganegaraan (citizenship)
2. Dilema Etika
Dilema etika menurut Arens (2008 : 62) merupakan situasi yang dihadapi oleh
seseorang dimana ia harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Para
auditor, akuntan dan pebisnis lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier
bisnis mereka. Sebagai contoh dilema etika, adalah ketika seorang auditor memutuskan
apakah akan menentang supervisor yang telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara
untuk memperoleh bonus yang lebih besar.
Di samping itu, terdapat metode-metode pembenaran yang umumnya digunakan yang
akan mengakibatkan munculnya perilaku tidak etis :
1
2.1 Semua orang melakukannya. Alasan yang mendasari berlaku curang saat ujian
merupakan tindakan yang dapat diterima, umumnya berdasarkan alasan bahwa
semua orang juga melakukan hal itu, sehingga perilaku tersebut dapat diterima.
2.2 Jika ini Legal, maka ini etis. Menggunakan argumen yang mengatakan bahwa
semua perilaku legal merupakan perilaku yang etis, sangat bergantung pada
kesempurnaan hukum.
2.3 Kemungkinan terbongkar dan konsekuensi. Biasanya, kebanyakan orang akan
menilai keparahan dari hukuman (konsekuensi) yang akan dihadapi jika perilaku
tidak etis tersebut dibongkar.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, kerangka formal telah dikembangkan untuk
membantu orang-orang mengatasi masalah dilema etika. Tujuan dari kerangka tersebut
adalah untuk membantu mengidentifikasikan isu-isu etika dan memutuskan tindakan
yang tepat dengan menggunakan nilai pribadi orang tersebut. Arens menyebutkan
terdapat pendekatan enam langkah sebagai pendekatan sederhana untuk menyelesaikan
dilema etika :
1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan
2. Mengidentifikasikan masalah etika yang muncul dari fakta-fakta tersebut
3. Memutuskan siapa yang akan terkena dampak dari dilema tersebut dan bagaimana
setiap orang atau kelompok dapat terkena dampaknya
4. Mengidentifikasikan alternatif-alternatif yang tersedia bagi individu yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
5. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin muncul dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat
3. Kebutuhan Khusus terhadap Kode Etik Profesi
Istilah profesional berarti tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan hukum di
masyarakat (Elder et.al, 2008 : 68).
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para profesional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
para profesional tersebut. Bagi profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting
bahwa klien dan pihak-pihak eksternal pengguna laporan keuangan utnuk memiliki
2
kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik
tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki kepercayaan pada para tenaga akuntan
publik, maka para profesional tersebut akan kehilangan kemampuan untuk melayani
klien dan juga masyarakat umum secara efektif.
Sangat tidak praktis bila klien mengevaluasi kualitas dari jasa yang diberikan para
profesional tersebut dikarenakan kompleksitasnya. Kepercayaan publik terhadap kualitas
jasa profesional yang diberikan akan meningkat bila profesi mendorong diterapkannya
standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi para praktisinya.
a. Perbedaan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Para Profesional
Lainnya
Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki hubungan yang berbeda dengan para
pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi
lainnya terhadap klien mereka. Elder dkk, dalam bukunya Jasa Audit dan Assurance,
mencontohkan pengacara, secara khusus terikat dan dibayar oleh seorang klien dan
memiliki tanggung jawan utama untuk memberikan jasa advokasi kepada kliennya
tersebut. Sedangkan, KAP ditugaskan oleh manajemen untuk perusahaan perorangan,
atau oleh komite audit untuk perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan, namun penerima manfaat utama dari jasa audit
tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
b. Cara-cara yang Dilakukan oleh Akuntan Publik untuk Berlaku Profesional
Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia
adalah Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam-LK. Kode etik
dimaksudkan untuk memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI.
Bapepam-LK berwenang untuk menetapkan standar etika dan independensi bagi para
auditor perusahaan publik.
4. Kode Etik
Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
Bagian A : Penerapan Umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
3
Bagian A mengidentifikasikan tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik
sebagai unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian ini juga menetapkan mengenai
prinsip-prinsip dasar etika profesional bagi para anggota, serta memberikan kerangka
konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan
bagaimana kerangka konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan
mengatasi ancaman dalam situasi-situasi tertentu.
Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional
Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas. Para auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara
adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan profesional mereka.
2. Objektivitas. Para auditor harus tidak berkompromi dalam memrikan pertimbangan
profesionalya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh
dari orang lain yang tidak semestinya.
3. Kompetensi profesional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan
ketrampilan profesional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi.
4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama tugas profesional maupun hubungan dengan klien.
5. Perilaku profesional. Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan
mendiskreditkan profesi mereka.
Prinsip-prinsip Umum
Kode Etik Akuntan Profesional (The Code of Ethics for Profesional Accountants)
mengadopsi prinsip-prinsip umum, karena tidak mungkin untuk mengantisipasi setiap
kemungkinan situasi yang akan menimbulkan masalah etika bagi akuntan profesional.
1. Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap
kepentingan pihaklain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
Intimidasi – ketika tindakan yang akan dilakukan auditor dapat dinegosiasikan
dengan menggunakan ancaman nyata maupun ancaman pulsa
4
2. Pengamanan. Kode etik mengidentifikasikan dua ketogori pengamanan yang
mampu mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Berikut ini
adalah hal-hal yang terkait dengan pengamanan :
Profesi, legalisasi, dan regulasi – mencakup pendidikan, pelatihan dan ketentuan
pendidikan profesional berkelanjutan, peraturan tata kelola perusahaan, standar
profesi, pengawasan hukum atau profesi dan penegakan hukum.
Lingkungan kerja – sangat bergantung pada kultur dan proses yang diterapkan
pada kantor akuntan publik tersebut.
3. Resolusi Konflik. Kode etik mendukung proses penyelesaian konflik etika yang
konsisten dengan pendekatan enam langkah untuk mengatasi masalah dilema etika.
Panduan Khusus dalam Kode Etik Profesi
Kode Etik Bagian B dan C menyatakan secara jelas aturan yang harus dipatuhi
oleh setiap akuntan publik dalam memberikan jasa akuntan publik. Karena Pasal Aturan
Perilaku tersebut merupakan satu-satunya bagian dalam kode etik yang dapat diterapkan.
