asuhan keperawatan jiwa pada keluarga dengan …

87
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG KARYA TULIS ILMIAH RISKA FEBRINA NIM : 153110222 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN

HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

RISKA FEBRINA

NIM : 153110222

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA

DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NANGGALO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Ke Program Studi DIII Keperawatan Padang Politeknik

Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

RISKA FEBRINA

NIM : 153110222

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkah dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga dengan Harga Diri Rendah

Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2018”

Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang

Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

proposal KTI ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KTI ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp. Jiwa dan ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep,

Sp. Jiwa selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga

dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KTI.

2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, MSi selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes RI Padang

3. Ibu Hj. Murniati Mukhtar, SKM, M.Biomed selaku ketua jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

4. Ibu Ns, Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ka Prodi D III Keperawatan

Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang.

5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah menbantu dan memberikan ilmu

dalam pendidikan untuk bekal penelitian selama perkuliahan di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

6. Bapak Drg. Darius selaku Pimpinan Puskesmas Nanggalo Padang dan Staf

Puskesmas Nanggalo Padang yang telah banyak membantu dalam usaha

memperoleh data yang peneliti perlukan.

7. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat, doa

restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang dapat ananda

utarakan selain terima kasih dan semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

8. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik

Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan. Terima kasih atas

dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KTI ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan

Padang, Juni 2018

Peneliti

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Febrina

Tempat, Tanggal Lahir : Padang Luar, 03 Februari 1997

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Karatau Parabek, Kenagarian Ladang Laweh,

Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam,

Provinsi Sumatera BArat

Nama orang tua

Ayah : Andani

Ibu : Netriwati

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1. SD SD Negeri 16 Parabek Bangkaweh 2003-2009

2. SMP SMP Negeri 1 Banuhampu 2009-2012

3. SMA SMA Negeri 1 Banuhampu 2012-2015

4. DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2015-2018

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

Riska Febrina

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah

Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang

Isi: xi + 63 halaman, 1 tabel, 2 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 jumlah

penderita gangguan jiwa dengan skizofrenia di Puskesmas Nanggalo sebanyak

471 orang. Puskesmas Nanggalo menduduki peringkat ke 5 dari 22 puskesmas

yang tinggi angka gangguan jiwa dengan skizofrenia di kota Padang. Jumlah

pasien jiwa dengan skizofrenia yang berobat ke Puskesmas Nanggalo tahun 2017

sebanyak 106 orang, dengan jumlah masing-masing Kelurahan yaitu Kelurahan

Surau Gadang 65 orang, di kelurahan Kurao Pagang 36 orang dan di Kelurahan

Gurun Laweh 5 orang. Jumlah pasien Skizofrenia yang mengalami harga diri

rendah yaitu 8 orang dari Kelurahan Surau Gadang, 4 orang dari Kelurahan Kurao

Pagang, dan 1 orang dari Kelurahan Gurun Laweh. Tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa dengan

harga diri rendah di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Kota Padang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk

studi kasus yang dilakukan dari bulan September sampai Juni 2018. Populasi

dalam penelitian ini adalah pasien dengan gangguan jiwa Skizofrenia yang

mengalami harga diri rendah di kelurahan Surau Gadang yaitu sebanyak 8 orang.

Sampel yang diperoleh berjumlah 2 orang dengan melakukan screening. Hasil

dari penelitian ini adalah masalah harga diri rendah dapat diatasi dengan

mengidentifikasi dan melatih kemampuan yang dimiliki oleh klien, mengajarkan

klien berinteraksi dengan orang lain serta mengajarkan klien menjaga kebersihan

diri. Disarankan khususnya pemegang program kesehatan jiwa agar dapat

konseling pada pasien dan keluarga terkait bagaimana mengurangi resiko

kekambuhan pada pasien seperti melaksanakan strategi pelaksanaan harga diri

rendah pasien dan keluarga.

Kata Kunci : Harga Diri Rendah, asuhan keperawatan

Daftar Pustaka : 25 (2007-2017)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis ...................................................... 7

1. pengertian Harga Diri Rendah Kronis ....................................................... 7

2. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis .............................................. 7

3. Faktor Predisposisi Harga Diri rendah Kronis ........................................... 8

4. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah Kronis ........................................... 9

5. Proses TerjadinyaHargaDiriRendahKronis................................................ 9

6. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronis ............................................. 12

7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Kronis .......................................... 13

8. Penatalaksanaan Pada Harga Diri Rendah Kronis ..................................... 13

B. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Kronis .................................. 15

1. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 15

2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 23

3. Rencana Keperawatan ................................................................................ 23

4. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 27

5. Dokumentasi Keperawatan ....................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...................................................................................... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 28

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 28

D. Instrumen Pengumpulan ............................................................................ 29

E. Jenis dan Pengumpulan Data ..................................................................... 30

F. Prosedur Penelitian .................................................................................... 32

G. Analisis Data ............................................................................................. 33

BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus ........................................................................................ 34

B. Pembahasan .............................................................................................. 51

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 62

B. Saran ......................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus Partisipan 1 dan Partisipan 2 ...................................... 34

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis .................................... 7

Gambar 2.2 Proses terjadinya Masalah Harga Diri Rendah Kronis...................... 11

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ghanchart

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Jiwa Partisipan 1 dan Partisipan 2

Lampiran 3 Format Skrining Klien yang Mengalami Skizofrenia Dengan Harga

Diri Rendah Kronis

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Penelitian

Lampiran 7 Surat izin pengambilan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang

Lampiran 8 Surat Izin penelitian

Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10 Data Jumlah Pasien Skizofrenia Di kelurahan Surau Gadang

Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017

Lampiran 11 Dokumentasi foto

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat

mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang

dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang

berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat

adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku.

Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2011).

Menurut (Herman, 2011) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental atau

psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal

yang dapat mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur

dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat,

kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan

dan kematian orang yang dicintai, rasa permusuhan hubungan antar

manusia.Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup menilai dengan baik

kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang

lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan

keperawatan jiwa.

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat

signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan

jiwa bertambah. Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan

Kesehatan Dunia 2014 menunjukkan tidak kurang dari 450 juta penderita

mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan

jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu.

Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada

tahun 2030. Menurut WHO gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di

dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol

38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri di

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

setiap tahun, dan hampir ¾ beban global penyakit neuropsikiatrik didapati

berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2013)

adalah 236 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi

dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.

Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa.

Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan

jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia

pada urutan ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi

saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan

gejala-gejala yang ditimbulkan oleh pasien.

Gangguan jiwa yang menjadi masalah utama di negara-negara berkembang adalah

skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang aneh

dan terganggu. Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan klien tidak menyadari

ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama.

Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhinya menjadi skizofrenia akut.

Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi

penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir, dan harga diri rendah (Yosep,

2011).

Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya

kepercayaan diri, gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung

maupun tidak langsung. Harga diri rendah merupakan semua pikiran, keyakinan,

dan kepercayaan tentang dirinya dan mempengaruhi orang lain. Harga diri tidak

terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan lingkungan (Stuart, 2013).

Menurut (Keliat, 2011) tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri

sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan

produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala diatas,

dapat juga mengamati penampilan seorang dengan harga diri rendah yang tampak

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

kurang memperhatikan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak

berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan

nada suara rendah.

Pasien dengan harga diri rendah beresiko muncul masalah gangguan jiwa lain

apabila tidak segera diberikan terapi dengan benar, karena pasien dengan harga

diri rendah cenderung mengurung diri dan menyendiri, kebiasaan itulah yang

memicu munculnya masalah isolasi sosial. Isolasi sosial menyebabkan pasien

tidak dapat memusatkan perhatian yang menyebabkan suara atau bisikan muncul

sehingga menimbulkan masalah halusinasi, masalah lain yang kemudian terjadi

adalah resiko perilaku kekerasan, rasa tidak terima tentang suatu hal karena

merasa direndahkan seseorang maupun suara bisikan yang menghasut untuk

melakukan tindakan merusak lingkungan dan menciderai orang lain (Direja,

2011).

Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri rendah adalah

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien,

membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu

klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih

kemampuan yang dipilih klien serta membantu pasien menyusun jadwal

pelaksanaan kemampuan yang dilatih (Prabowo, 2014) .

Keluarga sebagai sistem pendukung utama juga memiliki peran penting dalam

membantu pasien meningkatkan harga dirinya (Dermawan, 2013). Tindakan dan

peran keluarga yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah

klien menurut Yosep (2014) diantaranya mendorong pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya, memberi kegiatan sesuai kemampuan

pasien, menetapkan tujuan yang nyataa, membantu klien mengungkapkan

beberapa rencana mengungkapkan masalah, dan membantu klien mengungkapkan

upaya yang bisa digunakan dalam menghadapi masalah.

Hasil penelitian Titik Suerni, dkk (2013) di ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.

H.Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013 dari 60 pasien yang dirawat terdapat 35

pasien (58.33%) dengan harga diri rendah. Tindakan keperawatan yang di berikan

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

pada klien yaitu dengan model pendekatan keperawatan profesional (MPKP).

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemberian terapi generalis kepada

35 orang pasien (100%), terapi generalis dan terapi kognitif kepada 15 orang klien

(42.48%) dan kombinasi terapi generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi

keluarga pada 20 klien (57.14%)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 jumlah penderita

gangguan jiwa dengan skizofrenia di Puskesmas Nanggalo sebanyak 471 orang.

Jumlah penderita laki-laki sebanyak 331 orang, sedangkan jumlah penderita

perempuan sebanyak 140 orang. Berdasarkan data tersebut, puskesmas Nanggalo

menduduki peringkat ke 5 dari 22 puskesmas yang tinggi angka gangguan jiwa

dengan skizofrenia di kota Padang.

Berdasarkan laporan tahunan yang diperoleh dari medical record Puskesmas

Nanggalo jumlah pasien jiwa dengan skizofrenia yang berobat ke Puskesmas

Nanggalo dari bulan Januari sampai dengan November tahun 2017 sebanyak 106

orang, dengan jumlah masing-masing Kelurahan yaitu Kelurahan Surau Gadang

65 orang, di kelurahan Kurao Pagang 36 orang dan di Kelurahan Gurun Laweh 5

orang. Jumlah pasien Skizofrenia yang mengalami harga diri rendah di Puskesmas

Nanggalo sebanyak 13 orang. 8 orang dari Kelurahan Surau Gadang, 4 orang dari

Kelurahan Kurao Pagang, dan 1 orang dari Kelurahan Gurun Laweh.

Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada 2 orang pasien harga diri rendah

kronis yang berobat ke Puskesmas Nanggalo pasien merasa tidak percaya diri

karena tidak memiliki kemampuan, pasien merasa tidak ada yang membantunya

karena merasa orang lain tidak mengerti dengan masalah yang dihadapinya.

