asuhan keperawatan klien dengan gangguan muskuloskeletal ibu wiwin

21

Click here to load reader

Upload: julian-saputra

Post on 07-Aug-2015

20 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

BU WIWIN

________________________________________

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang

berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).

SISTEM RANGKA

Dipelihara oleh “Sistem Haversian” yaitu sistem yang berupa rongga yang di tengahnya

terdapat pembuluh darah.

Terjadi proses pembentukan jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang telah

rusak.

FUNGSI TULANG

1. Menyokong memberikan bentuk

2. Melindungi organ vital.

3. Membantu pergerakan.

4. Memproduksi sel darah merah pada sumsum.

5. Penyimpanan garam mineral.

PEMBAGIAN TULANG

1. Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan)

Seperti : tl. tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.

2. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)

Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),

extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)

HISTOLOGI TULANG

Ada 2 tipe tulang : a. Kompaktum → kuat, tebal, padat.

b. Kankellous → lebih kopong, renggang

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil → “lacuna”

Cairan yang mengisi “Osteocyte”

Osteocyte adalah sel pembentuk tulang.

Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang).

Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.

Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.

KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA

1. Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago artikular, diafisis,

periosteum dan rongga medular.

Epifisis : Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot berhubungan dengan tulang

dan membuat sendi menjadi stabil.

Kartilage artikular : Membungkus pangkal tulang panjang dan membuat permukaan tulang

panjang menjadi halus.

Diafisis : Bagian tulang panjang yang utama memberikan struktural pada tubuh.

Metafisis : Bagian tulang yang mengembang di antara epifisis dan diafisis.

Periosteum : Jaringan konektif fibrosa yang membungkus tulang.

R. medular : Terletak di tengah-tengah diafisis.

2. Tulang pendek seperti karpal, tarsal

3. Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.

4. Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan melindungi

tendon, seperti patela.

SISTEM ARTIKULAR

Artikulasi/persendian : hubungan antara dua tulang atau lebih.

Namun tidak semua persendian dapat melakukan pergerakan :

1) Synarthrosis :

- Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan sama sekali

2) Amphiarthrosis :

- Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas, seperti tl. simphisis pubis

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

3) Diarthrosis ( Sendi Sinovial )

- Sendi dapat bergerak bebas.

- Sendi ini mengandung :

a. Rongga artikular (ruang dengan membran sinovial, memproduksi cairan sinovial untuk

melicinkan sendi)

b. Ligamen

c. Kartilago

- Sendi ini dapat melakukan gerakan :

a. Protraksi (gerakan bagian tubuh ke arah depan/maju seperti pergerakan mandibula)

b. Fleksi/ekstensi dll.

SISTEM MUSKULAR

40-50 % BB manusia.

Pergerakan terjadi karena adanya kontraksi.

Tipe-tipe otot :

1) Otot jantung

2) Otot polos

3) Otot lurik atau rangka.

KARTILAGE

Kartilage adalah jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan.

Kartilage umum terdapat pada tulang embrio

Umumnya kartilage ini berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi

tetapi beberapa kartilage tidak berubah setelah dewasa..

LIGAMEN DAN TENDON

Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang tebal, mengandung serabut

kolagen dalam jumlah yang sangat besar. Tendon menghubungkan otot ke tulang.

Tendon merupakan perpanjangan dari pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan

periosteum.

Ligamen menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

pergerakan.

________________________________________

FRAKTUR

________________________________________

DEFINISI :

Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen

fraktur.

Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.

SEBAB :

a. Trauma :

• Langsung (kecelakaan lalulintas)

• Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur

tulang belakang )

b. Patologis : Metastase dari tulang

c. Degenerasi

d. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.

JENIS FRAKTUR

a. Menurut jumlah garis fraktur :

• Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)

• Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)

• Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

b. Menurut luas garis fraktur :

• Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)

• Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)

• Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk

tulang)

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

c. Menurut bentuk fragmen :

• Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)

• Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)

• Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :

• Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :

I. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1

cm.

II. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.

III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.

• Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

TANDA KLASIK FRAKTUR

1. Nyeri

2. Deformitas

3. Krepitasi

4. Bengkak

5. Peningkatan temperatur lokal

6. Pergerakan abnormal

7. Ecchymosis

8. Kehilangan fungsi

9. Kemungkinan lain.

PATOFISIOLOGI

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

Fraktur

Periosteum, pembuluh darah di kortek

dan jaringan sekitarnya rusak

• Perdarahan

• Kerusakan jaringan di ujung tulang

Terbentuk hematom di canal medula

Jaringan mengalami nekrosis

Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :

1. Vasodilatasi

2. Pengeluaran plasma

3. Infiltrasi sel darah putih

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

1. Haematom :

Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom

Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat

Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah

dan berkembang menjadi granulasi.

2. Proliferasi sel :

Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur.

Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa

periosteum melebihi tulang.

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung

fraktur.

3. Pembentukan callus :

Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.

Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.

Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.

Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus

meluas melebihi garis fraktur.

4. Ossification

Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan

bersatu di ujung tulang.

Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada

bagian tengah

Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

5. Consolidasi dan Remodelling

Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.

KOMPLIKASI

1. Umum :

Shock

Kerusakan organ

Kerusakan saraf

Emboli lemak

2. D i n i :

Cedera arteri

Cedera kulit dan jaringan

Cedera partement syndrom.

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

3. Lanjut :

Stffnes (kaku sendi)

Degenerasi sendi

Penyembuhan tulang terganggu :

o Mal union

o Non union

o Delayed union

o Cross union

TATA LAKSANA

1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :

Eksternal → gips, traksi

Internal → nail dan plate

3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Riwayat perjalanan penyakit.

2. Riwayat pengobatan sebelumnya.

3. Pertolongan pertama yang dilakukan

4. Pemeriksaan fisik :

Identifikasi fraktur

Inspeksi

Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)

Observasi spasme otot.

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

5. Pemeriksaan diagnostik :

Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)

CT-Scan

6. Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)

Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :

a. Osteomyelitis acut

b. Osteomyelitis kronik

c. Osteomalacia

d. Osteoporosis

e. Gout

f. Rhematoid arthritis

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DATA SUBYEKTIF

Data biografi

Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas,

ROM, gangguan sensasi.

Cara PQRST :

o Provikatif (penyebab)

o Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)

o Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)

o Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)

o Timing (kapan mulainya)

Pengkajian pada sistem lain

o Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.

o Riwayat dirawat di RS

o Riwayat keluarga, diet.

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

o Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan

o Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.

DATA OBYEKTIF

Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot

Bandingakan dengan sisi lainnya.

Pengukuran kekuatan otot (0-5)

Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.

Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK

1. X-ray dan radiography

2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi lokal

sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.

3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone

graf).

4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak

sebelum operasi epifisis).

5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor

ganas, osteomyelitis dan fraktur).

6. MRI

7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)

8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI

1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.

• Berdampak luas pada aspek psikososial klien.

• Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi

• Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :

- Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)

- Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

- Lutut (ekstensi)

- Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

2. Nyeri; tindakan keperawatan :

• Merubah posisi pasien

• Kompres hangat, dingin

• Pemijatan

• Menguragi penekanan dan support social

• Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :

- Kejadian sebelum terjadinya nyeri

- Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul

- Penyebaran nyeri

- Lamanya nyeri

- Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan

- Sumber nyeri

- Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.

3. Spasme otot

• Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)

• Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

• Tindakan keperawatan :

a. Rubah posisi

b. Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut

c. Berikan ruangan yang cukup hangat

d. Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama

tidur

e. Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI

1. Istirahat

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

• Istirahat adalah intervensi utama

• Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

• Pemasangan bidai/gips.