Ketika praktisi berperilaku dalam standar minimal, tidak berarti perilaku praktisi
tidak memuaskan. Hal ini dikarenkan adanya asumsi bahwa profesi telah menetapkan
standar perilaku yang cukup tinggi untuk menjamin bahwa perilaku minimum tersebut
sudah memuaskan. Adanya perbedaan antara tingkat perilaku minimum dan tingkat
perilaku ideal memberikan lingkup penelaahan lebih lanjut. Untuk mengurangi
kesenjangan ini membutuhkan biaya yang mungkin akan mengurangi nilai jasa
profesional yang diberikan. Hal ini menimbulkan banyak perdebatan terkait dengan
independensi auditor dan persyaratan diberikannya jasa non-audit oleh auditor.
Berikut muatan Kode Etik Bagian B dan C yang berisi sembilan pasal utama.
201 Penunjukkan Profesional
220 Konflik Kepentingan
230 Second Opinion
240 Imbalan Jasa Audit dan Jenis-jenis Imbal Jasa Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Fasilitas
5
270 Perlindungan Aset Klien
280 Objektivitas – Semua Jasa yang Diberikan
290 Independensi – Kontrak Kerja Audit
Kesemua hal di atas sangat penting bagi auditor dan hampir semuanya memiliki
implikasi, atau secara langsung memperngaruhi independensi.
5.Independensi
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Alasan banyaknya
pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap
kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias
dari auditor.
Kode Etik membahas independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan
yang akan merusak integritas dan objektivitas.
Sebagian besar persyaratan independensi IAPI sesuai dengan persyaratan
independensi Bapepam-LK. Namun karena kode etik tersebut cenderung bersifat principle-
based maka kode etik IAPI dan Bapepam-LK saling melengkapi satu sama lain, sehingga
memberikan panduan yang bermanfaat bagi para auditor.
Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam
menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan
untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor. Kedua unsur independensi
inisering kali diidentifikasi sebagai independen dalam fakta atau independen dalam pikiran,
dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika auditor secara
nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam penampilan
merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor.
6
Kepemilikan Finansial yang Signifikan
Kepemilikan finansial yang signifikan dalam perusahaan yang diaudit termasuk
kepemilikan dalam instrumen utang dan modal (misalnya pinjaman dan obligasi) dan
kepemilikan dalam instrumen derivatif (misalnya opsi). Kepemilikan keuangan dibahas lebih
lanjut dalam subbagian 290.104 – 290.134 Kode Etik IAPI
Jika ada sebuah KAP, memiliki kepemilikan finansial langsung di klien auditnya
maka ancaman kepentingan pribadi yang muncul akan sangat signifikan, maka tidak ada
tindakan pengamanan yang dapat dilakukan untuk menurunkan ancaman tersebut sampai
mencapai tingkat yang dapat diterima. Sehingga, melepaskan kepemilikan finansial di klien
audit tersebut merupakan satu-satunya tindakan yang paling tepat agar memungkinkan KAP
tersebut menjalankan tugas.
Direktur, Eksekutif, Manajemen, atau Karyawan dari Sebuah Perusahaan
Jika seorang auditor merupakan anggota dewan direksi atau komisaris atau pegawai di
perusahaan klien, maka kemampuan auditor untuk melakukan evaluasi independen atas
kewajaran penyajian laporan keuangan akan mudah dipengaruhi
Pemberian Jasa Non-audit Kepada Klien
Apakah pengaruh dari independensi secara aktual dan penampilan ketika seorang
auditor memberikan rekomendasi untuk melakukan instalasi program komputer atau
perbaikan lainnya di perusahaan klien dan di kemudian hari auditor tersebut mengaudit hasil
dari sistem tersebut? Jika sistem yang direkomendasikan menjadi tidak efektif, akankah
auditor tersebut mengevaluasi sistem setegas seperti yang ia lakukan bilamana rekomendasi
sistem tersebut diberikan oleh perusahaan lain?
Sebagai contoh, anggaplah satu KAP menggantikan auditor yang ada untuk
memperkuat saran-saran akuntansi yang ditawarkan, namun kemudian menemukan fakta dan
kondisi yang mengharuskan KAP tersebutuntuk mengubah opininya. Akan menjadi sulit bagi
auditor yang baru untuk tetap independen dalam situasi semacam itu.
7
Jasa Penilaian
Subbagian 290.176 dari Kode Etik mengindikasikan jika penilaian signifikan terhadap
laporan keuangan dan melibatkan tingkat subjektivitas yang besar, ancaman penelaahan
pribadi tidak dapat dikurangi sampai ke tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan
tindakan pengamanan. Subbagian 290.177 mengindikasikan bahwa ancaman penelaahan
pribadi terhadap penilaian yang kurang signifikan terhadap laporan keuangan, maka jasa
penilaian mungkin dapat diterima jika tindakan pengamanan berikut telah diterapkan :
Memiliki akuntan profesional tambahan yang bukan merupakan bagian dari tim
audit, yang bertugas untuk menelaah pekerjaan yang telah dilakukan, atau
memberikan masukan-masukan bila diperlukan.
Konfirmasi dengan klien audit mengenai pemahaman mereka terhadap asumsi yag
mendasari penilaian dan metode yang digunakan serta mendapatkan persetujuan
untuk menggunakannya.
Mendapatkan pengakuan dari klien atas tanggung jawab dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh KAP.
Menjamin bahwa personel yang melakukan jasa penilaian tidak ikut berpartisipasi
dalam kontrak kerja audit.
Tingkat pengetahuan klien audit, pengalaman dan kemampuan untuk mengevaluasi
isu yang penting dan tingkat keterlibatan mereka dalam menentukan dan menyetujui
hal penting.
Tingkat penerapan metode dan panduan profesional telah diterapkan ketika
menjalankan jasa penilaian tertentu.
Untuk penilaian yang melibatkan standar atau metode tertentu, tingkatsubjektivitas
melekat pada hal yang menjadi perhatian tersebut.
Keandalan dan cakupan data.
Tingkat independensi atas kejadian di masa mendatang yang akan menimbulkan
volatilitas yang melekat dalam jumlah yang terlibat.
Cakupan dan kejelasan dalam pengungkapan laporan keuangan.