Pasien merasa dikucilkan dan tidak nyaman dengan keluarga dan lingkungan

sekitar karena banyak terdapat konflik dalam keluarga. Pasien juga merasa malu

dengan lingkungannya karena sering ditertawai sebagai orang gila. Hasil

wawancara penulis dengan pemegang program jiwa di Puskesmas Nanggalo

tindakan yang diberikan kepada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Nanggalo

adalah pemberian Strategi Pelaksanaan dan pengobatan medis, Namun pemberian

Strategi pelaksanaan kepada pasien harga diri rendah kronis kurang dilakukan

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

secara optimal, perawat tidak memberikan Strategi Pelaksanaan kepada pasien

secara teratur saat pasien berkunjung.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan penerapan

Asuhan Keperawatan pada pasien Harga Diri Rendah di wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Kota Padang Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Pasien: Harga Diri Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang

Tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan jiwa pada keluarga dengan

harga diri rendah Di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun

2018.

2. Tujuan khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada keluarga

dengan harga diri rendah kronis di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Kota Padang.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan harga diri rendah di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota

Padang.

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada keluarga dengan

harga diri rendah kronis di wilayah kerja puskesmas Nanggalo Kota

Padang.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada keluarga dengan

harga diri rendah kronis di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota

Padang.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan

harga diri rendah kronis di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota

Padang.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan

harga diri rendah kronis di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota

Padang

D. Manfaat Penelitiaan

1. Aplikatif

a. Bagi penulis

Pedoman dalam asuhan keperawatan dan aplikasi ilmu keperawatan pada

pasien dengan harga diri rendah serta dapat menambah pengetahuan dan

wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan

b. Bagi klien dan keluarga

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan

anggota keluarga yang menderita skizofrenia dengan masalah harga diri

rendah

2. Pengembangan keilmuan

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi dalam proses kegiatan belajar

mengajar dan bahan pustaka tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya

pada pasien dengan harga diri rendah

b. Bagi puskesmas

Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam meningkatkan

pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa di puskesmas dan mampu

membuat perencanaan dan kebijakan untuk menurunkan angka kejadian

harga diri rendah pada penderita skizofrenia.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengertian Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,

tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri

dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami

evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana

individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri

dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa

kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu

yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis

Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Respon Adaptif Respon maladptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan depersonalisasi

Diri positif Rendah Identitas

Gambar 2.1 Rentang respon Konsep Diri menurut (Stuart, 2007)

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:

a. Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat

mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya

b. Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri

dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. Individu

dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam

menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:

a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif

dan merasa lebih rendah dari orang lain.

b. Kekacauan identitas

Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa

kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

c. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan

sdirinya dengan orang lain.

3. Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi

sebagai berikut:

a. Faktor Biologis

Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma

kepala.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Faktor psikologis

Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan

harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,

penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran

yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian

internal individu.

c. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan

terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi

rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak,

dan tingkat pendidikan rendah.

4. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah Kronis

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan

bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau

produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri

rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional

misalnya karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik

biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah

memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep, 2009)

Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:

1) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan

2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi

a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan

dengan pertumbuhan

b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

c) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan

sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan

bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi

tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang

normal; prosedur medis dan keperawatan.

5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga

diri rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi

karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang

prilaku klien sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu

memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya

individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),

individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa

gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri

sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi

harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan

positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus

akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

Psikodinamika terjadinya Harga Diri Rendah dapat dijelaskan pada

gambar 2.2 berikut ini :

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah (Stuart, 2013)

Faktor biologis :

1. Faktor herediter

2. Riwayat

penyakit/trauma

kepala

Faktor psikologis:

1. Penolakan dan harapan

orang tua yang tidak

realisitis

2. Kegagalan yang

berulang

3. Kurang mempunyai

tanggung jawab

personal

4. Ketergantungan pada

orang lain

Faktor sosial budaya:

1. Penilaian negatif dari

lingkungan

2. Sosial ekonomi

rendah

3. Tekanan dari

kelompok teman

sebaya

4. Perubahan struktur

sosial

1. Trauma : penganiayaan seksual dan

psikologis, menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupan

2. Ketegangan peran: transisi peran

perkembangan, transisi peran situasi,

transisi peran sehat-sakit

Koping individu tidak efektif

Harga Diri rendah

Menarik diri : isolasi sosial Defisit perawatan diri

Halusinasi

Resiko perilaku kekerasan Resiko Menciderai Diri

Faktor predisposisi faktor presipitasi

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

6. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronis

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang

menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil

wawancara dan observasi (Kemenkes, RI)

a. Data subjektif

Pasien mengungkapkan tentang:

1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimis

4) Penolakan terhadap kemampuan diri

b. Data objektif

1) Penurunan produktifitas

2) Tidak berani menatap lawan bicara

3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

4) Bicara lambat dengan nada suara rendah

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri

rendah menurut Fitria (2009) adalah:

1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimistis

4) Tidak menerima pujian

5) Penurunan produktivitas

6) Penolakan terhadap kemampuan diri

7) Kurang memperhatikan perawatan diri

8) Berpakaian tidak rapi

9) selera makan kurang

10) Tidak berani menatap lawan bicara

11) Lebih banyak menunduk

12) Bicara lambat dengan nada suara lemah

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Kronis

Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi

(2015) adalah:

a. Jangka pendek

1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:

pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.

2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,

keagaman, politik).

3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga

kontes popularitas).

4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara

(penyalahgunaan obat).

b. Jangka panjang

1) Menutup identitas

2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan

harapan masyarakat.

8. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis

Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu

metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang

berdasarkan kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan

mengimplementasikan komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga diri

rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut Suhron (2017)

diantaranya:

1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan

d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai

kemampuan

e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Tindakan keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:

1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien

2) Perkenalkan diri dengan pasien

3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini

4) Buat kontrak asuhan

5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi

6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien

7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

pasien:

1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif

pasien (buat daftar kegiatan)

2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian

yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien

c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih

dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan

saat ini

2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap

kemampuan diri yang diungkapkan pasien

d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan

kegiatan yang dilakukan

1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.

2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.

e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).

2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua

kali perhari.

3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang

diperlihatkan pasien.

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya

menyusun rencana kegiatan.

5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah

dilatihkan.

6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan

setiap aktivitas.

8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan

keluarga.

9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah

pelaksanaan kegiatan

B. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan

status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan

kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah

pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi,

mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik

mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)

Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:

1) Identitas pasien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,

pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang

rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,

dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama/alasan masuk

Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan

masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering

menunduk dan nada suara rendah.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

3) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis tipe

keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tradisional

dan nontradisional.

4) Suku Bangsa

Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.

5) Agama

Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing keluarga,

perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat

memengaruhi kesehatan

6) Status Sosial dan Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

7) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas

rekreasi

8) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap

perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga

ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai

Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan

yang belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan kendala –

kendala yang membuat tugas perkembangan keluarga tersebut belum

terpenuhi.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

c) Riwayat keluarga inti

Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –

masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita oleh

keluarga, terutama gangguan jiwa.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan istri,

serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi tentang

penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik berhubungan

dengan panyakit yang diderita oleh klien, maupun penyakit keturunan

dan menular lainnya.

9) Data Lingkungan

a) Karakteristik rumaah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan

sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi

dengan denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

memengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

interaksi keluarga dengan masyarakat.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

10) Struktur Keluarga

a) Sistem pendukung keluarga

Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga adalah

jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan mencangkup fasilitas fisik,

fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

b) Pola komunikasi keluarga

Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon

anggota keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola

komunikasi yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya komunikasi

disfungsional.

c) Struktur kekuatan keluarga

Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku.

d) Struktur peran

Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal

e) Nilai dan norma keluarga

Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berkaitan

dengan kesehatannya.

11) Fungsi Keluarga

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta prilaku.

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

c) Fungsi perawatan kesehatan

Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit.

Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima

tugas kesehatan keluarga, yaitu (a) Mengenal masalah kesehatan; (b)

Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan; (c) melakukan

perawatan terhadap anggota yang sakit; (d) Menciptakan lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan; (e) Mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan tempat tinggal.

d) Fungsi reproduksi

Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana

mengenai jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan jumah

anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah

sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumberdaya

dimasyarakat untuk meningkatkan status kesehatannya

12) Faktor predisposisi

a) Riwayat gangguan jiwa

Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat

gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.

b) Pengobatan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki riwayat

gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien belum

berhasil.

c) Aniaya

Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan,

mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan

dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama

dengan pasien.

e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman

yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan

orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya

ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien yang dapat

menyebabkan gangguan jiwa.

13) Pengkajian fisik

Tanda tanda vital:

Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri rendah

meningkat.

14) Pengkajian psikososial

a) Genogram

Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah

ada keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang

dialami pasien.

b) Konsep diri

(1) Gambaran diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan

tidak ada keluhan apapun

(2) Identitas diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya

dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di

banggakan atau diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.

(3) Peran

Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,

ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan

tugas.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

(4) Ideal diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan

dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien

merasa dapat menjalankan perannya di keluarga maupun di

masyarakat.

(5) Harga diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu

mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain,

perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis serta

penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan

pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang

kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa

dikucilkan di lingkungan sekitarnya.

c) Hubungan sosial

(1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau

meminta dukungan

(2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam

(3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien

(4) Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan

mengeksploitasi orang lain.

d) Spiritual

(1) Falsafah hidup

Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan

ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap

sakit serta dengan penyembuhannya

(2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan

Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak

memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau

menjalankan kegiatan keagamaan.

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

15) Status mental

(1) Penampilan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak

rapi, tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan

perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian

dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.

(2) Pembicaraan

Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,

volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.

(3) Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan

terjadi penurunan aktivitas interaksi.

(4) Alam perasaan

Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang

pesimis.

(5) Afek

Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon

bila ada stimulus emosi yang bereaksi.

(6) Interakasi selama wawancara

Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan

mudah tersinggung.

(7) Persepsi

Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang

mengancam atau memberi perintah.

(8) Proses pikir

Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan

pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang

kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.

(9) Isi pikir

Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau

menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

(10) Tingkat kesadaran

Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik

seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien

dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi

klien menyadari semua yang terjadi di lingkungannya).

(11) Memori

Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak terdapat

gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun

memori jangka panjang.

(12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau

tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,

karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan

dalam berhitung.

(13) Kemampuan menilai

Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil

keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:

berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dahulu

sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah

diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu mengambil

keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan

sesuai dengan data.

(14) Daya tilik diri

Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik

dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta

pertolongan/pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien tidak

mau bercerita penyakitnya.

16) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan

sayuran.

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Buang air besar dan buang air kecil

Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan

menggunakan toilet. Klien jarang membersihkannya kembali

c) Mandi

Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat

gigi dan pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali.

Klien menggunting kuku setiap kuku pasien dirasakan panjang.

d) Berpakaian

Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan,

klien mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.

e) Istirahat dan tidur

Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2

jam, dan pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam.