2. Kompres hangat

• Rendam air hangat/kantung karet hangat

• Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

• Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :

o Perlunakan jaringan fibrosa

o Membuat relaks otot dan tubuh

o Menurunkan atau menghilangkan nyeri

o Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

3. Kompres dingin

• Metoda tidak langsung seperti cold pack

• Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic

• Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma

• Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot

• Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis

• Tidak sampai > 30 menit.

TRAKSI

________________________________________

PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI

1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi

dapat dipertahankan.

3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.

4. Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol.

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.

6. Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.

KEUNTUNGAN PEMAKAIAN TRAKSI

1. Menurunkan nyeri spasme

2. Mengoreksi dan mencegah deformitas

3. Mengimobilisasi sendi yang sakit

KERUGIAN PEMAKAIAN TRAKSI

1. Perawatan RS lebih lama

2. Mobilisasi terbatas

3. Penggunaan alat-alat lebih banyak.

BEBAN TRAKSI

1. Dewasa = 5 - 7 Kg

2. Anak = 1/13 x BB

MACAM-MACAM PEMAKAIAN TRAKSI

1. Traksi kulit/skin traksi

• Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester

• Ex. : traksi Buck, traksi Bryant.

2. Traksi tulang/traksi skeletal

• Penarikan tulang yang mengalami fraktur melalui tulang

• Ex. : traksi Russel

JENIS TRAKSI

1. Traksi kulit Buck’s

• Traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.

• Indikasi :

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

o Untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum dioperasi

o Digunakan pada anak.

• Komplikasi :

o Perban elastis dapat mengganggu sirkulasi

o Timbul alergi kulit

o Dapat timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus

o Pada lansia, traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.

2. Traksi Russell’s

• Modifikasi dari traksi Buck’s

• Digunakan untuk fraktur lutut

• Digunakan pada orang dewasa

• Komplikasi :

o Perlu bedrest → decubitus, pneumoni

o Penderita bergerak, beban turun → traksi tidak adekuat

o Infeksi

3. Cervical traksi

• Digunakan pada fraktur cervical, maxillaries, clavicula

• Beban 4-6 pounds

• Komplikasi :

o Dapat terjadi gangguan integritas kulit

o Alergi

o Klien tidak nyaman dan melelahkan

4. Pelvic traksi

• Digunakan pada dislokasi dan fraktur pelvis, fraktur tulang belakang

14

Page 15: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

DETEKSI DINI KOMPLIKASI

• Yang mungkin terjadi pada fraktur

1. Emboli paru, gejala :

o Nyeri dada

o Dispnea

o Nadi cepat dan lemah

2. Emboli lemak → ss. Tulang dan kerusakan jaringan

system pernapasan

- perubahan status mental

- tacycardi

3. Ganggren → infeksi anaerob → bakteri Clostridium welchii

Gejala : gg. mental, demam, TD↓, RR ↑

______________________________________

G I P S

________________________________________

INDIKASI

1. Immobilisasi dan penyangga fraktur

2. Stabilisasi dan istirahatkan

3. Koreksi deformitas

4. Mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi

5. Membuat cetakan tubuh orthotik

• Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.

• Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari pada

pasien ditraksi.

YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN GIPS

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal Ibu Wiwin

1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan

2. Gips patah tidak bisa digunakan

3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.

4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka

5. Untuk mencegah masalah pada gips :

• Jangan merusak atau menekan gips

• Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.

• Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

WINDOWS

Dilakukan untuk :

1. Memeriksa luka

2. Membuka jahitan

3. Memeriksa adanya penekanan

4. Membuang/mengangkat benda asing

5. mengurangi penekanan.

PEMBUKAAN

1. Dibuat garis terlebih dahulu

2. Mata gergaji hanya memotong benda yang keras

3. Pemotongan dihentikan bila pasien merasa kepanasan

4. Selama pemotongan, mata gergaji ditekan dengan lembut

5. Pada saat memotong, anggota ekstremitas harus disangga.

6. Cuci dan keringkan, beri pelembab

7. Ajarkan aktivitas bertahap.

16