Jasa Audit Internal
Audit internal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur tata kelola
perusahaan yang baik. Audit internal menjalankan fungsinya dibawah kebijakan yang
8
ditetapkan oleh dewan direksi dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam memenuhi
tanggung jawabnya. Karena itu, pemberian jasa audit internal bagiperusahaan klien dapat
beresiko terhadap independensi auditor eksternal tersebut.
Bagi auditor eksternal, untuk menunjukkan independensi mereka, prinsip berikut ini
harus diterapkan dalam setiap tugas :
Auditor eksternal tidak boleh menerima begitu saja peran manajemen ketika
memberikan jasa audit internal.
Setiap rekomendasi yang diberikan auditor adalah untuk dijalankan
manajemen, bukan untuk auditor.
Auditor eksternal tidak boleh menerima kontrak kerja audit internal yang akan
menjadikan auditor menjadi bagian dari struktur pengendalian internal klien
terkait dengan penyusunan informasi laporan keuangan.
Auditor eksternal harus mendapatkan bukti audit yang memadai dengan
melakukan prosedur audit yang tepat ketika akan menyusun opini atas laporan
keuangan, dan tidak boleh terlalu mengandalkan pekerjaan yang dilakukan
oleh rekan kerjanya,dibandingkan dengan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor lain.
Memberikan Jasa Pembukuan pada Klien
Menyiapkan pembukuan dan laporan keuangan bagi klien audit mendapat ancaman
penelaahan pribadi yang signifikan.
Meskipun terdapat larangan umum, Kode Etik subbagian 290.172 menyatakan bahwa
kondisi diberikannya jasa pembukuan dan jasa pengauditan baik yang bersifat rutin maupun
insidental pada diiivisi atau anak perusahaan klien audit yang merupakan perusahaan publik,
tindakan akan dianggap mengurangi independensi jika kondisi berikut terpenuhi.
Jasa yang diberikan tidak melibatkan pemberian pendapat.
Divisi atau anak perusahaan yang mendapat jasa tersebut secarakolektif tidak
signifikan bagi klien audit, atau jasa yang diberikan secara kolektif tidak signifikan
bagi divisi atau anak perusahaan tersebut.
Imbalan jasa audit yang diberikan pada KAP, atau jaringan KAP, dari jasa tersebut
secara kolektif tidak signifikan.
9
Jika jasa seperti itu diberikan, seluruh tindakan pengamatan berikut harus diterapkan :
KAP, atau jaringan KAP, harus tidak begitu saja menerima peran manajemen
meupun membuat keputusan manajerial.
Klien audit harus menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan.
Personel yang memberikan jasa tersebut tidak boleh terlibat dalam pemberian jasa
pengauditan.
Imbalan Jasa Audit dan Independensi
Cara auditor untuk berkompetisi mendapatkan klien dan menetapkan imbalan jasa
audit dapat memberikan implikasi penting bagi kemampuan auditor untuk menjaga
independensi auditnya.
Ketergantungan Pada Imbalan Jasa Audit
Auditor disarankan mampu menunjukkan bahwa ketergantungan ekonomi tidak
mengganggu independensi, dengan memastikan imbalan jasa audit seorangklien audit atau
grup audit tidak melebihi batas wajar.
Ketika bagian besar dari penapatan partner audit bergantung pada klien tertentu, KAP
harus memastikan bahwa pengendalian mutu yang memadai telah dilakukan dan bekerja
dalam kasus semacam ini harus diperiksa oleh akuntan profesional yang bukan anggota tim
audit.
Imbalan Jasa Audit yang Belum Dibayar
Ketika imbalan jasa audit yang signifikan besarnya belum dibayar untuk pekerjaan
yang sebelumnya telah selesai oleh auditor, imbalan jasa audit yang belum dilunasi tersebut
dianggap memiliki karakteristik yang sama seperti injaman setelah jatuh tempo dalam
periode piutang normal. Dalam kondisi seperti itu auditor harus mempertimbangkan apakah
independensi audit dapat menurun, dan jika hal ini diyakini kebenarannya, maka harus
dilakukan segala langkah yang memungkinkan untuk menarik diri dari penugasan audit ini.
Penetapan Imbalan Jasa Audit
Imbalan jasa audit atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas pekerjaan
yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan :
10
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Tingkat pendidikan dan pengalaman personel yang melakukanpekerjaan tersebut.
Tingkat tanggung jawab yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
Waktu yang dibutuhkan oleh semua personel yang mengerjakan pekerjaan tersebut.
Kode Etik subbagian 290.209 mengindikasikan bahwa ketika sebuah KAP
mendapatkan kontrak kerja audit dengan imbalan jasa yang sangat murah
dibandingkan KAP sebelumnya, maka KAP tersebut harus mampu menunjukkan
lamanya waktu audit yang tepat dan staf kompeten yang telah ditugakna dalam
menjalankan pekerjaan tersebut dan mereka mematuhi keempat standar, panduan dan
prosedur pengendalian kualitas.
Tindakan hukum antara kap dan klien, serta independensi
Ketika terdapat tindakan hukum atau niat untuk memulai tindakan hukum antara
sebuah KAP dengan klien auditnya, maka kemampuan KAP dengan kliennya untuk tetap
objektif dipertanyakan. Sebagai contoh, jika manajemen menuntut sebuah KAP dengan
tuduhan adanya kekeliruan dalam audit sebelumnya, maka KAP tersebut tidak akan dianggap
independen untuk pengauditan tahun berjalan karena ada ancaman kepentingan pribadi atau
intimidasi.
Tindakan hukum oleh klien untuk jasa perpajakan atau jasa non-audit lainnya, atau
tindakan melawan klien maupun KAP oleh pihak lain tidak akan menurunkan independensi
dalam pekerjaan audit.
Pergantian Auditor
Riset di bidang audit mengindikasikan beragam alasan dimana manajemen dapat
memutuskan untuk mengganti auditornya. Alasan tersebut termasuk mencari pelayanan
dengan kualitas yang lebih baik, opinion shopping, dan mengurangi biaya. Keputusan untuk
mengganti auditor dalam rangka mendapatkan akses pelayanan jasa yang lebih baik, dengan
sendirinya tidak akan mengancam independensi auditor.