Terkadang pasien terbangun dimalam hari karena halusinasinya

muncul.

f) Penggunaan obat

Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien

meminum obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air.

Biasanya pasien belum paham prinsip 5 benar dalam meminum

obat.

g) Pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan

dukungan dari keluarga serta petugas kesehatan dan orang

disekitarnya.

h) Aktivitas di dalam rumah

Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang

menyiapkan makanan sendiri dan membantu membersihkan

i) Aktivitas di luar rumah.

Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun

dengan lingkungannya.

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

17) Mekanisme koping

Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme

koping maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat,

menghindar dan mencederai diri.

18) Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari

keluarganya. Pasien merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga.

Pasien juga merasa tidak diterima di lingkungan karena penilaian

negatif dari diri sendiri dan orang lain.

19) Kurang pengetahuan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit

jiwa yang ia alami dan penatalaksanaan program pengobatan.

20) Aspek medik

Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan

yang tepat. Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien

mendapatkan Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg, Trihexy

penidil 3x2 mg, dan Risporidon 2x2 mg.

Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer yaitu data yang

langsung didapat oleh perawat, dan data sekunder yaitu data yang diambil

dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan lain. Perawat dapat

menyimpulkan kebutuhan atau masalah pasien dari kelompok data yang

telah dikumpulkan.

Kemungkinan kesimpulan tersebut adalah:

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1) Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, pasien hanya

memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up

secara periodik karena tidak ada masalah dan pasien telah

mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.

2) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi

dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Ada masalah dengan kemungkinan:

1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat

menimbulkan masalah.

2) Aktual terjadi masalah disetai data pendukung.

Dari pengelompokkan data, selanjutnya perawat merumuskan masalah

keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya

sejumlah masalah pasien saling berhubungan dan dapat digambarkan

sebagai pohon masalah (Eko Prabowo, 2014).

Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting

untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah

yaitu: penyebab (causa), masalah utama (core problem) dan effect

(akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari beberapa

maslaah yang dimiliki oleh pasien. Umumnya masalah utama berkaitan

erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu

dari beberapa masalah pasien yang merupakan penyebab masalah utama.

Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah lain, demikian

seterusnya. Akibat adalah salah satu dari masalah pasien yang merupakan

efek/akibat dari masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek

lain, demikian seterusnya.

Pohon masalah Harga Diri Rendah menurut Fitria (2009)

Defisit Perawatan Diri Isolasi sosial Effect

Core Problem

Koping individu tidak efektif Causa

Harga diri rendah

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang

mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:

1. Harga diri rendah kronik

2. Koping Individu tidak efektif

3. Isolasi sosial

4. Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaan tindakan keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012),

yaitu:

a) Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan

pertama

(1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan

pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah

dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang

belum terpenuhi

(2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien

(buat daftar kegiatan)

(3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih

dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)

(4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini

(5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat

ini untuk dilatih

(6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya)

(7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk

dilatih dua kali per hari

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua

(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.

(2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah

dilatih dan berikan pujian.

(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama

(4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telah dilatih

(5) Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)

(6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-

masing dua kali per hari

c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga

(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah

(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang

telah dilatih dan berikan pujian

(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua

(4) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih

(5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)

(6) Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-

masing dua kali per hari.

d) Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatan keempat

(1) Mengevaluasi data harga diri rendah

(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan

ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian

(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga.

(4) Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih

(5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara)

(6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-

masing dua kali per hari.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Strategi tindakan keperawatan keluarga menurut Suhron (2017) yaitu:

a) Strategi pelaksanaan pertama keluarga: mengenal masalah harga diri rendah

dan megenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat (melatih

kegiatan pertama)

(1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri

rendah.

(2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri

rendah dan akibat harga diri rendah (gunakan booklet).

(3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah .

(4) Memberikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki pasien.

(5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipih pasien.

(6) Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal

dan memberikan pujian.

b) Strategi pelaksanaan kedua keluarga: latihan cara merawat/membimbing

melakukan kegiatan kedua

(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri

rendah.

(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien

melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.

(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan

berikan pujian.

(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan kedua yang

dipilih.

(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan

berikan pujian.

c) Strategi pelaksanaan ketiga keluarga: latihan cara merawat/membimbing

melakukan kegiatan ketiga

(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri

rendah

(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien

melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan

berikan pujian

(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang

dipilih

(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan

berikan pujian

d) Strategi pelaksanaan keempat keluarga: latihan cara merawat/membimbing

melakukan kegiatan keempat

(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri

rendah

(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien

melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan

berikan pujian

(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang

dipilih

(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan

berikan pujian.

4. Evaluasi keperawatan

Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam

merawat harga diri rendah adalah:

a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien

dapat:

1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan

3) Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan

4) Membuat jadwal kegiatan harian

5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian

6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi

harga diri rendah

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil

apabila keluarga dapat:

1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda

dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika

harga diri rendah tidak diatasi)

2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah

3) Merawat harga diri rendah

4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung

pasien untuk meningkatkan harga dirinya

5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga

diri rendah

6) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan

melakukan rujukan.

5. Dokumentasi keperawatan

Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada setiap proses

keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil pengkajian yang telah dilakukan,

menyampaikan diagnosa, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan

dan evaluasi dari kedua partisipan. Peneliti juga akan memaparkan pembahasan

dari kedua partisipan dan mengkaitkannya dengan teori yang ada. Pelaksanaan

asuhan keperawatan dimulai pada tanggal 19 Maret 2018 sampai tanggal 28 Maret

2018 yang dilakukan di rumah partisipan.

A. Deskripsi kasus

Tabel 4.1 Deskripsi kasus partisipan 1 dan partisipan 2 di Kelurahan Surau

Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2018

Asuhan Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2

Keluhan saat dikaji Partisipan 1 mengatakan

dirinya malu dan

merasa tidak berguna

dikarenakan belum

mendapat pekerjaan.

Partisipan 1 mengatakan

ingin selalu bekerja dan

tidak bermalas-

malasan.Partisipan 1

mengatakan juga gagal

menjadi seorang istri

karena tidak mampu

mempertahankan rumah

tangganya.

Partisipan 2 mengatakan

merasa malu karena tidak

bekerja serta tidak

memiliki apa yang

dimiliki saudaranya,

klien iri terhadap

saudaranya.Partisipan 2

juga mengatakan pesimis

dengan kemampuan

dirinya karena tidak

bekerja dan

berpenghasilan seperti

adik-adiknya.

Faktor predisposisi

a. Gangguan jiwa

dimasa lalu

Pengkajian faktor

Pengkajian faktor

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Pengobatan

sebelumnya

c. Trauma

predisposisi didapatkan

partisipan 2 pernah

mengalami gangguan

jiwa dimasa lalu yaitu

sekitar 8 tahun yang

lalu. Partisipan 1 pernah

dirawat di salah satu

RSJ di kota Padang

sebanyak 3 kali masing-

masing pada tahun 2013

sebanyak 2 kali, tahun

2014 sebanyak 1 kali

dan tahun 2015

sebanyak 1 kali.

Partisipan 1 mengatakan

sebelumnya sudah

menjalani terapi

pengobatan di Rumah

Sakit Jiwa HB Sa’anin

Padang kemudian

melanjutkan pengobatan

rawat jalan di

Puskesmas Nanggalo

Kota Padang. Ayah

klien mengatakan klien

rutin minum obat

dengan diingatkan

terlebih dahulu

Partisipan 1 mengatakan

predisposisi didapatkan

partisipan 2 pernah

mengalami gangguan

jiwa di masa lalu yaitu

sekitar 10 tahun yang

lalu. partisipan 2

mengatakan partisipan 2

pernah dirawat di RSJ

kota Padang sebanyak 4

kali masing-masing pada

tahun 2010 sebanyak 1

kali , 2012 sebanyak 2

kali, 2014 sebanyak 1

kali dan 2015 sebanyak 1

kali.

Partisipan 2 mengatakan

sebelumnya sudah

menjalani terpai

pengobatan di Rumah

Sakit Jiwa HB Sa’anin

Padang kemudian

melanjutkan pengobatan

rawat jalan di Puskesmas

Nanggalo Kota Padang.

Ibu klien mengatakan

klien rutin minum obat

Partisipan 2 mengatakan

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

tidak pernah menjadi

pelaku kekerasan, tidak

pernah menjadi korban

aniaya seksual dan juga

pelaku seksual serta

tidak pernah

menyaksikan kejadian

tentang aniaya seksual.

Partisipan 1 mengatakan

pernah mendapat

penolakan dari

suaminya karena

penyakitnya yang

menyebabkan suaminya

pergi meninggalkannya.

Partisipan 1 mengatakan

bahwa dia tidak pernah

melakukan tindakan

kriminal seperti

membunuh atau

mencuri barang milik

orang lain ataupun milik

keluarganya. Partisipan

1 mengatakan bahwa

ada anggota keluarga

yang mengalami

gangguan jiwa yaitu

adik dari ibunya.

tidak pernah menjadi

pelaku kekerasan, tidak

pernah menjadi korban

aniaya seksual dan juga

pelaku seksual serta tidak

pernah menyaksikan

kejadian tentang aniaya

seksual. Partisipan 2

mengatakan bahwa dia

tidak pernah melakukan

tindakan kriminal seperti

membunuh atau mencuri

barang milik orang lain

ataupun milik

keluarganya.

Faktor presipitasi Partisipan 1 mengatakan

saat berusia 10 tahun

pernah jatuh dari motor

dan kepalanya terbentur

Partisipan 2 mengatakan

pernah jatuh dari tangga

saat berusia 8 tahun dan

kepalanya terbentur

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

ke tanah

Pemeriksaan fisik Pada saat dilakukan

pemeriksaan fisik pada

partisipan 1 didapatkan

TD: 120/90 mmHg, HR:

82 x/menit, S: 36.5 ˚C,

RR: 19x/menit.

Partisipan 1 mengatakan

tangan dan kakinya

gatal-gatal dan perih

ketika di garuk.

Pada saat dilakukan

pemeriksaan fisik pada

partisipan 2 didapatkan

TD: 130/80 mmHg, HR:

92 x/menit, S: 37 ˚C,

RR: 20 x/menit.

Partisipan 2 juga

mengeluh kepalanya

sering terasa pusing.

Psikososial

a. Genogram

b. Konsep Diri

Pengkajian psikosial

didapatkan partisipan 1

merupakan anak ke

emapt dari 5 bersaudara,

sudah menikah namun

sudah bercerai dengan

suaminya. Partisipan 1

belum dikaruniai anak.

Ayah dan ibu partisipan

1 masih hidup dan

tinggal serumah dengan

partisipan 1. Partisipan

1 tidak memiliki

masalah dalam

berkomunikasi dengan

keluarganya dan

pengambil keputusan

adalah ayah dari

partisipan 1.