Komunikasi Antara KAP
Auditor yang baru harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya sebagai bagian
dari proses pengambilan keputusan, apakah akan menerima atau menolak penugasan. Fokus
11
utama dalam komunikasi ini adalah informasi yang dapat membantu auditor yang baru untuk
menentukan apakah keputusan klien untuk mengganti auditornya akan berdampak pada
independensi auditor yang baru
Pengurangan Biaya
Tidak ada yang salah dalam manajemen yang mencoba untuk mendapatkan jasa
pengauditan dengan biaya yang lebih rendah atau auditor menawarkan jasa mereka dengan
harga lebih rendah dibandingkan dengan KAP lainnya. Hal penting yang harus diperhatikan
lainnya adalah bahwa kompetisi berdasarkan harga ini tidak akan memicu dilakukanna
pengauditan dengan kualitas yang lebih rendah atau membatasi independensi auditor
6. Ketentuan Bapepam-LK Terkait dengan Independensi Auditor
Nilai pengauditan bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Alasan
banyaknya pengguna laporan keuangan bersedia mengandalkan laporan akuntan publik
adalah karena adanya ekspektasi mereka terhadap auditor yang mampu memberikan
pendapat yang tidak bias.
Peraturan Bapepam-LK lebih lanjut membatasi kemungkinan auditor memberikan
jasa non-audit pada klien auditnya, dan juga termasuk pembatasan atas jasa KAPyamg
lama oleh klien dan mengharuskan adanya rotasi partner audit untuk meningkatkan
independensi.
Jasa Non-Audit
Aturan Bapepam-LK lebih jauh lagi membatasi, tapi tidak sepenuhnya
menghapuskan, jenis jasa non-audit yang bisa diberikan pada klien audit yang merupakan
perusahaan publik.
Berikut adalah sembilan jasa yang dilarang :
Jasa pembukuan, dan jasa akuntansi lainnya
Desain sistem informasi keuangan dan implementasinya
Penaksiran atau jasa penilaian
Jasa aktuaria
Jasa audit internal
Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
12
Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau jasa bankir invertasi
Jasa hukum dan pakar yang tidak terkait audit
Jasa lain yang tidak diijinkan
Komite Audit
Komite audit adalah komite dibawah dewan komisaris yang terdiri dari sekurangnya
seorang komisaris independen dan para profesional independen dari luar perusahaan, yang
tanggung jawabnya termasuk membantu para auditor tetap independen dari manajemen.
Konflik Yang Timbul dari Hubungan Kerja
Bekerjanya seseorang bekas anggota tim audit didalam perusahaan klien dapat
menimbulkan sejumlah persoalan independensi. Bapepam-LK telah menambahkan aturan
satu tahun “masa pendinginan’’ sebelum seorang bekas anggota tim audit dapat bekerja pada
klien di dalam sejumlah posisi kunci manajemen.
Rotasi Partner dan KAP
Seperti diminta oleh PMK 17/2008, aturan independensi Bapepam-LK mensyaratkan
partner audit untuk merotasi tim audit setelah 3 tahun dan KAP setelah 6 tahun. Bapepam-
LK mensyaratkan 3 tahun ‘’rehat’’ setelah rotasi sebelum mereka bisa kembali bekerja untuk
klien audit yang sama.
Kepentingan Kepemilikan
Aturan ini melarang kepemilikan oleh orang yang terkaitaudit dan keluarganya.
Termasuk (a) anggota dari tim audit,(b) mereka yang ada dalam posisi bisa memengaruhi
kontrak kerja audit dalam hierarki pimpinan perusahaan, (c) partner dan manajer yang
menyediakan jasa non-audit untuk klien, dan (d) partner di dalam kantor partner yang
bertanggung jawab utama untuk pelaksanaan audit.
7. Bantuan Untuk Menjaga Independensi dan Integritas Audit
Profesi dan masyarakat, khususnya dalam dekade lampau sangat fokus untuk
memastikan bahwa (1) para auditor menjaga sebuah sikap yang tidak bias dalam menjalankan
13
tugas mereka (independen dalam kenyataan), dan (2) para pengguna menganggap para
auditor itu independen (independen dalam penampilan).
Sebagai tambahan untuk waspada dalam melakukan audit dan berhubungan dengan
klien, independensi auditor dan integritas audit bisa ditingkatkan dengan penggunaan komite
audit, rotasi auditor, dan perlindungan kertas kerja.
Perlindungan Kertas Kerja
Ada tiga hal terkait dengan kertas kerja seorang auditor, yaitu integritas audit,
keuntungan pribadi, dan kerahasiaan klien. Tidak semua aspek dari kerahasiaan kertas kerja
terkait semata-mata dengan independensi, tapi juga menolak akses dari pihak yang tidak
berkepentingan terhadap kertas kerja dan menghindari ancaman terhadap kertas kerja dan
menghindari ancaman terhadap integritas audit adalah elemen penting untuk menjaga
independensi dan objektifitas.
Integritas Audit
Akses untuk mengaudit kertas kerja akan memberikan pegawai dari klien sebuah
kesempatan untuk mengubah informasi di dalam kertas atau mencampuri data uji.
Keuntungan Pribadi
Aktivitas yang tidak dapat diterima seperti praktik insider trading juga menjadi
bagian penting. Para auditor tidak boleh menggunakan informasi rahasia dari klien untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga (Pasal 140 dari Kode Etik).
Kerahasiaan Klien
Selama proses pemeriksaan para auditor mendapatkan sejumlah informasi rahasia
termasuk gaji pegawai, harga produk, rencana periklanan, dan data biaya produksi.
Biasanya kertas kerja auditor dapat diberikan kepada pihak lain hanya dengan seizin
klien. Hal ini tetap berlaku bahkan ketika seorang auditor ingin menawarkan jasanya kepada
perusahaan lain atau bersedia untuk mengizinkan auditor penggantinya untuk memeriksa
kertas kerja yang sudah disiapkan untuk klien terdahulu.
14
Pengecualian Dari Kerahasiaan
Ada dua persyaratan penting dari persyaratan kerahasiaan, yaitu (1) kewajiban hukuk,
dan (2) menjaga kualitas audit.
8. Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
1. Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah
dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
2. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada
telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar,
diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
3. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang
tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi
tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
4. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
5. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan
dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-
angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
6. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada
tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar.
Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
7. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat
tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah
saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
8. Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan
pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan
dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.
15
A. Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kesalahan/kekeliruan saji material
Tanggung jawab auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh
kesalahan kesalahan dalam perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman, dan kesalahan
penerapan standar akuntansi serta kesalahan dalam pengelompokkan dan penjelasan
sebagai bagian dalam mendeteksi yang tidak sengaja dilakukan oleh karyawan dan
manajemen.
B. Tanggung jawab auditor untuk melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan
Apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan mengandung salah saji
material karena adanya kekeliruan dan ketidakberesan, maka laporan keuangan dikatakan
tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.Oleh karena itu auditor harus
mendesak agar laporan keuangan direvisi oleh manajemen. Apabila hal ini dipatuhi oleh
manajemen, maka auditor bisa menerbitkan laporan bentuk baku dengan pernyataan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
C. Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan material
Standar audit mengakui bahwa kecurangan lebih sulit dideteksi karena karyawan
atau manajemen yang terkibat dalam kecurangan berusaha untuk menutupi kecurangan
tersebut. Kesulitan tersebut tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk merencanakan
dan menjalankan audit dengan tepat.
Kecurangan yang di akibatkan kecurangan dalam pelaporan keuangan dan
penyalahgunaan aset
Kecurangan dalam pelaporan keuangan membahayakan para pengguna informasi
laporan keuangan dengan memberikan laporan keuangan yang salah untuk membuat
keputusan, sedangkan ketika terjadi penyalahgunaan aset, para pemegang saham,
kreditor, dan lainnya akan dirugikan, karena aset tersebut tidak lagi tersedia bagi
pemiliknya yang berhak.
Biasanya kecurangan dalam pelaporan keuangan dilakukan oleh manajemen tanpa
sepengetahuan karyawan.Sedangkan penyalahgunaan aset dilakukan oleh karyawan.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang muncul dari
penggelapan aset tersebut :
1. Aset diambil dan penggelapan aset ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset
2. Aset diambil dan penggelapan aset ditutupi dengan mengurang sajikan pendapatan
atau melebih sajikan beban
3. Aset diambil namun penyalahgunaan dapat dideteksi
16
C. Tanggung jawab auditor untuk membongkar tindakan ilegal
PSA 31 (SA 317) tindakan ilegal didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap hukum atau
peraturan pemerintah selain kevurangan.Contoh : pelanggaran terhadap peraturan
perpajakan yang ditetapkan pemerintah dan pelanggaran hukum perlindungan
lingkungan.
1. Tindakan ilegal berdampak langsung
Misalnya pelanggaran atas hukum pajak, pelanggaran tersebut akan berpengaruh
langsung pada akun beban pajak penghasilan dan beban pajak penghasilan. Tanggung
jawab auditor menurut PSA 31 untuk tindakan ilegal yang berdampak langsung ini
adalah sama seperti tanggung jawab aditor terhadap kesalahan dan kecurangan.
2. Tindakan ilegal berdampak tidak langsung
Ketika perusahaan melanggar hukum perlindungan lingkungan, laporan keuangan
hanya akan terpengaruh jika terdapat sanki atas pelanggaran tersebut. Standar audit
menyatakan bahwa auditor tidak memberikan keyakinan bahawa tindakan tindakan ilegal
berdampak tidak langsung dapt dideteksi. Seringnya hubungan tidak langsung antara
tindakan ilegal dan laporan keuangan menjadikan tidak praktis bagi auditor untuk
mengambil tanggung jawab untuk membongkar tindakan ilegal.
Tiga tingkat tanggung jawab auditor untuk menemukan dan melaporkan tindakan
tindakan ilegal :
1. Akumulasi bukti ketika tidak ada alasan untuk menyakini adnya tindakan ilegal
berdampak tidak langsung
Membaca notulensi rdapat dewan direksi dan menanyakan pada kuasa hukum
klien mengenai tuntutan hukum.Auditor juga harus menanyakan pada manajemen
mengenai kebijakan mereka untuk mencegah tindakan ilegal.Selain prosedur tersebut,
auditor tidak diharuskan untuk mebcari tindakan ilegal berdampak tidak langsung
kecuali ada alsan yang memadai untuk menyakini bahwa telah terjadi tindakan
pelanggaran hukum.
2. Akumulasi bukti ketika ada alasan untuk menyakini adanya tindakan ilegal
berdampak langsung atau tidak langsung yang mungkin timbul
Ketika auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegl telah terjadi, beberapa
tindakan diperlukan untuk menentukanapakah tindakan ilegal yang di curigai tersebut
memang benar benar terjadi. Tindakan tindakan itu sebagai berikut :
17
Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatannya lebih tinggi
dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.
Auditor harus berkonsultaasi dengan penasehat hukum klien atau ahli lainnya yang
memiliki pengetahuan mengenai potensi tindakan ilegal.
Auditor hatrus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit untuk
menemukan apakah benar benar terjadi tindakan ilegal.
3. Tindakan ketika auditor mengetahui adanya tindakan ilegal
Tindakan pertama yang dilakukan ketika tindakan ilegal teridentifikasi adalah
mempertimbangkan dampaknya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan
pengungkapannya. Jika auditor menyimpulkan bahwa, pengungkaoan terkait dengan
tindakan ilegal tidak memadai, maka auditor harus memodifikasi laporan audit yang akan
di terbitkannya. Auditor harus mengomunikasikan dengan komite audit atau otoritas
lainnya yang setara untuk menyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan
ilegal tersebut. Jika klien menolak untuk menerima laporan audit yang dimodifikasi, atau
tidak melakukan tindakan yang segera untuk menangani tindakan ilegal terseb ut maka
bagi auditor untuk nmenatik diri dari kontrak kerja tersebut.
9. Tujuan manajemen
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan
secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer
mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian
melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
18
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus
diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha.