Pengkajian psikososial

pada partisipan 2

didapatkan partisipan 2

anak pertama dari 3

bersaudara, sudah

menikah dan suami

bekerja di luar kota.

Partisipan 2 memiliki 1

orang anak. Partisipan 2

tinggal dengan ibu dan

adik-adiknya. Partisipan

2 tidak memiliki masalah

dalam berkomunikasi

antar sesama anggota

keluarga yang lain dan

untuk pengambilan

keputusan dalam

keluarga adalah ibu dari

partisipan 2.

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Pada pengkajian pola

konsep diri didapatkan,

partisipan 1 mengatakan

anggota tubuhnya

lengkap dan tidak

mengalami kecacatan,

partisipan 1 mengatakan

bersyukur mempunyai

anggota tubuh yang

lengkap yang diberikan

oleh Tuhan Yang Maha

Esa. Partisipan 1

seorang wanita berusia

37 tahun merupakan

anak ke empat dari 5

bersaudara. Partisipan 1

mengatakan dirinya

berperan untuk

membantu ayah dan

ibunya yang sudah tua.

Partisipan 1 mengatakan

tidak mau merepotkan

kedua orang tuanya.

Partisipan 1 sekarang

ditinggal oleh suaminya

sejak 6 tahun yang lalu.

Partisipan 1 mengatakan

tidak bekerja karena

sakitnya. Partisipan 1

mengatakan ingin

sembuh dan ingin

bekerja supaya bisa

Pada pengkajian pola

konsep diri didapatkan

partisipan 2 mengatakan

Partisipan 2 mengatakan

tidak memiliki

pandangan buruk

terhadap tubuhnya,

partisipan 2 mengatakan

merasa bersyukur

diberikan tubuh yang

sehat dan tidak cacat.

Partisipan 2 seorang

wanita berusia 34 tahun

sudah mempunyai suami.

Partisipan 2 merasa

belum puas menjadi

seorang istri karena

belum bisa membantu

suaminya. Partisipan 2

mengatakan dirinya

berperan sebagai istri dan

ibu dari anaknya. Selama

sakit partisipan 2 merasa

tidak berguna karena

tidak bisa membantu

suaminya dan merasa

kurang beruntung

dibandingkan dengan

kedua adiknya. Partisipan

2 mengatakan ingin

menjadi lebih baik lagi

dari sekarang dan ingin

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Hubungan sosial

d. Spiritual

membantu orang

tuanya. Partisipan 1

mengatakan dirinya

malu dan merasa tidak

berguna karena tidak

bekerja. Partisipan 1

mengatakan dirinya

merasa sedih

dikarenakan dirinya

belum bisa membantu

orang tuanya. Partisipan

1 mengatakan ingin

bekerja dan tidak

bermalas-malasan.

Pada pengkajian

hubungan sosial

didapatkan, Partisipan 1

mengatakan dekat

dengan ayahnya.

Partisipan 1 mengatakan

jarang berinteraksi atau

ikut dalam kegiatan

kelompok/masyarakat

disekitar rumahnya.

Partisipan 1 mengatakan

lebih senang melakukan

aktivitas di rumah.

Pada pengkajian

menjadi yang berguna

bagi semua orang dan

mendapatkan kerja lagi.

Partisipan 2 merasa tidak

berguna, karena tidak

bisa membantu suaminya

untuk membiayai sekolah

anaknya. Partisipan 2

mengatakan merasa

kurang beruntung dan

malu dengan keadaannya

yang sekarang yang tidak

bekerja, sehingga

partisipan 2 menyendiri

dan tidak mau bergaul

dengan temannya.

Pada pengkajian pola

hubungan sosial

didapatkan, Partisipan 2

mengatakan dekat

dengan suami, ibu dan

adiknya. Partisipan 2

mengatakan jarang

berinteraksi atau ikut

dalam kegiatan

kelompok/masyarakat

disekitar rumahnya.

Pada pengkajian spiritual

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

spiritual didapatkan

partisipan 1 mengatakan

bahwa ia beragama

islam dan ia jarang

melakukan shalat 5

waktu

didapatkan partisipan 2

mengatakan bahwa ia

beragama islam.

Partisipan 2 juga

mengatakan ia

melaksanakan shalat 5

waktu setiap hari sesuai

dengan jadwal waktu

shalat.

Status mental

a. Penampilan

b. Pembicaraan

c. Aktivitas motorik

Saat dilakukan

pengkajian di rumah

partisipan 1 penampilan

kurang rapi, badan bau

dan pakaian kotor,

rambut berminyak,

kuku bersih dan pendek.

Partisipan 1 cukup

kooperatif, berbicara

lambat dan tidak mau

memulai percakapan

terlebih dahulu.

Aktivitas motorik

partisipan 1 terlihat

cukup tenang dan hanya

duduk di tempat tidur

selama pembicaraan

Saat dilakukan

pengkajian di rumah

penampilan partisipan 2

tampak rapi dan

berpakaian sesuai dengan

cara berpakaian seperti

biasa, rambut tersisir

rapi, tangan bersih dan

kuku pendek.

Partisipan 2 cukup

kooperatif saat

berkomunikasi,

pembicaraan sesuai

dengan topik yang

dibicarakan.

Aktivitas motorik

partisipan 2 terlihat lesu

dan pasif .

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

d. Alam perasaan

e. Afek

f. Interaksi selama

wawancara

g. Persepsi

berlangsung

Alam perasaan

partisipan 1 mengatakan

dirinya merasa sedih.

Afek partisipan 1

selama berinteraksi afek

datar

Selama proses

berinteraksi kontak

mata partisipan 1

kurang sesekali

menundukkan kepala

dan terkadang merasa

curiga saat interaksi

sedang berjalan.

Partisipan 1 mengatakan

saat sebelum dirawat

dulu pernah mendengar

suara-suara yang

mengajaknya

mengobrol namun sejak

keluar dari rumah sakit

partisipan 1 mengatakan

tidak pernah

Alam perasaan partisipan

2 mengatakan dirinya

merasa sedih dan tidak

berguna bagi keluarganya

dan kurang bersemangat

Afek partisipan 2 selama

berinteraksi afek datar

Selama proses

berinterkasi partisipan 2

kurang konsentrasi dan

kontak mata kurang

sering berpaling

pandangan, sering

menunduk ketika diajak

ngobrol jawaban

partisipan 2 simpel dan

singkat.

Partisipan 2 mengatakan

saat sebelum dirawat

dulu pernah mendengar

suara-suara yaang

mengajaknya mengobrol

namun sejak keluar dari

rumah sakit partisipan 2

mengatakan tidak pernah

mendengarkan suara-

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

h. Proses pikir

i. Isi pikir

j. Tingkat kesadaran

k. Memori

mendengarkan suara-

suara tersebut tidak

pernah muncul kembali.

Proses pikir saat

wawancara cukup baik,

pembicaraan pasien

sesuai dengan yang

ditanyakan oleh

perawat.

Partisipan 1 mengatakan

dirinya hanya ingin

sembuh dan tidak

minum obat lagi.

Kesadaran partisipan 1

baik, tidak ada

gangguan orientasi

terhadap waktu, tempat

dan partisipan 1 dapat

mengingat orang yang

berkomunikasi

dengannya.

Partisipan 1 tidak

mengalami gangguan

daya ingat jangka

panjang dan jangka

pendek. Partisipan 1

suara tersebut tidak

pernah muncul kembali.

Pembicaraan partisipan 2

sering terhenti tiba-tiba

tanpa gangguan dan

pembicaraan dilanjutkan

kembali.

Dalam pengkajian isi

pikir partisipan 2

mengatakan terkadang ia

merasa curiga terhadap

orang yang baru ia kenal.

Kesadaran partisipan 2

baik, tidak ada gangguan

orientasi terhadap waktu,

tempat dan partisipan 2

dapat mengingat orang

yang berkomunikasi

dengannya.

Partisipan 2 tidak

mengalami gangguan

daya ingat jangka

panjang dan jangka

pendek. Partisipan 2

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

l. Tingkat

konsentrasi dan

berhitung

m. Kemampuan

penilaian

n. Daya tilik diri

masih ingat penyebab

dia masuk RSJ karena

sering mengurung diri

di kamar dan partisipan

1 dan daya ingat jangka

pendek seperti pasien

mampu mengulangi

nama perawat saat awal

berkenalan.

Tingkat konsentrasi dan

berhitung partisipan 1

cukup bagus, terbukti

dengan partisipan 1 bisa

menjawab pertanyaan

dengan baik, dan

partisipan 1 juga bisa

berhitung dengan baik

dan benar sesuai dengan

pertambahan yang

diberikan.

Pengkajian kemampuan

penilaian partisipan 1

mampu mengambil

keputusan yang

sederhana dan perlu

motivasi

Partisipan 1 mengatakan

kalau dirinya tidak sakit

jiwa dan tidak

menyalahkan orang lain

masih ingat penyebab dia

masuk RSJ karena sering

mengurung diri di kamar

dan partisipan 2 dan daya

ingat jangka pendek

seperti pasien mampu

mengulangi nama

perawat saat awal

berkenalan.

Tingkat konsentrasi dan

berhitung partisipan 2

cukup bagus, terbukti

dengan partisipan 2 bisa

menjawab pertanyaan

dengan baik, dan

partisipan 2 juga bisa

berhitung dengan baik

dan benar sesuai dengan

pertambahan yang

diberikan

Partisipan 2 mengalami

gangguan penilaian

ringan dan tidak dapat

mengambil keputusan

sendiri

Partisipan 2 menyadari

kalau dirinya sedang

sakit, terkadang

partisipan 2 menyalahkan

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

atau lingkungan yang

menyebabkan kondisi

seperti ini.

dirinya sendiri dan

lingkungan sekitar karena

sering merasa curiga

terhadap orang lain.

Aktivitas sehari-hari

a. Makan

b. BAB/BAK

c. Mandi

d. Berpakaian/berhia

s

e. Istirahat/tidur

Partisipan 1 makan 3x

sehari porsi habis

dengan nasi dan lauk

pauk.

Partisipan 1 mengatakan

BAB 1-2 kali sehari dan

BAK 3-4 kali sehari di

WC dan dibersihkan

Partisipan 1 mengatakan

malas untuk mandi,

partisipan 1 hanya

mandi sekali 3 hari,

dibuktikan dengan

keadaan partisipan 1

tampak bau dan rambut

kusut

Partisipan 1 tampak

tidak mampu berdandan

dan berhias dibuktikan

partisipan 1 hanya

mengganti pakaian 1

kali dalam 3 hari dan

rambut pasien yang

kusut.

Partisipan 2 makan 3x

sehari secara mandiri

dengan nasi, lauk pauk

dan sayuran.