10. Siklus Laporan Keuangan
SiklusJurnal yang Dimasukan
kedalam Siklus
Akun-Akun BukuBesar yang Dimasukan kedalam
Siklus
Neraca Laba Rugi
Penjualan dan
Penagihan
Jurnal Penjualan
Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal Umum
Kas dan Bank
Piutang Dagang
Piutang Lain-lain
Penyisihan Piutang tak
Tertagih
Penjualan
Retur Penjualan dan
Pengurangan harga
Beban Piutang tak
tertagih
Pembelian dan
Pembayaran
Jurnal Pembelian
Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Umum
Kas dan Bank
Persediaan
Beban-beban dibayar
dimuka
Tanah
Bangunan
Komputer dan Peralatan
Lainnya
Perabotan dan Peralatan
Akumulasi Penyusutan
Utang Dagang
Utang Lainnya
Utang Pajak Penghasilan
Pajak Tangguhan
Iklan
Perjalanan dan Hiburan
Rapat Penjualan dan
Pelatihan
Literatur Promosi dan
Penjualan
Beban Penjualan Lain-
lain
Perjalanan dan Hiburan
Alat Tulis dan
Perlengkapan
Beban Pengiriman Pos
Telepon dan Fax
Perawatan Komputer dan
Perlengkapannya
Penyusutan
Sewa
Biaya Hukum
Jasa Pengauditan dan
19
Jasa Terkait Lainnya
Asuransi
Beban Kantor Lain-lain
Beban Umum Lain-lain
Keuntungan atas
Penjualan Aset
Beban Pajak Penghasilan
Penggajian dan
Kepegawaian
Jurnal Penggajian
Jurnal Umum
Kas dan Bank
Utang Gaji
Utang Pajak atas Gaji
Gaji dan Komisi
Pajak atas Gaji Penjualan
Gaji Eksekutif dan Staf
Pajak atas Gaji
Administratif
Persediaan dan
Pergudangan
Jurnal Pembelian
Jurnal Penjualan
Jurnal Umum
Persediaan Beban Pokok Penjualan
Akuisisi Modal
dan Pembayaran
Jurnal Pembelian
Jurnal Pengeluaran Kas
JurnalUmum
Kas dan Bank
Wesel Bayar
Wesel bayar Jangka
Panjang
Utang Bunga
Modal Saham
Tambahan Modal
Disetor
Laba Ditahan
Deviden
Utang Deviden
Beban Bunga
11. Menetapkan Tujuan Pengauditan
Tujuan pengauditan terkait menjelaskan mengapa auditor memperoleh keyakinan
untuk hasil pengauditannya dengan melakukan kombinasi antara pengauditan kelompok-
kelompok transaksi dan saldo akhir akun-akun termasuk penyajian dan pengungkapan.
Ada tiga kategori penetapan untuk tujuan pengauditan,diantaranya:
1. Tujuan audit terkait transaksi
Untuk setiap kelompok transaksi yang telah ditentukan, beberapa tujuan audit harus
terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat
20
dengan tepat. Contohnya tujuan audit terkait transaksi penjualan dan pengurangan
harga yang spesifik.
2. Tujuan audit terkait saldo
Serupa dengan tujuan audit terkait transaksi dan beberapa tujuan audit harus
terpenuhi oleh masing-masing saldo akun. Contohnya tujuan audit spesifik terkait
saldo akun piutang dagang dan tujuan audit spesifik terkait saldo akun utang dagang.
3. Tujuan audit terkait dengan penyajian dan pengungkapan
Audit yang terkait dengan penyajian dan pengungkapan informasi laporan keuangan.
Contohnya, terdapat tujuan audit spesifik terkait penyajian dan pengungkapan akun
piutang dagang dan wesel bayar.
12. Asersi Manajemen
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen
mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun akun terkait serta pengungkapan dalam
laporan keuangan.
Asersi manajemen secara langsung terkait dengan standar akuntansi (PABU) karena
asersi ini merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut :
1. Asersi mengenai kelompok - kelompok transaksi dan kejadian - kejadian selam
periode yang diaudit
2. Asersi Mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan
3. Asersi Mengenai penyajian dan pengungkapan
Asersi – asersi khusus yang dimasukan dalam setiap kategori diatas ditampilkan dalam
Tabel 1 – 1. Asersi – asersi ini dikelompokan sedemikian rupa sehingga asersi yag terkait
diantara kategori tersebut dmasukan dalam baris tabel yang sama.
Tabel 1-
1 asersi manajemen untuk setiap kategori asersi
Asersi mengenai kelompok Asersi mengenai saldo akun Asersi mengenai penyajian dan
21
transaksi dan kejadian pengungkapan
Keterjadian — transaksi dan
kejadian yang telah dicatat
memang benar - benar terjadi
dan terkait dengan entitas
tersebut.
Keberadaan — aset, liabilitas,
dan ekuitas benar-benar ada.
Keterjadian serta hak dan
kewajiban — mengugkapkan
kejadian - kejadian dan
transaksi yang telah terjadi dan
terkait dengan entitas tersebut.
Kelengkapan — semua
transaksi dan kejadian yang
seharusnya dicatat telah
dicatat.
Kelengkapan — semua aset,
liabilitas, dan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan
keuangan dengan jumlah yang
tepat untuk setiap hasil
penilaian penyesuaian telah
dicatat dengan tepat.
Kelengkapan — seluruh
pengungkapan yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan
keuangan telah dimasukkan.
Akurasi — jumlah dan data
lain terkait dengan transaksi
yang dicatat dan kejadian-
kejadian telah dicatat dengan
tepat.
Akurasi dan penilaian —
informasi keuangan dan
informasi lainnya telah
diungkapakan dengan tepat
pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi — transaksi-
transaksi dan kejadian
kejadian telah dicatat diakun
yang tepat.
Klasifikasi dan pemahaman —
informasi keuangan dan
informasi lainnya telah
dijelaskan dan diungkapkan
secara tepat dan jelas.
Pisah batas — transaksi-
transaksi dan kejadian-
kejadian telah dicatat di
periode pembukuan yang
benar.
Hak dan kewajiban — aset
yang dimiliki atau berada di
bawah kendali entitas
22
merupakan hak dari entitas
tersebut,serta liabilitas
merupakan kewajiban dari
entitas tersebut.
13. Tujuan audit terkait dengan transaksi
Tujuan audit terkait dengan transaksi ada secara umum dan khusus. Secara umum ada 6
tujuan audit terkait transaksi, diantaranya :
a. Keterjadian-transaksi yang dicatat benar-benar ada. Tujuan ini berkenaan dengan
apakah transaksi yang tercatat memang benar-benar terjadi.
b. Kelengkapan-transaksi yang ada telah dicatat. Tujuan ini bersangkutan dengan apakah
semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatatkan.
c. Keakuratan-transaksi yang dicatat disajikan dalam jumlah yang benar. Tujuan ini
membahas kekuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah satu
bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi
d. Pemindahbukuan dan pengikhtisaran- Transaksi yang dicatat telah dimasukkan dalam
arsip utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar . Tujuan ini berkaitan
dengan keakuratan transfer informasu dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku
besar pembantu dan ke buku besar.
e. Klasifikasi-transaksi yang dimasukkan dalam jurnal klien telah diklasifikasikan
dengan tepat. Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun
yang tepat, dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk
kelas transaksi
f. Penetapan waktu-transaksi dicatat pada tanggal yang benar. Tujuan penetapan waktu
untuk transaksi merupakan penyeimbang asersi pisah batas manajemen , contoh
transaksi penjualan harus dicatat pada tanggal pengiriman.
Tujuan audit terkait dengan transaksi secara khusus untuk setiap kelompok transaksi
yang penting dapat dikembangkan. Kelompok transaksi tersebut biasanya termasuk
penjualan , penerimaan kas, pembelian barang dan jasa, gaji, dan sebagainya. Setidaknya,
ada satu tujuan audit khusus terkait transaksi yang harus dimasukkan ke dalam setiap-
setiap tujuan umum audit terkait transaksi , kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan
umum audit terkait transksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.
23
14. Tujuan Audit Terkait Saldo
Tujuan audit ini mengikuti dari asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk
membantu auditor mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo akun. Tujuan
audit terkait saldo ini ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Tujuan audit
terkait saldo ditetapkan untuk saldo akun seperti piutang dagang atau persediaan .
Karena cara pengauditan yang dilakukan, tujuan audit terkait saldo hampir selalu diterapkan
pada saldo akhir di akun neraca seperti piutang dagang, persediaan dan wesel bayar. Meski
demikian, beberapa tujuan audit terkait saldo diterapkan untuk sejumlah akun laporan laba
rugi dan biasanya melibatkan transaksi-transaksi yang tidak rutin dan biaya-biaya tak terduga.
Akun laporan laba rugi lainnya terkait dekat dengan akun-akun neraca dan diujikan secara
simultan.
Ketika menggunakan tujuan audit terkait saldo terhadap audit saldo akun, auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk menguji rincian yang mendukung saldo akun, daripada
menguji saldo akun itu sendiri. Contohnya yaitu ketika mengaudit piutang dagang, auditor
mendapatkan sebuah daftar dari arsip utama akun piutang dagang yang sesuai dengan saldo
buku besar. Tujuan audit terkait saldo dari akun piutang dagang ditetapkan pada akun-akun
konsumen dalam daftar itu.
Tujuan Umum Audit Terkait Saldo
1. Keberadaan – Jumlah yang dicatat memang benar-benar ada
Tujuan ini terkait tentang apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan
memang semestinya dimasukkan dalam laporan keuangan tersebut. Tujuan ini
merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap keberadaaan untuk saldo akun.
2. Kelengkapan – Jumlah yang ada telah dicatat
Tujuan ini terkait tentang apakah semua jumlah yang semestinya dimasukkan sudah
benar-benar dimasukkan. Tidak memasukkan sebuah piutang dagang dari pelanggan
ke dalam neraca saldo piutang dagang ketika sebuah piutang memang ada, maka hal
itu melanggar tujuan kelengkapan.
3. Akurasi – Jumlah yang dimasukkan dalam jumlah yang benar
Tujuan akurasi ini mengarah pada jumlah yang dimasukkan pada perhitungan
matematis yang benar. Suatu persediaan dalam daftar persediaan klien bisa terjadi
24
kesalahan apabila jumlah unit persediaan yang ada salah saji atau harga per unitnya
salah.
4. Klasifikasi – Jumlah yang dimasukkan dalam daftar milik klien telah diklasifikasikan
dengan benar
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah yang dimasukkan pada daftar milik klien
dimasukkan dengan benar ke dalam akun buku besar. Contohnya dalam daftar akun
piutang, piutang harus dipisah kedalam piutang jangka pendek dan jangka panjang,
dan jumlah piutang kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, pegawai
dan direktur harus diklasifikasikan secara terpisah dari jumlah piutang pada
pelanggan. Klasifikasi juga bagian dari asersi penilaian dan alokasi.
5. Pisah batas – Transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode yang benar
Untuk menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah
transaksi dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada perode yang benar karena
sebuah saldo akun bisa menjadi salah saji oleh transaksi-transaksi yang mendekati
akhir periode pembukuan.
6. Keterkaitan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama yang terkait,
sesuai dengan jumlah total di buku besar
Saldo akun dalam laporan keuangan didukung oleh rinciandalam arsip utama dan
daftar yang ditetapkan klien. Tujuan keterikatan rincian menekankan bahwa rincian
dalam daftar telah disusun secara akurat, dijumlahkan dengan benar, dan sama dengan
buku besar.
7. Nilai terealisasi – Aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat terealisasi
Tujuan ini menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi dengan penurunan dari
biaya historis ke nilai terealisasi bersih.
8. Hak dan kewajiban
Selain eksistensi, kebanyakan aset harus dimiliki sebelum dapat diterima untuk
dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Demikian pula liabilitas harus merupakan
kewajiban entitas. Hak selalu dihubungkan dengan aset dan kewajiban dengan
liabilitas.
Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo
Setelah tujuan umum audit terkait saldo disusun, tujuan khusus audit terkait saldo dari
setiap saldo akun pada laporan keuangan dapat kita kembangkan. Sekurangnya satu
tujuan khusus audit terkait saldo dimasukkan ke dalam setiap tujuan umum audit
25
terkait saldo, kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan umum audit terkait saldo tidak
relevan untuk saldo akun yang sedang dinilai.
Hubungan Antara Asersi Manajemen dengen Tujuan Audit Terkait Saldo
Asersi Manajemen Saldo-
Saldo Akun
Tujuan Umum Audit
Terkait Saldo
Tujuan Khusu Audit
Terkait Saldo yang
Diterapkan untuk
Persediaan
Keberadaan Keberadaan Semua Persediaan yang
Tercatat pada Tanggal
Neraca
Kelengkapan Kelengkapan Semua Persediaan yang
ada sudah Dihitung dan
Dimasukkan dalam
Ringkasan Persediaan
Penilaian dari Alokasi Akurasi Jumlah Persediaan pada
Catatan Perpetual milik
Klien sama dengan
Persediaan di Gudang.
Klasifikasi Persediaan
Diklasifikasikan dengan
benar sebagai Bahan Baku,
Bahan dalam Proses dan
Barang jadi
Hak dan Kewajiban Pisah Batas
Keterikatan Rincian
Nilai Terealisasikan
Pisah Batas pembelian di
Akhir Tahun sudah benar.
Pisah Batas Penjualaann
diakhir tahun sudah benar
Total Persediaan sama
dengan Jumlah Total
26
Hak dan Kewajiban
Persediaan di Buku Besar
Nilai Persediaan sudah di
turunkan ketika terjadi
penurunan atas nilai
realisasi bersih
Perusahaan memiliki Hak
atas seluruh persediaan
yang ada dalam daftar.
15. Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan
Berikut merupakan asersi manajemen tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi manajemen Tujuan umum audit Tujuan khusus audit
Keterjadian hak dan
kewajiban
Keterjadian hak dan
kewajiban
Wesel bayar dijalankan dengan
catatan kaki benar-benar ada dan
merupakan kewajiban
perusahaan
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang
diharuskan terkait dengan wesel
bayar telah dimasukkan dalam
catatan kaki laporan keuangan
Penilaian dan alokasi Penilaian dan alokasi Catatan kaki pernungkapan
terkait wesel bayar adalah akurat
Klasifikasi dan
pemahaman
Klasifikasi dan
pemahaman
Wesel bayar diklasifikasikan
dengan benar ke dalam
kewajiban jangka pendek dan
panjang dan pengungkapan
laporan keuangan terkait dengan
wesel bayar dapat dipahami
16. Pemenuhan Tujuan – Tujuan Audit
27
Auditor harus mendapatkan bukti audit yang cukup untuk mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Para auditor sering mempertimbangkan tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan ketika berurusan dengan tujuan audit terkait
saldo. Auditor harus menentukan tuuan-tujuan audit yang tepat dan bahan bukti yang
dikumpulkan untuk mencapai tujuan setiap kali melakukan pengauditan. Untuk
melakukan hal ini, auditor menjalankan sebuah proses audit, yang merupakan sebuat
metodologi yang dangat jelas untuk pengorganisasian sebuah audit untuk meyakinkan
bahwa bukti yang dikumpulkan memadai dan tepat serta semua tujuan audit yang
diperlukan telah dinyatakan dengan jelas dan terpenuhi.
l
Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit (Fase I)
Ada dua pertimbangan penting yang memengaruhi pendekatan yang dipilih auditor.
1. Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi
tanggung jawab profesional dari auditor
2. Biaya penumpulan bahan bukti sebaikmya dapat diminimalisasi.
Pertimbangan pertama adalah yang paling penting, namun minimalisasi biaya juga
perlu jika KAP ingin memiliki daya saing dan keuntungan. Jika tidak ada penekanan
terhadap pengendalian biaya, maka pengambilan keputusan mengenai bahan bukti
merupakan hal yang mudah.
Mendapatkan Pemahaman Atas Entitas Klien dan Lingkungannya
Untuk menilai resiko salah saji dalam laporan keuangan secara memadai dan untuk
mengiterpretasikan informasi yang didapat selama melakukan audit, auditor harus
memiliki pemahaman yang baik atas bisnis klien dan lingkunagn terkait, termasuk
tentang strategi dan proses. Contohnya, ketika mengaudit perusahaan asuransi, auditor
harus tahu bagaimana menghitung cadangan kerugian.
Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Resiko Pengendalian
Resiko salah saji dalam laporan keuangna dapat dikurangi jika klien memiliki
pengendalian internal yang efektif terhadap operasi komputer atau proses transaksi.
Ketika auditor mengidentifikasi pengendalian internal dan mengevaluasi
efektivitasnya, proses ini dinamakan penilaian resiko pengendalian. Jika pengendalian
28
internal dinilai efektif, penilaian resiko pengendalian yang direncanakan dapat
dikurangi dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan dapat berkurang signifikan.
Menilai Resiko Salah Saji Material
Auditor menggunakan pemahaman atas industri dan strategi bisnis klien serta
efektivitas atas pengendalian internal untuk menguji resiko salah saji dalam laporan
keuangan. Pengujian ini akan berdampak pada rencana audit serta jenis, waktu dan
keluasan prosedur audit.
Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
(Fase II)
Dalam fase ini, pertama-tama auditor harus menguji efektivitas pengendalian. Contoh,
pengendalian internal klien memerlukan verifikasi oleh seorang petugas independen
terhadap semua harga penjualan satuan sebelum faktur penjualan dikirimkan ke
pelanggan. Auditor sebaiknya menguji efektivitas pengendalian ini dengan menguji
sampel dari salinan faktur penjualan untuk untuk petugas yang pertama agar menandai
bahwa harga penjualan per unit sudah diverifikasi.
Auditor juga mengevaluasi catatan transaksi klien dengan melakukan verifikasi
jumlah nominal transaksi, proses ini disebut tes substantif terhadap transaksi.
Contohnya, auditor dapat membandingkan harga per unit yang ada pada salinan faktur
penjualan dengan daftar harga resmi sebagai bentuk pengujian terhadap tujuan akurasi
untuk transaksi penjualan.
Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian Saldo (Fase III)
Ada dua kategori umum dalam prosedur di fase ini. Prosedur analitis menggunakan
perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain
disajikan secara wajar. Menguji rincian saldo merupakan prosedur khusus yang
dimaksudkan untuk menguji salah saji nilai nominalsaldo akun di laporan keuangan.
Pengujian terinci atas saldo akhir merupakan hal yang penting dilakukan dalam
pengauditan karena hampir semua bahan bukti didapatkan dari narasumber klien yang
independen sehingga bahan bukti dianggap memiliki kualitas yang tinggi.
29
Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit
Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk masing-masing tujuan audit
dan laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait, sangat penting untuk
menggabungkan informasi yang didapatkan untuk mencapai kesimpulan menyeluruh
mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Proses penarikan
kesimpulan ini merupakan hal subjektif karena sangat bergantung pada penilaian
profesional auditor. Ketika proses audit telah selesai, seorang akuntan publik harus
menerbitkan laporan audit untuk menyertai laporan keuangan yang diterbitkan oleh
klien.
30