Partisipan 2 mengatakan

BAB 1-2 kali sehari dan

BAK 3-4 kali sehari di

WC dan dibersihkan

Partisipan 2 mengatakan

mandi 2 kali sehari

secara mandiri

Partisipan 2 dapat

mengenakan pakaian

sendiri dengan rapi,

menyisir rambut dan

memakai sendal

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

f. Penggunaan obat

g. Pemeliharaan

kesehatan

h. Kegiatan di dalam

rumah

i. Kegiatan di luar

rumah

Partisipan 1 mengatakan

suka tidur siang dari

jam 14.00-16.00 WIB

dan malam hari diatur

dari jam 20.00-05.30

WIB.

Partisipan 1 mengatakan

minum obat setelah

makan dengan bantuan

dari keluarga

Partisipan 1 mengatakan

jika obatnya habis

partisipan 1 mengontrol

kesehatannya ke

puskesmas. Keluarga

mendukung pengobatan

partisipan 1

Partisipan 1 mengatakan

didalam rumah pasien

menyapu, mencuci baju,

mencuci piring, dan

melipat pakaian

Partisipan 1 mengatakan

jarang melakukan

Partisipan 2 mengatakan

istirahat tidurnya

nyenyak, pasien istirahat

siang hari 2-3 jam dan

malam 8-9 jam

Partisipan 2 minum obat

sesuai petunjuk dokter

(frekuensi, jenis, dosis,

waktu dan cara

pemberian) secara rutin

dengan bantuan keluarga

Partisipan 2 mengatakan

jika obatnya habis

partisipan 2 mengontrol

kesehatannya ke

puskesmas. Keluarga

mendukung pengobatan

partisipan 2

Partisipan 2 mengatakan

didalam rumah pasien

merapikan tempat tidur,

mencuci baju, mencuci

piring, dan melipat

pakaian

Partisipan 2 mengatakan

jarang melakukan

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

kegiatan di luar rumah

seperti berbelanja dan

kegiatan di masyarakat

kegiatan di luar rumah

seperti berbelanja dan

kegiatan di masyarakat

Mekanisme Koping Partisipan 1 mengatakan

apabila mempunyai

masalah, partisipan 1

sering memendamnya

(tidak mau

menceritakan kepada

orang lain).

Partisipan 2 mengatakan

apabila pasien

mempunyai masalah,

partisipan 2 sering

memendamnya (tidak

mau menceritakan pada

orang lain) dan saat

dilakukan pengkajian

partisipan 2 tampak

menyendiri

Masalah psikososial dan

lingkungan

Partisipan 1 mengatakan

tidak pernah melakukan

kegiatan kelompok.

Partisipan 1 mengatakan

jarang berkomunikasi

dengan lingkungan di

sekitar rumahnya.

Partisipan 1 mengatakan

merasa malu untuk

berbincang bincang

dengan tetangga di

sekitar

Partisipan 2 mengatakan

tidak pernah melakukan

kegiatan kelompok.

Partisipan 2 mengatakan

jarang berkomunikasi

dengan lingkungan di

sekitar rumahnya.

Pengetahuan Partisipan 1 mengatakan

mengetahui tentang

penyakitnya. Partisipan

1 juga mengatakan

mengenal obat-obat

yang ia minum setelah

Partisipan 2 mengatakan

mengetahui tentang

penyakitnya. Partisipan 2

juga mengatakan

mengenal obat-obat yang

ia minum setelah makan

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

makan karna telah

dijelaskan oleh perawat

di RS maupun di

Puskesmas

karna telah dijelaskan

oleh perawat di RS

maupun di Puskesmas

Aspek medik Partisipan 1 dirawat

dengan diagnosa

Skizofrenia. Partisipan

1 mendapatkan terapi

obat yaitu terapi medis

meliputi Trihexy Penidil

2x2 mg, Haloperdol

2x1,5 mg,

Chlorpromazine 1x100

mg

Partisipan 2 dirawat

dengan diagnosa

Skizofrenia. Partisipan 1

mendapatkan terapi obat

yaitu terapi medis

meliputi Trihexy Penidil

2x2 mg, Haloperdol

2x1,5 mg,

Chlorpromazine HCL

1x1

Perumusan masalah

keperawatan

Dari data hasil

pengkajian dan

observasi diatas,

peneliti melakukan

analisa data kemudian

merumuskan diagnosa

yang sesuai dengan

prioritas, menyusun

intervensi keperawatan,

melakukan

implementasi dan

evaluasi tindakan.

Diagnosa keperawatan

yang muncul sesuai

dengan prioritas yaitu

koping individu tidak

efektif, harga diri

Dari data hasil

pengkajian dan observasi

diatas, peneliti

melakukan analisa data

kemudian merumuskan

diagnosa yang sesuai

dengan prioritas,

menyusun intervensi

keperawatan, melakukan

implementasi dan

evaluasi tindakan.

Diagnosa keperawatan

yang muncul sesuai

dengan prioritas yaitu

koping individu tidak

efektif, harga diri rendah,

dan isolasi sosial.

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

rendah, isolasi sosial

dan defisit perawatan

diri.

Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan

prioritas utama adalah

koping individu tidak

efektif. Tindakan

keperawatan yang

diberikan pada

partisipan adalah

membina hubungan

saling percaya dengan

pasien.

Strategi Pelaksanaan

harga diri rendah.

Partisipan:

terdiri dari dari empat

strategi pelaksanaan

yaitu pertama perawat

membantu pasien

memilih beberapa

kegiatan yang dapat

dilakukannya, pilih

kegiatan yang dapat

dilakukan saat ini,

kedua yaitu perawat

membantu pasien

memilih kegiatan

kedua, dan melatih

kegiatan kedua, ketiga

perawat membantu

Diagnosa keperawatan

prioritas utama adalah

koping individu tidak

efektif. Tindakan

keperawatan yang

diberikan pada partisipan

adalah membina

hubungan saling percaya

dengan pasien.

Strategi Pelaksanaan

harga diri rendah.

Partisipan:

terdiri dari dari empat

strategi pelaksanaan yaitu

pertama perawat

membantu pasien

memilih beberapa

kegiatan yang dapat

dilakukannya, pilih

kegiatan yang dapat

dilakukan saat ini, kedua

yaitu perawat membantu

pasien memilih kegiatan

kedua, dan melatih

kegiatan kedua, ketiga

perawat membantu

pasien memilih kegiatan

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

pasien memilih kegiatan

ketiga, dan melatih

kegiatan ketiga,

keempat perawat

membantu pasien

memilih kegiatan

keempat dan melatih

kegiatan keempat.

Keluarga :

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan tentang

harga diri rendah,

pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya

harga diri rendah dan

akibat jika tidak diatasi,

membantu keluarga

mengambil keputusan

dalam merawat pasien,

melatih keluarga cara

merawat pasien harga

diri rendah, melatih

keluarga menciptakan

suasana keluarga dan

lingkungan yang

mendukung

meningkatkan harga diri

pasien, mendiskusikan

tanda dan gejala

ketiga, dan melatih

kegiatan ketiga, keempat

perawat membantu

pasien memilih kegiatan

keempat dan melatih

kegiatan keempat.

Keluarga :

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan tentang

harga diri rendah,

pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya

harga diri rendah dan

akibat jika tidak diatasi,

membantu keluarga

mengambil keputusan

dalam merawat pasien,

melatih keluarga cara

merawat pasien harga diri

rendah, melatih keluarga

menciptakan suasana

keluarga dan lingkungan

yang mendukung

meningkatkan harga diri

pasien, mendiskusikan

tanda dan gejala

kekambuhan yang

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

kekambuhan yang

memerlukan rujukan

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara teratur.

Strategi Pelaksanaan

isolasi sosial.

Partisipan:

terdiri dari empat

strategi pelaksanaan

yaitu pertama perawat

melatih pasien

bercakap-cakap secara

bertahap antara pasien

dan perawat, kedua

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

2-3 orang, ketiga

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang, keempat

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang sambil

melakukan kegiatan.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

memerlukan rujukan

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara teratur.

Strategi Pelaksanaan

isolasi sosial.

Partisipan:

terdiri dari empat strategi

pelaksanaan yaitu

pertama perawat melatih

pasien bercakap-cakap

secara bertahap antara

pasien dan perawat,

kedua perawat melatih

pasien bercakap-cakap

dengan 2-3 orang, ketiga

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang, keempat

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang sambil

melakukan kegiatan.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya isolasi sosial,

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga cara merawat

isolasi sosial,

membimbing keluarga

cara merawat isolasi

sosial, melatih keluarga

menciptakan suasana

dan lingkungan yang

mendukung

peningkatan hubungan

sosial klien,

mendiskusikan tanda

dan gejala kekambuhan

yang memerlukan

rujukan segera ke

fasilitas pelayanan

kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan.

Strategi Pelaksanaan

Defisit Perawatan Diri.

Partisipan:

terdiri dari empat

strategi pelaksanaan

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya isolasi sosial,

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga cara merawat

isolasi sosial,

membimbing keluarga

cara merawat isolasi

sosial, melatih keluarga

menciptakan suasana dan

lingkungan yang

mendukung peningkatan

hubungan sosial klien,

mendiskusikan tanda dan

gejala kekambuhan yang

memerlukan rujukam

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan.

Strategi Pelaksanaan

Defisit Perawatan Diri.

Partisipan:

terdiri dari empat strategi

pelaksanaan yaitu

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

yaitu perawat melatih

pasien cara menjaga

kebersihan diri, kedua

perawat melatih pasien

cara berhias/berdandan

dengan baik, ketiga

perawat melatih pasien

melakukan makan dan

minum dengan baik,

keempat perawat

melatih pasien BAB dan

BAK dengan baik.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya, serta cara

merawat kebersihan

diri. dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga untuk

membimbing pasien

menjaga dan merawat

kebersihan diri,

berdandan yang baik

dan benar, makan dan

minum yang baik, serta

BAB/BAK yang baik,

perawat melatih pasien

cara menjaga kebersihan

diri, kedua perawat

melatih pasien cara

berhias/berdandan

dengan baik, ketiga

perawat melatih pasien

melakukan makan dan

minum dengan baik,

keempat perawat melatih

pasien BAB dan BAK

dengan baik.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya, serta cara

merawat kebersihan diri.

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga untuk

membimbing pasien

menjaga dan merawat

kebersihan diri,

berdandan yang baik dan

benar, makan dan minum

yang baik, serta

BAB/BAK yang baik,

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

dan follow up pasien ke

pelayanan kesehatan.

dan follow up pasien ke

pelayanan kesehatan.

Tindakan keperawatan Implementasi

keperawatan

disesuaikan dengan

rencana tindakan

keperawatan. Diagnosa

koping individu tidak

efektif. Tindakan

keperawatan yang

diberikan pada

partisipan adalah

membina hubungan

saling percaya dengan

pasien.

Strategi Pelaksanaan

harga diri rendah.

Partisipan:

pertama perawat

membantu pasien

memilih beberapa

kegiatan yang dapat

dilakukannya, pilih

kegiatan yang dapat

dilakukan saat ini

(menyapu, memasak,

mencuci piring dan

merapikan tempat

tidur,) dan melatih

kegiatan tersebut.

Implementasi

keperawatan disesuaikan

dengan rencana tindakan

keperawatan. Diagnosa

koping individu tidak

efektif. Tindakan

keperawatan yang

diberikan pada partisipan

adalah membina

hubungan saling percaya

dengan pasien.

Strategi Pelaksanaan

harga diri rendah.

Partisipan:

pertama perawat

membantu pasien

memilih beberapa

kegiatan yang dapat

dilakukannya, pilih

kegiatan yang dapat

dilakukan saat ini

(menyapu, memasak,

mencuci piring dan

mencuci pakaian), dan

melatih kegiatan tersebut.

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Keluarga :

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan tentang

harga diri rendah,

pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya

harga diri rendah dan

akibat jika tidak diatasi,

membantu keluarga

mengambil keputusan

dalam merawat pasien,

melatih keluarga cara

merawat pasien harga

diri rendah, melatih

keluarga menciptakan

suasana keluarga dan

lingkungan yang

mendukung

meningkatkan harga diri

pasien, mendiskusikan

tanda dan gejala

kekambuhan yang

memerlukan rujukan

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara teratur.

Strategi Pelaksanaan

Keluarga :

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan tentang

harga diri rendah,

pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya

harga diri rendah dan

akibat jika tidak diatasi,

membantu keluarga

mengambil keputusan

dalam merawat pasien,

melatih keluarga cara

merawat pasien harga diri

rendah, melatih keluarga

menciptakan suasana

keluarga dan lingkungan

yang mendukung

meningkatkan harga diri

pasien, mendiskusikan

tanda dan gejala

kekambuhan yang

memerlukan rujukan

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara teratur.

Strategi Pelaksanaan

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

isolasi sosial.

Partisipan:

terdiri dari empat

strategi pelaksanaan

yaitu pertama perawat

melatih pasien

bercakap-cakap secara

bertahap antara pasien

dan perawat, kedua

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

2-3 orang, ketiga

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang, keempat

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang sambil

melakukan kegiatan.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya isolasi sosial,

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga cara merawat

isolasi sosial.

Partisipan:

terdiri dari empat strategi

pelaksanaan yaitu

pertama perawat melatih

pasien bercakap-cakap

secara bertahap antara

pasien dan perawat,

kedua perawat melatih

pasien bercakap-cakap

dengan 2-3 orang, ketiga

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang, keempat

perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan

4-5 orang sambil

melakukan kegiatan.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya isolasi sosial,

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga cara merawat

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

isolasi sosial,

membimbing keluarga

cara merawat isolasi

sosial, melatih keluarga

menciptakan suasana

dan lingkungan yang

mendukung

peningkatan hubungan

sosial klien,

mendiskusikan tanda

dan gejala kekambuhan

yang memerlukan

rujukan segera ke

fasilitas pelayanan

kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan.

Strategi Pelaksanaan

Defisit Perawatan Diri.

Partisipan:

terdiri dari empat

strategi pelaksanaan

yaitu perawat melatih

pasien cara menjaga

kebersihan diri, kedua

perawat melatih pasien

cara berhias/berdandan

dengan baik, ketiga

perawat melatih pasien

melakukan makan dan

isolasi sosial,

membimbing keluarga

cara merawat isolasi

sosial, melatih keluarga

menciptakan suasana dan

lingkungan yang

mendukung peningkatan

hubungan sosial klien,

mendiskusikan tanda dan

gejala kekambuhan yang

memerlukan rujukan

segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan,

menganjurkan follow up

ke fasilitas pelayanan

kesehatan.

Strategi Pelaksanaan

Defisit Perawatan Diri.

Partisipan:

terdiri dari empat strategi

pelaksanaan yaitu

perawat melatih pasien

cara menjaga kebersihan

diri, kedua perawat

melatih pasien cara

berhias/berdandan

dengan baik, ketiga

perawat melatih pasien

melakukan makan dan

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

minum dengan baik,

keempat perawat

melatih pasien BAB dan

BAK dengan baik.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya, serta cara

merawat kebersihan

diri. dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga untuk

membimbing pasien

menjaga dan merawat

kebersihan diri,

berdandan yang baik

dan benar, makan dan

minum yang baik, serta

BAB/BAK yang baik,

dan follow up pasien ke

pelayanan kesehatan.

minum dengan baik,

keempat perawat melatih

pasien BAB dan BAK

dengan baik.

Keluarga:

Mendiskusikan masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien,

menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses

terjadinya, serta cara

merawat kebersihan diri.

dan mengambil

keputusan dalam

merawat pasien, melatih

keluarga untuk

membimbing pasien

menjaga dan merawat

kebersihan diri,

berdandan yang baik dan

benar, makan dan minum

yang baik, serta

BAB/BAK yang baik,

dan follow up pasien ke

pelayanan kesehatan.

Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan

dilakukan setiap selesai

tindakan keperawatan

pada partisipan 1 dan

keluarga. evaluasi

dilakukan pada keempat

Evaluasi keperawatan

dilakukan setiap selesai

tindakan keperawatan

pada partisipan 2 dan

keluarga. evaluasi

dilakukan pada keempat

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

diagnosa keperawatan

yang peneliti angkat.

Evaluasi yang yang

peneliti lakukan untuk

diagnosa koping

individu tidak efektif

meliputi hubungan

saling percaya antara

perawat dengan

partisipan 1 tercapai

ditandai dengan

partisipan 1 menerima

kedatangan peneliti,

bersedia berkenalan dan

menjabat tangan

peneliti, partisipan 1

mengatakan senang

bertemu peneliti.

Partisipan 1 bersedia

menceritakan masalah

yang dialaminya.

Pada diagnosa harga

diri rendah, partisipan 1

tampak kurang

bersemangat partisipan

1 tampak kurang

bersemangat ketika

diajak melakukan

kegiatan yang telah

dijadwalkan karena

kurangnya dukungan

dari keluarga dan

diagnosa keperawatan

yang peneliti angkat.

Evaluasi yang yang

peneliti lakukan untuk

diagnosa koping individu

tidak efektif meliputi

hubungan saling percaya

antara perawat dengan

partisipan 2 tercapai

ditandai dengan

partisipan 2 menerima

kedatangan peneliti,

bersedia berkenalan dan

menjabat tangan peneliti,

partisipan 2 mengatakan

senang bertemu peneliti.

Partisipan 2 bersedia

menceritakan masalah

yang dialaminya.

Pada diagnosa harga diri

rendah, partisipan 2

menunjukkan kemajuan

ditandai dengan

partisipan 2 mampu

mengungkapkan aspek

positif yang dimiliki,

partisipan 2 mengatakan

sudah melakukan

kegiatan yang telah

dilatih sesuai jadwal.

Dari hasil observasi

peneliti partisipan 2

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

keluarga tampak cuek

terhadap partisipan 1.

Partisipan 1 mampu

mengungkapkan aspek

positif yang dimiliki,

Partisipan 1 mengatakan

dirinya ingin bekerja

dan berpenghasilan agar

tidak menyusahkan

kedua orang tuanya.

Pada diagnosa isolasi

sosial partisipan 1

mengatakan sudah bisa

memulai pembicaraan

dengan orang lain.

Pada diagnosa defisit

perawatan diri sudah

mulai ada kemajuan

ditandai dengan

penampilan partisipan 1

sudah mulai rapi,

rambut sudah disisir,

partisipan 1 mengatakan

mandi 1 kali sehari,

kuku sudah dipotong.

Partisipan 1 sudah

mampu meletakkan

piring bekas makan ke

tempatnya, partisipan 1

mampu menjelaskan

setelah BAB/BAK

harus cuci tangan.

tampak bersemangat dan

sudah mulai berani

menatap lawan bicara.

Ibu partisipan 2

mengatakan anaknya

sudah mulai mampu

merawat dan

membersihkan rumah.

Pada diagnosa isolasi

sosial partisipan 2

mengatakan sudah bisa

memulai pembicaraan

dengan orang lain.

Pada diagnosa defisit

perawatan diri sudah

mulai ada kemajuan

ditandai dengan

penampilan partisipan 2

sudah mulai rapi, rambut

sudah disisir, partisipan 2

mengatakan mandi 1 kali

sehari, kuku sudah

dipotong. Partisipan 2

sudah mampu

meletakkan piring bekas

makan ke tempatnya,

partisipan 2 mampu

menjelaskan setelah

BAB/BAK harus cuci

tangan.

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti membahas kesesuaian dan kesenjangan antara

teori dengan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan

harga diri rendah kronis yang telah peneliti lakukan mulai tanggal 19 Maret

2018 sampai 28 Maret 2018. Pembahasan yang peneliti lakukan mulai dari

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan

Hasil pengkajian pada partisipan 1 dan partisipan 2 didapatkan kedua

partisipan berumur 37 dan 34 tahun. Hal ini sesuai menurut teori Stuart

(2013) usia merupakan aspek sosial budaya terjadinya gangguan jiwa

dengan risiko frekuensi tertinggi mengalami gangguan jiwa yaitu pada

usia dewasa. Hasil penelitian dari Titik Suerni (2013) di Ruang Yudistira

Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Karakteristik 35 orang klien

harga diri rendah adalah mayoritas klien pada masa dewasa yaitu 32 klien

(91,5%).Rentang usia terbanyak antara 21-40 tahun mengalami harga diri

rendah kronik.

Hasil pengkajian pada partisipan 1 dan 2 didapatkan partisipan 1 merasa

dirinya malu dan merasa tidak berguna dikarenakan belum mendapat

pekerjaan. Partisipan 1 mengatakan ingin selalu bekerja dan tidak

bermalas-malasan. Partisipan 1 mengatakan juga gagal menjadi seorang

istri karena tidak mampu mempertahankan rumah tangganya. Pada

partisipan 2 didapatkan hasil pengkajian partisipan 2 merasa malu karena

tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang dimiliki saudaranya, klien iri

terhadap saudaranya.Partisipan 2 juga mengatakan pesimis dengan

kemampuan dirinya karena tidak bekerja dan berpenghasilan seperti adik-

adiknya.

Hal ini sesuai menurut Kemenkes RI (2012) tanda dan gejala harga diri

rendah yang dapat dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

penilaian negatif terhadap dirinya yang didukung oleh data hasil observasi

dan wawancara, seperti data subjektif pasien mengungkapkan hal negatif

terhadap dirinya dan orang lain, perasaan tidak mampu, pandangan hidup

yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri. Sedangkan dari data

objektif didapatkan klien mengalami penurunan produktifitas, lebih

banyak menundukkan kepala saat berinteraksi, tidak berani menatap lawan

bicara, dan berbicara lambat dengan nada suara lemah.

Menurut asumsi peneliti tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai

dari penampilan klien saat berinterkasi dengan peneliti maupun dengan

keluarga. klien terlihat lebih banyak diam dan tidak mau memulai

pembicaraan. Klien tidak mau bergaul dengan lingkungan sekitar. Klien

lebih banyak berdiam diri di rumah. Klien merasa tidak memiliki

kemampuan dan mengalami penurunan produktifitas.

Pengkajian fakor predisposisi didapatkan partisipan 1 pernah mengalami

gangguan jiwa di masa lalu yaitu sekitar 7 tahun yang lalu dan sudah

pernah dirawat di salah satu RSJ di kota Padang sebanyak 3 kali. Pada

partisipan 2 didapatkan partisipan 2 juga pernah mengalami gangguan jiwa

di masa lalu yaitu sekitar 10 tahun yang lalu dan pernah dirawat di salah

satu RSJ di kota Padang sebanyak 4 kali. Pada partisipan 1 dan partisipan

2 didapatkan bawa kedua partisipan pernah mengalami putus obat karena

peran keluarga kurang terlaksana dengan baik. Menurut teori Direja (2011)

seseorang mengalami kekambuhan karena beberapa faktor yaitu putus

obat, penyalahgunaan narkoba atau alkohol, ketidaksiapan seorang ibu

dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan

diri sebagai orang yang dewasa.

Hasil penelitian yang dilakukan Desi Pramujiwati, dkk (2013) di RW 06,

07 dan 10 di Tanah Baru, Bogor Utara menunjukkan bahwa pasien yang

mengalami gangguan jiwa di masa lalu mengalami kekambuhan salah

satunya akibat dari faktor putus obat.. Kurangnya informasi kepada klien

dan keluarga yang adekuat dari fasilitas pelayanan kesehatan tentang

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

manfaat dan efek obat berdampak pada kekambuhan sehingga

memperburuk kondisi klien. Berdasarkan paparan diatas penulis berasumsi

bahwa kekambuhan yang dialami oleh kedua partisipan terjadi karena

ketidakpatuhan minum obat, kurangnya dukungan keluarga untuk

mengingatkan maupun mengawasi pasien dalam minum obat menjadi

salah satu faktor terjadinya kekambuhan pada kedua partisipan.

Pengkajian faktor predisposisi didapatkan adanya anggota keluarga dari

partisipan 1 yang mengalami gangguan jiwa yaitu adik dari ibu partisipan

1. Sedangkan pada partisipan 2 didapatkan ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa yaitu nenek dari partisipan 2. Hal ini sesuai

dengan apa yang dikemukakan oleh Prabowo (2014) salah satu faktor

predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu adanya faktor

herediter anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hasil

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wakhid (2013) di Rumah Sakit DR

Marzoeki Mahdi Bogor faktor predisposisi terbanyak yaitu adanya riwayat

genetik yaitu sebanyak 12 klien (66,7%). faktor genetik merupakan faktor

yang lebih besar dibandingkan dengan faktor predisposisi lainnya seperti

trauma fisik, riwayat napza, ataupun riwayat gangguan jiwa sebelumnya.

Berdasarkan asumsi penulis jika salah satu orang tua mengalami gangguan

jiwa maka keturunannya beresiko untuk mengalami gangguan jiwa.

Pada pengkajian pola hubungan sosial didapatkan partisipan 1 dan

partisipan 2 sama sama mengatakan jarang berinteraksi atau ikut dalam

kelompok/masyarakat di sekitar lingkungan rumahnya. Hal ini sesuai

menurut teori Yosep (2011) Manusia adalah makhluk sosial, yang secara

harafiah berarti kebutuhan rasa memiliki akan sesuatu. Rasa memiliki

merupakan ekspresi jiwa yang penting dalam kehidupan seseorang.

Sayangnya, rasa memiliki ini cenderung tidak terlihat pada klien dengan

harga diri rendah. Kegagalan akan kebutuhan rasa memiliki menyebabkan

rasa isolasi sosial, keterasingan dan kesepian.

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Hasil penelitian yang dilakukan Desi Pramujiwati, dkk (2013) di RW 06,

07 dan 10 di Tanah Baru, Bogor Utara menunjukkan bahwa Kebanyakan

orang dengan harga diri rendah kronik memiliki kesulitan dalam

menjalankan pekerjaannya atau bahkan untuk menungkapkan keinginan

sehingga pasien tidak bersosialisasi dengan lingkungannya. Ini

menunjukkan bahwa kemandirian pasien terganggu karena kondisi harga

diri rendah kronik. Menurut asumsi penulis isolasi sosial yang dialami

kedua partisipan disebabkan oleh karena kedua partisipan merasa malu

untuk berinteraksi dengan orang lain, kurangnya motivasi dari keluarga,

malas saat melakukan aktivitas, dan merasa tidak puas dengan kondisi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang peneliti temukan pada masing-masing

partisipan yaitu Koping Individu tidak efektif, Harga Diri Rendah, Isolasi

Sosial dan Defisit Perawatan Diri, dimana harga diri rendah sebagai core

problem, koping individu tidak efektif sebagai penyebab, isolasi sosial dan

defisit perawatan diri sebagai akibat. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yosep (2014) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan harga

diri rendah yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah, Koping Individu

tidak efektif, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan mengenai diagnosa

keperawatan yang ditemukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, maka

penulis berasumsi bahwa berdasarkan pohon masalah core problem yaitu

harga diri rendah, dan disebabkan oleh koping individu tidak efektif, dan

berakibat pada isolasi sosial dan defisit perawatan diri, sehingga dari

pohon masalah tidak ada kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan

data yang ditemukan.

3. Intervensi keperawatan

Menurut Prabowo (2014) Untuk mengatasi masalah pada klien dengan

harga diri rendah maka disusun perencanaan tindakan keperawatan yang

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

dilakukan untuk membantu klien memenuhi kebutuhannya dan mengatasi

atau mengurangi masalah keperawatan serta meningkatkan aktualisasi diri

klien. Diagnosa koping individu tidak efektif bertujuan pasien mampu

membina hubungan saling percaya. Adapun intervensi yang dilakukan

oleh perawat membina hubungan saling percaya dengan komunikasi

terapeutik.

Diagnosa harga diri rendah bertujuan agar klien mampu meningkatkan

harga diri. Intervensi yang dilakukan perawat menggunakan strategi

pelaksanaan pasien: perawat membantu pasien memilih beberapa kegiatan

yang dapat dilakukannya, pilih kegiatan yang dapat dilakukan saat ini,

kedua yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan kedua, dan

melatih kegiatan kedua, ketiga perawat membantu pasien memilih

kegiatan ketiga, dan melatih kegiatan ketiga, keempat perawat membantu

pasien memilih kegiatan keempat dan melatih kegiatan keempat.

Kemudian pada strategi pelaksanaan keluarga intervensi yang dilakukan

melatih keluarga dalam membimbing klien melakukan kegiatan yang

disukainya.

Diagnosa keperawatan isolasi sosial bertujuan agar klien mampu

bersosialisasi. Intervensi yang dilakukan perawat mengggunakan strategi

pelaksanaan pasien: perawat melatih pasien bercakap-cakap secara

bertahap antara pasien dan perawat, kedua perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan 2-3 orang, ketiga perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan 4-5 orang, keempat perawat melatih pasien

bercakap-cakap dengan 4-5 orang sambil melakukan kegiatan. Kemudian

pada strategi pelaksanaan keluarga intervensi yang dilakukan melatih

keluarga mendampingi klien berkomunikasi dengan orang dan saat

melakukan kegiatan harian.

Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri bertujuan agar klien mampu

merawat diri. Intervensi yang dilakukan perawat menggunakan strategi

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

pelaksanaan pasien: perawat melatih pasien cara menjaga kebersihan diri,

kedua perawat melatih pasien cara berhias/berdandan dengan baik, ketiga

perawat melatih pasien melakukan makan dan minum dengan baik,

keempat perawat melatih pasien BAB dan BAK dengan baik. Kemudian

pada strategi pelaksanaan keluarga intervensi yng dilakukan yaitu melatih

keluarga dalam membantu klien merawat kebersihan diri.

Rencana tindakan diagnosa harga diri rendah sudah terstandar menurut

Kemenkes RI (2012) intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien

dengan harga diri rendah, isolasi sosial dan defisit perawatan diri antara

lain melakukan strategi pelaksanaan pasien dan keluarga.

Berdasarkan paparan diatas, penulis berasumsi bahwa intervensi yang

diberikan sudah sesuai dengan masalah yang dimiliki partisipan.

Melibatkan keluarga dalam melaksanakan intervensi sehingga mendukung

perkembangan partisipan menjadi lebih baik.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan peneliti disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Tindakan keperawatan

yang telah dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dimulai dari

tanggal 19 Maret 2018 sampai 28 Maret 2018. Implementasi keperawatan

untuk diagnosa koping individu tidak efektif pada kedua partisipan yaitu

membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien dengan cara

mengucapkan salam dan memperkenalkan diri perawat serta menanyakan

nama panggilan yang klien sukai. Membantu klien mengungkapkan

perasaan dan keluhan yang klien rasakan saat ini, serta bersama-

samadengan klien membuat kontrak persetujuan untuk pemberian asuhan

keperawatan. Perawat meyakinkan klien dengan sikap empati bahwa

merahasiakan informasi yang diperoleh guna kepentingan terapi.

Menurut Stuart dalam Wardani, dkk (2009) koping adalah upaya yang

diarahkan pada penatalaksanaan stress termasuk upaya menyelesikan

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan untuk melindungi

diri. Perawat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan

pelayanan kepada keluarga.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa harga diri rendah pada

partisipan 1 yaitu meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki oleh

partsipan 1 dengan cara Mengkaji kemampuan yang dimiliki partisipan 1

serta melatih partisipan 1 melakukan kegiatan yang dapat dilakukan pasien

yaitu menyapu ruangan, memasak, mencuci piring dan merapikan tempat

tidur. Sedangkan implementasi keperawatan yang diberikan pada keluarga

partisipan 1 yaitu menjelaskan cara merawat partisipan dengan harga diri

rendah dan melatih keluarga dalam membimbing partisipan melakukan

kegiatan yang disukainya.

Sedangkan pada partisipan 2 implementasi keperawatan yang telah

diberikan yaitu meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki klien dengan

cara Mengkaji kemampuan yang dimiliki oleh partisipan 2 serta melatih

partisipan 2 melakukan kegiatan yang dapat dilakukan partisipan 2 yaitu

menyapu ruangan, memasak, mencuci piring dan mencuci pakaian.

Sedangkan implementasi keperawatan yang diberikan pada keluarga

partisipan 2 yaitu menjelaskan cara merawat partisipan dengan harga diri

rendah dan melatih keluarga dalam membimbing partisipan melakukan

kegiatan yang disukainya.

Strategi pelaksanaan yang telah diberikan pada kedua partisipan sesuai

dengan teori, menurut Prabowo (2014) tindakan keperawatan yag

diberikan pada pasien harga diri rendah yaitu megidentifikasi kemampuan

melakukan kegiatan dan aspek positif pasien. Membantu pasien menilai

kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah, serta melatih kegiatan yang

telah dipilih oleh klien. Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan

pada kedua partisipan terdapat perbedaan kegiatan yang telah dipilih,

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

menurut asumsi peneliti perbedaan tersebut muncul karena perbedaan

keinginan dan kemampuan dari masing-masing partisipan.

Selanjutnya, implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan

isolasi sosial pada kedua partisipan yaitu membina hubungan saling

percaya, perawat melatih pasien bercakap-cakap secara bertahap antara

pasien dan perawat, kedua perawat melatih pasien bercakap-cakap dengan

2-3 orang, ketiga perawat melatih pasien bercakap-cakap dengan 4-5

orang, keempat perawat melatih pasien bercakap-cakap dengan 4-5 orang

sambil melakukan kegiatan. Sedangkan implementasi keperawatan yang

telah diberikan pada kedua keluarga partisipan yaitu melatih keluarga

mendampingi klien berkomunikasi dengan orang dan saat melakukan

kegiatan harian.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan defisit perawatan

diri pada partisipan 2 yaitu perawat melatih partisipan 2 cara menjaga

kebersihan diri, kedua perawat melatih partisipan 2 cara berhias/berdandan

dengan baik, ketiga perawat melatih partisipan 2 melakukan makan dan

minum dengan baik, keempat perawat melatih partisipan 2 BAB dan BAK

dengan baik. Sedangkan implementasi keperawatan yang dilakukan pada

keluarga partisipan 2 yaitu melatih keluarga dalam membantu klien

merawat kebersihan diri.

Selama melakukan implementasi keperawatan peneliti tidak menemukan

kendala sehingga dapat menerapkan implementasi sesuai rencana, kedua

partisipan cukup kooperatif dengan peneliti setelah sebelumnya

melakukan pendekatan terapeutik. Selain itu keluarga kedua partisipan

cukup terbuka dan bersedia memberikan dukungan dan motivasi kepada

kedua partisipan.

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan koping individu

tidak efektif yang dilakukan pada kedua partisipan tercapai. Hal ini

dibuktikan dengan partisipan 1 menerima kedatangan peneliti, bersedia

berkenalan dan menjabat tangan peneliti, partisipan 1 mengatakan senang

bertemu peneliti. Partisipan 1 bersedia menceritakan masalah yang

dialaminya. Hasil evaluasi pada partisipan 2 didapatkan partisipan 2 dapat

menerima kedatangan peneliti, bersedia berkenalan dan menjabat tangan

peneliti, partisipan 2 juga bersedia duduk berdampingan dengan peneliti,

partisipan 2 juga bersedia menceritakan masalah yang dialaminya.

Hasil evaluasi untuk diagnosa harga diri rendah didapatkan partisipan 1

mampu mengungkapkan aspek positif yang dimiliki. Namun dari hasil

observasi peneliti, partisipan 1 tampak kurang bersemangat ketika diajak

melakukan kegiatan yang telah dijadwalkan karena kurangnya dukungan

dari keluarga dan keluarga tampak cuek terhadap partisipan 1. Partisipan 1

mengatakan dirinya ingin bekerja dan berpenghasilan agar tidak

menyusahkan kedua orang tuanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Titik

Suerni (2013) di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi

Bogor yang dimana sebagian besar pasien harga diri rendah memiliki

keinginan yang tidak terpenuhi (71.4%) yaitu keinginan untuk menikah,

keinginan untuk memiliki pekerjaan dan berpenghasilan yang layak.

Sedangkan hasil evaluasi pada partisipan 2 didapatkan partisipan 2 mampu

mengungkapkan aspek positif yang dimiliki, partisipan 2 mengatakan

sudah melakukan kegiatan yang telah dilatih sesuai jadwal. Dari hasil

observasi peneliti partisipan 2 tampak bersemangat dan sudah mulai berani

menatap lawan bicara. Ibu partisipan 2 mengatakan anaknya sudah mulai

mampu merawat dan membersihkan rumah.

Hasil evaluasi untuk diagnosa isolasi sosial sudah tercapai dibuktikan

pada partisipan 1 didapatkan partisipan 1 sudah mulai mampu mengajak

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

orang lain berkenalan terlebih dahulu. Ayah partisipan 1 juga mengatakan

partisipan 1 sudah mulai bisa berbelanja ke warung dan mulai berinteraksi

dengan orang lain. Sedangkan pada partisipan 2 didapatkan hasil evaluasi

partisipan 2 sudah mulai mampu mengajak orang lain berkenalan,

partisipan 2 juga sudah mampu berinteraksi secara bertahap dengan

anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan teori

pada kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu klien mampu berinterkasi

secara bertahap dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya, dan klien

mampu berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan

kegiatan sosial.

Hasil evaluasi pada diagnosa defisit perawatan diri pada partisipan 1 mulai

ada kemajuan ditandai dengan penampilan partisipan 1 sudah mulai rapi,

rambut sudah disisir, partisipan 1 mengatakan mandi 1 kali sehari, kuku

sudah dipotong. Partisipan 1 sudah mampu meletakkan piring bekas

makan ke tempatnya, partisipan 1 mampu menjelaskan setelah BAB/BAK

harus cuci tangan. Sedangkan pada partisipan 2 sudah mulai mengalami

kemajuan ditandai dengan penampilan partisipan 2 sudah mulai rapi,

rambut sudah disisir, partisipan 2 mengatakan mandi 1 kali sehari, kuku

sudah dipotong dan sudah mulai bersih. Partisipan 2 sudah mampu

meletakkan piring bekas makan ke tempatnya, partisipan 2 mampu

menjelaskan setelah BAB/BAK harus cuci tangan.

Hasil evaluasi pada keluarga partisipan didapatkan keluarga dapat

menerima keberadaan perawat, dan keluarga bersedia diajarkan cara

membimbing partisipan untuk meningkatkan harga dirinya. Hal ini

dibuktikan dengan hubungan saling percaya antar keluarga dan perawat

terjalin dengan baik, keluarga bersedia dikunjungi perawat selama 10 kali

kunjungan, keluarga mau berkenalan dengan perawat, keluarga dapat

mendiskusikan masalah yang dialami dalam merawat partisipan. Pada

diagnosa isolasi sosial dan defisit perawatan diri keluarga juga mampu

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

membimbing partisipan pada setiap strategi pelaksanaan yang telah

dilakukan perawat.

Evaluasi keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi

yang telah dibuat sebelumnya pada intervensi keperawatan, terlihat adanya

perubahan yang lebih baik setelah dilakukannya tindakan keperawatan

(Keliat, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan evaluasi keperawatan

yang telah dilakukan dan teori yang telah dijelaskan, penulis berasumsi

bahwa evaluasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dan merupakan

proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan.

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian penerapan asuhan keperawatan jiwa pada

keluarga dengan dengan harga diri rendah kronis di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo di Kota Padang tahun 2018. Penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa

1. Hasil pengkajian didapatkan pada kedua partisipan terlihat mengalami

perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, lebih banyak

menunduk dan nada suara lemah, tidak mau bergaul dan memulai

pembicaraan dengan orang lain, menarik diri dari komunitas, dan

penampilan kedua partisipan kurang rapi.

2. Rumusan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul pada

partisipan 1 dan 2 yaitu koping individu tidak efektif, harga diri

rendah, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.

3. Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan teori. Rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 yaitu

membina hubungan saling percaya dengan partisipan menggunakan

komunikasi terapeutik, mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki,

melatih kemampuan yang dimiliki partisipan serta mendampingi

partisipan melakukan kegiatan sehari-hari yang ia pilih, mengajarkan

partisipan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dan melatih

keluarga untuk mendampingi partisipan berinteraksi secara bertahap.

Melatih partisipan cara menjaga kebersihan diri, melatih cara

berhias/berdandan dengan baik, melatih pasien makan dan minum

dengan baik, dan melatih pasien BAB dan BAK dengan baik.

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 sesuai

dengan rencana tindakan yang telah disusun. tindakan keperawatan

yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 yaitu membina hubungan

saling percaya dengan partisipan menggunakan komunikasi terapeutik,

mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, melatih kemampuan yang

dimiliki partisipan, mengajarkan partisipan berinteraksi dengan orang

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

lain secara bertahap. Melatih partisipan cara menjaga kebersihan diri,

melatih cara berhias/berdandan dengan baik, melatih pasien makan dan

minum dengan baik, dan melatih pasien BAB dan BAK dengan baik.

5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada partisipan dan keluarga

sehingga partisipan sudah mampu melaksanakan kemampuan yang

telah dilatih secara mandiri, melakukan interkasi dengan orang lain,

dan dapat menjaga kebersihan diri, berhias/berdandan dengan baik,

makan dan minum dengan baik, serta BAB dan BAK dengan baik.

Keluarga memahami masalah harga diri rendah, isolasi sosial, dan

defisit perawatan diri serta mampu merawat anggota keluarga yang

memiliki masalah tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti

selanjutnya sehingga bisa menjadi bahan perbandingan sehingga bisa

menjadi bahan perbandingan dalam mengembangkan kasus asuhan

keperawatan jiwa harga diri rendah.

2. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang

Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan

keperawatan dengan masalah harga diri rendah pada Institusi

Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

3. Puskesmas Nanggalo Kota Padang

Khusunya pemegang program kesehatan jiwa agar dapat konseling

pada pasien dan keluarga terkait bagaimana mengurangi resiko

kekambuhan pada pasien seperti melaksanakan strategi pelaksanaan

harga diri rendah pasien dan keluarga.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Badan PPSDM.2012. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika

Friedman, Marilyn m, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,

dan Praktik. Jakarta : EGC.

Guindon, M, H. 2010. Self-esteem Across the Lifespan and interventions. New

York: Taylor and Francis Group

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:CV Andi

Offset

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Pramujiwati, Desi, dkk. 2013. Pemberdayaan keluarga dan kader Kesehatan Jiwa

Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah Kronik dengan Pendekatan

Model Precede L.Green di RW 06, 07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara.

Bogor [diunduh pada 16 Mei 2018 pukul 08.10]

Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitik dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Mentri Kesehatan RI

Suerni, Titik, dkk. 2013. Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga

Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira Rumah Sakit

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Dr. H. Marzoeki Mahdi. Bogor [diunduh pada 21 November 2017 pukul

15.45]

Suhron, Muhammad. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem.

Jakarta: Mitra Wacana Media

Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

Stuart. 2013. Buku Saku Keperawatan. Jakarta. EGC

Wachid, Abdul, dkk. 2013. Penerapan Terapi Latihan Keterampilan Sosial Pada

Klien Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah dengan Pendekatan Model

Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Marzoeki Mahdi. Bogor [diunduh

pada 21 April 2018 pukul 10.30]

WHO. 2014. Health For the Worlds Adolescents a Second Chance In The Second

Decade. Geneva, Switerland

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan JiwaCetakan kedua (edisi revisi). Bandung. PT

Refrika Aditama

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama

Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Kerawatan Jiwa. Bandung: PT

Refika Aditama

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang